Anda di halaman 1dari 13

“ANAMNESIS”

PENGKAJIAN RIWAYAT KESEHATAN DAN OBSTETRIC

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah

PEMERIKSAAN FISIK IBU DAN BAYI

Dosen Pengampu:

Eka Rahmawati, M.Tr.Keb

Oleh:

Kelompok 1

1. Ayu putriana NIM. 22251008P


2. Bela indasari NIM. 22251010P
3. Ella suryana NIM. 22251014P
4. Martina fevi yanti NIM. 22251031P
5. Pradini NIM. 22251041P
6. Sarinah Sidauli NIM. 22251050P

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN KHUSUS

FAKULTAS KEBIDANAN

UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG

TAHUN 2022 / 2023


KATA PENGANTAR

Penulis ucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
dan rahmat-Nya, Penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna menyempurnakan
segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Proses penulisan makalah
bahan ajar ini dapat terwujud berkat dukungan, arahan dan bantuan moral maupun
material dari banyak pihak yang telah banyak membantu penulisan makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini berguna bagi para pembaca dan
pihak-pihak lain yang berkepentingan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak, semoga makalah bahan ajar
ini dapat bermanfaat.

Palembang, 19 Oktober 2022

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................. 2

BAB I...................................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN.................................................................................................................... 4

1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................................4

1.2 RUMUSAN MASALAH.....................................................................................................6

1.3 TUJUAN PEMBAHASAN........................................................................................................6

1......................................................................................................................................................6

2. Untuk mengetahui riwayat penyakit sebelumnya ataupun pengobatan saat kehamilan...........6

BAB II..................................................................................................................................... 6

PEMBAHASAN...................................................................................................................... 6

2.1 Anamnesis................................................................................................................................6

2.2 Graviditas dan Paritas.............................................................................................................7

2.3 Pemeriksaan Fisik.....................................................................................................................7

2.4 Pemeriksaan Abdomen.............................................................................................................8

2.5 Auskultasi...............................................................................................................................10

2.6 Pemeriksaan Genitalia..........................................................................................................10

BAB III.................................................................................................................................. 10

LAMPIRAN.......................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 14

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Obstetric atau kebidanan adalah bagian khusus yang mempelajari segala


sesuatu yang bersangkutan dengan lahirnya bayi. Dengan demikian mencangkup
kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir (Prawirohardjo, 2010). Asuhan
kebidanan merupakan cara atau gabungan dalam memberikan bantuan kepada
seseorang melingkupi bimbingan, dan hasil asuh seperti asuhan berkelanjutan
COC (continnuty of care) adalah program pemerintah dalam pelaksanaan
pelayanan kesehatan yang berkesinambungan, oleh bidan dengan profesional dan
bertanggung jawab dalam memberikan asuhan selama masa kehamilan,
persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan pemilihan alat kontrasepsi pada KF-3 adalah
kunjungan nifas ke-3 (29 hari-42 hari post partum). Harapannya dapat
memberikan perlindungan terhadap ibu hamil secara dini yang berupa faktor-
faktor resiko, pencegahan serta penanganan komplikasi kehamilan, persalinan,
nifas, bayi baru lahir (Kemenkes RI, 2016). Penilaian kesehatan terhadap ibu
hamil dapat di lihat dari kunjungan lengkap yaitu K4. K4 adalah cakupan ibu
hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal yang sesuai dengan standar
sekurang-kuranya 4 kali pada masa kehamilan. 1 kali pada trimester pertama, 1
kali pada trimester kedua, dan 2 kali pada trimester ketiga (Permenkes, 2014).
Sesuai jadwal yang dianjurkan pada tiap trimester.

Suatu kehamilan dapat memiliki kondisi yang disebut resiko, baik resiko
rendah maupun resiko tinggi. Kehamilan resiko rendah merupakan kehamilan
yang fisiologis, kemungkinan besar diikuti dengan persalinan normal, serta ibu
dan bayi sehat. Sementara itu kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang
didalamnya kesehatan ibu atau janin dalam bahaya akibat adanya gangguan
kehamilan. Meskipun kehamilan sering mengacu pada krisis maturasi, diagnosis
resiko tinggi juga menimbulkan krisis situasi seperti terminasi kehamilan sebelum
tanggal yang diperkirakan. Salah satu batasan faktor resiko adalah primitua
sekunder (persalinan terakhir 10 tahun yang lalu).

Dampak dari kehamilan resiko tinggi pada primitua sekunder adalah


diabetes gestasional disebabkan ganguan kerja pada insulin dan kadar glukosa
akan meningkat yang merupkan gangguan metabolisme pada kehamilan, tetapi
hiperglkemia ringan dapat memberikan penyulit pada ibu berupa
preeklamsi/eklamsia, dan perdarahan pada TM III Preeklamsi/eklamsia
disebabkan oleh kerja plasenta yang semakin aktif bekerja mengalirkan nutrisi, ke
janin sehingga menyebabkan kenaikan tekanan darah sebagai reaksi peningkatan
metabolisme organ tubuh ibu dan penurunan volume plasma yang mengakibatkan
hemokonsentrasi dan peningkatan hemotokrit maternal.
Komplikasi kehamilan yang tidak terdeteksi secara dini akan berlanjut
menjadi komplikasi yang serius, pada ibu dan janin. Yang akan mengingkatkan
angka kesakitan dan kematian.

Pengkajian maternal terhadap aktivitas janin adalah metode yang


sederhana, tetapi bermanfaat untuk memantau kondisi janin. Tindakan ini dapat
dilakukan di rumah, sederhana untuk dipahami dan tidak menganggu aktivitas
harian, karena penurunan atau tidak adanya gerakan janin yang dialami oleh ibu
memiliki janin lahir mati. Upaya-upaya yang dapat dilakukan pada kehamilan
resiko tinggi adalah meningkatkan cakupan ibu hamil disertai dengan skrining dan
deteksi dini secara aktif adanya faktor resiko, mengingkatkan sarana fasilitas
obstetri sesuai dengan faktor resikonya oleh masyarakat, dan meningkatkan
penyuluhan tentang kehamilan, persalinana dan resiko-resikonya, perencanaan
persalinan meliputi tempat dan penolong persalinan.

Pada kehamilan resiko tinggi memerlukan pengelolaan dengan baik yaitu,


kehamilan resiko tinggi harus dibina oleh seorang ahli kebidanan penjaringan
yang dilakukan oleh (perawat, bidan, bahkan kader posyandu) pasien dilakukan
pengawasan yang ketat, seperti keteraturan antenatal care. Rumah sakit yang
mengawasi kehamilan resiko, harus mempunyai fasilitas untuk melakukan
diagnostik perinatal, seperti ultrasound, amniocentasis, pemeriksaan kadar
hormon.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana menerapkan manajemen pengkajian riwayat kesehatan dan
obstetric

1.3 TUJUAN PEMBAHASAN

1. Memberikan anamnesis pengkajian riwayat kesehatan dan obstetric


secara berkesinambungan sesuai standar pelayanan kebidanan dengan
pendekatan manejemen kebidanan dan pendokumentasian dengan metode
SOAP.

2. Untuk mengetahui riwayat penyakit sebelumnya ataupun pengobatan


saat kehamilan.
BAB II

PEMBAHASAN

Teknik pemeriksaan obstetri meliputi pemeriksaan fisik abdomen,


manuver Leopold, auskultasi denyut jantung janin, pemeriksaan genitalia, dan
pemeriksaan fisik umum. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, anamnesis harus
dilakukan untuk mengetahui informasi subjektif mengenai riwayat kehamilan dan
persalinan pasien.

2.1 Anamnesis
Pada pemeriksaan obstetri pertama kali, hal yang perlu digali antara lain:

 Faktor risiko kondisi patologis kehamilan, seperti usia ibu,


riwayat abortus spontan pada kehamilan sebelumnya, dan hipertensi
 Riwayat keluarga, termasuk kelainan herediter
 Riwayat obstetri, mencakup luaran pada kehamilan sebelumnya ataupun
komplikasi maternal dan fetal seperti diabetes gestasional, preeklamsia, stillbirth,
dan malformasi kongenital
 Riwayat terkait penyakit yang sedang diderita dan riwayat penyakit dahulu,
termasuk riwayat pengobatan
Hal lain yang perlu digali dalam anamnesis adalah hal-hal yang berhubungan
dengan perkembangan janin, termasuk frekuensi dan intensitas tendangan janin,
adanya perdarahan atau keluar cairan pervaginam, keluhan sakit kepala,
perubahan visus, serta edema pada wajah atau jari.

2.2 Graviditas dan Paritas


Pada ana mnesis juga perlu ditanyakan graviditas dan paritas. Graviditas
adalah jumlah kehamilan yang telah dikonfirmasi dan didiagnosis dokter. Paritas
adalah jumlah kelahiran setelah usia kehamilan 20 minggu. Abortus adalah
hilangnya kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu, tanpa memandang
penyebabnya. Paritas ditambah abortus akan menghasilkan jumlah graviditas.

2.3 Pemeriksaan Fisik


Sebelum pemeriksaan fisik, jelaskan prosedur pemeriksaan,
minta informed consent pastikan privasi dan kenyamanan pasien, minta pasien
berkemih, kemudian dokter mencuci tangan untuk mencegah infeksi silang.
Alat yang perlu disiapkan adalah:

 Pita ukur

 Fetoskop

 Doppler

Sebelum memulai pemeriksaan regio abdomen, lakukan pemeriksaan keadaan


umum, pengukuran berat dan tinggi badan, serta tanda vital pasien. Pemeriksaan
lain dilakukan seperti pada pasien pada umumnya, yaitu pemeriksaan dari kepala
sampai kaki. Lihat adanya ikterus yang dapat dapat disebabkan oleh obstetric
cholestasis atau intrahepatic cholestasis of pregnancy. Periksa pula adanya
melasma, anemia, pembesaran kelenjar tiroid, varises atau edema ekstremitas.

2.4 Pemeriksaan Abdomen


Pasien berada pada posisi supinasi atau dorsal recumbent dengan elevasi
kepala 30-45 derajat, lutut sedikit ditekuk, lengan dapat diposisikan di samping
pasien. Jika pasien mengalami sindrom hipotensi supinasi (SHT), posisikan pasien
dalam lateral dekubitus kiri dengan elevasi kepala 15 derajat
Inspeksi:

Inspeksi abdomen dilakukan untuk melihat ukuran, bentuk, adanya ruam,


striae gravidarum, bekas luka, gerakan janin, atau kontraksi. Dengan mengetahui
riwayat dan minggu kehamilan, dalam inspeksi abdomen ukuran perut dapat
memberi gambaran mengenai ukuran janin dan apakah kehamilan tunggal atau
tidak. Bentuk perut juga dapat memberi gambaran letak janin.

Striae gravidarum dari kehamilan sebelumnya tampak berwarna putih atau


kelabu sedangkan striae gravidarum dari kehamilan saat ini berwarna merah
muda. Linea nigra merupakan pigmentasi yang wajar saat kehamilan. Bekas luka
dapat mengidentifikasi riwayat operasi.

Palpasi perut yang dilakukan pada pemeriksaan obstetri memiliki tujuan


skrining. Pengukuran tinggi fundus dapat bisa diukur dengan alat ukur dalam
sentimeter setelah 20-24 minggu. Tinggi fundus uteri (TFU) diukur menggunakan
tali pengukur dari simfisis pubis ke fundus uteri dan hanya dilakukan pada
kehamilan tunggal. Palpasi perut dilakukan dalam pemeriksaan antenatal untuk
perkirakan ukuran janin.
- Pemeriksaaan Leopold I

Pemeriksaan Leopold I disebut dengan fundal palpation. Pemeriksaan


ini ditujukan untuk mengukur TFU (tinggi fundus uteri) dan memperkirakan
bagian janin pada fundus uteri.
Leopold 1 dilakukan dengan pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien
dan menghadap ke muka pasien. Pemeriksa meletakkan kedua tangan pada
fundus uteri dan dengan lembut melakukan palpasi menggunakan jari-jari.
Palpasi bentuk, ukuran, konsistensi abdomen, dan mobilitas bagian janin di
fundus.

Pada presentasi bokong, di fundus uteri akan teraba kepala janin


berupa massa keras, bundar, dan melenting. Sementara itu, pada presentasi
sefalik, di fundus akan teraba bokong janin yang lunak, kurang bundar, dan
melenting. Letak janin dapat dilaporkan dengan letak memanjang
(longitudinal), letak lintang (transversal), atau letak miring (oblique).
Presentasi janin dapat dilaporkan sebagai presentasi sefalik dan presentasi
bokong.

- Pemeriksaan Leopold II
Pemeriksaan Leopold II disebut dengan lateral palpation.
Pemeriksaan kedua ini ditujukan untuk menentukan posisi tulang belakang
janin dan anggota tubuh seperti kaki dan tangan. Leopold II dilakukan
dengan palpasi lembut pada area paraumbilikalis dengan menggunakan
kedua tangan. Saat palpasi tulang belakang janin, akan teraba struktur
keras dan resisten jika dibandingkan dengan anggota tubuh lain seperti
tangan dan kaki yang teraba tidak teratur dan jika lebih ditekan akan teraba
bagian kecil yang bergerak.

- Pemeriksaan Leopold III

Pemeriksaan Leopold III disebut dengan Pawlik’s


maneuver atau second pelvic grip. Pemeriksaan ketiga bertujuan untuk
memperkirakan posisi janin pada bagian suprapubik dan mengetahui
apakah janin sudah masuk pada pintu atas panggul (PAP).

Pemeriksa menekan dengan lembut abdomen ibu untuk merasakan


bagian presentasi menggunakan ibu jari dan jari tengah. Sama seperti
Leopold I, palpasi bentuk, ukuran, konsistensi abdomen, dan mobilitas
bagian janin untuk mengetahui presentasi janin. Palpasi suprapubik
dilakukan menggunakan jari-jari tangan dominan. Jika janin belum
memasuki pintu atas panggul, oksiput janin dapat dirasakan.
- Pemeriksaan Leopold IV

Pemeriksaan Leopold IV disebut dengan pelvic palpation atau first


pelvic grip. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan apakah bagian
terbawah janin sudah masuk pintu atas panggul.
Pasien tetap diminta untuk menekukan lutut. Pemeriksa berdiri
menghadap kaki ibu. Dengan jari-jari kedua tangan, palpasi abdomen ke
arah sumbu panggul dimulai dari sisi kanan dan kiri abdomen ibu. Pada
presentasi sefalik, jika kedua tangan dapat saling bertemu (convergent),
kemungkinan kepala belum masuk ke pintu atas panggul. Sedangkan, jika
kedua tangan tidak saling bertemu (divergent) berarti kepala sudah masuk
ke pintu atas panggul.

2.5 Auskultasi
Berdasarkan pemeriksaan Leopold, fetoskop diletakan antara bahu pada
bagian punggung janin. Sebelum memposisikan diri untuk mendengarkan denyut
jantung janin, palpasi terlebih dahulu denyut nadi radialis ibu. Selagi mempalpasi
denyut nadi ibu, letakan telinga ke fetoskop, kemudian lepaskan palpasi denyut
nadi ibu jika detak jantung janin sudah terdengar. Denyut ibu dan janin berbeda,
sehingga ika terdengar denyut nadi ibu bersamaan dengan denyut janin, pindahkan
posisi fetoskop.

Pemeriksaan detak jantung janin juga dapat dilakukan saat kehamilan


berusia 12 minggu dengan menggunakan doppler. Setelah usia kehamilan
mencapai 24 minggu, auskultasi dapat dilakukan menggunakan fetoskop.
Frekuensi detak jantung janin normal adalah 120-160 kali/menit.

2.6 Pemeriksaan Genitalia


Pemeriksaan genitalia dimulai dari inspeksi. Perhatikan adanya cairan
yang keluar pervaginam. Jika terdapat cairan, perhatikan karakteristik cairan
seperti warna, jumlah dan bau.

Pemeriksaan dalam dilakukan untuk memeriksa pelunakan serviks, adanya


dilatasi (pembukaan) atau effacement (penipisan).
BAB III

LAMPIRAN
DAFTAR TILIK PENILAIAN KETERAMPILAN PEMERIKSAAN OBSTETRI
DAFTAR PUSTAKA

1. Artal-Mittelmark R. Evaluation of The Obstetric Patients. MSD


Manuals, 2019.
2. Fowler JR, Mahdy H, Jack BW. Pregnancy. [Updated 2020 Apr 27].
In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2020 Jan-.
3. WHO. WHO recommendations on antenatal care for a positive
pregnancy experience. 2016.
4. WHO Reproductive Health Library. WHO recommendation on
symphysis-fundal height measurement. (December 2016). The
WHO Reproductive Health Library; Geneva: World Health
Organization.
5. de Sousa Basso, N.A., Morceli, G., Costa, R. et al. Validation of a
symphysis-fundal height chart developed for pregnancy
complicated by diabetes and hyperglycemia: an observational
study. Reprod Health 13, 89 (2016).
6. Freire, D. M. C., Cecatti, J. G., & Paiva, C. S. M. (2010).
Symphysis-fundal height curve in the diagnosis of fetal growth
deviations. Revista de Saúde Pública, 44(6), 1031–1038.
doi:10.1590/s0034-89102010005000044 
7. Noor, T., Inara, O., Krystal, H., Meena, K. (2019) Accuracy of
Leopold's Maneuver Compared to Ultrasound in Estimating Fetal
Birth Weight [12B]. Obstetrics & Gynecology. Volume 133 - Issue -
p 23S-24S doi:10.1097/01.AOG.0000559397.09291.a3

Anda mungkin juga menyukai