Anak - Roleplay
Anak - Roleplay
BAB 1
CONTOH KASUS
Ny A bersama suaminya datang ke IRD RSUD Dr Soetomo Surabaya
mengantarkan anaknya, S, yang berusia 8 tahun. Dari pengkajian, Ny A mengatakan
bahwa anaknya S sudah seminggu ini mual muntah, nafsu makan tidak ada sama
sekali, kadang-kadang batuk. Batuk semenjak 3 hari yang lalu menjadi buruk kadang
disertai ada dahak berwarna agak kemerahan. Ny A juga mengatakan anaknya sesak,
dan bau nafasnya tidak enak. Kencingnya dalam seminggu ini hanya sedikit tidak
sampai setengah liter. Dari hasil pemeriksaan didapatkan: konjungtiva anemis, RR 24
x/mnt, BP 150/90 mmHg, HR 100x/mnt, terdapat edema di punggung kaki kiri dan
kanan. Hasil lab: Hb 7.5mg/dL, creatinin 12.3 mg/dL, BUN 96 mg/dL, calium 5.5
mg/dL, natrium 140 mg/dL, foto thorax terdapat oedema pulmonum, hasil USG
nefritis bilateral. Setelah dilakukan pengkajian kepada klien, dokter menginstrusikan
kepada perawat untuk memberikan terapi dan cito HD. Saat keluarga dijelaskan
mengenai tindakan yang akan dijalani klien, keluarga sempat menolak terutama ibu
klien. Ibu klien takut terjadi hal yang buruk pada anaknya sehingga ia meminta agar
anaknya bias pulang dan dirawat jalan. Namun setelah perawat menjelaskan kepada
keluarga klien mengenai tindakan operasi yang akan dijalani klien, keluarga terutama
ibu klien menyetujui tindakan operasi dan menanda tangani informed consent.
2
BAB 2
TINJAUAN TEORI
PENYAKIT GINJAL KRONIK PADA ANAK
3. Etiologi PGK
Penyakit ginjal kronik pada anak dapat disebabkan oleh berbagai etiologi
seperti kelainan ginjal kongenital, didapat, diturunkan ataupun penyakit
metabolik ginjal. Penyebab lainnya adalah sindroma nefrotik, infeksi saluran
kemih, uropati obtruktif, nefropathy refluks, hipertensi, sindroma prune belly,
nekrosis kortikal, glumerulonefritis kronik, glomerulosklerosis fokal segmental,
penyakit ginjal polikistik, nefropati IgA, lupur erimatosus systemik dan
syndrome hemolitik uremik. Pada anak dibawah usia 5 tahun paling sering
disebabkan kelainan kongenital seperti hypoplasia, dysplasia ginjal (11%) dan
uropati obstruktif (22%). Sedangkan pada anak diatas usia 5 tahun, PGK sering
disebabkan oleh penyakit didapat seperti glumerulonefritis atau penyakit yang
diturunkan seperti syndrome Alport. Secara umum, penyebab terbanyak PGK
pada anak adalah kelainan uropati (30-33%) dan glomerulonefropati (25-27%).
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis PGK pada anak bervariasi tergantung dari penyebab PGK.
Jika penyebabnya adalah glumerulonefritis manifestasi yang muncul adalah:
edema, hipertensi, hematuria dan protein urea. Sedangkan klien dengan kelainan
kongenital seperti dysplasia ginjal dan uropati obstruktif manifestasi yang
muncul adalah: gagal tumbuh, dehidrasi karena poliuri, infeksi saluran kemih,
maupun insufisiensi ginjal. Pada stadium lanjut, klien tampak pucat, perawakan
pendek, dan menderita kelainan tulang.
5. Patofisiologi Penyakit Ginjal Kronik
Penyakit ginjal kronik pada anak dengan penyebab seperti diatas respon ginjal
pada PGK pada umumnya sama walaupun etiologi berbeda. Pada awal penyakit,
ginjal beradaptasi terhadap kerusakan dengan meningkatkan LFG oleh nefron
normal yang tersisa, namun makin lama menyebabkan kerusakan glomerulus
progresif akibat peningkatan tekanan hidrostatik pada dinding kapiler dan efek
toksik protein yang melintasi dinding kapiler. Seiring berjalannya waktu, jumlah
nefron yang sklerosis akan semakin banyak, sehingga terjadi peningkatan beban
sekresi pada nefron yang masih bertahan. Kondisi ini akan terus berulang dan
4
semakin banyak nefron yang rusak hingga berakhir dengan gagal ginjal terminal
(GGT).
6. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul akibat gagal ginjal kronis antara lain
hiperkalemia, perikarditis, hipertensi, anemia, penyakit tulang (Smeltzer & Bare,
2001).
7. Pemeriksaan Penunjang pada Gagal Ginjal
a. Tes darah
Nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin serum – meningkat, kadar
kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir
Natrium dan kalsium serum – menurun
Kalium dan fosfor serum – meningkat
pH dan bikarbonat (HCO3) serum – menurun (asidosis metabolik)
Haemoglobin, hematokrit, trombosit – menurun (disertai penurunan
fungsi sel darah putih dan trombosit)
Glukosa serum – menurun (umum terjadi pada bayi)
Asam urat serum – meningkat
Kultur darah – positif (disertai infeksi sistemik)
SDM – menurun, defisiensi eritropoeti
GDA – asidosis metabolik, pH kurang dari 7
Protein (albumin) – menurun
Magnesium – meningkat
b. Tes urine
Urinalitas – sel darah putih dan silinder
Elektrolit urine osmolalitas, dan berat jenis – bervariasi berdasarkan
proses penyakit dan tahap GGA
Warna: secara abnormal warna urine keruh kemungkinan disebabkan oleh
pus, bakteri, lemak, fosfat atau urat sedimen. Warna urine kotor,
kecoklatan menunjukkan adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin
5
Volume urine: biasanya kurang dari 400 ml/24 jam bahkan tidak ada
urine (anuria)
Berat jenis: kurang dari 1,010 menunjukkn kerusakan ginjal berat
Osmolalitas: kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan ginjal
tubular dan rasio urin/serum sering 1:1
Protein: derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkan
kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada
Klirens kreatinin: mungkin agak menurun
Natrium: lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu
mereabsorbsi natrium
c. Elektrokardiogram (EKG) – perubahan yang terjadi berhubungan dengan
ketidakseimbangan elektrolit dan gagal jantung
d. Kajian foto thorax dan abdomen – perubahan yang terjadi berhubungan
dengan retensi cairan
e. Osmolalitas serum: lebih dari 285 mOsm/kg
f. Pelogram retrograd: abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
g. Ultrasonografi ginjal : untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya massa,
kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas
h. Endoskopi ginjal, nefroskopi : untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu,
hematuria dan pengangkatan tumor selektif
i. Arteriogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskular, massa.
8. Penatalaksanaan Medis
Prinsip penatalaksanaan gagal ginjal secara umum adalah:
a. Stabilkan keseimbangan cairan dan elektrolit
b. Dukung fungsi kardiovaskuler
c. Cegah infeksi
d. Tingkatkan status nutrisi
e. Kendalikan perdarahan dan anemia
6
f. Lakukan dialisis
g. Transplantasi ginjal.
Gagal ginjal kronis
a. Konservatif:
Penentuan dan pengobatan penyebab
Pengoptimalan dan maintenance keseimbangan garam dan air
Koreksi obstruksi saluran kemih
Deteksi awal dan pengobatan infeksi
Pengendalian hipertensi
Diet rendah protein, tinggi kalori
Deteksi dan pengobatan komplikasi
b. Terapi penggantian ginjal
Hemodialisis (membran semipermiabel ada pada mesin)
Dialisis peritoneal (membran semipermiabel menggunakan peritoneum)
Transplantasi ginjal.
9. WOC Gagal Ginjal
7
8
c. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA KEP. NOC NIC
1. Kelebihan volume Keseimbangan cairan 1. Manajemen asam basa :
cairan b.d gangguan Kriteria : - Pertahankan kepatenan jalan nafas
mekanisme regulasi, 1. Keefektifan pompa jantung - Posisikan klien untuk mendapatkan ventilasi yang
Batasan karakteristik : 2. Status pernafasan: ventilasi dan pertukaran gas : adekuat
- Anasarca frekuensi pernafasan, irama pernafasan, - Pertahankan pemeriksaan berkala terhadap pH arteri
- Azotemia kedalaman inspirasi, hasil thorax foto, saturasi dan plasma elektrolit untuk membuat perencanaan
- Dyspnea oksigen, hasil blood gas arteri yang adekuat
- Bunyi nafas 3. TTV : tekanan darah sistole dan diastole, irama - Monitor gas darah arteri
tambahan pernafasan, nadi, kedalaman inspirasi - Monitor pola pernafasan
- Gangguan tekanan 4. Eliminasi urine : pola eliminasi, jumlah urine, - Monitor intake dan output
darah intake cairan, warna urine dll - Berikan terapi oksigen dengan tepat
- Edema 5. Berat badan : massa tubuh 2. Manajemen elektrolit :
- Gangguan pola 6. Keseimbangan elektrolit : penurunan sodium, - Monitor nilai serum elektrolit yang abnormal
nafas penurunan fosfor, penurunan magnesium - Monitor manifestasi ketidakseimbangan elektrolit
- Ansietas - Berikan cairan sesuai resep jika diperlukan
- Siapkan klien untuk dilakukan dialisis
3. Manajemen cairan :
- Pantau kadar serum elektrolit yang abnormal
- Batasi cairan yang sesuai
- Monitor respon klien terhadap terapi elektrolit yang
diresepkan
- Monitor hasil laboratorium yang sesuai dengan
keseimbangan cairan misal BUN, albumin, hematokrit,
dll
12
4. Manajemen hipervolemik :
- Timbang berat badan setiap hari
- Monitor status hemodinamik seperti nadi, MAP, BAP,
CVP
- Monitor pola pernafasan untuk mengetahui edema
pulmonal
- Monitor edem perifer
5. Monitor TTV :
- Monitor tekanan darah, suhu, RR, nadi dengan tepat
- Monitor pola pernafasan abnormal seperti chyne stoke
- Monitor sianosis dan sentral perifer
- Identikasi perubahan TTV
2. Ketidakefektifan pola Status Pernafasan : kepatenan jalan nafas 1. Manajemen jalan nafas :
nafas b.d - Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
hiperventilasi - Auskultasi suara nafas
Batasan karakteristik : - Monitor status pernafasan dan oksigenasi
- Dispnea - Posisikan untuk meringankan sesak nafas
- Penggunaan otot 2. Monitor pernafasan :
bantu pernafasan - Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan
- Ortopnea bernafas
- Pernafasan cuping - Monitor suara tambahan
hidung - Monitor saturasi oksigen
- Takipnea 3. Monitor tanda vital :
- Monitor tekanan darah, suhu, RR, nadi dengan tepat
- Monitor pola pernafasan abnormal seperti chyne stoke
- Monitor sianosis dan sentral perifer
- Identikasi perubahan TTV
13
2. Prinsip moral dan fungsi kode etik keperawatan dalam penyelesaian dilema
etik
Prinsip bahwa dasar kode etik adalah menghargai hak dan martabat
manusia tidak akan pernah berubah. Prinsip ini juga diterapkan baik dalam
bidang pendidikan maupun pekerjaan. Juga dalam hak-haknya memperoleh
pelayanan kesehatan.
Apabila menghadapi suatu situasi yang melibatkan keputusan yang
bersifat etis dan moralitas, perawat hendaknya bertanya kepada dirinya
sendiri:
a. Bagaimana pengaruh tindakan saya kepada pasien?
b. Bagaimana pengaruh tindakan saya terhadap atasan dan orang-orang yang
bekerja sama dengan saya?
c. Bagaimana pengaruh tindakan saya terhadap diri saya sendiri?
d. Bagaimana pengaruh tindakan saya terhadap profesi?
Bila jawaban atas pertanyaan di atas positif berdasarkan ukuran yang
seharusnya, perilaku yang ditampilkan akan berkenan dan sesuai dengan hak-
hak pasien, dan haknya sendiri untuk mempertahankan kewibawaan.
Fungsi kode etik menurut Hippocrates:
a. Menghindari ketegangan antar-manusia
b. Memperbaiki status kepribadian
c. Menopang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan
Jadi kode etik menghimbau perawat tentang hal yang boleh dilakukan dan
yang tidak boleh dilakukan.
Prinsip moral merupakan standar umum dalam melakukan sesuatu
sehingga membentuk suatu sistem etik. Prinsip moral berfungsi untuk
membuat secara spesifik suatu tindakan yang dilarang, diperlukan, atau
diizinkan dalam suatu keadaan. Terdapat tiga prinsip moral yang sering
digunakan dalam diskusi moral, yaitu autonomy, non-maleficience, dan
justice.
17
a. Autonomy
Otonomi berarti kemampuan untuk menentukan sendiri atau mengatur
diri sendiri, menghargai otonomi berarti menghargai manusia sebagai
seseorang yang mempunyai harga diri dan martabat yang mampu
menentukan sesuatu bagi dirinya. Dalam hal ini perawat harus melibatkan
klien untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan yang berhubungan
dengan asuhan keperawatan klien tersebut. Perawat menghargai manusia
dalam penerapan otonomi, termasuk juga menghargai profesi lain dalam
lingkup tugas perawat, misalnya dokter, ahli farmasi, dan sebagainya.
b. Non-maleficience
Non-maleficience berarti tidak melukai atau tidak menimbulkan
bahaya/cidera bagi orang lain.
c. Beneficience
Beneficience merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan
tidak merugikan orang lain. Contoh: sepasang suami istri yang memiliki
anak dengan gangguan ginjal akan dilakukan cito HD, namun mereka
menolak untuk dilakukan cito mengingat usia anak mereka yang masih
kecil. Kedua orang tua klien takut terjadi hal buruk saat operasi. Kedua
orang tua klien yang awalnya menolak, berkat penjelasan dari perawat
mengenai pentingnya tindakan tersebut bagi klien, kedua orang tua klien
akhirnya setuju untuk dilakukan tindakan tersebut.
d. Keadilan
Keadilan (justice) merupakan prinsip moral berlaku adil untuk
semua individu. Tindakan yang dilakukan untuk semua orang sama.
Tindakan yang sama tidak selalu identik, tetapi dalam hal ini persamaan
berarti mempunyai kontribusi yang relatif sama untuk kebaikan
kehidupan seseorang. Dalam aplikasi, prinsip moral ini tidak berdiri
sendiri, tetapi bersifat komplementer sehingga kadang-kadang
menimbulkan masalah dalam berbagai situasi (Suhaemi, 2002).
18
e. Veracity (kejujuran)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan
oleh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada
setiap pasien dan untuk meyakinkan bahwa pasien sangat mengerti.
Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk
mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat,
komprehensif dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan
penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada
pasien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya
salama menjalani perawatan.
Walaupun demikian terdapat beberapa argumen mengatakan adanya
batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis
pasien untuk pemulihan, atau adanya hubungan paternalistik bahwa
“doctor knows best” sebab individu memiliki otonomi, mereka memiliki
hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran
adalah dasar dalam membangun hubungan saling percaya.
f. Fidelity (menepati janji)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan
menepati janji serta menyimpan rahasia pasien. Ketaatan, kesetiaan
adalah kewajiban seeorang untuk mempertahankan komitmen yang
dibuatnya. Kesetiaan itu menggambarkan kepatuhan perawat terhadap
kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat
adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan
kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
g. Confidentiality (kerahasiaan)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa informasi
tentang klien harus dijaga privasinya. Apa yang terdapat dalam dokumen
catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan
klien. Tak ada satu orangpun dapat memperoleh informasi tersebut
19
BAB 3
ANALISA MASALAH
A. ADANYA DILEMA
Ibu dari An. S menolak dilakukan cito HD pada anaknya karena ia takut terjadi
hal yang buruk saat operasi sedang berlangsung sedangkan dari keluarga ingin
agar klien segera sembuh dan sehat kembali agar dapat bermain dengan teman-
teman sebayanya.
B. IDENTIFIKASI MASALAH ETIK
1. Autonom karena anak berusia 8 tahun dalam pengambilan keputusan
dilakukan oleh kedua orang tuanya. Perawat telah melakukan peranannya
dengan memberikan pilihan tindakan cito HD. Namun karena terdapat
masalah pada kurangnya pengetahuan keluarga terhadap tindakan yang
dilakukan kepada klien, keluarga sempat menolak.
2. Beneficience perawat telah memberikan informasi mengenai tindakan cito
HD yang akan dilakukan pada klien. Hal ini dilakukan perawat untuk
menghindari keadaan anak yang semakin buruk.
3. Non-maleficience dengan dilakukan cito HD anak berada dibawah
pengaruh anestesi
4. Justice perawat memberikan informasi mengenai prosedur cito HD yang
dijalani klien
5. Veracity ibu klien berhak untuk memilih pilihan apakah klien akan
dilakukan cit HD atau tidak
6. Fidelity perawat berusaha membantu ibu klien untuk menemukan jalan
agar anak segera mendapatkan pertolongan
7. Confidentiality perawat menjaga rahasia tentang identitas klien dan
melakukan konseling atau diskusi di ruang diskusi sehingga tidak ada orang
lain yang mendengar.
22
C. RENCANA STRATEGI
1. Tindakan yang diusulkan yaitu: akan dilakukan tindakan cito HD tetapi orang
tua pasien mempunyai otonomi untuk menolak tindakan cito HD, walaupun
sebenarnya bukan itu yang diharapkan, karena pasien memerlukan
penanganan segera yakni cito HD. Maksud dari tindakan yaitu: dengan
memberikan pendidikan, konselor, advokasi diharapkan orang tua pasien mau
memberikan persetujuan untuk dilakukan cito HD pada anak mereka serta
dapat membuat keputusan yang tepat terhadap masalah yang saat ini dihadapi.
Dengan tujuan agar masalah pada anak S dapat teratasi dengan segera dan
pengobatan tuntas. Konsekuensi dari tindakan yang diusulkan yaitu:
a. Jika cito HD dilakukan
- Biaya: orang tua pasien harus menyiapkan biaya untuk cito HD
- Psikologis: orang tua pasien tidak cemas lagi karena masalah biaya cito
HD sebagian tercover dari BPJS dan berharap semua tindakan yang
dijalani pasien berjalan lancar.
- Fisik: An.S tubuhnya kembali sehat dan ceria
b. Jika cito HD tidak dilakukan
- Biaya: tidak mengeluarkan biaya apapun
- Psikologis: orang tua pasien dihadapkan pada suatu ancaman kematian,
terjadi kecemasan dan rasa sedih dalam hatinya akan penyakit yang
dialami oleh anak mereka
- Fisik: An.S akan tetap mengeluh kesakitan, lemah, letih, lesu
2. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut. Untuk
memutuskan apakah cito HD dilakukan, perawat dihadapkan pada konflik
tidak menghormati otonomi klien. Apabila tindakan cito HD tidak dilakukan
perawat dihadapkan pada konflik tidak melaksanakan kode etik profesi dan
prinsip moral. Bila menyampaikan penjelasan dengan lengkap dan jelas orang
tua pasien akan semakin stress memikirkan penyakit anak mereka.
Bila tidak dijelaskan seperti kondisi tersebut, perawat tidak melaksanakan
prinsip-prinsip professional perawat. Bila perawat menyampaikan pesan
23
dokter, perawat melangkahi wewenang yang diberikan oleh dokter, tetapi bila
tidak disampaikan perawat tidak bekerja sesuai standar profesi
3. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan
dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut
4. Menjelaskan secara rinci rencana cito HD
5. Menjelaskan dengan jelas dan rinci hal-hal yang berkaitan dengan cito HD
6. Mendiskusikan dan memberi kesempatan kepada keluarga atas penolakan
tindakan
7. Pelaksanaan cito HD dan memberikan alternatif tindakan yang mungkin dapat
dilakukan oleh keluarga.
8. Memberikan advokasi kepada pasien dan keluarga untuk dapat bertemu dan
mendapat penjelasan langsung pada dokter spesialis anak, dan memfasilitasi
pasien dan keluarga untuk mendapat penjelasan seluas-luasnya tentang
rencana tindakan cito HD dan dampak yang terjadi bila tindakan dilakukan
maupun tidak dilakukan
9. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil
keputusan yang tepat.
D. MENGAMBIL KEPUTUSAN
Dalam suatu dilema etik, tidak ada jawaban yang benar atau salah mengatasi
dilema etik, tim kesehatan perlu mempertimbangkan pendekatan yang paling
menguntungkan atau paling tepat untuk pasien. Apabila keputusan sudah
ditetapkan, secara konsisten keputusan tersebut dilaksanakan dan apapun yang
diputuskan untuk kasus tersebut, maka hal tersebut merupakan tindakan etik
dalam membuat keputusan. Selain itu, sebelum membuat keputusan dilema etik,
perlu digali terlebih dahulu bagi siapa kepentingan tersebut dilakukan, apakah
dilakukan untuk kepentingan pasien atau kepentingan pemberi asuhan, niat inilah
yang berkaitan dengan moralitas etis yang dilakukan.
Pada kasus An S, keluarga pasien menolak tindakan yang akan dilakukan
tetapi setelah perawat memberi penjelasan secara lengkap dan rinci mengenai
kondisi pasien dan dampak apabila operasi tidak dilakukan. Penjelasan dilakukan
24
melalui wakil dari tim yang terlibat dalam pengelolaan perawatan dan
pengobatan An.S. Tetapi harus diingat, dengan memberikan penjelasan dahulu
beberapa alternatif pengobatan yang dapat dipertanggung jawabkan sesuai
kondisi An. S sebagai bentuk tanggung jawab perawat terhadap tugas dan prinsip
moral profesionalnya. Pasien menerima atau menolak suatu tindakan harus
disadari oleh semua pihak yang terlibat, bahwa hal itu merupakan hak, ataupun
otonomi pasien dan keluarga.
Keputusan yang dapat diambil sesuai dengan hak otonomi klien dan
keluarganya serta pertimbangan tim yang menangani klien, keputusan yang
terbaik adalah dilakukan cito HD terlebih dahulu lalu diberikan terapi HD sesuai
instruksi dokter atau tidak adalah kehendak Tuhan Yang Maha Esa, tim dokter
dan perawat hanya manusia yang bisa berusaha.
25
BAB 4
NASKAH ROLEPLAY
Naskah Role Play Pengkajian pada Pasien dengan Ketidakefektifan Jalan Nafas
Pasien bernama An.S yang berumur 8 tahun diantar ibunya ke IRD RSU Dr
Soetomo Surabaya pada tanggal 16 November 2016 dengan diagnosa medis CKD Stg
V.
(Perawat mulai melakukan pengkajian dengan mewawancarai pasien dan ibunya
dengan membawa alat-alat yang digunakan untuk pemeriksaan)
Perawat : Selamat pagi
Ibu : Selamat pagi, Sus
Perawat : Apakah benar ini dengan adik S?
Ibu : Benar Sus, anak saya bernama S
Perawat : Sebelumya, perkenalkan saya perawat rini yang bertugas pada pagi
hari ini. Sebelum saya melakukan pemeriksaan saya akan melakukan
pengkajian terlebih dahulu. Berhubung keadaan dik S tidak
memungkinkkan berbicara terlalu banyak, saya harap ibu bisa
membantu saya untuk menjawab beberapa pertanyaan yang saya
perlukan untuk mengumpulkan data. Bagaimana bu?
Ibu : Iya. Sus
Perawat : Saya mulai sekarang ya. Berapa usia adik S, Bu? Dan ibu tinggal
dimana?
Ibu : Usia anak saya 8 tahun dan kami tinggal di Jl Dharmahusada Indah
No 110 Surabaya
Perawat : Keluhan utamanya apa ya Bu?
Ibu : Anak saya sudah seminggu ini mual muntah sus, tidak mau makan
sama sekali. Sudah saya beri obat maag tapi mual dan muntahnya
tidak berkurang. Ini malah 3 hari ini anak saya campur batuk-batuk
26
Beberapa saat kemudian datanglah petugas laborat yang akan mengambil sample
darah pasien An. S. Sebelum mengambil darah petugas menjelaskan tentang prosedur
tindakan yang akan dilakukan. Setelah prosedur pengambilan sample darah untuk
laboratorium selesai adik S dibawa oleh petugas transporter ke ruangan radiologi
untuk dilakukan foto X Ray dan USG. Setelah 2 jam menunggu hasil pemeriksaan
diagnostik pun sudah selesai dan telah disampaikan ke perawat ruangan.
28
Naskah Role Play Perawat Melakukan Analisis Masalah pada Pasien dengan
Gangguan Pola Nafas
- pCO2 : 48 mmHg
- pO2 : 52 mmHg
- HCO3 : 25 mEq/L
- O2 Sat : 77%
- Hbsag : Negatif
- Anti HCV : Negatif
Pemeriksaan radiologis:
- Thoras foto : oedema pulmonum paru kiri dan kanan
- USG : nefritis bilateral.
30
Naskah Role Play Perawat Melakukan Intervensi Masalah pada Pasien dengan
Gangguan Pola Nafas sebagai Educator
Perawat : Pada tindakan hemodialisis pertama kurang lebih lama waktunya 2-2
½ jam.
Ibu Pasien : Apa tidak ada tindakan lain sus selain tindakan hemodialisis?
Perawat : Untuk saat ini tindakan hemodialisis diperlukan untuk mengatasi
kegawatannya dulu bu, supaya adik S tidak bertambah sesak
Ibu Pasient : Ooo..seperti itu? jika begitu kapan tindakan hemodialisisnya akan
dikerjakan sus?
Perawat : Ini masih dipersiapkan bu, sambil menunggu tindakan HD terapi
yang bisa diberikan sementara adalah pemberian obat Kcl yang
dilewatkan infus, kemudian akan ada obat juga yang diberikan tiap
jam. Bagaimana bu apa ibu sudah dapat memahami penjelasan saya?
Ibu Pasien : Iya sus
Perawat : Baik bu, jika demikian nanti saya akan meminta tanda tangan surat
persetujuan dilakukan tindakan
Saat ibu klien membaca informed consent yang diberikan perawat klien
tampak belum mengerti sepenuhnya tentang prosedur yang akan dijalani klien
Ibu Pasien : Sus, ini maksudnya seperti apa sus? Kok sampai ada tulisan bedah?
Perawat : Jadi ini maksudnya anak ibu akan menjalani operasi.
Ibu Pasien : Operasi? Ya Allah.. berarti anak saya akan bedah?
Perawat : Iya bu. Anak ibu akan dioperasi bagian ginjalnya.
Ibu pasien : Apa maksudnya itu mbak? Apa ginjal anak saya nanti diambil? Terus
gimana nasib anak saya yang tidak punya ginjal? Nanti pertumbuhan dan aktivitasnya
terganggu, lalu dia akan dijauhi tema-temannya. Saya ga tega lihat anak saya
diperlakukan seperti itu sus. sebaiknya tidak usah dioperasi saja sus. Adakah cara lain
selain dioperasi sus? Kalau ada tolong saya diberitahu sus.
Perawat : jadi begini bu. walaupun anak ibu dioperasi, anak ibu tetap punya
ginjal tetapi tinggal satu dan fungsinya tidak terganggu. Jadi ibu tidak perlu khawatir
akan pertumbuhan dan aktivitas anak ibu tidak akan terganggu.
34
Ibu Pasien : oh jadi begitu ya sus. tetapi bener kan tidak apa-apa? Karena dari
yang saya dengar banyak yang meninggal karena operasi. Seperti tetangga saya
kemarin setelah operasi meninggal.
Perawat : Tindakan operasi itu tergantung dari berat ringannya penyakit yang
diderita klien. Penyakit yang diderita anak ibu tergolong masih bisa ditolong dengan
operasi. Sehingga tingkat kesembuhannya cukup tinggi.
Ibu Pasien : Jadi operasi ini risikonya kecil sus untuk anak saya?
Perawat : Semua tindakan operasi itu memiliki resiko masing-masing
tergantung dengan tingkat perkembangan penyakit dan bagian yang yang diderita
serta fakytor-faktor menyerta lainnya yang muncul saat operasi.
Ibu Pasien : Tolong selamatkan anak saya sus. saya tidak tega melihat anak saya
kesakitan sus.
(dari dalam kamar, anak S memanggil ibunya sambil berteriak)
Anak S : Mamaaaaa…..
Ibu Paien : Iya nak. Sebentar ( ibu masuk kamar menghampiri anak S)
Ada apa?
Anak S : Atit ma…
Ibu Pasien : Apa yang sakit sayang?
Anak S : Perutku sakit..
Ibu Pasien : Iya nak sabar. Nanti dikasih obat ya sama suster.
Anak S : Aku ga mau disini ma.. pulang..
Ibu Pasien : Lho kok mau pulang. Kan disini dikasih obat biar sembuh. Biar ga
sakit lagi.
Anak S : (menangis) Ga mau disini… Pulang rumah… Pengen di rumah..
Melihat Anak S menangis keras, Ibu Pasien tidak tega dan meminta untuk
pulang paksa dari Rumah Sakit
Ibu Pasien : Sus, saya minta anak saya dipulangkan sekarang saja sus. kasihan
nangis terus minta pulang.
35
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Lyndon saputra. 2007. Pengantar kebutuhan dasar manusia. Jakarta: penerbit
buku binapura aksara.
Gray, M. & Moore, K. N., 2009. Urologic Disorders Adult and Pediatric Care. USA:
Mosby Elsevier.
Muttaqin, A. & Sari, K., 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin, A. & Sari, K., 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta: Salemba Medika.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, FKUI, 2002, Ilmu Keseatan Anak FKUI :
Jakarta
Suriadi dan Yuliani, Rita, 2001, Asuhan Keperawatan Pada Anak, edisi I, Fajar
Interpratama : Jakarta
Suryadi & Yuliani, R., 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Agung Seto.