Anda di halaman 1dari 83

ANALISIS KEMAMPUAN PENALARAN SISWA SMP DALAM

MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA


BELAJAR

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Memperoleh Derajat Gelar S-2
Program Studi Magister Pendidikan Matematika

Disusun oleh :

LA SAHIJA
NIM : 201810530211004

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA


DIREKTORAT PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Juli 2020

47
48
49
iv
KATA PENGANTAR

Alhamdullillah, segala puji syukur penulis panjatkan ke hadiran Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis yang berjudul “ANALISIS KEMAMAMPUAN
PENALARAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH
MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA BELAJAR” dapat diselesaikan.
Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister
Pendidikan (M.Pd) dalam bidang keahlian Pendidikan Matematika pada Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan
menghaturkan terimah kasih yang sebesar-besarnya, kepada :
1. Bapak Dr. Baiduri, M.Si selaku pembimbing utama atas bimbingan, arahan, dan
waktu yang telah diluangkan kepada penulis untuk berdiskusi selama menjadi
dosen pembimbing dan perkuliahan.
2. Bapak Dr. Moh. Mahfud Effendi, M.M selaku pembimbing pendamping atas
bimbingan, arahan, dan waktu yang telah diluangkan kepada penulis untuk
berdiskusi selama menjadi dosen pembibing dan perkuliahan.
3. Ketua program studi Pascasarjana Magister Pendidikan Matematika Bapak Dr.
Dwi Priyo Utomo.
4. Seluruh dosen program Pascasarjana Pendidikan Matematika yang telah
memberikan arahan dan bimbingan untuk mendalami ilmu Pendidikan
Matematika.
5. Ayahanda La Saiyak, Ibunda Wa Hiji, adik-adik saya Irman, S.Km, Suratno,
Sumayono, dan Irniaji atas segala dukungan moral dan materi selama saya
menempuh S-2 ini. Terimah kasih do’a kasih saying dan dukungan yang selalu
diberikan.
6. Rekan-rekan mahasiswa pascasarjana pendidikan matematika kelas A angkatan
2018 : Whyma Fathul Muslich, Agustina Fatmawati, Rafik Asril, Ta’ifah,
Andini Dwi Rachmawati, dan Fransiskus Ngongo atas motivasi, kebersamaan
kekompakan selama masa kuliah semoga persaudaraan kita selalu terjaga

v
7. Rector dan semua Civitas akademik Universitas Muhammadiyah Malang
(UMM)
8. Seluruh keluar besar yang berada di Buton, Sorong, Manokwari, dan Samarinda
yang telah memberikan dukungan dan doannya.
9. Kepada semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
Dengan keterbatasan pengalaman, ilmu maupun pustaka yang ditinjau, penulis
menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan pengembangan lanjut agar
benar-benar bermanfaat. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritikan dan
saran agar tesis ini lebih sempurna serta sebagai masukan bagi penulis untuk
penelitian dan penulisan karya ilmiah di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis berharap tesis ini memberikan manfaat bagi semua
terutama untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang ramah lingkungan.

Malang, 16 Juli 2020

LA SAHIJA

vi
ANALISIS KEMAMPUAN PENALARAN SISWA SMP DALAM
MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITIJAU DARI GAYA
BELAJAR

LA SAHIJA
Sahija83@gmail.com
Dr. Baiduri, M.Si (NIDN. 0010096601)
Dr. Moh. Mahfud Effendi, M.M (NIDN. 0716076701)
Megister Pendidikan Matematika, Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan penalaran siswa SMP dalam
menyelesaikan masalah matematika ditinjau dari gaya belajar. Jenis penelitian yang
digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif. Penelitian ini dilakukan di
kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Malang dan subjek penelitian ini sebanyak 6 siswa yang
terdiri dari 2 siswa yang mewakili gaya belajar visual, 2 siswa mewakili gaya belajar
auditori, dan 2 siswa mewakili gaya belajar kinestetik. Tehnik pengumpulan data pada
penelitian ini adalah pemberian angket gaya belajar kemudian dilanjutkan dengan tes tertulis
dan wawancara. data dianalisis menggunakan model Miles & Huberman (2009) dengan
dimulainya reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini
bahwa kemampuan penalaran siswa SMP dalam menyelesaikan masalah matematika adalah
sebagai berikut 1) Siswa dengan gaya belajar tipe visual belum menunjukan karakteristik
kemampuan penalaran dalam memecahkan masalah matematika, hal ini dikarenakan ada
banyaknya indicator kemampuan penalaran yang tidak terpenuhi. Terlihat pada indicator
membuat asumsi, menarik kesimpulan dari pernyataan, memeriksa kesahihan suatu
argument, dan mengidentifikasi tetapi lebih terlihat pada indicator melakukan manipulasi
matematika walaupun tidak menunjukan strategi yang digunakan dalam pemecahan masalah
dan indicator menarik kesimpulan dan menyiapkan bukti validitas solusi. 2) Siswa dengan
gaya belajar tipe auditori banyak menunjukan adanya karakteristik kemampuan penalaran
dalam memecahkan masalah matematika, hal ini terlihat pada indicator kemampuan
penalaran yaitu memenuhi indicator membuat asumsi, melakukan manipulasi matematika,
menarik kesimpulan dan menyiapkan bukti validitas solusi, dan menarik kesimpulan dari
pernyataan walaupun pada tahap melakukan manipulasi matematika tidak menunjukan
strategi yang digunakan dalam pemecahan masalah, tetapi tidak terpenuhi pada indicator
memeriksa kesahihan suatu argument dan mengidentifikasi. 3) Siswa dengan gaya belajar
tipe kinestetik banyak menunjukan adanya karakteristik kemampuan penlaran dalam
memecahkan masalah matematika, hal ini terlihat pada indicator kemampuan penalaran yaitu
memenuhi indicator membuat asumsi, melakukan manipulasi matematika, menarik
kesimpulan dan menyiapkan bukti validitas solusi, manarik kesimpulan dari pernyataan, dan
memeriksa kesahihan suatu argument, tetapi tidak memenuhi pada indicator
mengidentifikasi.

Kata Kunci : Kemampuan Penalaran, Pemecahan Masalah, Gaya Belajar

vii
ANALYSIS OF JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS' REASONING
ABILITY IN SOLVING MATHEMATICAL PROBLEMS IN TERMS OF
LEARNING STYLE

LA SAHIJA
Sahija83@gmail.com
Dr. Baiduri, M.Si (NIDN. 0010096601)
Dr. Moh. Mahfud Effendi, M.M (NIDN. 0716076701)
Master In Mathematics Education, Muhammadiyah University of Malang
Malang, East Java, Indonesia

ABSTRACT

This study aims to determine the reasoning abilities of junior high school students in solving
math problems in terms of learning styles. The type of research used is a qualitative
approach with a descriptive type. This research was conducted in class VIII SMP
Muhammadiyah 4 Malang and the subjects of this study were 6 students consisting of 2
students representing visual learning styles, 2 students representing auditory learning styles,
and 2 students representing kinesthetic learning styles. The data collection technique in this
study was to provide a learning style questionnaire followed by a written test and interview.
The data were analyzed using the model of Miles & Huberman (2009) with the start of data
reduction, data presentation, and conclusion drawing. The results of this study indicate that
the reasoning abilities of junior high school students in solving mathematics problems are as
follows: 1) Students with visual type learning styles have not shown the characteristics of
reasoning abilities in solving mathematics problems, this is because there are many
indicators of unfulfilled reasoning abilities. It is seen in indicators of making assumptions,
drawing conclusions from statements, checking the validity of an argument, and identifying
but more visible in indicators of mathematical manipulation even though they do not show
the strategies used in problem solving and indicators of drawing conclusions and preparing
evidence of the validity of the solution. 2) Students with auditory type learning styles show
many characteristics of reasoning abilities in solving mathematical problems, this can be
seen in the indicators of reasoning abilities, namely fulfilling indicators of making
assumptions, performing mathematical manipulations, drawing conclusions and preparing
evidence of the validity of solutions, and drawing conclusions from statements even though
At the stage of performing mathematical manipulation, it does not show the strategy used in
problem solving, but it is not fulfilled in indicators that check the validity of an argument and
identify it. 3) Students with the kinesthetic type of learning style show many characteristics
of the ability of reasoning in solving mathematical problems, this can be seen in the
indicators of reasoning ability, namely fulfilling indicators of making assumptions,
performing mathematical manipulation, drawing conclusions and preparing evidence of the
validity of solutions, drawing conclusions from statements, and checks the validity of an
argument, but does not meet an identifying indicator.

Keywords: Reasoning Ability, Problem Solving, Learning Style

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN .................................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................... ii
DAFTAR PENGUJI .................................................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN .............................................................................................. iv
KATA PENGANTAR .................................................................................................. v
ABSTRAK .................................................................................................................... vii
ABSTRACT .................................................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ix
DAFTAR TEBEL ........................................................................................................ x
DAFTAR DIAGRAM .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xiii
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
TINJUAN PUSTAKA .................................................................................................. 6
1. Tujuan Pembelajaran Matematika SMP ............................................................... 6
2. Kemampuan Penalaran Siswa .............................................................................. 7
3. Pemecahan Masalah ............................................................................................. 9
4. Gaya Belajar ......................................................................................................... 10
5. Hubungan Kemampuan Penalaran, Pemecahan Masalah, dan Gaya Belajar ....... 12
METODE PENELITIAN ............................................................................................ 12
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan ........................................................................... 13
2. Subjek Penelitian .................................................................................................. 13
3. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................... 13
4. Instrumen Penelitian ............................................................................................. 14
5. Teknik Analisis Data ............................................................................................ 15
6. Prosedur Penelitian ............................................................................................... 16
HASIL DAN PEMBEHASAN .................................................................................... 18
A. Hasil Penelitian ..................................................................................................... 18
1. Membuat Asumsi ............................................................................................. 18
2. Melakukan Manipulasi Matematika ................................................................ 21
3. Menarik Kesimpulan dan Menyiapkan Bukti Validitas Solusi ....................... 26
4. Menarik Kesimpulan dari Pernyataan ............................................................. 28
5. Memeriksa Kesahihan Suatu Argumen ........................................................... 30
6. Mengidentifikasi .............................................................................................. 32
B. Pembahasan .......................................................................................................... 33
SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................................... 37
A. Simpulan ............................................................................................................... 37
B. Saran ..................................................................................................................... 38
REFFERNSI ................................................................................................................. 39
LAMPIRAN ................................................................................................................. 46

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Indikator Kemampuan Penalaran ..................................................................... 1

x
DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1 Alur Pengembangan Instrumen Penelitian .................................................. 15


Diagram 2 Prosedur Penelitian ...................................................................................... 17

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Subjek Auditori Pada Indikator Membuat Asumsi ..................................... 19


Gambar 2 Subjek Kinestetik Pada Indikator Membuat Asumsi .................................. 20
Gambar 3 Subjek Visual Pada Indikator Melakukan Manipulasi Matematika ........... 21
Gambar 4 Subjek Visual Pada Indikator Melakukan Manipulasi Matematika ............ 23
Gambar 5 Subjek Auditori Pada Indikator Melakukan Manipulasi Matematika ........ 24
Gambar 6 Subjek Kinestetik Pada Indikator Melakukan Manipulasi Matematika ..... 25
Gambar 7 Subjek Visual Pada Indikator Menarik Kesimpulan dan Menyiapkan
Bukti Validitas Solusi ................................................................................. 27
Gambar 8 Subjek Auditori Pada Indikator Menarik Kesimpulan dan Menyiapkan
Bukti Validitas Solusi ................................................................................. 27
Gambar 9 Subjek Kinestetik Pada Indikator Menarik Kesimpulan dan Menyiapkan
Bukti Validitas Solusi ................................................................................. 28
Gambar 10 Subjek Auditori Pada Indikator Menarik Kesimpulan dari Pernyataan ...... 30
Gambar 11 Subjek Kinestetik Pada Indikator Menarik Kesimpulan dar Pernyataan .... 30
Gambar 12 Subjek Kinestetik Pada Indikator Memeriksa Kesahihan suatu Argumen . 32

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Angket Gaya Belajar ................................................................................. 47


Lampiran 2 Skor Hasil Angket Gaya Belajar ............................................................... 51
Lampiran 3 Tes Kemampuan Penalaran ....................................................................... 52
Lampiran 4 Kunci Jawaban Tes Kemampuan Penalaran ............................................. 53
Lampiran 5 Kisi-kisi Penyekoran Tes Kemampuan Penalaran .................................... 57
Lampiran 6 Rekapitulasi Hasil Tes Kemampuan Penalaran ........................................ 60
Lampiran 7 Hasil Lembar Validasi Tes Kemampuan Penalaran .................................. 62
Lampiran 8 lembar Validasi Tes Kemampuan Penalaran ............................................ 63

xiii
PENDAHULUAN

Pembangunan di bidang Pendidikan menempatkan Peningkatan Mutu


Pendidikan sebagai salah satu prioriotas yang harus diutamakan (Meyanasari, 2017).
Dalam rangka peningkatan mutu tersebut diperlukan langkah-langkah perbaikan
terhadap pelaksanaan pendidikan menuju ke arah yang lebih baik (Anggraeni, 2011).
Salah satu permasalahan yang mengakibatkan rendahnya mutu hasil belajar siswa
adalah pembelajaran yang belum sepenuhnya berorientasi kepada struktur berpusat
(Purnamasari, Isman, & Damayanti 2017). Perkembangan proses pembelajaran
dikelas cenderung berpusat pada guru, sehingga siswa menjadi pasif dan tidak
kreaktif dalam mengembangkan ide-ide yang dimilikinnya (Indrawati, 2017;Tirta,
Prabowo, & Kuntjoro, 2018). Peran guru yang menjadi faktor utama dalam
tercapainya standar Kompetensi pada mata pelajaran matematika di Sekolah
Menengah Pertama (Haris dan Abadi, 2013).
Lampiran permendikbud nomor 58 tahun 2014 pada kurikulum SMP dalam
mata pelajaran matematika memiliki tujuan untuk : 1) agar siswa mampu memahami
konsep matematika yaitu mampu menjelaskan keterkaitan atara konsep dan
penggunaan konsep matematika secara luwes akurat, efisien, dan tepat dalam
memecahkan masalah matematematika yang diberikan; 2) siswa mampu melakukan
penalaran sifat dan mampu melakukan manipulasi matematika dalam penyerderhaan
matematika secara baik dengan komponen yang ada dalam pememcahan masalah
baik itu kontek dalam materi matematika maupun dilaur materi matematika atau
dalam kehidupan sehari-hari yang terdiri dari memahami masalah, membangun atau
menyelesaikan model matematika dan memberikan solusi yang didapat sehingga
siswa dapat memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-harinya; 3) siswa
mampu menghagai penggunaan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari
dengan penuh rasa tanggung jawab, kuat, dan rasa percaya diri dalam memecahkan
masalah yang didapat. Makna utama dalam kurikulum pada pembelajaran
matematika terdapat tiga hal yaitu pemahaman konsep, ketrampilan dan pemecahan
(Oftiana & Saefudin 2017). Pada pembelajaran matematika siswa harus mampu
mengaitkan pengetahuan yang didapat atau yang dimiliki dengan pengetahuan siswa

1
sedang pelajari dibaku sekolah maupun yang dipelajari dalam keseharian siswa
(Hadi, 2016).
Pembelajaran matematika disetiap jenjang pendidikan dasar sehingga kelas XII
memerlukan standar pembelajaran yang berfungsi untuk menghasilkan siswa yang
memiliki kemampuan berpikir kreatif, kemampuan penalaran matematis, memiliki
pengetahuan serta keterampilan dasar yang bermanfaat (Rolia, Rosmaiyadi, &
Husna, 2017). Penalaran merupakan suatu kegiatan, suatu proses, atau suatu kegiatan
berfikir yang memperoleh kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru yang
benar yang telah terbukti kebenarannya (Utami, Mukhni, & Jazwinarti, 2014).
Sedangkan Sari, Yenni, & Raditya (2017) menyatakan bahwa penalaran dapat secara
langsung meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu jika siswa diberi kesempatan
menggunakan penalarannya untuk menduga solusi dari suatu masalah yang terjadi
berdasarkan pengalaman sendiri, menjadikan siswa akan lebih mudah memahami
konsep. Pada pembelajaran matematika, penalaran sangat mendukung proses
pemahaman matematika sehingga siswa dapat memahami matematika yang mereka
pelajari (Astuti & Abadi, 2015). Aktivitas penalaran tidak hanya terdapat dalam
kehidupan sehari-hari tetapi juga terdapat dalam belajar matematika (Permatasari,
Amin, & Wijayanti, 2017).
Penyebab rendahnya hasil belajar matematika siswa karena proses
pembelajaran yang diracang guru belum mencakup semua aspek yang harus dikuasai
siswa (Lestari, Charitas, & Prahmana, 2017). Guru harus mampu mengembangkan
kemampuan penalaran matematika siswa sehingga siswa mampu mengembangkan
pola pikirnya dan mengemukakan ide-ide secara aktif, kreatif, dan inovatif (Mariyam
& Wahyuni, 2016). Peran guru harus dapat membekali siswa dalam kegiatan
pembelajaran dikelas, sehingga siswa memilki kesiapan untuk menghadapi persoalan
yang akan mereka dapatkan dalam kehidupan sehari-hari (Sari, Yenni, & Raditya,
2017; Rahmadi, 2015). Kemampuan penalaran sangat diperlukan oleh siswa baik
untuk dalam proses pembelajaran matematika maupun dalam memahami kehidupan
sehari-hari (Ridwan, 2017; Hermawan & Winarti, 2015).
Dalam suatu pembelajaran matematika, materi matematika dan penalaran
merupakan dua hal yang tak terpisahkan karena matematika dipelajari melalui
penalaran dan penalaran dipahami melalui belajar matematika (Hermawan &

2
Winarti, 2015; Astuti & Abadi, 2015). Kemampuan penalaran merupakan salah satu
hal yang harus dimiliki siswa dalam belajar matematika (Permatasari, Amin, &
Wijayanti, 2017). Selain itu, matematika bukan hanya diperoleh dengan bernalar,
tetapi matematika merupakan salah satu mata pembelajaran yang mempunyai tujuan
agar siswa mampu menggunakan pola atau sifat dalam menyelesaikan masalah,
menyusun bukti atau gagasan tentang kebenaran suatu masalah dan siswa mampu
membentuk kesimpulan secara umum dalam penyelesaian masalah (Hermawan &
Winarti, 2015).
Matematika suatu alat berfikir untuk membantu siswa dalam menyelesaikan
permaslah serta menarik kesimpulan dan matematika juga sebagai alat untuk
menyampaikan pemikiran dan ide (Fatkhiyyah, Winarso, & Manfaat, 2019).
Penyelesaian masalah matematika yang sering siswa temui adalah saling keterkaitan
yang dapat memwujudkan hubungan dan pemikiran melalui siswa, sehinga
pengetahuan yang siswa miliki dam dapat membuat siswa bisa melakukan sesuatu
hal-hal secara lebih baik (Cheng, She, & Huang, 2018). Penyelesaian suatu masalah,
siswa akan lebih dulu menghadapi beberapa permasalahan dalam kehidupannya dan
akan mencoba memecahkan masalah itu dengan pengalaman yang perna ia miliki
(Ali, Hukamdad, Akhter, dan Khan, 2010; Amin dan Mariani, 2017). Kemampuan
siswa dalam menyelesaikan masalah matematika tidak hanya pada menemukan
jawaban yang benar atau salah akan tetapi juga dituntut untuk melibatkan
pemahaman dan penguasaan strategi yang lebih kompleks seperti kemampuan untuk
merencanakan, memantau, dan mengevaluasi (Simamora & Saragih, 2019; Abdullah,
Halim, & Zakaria, 2014).
Guru harus mempunyai strategi tersendiri dalam pemecahan masalah, karena
permasalahan matematika yang dihadapi siswa harus diselesaikan (Umar, 2016).
Salah satu cara untuk menyelesaikan pemecahan masalah diperlukan beberapa
langkah yang sistematis adalah dengan cara menggunakan langkah-langkah polya
(Nisak & Qohar, 2015; Anwar & Amin, 2013). Menurut Irianti, Subanji, & Chandra
(2016) langkah-langkah yang dikemukan oleh polya adalah sebagi berikut
memahami masalah atau persoalan, menyusun rencana pemecahan masalah,
melaksanakan rencana pemecahan masalah, memeriksa kembali hasil pemecahan
masalah yang telah diselesaikan. Dengan menggunakan langkah-langkah polya siswa

3
diharapkan mampu menyelesain permasalahan yang akan siswa peroleh, menyeleksi
informasi yang relevan, dan menganalasis kembali kebenaran yang telah diselesaikan
(Nitya, Koyan, & Partadjaja, 2013).
Langkah yang diungkapkan Polya dalam pemecahan masalah sering disebut
dengan proses belajar yang memanfaatkan pengetahuan yang dimiliki untuk
memecahkan suatu permasalahan agar mampu meningkatkan kemampuan berfikir
siswa (Kurniasari, Dwijanto, & Soedjoko, 2014). Manfaat dari pemecahan masalah
dengan menggunakan langkah-langkah polya adalah menjadikan siswa berhati-hati
dalam menganalisis suatu permasalahan yang sesuai dengan proses pemecahan
masalah (Anwar & Amin, 2013). Setiap individu siswa memeiliki gaya berfikir dan
cara tersendiri untuk memecahkan masalah matematika karena kemampuan berfikir
siswa berbeda-beda (Yani, Ikhsan, & Marwan, 2016).
Peran penting dalam mengajar dan belajar matematika adalah guru harus
menanamkan kemampuan kepada siswa untuk memecahkan masalah matematika
yang berbeda dan selalu abstrak (Singh, Teoh, Cheong, & Rasid, 2018). Penyelesaian
masalah matematika dapat melibatkan pengetahuan yang dapat mewujudkan antara
hubungan dan pemikiran (Cheng, She, & Huang 2018). Seorang siswa dapat
menyelesaikan masalah apabila ia mampu mengambungkan antara informasi baru
dengan cara yang baru (Peranginangin dan Surya (2017). Dalam menyelesaiakan
suatu permasalahan, siswa akan lebih dulu menghadapi beberapa permasalahan
dalam kehidupannya dan akan mencoba memecahkan masalah itu dengan
pengalaman yang perna ia miliki (Ali, Hukamdad, Akhter, dan Khan, 2010; Amin
dan Mariani, 2017).
Faktor yang mempengaruhi pembelajaran didalam menyelesaikan masalah
matematika yaitu seperti gaya belajar, kecemasan matematika, kurang rasa percaya
diri, kepercayaan guru, lingkungan, kurang perhatian orang tua, serta jenis kelamain
(Rofiqoh, Rochmad, & Kurniasih, 2016; Prabasari & Subowo, 2017). Tercapainya
suatu pendidikan yang bermutu dan berkualitas tidak terlepas dari peran guru dan
siswa, apalagi kegiatan belajar dilakukan disetiap sekolah (Prabasari & Subowo,
2017). Keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi belajar tidak terlepas dari
gaya belajar (Liberna, 2018). Setiap seorang siswa mempunyai gaya belajar mereka
yang berbeda-beda .

4
Gaya belajar menurut David Kolb adalah salah satu cara belajar untuk
menekankan siswa dalam mengelolah informasi (Fatkhiyyah, Winarso, & Manfaat,
2019). Sedangkan Liberna (2018) berpendapat bahwa gaya belajar merupakan suatu
pendekatan yang menjelaskan mengenai bagaimana siswa belajar dan mengelolah
informasi yang sulit dan baru dengan cara yang berbeda. Gaya belajar merupakan
suatu cara siswa untuk menerimah atau mengembangkan sebuah informasi dari
lingkungan yang siswa pelajari untuk memahami pelajaran tertentu (Riyanti &
Rustiana, 2018; Rofiqoh, Rochmad, & Kurniasih, 2016). Gaya belajar adalah cara
yang disukai siswa untuk melakukan belajar mengajar serta menyerap dan mengatur
suatu informasi (Krisbiono, Supriyanto, & Rustono, 2015). Pendapat lain juga
mengatakan bahwa gaya belajar adalah cara atau sikap belajar yang dilakukan oleh
siswa dalam menerima suatu informasi atau ilmu dengan baik serta memahami
informasi tersebut dan menyampaikan informasi tersebut kepada orang lain agar ilmu
tersebut bermanfaat (Fatkhiyyah, Winarso, & Manfaat, 2019; Chan & Rahman,
2019).
Memahami pelajaran dengan baik adalah salah satu cara yang ditentukan
dengan mengetahui gaya belajar yang dimiliki oleh siswa (Chan & Rahman, 2019).
Kunci keberhasilan seorang siswa dapat dilihat dari gaya belajarnya (Amin &
Suardiman, 2016). Sebagain besar siswa beranggapan bahwa belajar adalah suatu
tuntutan bukan kebutuhan sehingga siswa kadangkala tidak mengetahui dan
memahami gaya belajarnya sendiri (Andriani, 2014). Terdapat tiga jenis gaya belajar
dalam pembelajaran yaitu Visual (belajar dengan cara melihat), Auditorial (belajar
dengan cara mendengarkan), Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan
menyentuh) (Rosmaiyadi , 2017; Ramadani, Mustamin, & Idris, 2017).
Gaya belajar dengan tipe Visual dalam menyelesaikan suatu masalah
membutuhkan bantuan dan petunjuk dengan cara melihat dalam mengerjakan soal,
gaya belajar dengan tipe Auditori dalam menyelesaikan suatu masalah
membutuhkan bantuan atau petunjuk dengan cara mendengarkan dalam mengerjalan
soal, sedangkan gaya belajar dengan tipe Kinestetik dalam menyelesaikan suatu
masalah membutuhkan bantuan dan petunjuk dengan cara melihat dan
mendengarkan.

5
Berdasarkan uraian tersebut menunjukan pentingnya kemampuan penalaran
dalam menyelesaikan masalah matematika. Setiap siswa mempunyai gaya belajar
tersendiri dalam pembelajaran matematika terutama dalam menyelesaikan masalah
matematika (Setyawan (2017). Oleh karena itu dilakukan penelitian Analisis
Kemampuan penalaran siswa smp dalam menyelesaikan masalah matematika
ditinjau dari gaya belajar penting dan dapat dilakukan, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kemampuan penalaran siswa SMP dalam menyelsaikan masalah
matematika ditinjau dari gaya belajar visual?
2. Bagaimana kemampuan penalaran siswa SMP dalam menyelesaikan masalah
matematika ditinjau dari gaya belajar auditori?
3. Bagaimana kemampuan penalaran siswa SMP dalam menyelesaikan masalah
matematika ditinjau dari gaya belajar kinestetik?

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjaun pustaka merupakan salah satu konsep yang digunakan untuk menjawab
permasalahan dalam penelitian ini. Adapun beberapa refernsi yang dibutuhkan dalam
penelitian ini adalah Tujuan Pembelajaran Matematika SMP, Kemampuan penalaran
siswa, pemecahan masalah, dan gaya belajar.
1. Tujuan Pembelajaran Matematika SMP
Matematika adalah sala satu mata pelajaran yang diajarkan disekolah baik
ditingkat SD, SMP, maupun SMA (Oftiana & Saefudin 2017). Matematika SMP
memilki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antara konsep, sehingga dapat
mengembangkar cara berfikir siswa dengan baik (Wibowo, 2017). Rendahnya
motivasi siswa dalam belajar matematika, akan berpengaruh dalam proses
pembelajaran matematika (Wahyuni & Jailani 2017). Faktor yang mempengaruhi
rendahnya hasil belajar matematika adalah siswa menganggap bahwa matematika
adalah pelajaran yang sulit dan membosankan, dalam pemelihan startegi atau model
pembelajaran masih monoton dan penyampaian guru masih kurang baik (Bakoban &
Amry 2017). Upaya untuk mengatasi minat belajar siwa dalam pembelajaran
matematika yaitu guru perlu malakukan aternatif pembelajaran yang sesuai dengan

6
kemampuan siswa dan menyusaikan materi dalam pembelajaran (Wulandari &
Sinambela 2017).
Lampiran Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014 tentang kurikulum Sekolah
Menengah Pertama pada mata pelajaran matematika bertujuan untuk : 1) agar siswa
dapat memahami konsep matematika, yaitu siswa dapat menjelaskan keterkaitan
antara konsep dengan menggunakan algoritma yang baik dan menyelesaiakan
masalah secara luwes, akurat, efesien, dan tepat; 2) melakukan penalaran pada sifat,
mampu melakukan manipulasi matematika baik dalam menganalisis soal yang ada
dalam pemecahan masalah baik itu dalam konteks matematika maupun diluar
konteks matematika yang terdiri dari memahami masalah matematika, membangun
suatu model matematika, menyelesaikan dan menafsirkan solusi matematika yang
diperoleh dalam memecahkan masalah dalam kehidupan dunia nyata atau kehidupan
ehari-hari; 3) siswa mampu menghargai penggunaan matematika kedalam dunia
nyata atau kehidupan sehari-hari sehingga siswa mampu mempelajari matematika
penuh perhatian, minat dan rasa ingin tahu secara gigih dan penuh percaya diri dalam
pemecahan masalah. Salah satu visi pada pembelajaran matematika adalah siswa
mampu mengarahkan pemahaman konsep atau ide matematika yang diperlukan
dalam menyelesaikan masalah matematika atau ilmu pengetahuan lain dan mampu
memberikan kemampuan bernalar yang baik, logis, kritis dan sistematis terhadap
aturan sifat matematika secara objektif dan terbuka yang diperlukan dalam
menhadapi kehidupan dimasa mendatang yang selalu berubah-ubah dari hari kehari
(Hadi, 2016)
2. Kemampuan Penalaran Siswa
Penalaran matematis merupakan salah satu aspek penting dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa, karena melalui penalaran siswa dapat mengetahui dan
mengerjakan matematika (Kusumayanti & Wutsqa, 2016; Sari dkk, 2017). Penalaran
merupakan suatu kemampuan siswa dalam berfikis yang memberikan bukti logis
untuk mencapai kesimpulan dan konsep penyelesaian masalah yang logis
berdasarkan fakta yang ada untuk menarik kesimpulan (Bernard, 2015; Hadi, 2016).
Penalaran adalah alat yang penting untuk matematika dan kehidupan sehari-hari dan
dapat diartikan bahwa siswa dalam mempelajari matematika memerlukan penalaran

7
untuk mencetuskan ide sehingga siswa dapat memahami konsep matematika yang
benar (Barrody, 1993).
Penalaran matematika siswa dikatakan baik apabila siswa mampu mengunakan
penalaran dengan pola pikir, melakukan manipulasi matematika dalam membuat
generalisasi, memyusun bukti, dan menjelaskan gagasan atau peryataan matemtaika
(Hadi, 2016). Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulakan bahwa penalaran
matematis terbagi atas dua bagian yaitu penalaran iduktif dan penalaran deduktif
(Ardiawan & Nurmaningsih, 2018). Kemampuan penalaran yang harus dibekali
siswa apabila mempunyai penalaran matematika yaitu: 1) mampu memberikan
penjelasan dengan mengunakan model, fakta, sifat-sifat dan hubungan; 2) mampu
memperkirakan jawaban dan solusi; 3) mampu melaksanakan perhitungan
matematika berdassarkan aturan yang disepakati, dan 4) mampu membuktikan
jawaban secara langsung maupun tidak langsung (Adhi & Kusumah, 2017).
Penalaran dalam matematika menurut Ramdani (2011) adalah: 1) menarik
kesimpulan logis, memberikan penjelasan dengan menggunakan model, fakta, sifat,
dan hubungan; 2) memperkirakan jawaban dan proses solusi, dan menggunakan pola
dan hubungan untuk menganalisis situasi matematika, menggambar analogi dan
generalisasi; 3) mengembangkan dan menguji dugaan, memberikan contoh kepada
lawan; 4) mengikuti aturan inferensi. Membangun argumen yang valid, memeriksa
validitas argument, dan 5) mengatur bukti langsung, bukti tidak langsung, dan
induksi matematika.
Kemampuan menalar mengacu pada keterampilan seseorang dalam menguasai
proses berpikir agar dapat menarik kesimpulan. Oleh karena itu, kemampuan
penalaran matematis siswa diukur dengan menggunakan tes kemampuan penalaran
dengan indikator berikut: 1) membuat asumsi; 2) melakukan manipulasi matematika;
3) menarik kesimpulan, menyiapkan bukti validitas solusi; 4) menarik kesimpulan
dari pernyataan; 5) menyelidiki validitas argumen; dan 6) mengidentifikasi pola-pola
fitur dari fenomena matematika untuk membuat generalisasi (Sugeng & Labulan,
2018). Berdasarkan kondisi ini, siswa dianggap mampu untuk beralasan jika mereka
dapat membuat asumsi untuk solusi masalah, mampu melakukan manipulasi
matematika untuk membuat generalisasi, menyiapkan bukti atau menawarkan ide
dari pernyataan matematika dan mampu menarik kesimpulan. Berdasarkan

8
penjelasan diatas, maka indikator kemampuan penalaran matematika siswa pada
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1 adalah sebagai berikut :

Tabel 1 Indikator Kemampuan Penalaran


Indikator kemampuan
Sub Skill
penalaran
1. Membuat asumsi 1.1 Siswa mampu merumuskan berbagai kemungkinan
pemecahan masalah sesuai dengan pengetahuan
yang dimilikinya.
1.2 Siswa mampu merumuskan masalah kedalam
bentuk model matematika
2. Melakukan 2.1. Siswa mampu menentukan apa yang diketahui dan
manipulasi apa yang ditanyakan
matematika 2.2. Siswa mampu menentukan strategi yang digunakan
dalam pemecahan masalah
2.3. Siswa mampu terampil dalam algoritma dan
ketepatan dalam menjawab soal
2.4. Siswa mampu menyelesaikan masalah
menggunakan strategi yang digunakan dalam
pemecahan masalah
3. Menarik 3.1. Siswa mampu menarik kesimpulan, menyusun
kesimpulan, bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap
menyiapkan bukti kebenaran solusi dengan menunjukan lewat
validitas solusi penyelidikan.
4. Menarik kesimpulan 4.1. Siswa mampu berfikir untuk memberdayakan
dari peryataan pengetahuan sedemikian rupa sehingga
menghasilkan sebuah pemikiran..
5. Memeriksa 5.1. Siswa mampu melakukan pemeriksaan hasil
kesahihan suatu jawaban soal terhadap soal
argumen 5.2. Siswa mampu menggunakan informasi yang ada
untuk mengerjakan kembali soal dengan cara yang
berbeda.
6. Mengindentifikasi 6.1. Siswa mampu menemukan pola atau sifat dari
gejala matematis untuk membuat generalisasi

3. Pemecahan Masalah
Penggunakan strategi pemecahan masalah, siswa akan lebih mudah dalam
mengubah masalah konteks kehidupan sehari-hari menjadikan abstrak dalam bentuk
matematika (Sitorus & Masrayati 2016). Penggunaan strategi pemecahan masalah
dalam pembelajaran matematika akan berdampak pada kemampuan dan ketrampilan
siswa (Tambunan, 2019). Salah satu faktor penting dalam proses belajar matematika
adalah kemampuan pemecahan masalah sehingga siswa dituntut untuk mampu

9
memahami, merancang dan menyelesaikan model matematika (Oftiana & Saefudin
2017). Saragih & Habeahan (2014) berpendapat bahwa pemecahan masalah adalah
suatu proses menerima tantangan untuk menjawab pertanyaan dengan penyelesaian
matematika non-rutin dalam bentuk pertanyaan kontekstual.
Ciri-ciri pemecahan masalah yaitu masalah membutuhkan pemikiran,
menantang siswa dalam memprediksi dan mendapatkan solusi, dan pembuktian
solusi harus benar (Noprianilubis dkk. 2017). Pemecahan masalah matematika siswa
dapat didefinisikan sebagai kemampuan siswa untuk memahami masalah,
merencanakan strategi penyelesaian masalah, melaksanakan strategi resolusi yang
dipilih, dan memeriksa kembali penyelesaian masalah ini untuk kemudian membuat
solusi secara sistematis dan tak terpisahkan dengan representasi masalah yang tepat
Siagian, Saragih, dan Sinaga (2019). Peran guru dalam mengelolah suatu
pembelajaran seharus dapat menumbuhkan kemampuan siswa dalam memecahkan
suatu permasalahan yang mereka hadapi (Syahri, 2018).
Menurut teori belajar polya terdapat empat langkah yang digunakan dalam
pemecahan masalah yaitu 1) memahami masalah; 2) menyusun penyelesaian
masalah; 3) menyelesaikan masalah sesuai perencanaan, dan 4) mengecek kembali
permasalahan yang telah diselesaikan (Irianti dkk., 2016). Langkah pertama
memahami masalah, artinya siswa harus membaca soalnya dan menyakinkan diri
bahwa siswa memahami soal secara benar. Langkah kedua menyusun penyelesaian
masalah, artinya siswa dapat menyusun rencana penyelesai masalah dari
permasalahan berdasarkan yang telah diketahui atau ditanyakan pada tahap
memahami masalah. Langkah ketiga menyelesaikan masalah sesuai perencanaan,
artinya siswa mulai menyelesaikan rencana pemecahan masalah berdasarkan tahap
menyusun rencana pemecahan masalah. Langkah keempat mengecak kembali
pemecahan kembali yang telah diselesaikan artinya siswa mengecek kembali
jawaban yang diperoleh, apakah jawabannya benar atau sesuai dengan prosedur
penyelesain soal.
4. Gaya Belajar
Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dan prestasi belajar adalah gaya
belajar (Utami & Gafur, 2015). Gaya belajar memiliki peran penting dalam belajar
matematika, karena gaya belajar matematika merupakan cara yang konsisten yang

10
sifat-sifatnya individu yang dilakukan oleh siswa dalam menyerap informasi dengan
mudah (Amin & Suardiman, 2016). Menurut teori psikologi gaya belajar percaya
bahwa menerimah atau mengelola informasi melalui indera atau sensorik yang
dimiliki siswa (Ermawati, Chanum, & Badrujaman, 2013).
Gaya belajar merupakan suatu kombinasi yang cenderung dipilh oleh siswa
dalam belajar untuk mengatur atau mengelolah informasi yang siswa pelajari
(Ramadani, Mustamin, & Idris, 2017). Gaya belajar adalah suatu reaksi personal
sesorang untuk menunjukan bagaimana memusatkan perhatiannya terhadap
pemahaman informasi dan mengembangkan ketrampilan yang berkaitan dengan
proses belajar mengajar (Muhaimin (2014). Setiap siswa mampunyai gaya belajar
yang berbeda-beda, sekalipun mereka bersekolah disekolah yang sama ataupun
mereka duduk bersama didalam kelas (Ridwan, 2017). Gaya belajar bukan hanya
berbicara mengenai informasi dari guru akan tetapi memproses informasi tersebut
dengan menggunakan otak kiri atau otak kanan.
Siahaan (2006) dan Utami & Gafur (2015) berpendapat bahwa gaya belajar
terbagi menjadi tiga bagian yaitu : 1) gaya belajar visual, siswa yang memiliki gaya
belajar ini akan sangat mudah melihat atau membayangkan apa yang
dibicarakan.Mereka akan sering melihat gambar yang saling berhubungan dengan
kata atau perasaan dan mereka memahami suatu masalah apabila mereka melihat
suatu kejadian berupa informasi tertulis maupun dalam bentuk gambar; 2) siswa yang
mempunyai gaya belajar auditori mampu mengekpresikan dirinya melalui suara baik
untuk berkomunikasi internal dengan dirinya maupun berkomunikasih eksternal
dengan orang lain. Ketika siswa ingin menulis sesuatu, siswa akan mendengar
pembicaraan dari orang lain kemudian siswa itu akan menulisnya. Ketika ingin
bertemu atau berbicara dengan orang lain yang baru dikenal, maka dia akan melatih
diri sendiri atau mental mengenai apa saja dan bagaimana cara untuk
mengatakannya; 3) siswa dengan gaya belajar kinestetik mempunyai kepekaan
terhadap perasaaan, emosi, sentuhan dan gerakan, sehingga ketika diminta untuk
menulis sesuatu, orang ini akan terlebih dahulu merasakan sesuatu yang ingin ditulis
kemudian menulisnya. Siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik akan belajar
lebih maksimal walaupun terdapat banyak keterbatasan fisik atau gerakan.

11
5. Hubungan Kemampuan Penalaran, Pemecahan Masalah, dan Gaya Belajar
Melalui pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan penalaran
matematis dan mampu menyelesaikan masalah matematika yang diberikan
(Rahmawati & Pala, 2017). Selain pemecahan masalah, gaya belajar juga memiliki
peran penting dalam penalaran matematika. Gaya belajar adalah salah satu cara
dalam belajar untuk mencapai sesuatu yang diharapkan yaitu hasil belajar yang baik
(Haryono & Tanujaya, 2018). Kemampuan penalaran sangat dibutuhkan dalam
belajar matematika, karena semakin tinggi tingkat penalaran siswa yang dimiliki oleh
siswa, maka akan semakin cepat dalam proses menyelesaiakan masalah matematika
(Inayah, 2016).
Kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika akan
mengindikasikan kemampuan siswa untuk berfikir kritis, logis, dan kreatif (Desi,
Candiasa, & Marheani, 2014). Menurut Henri, Syamsurizal, & Syaiful (2018) untuk
meningkatkan kemampuan penalaran siswa dalam menyelesaikan masalah
matematika, siswa harus memperhatikan gaya belajarnya sehingga hasil belajar yang
diperoleh lebih optimal. Proses penalaran sangat dibutuhkan dalam menyelesaikan
masalah matematika, karena matematika hanya dapat dipahami dengan bernalar
(Rahmawati, 2017).
Pemecahan masalah adalah suatu kemampuan yang harus dimiliki siswa dalam
menyelesaikan masalah matematika, karena pemecahan masalah merupakan salah
satu bagian penting dalam proses pembelajaran (Susiana, Yuliati, & Latifah, 2018).
Salah satu factor utama dalam menyelesaiakan masalah matematika adalah gaya
belajar, karena gaya belajar merupakan kebiasaan seseorang dalam melakukan
sesuatu (Andriani, 2014). Pada pembelajaran matematika kemampuan penalaran
sangat berperan penting dalam menyelesaikan masalah matematika karena
kemampuan penalaran diperlukan oleh siswa dalam proses memahami matematika
itu sendiri maupun dalam kehidupan sehari-hari (Novia, Wahyuni, & Husna, 2017).

METODE PENELITIAN
Beberapa tahapan yang akan dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini
adalah jenis dan pendekatan, lokasi dan subjek penelitian, tehnik pengumpulan data,
intrumen penelitian, tehnik analisis data dan prosedur penelitian.

12
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif yang
bertujuan untuk menganalisis kemampuan penalaran siswa SMP dalam
menyelesaikan masalah matematika ditinjau dari gaya belajar siswa. Pendeskripsian
ini dilakukan melalui pengamatan langsung yaitu menganalisis hasil tes yang
dikerjakan oleh subjek penelitian dan hasil hasil tes gaya belajar untuk membedakan
siswa dengan kategori siswa dengan gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik,
serta hasil wawancara yang dilakukan.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Malang
yang memiliki gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik. Siswa yang memiliki
gaya belajar visual adalah 9 orang, siswa yang memiliki gaya belajar auditori adalah
5 orang, dan siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik adalah 4 orang. Subjek
penelitian ini terdiri dari 6 siswa, subjek dipilih berdasarkan hasil angket gaya belajar
yang diberikan kepada siswa, maka dipilih 6 siswa yang terdiri dari 2 siswa yang
mewakili kelompok gaya belajar tipe visual, 2 siswa yang mewakili kelompok gaya
belajar tipe auditori, dan 2 siswa yang mewakili kelompok gaya belajar tipe
kinestetik.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
pemberian angket belajar, tes tertulis, dan wawancara.
a. Pertama, pemberian angket gaya belajar digunakan untuk menentukan gaya
belajar tipe visual, auditori, dan kinestetik. Pemberian angket gaya belajar
dilakukan diawal pertemuan sebanyak 30 pertanyaan dengan 3 pilihan jawaban.
Setiap responden diharuskan untuk memilih satu jawaban yang diberikan. Kriteria
pemilihan subjek adalah siswa yang memiliki gaya belajar V-A-K tinggi. Jadi
subjek dalam penelitian ini terdiri dari 2 siswa yang memiliki gaya belajar visual
dengan memiliki skor tertinggi, 2 siswa yang memiliki gaya belajar auditori
dengan memiliki skor teetinggi, dan 2 siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik
dengan memiliki skor tertinggi.
b. Kedua, tes tertulis bertujuan untuk mengukur kemampuan penalaran siswa dan
diberikan kepada enam siswa yang terpilih dari hasil pemberian tes angket gaya

13
belajar siswa yang terdiri dari dua siswa yang memiliki gaya belajar bertipe
visual, auditori, dan kinestetik. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah
soal uraian dengan bentuk soal tidak rutin yang terdiri dari 2 butir soal. Untuk
mendapatkan hasil yang baik atau maksimal dalam penelitian ini, maka
instrument yang digunakan terlebih dahulu dilakukan validasi ahli.
c. Ketiga, wawancara yang digunakan adalah wawancara tak terstruktur. Wawancara
tak terstruktur dilakukan setelah siswa melakukan tes, berguna untuk memperkuat
hasil tes yang sudah dilaksanakan siswa. Kemudian dgunakan untuk menggali
lebih dalam proses penyelesaian masalah matematika. Wawancara dianalisis
dengan mendeskripsikan hasil wawancara yang diperoleh. Penulisan wawancara
dilakukan dengan pendekatan emik, dengan menampilkan beberapa cuplikan
wawancara siswa yang relevan, kemudian data dianalisis sebagai pendukung hasil
tes.
4. Instrumen Penelitian
Intrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket gaya
belajar, tes tertulis dan wawancara. Pertama, angket gaya belajar diberikan pada
awal pertemua untuk menentukan gaya belajar tipe visual, auditori, dan kinestetik.
Angket gaya belajar terdiri dari 30 soal dengan 3 obsi jawaban yaitu obsi jawaban A
menentukan gaya belajar tipe visual, obsi B menentukan gaya belajar tipe auditori,
dan obsi C menentukan gaya belajar tipe kinestetik. Angket gaya belajar dalam
penelitian ini diadopsi dari angket “V-A-K Learning Style Assessment
Questionnaire” yang disusun oleh Chislett & Chapman (2005). Kedua, tes tertulis
diberikan kepada enam siswa yang terpilih dari hasil pemberian angket gaya belajar
yang terdiri dari dua siswa yang gaya belajarnya tipe visual, dua siswa yang gaya
belajarnya tipe auditori, dan dua siswa yang gaya belajarnya tipe kinestetik, untuk
mengukur kemampuan penalaran siswa dalam menyelesaikan masalah matematika.
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal uraian dengan bentuk soal tidak
rutin. Ketiga, wawancara yang digunakan adalah wawancara tak terstruktur.
Wawancara tak terstruktur dilakukan setelah siswa melakukan tes, berguna untuk
menggali lebih dalam proses menyelesaikan masalah matematika. Alur
pengembangan instrumen penelitian dapat dilihat pada diagram 1 adalah sebagai
berikut :

14
Diagram 1 Alur Pengembangan Intrumen Penelitian

Intrumen penelitian

Validasi intrumen

Revisi berdasarkan
Valid ?
saran validator

Intrumen siap
digunakan

5. Teknik Analisis Data


Analisis data dilakukan setelah semua data yang dibutuhkan dari subjek
penelitian yaitu dari pemberian angket gaya belajar, tes tertulis, dan wawancara
maka. Data di analisis menggunakan model Miles dan Huberman (2009) dengan
dimulainya reduksi data, penyajian data dan penarik kesimpulan.
a. Reduksi data, analisis hasi tes dan wawancara siswa menggunakan analisis
kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian ini merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal penting serta menemukan pola berdasarkan
kategori gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik. Dengan demikian data yang
sudah direduksi pada masing-masing variabel berdasarkan indikator kemampuan
penalaran siswa yaitu membuat asumsi, melakukan manipulasi matematika,
menarik kesempulan atau menyiapkan bukti validitas solusi, menarik kesimpulan
dari pernyataan, memeriksa kesahihan suatu argumen, dan mengindentifikasi
dalam menyelesaikan masalah matematika.
b. Tahap selanjutnya penyajian data, peneliti menyajikan data dari sekumpulan data
secara tersusun yang diperoleh sebelumnya dengan menganalisis data yang sudah
diubah menjadi bentuk tulisan menggunakan kalimat yang sesuai. Data dianalisis
pada setiap indikator cukup dengan perwakilan dua siswa yang tipe gaya belajar
visual, dua siswa yang tipe gaya belajar auditori, dan dua siswa yang tipe gaya

15
belajar kinestetik. Data dianalisis terlebih dahulu dari siswa yang bertipe gaya
belajar visual, dilanjutkan siswa yang bertipe gaya belajar auditori, dan kemudian
siswa yang bertipe gaya belajar kinestetik.
c. Penarikan kesimpulan, setelah selesai di analisis kemudian diakhiri dengan
penarikan kesimpulan yang sesuai dengan hasil penelitian, sehingga dapat
menemukan makna tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi. Dengan demikian,
dari hasil analisis kemudian disimpulkan berupa data temuan, sehingga dapat
menjawab permasalahan dalam penelitian ini. Dari kedua analisis diatas, setelah
membuat kesimpulan terhadap hasil tes dan hasil wawancara maka dibuat
kesimpulan akhir terhadap keseluruhan data yang telah dianalisis.
6. Prosedur Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan pokok yaitu
a. Tahap Persiapan
Kegiatan yang di lakukan ditahap ini adalah sebagai berikut : a) Survei di
sekolah yang direncanakan; b) Permohonan izin penelitian dikampus dan selanjutnya
diserahkan kepada sekolah. Kemudian penelitian mengadakan kesepakatan kepada
guru matematika disekolah mengenai materi yang disampaikan pada kelas dan waktu
yang akan diteliti; c) Penyusun intrumen penelitian dan; d) Validasi instrument
penelitian berupa tes gaya belajar dan tes kemampuan penalaran siswa.
b. Tahap Pelaksanaan
Langkah pertama pelaksanaan penelitian terlebih dahulu memberikan angket
gaya belajar kepada siswa. Pemberian tes gaya belajar untuk mengetahui gaya belajar
siswa yang bertipe visual, auditori, dan kinestetik.
Langkah kedua tes tertulis diberikan kepada enam siswa yang terpilih dari hasil
pemberikan angket gaya belajar yang terdiri dari dua siswa dengan gaya belajar tipe
visual, dua siswa dengan gaya belajar tipe auditori, dan dua siswa dengan belajar
bertipe kinestetik, untuk mengukur kemampuan penalaran siswa dalam
menyelesaikan masalah matematika. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah
soal uraian terdiri dari 2 butir soal dengan bentuk soal tidak rutin yang telah
divalidasi terlebih dahulu. Soal yang telah dijawab oleh siswa berupa data yaitu
lembar jawaban kemudian dianalisis.

16
Langkah ketiga wawancara yang digunakan adalah wawancara tak terstruktur.
Wawancara tak terstruktur dilakukan setelah siswa melakukan tes tertulis, berguna
untuk memperkuat hasil tes tertulis yang telah dilaksanakan oleh siswa.
c. Deskripsi Data
Tahap pendeskripsian data dilakukan setelah pemberian soal secara tertulis
yang berbentuk soal uraian dan berupa data proses penalaran siswa secara tertulis
yang sudah dilengkapi kebenarannya dengan hasil wawancara siswa kemudian
menulis pedoman wawancara berdasarkan indicator kemampuan penalaran siswa.
d. Pengambilan Kesimpulan
Langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah menulis kesimpulan dari data
yang telah ditemukan dalam analisis data.

Diagram 2 Prosedur Penelitian

Tahap Tahap Deskripsi Pengambilan


Persiapan Pelaksanaa Data Kesimpulan
n

Menyusun Pemberian
Menganalisi Kesimpulan
Rencana Angket Gaya
Penelitian Data
Belajar

Menyusun Hasil Angket Penyusunan


Intrumen Laporan Saran
Gaya Belajar
Penelitian Penelitian

Pemberian Tes
Kemampuan
Penalaran
Matematika

wawancara

17
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diperoleh dari hasil tes tertulis dan wawancara yang telah
dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis kemampuan penalaran siswa dengan
tipe gaya belajar visual, gaya belajar auditori, dan gaya belajar kinestetik. Subjek
dalam penelitian ini adalah 2 siswa dengan gaya belajar tipe visual, 2 siswa dengan
gaya belajar tipe auditori, dan 2 siswa dengan gaya belajar kinestetik yang diperoleh
dari hasil pemberian angket gaya belajar kemudian menganalisis hasil jawaban siswa
dan menindaklanjuti dengan wawancara untuk menganalisis kemampuan penalaran
siswa dalam menyelesaikan matematika. Penilaian kemampuan penalaran
matematika siswa SMP Muhammadiyah 4 Malang terdiri dari 6 indikator yaitu : 1)
membuat asumsi; 2) melakukan manipulasi matematika; 3) menarik kesimpulan dan
menyiapkan bukti validitas solusi; 4) menarik kesimpulan dari pernyataan; 5)
memeriksa kesahihan argument, dan 6) mengidentifikasi. Skor tertinggi yang akan
diperoleh oleh siswa adalah 4 dengan keterangan siswa dapat menyelesaikan soal
secara benar dan rinci sedangkan skor terendah adalah 1 dengan kategori siswa tidak
dapat menjawab soal dengan benar dan rinci.
1. Membuat Asumsi
Pada tahap indicator membuat asumsi, yaitu siswa terlebih dahulu membaca
soal yang diberikan dan kemudian siswa merumuskan berbagai kemungkinan dalam
pemecahan masalah yang sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki siswa dan
mampu merumuskan masalah kedalam bentuk matematika. Berikut ini hasil tes
tertulis dan wawancara siswa dengan gaya belajar visual, siswa dengan gaya belajar
auditori, dan siswa dengan gaya belajar kinestetik dalam membuat asumsi.
a) Siswa dengan gaya belajar tipe visual
Pada tahap indicator membuat asumsi, siswa dengan gaya belajar tipe visual
yang terpilih menjadi subjek penelitian ini ada dua subjek yaitu subjek V-1 dan
subjek V-2. Kedua subjek memiliki cara berfikir yang sama dalam menyelesaikan
permasalahan pada soal pertama dan soal kedua yaitu kedua subjek tidak mampu
menuliskan atau merumuskan berbagai kemungkinan dalam pemecahan masalah
sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya dan kedua subjek tidak mampu
merumuskan masalah kedalam bentuk model matematika, sehingga kedua subjek

18
memperoleh skor 1. Namun di saat wawancara dengan kedua subjek yaitu subjek
visual mampu mengungkapkan tahap indicator membuat asumsi pada permasalahan
soal pertama dan soal kedua. Berikut ini cuplikan wawancara dengan subjek visual
dalam membuat asumsi pada permasalahan soal pertama adalah sebagai berikut :
P : informasi apa yang anda dapat dari permasalahan soal pertama?
Visual : Ta’ifa ingin membeli 7 buku tulis dan 3 alat tulis
P : Bagaimana anda menyelesaikan masalah ini?
Visual : Memisalkan z adalah jumlah uang Ta’ifa, x adalah buku tulis, dan y
adalah alat tulis.
Berdasarkan wawancara diatas dengan subjek visual pada permasalahan soal
pertama mampu menyebutkan indikator membuat asumsi yaitu subjek visual mampu
merumuskan berbagai kemungkinan dalam pemecahan masalah dan mampu
merumuskan masalah kedalam bentuk model matematika yaitu memisalkan z adalah
jumlah uang Ta’ifa, x adalah buku tulis, dan y adalah alat tulis.
b) Siswa dengan gaya belajar tipe auditori
Pada tahap indaktor membuat asumsi siswa dengan gaya tipe auditori yang
terpilih menjadi subjek penelitian ini ada dua yaitu subjek A-1 dan subjek A-2.
Kedua subjek memiliki cara berfikir dalam membuat asumsi. Pada permasalahan soal
pertama, kedua subjek mampu menulis atau mampu merumuskan berbagai
kemungkinan dalam pemecahan masalah dan mampu merumuskan masalah kedalam
bentuk model matematika. Berikut ini tampak subjek auditori dalam membuat
asumsi adalah sebagai berikut :

mampu merumuskan berbagai


kemungkinan pemecahan
masalah kedalam bentuk model
matematika

Gambar 1 Subjek Auditori pada Indikator Membuat Asumsi


Berdasarkan gambar 1 di atas subjek auditori pada permasalahan soal pertama
dalam membuat asumsi dapat menuliskan atau mampu merumuskan berbagai
kemungkinan dalam pemecahan masalah dan mampu merumuskan masalah kedalam
bentuk model matematika dengan memisalkan z adalah uang Ta’ifa, x adalah buku

19
tulis, dan y adalah alat tulis, sehingga kedua subjek untuk permasalahan pada soal
pertama mendapat skor 4. Sedangkan untuk permasalahan soal kedua, subjek
auditori tidak mampu menulis pada lembar jawaban tentang membuat asumsi,
namun disaat wawancara dengan kedua subjek mampu menyebut atau merumuskan
berbagai kemungkinan dalam pemecahan masalah kedalam bentuk model
matematika sehingga kedua subjek auditori mendaparkan skor 1. Berikut ini
cuplikan wawancara dengan subjek auditori dalam membuat asumsi adalah sebagai
berikut :
P : Informasi apa yang anda dapat dalam permasalahan soal kedua?
Auditori: Pak Verry ingin membeli kemeja untuk Rafik
P : Bagaimana anda menyelesaikan masalah ini?
Auditori: Memisalkan terlebih dahulu dengan z adalah harga awal, x adalah
diskon toko Whyma busana, dan y adalah diskon toko Triyo busana
Wawancara diatas dengan sebjek auditori mampu menyebutkan indicator
membuat asumsi yaitu subjek auditori mampu menyebutkan berbagai kemungkinan
dalam pemecahan masalah kedalam bentuk model matematika yaitu subjek auditori
terlebih dahulu memisalkan z adalah harga awal, x adalah diskon toko Whyma
busana, dan y adalah diskon toko Triyo busana
c) Siswa dengan gaya belajar tipe kinestetik
Pada tahap indicator membuat asumsi siswa dengan gaya belajar tipe kinestetik
yang terpilih menjadi penelitian ini ada dua yaitu subjek K-1 dan subjek K-2. Kedua
subjek memiliki cara berfikir yang sama dalam dalam membuat asumsi yaitu kedua
subjek mampu merumuskan berbagai kemungkinan dalam pemecahan masalah
kedalam bentuk kalimat matematika pada permasalahan soal pertama dan soal kedua.
Sebagaimana ditegaskan oleh subjek kinestetik dalam membuat asumsi adalah
sebagai berikut :

mampu merumuskan
berbagai kemungkinan
pemecahan masalah
kedalam bentuk model
matematika
Gambar 2 Subjek Kinestetik pada Indikator Membuat Asumsi
Berdasarkan gambar 2 di atas subjek kinestetik pada permasalahan soal kedua
dalam membuat asumsi mampu merumuskan berbagai kemunginan dalam

20
pemecahan masalah kedalam bentuk kalimat matematika yaitu subjek kinestetik
memisalkan toko Whyma busana dalah x, toko Triyo busana adalah y, dan harga
awal adalah z, sehingga kedua subjek kinestetik dalam permasalahan soal pertama
dan kedua mendapat skor 4.
2. Melakukan Manipulasi Matematika
Pada tahap selanjutnya yaitu tahap indikator melakukan manipulasi
matematika, yaitu siswa mampu menentukan apa yang diketahui dan apa yang
ditanyakan, siswa mampu menentukan startegi yang digunakan dalam pemecahan
masalah, siswa mampu terampil dalam algoritma dan ketepatan menjawab soal, dan
siswa mampu menyelesaikan masalah menggunakan strategi yang digunakan dalam
pemecahan masalah. Berikut ini hasil tes tertulis dan wawancara siswa dengan gaya
belajar tipe visual, siswa dengan gaya belajar tipe auditori, dan siswa dengan gaya
belajar tipe kinestetik dalam melakukan manipulasi matematika.
a) Siswa dengan gaya belajar tipe visual
Pada tahap indicator melakukan manipulasi matematika, siswa dengan gaya
belajar visual yang terpilih menjadi subjek penelitian ini ada dua yaitu subjek V-1
dan subjek V-2. Kedua subjek memiliki cara berfikir yang berbeda dalam melakukan
manipulasi matematika untuk menyelesaikan permasalahan pada soal pertama dan
soal kedua. Pada permasalahan soal pertama subjek Visual mampu menulis apa yang
diketahui dan apa yang ditanyakan, namun tidak mampu menulis startegi yang
digunakan dalam pemecahan masalah. Namun subjek Visual mampu menyelesaikan
soal dengan benar dan menggunakan algoritma yang baik, sehinga subjek Visual
memperoleh skor 3. Sebagaimana ditegaskan oleh subjek Visual dalam indicator
melakukan manipulasi matematika adalah sebagai berikut :

mampu menentukan apa


yang diketahui dan apa
yang ditanyakan

mampu menyelesaikan
masalah dengan baik
dan benar

Gambar 3 Subjek Visual pada Indikator Melakukan Manipulasi Matematika

21
Berdasarkan gambar 3 di atas subjek Visual dalam melakukan manipulasi
matematika mampu menulis apa yang diketahui yaitu z = 50.000 , 10x = 50.000
disederhanakan menjadi x = 5.000, dan y = 6.000 dan menuliskan apa yang
ditanyakan yaitu 7x + 3y, namun subjek visual tidak mampu menuliskan strategi
yang digunakan dalan pemecahan masalah pertama. Kemudian subjek Visual
melanjutkan menyelesaikan masalah soal pertama yaitu 7x + 3y = 35.000 + 18.000,
sehingga subjek Visual memperoleh skor 3. Namun disaat wawancara dengan subjek
visual mampu menyebutkan strategi yang digunakan dalam pemecahan masalah.
Berikut ini cuplikan wawancara dengan subjek visual dalam melakukan manipulasi
matematika adalah sebagai berikut :
P : Cara apa yang anda gunakan untuk menyelesaikan masalah ini?
Visual : Subtitusi
P : caranya seperti apa?
Visual : Masukan nilai x dan y ke 7x + 3y
P : Caranya seperti apa?
Visual : 7(5.000) + 3(6.000) = 35.000 + 18.000 = 53.000
Pada saat wawancara dengan subjek Visual mampu menyebutkan startegi yang
digunakan dalam pemecahan masalah yaitu subjek Visual menggunakan strategi
subtitusi dalam menyelesaikan permasalahan soal pertama.
Sedangkan untuk permasalahan soal kedua, subjek Visual mampu menulis apa
yang diketahui dan apa yang ditanyakan dan mampu menentukan startegi yang
digunakan dalam pemecahan masalah, ketika dalam penyelesaian masalah subjek
Visual merasa kebingungan dan tidak mampu menyelesaikan masalah dengan benar
dan penggunaan algoritma masih kurang jelas dan tepat. Sebagai mana ditegaskan
oleh subjek Visual dalam melakukan manipulasi matematika pada permasalahan soal
kedua adalah sebagai berikut :

22
mampu menentukan apa
yang diketahui dan apa
yang ditanyakan

mampu menentukan strategi


yang digunakan dalam
pemecahan masalah

Belum mampu
menyelesaikan masalah
dengan benar

Gambar 4 Subjek Visual pada Indikator Melakukan manipulasi Matematika


Berdasarkan gambar 4 di atas, subjek Visual untuk permasalahan soal kedua
dalam melakukan manipulasi matematika mampu menulis apa yang diketatuhi yaitu
x adalah Rp 200.000,00, x adalah 40%, y adalah 30%(+10), menulis apa yang
ditanyakan yaitu kemeja ditoko mana Pak Verry dapat beli jika Pak Verry hanya
memiliki uang Rp 135.000,00 dan mampu menentukan strategi yang digunakan
dalam pemecahan masalah, namun tidak mampu dalam menyelesaikan permasalahan
dengan menggunakan algoritma pada soal kedua. Pada saat wawancara dengan
subjek Visual mampu mengungkapkan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan
dan mampu mengungkapkan strategi yang digunakan dalam pemecahan masalah,
namun tidak mampu mengungkapkan penyelesaian masalah, sehingga subjek Visual
memperoleh skor 3 untuk permasalahan soal kedua.
b) Siswa dengan gaya belajar tipe auditori
Pada tahap indicator melakukan manipulasi matematika, siswa dengan gaya
belajar tipe auditori yang terpilih menjadi subjek penelitian ini ada dua yaitu subjek
A-1 dan subjek A-2. Kedua subjek memiliki cara berfikir yang berbeda dalam
menyelesaikan permasalahan pada soal pertama dan soal kedua. Pada permasalahan
soal pertama subjek Auditori mampu menentukan apa yang diketahui dan apa yang
ditanyakan tetapi tidak mampu menulis strategi yang digunakan, namun mampu
menyelesaikan soal dengan benar dan mampu menggunakan algoritma yang baik
dalam menjawab soal, sebagaimana ditegaskan oleh subjek Auditori dalam
melakukan manipulasi matematika pada permasalahan soal pertama adalah sebagai
berikut :

23
mampu menentukan apa yang
diketahui dan apa yang ditanyakan

mampu menyelesaikan soal dengan


baik dan benar

Gambar 5 Subjek Auditori pada Indikator Melakukan Manipulasi Matematika


Berdasarkan gambar 5 di atas, subjek Auditori pada permasalahan soal pertama
dalam melakukan manipulasi matematika mampu menulis apa yang diketahui yaitu z
= 50.000, 10x = 50.000 kemudian menyederhakannya menjadi x = 5.000, dan y =
6.000 dan menulis apa yang ditanyakan yaitu 7x + 3y, namun tidak mampu
menuliskan strategi yang digunakan dalam pemecahan masalah, akan tetapi subjek
Auditori mampu menyelesaikan permasalahan soal pertama dengan benar dan
menggunakan pola algoritma yang baik dalam menjawab soal, sehingga subjek
Auditori memperoleh skor 3. Namun disaat wawancara dengan kedua subjek mampu
mengungkapkan strategi yang digunakan dalam pemecahan masalah, berikut ini
cuplikan wawancara dengan subjek Auditori dalam melakukan manipulasi
matematika pada permasalahan soal pertama adalah sebagai berikut :
P : Bagaimana anda menyelesaikan masalah ini?
Auditori : Menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan
P : Caranya seperti apa?
Auditori : Diketahui z = Rp 50.000,00 , 10x = Rp 50.000,00 dan
disederhanakan menjadi x = Rp 5.000,00 dan y = Rp 6.000,00 dan
ditanyakan adalah 7x + 3y.
P : Strategi apa yang digunakan dalam menyelesaikan masalah ini?
Auditori : Subtitusi
P : Bagaimana cara menyelesaikannya?
Auditori : Masukan nilai x dan y kedalam 7x + 3y = 7(Rp 5.000,00) + 3(Rp
6.000,00) = Rp 35.000,00 + Rp 18.000,00 = Rp 53.000,00
Berdasarkan hasil wawancara diatas menunjuhkan bahwa, subjek Auditori
dalam melakukan manipulasi matematika mampu mengungkapkan apa yang
diketahui yaitu z = Rp 50.000,00 , 10x = Rp 50.000,00 dan disederhanakan menjadi

24
x = Rp 5.000,00 dan y = Rp 6.000,00 dan apa yang ditanyakan yaitu 7x + 3y. Subjek
Auditori mampu mengungkapkan strategi yang digunakan dalam pemecahan
masalah dan mampu menyelesaikan permasalahan soal pertama dengan benar dengan
mengunakan pola algoritma yang baik dalam menjawab soal. Sedangkan untuk
permasalahan soal kedua, kedua subjek hanya mampu menulis apa yang diketahui
dan apa yang ditanyakan dan pada saat wawancara dengan kedua subjek Auditori
sehingga kedua subjek pada permasalahan soal kedua memperoleh skor 3.
c) Siswa dengan gaya belajar tipe kinestetik
Pada tahap indicator melakukan manipulasi matematika, siswa dengan gaya
belajar kinestetik yang terpilih menjadi subjek penelitian ini ada dua yaitu subjek K-1
dan subjek K-2. Kedua subjek memiliki cara berfikir yang berbeda dalam melakukan
manipulasi matematika. Pada subjek Kinestetik dalam melakukan manipulasi
matematika pada permasalahan soal pertama mampu menuliskan apa yang diketahui
dan apa yang ditanyakan dan mampu menyelesaikan soal dengan benar dan
menggunakan pola algoritma yang baik, namun untuk permasalahan soal kedua
subjek Kinestetik tidak mampu menentukan strategi yang digunakan untuk
pemecahan masalah, sehingga subjek Kinestetik memperoleh skor 4 untuk
permasalahan pada soal pertama dan memperoleh skor 3 untuk permasalahan pada
soal kedua sebagaimana ditegaskan oleh subjek Kinestetik dalam mealakukan
manipulasi matematika adalah sebagai berikut :

mampu menentukan apa yang


diketahui dan apa yang ditanyakan

mampu menyelesaikan soal dengan


baik dan benar

Gambar 6 Subjek Kinestetik pada Indikator Melakukan Manipulasi


Matematika

25
Berdasarkan gambar 6 di atas menegaskan bahwa subjek Kinestetik dalam
melakukan manipulasi matematika menulis apa yang diketahui z = 50.000, 10x =
50.000 disederhanakan menjadi x = 5.000 dan memisalkannya menjadi persamaan
pertama, y = 6.000 dengan memisalkannya menjadi persamaan kedua, mampu
menulis apa yang ditanyakan yaitu 7x + 3y dengan memisalkanya menjadi
persamaan ketiga. Tetapi subjek Kinestetik tidak mampu menulis strategi yang
digunakan untuk pemecahan masalah, namun subjek Kinestetik mampu
menyelesaikan masalah dengan benar dan menggunakan pola algoritma yang baik
dalam menjawab soal. Namun disaat wawancara dengan subjek Kinestetik mampu
mengungkapkan strategi yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan soal
kedua. Berikut ini cuplikan wawancara dengan subjek Kinestetik dalam melakukan
manipulasi matematika adalah sebagai berikut :
P : Strategi apa yang anda gunakan dalam menyelesaikan
masalah ini?
Kinestetik : Subtitusi
P : Cara seperti apa?
Kinestetik : Subtitusikan persamaan satu dan dua kedalam persamaan
tiga
P : Bagaimana menyelesaikannya?
Kinestetik : 7(Rp 5.000,00) + 3(Rp 6.000,00) = Rp 35.000,00 + Rp
18.000,00 = Rp 53.000,00
Pada permasalahan soal pertama subjek Kinestetik dalam melakukan
manipulasi matematika mampu mengungkapkan startegi yang digunakan dalam
pemecahan masalah yaitu mengunakan metode subtitusi.
3. Menarik Kesimpulan dan Menyiapkan Bukti Validitas Solusi
Pada tahap indicator menarik kesimpulan dan menyiapkan bukti validitas
solusi, yaitu siswa mampu menarikan kesimpulan, menyusun bukti, memberikan
alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi dengan menunjukan lewat penyelidikan.
Berikut ini hasil tes tertulis dan wawancara siswa dengan gaya belajar tipe visual,
siswa dengan gaya belajar tipe auditori, dan siswa dengan gaya belajar tipe kinestetik
dalam menarik kesimpulan dan menyiapkan bukti validitas solusi.
a) Siswa dengan gaya belajar tipe visual
Pada tahap indicator menarik kesimpulan dan menyiapkan bukti validitas
solusi, siswa dengan gaya belajar tipe visual yang terpilih menjadi subjek penelitian

26
ini ada dua yaitu subjek V-1 dan subjek V-2. Kedua subjek memiliki cara berfikir
yang berbeda dalam menarik kesimpulan dan menyiapkan bukti validitas solusi
untuk permasalahan soal pertama. Sebagaimana ditegaskan oleh subjek Visual dalam
menarik kesimpulan dan menyiapkan bukti validitas solusi adalah sebagai berikut :
mampu menarik kesimpulan,
menyusun bukti, memberikan alasan
atau bukti terhadapa kebenaran solusi.

Gambar 7 Subjek Visual pada Indikator Menarik Kesimpulan dan Menyiapkan


Bukti Validitas Solusi
Berdasarkan gambar 7 di atas menegaskan bahwa subjek Visual dalam
menarik kesimpulan dan menyiapkan bukti validitas solusi mampu menuliskan
penarikan kesimpulan, menyiapkan bukti dan memberikan alasan kebenaran jawaban
yang telah diselesaikan yaitu harga 7 buku tulis dan 3 alat tulis adalah Rp 53.000,00.
sehingga subjek memperoleh skor 4 untuk permasalahan pada soal pertama.
b) Siswa dengan gaya belajar tipe auditori
Pada tahap indikator menarik kesimpulan dan menyiapkan bukti validitas
solusi, siswa dengan gaya belajat tipe auditori yang terpilih menjadi subjek
penelitian ini ada dua yaitu subjek A-1 dan subjek A-2. Kedua subjek memiliki cara
berfikir yang sama dalam menarik kesimpulan dan menyiapkan bukti validitas solusi
pada permasalahan soal pertama, sehingga kedua subjek memperoleh skor 4.
Sedangkan pada permasalahan soal kedua, kedua subjek tidak mampu menuliskan
dan mengungkapkan penarikan kesimpulan dan menyiapkan validitas solusi,
sehingga kedua subjek memperoleh skor 1. Sebagaimana ditegaskan oleh subjek
Auditori dalam menarik kesimpulan dan menyiapkan bukti validtas solusi adalah
sebagai berikut :

mampu menarik kesimpulan,


menyusun bukti, memberikan alasan
atau bukti terhadapa kebenaran solusi.

Gambar 8 Subjek Auditori pada Indikator Menarik Kesimpulan dan


Menyiapkan Bukti Validitas Solusi
Berdasarkan gambar 8 diatas menunjukan bahwa subjek Auditori mampu
menuliskan penarikan kesimpulan, menyiapkan bukti dan memberikan alasan

27
terhadap jawaban yang telah diselesaikan yaitu harga 7 buku tulis dan 3 alat tulis
adalah Rp 53.000,00.
c) Siswa dengan gaya belajar tipe kinestetik
Pada tahap indicator menarik kesimpulan dan menyiapkan bukti validtas solusi,
siswa dengan gaya belajar tipe kinestetik yang terpilih menjadi subjek penelitian ini
ada dua yaitu subjek K-1 dan subjek K-2. Kedua subjek memiliki cara berfikir yang
sama dalam menarik kesimpulan dan menyiapkan bukti validitas solusi pada
permasalahan soal pertama dan soal kedua. Yaitu kedua subjek mampu menuliskan
dan mengungkapkan penarikan kesimpulan dan menyiapkan bukti validitas solusi.
Sebagaimana ditegaskan oleh subjek kinestetik dalam menarik kesimpulan dan
menyiapkan bukti validitas solusi adalah sebagai berikut :

mampu menarik kesimpulan,


menyusun bukti, memberikan alasan
atau bukti terhadapa kebenaran solusi.

Gambar 9 Subjek Kinestetik pada Indikator Menarik dan Menyiapkan Bukti


Validitas Solusi
Berdasarkan gambar 9 di atas menunjuhkan bahwa subjek Kinestetik dalam
menarik kesimpulan dan menyiapkan bukti validitas solusi untuk permasalahan soal
pertama mampu menuliskan dan memberikan alasan kebenaran solusi dimana subjek
Kinestetik menulis harga baju di toko Whyma busana adalah Rp 120.000,00 dan di
toko Triyo busana adalah Rp 126.000,00, sehingga kedua subjek pada permsalahan
soal pertama memperoleh skor 4.
4. Menarik Kesimpulan dari Pernyataan
Pada tahap indicator menarik kesimpulan dari pernyataan, yaitu siswa mampu
melakukan penarikan kesimpulan dari suatu pernyataan sehingga terjadi proses
berfikir yang memberdayakan pengetahuannya sedemikian rupa untuk menghasilkan
sebuah pemikiran. Berikut ini hasil tes tertulis dan wawancara siswa dengan gaya
belajar tepi visual, siswa dengan gaya belajar tipe auditori, dan siswa dengan gaya
belajar tipe kinestetik dalam menarik kesimpulan dari pernyataan.

28
a) Siswa dengan gaya belajar tipe visual
Pada tahap indicator menarik kesimpulan dari pernyataan, siswa dengan gaya
belajar tipe visual yang terpilih menjadi subjek pada penelitian ini ada dua yaitu
subjek V-1 dan subjek V-2. Kedua subjek memiliki cara berfikir yang sama dalam
menarik kesimpulan dari pernyataan. Kedua subjek visual cenderung tidak mampu
menuliskan penarikan kesimpulan dari pernyataan sehingga kedua subjek belum
mampu memberdayakan pengetahuannya untuk menghasilkan sebuah pemikiran,
sehingga kedua subjek untuk permasalahan pada soal pertama memperoleh skor 1.
Namun pada saat wawancara dengan subjek visual mampu mengungkapkan
penarikan kesimpulan dari pernyataan, sehingga menghasilkan sebuah pemikiran
pada permasalahan soal pertama, sebagai mana ditegaskan oleh subjek visual pada
cuplikan wawancara dibawa ini:
P : Apakah Ta’ifa dapat membeli 7 buku tulis dan 3 alat tulis?
Visual : Tidak Bisa
P : Kenapa tidak bisa?
Visual : Karena Ta’ifa hanya memiliki uang Rp 50.000,00. Sedangkan harga
7 buku tulis dan 3 alat tulis adalah Rp 53.000,00.
Pada saat dilakuan wawancara dengan subjek visual mampu mengungkapkan
penarikan kesimpulan dari pernyataan sehingga proses berfikir subjek visual mampu
memberdayakan pengetahuan sedemikan rupa untuk menghasilkan sebuah
pemikiran.
b) Siswa dengan gaya belajar tipe auditori
Pada tahap indicator menarik kesimpulan dari pernyataan,siswa dengan gaya
belajar tipe auditori yang terpilih menjadi subjek penelitian ini ada dua yaitu subjek
A-1 dan subjek A-2. Kedua subjek memilki cara berfikir yang sama dalam menarik
kesimpulan dari pernyataan. Sebagaimana ditegaskan oleh subjek auditori dalam
menarik kesimpulan dari pernyataan adalah sebagai berikut :

29
mampu berfikir untuk memberdayakan
pengetahuan sedemikian rupa sehingga
menghasilkan sebuah pemikiran.

Gambar 10 Subjek Auditori pada Indikator Menarik Kesimpulan dari


Pernyataan
Berdasarkan gambar 10 di atas menunjukan bahwa subjek auditori mampu
menulis indicator menarik kesimpulan dari pernyataan yaitu Ta’ifa tidak dapat
membeli 7 buku tulis dan 3 alat tulis karena Ta’ifa hanya mempunyai uang sebesar
Rp 50.000,00. Sehinggan proses berfikir subjek auditori mampu memberdayakan
pengetahuan untuk menghasilkan sebuah pemikiran dan subjek auditori memperoleh
skor 4 permasalahan pada soal pertama.
c) Siswa dengan gaya belajar tipe kinestetik
Pada tahap indicator menarik kesimpulan dari pernyataan, siswa dengan gaya
belajar tipe kinestetik yang terpilih menjadi subjek penelitian ini ada dua yaitu
subjek K-1 dan subjek K-2. Kedua subjek memiliki cara berfikir yang sama dalam
menarik kesimpulan dari pernyataan. Sebagaimana ditegaskan oleh subjek kinestetik
dalam menarik kesimpulan dari pernyataan adalah sebagai berikut :

mampu berfikir untuk memberdayakan


pengetahuan sedemikian rupa sehingga
menghasilkan sebuah pemikiran.

Gambar 11 Subjek Kinestetik pada Indikator Menarik Kesimpulan dari


Pernyataan
Berdasarkan gambar 11 di atas menunjukan bahwa subjek kinestetik mampu
menarik kesimpulan dari pernyataan yaitu subjek kinestetik menulis Pak Verry
membeli kemeja ditoko Whyma busana. Sehingga subjek kinestetik mampu
memberdayakan pengetahuan sedemikian rupa untuk menghasilkan sebuah
pemikiran. Sehingga subjek kinestetik memperoleh skor 4 untuk permasalahan pada
soal pertama dan soal kedua.
5. Memeriksa Kesahihan Suatu Argumen
Pada tahap indicator memeriksa kesahihan suatu argument, yaitu siswa mampu
melakukan pemeriksaan hasil jawaban soal terhadap soal dan siswa mampu
mengubah informasi yang ada untuk mengerjakan kembali soal dengan cara yang

30
berbeda. Berikut ini hasil tes tertulis dan wawancara siswa dengan gaya belajar
visual, siswa dengan gaya belajar auditori, dan siswa dengan gaya belajar kinestetik
dalam memeriksa kesahihan suatu argument.
a) Siswa dengan gaya belajar tipe visual
Pada tahap indicator memeriksa kesahihan suatu argument, siswa dengan gaya
belajar tipe visual yang terpilih menjadi subjek penelitian ini ada dua yaitu subjek V-
1 dan subjek V-2. Kedua subjek memiliki cara berfikir yang sama dalam memeriksa
kesahihan suatu argument dalam permasalahan pada soal pertama dan soal kedua.
Kedua subjek tidak mampu menulis atau menyebut kesahihan suatu argument atau
melakukan pemeriksaan hasil jawaban dan mengerjakan kembali soal dengan cara
yang berbeda, sehingga kedua subjek memperoleh skor 1 untuk permasalahan soal
pertama maupun permasalahan soal kedua.
b) Siswa dengan gaya belajar tipe auditori
Pada tahap indicator memeriksa kesahihan suatu argument, siswa dengan gaya
belajar tipe auditori yang terpilih menjadi subjek penelitian ini ada dua yaitu subjek
A-1 dan subjek A-2. Kedua subjek memeiliki cara berfikir yang sama dalam
menyelesaikan permasalahan soal pertama dan soal kedua. Kedua subjek tidak
mampu menulis atau menyebutkan kesahihan suatu argument atau kedua subjek
belum mampu memeriksa hasil jawaban atau mengerjakan kembali soal dengan cara
yang berbeda, sehingga kedua subjek memperoleh skor 1 pada permasalahan soal
pertama dan soal kedua.
c) Siswa dengan gaya belajar tipe kinestetik
Pada tahap indicator memeriksa kesahihan suatu argument, siswa dengan gaya
belajar tipe kinestetik yang terpilih menjadi subjek penelitian ini ada dua yaitu subjek
K-1 dan subjek K-2. Kedua subjek memiliki cara berfikir yang berbeda dalam
memeriksa kesahihan suatu argument dalam menyelesaikan masalah pada
permasalahan soal pertama, sedangkan pada permasalahan soal kedua, kedua subjek
tidak mampu menulis dan menyebut pemeriksaan hasil jawaban atau mengerjakan
soal dengan cara berbeda, sehingga kedua subjek untuk permasalahan pada soal
kedua menperoleh skor 1. Subjek Kinestetik pada permasalahan soal pertama mampu
menulis dan menyebutkan kesahihan suatu argument,sehingga subjek Kinestetik
untuk permasasalahan apada soal pertama memperoleh skor 4. Sebagaimana

31
ditegaskan oleh subjek Kinestetik dalam memeriksa kesahihan suatu argument
adalah sebagai berikut :

mampu melakukan pemeriksaan hasil


jawaban dengan menggunakan
informasi yang ada untuk mengerjakan
kembali soal dengan cara yang berbeda

Gambar 12 Subjek Kinestetik pada Indikator Memeriksa Kesahihan Suatu


Argumen
Berdasarkan gambar 12 di atas subjek Kinestetik dalam memeriksa kesahihan
suatu argument pada permasalahan soal pertama yaitu subjek mampu melakukan
pemeriksaan hasil jawaban dengan cara membuktikan bahwa Ta’ifa tidak dapat
membeli 7 buku tulis dan 3 alat tulis adalah 7𝑥 + 3𝑦 ≠ 𝑧 kemudian menyelesaikan
dengan 7(5.000) + 3(6.000) ≠ 50.000 kemudian melanjutkan dengan 35.000 +
18.000 ≠ 50.000 kemudian melanjutkannya dengan 53.000 ≠ 50.000.
6. Mengidentifikasi
Pada tahap indicator yang terakhir yaitu indikator mengindentifikasi, siswa
mampu menemukan pola atau sifat dari suatu pernyataan yang ada sehingga dapat
mengembangkannya kedalam kalimat matematika atau membuat generalisasi.
Berikut ini hasil tes tertulis dan wawancara siswa dengan gaya belajar tipe visual,
siswa dengan gaya belajar tipe auditori, dan siswa dengan gaya belajar tipe kinestetik
dalam mengidentifkasi matematika.
a) Siswa dengan gaya belajar tipe visual
Pada tahap indicator mengindentifikasi, siswa dengan gaya belajar tipe visual
yang terpilih menjadi subjek penelitian ada dua yaitu subjek V-1 dan subjek V-2.
Kedua subjek memiliki cara berfikir yang sama dalam pemecahan masalah soal
pertama dan soal kedua yaitu kedua subjek tidak mampu menulis pada lembar
jawaban dan menyebutnya pada saat wawancara untuk menemukan pola atau sifat
dari suatu pernyataan yang ada untuk mengembangkan kedalam bentuk kalimat
matematika atau membuat generalisasi, sehingga kedua subjek memperoleh skor 1
pada permsalahan soal pertama dan soal kedua.

32
b) Siswa dengan gaya belajar tipe auditori
Pada tahap indicator mengindentifikasi, siswa dengan gaya belajar tipe auditori
yang terpilih menjadi subjek penelitian ada dua subjek yaitu subjek A-1 dan subjek
A-2. Kedua subjek memiliki cara berfikir yang sama dalam kedua permasalahan
yang diberikan yaitu kedua subjek sama seperti siswa dengan gaya belajar tipe visual
tidak mampu menulis dan menyebut pola atau sifat dari suatu pernyataan untuk
membuat sebuah generalisasi, sehingga kedua subjek memperoleh skor 1 untuk
permasalahan pada soal pertama dan soal kedua.
c) Siswa dengan gaya belajar tipe kinestetik
Pada tahap indicator mengidentifikasi, siswa dengan gaya belajar tipe kinestetik
yang terpilih menjadi subjek penelitian ada dua yaitu subjek K-1 dan subjek K-2.
Kedua subjek memiliki cara berfikir yang sama untuk permasalahan soal pertama
dan soal kedua. Kedua sama seperti siswa dengan gaya belajar tipe visual dan
auditori yaitu kedua subjek tidak mampu menuliskan atau menyebutkan pola atau
sifat dari suatu pernyataan untuk mebuat sebuah generalisasi, sehingga kedua subjek
pada permasalahan soal pertama dan soal kedua memperoleh skor 1.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian kemampuan penalaran matematika siswa
berdasarkan indicator kemampuan penalaran matematika siswa dengan gaya belajar
tipe visual. Hasil dan wawancara penelitian ini menunjukan bahwa subjek visual
pada tahap indicator membuat asumsi mampu merumuskan berbagai kemungkinan
dalam pemecahan masalah dan merumuskan masalah kedalam bentuk model
matematika. Pada tahap membuat asumsi kedua subjek cenderung tidak memiliki
kesulitan untuk mengungkapkan berbagai kemungkinan dalam pemecahan masalah.
Pada tahap indicator melakukan manipulasi matematika kedua subjek mampu
mentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dan mampu menentukan
strategi yang digunakan dalam pemecahan masalah, sehingga kedua subjek mampu
menyelesaikan masalah dengan benar menggunakan algoritma yang baik. Subjek
visual menjelaskan hubungan antara apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan
pada soal secara tepat dan menggunakan unsur-unsur apa yang diketahui dan apa
yang ditanyakan dan menentukan strategi yang digunakan dalam pemecahan
masalah.

33
Pada tahap indicator menarik kesimpulan dan menyiapkan bukti validitas
solusi, kedua subjek mampu menuliskan dan mengungkapkan penarikan kesimpulan
dan menyiapkan bukti validitas solusi. Subjek visual pada permasalahan soal pertama
tidak mampu menuliskan pada lembar jawaban, namun disaat wawancara mampu
mengungkapkan penarikan kesimpulan, menyiapkan bukti dan memberikan alasan
untuk kebenaran solusi. Pada tahap indicator menarik kesimpulan dari pernyataan,
kedua subjek tidak mampu berfikir untuk memberdayakan pengetahuan sedemikan
rupa untuk menghasilkan sebuah pemikiran. Pada tahap indikator memeriksa
kesahihan suatu argument dan indicator mengidentifikasi, kedua subjek tidak
mampu melakukan pemerikasaan hasil jawaban atau mengerjakan kembali soal
dengan cara yang berbeda dan tidak mampu merumuskan pola atau sifat dari genjala
matematis untuk membuat generalisasi. Hal ini dikarena kedua subjek tidak mampu
menuliskan pada lembar jawaban dan mengungkapkanya pada saat wawancara.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan
gaya belajar visual terhadap kemampuan penalaran siswa. Dewi & Riswanto (2019)
mengungkapkan bahwa siswa dengan gaya belajar tipe visual ditemukan bahwa
kemampuan dalam menyelesaikan masalah dengan baik, karena kedua subjek
mampu menuliskan dan mengungkapkan dengan kalimat sendiri dalam model
matematika yaitu membuat asumsi untuk memecahkan masalah. Dalam melakukan
manipulasi matematika kedua subjek mampu menjelaskan apa yang diketahui dan
apa yang ditanyakan menggunakan teorema atau formula dan menentukan langkah-
langkah yang dapat digunakan untuk penyelesaian masalah untuk membentuk suatu
pendapat. Sehingga kedua subjek mampu menarik kesimpulan dan menyiapkan
validitas solusi sehingga terjadi proses berfikir yang memberdayakan pengetahuan
sedemikian rupa dan menghasilan sebuah pengetahuan baru. Namun siswa gaya
belajar tipe visual belum mampu memenuhi dua indicator yaitu indicator menyelidiki
validitas argument dan mengindentifikasi. Sedangkan Hidayatulloh (2015)
berpendapat bahwa siswa dengan gaya belajar visual yaitu dapat menyelesaikan
masalah dengan rapi dan teratur, berbicara dengan cepat, mampu membuat atau
mengatur rencana penyelesaian dengan baik, rinci, dan teliti, lebih mudah mengingat
apa yang dilihat dan selalu bersikap waspada dalam memberikan respon. Hal ini
sejalan dengan De Potter & Hernacki (2013); Lucy & Rizky (2012) menyatakan

34
bahwa siswa dengan gaya belajar visual mempunyai perencanaan dan pengatur
jangka panjang yang baik dan teratur.
Siswa dengan tipe auditori menunjuhkan bahwa pada tahap indicator membuat
asumsi pada permasalahan soal pertama dan soal kedua, kedua subjek mampu
merumuskan berbagai kemungkinan dalam pemecahan masalah dan mampu
merumuskan masalah kedalam bentuk kalimat matematika. Walaupun pada
permasalah soal kedua subjek subjek auditori tidak mampu menuliskan membuat
asumsi pada lembar jawaban, namun mampu menggungkapkannya saat wawancara.
Pada tahap indicator melakukan manipulasi matematika pada soal pertama subjek
auditori mampu menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dan tidak
mampu menentukan startegi yang digunakan dalam pemecahan masalah sehingga
subjek auditori tidak mampu menyelesaikan masalah. Ketika dilakukan wawancara
dengan subjek auditori mampu mengungkapkan strategi yang digunakan dalam
pemecahan masalah.
Pada tahap indicator menarik kesimpulan dan menyiapkan bukti validitas
solusi, kedua subjek mampu menarik kesimpulan, menyiapkan bukti dan
memberikan alasan terhadap kebenaran suatu solusi lewat penyelidikan. Pada tahap
indicator menarik kesimpulan dari pernyataan pada permasalahan pertama, kedua
subjek mampu memproses pemikiran untuk memberdayakan pengetahuan sedemikan
rupa sehingga kedua subjek mampu menghasilkan sebuah pemikiran yang benar.
Sedangkan pada tahap indicator memeriksa kesahihan suatu argument dan indkator
mengindentifikasi, kedua subjek belum mampu melakukan pemerikasaan hasil
jawaban atau mengerjakan kembali soal dengan cara yang berbeda dan tidak mampu
merumuskan pola atau sifat dari genjala matematis untuk membuat generalisasi. Hal
ini dikarena kedua subjek belum mampu menuliskan pada lembar jawaban dan
mengungkapkanya pada saat wawancara.
Siswa dengan gaya belajar tipe auditori belum mampu mendeskripsikan
indicator menyelidiki argument atau atau kesahihan dari suatu pernyataan dan
indicator dan mengindentifikasi atau membuat generalisasi, karena kedua subjek
secara domain tidak menjawabnya.. Pada penelitian ini sejalan dengan Ridwan
(2017) dan De Potter & Hernacki (2013) siswa auditori yaitu dalam menjelaskan
sesuatu dengan panjang lebar. Pada aspek memberikan kesimpulan auditorial

35
termasuk baik dalam memberikan alasan atau bukti, dimana siswa auditori terlihat
menginginkan cara yang lebih praktis yaitu menjawab dengan rumus cepat. Hal ini
sejalan dengan Hidayatulloh (2015) siswa dengan gaya belajar tipe auditori memiliki
perilaku sering berbicara sendiri ketika sedang bekerja atau belajar, mudah terganggu
dengan keributan atau suara berisik, Ketika siswa membaca sesuatu, maka siswa itu
akan membaca dengan nada yang keras, dan siswa mengalami kesulitan dalam
menulis suatu pernyataan akan tetapi siswa itu akan pandai dalam berargumen atau
berbicara dengan baik.
Sedangkan siswa dengan gaya belajar tipe kinestetik dalam indikator membuat
asumsi, kedua subjek mampu merumuskan berbagai kemungkinan dalam
pemecahaan masalah dan mampu merumuskan masalah kedalam bentuk model atau
kalimat matematika. Pada tahap indicator melakukan manipulasi matematika pada
permasalahan soal pertama dan soal kedua. Kedua subjek mampu menyelesaikan
masalah dengan baik. Subjek kinestetik mampu menjelaskan unsur-unsur dan
hubungan antara apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dengan strategi yang
digunakan dalam pemecahan masalah, sehingga kedua subjek mampu menyelesaikan
masalah dengan jawaban yang tepat dan benar dengan menggunakan pola algoritma
yang baik. Pada tahap indicator menarik kesimpulan dan menyiapkan bukti validitas
solusi pada permasalahan soal pertama dan soal kedua mampu menyimpulkan,
meyiapkan bukti atau memberikan alasan untuk kebenaran suatu masalah lewat
penyelidikan. Pada tahap indicator menarik kesimpulan dari pernyataan, kedua
subjek mampu memberdayakan pengetahuannya dengan baik sehingga subjek
kinestetik mampu menghasilkan sebuah pemikiran yang baik dan logis. Dan pada
tahap indicator memeriksa kesahihan suatu argument, kedua subjek hanya mampu
melakukan pemeriksaan hasil jawaban pada permasalahan soal pertama dan mampu
menggunakan informasi dengan baik untuk mengerjakan kembali soal dengan cara
lain. Sedangkan untuk tahap indicator mengidentifikasi kedua subjek tidak mampu
merumuskan pola atau sifat dari genjala matematis untuk membuat generalisasi. Hal
ini dikarena kedua subjek belum mampu menuliskan pada lembar jawaban dan
mengungkapkanya pada saat wawancara.
Berdasarkan hasil dari dua jawaban subjek kinestetik memberikan jawaban
pada indicator membuat asumsi dan melakukan manipulasi matematika atau

36
menyelesaikan masalah cukup baik dan jelas. Kemudian siswa dengan balajar tipe
kinestetik mendeskripsikan indicator menarik kesimpulan atau menyiapkan bukti
validitas solusi dan menarik kesimpulan dari pernyataan dengan baik pula. Hal ini
sejalan dengan Purwanti, Fakhri, & Negara (2019) bahwa menjelaskan langkah-
langkah penyelesaian masalah dengan benar. Selanjutnya pada tahap indicator
memeriksa kesahihan suatu argument kedua subjek memberikan jawaban yang cepat
dan unik. Hal ini sejalan dengan Ridwan (2017) bahwa siswa kinestetik adalah orang
yang tidak mau ribet. Terakhir yaitu mengidentifikasi, siswa dengan tipe kinestetik
kurang, karena tes yang diberikan kepada kedua subjek secara domain belum mampu
menjawabnya.
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, seorang guru wajib mengetahui
kecenderungan gaya belajar siswanya. Karena dalam kelas seorang guru tidak boleh
memberi perlakuan yang sama antara individu satu dengan individu yang lainnya.
Seorang guru harus mampu membedakan kebutuhan siswa masing-masing. Setelah
mengetahui kecenderungan gaya belajar siswanya maka seorang guru akan
mengetahui bagaimana metode yang tepat untuk menangani siswa yang memiliki
kecenderungan masing- masing agar penyerapan materi oleh siswa dengan baik dan
maksimal. Siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar tipe visual, auditori,
dan kinestetik harus tetap belajar sesuai dengan kecenderungan masaing-masing,
karena setiap siswa pada dasarnya mempunyai semua jenis gaya belajar namun
hanya memiliki satu gaya belajar yang paling domain. Maka setiap guru harus
mampu menggunakan atau menerapkan berbagai macam strategi dalam
pembelajaran, agar dapat menfasilitasi semua siswa yang mempunyai gaya belajar
tipe visual, auditori, dan kinestetik sehingga proses pembelajaran dikelas siswa akan
terlihat aktif dalam kegiatan belajar. Keaktifan siswa dalam proses pembalajaran
sedang berlangsung akan memberikan dampak atau pengalaman untuk siswa,
sehingga siswa dapat menciptakan pembelajaran yang bermakna.
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan hasil analisis data disimpulkan bahwa
kemampuan penalaran siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Malang dalam
menyelesaikan masalah matematika ditinjau dari gaya belajar adalah sebagai berikut:

37
1. Siswa dengan gaya belajar tipe visual belum menunjukan karakteristik
kemampuan penalaran dalam memecahkan masalah matematika, hal ini
dikarenakan ada banyaknya indicator kemampuan penalaran yang tidak
terpenuhi. Terlihat pada indicator membuat asumsi, menarik kesimpulan dari
pernyataan, memeriksa kesahihan suatu argument, dan mengidentifikasi tetapi
lebih terlihat pada indicator melakukan manipulasi matematika walaupun tidak
menunjukan strategi yang digunakan dalam pemecahan masalah dan indicator
menarik kesimpulan dan menyiapkan bukti validitas solusi.
2. Siswa dengan gaya belajar tipe auditori banyak menunjukan adanya
karakteristik kemampuan penalaran dalam memecahkan masalah matematika,
hal ini terlihat pada indicator kemampuan penalaran yaitu memenuhi indicator
membuat asumsi, melakukan manipulasi matematika, menarik kesimpulan dan
menyiapkan bukti validitas solusi, dan menarik kesimpulan dari pernyataan
walaupun pada tahap melakukan manipulasi matematika tidak menunjukan
strategi yang digunakan dalam pemecahan masalah, tetapi tidak terpenuhi pada
indicator memeriksa kesahihan suatu argument dan mengidentifikasi.
3. Siswa dengan gaya belajar tipe kinestetik banyak menunjukan adanya
karakteristik kemampuan penlaran dalam memecahkan masalah matematika, hal
ini terlihat pada indicator kemampuan penalaran yaitu memenuhi indicator
membuat asumsi, melakukan manipulasi matematika, menarik kesimpulan dan
menyiapkan bukti validitas solusi, manarik kesimpulan dari pernyataan, dan
memeriksa kesahihan suatu argument, tetapi tidak memenuhi pada indicator
mengidentifikasi.
B. Saran
Adapun saran yang diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut
1. Guru perlu memperhatikan gaya belajar siswa dalam pembelajaran matematika,
karena disetiap gaya belajar yang dimiliki siswa mempunyai kemampuan yang
berbeda-beda dalam menyelesaikan masalah.
2. Guru bidang studi matematika disarankan untuk memberikan banyak latihan
soal-soal non rutin atau soal-soal cerita dan memberikan bimbingan dalam
menyelesaikan soalnya.

38
3. Siswa diharapkan lebih aktif dan lebih banyak berlatik menyelesaikan masalah-
masalah matematika lebih dari satu cara untuk mengembangkan kemampuan
penalarannya.
4. Untuk penelitian lanjutan khususnya siswa yang bergaya belajar visual,
hendaknya dalam memberikan masalah disesuaikan dengan karakteristiknya
sehingga dapat diketahui kemampuan penalarannya.

REFERENSI

Abdullah, N., Halim, L., & Zakaria, E. (2014). VStops : A Thinking Strategy and
Visual Representation Approach in Mathematical Word Problem Solving
toward Enhancing STEM Literacy. Eurasia Journal of Mathematics, Science
and Technology Education, 10(3), 165–174.
https://doi.org/10.12973/eurasia.2014.1073a
Adhi, N. R. D. N., & Kusumah, Y. S. (2017). Implementation of Brain-Based
Learning Web-Assisted to Improve Students Mathematical Reasoning. Unnes
Journal of Mathematics Education, 6(1), 128–133.
https://doi.org/10.15294/ujme.v6i1.13646
Ali, R., Hukamdad, Akhter, A., & Khan, A. (2010). Effect of Using Problem Solving
Method in Teaching Mathematics on the Achievement Of Mathematics
Students. Asia Social Science, 6(2), 67–72. https://doi.org/10.5539/ass.v6n2p67
Amin, A., & Suardiman, S. P. (2016). Perbedaan Prestasi Belajar Matematika Siswa
Ditinjau Dari Gaya Belajar Dan Model Pembelajaran. Jurnal Prima Edukasia,
4(1), 12–19.
Amin, I., & Mariani, S. (2017). PME Learning Model : The Conceptual Theoretical
Study Of Metacognition Learning In Mathematics Problem Solving Based On
Constructivism. Internasional Electronic Journal of Mathematics Education,
12(3), 333–352.
Andriani, D. N. (2014). Kompetensi Profesional Guru, Motivasi, dan Gaya Belajar
Berpengaruh Terhadap Pemahaman Ekonomi Siswa Kelas XI IPS Di SMA
Negeri 1 Gondang Nganjuk. Jurnal Ekonomi Pendidikan Dan Kewirausahaan,
2(1), 42–56.
Anggraeni, L. (2011). Pengenalan Lingkungan Sekitar Untuk Meningkatkan Minat
Belajar Mata Pelajaran Sosiologi. Jurnal Komunitas, 3(2), 180–187.
Anwar, S., & Amin, S. M. (2013). Penggunaan Langkah Pemecahan Masalah Polya
Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada Materi Perbandingan Di Kelas VI MI
Al-Ibrohimy Galis Bangkalan. Jurnal Pendidikan Matematika E-Pensa, 1(1), 1–
6.
Ardiawan, Y., & Nurmaningsih. (2018). Kemampuan Penalaran Adaftif Siswa SMP
se-Kota Pontianak. AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Univ.
Muhammadiyah Metro, 7(1), 148–154.
Astuti, R. D., & Abadi, A. M. (2015). Keefektifan Pembelajaran Jigsaw Dan Tai
Ditinjau Dari Kemampuan Penalaran Dan Sikap Belajar Matematika Siswa.

39
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 2(2), 235–250.
Bakoban, F. I., & Amry, Z. (2017). Perbandingan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tpe Student
Teams Achievement Division Dengan Team Games Tournaments Di SMP
Negeri 35 Medan. Jurnal Inspiratif, 3(2), 68–79.
Barrody, A. J. (1993). Problem Solving, Reasoning, and Communicating, (K-8):
Helping Children Think Mathematically. new York: Merill as imprint of
Macmillan Publishing Company.
Bernard, M. (2015). Meningkatkan kKemampuan Komunikasi Dan Penalaran Serta
Disposisi Matematik s Siswa SMK Dengan Pendekatan Kontekstual Melalui
Game Adobe Flash CS 4.0. Infinity Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika
STKIP Siliwangi Bandung, 4(2), 197–222.
Chan, D. M., & Rahman, I. (2019). Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar
Pada Mata Kuliah Keterampilan Mebaca Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia STKIP YDB Lubuk Alung. KEMBARA : Jurnal Keilmuan
Bahasa, 5(1), 27–39.
Cheng, S., She, H., & Huang, L. (2018). The Impact of Problem-Solving Instruction
on Middle School Students ’ Physical Science Learning : Interplays of
Knowledge , Reasoning , and Problem Solving. Eurasia Journal of
Mathematics, Science and Technology Education, 14(3), 731–743.
https://doi.org/10.12973/ejmste/80902
De Potter, B., & Hernacki, M. (2013). Quantum Learning: Membiasakan Belajar
Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.
Desi, A., Candiasa, & Marheani. (2014). Pengaruh Implimentasi Open-Ended
Problem Dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Dengan Pengendalian Kemampuan Penalaran Abstrak. E-Journal
Program Pascasarjana, 4(1).
Dewi, N. A. K., & Riswanto. (2019). Analisis Penerapan Strategi Pembelajaran
Ekspositori Terhadap Prestasi Belajar Fisika Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa.
JRKPF UAD, 6(9), 17–22.
Ermawati, H., Chanum, I., & Badrujaman, A. (2013). Penagruh Metode STAD
(Student Teams Achievement Division) Terhadap Pemahaman Gaya Belajar Di
Kelas VIII-1 SMP Dewi Sartika Jakarta. Insight Jurnal Bimbingan Dan
Konseling, 2(2), 47–52.
Falah, B. N. (2019). Pengaruh Gaya Belajar Siswa dan Minat Belajar Matematika
Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. Jurnal Euclid, 6(1), 25–34.
Fatkhiyyah, I., Winarso, W., & Manfaat, B. (2019). Kemampuan Komunikasi
Matematika Siswa Ditinjau dari Perbedaan Gaya Belajar Menurut David Kolb.
Jurnal Elemen, 5(2), 93–107. https://doi.org/10.29408/jel.v5i2.928
Hadi, W. (2016). Meningkatkan Kemampuan Penalaran Siswa SMP Melalui
Pembelajaran Discovery Dengan Pendekatan Saintifk (Studi Kuasi Eksperimen
Di Salah Satu SMP Jakarta Barat). Jurnal Pendidikan Matematika, I(1), 93–
108.
Haris, A., & Abadi, A. M. (2013). Keefektifan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
dan GI Ditinjau dari Ketercapaian Standar Kompetensi, Sikap, Minat
Matematika. PYTHAGORAS : Jurnal Pendidikan Matematika, 8(2), 109–119.
Haryono, A., & Tanujaya, B. (2018). Profil Kemampuan Penalaran Induktif

40
Matematika Mahasiswa Pendidikan Matematika UNIPA Ditinjau Dari Gaya
Belajar. Journal of Honai Math, 1(2), 127–138.
Henri, Syamsurizal, & Syaiful. (2018). Pengaruh Model Co-Op Co-Op Mandiri
Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa.
AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Univ. Muhammadiyah Metro,
7(3), 482–491.
Hermawan, F., & Winarti, E. R. (2015). Komparasi Kemampuan Penalaran
Matematis Peserta didik Antara Pembelajaran Savi dan Vak Dengan Pendekatan
Saintifik. Unnes Journal of Mathematics Education, 4(1), 22–31.
Hidayatulloh. (2015). Pemetaan Tingkat Berfikir Kreatif Mahasiswa Pendidikan
Matematika Dalam Pemecahan Masalah Soal Analisis Real 2 Ditinjau Dari
Gaya Belajar. Jurnal E-DuMath, 1(2), 97–105.
Inayah, N. (2016). Pengaruh Kemampuan Penalaran Matematis dan Gaya Kognitif
Terhadap Kemampuan Komunikasi dan Koneksi Pada Materi Statistika Siswa
SMA. Journal of EST, 2(5), 74–80.
Indrawati. (2017). Pengaruh Metode Scaffolding Berbasis Konstruktivisme Terhadap
Hasil Belajar Matematika. Journal of Mathematics Education, 1(1), 9–16.
Irianti, N. P., Subanji, & Chandra, T. D. (2016). Proses Berfikir Siswa Quitter Dalam
Menyelesaikan Masalah SPLDV Berdasarkan Langkah-Langkah Polya. Jurnal
Matematika Dan Pendidikan Matematika, I(2), 133–142.
Krisbiono, A. D., Supriyanto, T., & Rustono. (2015). Kefektifan Penggunaan Model
Sinektik dan Model Simulasi Dalam Pembelajaran Menulis Teks Drama
Berdasarkan Gaya Belajar Pada Peserta Didik Kelas XI SMA. Seloka : Jurnal
Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 4(2), 125–130.
Kurniasari, I., Dwijanto, & Soedjoko, E. (2014). Keefektifan Model Pembelajaran
MMP Dengan Langkah Pemecahan Masalah Polya Terhadap Kemampuan
Berfikir Kreatif Siswa Kelas-VII. Unnes Journal of Mathematics Education,
3(2), 145–150.
Kusumayanti, A., & Wutsqa, D. U. (2016). Keefektifan model kolb-knisley ditinjau
dari prestasi belajar, kemampuan penalaran, dan self-esteem siswa. MaPan :
Jurnal Matematika Dan Pengajaran, 4(1), 29–42.
Lestari, R. M., Charitas, R., & Prahmana, I. (2017). Model Quided Inquiry , Student
Team Achievement Division Dan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa.
Beta : Jurnal Tadris Matematika, 10(2), 151–165.
Liberna, H. (2018). Hubungan Gaya Belajar Visual Dan Kecemasan Diri Terhadap
Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas X SMK Negeri 41 Jakarta. Jurnal
JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika), 2(1), 98–108.
Lucy, B., & Rizky, A. . (2012). DAHSYATNYA BRAIN SMART TEACHING Cara
Super Jitu Optimalkan Kecerdasan Otak dan Prestasi Belajar Anak. Bogor:
Penebar Plus+.
Mariyam, & Wahyuni, R. (2016). Mengembangkan Kemampuan Penalaran
Matematis Siswa Melalui Problem Centered Learning Pada Materi Peluang (
Studi Eksperimen Di Kelas VIII SMP N 6 Singkawang ). Jurnal Pendidikan
Matematika Indonesia, 1(2), 74–80.
Meyanasari, S. (2017). Pengaruh Minat dan Cara Belajar Terhadap Hasil Belajar
Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X IPS MAN 1 Kota Magelang Tahun
Ajaran 2015/2016. Economic Education Analysis Journal, 6(2), 602–611.

41
Miles, M. B., & Huberman, B. (2009). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.
Muhaimin, A. (2014). Pengaruh Penggunaan Media Riil Terhadap Keterampilan
Proses Sains Dan Gaya Belajar Siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Jurnal
Pendidikan Fisika Indonesia, 10, 47–58.
https://doi.org/10.15294/jpfi.v10i1.3050
Nisak, H., & Qohar, A. (2015). Pembelajaran Berbasis Masalah Berdasarkan
Langkah-Langkah Polya untuk Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal
Cerita Matematika. Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif, 6(2), 156–163.
Nitya, I. G. E. P. D., Koyan, I. W., & Partadjaja, T. R. (2013). Penerapan Model
Polya Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Matematika Dalam
Menyelesaikan Soal Cerita Pada Siswa Kelas V SD No.2 Pemaron. MIMBAR
PGSD UDIKSHA, 1(1).
Noprianilubis, J., Panjaitan, A., Surya, E., & Syahputra, E. (2017). Analysis
Mathematical Problem Solving Skills of Student of the Grade VIII-2 Junior
High School Bilah Hulu Labuhan Batu. International Journal of Novel
Research in Education and Learning, 4(2), 131–137.
Novia, C. E., Wahyuni, R., & Husna, N. (2017). Efektifitas Model Problem Posing
Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Pada Materi
Teorema Pythagoras Kelas VIII SMP Negeri 12 Singkawang. Jurnal
Pendidikan Matematka Indonesia, 2(2), 78–83.
Oftiana, S., & Saefudin, A. A. (2017). Pengaruh pendekatan pembelajaran
matematika realistik indonesia (pmri) terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa kelas vii smp negeri 2 srandakan. MaPan : Jurnal
Matematika Dan Pembelajaran, 5(2), 293–301.
Peranginangin, S. A., & Surya, E. (2017). An Analysis of Students ’ Mathematics
Problem Solving Ability in VII Grade at SMP Negeri 4 Pancurbatu.
Internasional Journal of Sciences : Basic and Applied Research (IJSBAR),
(May).
Permatasari, D. I., Amin, S. M., & Wijayanti, P. (2017). Penalaran Proporsional
Siswa SMP Kelas IX dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Ditinjau dari
Gender. Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif, 8(2), 199–207.
Prabasari, B., & Subowo. (2017). Penagruh Pola Asuh Orang Tua dan Gaya Belajar
Terhadap Prestasi Belajar Melalui Motivasi Belajar SEbagai Variabel
Intervening. Economic Education Analysis Journal, 6(2), 549–558.
Purnamasari, M., Isman, J., & Damayanti, A. (2017). Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Terhadap Konsep Bangun Ruang Materi Luas dan Volume
Balok dan Kubus Menggunakan Metode Drill Sekolah SMP Islam Al-Ghazali
Kelas VIII. FIBONACCI : Jurnal Pendidikan Matematika Dan Matematika,
3(1), 45–52.
Purwanti, D., Fakhri, J., & Negara, H. S. (2019). Analisis Tingkat Kemampuan
Berfikir Kreatif Matematis Peserta Didik Ditinjau Dari Gaya Belajar Kelas VII
SMP. AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika, 8(1), 91–102.
Rahmadi, F. (2015). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pemecahan
Masalah Berorientasi pada Kemampuan Penalaran dan Komunikasi
Matematika. PYTHAGORAS : Jurnal Pendidikan Matematika, 10(2), 137–145.
Rahmawati, D. I., & Pala, R. H. (2017). Kemampuan penalaran analogi dalam
pembelajaran matematika. Jurnal Euclid, 4(2), 717–725.

42
Rahmawati, N. K. (2017). Implementasi Teams Games Tournament dan Number
Head Together Ditinjau Dari Kemampuan Penalaran Matematis. Al-Jabar :
Jurnal Pendidikan Matematika, 8(2), 121–134.
Ramadani, R., Mustamin, S. H., & Idris, R. (2017). Hubungan Antara Kreativitas
Guru Dan Gaya Belajar Siswa Dengan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X
SMA Negeri 1 Bontomarannu Kabupaten Gowa. MaPan : Jurnal Matematika
Dan Pembelajaran, 5(1), 82–95.
Ramdani, Y. (2011). Enhancement of Mathematical Reasoning Ability At Senior
High School By The Application of Learning With Open Ended Approach.
International Seminar and the Fourth National Conference on Mathematics
Education 2011 Department of Mathematics Education, Yogyakarta State
University Yogyakarta, 7, 865–880.
Ridwan, M. (2017). Profil Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Ditinjau Dari
Gaya Belajar. KALAMATIKA Jurnal Pendidikan Matematika, 2(2), 193–205.
Riyanti, F., & Rustiana, A. (2018). Pengaruh Gaya Belajar, Kesiapan Belajar Melalui
Motivasi Belajar Sebagai Variabel Intervening Terhadap Kreatifan Belajar.
Economic Education Analysis Journal, 7(3), 1083–1099.
Rofiqoh, Z., Rochmad, & Kurniasih, A. W. (2016). Analisis Kemampuan Pemecahan
Masalah Siswa Kelas X Dalam Pembelajaran Discovery Learning Berdasarkan
Gaya Belajar Siswa. Unnes Journal of Mathematics Education, 5(1), 24–32.
Rolia, R., Rosmaiyadi, R., & Husna, N. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran
Creative Problem Solving Terhadap Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa Pada
Materi Program Linear Kelas XI SMK. VOX EDUKASI, 8(2), 72–82.
Rosmaiyadi. (2017). Analisis Kemampuan Berfikir Kritis Matematika Siswa Dalam
Learning cYCLE 7E Berdasarkan Gaya Belajar. Aksioma : Jurnal Pendidikan
Matematika FKIP Univ. Muhammadiyah Metro, 6(1), 12–19.
Saragih, S., & Habeahan, W. L. (2014). The Improving of Problem Solving Ability
and Students ’ Creativity Mathematical by Using Problem Based Learning in
SMP Negeri 2 Siantar. Journal of Education and Practice, 5(35), 123–133.
Sari, I. P., Yenni, & Raditya, A. (2017). Pengaruh Pendekatan Pembelajaran
Contextual Teaching And Learning (CTL) Terhadap Kemampuan Penalaran
Matematis Siswa SMP. Prima: Jurnal Pendidikan Matematika, 1(1), 19–32.
https://doi.org/10.31000/prima.v1i1.251
Setyawan, F. (2017). Profil Representasi Siswa SMP Terhadap Materi PLSV Di
Tinjau Dari Gaya Belajar Kolb. Journal of Mathematics Education IKIP
Veteran Semarang, 1(2), 82–90.
Siagian, M. V, Saragih, S., & Sinaga, B. (2019). Development of Learning Materials
Oriented on Problem-Based Learning Model to Improve Students ’
Mathematical Problem Solving Ability and Metacognition Ability. International
Electronic Journal Of Mathematics Education, 14(2), 331–340.
Siahaan, P. (2006). Analisis Kemampuan Komunikasi Siswa SMP Dikaitkan Dengan
Gaya Belajarnya. Jurnal Pengajaran MIPA, 8(2), 11–17.
Simamora, R. E., & Saragih, S. (2019). Improving Students ’ Mathematical Problem
Solving Ability and Self-Efficacy through Guided Discovery Learning in Local
Culture Context. Internasional Electronic Journal of Mathematics Education,
14(1), 61–72.
Singh, P., Teoh, S. H., Cheong, T. H., & Rasid, N. S. (2018). The Use of Problem-

43
Solving Heuristics Approach in Enhancing STEM Students Development of
Mathematical Thinking. Internasional Electronic Journal of Mathematics
Education, 13(3), 289–303.
Sitorus, J., & Masrayati. (2016). Students ’ creative thinking process stages :
implementation of realistic mathematics education. Thinking Skills and
Creativity, 1–13. https://doi.org/10.1016/j.tsc.2016.09.007
Sugeng, & Labulan, P. M. (2018). The Quality of Instrument Used to Measure
Mathematical Reasoning Ability of Junior High School Students. Advances in
Intelligent Systems Research (AISR), 144, 260–264.
Susiana, N., Yuliati, L., & Latifah, E. (2018). Pengaruh Interactive Demonstration
terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas X pada Materi Hukum
Newton. Jurnal Pendidikan : Teori, Penelitian, Dan Pengembangan, (2001),
312–315.
Syahri, A. A. (2018). Pengaruh Penerapan Pendekatan Realistik Setting Kooperatif
Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Kelas VIII. Jurnal
Matematika Dan Pembelajaran, 5(2), 216–235.
Tambunan, H. (2019). The Effectiveness of the Problem Solving Strategy and the
Scientific Approach to Students ’ Mathematical Capabilities in High Order
Thinking Skills. Internasional Electronic Journal of Mathematics Education,
14(2), 293–302.
Tirta, G. A. R., Prabowo, & Kuntjoro, S. (2018). Development of Physics Teaching
Intruments Belong to Cooperative Group Investigation Model to Improve
Student’ Self-Efficacy and Learning Achievement. JJPS (Jurnal Penelitian
Pendidikan Sains), 8(1), 1464–1471.
Umar, W. (2016). Strategi Pemecahan Masalah Matematika Versi George Polya Dan
Penerapannya Dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Pendidikan
Matematika, I(1), 59–70.
Utami, N. P., Mukhni, & Jazwinarti. (2014). Kemampuan Penalaran Matematis
Siswa Kelas XI IPA SMAN 2 Painan Melalui Penerapan Pembelajaran Think
Pair Square. Jurnal Pendidikan Matematika, 3(1), 7–12.
Utami, P., & Gafur, A. (2015). Pengaruh Metode Pembelajaran dan Gaya Belajar
Siswa Terhadap Hasil Belajar IPS Di SMP Negeri Di Kota Yogyakarta.
Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS, 2(1), 97–103.
Wahyuni, N. D., & Jailani, J. (2017). Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik
terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa SD The Effect of Using Realistic
Mathematics on Motivation and Learning Achievement of Primary School
Students. Jurnal Prima Edukasia, 5(2), 151–159.
Wawan. (2017). Eksperimentasi Model Pembelajaran STAD Berbantuan Geogebra
pada Materi Similaritas Ditinjau dari Gaya Belajar. Numerical: Jurnal
Matematika Dan Pendidikan Matematika, 1(1), 1–8.
Wibowo, A. (2017). Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Dan
Saintifk Terhadap Prestasi Belajar, Kemampuan Penelaran Matematis dan
Minat Belajar. Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 4(1), 1–10.
Wulandari, & Sinambela, N. (2017). Hubungan Kepercayaan Diri (Self-Confidence)
Dengan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Dengan
Menggunakan Model Problem Based Learning Di MAN Kisaran. Jurnal
Inspiratif, 3(2), 102–108.

44
Yani, M., Ikhsan, M., & Marwan. (2016). Proses Berfikir Siswa Sekolah Menengah
Pertama Dalam Memecahkan Masalah Matematika Berdasarkan Langkah-
Langkah Polya Ditinjau Dari Adversity Quotient. Jurnal Pendidikan
Matematika, 10(2), 43–58.

45
46
Lampiran 1

Angket Gaya Belajar

Nama :
Kelas :
Alokasi waktu : 30 Menit
Berikan tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang sesuai dengan perilaku
anda!
1. Ketika saya mengoperasikan peralatan baru, saya biasanya:
a. Baca instruksi terlebih dahulu
b. Mendengarkan penjelasan dari seseorang yang telah menggunakannya
sebelumnya
c. Silakan dan mulai, saya bisa mengetahuinya saat saya menggunakannya
2. Ketika saya membutuhkan petunjuk untuk bepergian, saya biasanya:
a. Lihat peta
b. Meminta arahan yang diucapkan
c. Ikuti hidungku dan mungkin gunakan kompas
3. Ketika saya memasak hidangan baru, saya suka:
a. Ikuti resep tertulis
b. Menelepon teman untuk penjelasan
c. Mengikuti naluri saya, menguji saat saya memasak
4. Jika saya mengajar seseorang sesuatu yang baru, saya cenderung:
a. Tuliskan instruksi untuk mereka
b. Berikan penjelasan verbal
c. Berdemonstrasi pertama dan kemudian biarkan mereka mencobanya
5. Saya cenderung mengatakan:
a. Perhatikan bagaimana saya melakukannya
b. Dengarkan aku jelaskan
c. Anda harus mencobanya
6. Selama waktu luang, saya paling menikmati:
a. Pergi ke museum dan galeri
b. Mendengarkan musik dan berbicara dengan teman-teman saya
c. Bermain olahraga atau melakukan DIY
7. Ketika saya pergi berbelanja pakaian, saya cenderung untuk:
a. bayangkan seperti apa mereka nantinya
b. mendiskusikannya dengan staf toko
c. coba dan uji mereka
8. Ketika saya memilih liburan saya biasanya:
a. membaca banyak brosur
b. mendengarkan rekomendasi dari teman
c. bayangkan bagaimana rasanya berada di sana

47
9. Jika saya membeli mobil baru, saya akan:
a. membaca ulasan di surat kabar dan majalah
b. diskusikan apa yang saya butuhkan dengan teman-teman saya
c. banyak test-drive berbagai jenis
10. Ketika saya mempelajari keterampilan baru, saya merasa paling nyaman:
a. memperhatikan apa yang dilakukan guru
b. membicarakan dengan guru apa yang seharusnya saya lakukan
c. coba sendiri dan kerjakan saat saya pergi
11. Jika saya memilih makanan dari menu, saya cenderung:
a. bayangkan seperti apa makanan itu nantinya
b. berbicara melalui opsi di kepala saya atau dengan pasangan saya
c. bayangkan seperti apa rasanya makanan itu
12. Ketika saya mendengarkan band, saya tidak dapat membantu:
a. menonton anggota band dan orang lain di antara penonton
b. mendengarkan lirik dan ketukan
c. bergerak sesuai waktu dengan musik
13. Ketika saya berkonsentrasi, saya paling sering:
a. fokus pada kata-kata atau gambar di depan saya
b. mendiskusikan masalah dan kemungkinan solusi di kepala saya
c. sering berpindah-pindah, bermain-main dengan pena dan pensil dan
menyentuh benda-benda
14. Saya memilih perabotan rumah tangga karena saya suka:
a. warna dan penampilannya
b. deskripsi yang diberikan orang-orang penjualan kepada saya
c. tekstur dan bagaimana rasanya menyentuhnya
15. Memori pertama saya adalah:
a. melihat sesuatu
b. sedang diajak bicara
c. melakukan sesuatu
16. Ketika saya cemas, saya:
a. memvisualisasikan skenario terburuk
b. bicara di kepalaku apa yang paling membuatku khawatir
c. tidak bisa duduk diam, bermain-main dan bergerak terus-menerus
17. Saya merasa sangat terhubung dengan orang lain karena:
a. bagaimana penampilan mereka
b. apa yang mereka katakan padaku
c. bagaimana perasaan mereka terhadap saya
18. Ketika saya harus merevisi untuk ujian, saya biasanya:
a. menulis banyak catatan revisi dan diagram
b. membicarakan catatan saya, sendiri atau dengan orang lain
c. bayangkan membuat gerakan atau membuat formula

48
19. Jika saya menjelaskan kepada seseorang, saya cenderung untuk:
a. tunjukkan pada mereka apa yang saya maksud
b. menjelaskan kepada mereka dengan cara yang berbeda sampai mereka
mengerti
c. mendorong mereka untuk mencoba dan berbicara melalui ide-ide saya ketika
mereka melakukannya
20. Saya sangat suka:
a. menonton film, fotografi, melihat seni atau menonton orang
b. mendengarkan musik, radio, atau berbicara dengan teman
c. mengambil bagian dalam kegiatan olahraga, makan makanan enak dan
anggur dan menari
21. Sebagian besar waktu luang saya dihabiskan:
a. menonton televisi
b. berbicara dengan teman
c. melakukan aktivitas fisik atau membuat sesuatu
22. Ketika saya pertama kali menghubungi orang baru, saya biasanya:
a. mengatur pertemuan tatap muka
b. berbicara dengan mereka di telepon
c. mencoba untuk berkumpul bersama saat melakukan sesuatu yang lain, seperti
aktivitas atau makan
23. Saya pertama kali memperhatikan bagaimana orang:
a. terlihat dan berpakaian
b. terdengar dan berbicara
c. berdiri dan bergerak
24. Jika saya marah, saya cenderung untuk:
a. terus memutar ulang dalam benak saya apa yang membuat saya kesal
b. angkat suara saya dan beri tahu orang-orang bagaimana perasaan saya
c. cap sekitar, membanting pintu dan secara fisik menunjukkan kemarahan saya
25. Saya merasa paling mudah untuk mengingat:
a. wajah
b. nama
c. hal-hal yang telah saya lakukan
26. Saya pikir Anda bisa tahu apakah seseorang berbohong jika:
a. mereka menghindari menatapmu
b. suaranya berubah
c. mereka memberi saya getaran lucu
27. Ketika saya bertemu seorang teman lama:
a. Saya katakan, "Senang melihatmu!"
b. Saya katakan, "Senang mendengar dari Anda!"
c. Saya memberi mereka pelukan atau jabat tangan
28. Saya mengingat hal-hal terbaik dengan:

49
a. menulis catatan atau menyimpan detail cetakan
b. mengatakannya keras-keras atau mengulang kata-kata dan poin-poin penting
di kepala saya
c. melakukan atau mempraktikkan aktivitas atau membayangkannya sedang
dilakukan
29. Jika saya harus mengeluh tentang barang yang salah, saya paling nyaman:
a. menulis surat
b. mengeluh melalui telepon
c. membawa mereka kembali ke toko atau mempostingnya kembali ke kantor
pusat
30. Saya cenderung mengatakan:
a. Saya mengerti maksud Anda
b. Saya mendengar apa yang Anda katakan
c. Saya tahu bagaimana perasaan Anda

50
Lampiran 2

Skor Hasil Angket Gaya Belajar

Gaya Belajar
No. Nama Kategori subjek
V A K
1 Dewi Amalia 12 7 11 Visual
2 Azizah Imro’atus Syafar 13 9 8 Visual
3 Nora Nadia I P 12 8 10 Visual
4 Amin C 13 8 9 Visual
5 Retno 11 8 11 Visual
6 Nanda Bagus P 6 10 14 Kinestetik Subjek
7 M. Reyhan Noor Rizki 9 12 9 Auditori
8 M. Arfan W 11 12 7 Auditori
9 Melati Puspita Sari 16 8 6 Visual Subjek
10 M. Dani S 14 10 6 Visual Subjek
11 Ridi Nur Jelita Cahyu 8 7 15 Kinestetik Subjek
12 Salsa Inka Mutiara 7 14 9 Auditori Subjek
13 Dyana Rizky A 15 9 6 Visual
14 Amelia Putri 7 11 12 Kinestetik
15 Ardiansyah 9 11 10 Auditori
16 Thoriq Maulana 10 14 6 Auditori Subjek
17 Arini Ramadhani 8 9 13 Kinestetik
18 Anfal Aulia 13 9 8 Visual

51
Lampiran 3

Tes Kemampuan Penalaran Matematika

PETUNJUK UMUM :
A. Tuliskan nama dan kelas di sudut kanan atas!
B. Bacalah setiap soal dengan baik dan teliti sebelum anda menjawab!
C. Kerjakan setiap soal sesuai dengan petunjuk!
D. Kembalikan lembar soal dan lembar jawaban dalam keadaan utuh!
E. Teliti kembali pekerjaanmu sebelum kamu serahkan kepada Bapak/Ibu guru!

Soal Essay :
1. Ta’ifa mempunyai uang sebesar Rp 50.000,00. Lalu ia pergi ke toko alat tulis,
Ta’ifa membutuhkan 7 buku tulis dan 3 alat tulis. Ketika akan membayar, ia
ragu apakah uangnya cukup untuk membeli alat tulis dan buku tulis tersebut.
Karena ragu, ia memperhatikan Fatma dan Andini yang membeli alat tulis
dan buku tulis yang sama. Ta’ifa melihat Fatma yang membayar Rp
50.000,00 untuk membeli 10 buku tulis yang sama. Tak lama kemudian
Andini membeli sebuah alat tulis yang ia ingin beli dan membayar kepada
kasir sebesar Rp 6.000,00. Apakah uang Ta’ifa cukup untuk membeli buku
tulis dan alat tulis tersebut? Mengapa?
2. Menjelang Hari Raya Idul Fitri, toko-toko di Pasar Baru menjual pakaian
dengan diskon besar besaran. Pak Verry berencana untuk membeli kemeja
untuk Rafik. Setelah berkeliling, ternyata ada 2 toko yang menjual kemeja
yang sama dengan harga yang sama pula, yaitu Rp 200.000,00 tetapi dengan
penawaran diskon yang berbeda. Toko Whyma Busana memberikan diskon
sebesar 40% sedangkan Toko Triyo Busana memberikan diskon sebesar
30%(+10%) yang artinya akan terjadi diskon harga lagi sebesar 10% dari
harga total yang telah didiskon 40%. Jika Pak Verry hanya memiliki uang
sebesar Rp 135.000,00 kemeja dari toko manakah yang dapat Pak Verry beli?
Mengapa? Jelaskan!

52
Lampiran 4

Kunci Jawaban Tes Kemampuan Penalaran Matematis


Indicator Penalaran
No. Soal Jawaban
Matematis
1. Ta’ifa mempunyai uang sebesar Rp Misal : x = buku tulis Membuat asumsi
50.000,00. Lalu ia pergi ke toko alat y = alat tulis
tulis, Ta’ifa membutuhkan 7 buku z = uang Ta’ifa
tulis dan 3 alat tulis. Ketika akan Diketahui: Melakukan manipulasi
membayar, ia ragu apakah uangnya  z = 50.000 matematika
cukup untuk membeli alat tulis dan  10x = 50.000
buku tulis tersebut. Karena ragu, ia x = 5.000 (i)
memperhatikan Fatma dan Andini  y = 6.000 (ii)
yang membeli alat tulis dan buku Ditanyakan :
tulis yang sama. Ta’ifa melihat 7x + 3y = (iii)
Fatma yang membayar Rp 50.000,00 Subtitusikan persamaan (i) dan (ii) kedalam persamaan (iii)
untuk membeli 10 buku tulis yang = 7(5.000) + 3(6.000)
sama. Tak lama kemudian Andini = 35.0000 + 18.000
membeli sebuah alat tulis yang ia = 53.000
ingin beli dan membayar kepada Jadi, harga 7 buku tulis dan 3 alat tulis adalah Rp 53.000,00 Menarik kesimpulan,
kasir sebesar Rp 6.000,00. Apakah menyiapkan bukti
uang Ta’ifa cukup untuk membeli validitas solusi
buku tulis dan alat tulis tersebut? Ta,ifa tidak dapat membeli buku tulis dan alat tulis. Karena Menarik kesimpulan
Mengapa? Ta,ifa hanya memiliki uang sebesar Rp 50.000,00 dari pernyataan
 Untuk membuktikan bahwa Ta’ifa tidak dapat membeli 7 Menyelidiki validitas
buku tulis dan 3 alat tulis. maka kita harus buktikan bahwa argumen
7x + 3y ≠ z
Diketahui :

53
 z = 50.000,00
 x = 5.000,00 (i)
 y = 6.000,00 (ii)
ditanyakan :
 7x + 3y ≠ z (iii)
Penye:
 7(5.000,00) + 3(6.000,00) ≠ 50.000,00
35.000,00 + 18.000,00 ≠ 50.000,00
53.000,00 ≠ 50.000,00 (terbukti)
Diketahui Mengindentifikasi
Harga 10 buku tulis adalah Rp 50.000,00
Harga tiap buku tulis adalah Rp 5.000,00
Harga alat tulis adalah Rp 6.000,00
Uang susi adalah Rp 50.000,00
Ditanykan
7 buku tulis + 3 alat tulis
2. Menjelang Hari Raya Idul Fitri, Misal : Membuat asumsi
toko-toko di Pasar Baru menjual z = harga awal
pakaian dengan diskon besar x = diskon toko Whyma busana
besaran. Pak Verry berencana untuk y = diskon toko Trio busana
membeli kemeja untuk Rafik. Diketahui : Melakukan manipulasi
Setelah berkeliling, ternyata ada 2 z = Rp 200.000,00 matematika
toko yang menjual kemeja yang x = 40%
sama dengan harga yang sama pula, y = 30%(+10%)
yaitu Rp 200.000,00 tetapi dengan Ditanykan :
Kemeja ditoko mana yang Pak Verry dapat beli, jika Pak
penawaran diskon yang berbeda.
Verry hanya memiliki uang Rp 135.000,00
Toko Whyma Busana memberikan Penyelesaian :
diskon sebesar 40% sedangkan Toko a. Toko Whyma busana
Triyo Busana memberikan diskon Harga disko = z 𝑥 x

54
sebesar 30%(+10%) yang artinya 40
= 200.000 x 100
akan terjadi diskon harga lagi = 80.000
sebesar 10% dari harga total yang Jadi harga baju setelah didiskon adalah Rp 200.000,00 – Rp
telah didiskon 40%. Jika Verry 80.000,00 = Rp 120.000,00
hanya memiliki uang sebesar Rp b. Toko Trio busana
135.000,00 kemeja dari toko Harga diskon pertama = z 𝑥 y
manakah yang dapat Ibu beli? 30
= 200.000 x 100
Mengapa? Jelaskan! = 60.000
Harga baju setelah dikenai diskon pertama adalah Rp 200.000,00
– Rp 60.000,00 = Rp 140.000,00
Harga diskon kedua = Harga setelah dikenai diskon pertama x
Diskon kedua
140.000 x 10% = 14.000
Jadi, harga baju setelah didiskon adalah Rp 140.000,00 – Rp
14.000,00 = Rp 126.000,00
Jadi harga baju kemeja di toko Whyma busana adalah Rp Menarik kesimpulan,
120.000,00 dan harga baju kemeja di toko Trio busana adalah menyiapkan validitas
Rp 126.000,00. Sehingga, harga kemeja yang paling murah, solusi
yaitu kemeja yang dijual di toko Whyma Busana dengan harga
Rp 120.000,00
Jadi, Ibu membeli kemeja di toko Whyma busana dengan Menarik kesimpulan
harga Rp 120.000,00 dari pernyataan
Untuk membuktikan bahwa Pak Verry membeli baju kemeja Menyelidiki validitas
ditoko Whyma busana, maka kita harus membuktikan toko argumen
Whyma busana lebih murah dari pada toko Trio Busana.
 harga baju setelah diskon toko Whyma busana ≤ harga baju
setelah diskon pertama dan diskon kedua toko Trio busana
Rp. 120.000,00 ≤ Rp 126.000,00
Terbukti bahwa harga baju setelah diskon di toko Whyma

55
busana lebih murah yaitu Rp 120.000,00 dari pada toko Trio
busana yaitu Rp 126.000,00 walaupun sudah dua kali
memberikan diskon.
Diketahui : Mengindentifikasi
Harga awal adalah Rp 200.000,00
Diskon toko Whyma busana adalah 40%
Harga setelah diskon toko Whyma busana adalah Rp
120.000,00
Diskon toko Trio busana adalah 30%(10%)
Harga setelah diskon toko Trio busana = Rp 126.000,00
Ditanyakan :
Kemeja ditoko mana yang Pak Verry dapat beli, jika Pak Verry
hanya memiliki uang Rp 135.000,00

56
Lampiran 5

Kisi-kisi Penyekoran Tes Kemampuan Penalaran

No. Aspek Indicator Skor


1 Membuat Asumsi Apabila siswa mampu merumuskan 4
berbagai kemungkinan pemecahan masalah
kedalam bentuk matematika
Apabila siswa mampu merumuskan 3
berbagai kemungkinan pemecahan masalah
kedalam bentuk matematika tetapi masih
kurang lengkap
Apabila siswa mampu merumuskan 2
berbagai kemungkinan pemecahan masalah
kedalam bentuk matematika tapi salah
Apabila siswa belum mampu merumuskan 1
berbagai kemungkinan pemecahan masalah
kedalam bentuk matematika
2 Melakukan manipulasi Apabila siswa mampu menentukan apa 4
Matemamatika yang diketahui dan apa yang ditanyakan,
mampu menentukan strategi yang
digunakan dalam pemecahan masalah,
siswa terampil dalam algorotma dan
ketepatan dalam menjawab soal, dan
mampu menyelesaikan masalah
menggunakan strategi yang digunakan
dalam pemecahan masalah
Apabila siswa mampu menentukan apa 3
yang diketahui dan apa yang ditanyakan,
mampu menentukan strategi yang
digunakan dalam pemecahan masalah,
siswa terampil dalam algorotma dan
ketepatan dalam menjawab soal, dan
mampu menyelesaikan masalah
menggunakan strategi yang digunakan
dalam pemecahan masalah tetapi masih
kurang lengkap
Apabila siswa mampu menentukan apa 2
yang diketahui dan apa yang ditanyakan,
mampu menentukan strategi yang
digunakan dalam pemecahan masalah,
siswa terampil dalam algorotma dan
ketepatan dalam menjawab soal, dan
mampu menyelesaikan masalah
menggunakan strategi yang digunakan
dalam pemecahan masalah tetapi salah
Apabila siswa belum mampu menentukan 1

57
apa yang diketahui dan apa yang
ditanyakan, belum mampu menentukan
strategi yang digunakan dalam pemecahan
masalah, siswa terampil dalam algorotma
dan ketepatan dalam menjawab soal, dan
belum mampu menyelesaikan masalah
menggunakan strategi yang digunakan
dalam pemecahan masalah
3 Menyiapkan kesimpulan Apabila siswa mampu menarik kesimpulan, 4
, menyelidiki bukti menyusun bukti, memberikan alasan atau
baliditas solusi bukti terhadapa kebenaran solusi.
Apabila siswa mampu menarik kesimpulan, 3
menyusun bukti, memberikan alasan atau
bukti terhadapa kebenaran solusi tetapi
masih kurang lengkap
Apabila siswa mampu menarik kesimpulan, 2
menyusun bukti, memberikan alasan atau
bukti terhadapa kebenaran solusi tetapi
salah
Apabila siswa belum mampu menarik 1
kesimpulan, menyusun bukti, memberikan
alasan atau bukti terhadapa kebenaran
solusi.
4 Menarik kesimpulan Apabila siswa mampu berfikir untuk 4
dari penyataan memberdayakan pengetahuan sedemikian
rupa sehingga menghasilkan sebuah
pemikiran
Apabila siswa mampu berfikir untuk 3
memberdayakan pengetahuan sedemikian
rupa sehingga menghasilkan sebuah
pemikiran tetapi masih kurang lengkap
Apabila siswa mampu berfikir untuk 2
memberdayakan pengetahuan sedemikian
rupa sehingga menghasilkan sebuah
pemikiran tetapi salah
Apabila siswa belum mampu berfikir untuk 1
memberdayakan pengetahuan sedemikian
rupa sehingga menghasilkan sebuah
pemikiran
5 Memeriksa kesahihan Apabila siswa mampu melakukan 4
suatu argumen pemeriksaan hasil jawaban dengan
menggunakan informasi yang ada untuk
mengerjakan kembali soal dengan cara yang
berbeda
Apabila siswa mampu melakukan 3
pemeriksaan hasil jawaban dengan
menggunakan informasi yang ada untuk

58
mengerjakan kembali soal dengan cara yang
berbeda tetapi masih kurang lengkap
Apabila siswa mampu melakukan 2
pemeriksaan hasil jawaban dengan
menggunakan informasi yang ada untuk
mengerjakan kembali soal dengan cara yang
berbeda tetapi salah
Apabila siswa belum1 mampu melakukan 1
pemeriksaan hasil jawaban dengan
menggunakan informasi yang ada untuk
mengerjakan kembali soal dengan cara yang
berbeda
6 mengindentifikasi Apabila siswa mampu menemukan pola 4
atau sifat dari gejala matematis untuk
membuat generalisasi
Apabila siswa mampu menemukan pola 3
atau sifat dari gejala matematis untuk
membuat generalisasi tetapi belum lengkap
Apabila siswa mampu menemukan pola 2
atau sifat dari gejala matematis untuk
membuat generalisasi tetapi salah
Apabila siswa belum mampu menemukan 1
pola atau sifat dari gejala matematis untuk
membuat generalisasi

59
Lampiran 6

Rekapitulasi Hasil Test Kemampuan Penalaran

Indicator Test Tertulis Wawancara


Sub Skil Indikator
Kemampuan V A K V A K
Kemampuan Penalaran
Penalaran 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Membuat Siswa mampu
Asumsi merumuskan berbagai
kemungkinan pemecahan
- - √ - √ √ √ √ √ √ √ √
masalah sesuai dengan
pengetahuan yang
dimilikinya
Siswa mampu
merumuskan masalah
- - √ - √ √ √ √ √ √ √ √
kedalam bentuk model
matematika
Melakukan Siswa mampu
Manipulasi menentukan apa yang
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Matematika diketahui dan apa yang
ditanyakan
Siswa mampu
menentukan strategi yang
- √ - - - √ √ √ √ - √ √
digunakan dalam
pemecahan masalah
Siswa mampu terampil
algoritma dan ketepatan √ - √ - √ √ √ - √ - √ √
dalam menjawab soal
Siswa mampu
menyelesaikan masalah
menggunakan strategi √ - √ - √ √ √ - √ - √ √
yang digunakan dalam
pemecahan masalah
Menarik Siswa mampu menarik
Kesimpulan kesimpulan, menyuun
dan bukti, memberikan alasan
Menyiapkan atau bukti terhadap √ - √ - √ √ √ - √ - √ √
Bukti kebenaran solusi
Validitas
Solusi
Menarik Siswa mampu berfikir
Kesimpulan untuk memberdayakan
dari pengetahuan sedemikian
- - √ - √ √ √ - √ - √ √
Pernyataan rupa sehingga
menghasilkan sebuah
pemikiran
Memeriksa Siswa mampu berfikir
Kesahihan untuk memberdayakan
- - - - √ - - - - - √ -
Suatu pengetahuan sedemikian
Argumen rupa sehingga

60
menghasilkan sebuah
pemikiran.
Siswa mampu
menggunakan informasi
yang ada untuk
mengerjakan kembali soal
dengan cara yang berbeda
Mengidentifik Siswa mampu
asi menemukan pola atau
sifat dari genjala - - - - - - - - - - - -
matematis untuk membuat
generalisasi

61
Lampiran 7

Hasil Rekapitulasi Validasi Test Kemampuan Penalaran

Validasi Rata-rata
No. Kriteria Dosen Dosen Dosen Guru setiap
1 2 3 1 indicator
1. Kesesuain soal dengan indicator
kemampuan Penalaran
a. Membuat asumsi 3 3 3 3 3
b. Melakukan manipulasi
3 3 3 3 3
matematika
c. Menarik kesimpulan atau
menyiapkan bukti validitas 3 3 3 3 3
solusi
d. Menarik kesimpulan dari
3 3 3 3 3
pernyataan
e. Menyelidiki validitas
3 2 2 3 2,5
argument
f. Mengidentifikasi 3 3 3 3 3
2. Kejelasan petunjuk soal 3 2 2 2 2,25
3. Kesesuai bahasa yang digunakan
pada soal dengan kaidah bahasa 3 3 3 3 3
indonesia
4. Kalimat soal tidak mengandung
3 3 2 3 2,75
arti ganda
5. Rumusan kalimat soal
menggunakan bahasa yang
sederhana bagi siswa, mudah 3 3 2 3 2,75
dipahami, dan menggunakan
bahasa yang dikenal siswa
Rata-rata keseluruhan 3 2,8 2,6 2,8 2,8

Skala pengskoran :
Skala 3 : Sangat baik
Skala 2 : Baik
Skala 1 : Tidak Baik

62
Lampiran 8
Lembar Validasi Tes Kemampuan Penalaran
Doesn Pertama

63
64
Dosen Kedua

65
66
Dosen Ke-tiga

67
68
Guru Pertama

69
70

Anda mungkin juga menyukai