Anda di halaman 1dari 32

BAB 8

KONSEP PEMBANGUNAN KESEHATAN DI INDONESIA

Andi Nur Aina Sudirman.,Ns.,M.Kes.,M.Kep

Tujuan Instruksional Khusus :

1. Mampu menjelaskan konsep pembagunan kesehatan di Indonesia

2. Mampu menguraikan sejarah perkembangan kesehatan masyarakat

3. Mampu menjelaskan sistem pelayanan kesehatan di Indonesia

4. Mampu menjelaskan tingkatan pelayanan di Indonesia

5. Mampu menjelaskan dasar-dasar kesehatan masyarakat sebagai penunjang


praktik kesehatan masyarakat

1. KONSEP PEMBANGUNAN KESEHATAN INDONESIA

Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya berkesinambungan yang


meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas
mewujudkan tujuan nasional yang termaktup dalam Pembukaan Undang-undang Dasar
1945. Tujuan utama  pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya
manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Berdasarkan visi pembangunan nasional
di atas maka melalui pembangunan kesehatan yang ingin dicapai demi mewujudkan
Indonesia sehat sesuai dengan pembukaan UUD 1945 alinea ke-4, yaitu melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia juga untuk memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdasarkan kehidupan bangsa maka diselenggarakan
program pembangunan secara berkelanjutan, terencana dan terarah. Pembangunan
kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. (Cita, 2014)
A. Pengertian pembangunan kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang
bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat  yang setinggi-
tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh
potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah.
Pembangunan kesehatan hanus diimbangi dengan intervensi perilaku yang
memungkinkan masyarakat lebih sadar, mau dan mampu melakukan hidup sehat
sebagai prasyarat pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Untuk
menjadikan masyarakat mampu hidup sehat, masyarakat harus dibekali dengan
pengetahuan tentang cara-cara hidup sehat. Oleh sebab itu promosi kesehatan
hendaknya dapat berjalan secara integral dengan berbagai aktivitas pembangunan
kesehatan sehingga menjadi arus utama pada percepatan pencapaian MDGs dan
mewujudkan jaminan kesehatan masyarakat semesta.(BTKLPP, 2019)
a) Tujuan Diselenggarakan Pembangunan Kesehatan Adalah:
1. Meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
kesehatan setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal.
2. Agar mampu menjawab tantangan pembangunan kesehatan yang
berkelanjutan termasuk konsistensi kebijakan, keterlibatan, lintas sector,
serta berdasarkan perkembangan ilmu kesehatan masyarakat yang
mutakhir.
3. Mendorong kemadirian masyarakat untuk hidup sehat; serta
4. Memelihara, meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata,
dan terjangkau. Menyongsong abad XXI, secara nasional telah
dikeluarkan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah Sebagai
Suatu Kebijakan Baru Otonomi Pembangunan dengan Basis Wilayah
Kabupaten atau Kota. Di sini diperlukan suatu strategi pembangunan
wilayah dengan prioritas yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Dengan keanekaragaman tingkat perkembangan sosial, ekonomi, dan
budaya masyarakat di  berbagai daerah Indonesia, maka perlu diterapkan
indikator-indikator untuk masing-masing daerah selain yang bersifat
nasional. Penajaman sasaran dan prioritas lebih secara spesifik  perlu
dirumuskan oleh masing-masing daerah. Adanya perubahan-perubahan,
baik dalam lingkungan global, nasional maupun yang spesifik di
masing-masing daerah dan adanya kecenderungan serta masih adanya
beberapa kesenjangan dalam derajat kesehatan masyarakat antardaerah
maka kebijaksanaan pembangunan kesehatan dalam periode decade
medatang telah dipikirkan secara cermat dan komprehensif. (Cita, 2014)
Salah satu kunci keberhasilan pembangunan kesehatan adalah mengaktualisasikan paradigma
sehat sebagai gerakan nasional, dimana sebagai langkah awal telah di canang oleh presiden.
Paradigm kesehatan dibedakan menjadi dua :

1. Paradigama secara makro berarti bahwa pembangunan semua sektor


harus memerhatikan dampaknya terhadap kesehatan kesehatan, paling
tidak harus memberikan kontribusi positif  bagi pengembangan perilaku
dan lingkungan sehat.
2. Paradigma secara mikro berarti bahwa pembangunan kesehatan akan
menekankan supaya kurantif dan rehabilitative.

Akan tetapi, paradigma pembangunan sekarang lebih berorientasi pada pemerataan dan
peningkatan kualitas manusia, sehingga ukuran keberhasilan pembangunan adalah kualitas
sumber daya manusia, sehingga ukuran keberhasilan pembangunan adalah kualitas sumber daya
manusia seperti indeks pembangunan manusia (IPM), ndeks kemiskinan manusia (IKM), dan
indeks pembangunan gender (IPG). Dahulu kala paradigma pembangunan adalah diukur dari
pertumbuhan fisik dan ekonomi. (Cita, 2014)

b) Strategi dan program pembangunan kesehatan di Indonesia


1) Strategi
Mengacu kepada visi dan misi yang telah ditetapkan, selanjutnya telah pula dirumuskan strategi
baru pembangunan kesehatan. Strategi baru itu adalah pembangunan nasional yang berwawasan
kesehatan, profesionalisme, jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat (JPKM), dan
desentralisasi. Penenapan keempat elemen sebagai pilar dari strategi pembangunan kesehatan
bukan  berarti bahwa program-program lain tidak harus dilaksanakan. Semua program kesehatan
yang telah berjalan dengan baik harus tetap diselenggarakan walaupun keempat pilar harus
dianggap sebagai prioritas.
c) Jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat
Untuk memantapkan kemandirian masyarakat dalam hidup sehat perlu digalang
peranserta masyarakat yang seluas-luasnya termasuk dalam pembiayaan. JPKM dasarnya
merupakan penataan sistem pembiayaan kesehatan yang mempunyai peranan yang  besar pula
untuk mempercepat pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan.

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat meliputi:


a. Pencanaan JPKM bersamaan gerakan Paradigma Sehat  
b. Dukungan Peraturan Perundang-Undangan
c. Sosialisasi nternal dan eksternal
d. Memberi keleluasaan pengelolaan secara bertanggung
jawab
2) Desenralisasi

Untuk keberhasilan pembangunan kesehatan, penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan


harus berangkat dari masalah dan potensi spesifik masing-masing daerah. Untuk itu wewenang
yang lebih besar didelegasikan kepada daerah untuk mengatur mekanisme Pengendalian Andal.

2. SEJARAH PERKEMBANGAN KESEHATAN MASYARAKAT


Sejarah kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua tokoh mitologi Yunani,
yakni Asclepius dan Higeia. Dikisahkan berdasarkan mitos Yunani Asclepius adalah
seorang dokter pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah
atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya, namun Asclepius dapat mengobati
penyakit dan bahkan dapat melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu
(surgical procedure) dengan baik. Higeia, seorang asisten yang kemudian menjadi
istrinya, juga telah melakukan upayaupaya kesehatan dengan cara yang berbeda dengan
Asclepius. Perbedaan tersebut terletak pada cara pendekatan dalam menangani masalah
kesehatan.
Perbedaan cara pendekatan dalam menangani masalah kesehatan. Pendekatan
Cara Penanganan Asclepius Diobati setelah penyakit menimpa seseorang, sedangkan
Higeia Mengajarkan pemecahan masalah kesehatan melalui ‘hidup seimbang’,
Menghindari makanan beracun, Makanan yang bergizi, Cukup istirahat, Melakukan
olahraga. Jika sudah sakit lebih mengupayakan pengobatan alamiah daripada
pengobatan/operasi dengan mengkomsumsi makanan bergizi agar memperkuat
pertahanan tubuhnya.
A. Periode Perkembangan Ilmu Kesehatan
Sejarah kebudayaan peradaban masyarakat kuno yang berpusat di Babylonia, Mesir,
Yunani dan Roma (The Pre-Cristion Period). Pada saat itu pemerintah kota telah melakukan
upaya-upaya pemberantasan penyakit. Sebagai bukti ditemukandokumen-dokumen tentang
peraturan-peraturan tertulis yang mengatur tentang pembuangan air limbah (drainase),
pengaturan air minum, pembuangan sampah, dsb. (Hanlon, 1964). Dari hasil penemuan
arkeologi pada saat itu telah dibangun WC Umum (Public Latrine) dan sumber air minum sendiri
namun untuk alasan ’estetika’, bukan untuk alasan kesehatan.
Pada kerajaan Romawi Kuno, peraturan-peraturan yang dibuat bedasarakan alasan
kesehatan. Dalam hal itu pegawai-pegawai kerajaan ditugaskan untuk melakukan supervisi ke
lapangan ke tempat-tempat air minum (Public Bar), warung makan, tempat-tempat prostitusi,
dsb. (Notoadmodjo, 2005).
1. Abad pertama sampai ke tujuh
Pada masa ini berbagai penyakit menyerang penduduk. Di berbagai tempat terjadi
endemik atau wabah penyakit. Bahkan begitu banyaknya penyakit menular dan, oleh karena itu
kesehatan masyarakat makin dirasakan pentingnya (Halon, 1964).  Penyakit kolera menjalar dari
Inggriske Afrika, kemudian ke Asia (khususnya Asia Barat dan Asia Timur) dan akhirnya
sampai ke Asia Selatan. Pada Abad ke 7 India menjadi pusat endemik kolera. Selain kolera
penyakit lepra menyebar dari Mesir ke Asia Kecil dan Eropa melalui emigran. Upaya-upaya
yang dilakukan  adalah perbaikan lingkungan yaitu higiene dan sanitasi, pengusahaan air minum
yang bersih, pembuangan sampah, ventilasi rumah telah menjadi bagian kehidupan masyarakat
waktu itu (Notoadmodjo, 2005).

2. Abad ke-13 sampai abad ke-17

Pada masa ini kejadian endemik Pes yang paling dasyat terjadi di China dan India,
diperkirkan 13 juta orang meninggal.  Catatan lain di India, Mesir dan Gaza 13.000 orang
meninggal setiap harinya, atau selamah wabah tersebut jumlah kematian mencapai 60 juta orang.
Pertistiwa tersebut dikenal dengan   ’The Black Death’.  Pada abad tersebut Kolera juga menjadi
masalah di beberapa tempat. Tahun 1603 terjadi kematian 1 diantara 6 orang karena penyakit
menular. Tahun1965 meningkat menjadi 1 diantara 5 orang. Tahun 1759 tercatat penyakit-
penyakit lain yang mewabah diantaranya Dipteri, Tifus, dan Disentri.

B. Periode ilmu pengetahuan (scientific period)


Abad ke-18 sampai permulaan abad ke-19 (kebangkitan Ilmu Pengetahuan. Penyakit-
penyakit yang muncul bukan saja  dilihat sebagai fenomena biologis yang sempit, tetapi
merupakan suatu masalah yang komplek. Pada masa ini juga ditemukan berbagai macam vaksin
dan bahan disinvektans.Vaksin Cacar oleh Luis Pasteur, Asam Carbolic untuk sterilisasai
ruangan operasi ditemukan oleh Joseph Lister, Ether untuk Anestesi oleh Williem Marton, dsb.

Tahun 1832 di Inggris terjadi epidemic Kolera. Parlemen Inggris menugaskan Edmin
Chadwich, seorang pakar sosial untuk memimpin penyelidikan penyakit tersebut. Atas laporanya
tersebut Parlemen Inggris mengeluarkan UU tentang upaya-upaya peningkatan kesehatan
penduduk, termasuk sanitasi lingkungan dan tempat kerja, pabrik, dsb. John Simon diangkat oleh
pemerintah Inggris untuk menangani masalah kesehatan.

Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 mulai dikembangkan pendidikan tenaga
kesehatan. Tahun 1883 Sekolah Tinggi Kedolteran didirikan oleh John Hopkins di Baltimore AS,
dengan salah satu departemennya adalah Departemen Kesehatan Masyarakat. Tahun  1908
sekolah kedokteran mulaimenyebar di Eropa, Kanada, dsb. Dari segi pelayanan masyarakat, pada
tahun 1855 untuk pertamakalinya pemerintah AS membentuk Departemen Kesehatan yang
merupakan peningkatan dari Departemen Kesehatahn Kota yang sudah terbentuk
sebelumnya.  Tahun 1972 dibentuk Asosiasi Kesehatan Masyarakat Amerika (American Public
Health Association)

C. Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia


1. Masa pra kemerdekaaan

Pada  tahun 1807 Gubernur Jendral Daendels melakukan pelatihan praktik persalinan


pada para dukun bayi. Pada tahun 1851 didirikan sekolah dokter Jawa di Batavia yaitu STOVIA.
Tahun 1888 di Bandung didirikan Pusat Laboratorium Kedokteran yang selanjutnya menjadi
Lembaga Eykman sekarang. Pada Tahun 1913 didirikan Sekolah Dokter Belanda yaitu NIAS di
Surabaya. Tahun 1922 terjadi wabah Pes, sehingga tahun 1933-1935 diadakan pemberantasan
Pes dengan DDT dan vaksinasi massal.

Hasil penyelidikan Hydric, petugas kesehatan pemerintah waktu itu, penyebab kesakitan
dan kematian yang terjadi di Banyumas adalah kondisi sanitasi, lingkungan dan perilaku
penduduk  yang sangat buruk. Hydric kemudian mengembangankan percontohan dan
propaganda kesehatan.

2. Masa era kemerdekaan


a. Pra reformasi
1. Masa orde lama

Pada tahun 1951 konsep bandung Plan diperkenalkan oleh dr. Y. Leimena dan dr. Patah,
yaitu konsep pelayanan yang menggabungkan antara pelayanan kuratif dan preventif. Tahun
1956 didirikanlah proyek Bekasi oleh dr. Y. Sulianti di Lemah Abang, yaitu model pelayanan
kesehatan pedesaan dan pusat pelatihan tenaga. Kemudian didirikan Health Centre (HC) di 8
lokasi, yaitu di Indrapura (Sumut), Bojong Loa (Jabar), Salaman (Jateng), Mojosari (Jatim),
Kesiman (Bali), Metro (Lampung), DIY dan Kalimatan Selatan. Pada tanggal 12 November
1962 Presiden Soekarno mencanangkan program pemberantasan malaria dan pada tanggal
tersebut menjadi Hari Kesehatan Nasional (HKN).

2. Masa orde baru

Konsep Bandung Plan terus dikembangkan,  tahun 1967 diadakan seminar


konsep  Puskesmas.  Pada tahun 1968 konsep Puskesmas ditetapkan dalam Rapat Kerja
Kesehatan Nasional dengan disepakatinya bentuk Puskesmas yaitu Tipe A, B & C. Kegiatan
Puskesmas saat itu dikenal dengan istilah ’Basic’. Ada Basic 7, Basic 13 Health Service yaitu :
KIA, KB, Gizi Mas., Kesling, P3M, PKM, BP, PHN, UKS, UHG, UKJ, Lab, Pencatatan dan
Pelaporan. Pada tahun 1969, Tipe Puskesmas menjadi A & B. Pada tahun 1977 Indonesia ikut
menandatangi kesepakatan Visi : ”Health For All By The Year 2000”, di Alma Ata, negara bekas
Federasi Uni Soviet, pengembangan dari konsep ” Primary Health Care”. Tahun 1979 Puskesmas
tidak ada pen’Tipe’an, dan dikembangkan piranti manajerial Perencanaan dan penilaian
Puskesmas yaitu ’ Micro Planning’ dan Stratifikasi Puskesmas. Pada tahun 1984 dikembangkan
Posyandu, yaitu pemngembangan dari pos penimbangan dan karang gizi. Posyandu dengan 5
programnya yaitu, KIA, KB, Gizi, Penangulangan  Diare dan Imunisasi dengan 5 Mejanya
(Notoadmodjo, 2005). Pada waktu-waktu selanjutnya Posyandu bukan saja untuk pelayanan
Balita tetpai juga untuk pelayanan ibu hamil. Bahkanpada waktu-waktu tertentu untuk promosi
dan distribusi Vit.A, Fe, Garam Yodium, dan suplemen gizi lainnya.  Bahkan Posyandun saat ini
juga menjadi andalah kegiatan penggerakan masyarakat (mobilisasi sosial) seperti PIN, Campak,
Vit A, dsb. 

b. Pra reformasi

Waktu terus bergulir, tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi. Kemiskinan
meningkat, kemampuan daya beli masyarakat rendah, menyebabkan akses ke pelayanan
kesehatan renda, kemudian dikembangkan program kesehatan untuk masyarakat miskin yaitu,
JPS-BK. Tahun 1998 Indonesia mengalami reformasi berbagai bidang termasuk pemerintahan
dan menjadi negara dermokrasi. Tahun 2001 otonomi daerah mulai dilaksanakan, sehingga
dilapangan program-prorgam kesehatan bernunasa desentralisasi dan sebagai konsekuensi negara
demokrasi, program-program kesehatan juga banyak yang bernuasa ’politis’. Tahun 2003 JPS-
BK kemudian penjadi PKPS-BBM Bidang Kesehatan, tahun 2005 berubah lagi menjadi
Askeskin. Pada saat itu juga dikembangkan Visi Indonesia Sehat Tahun 2010 dengan Paradigma
Sehat. Puskesmas dan Posyandu masih tetap eksis, bahkan Posyandu menjadi andalan ujung
tombak ’mobilisasai sosial’ bidang kesehatan. Dalam era otonomi dan demokrasi menuntut
akutanbilitas dan kemitraan, sehingga berkembang LSM-LSM baik bidang kesehatan, maupun
bukan untuk menuntut akutanbilitas tersebut dalam berbagai bentuk partisipasi. Sebagai
’partnersship’ LSM-LSM tersebut program kesehatan yang bertanggung jawab adalah Promosi
Kesehatan. Promosi Kesehatan harus menjadi ujung tombak mewakili program kesehatan secara
keseluruhan, baik sebagai pemasaran-sosial Visi Indonesia Sehat 2010 untuk merubah
paradigma  (Paradigma Sehat)petugas kesehatan dan masyarakat. Tugas lain promosi kesehatan
melakukan advokasi, komunikasi kesehatan dan mobilisasi sosial, baik kepada pihak
legislatif, eksekutif maupun masyarakat itu sendiri. Terutama melalui kemitraan dengan LSM-
LSM tersebut. Dengan kata lain pada era otonomi/desentralisasi saat ini sektor kesehatan harus
diperjuangkan juga secara politik karena sebenarnya saat ini bidang kesehatan disebut juga
sebagai era ’Political Health’, maka peranan promosi kesehatan sangat menonjol dalam ikut
mengakomodasi upaya tersebut dengan berbagai strategi.

D. Perkembangan promosi kesehatan di indonesia

Perkembangan Promosi Kesehatan tidak terlepas dari perkembangan sejarah Kesehatan


Masyarakat di Indonesia dan dipengaruhi juga oleh perkembangan Promosi Kesehatan
International, yaitu secara seremonial  di Indonesia di mulai program Pembangunan Kesehatan
Masyarakat Desa (PKMD) pada tahun 1975, dan tingkat Internasional Deklarasi Alma Ata tahun
1978 tentang Primary Health Care (Departemen Kesehatan, 1994). Kegiatan Primary Helath
Care tersebut sebagai tonggak sejarah cika-lbakal Promosi Kesehatan.

Khusus konvesi yang membahas tentang Promosi Kesehatan di mulai dari Konvesi
Promosi Kesehatan di Ottawa, Kanada dengan melahirkan The Ottawa Charter tahun 1986
sampai Konvesi Promosi Kesehatan yang dilaksanakan di Jakarta tahun 1997 dengan melahirkan
The Jakrata Declaration. Selanjutnya perkembangan Promosi Kesehatan di Indonesia adalah
seperti berikut dibawah ini.

1. Sebelum tahun 1965 (sebelum sampai awal kemerdekaan)


Pada saat itu istilahnya adalah Pendidikan Kesehatan. Dalam program-
program kesehatan Pendidikan Kesehatan hanya sebagai pelengkap pelayanan
kesehatan, terutama pada saat terjadi keadaab kritis seperti wabah penyaki,
bencana, dsb. Sasarannya perseorangan (individu), dengan sasaran program
lebih kepada perubahan pengetahuan seseorang.
2. Periode tahun 1965-1975
Pada priode ini mulai perhatiannya kepada masyarakat. Saat itu juga
dimulainya peningkatan profesional tenaga melalui program Health
Educational Service (HES). Tetapi intervensi program masih banyak yang
bersifat individual walau sudah mulai aktif ke masyarakat. Sasaran program
adalah perubahan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan.
3. Periode tahun 1975-1985
Istilahnya mulai berubah menjadi Penyuluh Kesehatan. Di Tingkat
Departemen Kesehatan ada Diterektorat PKM. PKMD menjadi andalan
program sebagai pendekatan Community Development. Saat itu program
UKS di SD diperkenalkannya Dokter Kecil.  Sudah mulai aktif membina dan
mem- berdayakan masyarakat. Saat itulah Posyandu  lahir sebagai pusat
pemberdayaan dan mobilisasi masyarakat. Sasaran program adalah perubahan
perilaku masyarakat tentang kesehatan. Misi dipengaruhi oleh Deklarasai
Alma Ata.
4. Periode tahun 1985-1995
Dibentuklah Direktoral Peran Serta Masyarakat (PSM), yang diberi tugas
memberdayakan masyarakat. Sirektoral PMK berubah menjadi Pusat PKM, yang
tugasnya penyebaran informasi, komunikasi, kampanye dan pemasaran sosial bidang
kesehatan. Saat itu pula PKMD menjadi Posyandu. Tujuan dari PKM dan PSM saat itu
adalah perubahan perilaku. Pandangan (Visi) mulai dipengaruhi oleh ’Ottawa Charter’
tentang Promosi Kesehatan.

5. Periode tahun 1995- sekarang

Istilah PKM menjadi Promosi Kesehatan. Bukan saja pemberdayaan kearah mobilisasi massa
yang menjadi tujuan, tetapi juga kemitraan dan politik kesehatan (termasuk advokasi). Sehingga
sasaran Promosi Kesehatan bukan saja perubahan perilaku tetapi perubahan kebijakan atau
perubahan menuju perubahan sistem atau faktor lingkungan kesehatan.Pada Tahun 1997
diadakan konvensi internasional Promosi Kesehatan dengan tema ”Health Promotion Towards”
(Ulfa, 2013)

3. KONSEP TERJADINYA PENYAKIT DAN REAKSI INFEKSI DALAM


MASYARAKAT

1. Pengertian penyakit

Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang
menyebabkan ketidak nyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang
dipengaruhinya. Untuk menyembuhkan penyakit, orang-orang biasa berkonsultasi
dengan seorang dokter.

Menurut THOMAS TIMMRECK : Penyakit adalah suatu keadaan dimana


terdapat gangguan terhadap bentuk dan fungsi tubuh sehingga berada dalam
keadaan tidak normal. (permana & sumaryana, 2018)

Menurut AZIZAH HAJI BAHARUDDIN : penyakit ialah keadaan yang


diakibatkan oleh kerusakan keseimbangan fungsi tubuh dan bagian badan.
(permana & sumaryana, 2018)

2. Jenis penyakit
1. Penyakit menular adalah Penyakit yang disebabkan oleh kuman yang
menjangkiti tubuh manusia. Kuman dapat berupa virus, bakteri, amuba,
atau jamur.

2. Penyakit Tidak Menular adalah Penyakit yang tidak disebabkan oleh


kuman, tetapi disebabkan karena adanya problem fisiologis atau
metabolisme pada jaringan tubuh manusia. Penyakit-penyakit tersebut
contohnya ialah; batuk, seriawan, sakit perut, dan sebagainya. Keracunan
makanan Ketergantungan dan penyalahgunaan obat terlarang, Kecelakaan
Penyakit gangguan mental.

3. Komponen penyakit menular

1. Faktor Penyebab Penyakit Menular Pada proses perjalanan penyakit menular di


dalam masyarakat faktor yang memegang peranan penting :

 Faktor penyebab atau agent yaitu organisme penyebab penyakit

 Sumber penularan yaitu reservoir maupun resources

 Cara penularan khusus melalui mode of transmission

2. Interaksi Penyebab dengan Pejamu

a. Infektivitas

Infektivtas adalah kemampuan unsur penyebab atau agent untuk


masuk dan berkembang biak serta menghasilkan infeksi dalam
tubuh pejamu

b. Patogenesis

Patogenesis adalah kemampuan untuk menghasilkan penyakit


dengan gejala klinis yang jelas

c. Virulensi

Virulensi adalah nilai proporsi penderita dengan gejala klinis yang


berat terhadap seluruh penderita dengan gejala klinis jelas.
d. munogenisitas Imunogenisitas adalah suatu kemampuan
menghasilkan kekebalan atau

3. Mekanisme Patogenesis

a) Invasi jaringan secara langsung

b) Produksi toksin

c) Rangsangan imunologis atau reaksi alergi yang menyebabkan


kerusakan pada tubuh pejamu

d) Infeksi yang menetap (infeksi laten)

e) Merangsang kerentanan pejamu terhadap obat dalam menetralisasi


toksisitas

f) Ketidakmampuan membentuk daya tangkal (immuno suppression)

4. Sumber penularan

a) Manusia sebagai reservoir Kelompok penyakit menular yang


hanya dijumpai atau lebih sering hanya dijumpai pada manusia.
Penyakit ini umumnya berpindah dari manusia ke manusia dan
hanya dapat menimbulkan penyakit pada manusia saja

b) Reservoir binatang atau benda lain Selain dari manusia sebagai


reservoir maka penyakit menular yang mengenai manusia dapat
berasal dari binatang terutama yang termasuk dalam kelompok
penyakit zoonosis. Beberapa penyakit Zoonosis utama dan
reservoir utamanya.

4. Faktor-Faktor resiko

Faktor resiko untuk timbulnya penyakit tidak menular yang bersifat kronis belum
ditemukan secara keseluruhan, untuk setiap penyakit, faktor resiko dapat berbeda-beda
(merokok, hipertensi, hiperkolesterolemia) Satu faktor resiko dapat menyebabkan
penyakit yang berbeda-beda, misalnya merokok, dapat menimbulkan kanker paru,
penyakit jantung koroner, kanker larynx. Untuk kebanyakan penyakit, faktor-faktor
resiko yang telah diketahui hanya dapat menerangkan sebagian kecil kejadian penyakit,
tetapi etiologinya secara pasti belum diketahui.

5. Karakteristik penyakit tidak menular

Telah dijelaskan diatas bahwa penyakit tidak menular terjadi akibat interaksi
antara agent (Non living agent) dengan host dalam hal ini manusia (faktor predisposisi,
infeksi dll) dan lingkungan sekitar (source and vehicle of agent).

I. Agent

a) Agent dapat berupa (non living agent) : 1) Kimiawi 2) Fisik 3) Mekanik 4) Psikis

b) Agent penyakit tidak menular sangat bervariasi, mulai dari yang paling sederhana
sampai yang komplek (mulai molekul sampai zat-zat yang komplek ikatannya)

c) Suatu penjelasan tentang penyakit tidak menular tidak akan lengkap tanpa
mengetahui spesifikasi dari agent tersebut

d) Suatu agent tidak menular dapat menimbulkan tingkat keparahan yang berbeda-
beda (dinyatakan dalam skala pathogenitas) Pathogenitas Agent : kemampuan /
kapasitas agent penyakit untuk dapat menyebabkan sakit pada host

e) Karakteristik lain dari agent tidak menular yang perlu diperhatikan antara lain :
1) Kemampuan menginvasi / memasuki jaringan 2) Kemampuan merusak
jaringan : reversible dan irreversible 3) Kemampuan menimbulkan reaksi
hipersensitif.

6. Pengertian infeksi

Infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen dan bersifat sangat
dinamis. Mikroba sebagai makhluk hidup memiliki cara bertahan hidup dengan
berkembang biak pada suatu reservoir yang cocok dan mampu mencari reservoir lainnya
yang baru dengan cara menyebar atau berpindah. Penyebaran mikroba patogen ini
tentunya sangat merugikan bagi orang-orang yang dalam kondisi sehat, lebih-lebih bagi
orang-orang yang sedang dalam keadaan sakit. Orang yang sehat akan menjadi sakit dan
orang yang sedang sakit serta sedang dalam proses asuhan keperawatan di rumah sakit
akan memperoleh “tambahan beban penderita” dari penyebaran mikroba patogen ini.
Secara garis besar, mekanisme transmisi mikroba patogen ke pejamu yang rentan
(suspectable host) dapat terjadi melalui dua cara

1. langsung (direct transmission) Penularan langsung oleh mikroba patogen ke pintu masuk
(port d’entrée) yang sesuai dari pejamu. Sebagai contoh adalah adanya sentuhan, gigitan,
ciuman, atau adanya droplet nuclei saat bersin, batuk, berbicara, atau saat transfusi darah
dengan darah yang terkontaminasi mikroba pathogen

2. Transmisi tidak langsung (indirect transmission) Penularan mikroba pathogen melalui cara ini
memerlukan adanya “media perantara” baik berupa barang / bahan, udara, air, makanan /
minuman, maupun vektor.

a. Vehicle-borne Dalam kategori ini, yang menjadi media perantara penularan adalah
barang / bahan yang terkontaminasi seperti peralatan makan dan minum, instrumen
bedah / kebidanan, peralatan laboratorium, peralatan infus / transfusi.

b. Vector-borne Sebagai media perantara penularan adalah vektor (serangga), yang


memindahkan mikroba patogen ke pejamu dengan cara sebagai berikut.

I. Cara mekanis Pada kaki serangga yang menjadi vektor melekat kotoran /
sputum yang mengandung mikroba patogen, lalu hinggap pada makanan /
minuman, dimana selanjutnya akan masuk ke saluran cerna pejamu

II. Cara biologis Sebelum masuk ke tubuh pejamu, mikroba mengalami siklus
perkembangbiakan dalam tubuh vektor / serangga, selanjutnya mikroba
berpindah tempat ke tubuh pejamu melalui gigitan.

c. Food-borne Makanan dan minuman adalah media perantara yang terbukti cukup
efektif untuk menjadi saran penyebaran mikroba patogen ke pejamu, yaitu melalui
pintu masuk (port d’entrée) saluran cerna.

d. Water-borne Tersedianya air bersih baik secara kuantitatif maupun kualitatif,


terutama untuk kebutuhan rumah sakit, adalah suatu hal yang mutlak. Kualitas air
yang meliputi aspek fisik, kimiawi, dan bakteriologis, diharapkan telah bebas dari
mikroba patogen sehingga aman untuk dikonsumsi manusia. Jika tidak, sebagai salah
satu media perantara, air sangat mudah menyebarkan mikroba patogen ke pejamu,
melalui pintu masuk (port d’entrée) saluran cerna maupun pintu masuk lainnya.
e. Air-borne Udara bersifat mutlak diperlukan bagi setiap orang, namun sayangnya
udara yang telah terkontaminasi oleh mikroba patogen sangat sulit untuk dapat
dideteksi. Mikroba patogen dalam udara masuk ke saluran napas pejamu dalam
bentuk droplet nuclei yang dikeluarkan oleh penderita (reservoir) saat batuk atau
bersin, bicara atau bernapas melalui mulut atau hidung. Sedangkan dust merupakan
partikel yang dapat terbang bersama debu lantai / tanah. Penularan melalui 8 udara
ini umumnya mudah terjadi di dalam ruangan yang tertutup seperti di dalam gedung,
ruangan / bangsal / kamar perawatan, atau pada laboratorium klinik.

Mekanisme transmisi mikroba patogen atau penularan penyakit infeksi pada


manusia sangat jelas tergambar dalam uraian di atas, dari reservoir ke pejamu yang peka
atau rentan. Dalam riwayat perjalanan penyakit, pejamu yang peka (suspectable host)
akan berinteraksi dengan mikroba patogen, yang secara alamiah akan melewati 4 tahap.

1. Tahap Rentan

Pada tahap ini pejamu masih berada dalam kondisi yang relatif sehat, namun
kondisi tersebut cenderung peka atau labil, disertai faktor predisposisi yang
mempermudah terkena penyakit seperti umur, keadaan fisik, perilaku / kebiasaan
hidup, sosial-ekonomi, dan lain-lain. Faktor– faktor predisposisi tersebut akan
mempercepat masuknya agen penyebab penyakit (mikroba patogen) untuk dapat
berinteraksi dengan pejamu.

2. Tahap Inkubasi

Setelah masuk ke tubuh pejamu, mikroba pathogen akan mulai beraksi, namun
tanda dan gejala penyakit belum tampak (subklinis). Saat mulai masuknya mikroba
patogen ke tubuh pejamu hingga saat munculnya tanda dan gejala penyakit dikenal
sebagai masa inkubasi. Masa inkubasi satu penyakit berbeda dengan penyakit
lainnya; ada yang hanya beberapa jam, dan ada pula yang sampai bertahun-tahun.

3. Tahap Klinis

Merupakan tahap terganggunya fungsi-fungsi organ yang dapat memunculkan


tanda dan gejala (signs and symptomps) dari suatu penyakit. Dalam
perkembangannya, penyakit akan berjalan secara bertahap. Pada tahap awal, tanda
dan gejala penyakit masih ringan. Penderita masih mampu melakukan aktivitas
sehari–hari dan masih dapat diatasi dengan berobat jalan. Pada tahap lanjut, penyakit
tidak dapat diatasi dengan berobat jalan, karena penyakit bertambah parah baik
secara objektif maupun subjektif. Pada tahap ini penderita sudah tidak mampu lagi
melakukan aktivitas sehari–hari dan jika berobat, umumnya harus melakukan
perawatan.

4. Tahap Akhir Penyakit

Perjalanan semua jenis penyakit pada suatu saat akan berakhir pula. Perjalanan
penyakit tersebut dapat berakhir dengan 5 alternatif.

a. Sembuh sempurna Penderita sembuh secara sempurna, artinya bentuk


dan fungsi sel / jaringan / organ tubuh kembali seperti semula saat
sebelum sakit.

b. Sembuh dengan cacat Penderita sembuh dari penyakitnya namun disertai


adanya kecacatan. Cacat dapat berbentuk cacat fisik, cacat mental,
maupun cacat sosial.

c. Pembawa (carrier) Perjalanan penyakit seolah–olah berhenti, ditandai


dengan menghilangnya tanda dan gejala penyakit. Pada tahap ini agen
penyebab penyakit masih ada dan masih memiliki potensi untuk menjadi
suatu sumber penularan.

d. Kronis Perjalanan penyakit bergerak lambat, dengan tanda dan gejala


yang tetap atau tidak berubah (stagnan).

e. Meninggal dunia Akhir perjalanan penyakit dengan adanya kegagalan


fungsifungsi organ yang menyebabkan kematian.

6. Upaya pencegahan penularan penyakit infeksi

Tindakan atau upaya pencegahan penularan penyakit infeksi adalah tindakan yang harus
diutamakan. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan cara memutuskan rantai penularannya. Rantai
penularan adalah suatu rangkaian proses berpindahnya mikroba patogen dari sumber penularan (reservoir)
ke pejamu dengan / tanpa media perantara. Jadi, kunci untuk mencegah atau mengendalikan penyakit
infeksi adalah dengan mengeliminasi mikroba patogen yang bersumber pada reservoir serta mengamati
mekanisme transmisinya, khususnya yang menggunakan media perantara.
Sumber-sumber penularan atau reservoir yang telah diketahui adalah orang (penderita), hewan,
serangga (arthropoda) seperti lalat, nyamuk, kecoa, yang sekaligus dapat berfungsi sebagai media
perantara. Contoh lain adalah sampah, limbah, ekskreta / sekreta dari penderita, sisa makanan, dan lain–
lain. Apabila perilaku hidup sehat sudah menjadi budaya dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari–hari,
serta sanitasi lingkungan yang sudah terjamin, diharapkan kejadian penularan penyakit infeksi dapat
ditekan serendah mungkin. (Darmawan, 2018)

7. Faktor yang mempengaruhi infeksi

Beberapa faktor yang dapat berperan dalam terjadinya infeksi dibagi menjadi 4, yaitu:

1. Faktor intrinsik: seperti umur, jenis kelamin, kondisi umum, resiko terapi, adanya
penyakit lain, tingkat pendidikan dan lamanya masa kerja.

2. Faktor ekstrinsik: seperti dokter, perawat, penderita lain, bangsal / lingkungan,


peralatan, material medis, pengunjung/keluarga, makanan dan minuman.

3. Faktor keperawatan: lamanya hari perawatan, menurunnya standar perawatan, dan


padatnya penderita

4. Faktor mikroba patogen: kemampuan invasi / merusak jaringan, dan lamanya paparan

4. SISTEM PELAYANAN KESEHATAN

Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam meningkatkan derajat


kesehatan. Melalui system ini tujuan pembangunan kesehatan dapat tercapai dengan cara efektif,
efisien dan tepat sasaran. Keberhasilan system pelayanan kesehatan tergantung dari berbagai
komponen yang masuk dalam pelayanan diantara perawat dokter atau tim kesehatan lain yang
satu dengan yang lain saling menunjang. System ini akan memberikan kualitas pelayanan
kesehatan yang efektif dengan melihat nilai-nilai yang ada di masyarakat. Dalam pelayanan
keperawatan yang merupakan bagian penting dalam pelayanan kesehatan, para perawat
diharapkan juga dapat memberikan layanan secara berkualitas. (Usman et al., 1998)

1. Teori system

Teori tentang sistem akan memudahkan dalam memecahkan persoalan yang ada dalam
system. System tersebut terdiri dari subsistem yang membentuk sebuah system yang antara satu
dengan lainnya harus saling mempengaruhi.
Dalam teori system disebutkan bahwa system itu terbentuk dari subsistem yang saling
berhubungan dan saling mempengaruhi. Bagian tersebut terdiri dari input, proses, output,
dampak, umpan balik dan lingkungan yang kesemuanya saling berhubungan dan saling
mempengaruhi, sehingga dapat digambarkan sebagai berikut:

feedback

input Proses output Dampak

Lingkungan

 Input
Merupakan subsistem yang memberikan segala masukan untuk
berfungsinya sebuah system, seperti system pelayanan kesehatan, maka
masukan dapat berupa potensi masyarakat, tenaga kesehatan , sarana
kesehatan, dan lain lain.
 Proses
Suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah sebuah masukan untuk
menjadikan sebuah hasil yang diharapkan dari system tersebut, sebagaimana
contoh dalam system pelayanan kesehatan, maka yang dimaksud proses
adalah berbagai kegiatan dalam pelayanan kesehatan.
 Output
Hasil yang diperoleh dari sebuah proses, dalam system pelayanan kesehatan
hasilnya dapat berupa pelayanan kesehatan yang berkualitas, efektif dan
efisien serta dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat sehingga pasien
sembuh dan sehat secara optimal.
 Dampak
Merupakan akibat yang dihasilkan sebuah hasil dari system, yang terjadi
relative lama waktunya. Setelah hasil dicapai, sebagaimana dalam system
pelayanan kesehatan, maka dampaknya akan menjadikan masyarakat sehat
dan mengurangi angka kesakitan dan kematian karena pelayanan terjangkau
oleh masyarakat.
 Umpan balik
Merupakan suatu hasil yang sekaligus menjadikan masukan dan ini terjadi
dari sebuah system yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi.
Umpan balik dalam system pelayanan kesehatan dapat berupa kualitas tenaga
kesehatan yang juga dapat menjadikan input yang selalu meningkat.
 Lingkungan
Lingkungan disini adalah semua keadaan diluar system tetapi dapat
mempengaruhi pelayanan kesehatan sebagaimana dalam system kesehatan,
lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan geografis, atau situasi
kondisi social yang ada di masyarakat seperti instusi dari luar pelayanan
kesehatan.
2. Tingkat pelayanan kesehatan
Melalui tingkat pelayanan kesehatan akan dapat diketahui kebutuhan dasar
manusia tentang kesehatan. Menurut Leavel dan Carlk dalam memberikan pelayanan
kesehatan harus memandang pada tingkat pelayanan kesehatan yang akan diberikan,
diantara tingkat pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Health Promotion (Promosi Kesehatan)
Merupakan tingkat pertama dalam memberikan pelayanan melalui
peningkatan kesehatan. Bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan agar
masyarakat atau sasarannya tidak terjadi gangguan kesehatan. Tingkat
pelayanan ini meliputi kebersihan perseorangan, perbaikan sanitasi
lingkungan, layanan prenatal, layanan lansia, dan semua kegiatan yang
berhubungan dengan peningkatan status kesehatan.
2. Spesific Protection ( Perlindungan Khusus )

Perlindungan Khusus ini dilakukan dalam melindungi masyarakat dari


bahaya yang akan menyebabkan penurunan status kesehatan, atau bentuk perlindungan terhadap
penyakit-penyakit tertentu, ancaman kesehatan, yang termasuk dalam tingkat pelayanan
kesehatan ini adalah pemberian imunisasi yang digunakan untuk perlindungan pada penyakit
tertentu seperti imunisasi BCG, DPT, Hepatitis, campak, dan lain-lain. Pelayanan perlindungan
keselamatan kerja diamana pelayanan kesehatan yang diberikan kepada seseorang yang bekerja
di tempat risiko kecelakaan tinggi seperti kerja dibagian produksi bahan kimia, bentuk
perlindungan khusus berupa pelayanan pemakaian alat pelindung diri dan lain sebagainya.

3. Early Diagnosis and Prompt Treatment ( Diagnosis dini dan pengobatan


segera )

Tingkat pelayanan kesehatan ini sudah masuk ke dalam tingkat dimulainya


atau timbulnya gejala dari suatu penyakit. Tingkat pelayanan ini dilaksanakan dalam mencegah
meluasnya penyakit yang lebih lanjut serta dampak dari timbulnya penyakit sehingga tidak
terjadi penyebaran. Bentuk tingkat pelayanan kesehatan ini dapat berupa kegiatan dalam rangka
survey pencarian kasus baik secara individu maupun masyarakat, survey penyaringan kasus serta
pencegahan terhadap meluasnya kasus.

4. Disability Limitation ( Pembatasan Cacat )

Dilakukan untuk mencegah agar pasien atau masyarakat tidak mengalami


dampak kecacatan akibat penyakit yang ditimbulkan. Tingkat ini dilaksanakan pada kaus atau
penyakit yang mengalami potensi kecacatan. Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan dapat berupa
perawatan untuk menghentikan penyakit, mencegah komplikasi lebih lanjut, pemberian segala
fasilitas untuk mengatasi kecacatan dan mncegah kematian.

5. Rehabilitation ( Rehabilitasi )

Tingkat pelayanan ini dilaksanakan setelah pasien didiagnosis sembuh.


Sering pada tahap ini dijumpai pada fase pemulihan terhadap kecacatan sebagaimana program
latihan-latihan yang diberikan kepada pasien, kemudian memberikan fasilitas agar pasien
memiliki keyakinan kembali atau gairah hidup kembali ke masyarakat dan masyarakat mau
menerima dengan senang hati karena kesadaran yang dimilikinya.

3. Lembaga Pelayanan kesehatan


Lembaga pelayanan kesehatan merupakan tempat pemberian pelayanan
kesehatan pada masyarakat dalam rangka meningkatkan kesehatan. Tempat pelayanan kesehatan
ini sangat bervariasi berdasarkan tujuan pemberian pelayanan kesehatan. Tempat pelayanan
kesehatan dapat berupa rawat jalan, imstitusi kesehatan, community based agency dan hospice.

 Rawat Jalan

Lembaga pelayanan kesehatan ini bertujuan untuk memberikan kesehatan


pada tingkat pelaksanaan diagnosis dan pengobatan pada penyakit akut atau mendadak dan
kronis yang dimungkinkan tidak terjadi rawat inap. Lembaga ini dapat dilaksanakan pada klinik-
klinik kesehatan seperti klinik dokter spesialis, klinik keperawatan spesialis dan lain-lain.

 Institusi

Merupakan lembaga pelayanan keehatan yang fasilitasnya cukup dalam


memberikan berbagai tingkat pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit, pusat rehabilitasi, dan
lain-lain.

 Hospice

Lembaga ini bertujuan untuk meberikan pelayanan kesehatan yang


difokuskan pada klien yang sakit terminal agar lebih tenang dan dapat melewati masa-masa
terminalnya dengan tenang. Lembaga ini digunakan dalam home care.

 Community Based Agency

Merupakan bagian dari lembaga pelayanan kesehatan yang dilakukan pada


klien pada keluarganya sebagaimana pelaksanaan perawatan keluarga seperti praktek perawat
keluarga, dan lain-lain.

4. Lingkup sistem pelayanan kesehatan

Dalam system pelayanan kesehatan dapat mencakup pelayanan dokter, pelayanan


keperawatan, dan pelayanan kesehatan masyarakat. Dokter merupakan subsistem dari pelayanan
kesehatan. Subsistem pelayanann kesehatajn tersebut memiliki tujuan masing-masing dengan
tidak meninggalkan tujuan umum dari pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang ada
sekarang ini dapat diselenggarakan oleh pihak pemerintah maupun swasta.Dalam pelayanan
kesehatan terdapat tiga bentuk yaitu primary helath care (pelayanan kesehatan tingkat pertama) ,
secondary health care ((pelayanan kesehatan tingkat ke dua) , dan tertiary health services
((pelayanan kesehatan tingkat ketiga). Ketiga bentuk pelayanan kesehatan terbagi dalam
pelayanan dasar yang dilakukan di puskesmas dan pelayanan rujukan yang dilakukan di rumah
sakit.

1. Primary Helath Care (pelayanan kesehatan tingkat pertama)

Dibutuhkan atau dilaksanakan pada masyarakat yang memiliki masalah


kesehatan yang ringan atau masyarakat sehat tetapi ingin mendapatkan peningkatan kesehatan
agar menjadi optimal dan sejahtera sehingga sifat pelayanan kesehatan adalah pelayanan
kesehatan dasar. Pelayanan kesehatan ini dapat dilakukan oleh puskesmas atau balai kesehatan
masyarakat dan lain-lain.

2. Secondary health care ((pelayanan kesehatan tingkat ke dua)

Dibutuhkan bagi masyarakat atau klien yang membutuhkan perawatan di


rumah sakit atau rawat inap dan tidak dilaksanakan di pelayanan kesehatan utama. Pelayanan
kesehatan ini dilaksanakan di rumah sakit yang tersedia tenaga spesialis atau sejenisnya.

3. Tertiary health services ((pelayanan kesehatan tingkat ketiga)

Merupakan tingkat pelayanan tertinggi dimana tingkat pelayanan ini apabila


tidak lagi dibutuhkan pelayanan pada tingkat pertama dan kedua. Biasanya pelayanan ini
membutuhkan tenaga-tenaga yang ahli atau subspesialis dan sebagai rujukan utama seperti
rumah sakit yang tipe A atau tipe B. (Kosanke, 2019)

5. Pelayanan keperawatan dalam pelayanan kesehatan

Merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan dasar


dan pelayanan rujukan. Semuanya dapat dilaksanakan oleh tenaga keperawatan dalam
meningkatkan derajat kesehatan. Sebagai bagian dari pelayanan kesehatan, maka pelayanan
keperawatan yang dilakukan oleh tenaga perawat dalam pelayanannya memiliki tugas,
diantaranya memberikan asuhan keperawatan keluarga, komunitas dalam pelayanan kesehatan
dasar dan memberikan asuhan keperawatan secara umum pada pelayanan rujukan. Sebagaimana
contoh pelayanan keperawatan dalam keperawatan keluarga dan komunitas yang berorientasi
pada tugas keluarga dalam kesehatan diantaranya mengenal masalah kesehatan secara dini,
mengambil keputusan dalam kesehatan, menanggulangi keadaan darurat bila terjadi kecelakaan
atau penyakit yang sifatnya mendadak, memberikan pelayanan keperawatan dasar pada anggota
keluarga yang sakit serta memodifikasi lingkungan untuk menunjang peningkatan status
kesehatan serta memanfaatkan pelayanan kesehatan. (Patricia, 2021)

Demikian juga pada lingkup pelayanan rujukan , tugas perawat adalah


memberikan asuhan keperawatan pada ruang atau lingkup rujukannya seperti pada anak, maka
perawat akan memberikan asuhan keperawatan pada anak melalui pendekatan proses
keperawatan anak, untuk lingkup keperawatan jiwa, pada kasus medik dan bedah perawat akan
memberikan asuhan keperawatan pada kasus medik dan bedah, pada kasus obstetric dan
gynekologi perawat akan memberikan asuhan keperawatan pada maternitas dengan tingkat kasus
tertentu, pada kasus gawat darurat perawat akan memberikan asuhan keperawatan pada keadaan
gawat darurat dan lain-lain. (Megatsari et al., 2018)

6. Faktor yang mempengaruhi pelayanan kesehatan

Pelaksanaan pelayanan kesehatan juga akan lebih berkembang atau sebaliknya akan
terhambat karena dipengaruhi oleh beberapa factor seperti adanya peningkatan ilmu pengetahuan
dan teknologi baru , pergeseran nilai masyarakat, aspek legal dan etik, ekonomi dan politik.

1. Ilmu pengetahuan dan teknologi baru


Pelaksanaan system pelayanan kesehatan dapat dipengaruhi oleh ilmu
pengetahuan dan teknologi baru, mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka akan diikuti oleh perkembangan pelayanan kesehatan atau juga
sebagai dampaknya pelayanan kesehatan jelas lebih mengikuti perkembangan dan
teknologi seperti dalam pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah penyakit-
penyakit yang sulit dapat digunakan alat seperti laser, terapi pengubahan gen, dan
lain-lain. Berdasarkan itu pelayanan kesehatan membutuhkan biaya yang cukup
mahal dan pelayanan akan lebih professional dan butuh tenaga-tenaga yang ahli
dalam bidang tertentu.
2. Pergeseran Nilai Masyarakat

Berlangsungnya system pelayanan kesehatan juga dapat dipengaruhi oleh


nilai yang ada di masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan, dimana dengan beragamnya
masyarakat, maka dapat menimbulkan pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan yang berbeda.
Masyarakat yang sudah maju dengan pengetahuan yang tinggi, maka akan memiliki kesadaran
yang lebih dalam penggunaan atau pemanfaatan pelayanan kesehatan , demikian juga sebaliknya
pada masyarakat yang memiliki pengetahuan yang kurang akan memiliki kesadaran yang rendah
terhadap pelayanan kesehatan.

3. Aspek Legal dan Etik

Dengan tingginya kesadaran masyarakat terhadap penggunaan atau pemanfaatan


pelayanan kesehatan , maka akan semakin tinggi pula tuntutan hokum dan etik dalam pelayanan
kesehatan, sehingga pelaku pemberi pelayanan kesehatan harus dituntut untuk memberikan
pelayanan kesehatan secara professional dengan memperhatikan nilai-nilai hokum yang ada di
masyarakat.

4. Ekonomi

Pelaksanaan pelayanan kesehatan akan dipengaruhi oleh tingkat ekonomi di


masyarakat. Semakin tinggi ekonomi seseorang , pelayanan kesehatan akan lebih diperhatikan
dan mudah dijangkau , demikian juga sebaliknya apabila tingkat ekonomi seseorang rendah
maka sangat sulit menjangkau pelayanan kesehatan mengingat biaya dalam jasa pelayanan
kesehatan membutuhkan biaya yang cukup mahal. Keadaan ekonomi ini yang akan dapat
mempengaruhi dalam system pelayanan kesehatan.

5. Politik

Kebijakan pemerintah melalui system politik yang ada akan sangat mempengaruhi sekali
dalam system pemberian pelayanan kesehatan. Kebijakan-kebijakan yang ada dapat memberikan
pola dalam system pelayanan.
5. DASAR-DASAR KESEHATAN MASYARAKAT SEBAGAI PENUNJANG PRAKTIK
KESEHATAN MASYARAKAT

A. PENGERTIAN KESEHATAN MASYARAKAT


Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan
kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat (Ikatan Dokter
Amerika, AMA, 1948).

Kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi dan kegiatan terpadu antara sanitasi dan
pengobatan dalam mencegah penyakit yang melanda penduduk atau masyarakat. Kesehatan
masyarakat adalah kombinasi antara teori (ilmu) dan Praktek (seni) yang bertujuan untuk
mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan penduduk
(masyarakat). Kesehatan masyarakat adalah sebagai aplikasi keterpaduan antara ilmu
kedokteran, sanitasi, dan ilmu sosial dalam mencegah penyakit yang terjadi di masyarakat.
(Novela & Apriza, 2021)

B. PERKEMBANGAN KESEHATAN MASYARAKAT


1. Periode Sebelum Ilmu Pengetahuan

Upaya untuk menanggulangi masalah-masalah kesehatan dan penyakit telah dilakukan oleh
negara-negara dengan kebudayaan yang paling luas yakni pada zaman Babylonia, Mesir, Yunani
dan Roma, pada zaman tersebut juga ditemukan dokumen-dokumen tertulis bahkan peraturan-
peraturan tertulis tentang pembuangan air limbah, drainase, pengaturan air minum, pembuangan
kotoran. Pada Zaman Romawi kuno telah dikeluarkan peraturan yang mengharuskan masyarakat
mencatat tentang pembangunan rumah, binatang-binatang yang berbahaya bahkan ada keharusan
pemerintah kerajaan untuk melakukan supervisi atau peninjauan kepada tempat minum
masyarakat, warung makan dan tempat-tempat prostitusi.

Pada abad ke tujuh kesehatan masyarakat makin dirasakan kepentingannya karena berbagai
penyakit menular makin menyerang sebagian besar penduduk dan telah menjadi epidemi bahkan
dibeberapa menjadi endemi misal penyakit kolera. Pada abad ke 14 mulai terjadi wabah pes di
India dan China, namun upaya pemecahan masalah kesehatan masyarakat secara menyuruh
belum dilakukan oleh manusia yang hidup dalam zamannya.

2. Periode Ilmu Pengetahuan


Bangkitnya ilmu pengetahuan akhir abad ke 18 dan awal abad ke 19 mempunyai dampak
yang luas terhadap aspek kehidupan manusia, termasuk kesehatan. Kalau pada abad-abad
sebelumnya masalah kesehatan khususnya penyakit hanya dilihat sebagai penomenal biologis
dan pendekatan yang lakukan secara biologis dan sempit, maka mulai abad ke 19 masalah
kesehatan adalah masalah yang kompleks. Pada abad ini mulai ditemukan berbagai penyebab
penyakit dan vaksin sebagai pencegah penyakit. Louis Pasteur menemukan vaksin untuk
mencegah penyakit cacar, Josep Lister menemukan asam karbor untuk sterilisasi, William
Marton menemukan ether untuk anastesi.

Pada tahun 1832 dilakukan penyelidikan dan upaya-upaya kesehatan masyarakat oleh Edwin
Chadwiech dkk, pada saat itu masyarakat Inggris terserang penyakit epidemi wabah kolera,
laporan hasil penyelidikannya adalah masyarakat hidup dikondisi sanitasi yang jelek, sumur
penduduk berdekatan dengan air kotor dan pembuangan kotoran manusia, air limbah mengalir
terbuka tidak teratur, makanan yang dijual di pasar banyak dikerubung lalat di samping itu
ditemukan sebagian besar masyarakat miskin tidak mampu membeli makanan yang bergizi.

Pada tahun 1955 pemerintah Amerika telah membentuk Departemen Kesehatan yang
pertama kali yang berfungsi untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi penduduk. Pada
tahun 1872 telah diadakan pertemuan orang-orang yang mempunyai perhatian terhadap
kesehatan masyarakat di New York dan menghasilkan Asosiasi Masyarakat Amerika (American
Public Health Association.

3. Perkembangan di Indonesia

Sejarah perkembangan masyarakat di Indonesia dimulai sejak pemerintahan Belanda


pada abad ke 16. Kesehatan masyarakat di Indonesia pada waktu itu dimulai dengan adanya
upaya pemberantasan cacar dan kolera yang sangat ditakuti oleh masyarakat pada waktu itu.

Pada tahun 1851 didirikan sekolah dokter di Jawa untuk pendidikan dokter pribumi
selanjutnya pada tahun 1913 didirikan sekolah dokter di Surabaya. Kedua sekolah tersebut
mempunyai andil yang sangat besar dalam menghasilkan tenaga-tenaga dokter yang
mengembangkan kesehatan masyarakat Indonesia. Kemudian pada tahun 1888 didirikan
laboratorium pusat di Bandung yang mempunyai peranan sangat penting dalam dalam langkah
menunjang memberantas penyakit malaria, lepra, cacar dan malaria bahkan untuk bidang
kesehatan masyarakat yang lain seperti gizi dan sanitasi. Pada zaman kemerdekaan Indonesia
salah satu tonggak penting perkembangan masyarakat di Indonesia adalah dengan
diperkenalkannya konsep Bandung pada tahun 1951 oleh dr. Y. Leimena dan dr Patah, dalam
konsep ini mulai dikenal konsep kuratif dan preventif.

C. PRINSIP-PRINSIP DAN FACTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DRAJAT


KESEHATAN MASYARAKAT

 PRINSIP-PRINSIP KESEHATAN MASYARAKAT


Agar usaha kesehatan masyarakat dapat terlaksana dengan baik ada beberapa prinsip
pokok yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Sasaran pelayanan meliputi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
2. Dasar utama dalam pelaksanaan perawatan kesehatan masyarakat adalah
menggunakan metode pemecahan masalah yang dituangkan dalam pelayanan
kesehatan.
3. Kegiatan utama pelayanan kesehatan adalah di masyarakat bukan di rumah sakit.
Tenaga kesehatan adalah tenaga yang generalis.
4. Peran tenaga kesehatan terpenting adalah sebagai pendidik (health education) dan
pembantu (change egent).
5. Praktik kesehatan masyarakat timbul dari kebutuhan aspirasi, masalah dan sumber
yang terdapat di masyarakat.
6. Praktik kesehatan masyarakat di pengaruhi perubahan dalam masyarakat pada
umumnya dan perkembangan masyarakat pada khususnya.
7. Praktik kesehatan masyarakat adalah bagian dari sistem kesehatan masyarakat.
8. Praktik kesehatan masyarakat merupakan gambaran dari seluruh program
kesehatan di masyarakat.
 POKOK-POKOK KEGIATAN KESEHATAN MASYARAKAT
Sesuai dengan kemampuan tenaga maupun fasilitas, maka Pokok-pokok kegiatan
kesehatan masyarakat yang dapat dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1. Asuhan langsung kepada individu, kelompok dan masyarakat
2. Promosi kesehatan
3. Konseling dan pemecahan masalah
4. Rujukan
5. Asuhan komunity
6. Penemuan kasus
7. Penghubung
8. Koordinasi.
9. Kerja sama.
10. Advokasi.
11. Bimbingan dan pembinaan.
12. Pelimpahan wewenang/pengembangan peranan.
13. Rencana lepas asuhan
14. Panutan/role model.
15. Penelitian; membantu mengidentifikasi mengembangkan teori-teori yang
merupakan dari diri praktik kesehatan masyarakat.
 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DERAJAT KESEHATAN
MASYARAKAT
Hendrik L. Blum mengatakan bahwa ada empat faktor yang
mempengaruhi kesehatan masyarakat yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan dan keturunan Pada gambar berikut menunjukan bahwa lingkungan
mempunyai pengaruh dan peranan terbesar diikuti perilaku, pelayanan kesehatan
dan keturunan.
 Prinsip-Prinsip dan Faktor-Faktor yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat :

1. Lingkungan (Environment)

Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik (baik natural atau buatan


manusia) misalnya sampah, air, udara dan perumahan, dan sosiokultur
(ekonomi, pendidikan, pekerjaan dan lain-lain). Pada lingkungan fisik,
kesehatan akan dipengaruhi oleh kualitas sanitasi lingkungan dimana manusia
itu berada. Hal ini dikarenakan banyak penyakit yang bersumber dari
buruknya kualitas sanitasi lingkungan, misalnya ; ketersediaan air bersih pada
suatu daerah akan mempengaruhi derajat kesehatan karena air merupakan
kebutuhan pokok manusia dan manusia selalu berinteraksi dengan air dalam
kehidupan sehari-hari. Sedangkan lingkungan sosial berkaitan dengan kondisi
perekonomian suatu masyarakat. Semakin miskin individu/masyarakat maka
akses untuk mendapatkan derajat kesehatan yang baik maka akan semakin
sulit. misalnya manusia membutuhkan makanan dengan gizi seimbang untuk
mejaga kelangsungan hidup, jika individu/masyarakat berada pada garis
kemiskinan maka akan sulit untuk memenuhi kebutuhan makanan dengan gizi
seimbang. Demikian juga dengan tingkat pendidikan individu/masyarakat,
semakin tinggi tingkat pendidikan individu/masyarakat maka pengetahuan
untuk hidup sehat akan semakin baik. Beberapa contoh faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi kesehatan antara lain:

a. Adanya sanitasi lingkungan yang baik akan meningkatkan derajat


kesehatan masyarakat.
b. Ada norma agama pada umat islam tentang konsep haram terhadap
alkohol akan menurunkan tingkat konsumsi alkohol.
c. Dan semakin tinggi tingkat pendidikan individu maupun masyarakat
maka pengetahuan akan cara hidup sehat semakin baik.

2. Perilaku (Life Styles)

Gaya hidup individu atau masyarakat merupakan faktor kedua mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat karena sehat dan tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu, keluarga
dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri, di samping itu juga
dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan, pendidikan, sosial ekonomi dan perilaku-
perilaku lain yang melekat pada dirinya. Contohnya: dalam masyarakat yang mengalami transisi
dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, akan terjadi perubahan gaya hidup pada
masyarakat tersebut yang akan mempengaruhi derajat kesehatan. Misalnya: pada masyarakat
tradisional di mana sarana transportasi masih sangat minim maka masyarakat terbiasa berjalan
kaki dalam beraktivitas, sehingga individu/masyarakat senantiasa menggerakkan anggota
tubuhnya (berolah raga). Pada masyarakat modern di mana sarana transportasi sudah semakin
maju, maka individu/masyarakat terbiasa beraktivitas dengan menggunakan transportasi seperti
kendaraan bermotor sehingga individu/masyarakat kurang menggerakkan anggota tubuhnya
(berolah raga). Kondisi ini dapat beresiko mengakibatkan obesitas pada masyarakat modern
karena kurang berolah raga ditambah lagi kebiasaan masyarakat modern mengkonsumsi
makanan cepat saji yang kurang mengandung serat. Fakta tersebut akan mengakibatkan transisi
epidemiologis dari penyakit menular ke penyakit degeneratif.

Berikut ini contoh dari life style yang dapat mempengaruhi


kesehatan seseorang:

a. Perilaku perokok sejak dini akan meningkatkan risiko kanker pada


paru-paru.
b. Perilaku mengkonsumsi makanan cepat saji (junk food) akan
meningkatkan risiko obisitas yang berisiko pada penyakit jantung.
c. Kebiasaan melakukan konsep 3 M (menguras, mengubur dan
menutup) pada pencegahan DBD akan menurunkan prevalensi
penyakit DBD.

3. Pelayanan Kesehatan (Health Care Services)

Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat kesehatan


masyarakat, karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan
pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan keperawatan serta
kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas sangat
berpengaruh oleh lokasi, apakah dapat dijangkau oleh masyarakat atau tidak, tenaga kesehatan
yang memberikan pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas
dalam memperoleh pelayanan, serta program pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai
dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Semakin mudah akses individu atau masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan maka derajat kesehatan masyarakat semakin baik.

Adapun faktor pelayanan kesehatan dapat mempengaruhi kesehatan, dapat terlihat


sebagai berikut:

a. Adanya upaya promotif terhadap penularan HIV/AIDS akan


menurunkan prevalensi HIV/AIDS.
b. Tersedianya sarana dan prasaran kesehatan yang baik akan
memudahkan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan
yang bermutu dan berkualitas.
c. Adanya asuransi kesehatan akan memudahkan
individu/masyarakat untuk mengakses pelayanan kesehatan.1

4. Keturunan (Heredity)

Faktor keturunan/genetik ini juga sangat berpengaruh pada derajat kesehatan. Hal
ini karena ada beberapa penyakit yang diturunkan lewat genetik atau faktor yang telah
ada pada diri manusia yang dibawa sejak lahir, misalnya: dari golongan penyakit
keturunan, diantaranya: diabetes melitus, asma bronkia, epilepsy, retardasi mental
hipertensi dan buta warna. Faktor keturunan ini sulit untuk di intervensi dikarenakan hal
ini merupakan bawaan dari lahir dan jika di intervensi maka harga yang dibayar cukup
mahal. Berikut ini contoh faktor keturunan dapat mempengaruhi kesehatan:

a. Perkawinan antar golongan darah tertentu akan mengakibatkan leukemia.


b. Adanya kretinisme yang diakibatkan mutasi genetic
(9 786024 730406, n.d.)

1
Daftar Pustaka
9 786024 730406. (n.d.).
Darmawan, A. (2018). Epidemiologi Penyakit Menular Dan Penyakit Tidak Menular. Jambi
Medical Journal, 4(2), 195–202.
Kosanke, R. M. (2019). 済無 No Title No Title No Title. 181–190.
Megatsari, H., Dwi Laksono, A., Akhsanu Ridlo, I., Yoto, M., & Nur Azizah, A. (2018).
PERSPEKTIF MASYARAKAT TENTANG AKSES PELAYANAN KESEHATAN
Community Perspective about Health Services Access. Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan, 21(4), 247–253. http://dx.doi.org/10.22435/hsr.v2Ii4.231
Novela, V., & Apriza, C. (2021). Buku Digital - Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat (Issue
February).
Patricia, C. O. S. (2021). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標
に関する共分散構造分析 Title. 3(2), 6.
Ulfa, M. (2013). Sejarah perkembangan pusat pelayanan Kesehatan Masyarakat. 1–25.
Usman, A. G., Saleh, L. M. I., Negeri, M., Mangkurat, L., Kalimantan, P., & Usman, A. G.
(1998). Bab i pendahuluan a. latar belakang. 1–10.

Anda mungkin juga menyukai