• Islamophobia adalah sebuah fobia atau suatu ketakutan, kebencian atau
prasangka terhadap Islam atau Muslim secara umum, terutama bila dipandang dari sisi Islamisasi dan sumber terorisme. • Sejumlah ulama mengatakan Islamophobia termasuk rasisme. • Islamophobia sudah terjadi sejak zaman Rasulullah ketika beliau berdakwah dan banyak para kaum kafir Quraisy menentang ajaran Islam. Namun, istilah Islamophobia mulai populer sejak peristiwa 9/11 di Amerika Serikat yang dilakukan oleh orang beridentitas muslim. ❑ Dalam pemberitaan tribunnews.com yang berjudul “Polri : Kelompok Teroris Kumpulkan Dana Lewat Lembaga Berkedok Kepentingan Masyarakat” yang menjadi narasumber adalah Kepolisian. Pihak kepolisian dapat memberikan bukti konkrit. Namun, sayangnya narasumber tidak menyebutkan apa nama lembaganya dan media tidak memiliki dasar serta bukti yang kuat ketika membuat pernyataan ‘tidak menutup kemungkinan pula dana yang dikumpulkan lewat kedok tersebut digunakan untuk membeli bahan-bahan yang nantinya akan dirakut menjadi peledak.’ ❑ Dalam pemberitaan tribunnews.com yang berjudul “Inilah Isi Tas Milik Penyerang Polsek Wonokromo : Lambang ISIS Hingga Berbagai Senjata.” Pada pemebritaan ini, konstruksi realitas disetting dengan menggunakan kata jihad dan amaliyah tanpa memahami lebih jauh maksud dari kedua kata tersebut. Kedua kata yang digunakan oleh redaksi dipahami sebagai sebagai upaya pelabelan teroris terhadap Islam yang pada akhirnya memunculkan Islamophobia. ❑ Dalam pemberitaan yang berjudul “Pegawai TPI Brondong Lamongan yang Sering Beri Ceramah Ditangkap Densus 88, Keluarganya diangkut.” Pemberitaan ini memberikan sentimen negative terhadap Islam karena ada kata “Ceramah” dalam headline berita.
❑ Dalam pemberitaan yang berjudul “Terduga Teroris yang Ditangkap di
Blitar Dikenal Suka Membaur dengan Para Tetangga.” Penggunaan kalimat pada judul terkesan bahwa teroris memiliki sikap social yang tinggi terhadap lingkungannya. Hal ini mengindikasikan bahwa orang yang memiliki sikap prososial dan rajin shalat ke masjid setiap waktu, maka bisa diindikasikan sebagai ciri-ciri teroris. ❑ Dalam pemberitaan yang berjudul “Dalam Waktu 3 Hari, 6 Tersangka Jaringan JAD di Jatim Dibekuk Densus 88 Antiteror.” Dalam pemberitaan ini, nama-nama alias para pelaku terduga teroris selalu menggunakan nama-nama Islami. Penggunaan kata tersebut secara tidak langsung menyudutkan Islam. ❑ Dalam pemberitaan yang berjudul “Bom Hingga Senpi Rakitan Disita dari Teroris Perampok Toko Emas di Magetan.” Dalam pemberitaan ini, wartawan langsung menulis sesuai hasil pengamatannya di lapangan. Akan tetapi penggunaan kata ‘Teroris’ dan ‘Perampok’ dalam satu kalimat tidak tepat dan cenderung dipaksakan karena sesungguhnya arti dari 2 kalimat tersebut sangat berbeda. Teroris berhubungan dengan politik. ❑ Dalam pemberitaan yang berjudul “Polri : 2 Teroris yang Dibekuk di Jatim Amir JAD Madura dan Lamongan.” Pada pemberitaan ini dibahas mengenai keterlibatan HS dan BL dalam jaringan JAD. Pada pemberitaan ini HS dan BL ditulis sebagai amir JAD. Penggunaan kata amir kurang tepat karena amir artinya ketua kelompok dakwah yang berorientasi untuk syiar Islam. ❑ Dari berita-berita tersebut diatas, semuanya berupaya untuk menyudutkan Islam. Meski tidak melabelkan aqidah, namum symbol- symbol Islam tetap larut dalam pemberitaan. Hal ini mengakibatkan munculnya propaganda miring terkait terorisme global di dunia Islam disebabkan oleh pandangan yang salah terhadap ajaran Islam, rasa benci terhadap Islam dan umatnya serta kompetisi antarmedia. ❑ Dimensi pewacanaan di media massa terjebak pada upaya mendiskreditkan Islam. ❑ Dari 10 berita seputar teroris yang dipilih, semuanya berupaya menggulirkan wacana Islamophobia di Indonesia. Walaupun tidak menggulingkan aqidah tetapi banyak simbol-simbol islam yang dipakai dalam pemberitaan. ❑ Propaganda miring terkait terorisme global di dunia disebabkan oleh pandangan yang salah terhadap ajaran Islam.