Anda di halaman 1dari 51

CASE REPORT SESSION (CRS)

*Kepaniteraan Klinik Senior/G1A221036


**Pembimbing

KATARAK SENILIS MATUR ODS


Sindhi Yuliza Wirta, S.Ked*
dr. Maya Primagustya Achmad, Sp.M**

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN MATA
RSUD RADEN MATTAHER JAMBI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022

1
HALAMAN PENGESAHAN
Case Report Session (CRS)

Disusun Oleh

Sindhi Yuliza wirta, S.Ked/G1A221036

Telah diterima dan dipresentasikan sebagai salah satu tugas Bagian Mata RSUD
Raden Mattaher Jambi Program Studi Pendidikan Kedokteran Universitas Jambi

Laporan ini telah diterima dan dipresentasikan


Jambi, Juli 2022

PEMBIMBING

dr. Maya Primagustya Achmad, Sp.M

2
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala limpahan kasih dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Case
Report Session ini dengan judul “KATARAK SENILIS MATUR ODS”. Artikel
ini merupakan bagian dari tugas Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Mata
RSUD Raden Mattaher Jambi.
Terwujudnya laporan ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan dorongan
dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada dr. Maya Primagustya Achmad, Sp.M selaku pembimbing yang telah
memberikan arahan sehingga Case Report Session ini dapat terselesaikan dengan
baik dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan
ini.
Penulis menyadari laporan ini masih banyak kekurangannya, untuk itu saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh penulis. Sebagai
penutup semoga kiranya laporan Case Report Session ini dapat bermanfaat bagi
kita khususnya dan bagi dunia kesehatan pada umumnya.

Jambi, Juni 2022

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN

Ketajaman penglihatan dipengaruhi oleh refraksi, kejernihan media refrakta dan


saraf. Bila terdapat kelainan atau gangguan pada salah satu dari komponen tersebut, akan
dapat mengakibatkan penurunan tajam penglihatan, salah satunya adalah katarak. Katarak
adalah suatu keadaan kekeruhan pada lensa yang diakibatkan oleh metabolisme lensa
yang terganggu sehingga terdapat agregat- agregat protein yang menghamburkan berkas
cahaya dan mengurangi transparansinya.1 Katarak dapat terjadi akibat proses penuaan,
trauma fisik, radiasi, pengaruh zat kimia, penyakit intraokuler, penyakit sistemik ataupun
kongenital.2,3
Katarak senilis masih menjadi penyebab kebutaan utama diseluruh dunia. Seperti
tercantum dalam Vision 2020 tahun 2006, 47% penyebab kebutaan di dunia adalah
katarak, dimana angka rata-rata operasi katarak di Indonesia adalah 468 per juta penduduk
per tahun.2 Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2007, prevalensi nasional kebutaan di
Indonesia yakni sebesar 0,9% dengan penyebab utama adalah katarak, disusul glaukoma,
gangguan refraksi, penyakit mata degeneratif, dan penyakit mata lainnya. Prevalensi kasus
katarak di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 1,8% mengalami peningkatan dibandingkan
dengan data Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001, yaitu 1,2%. Dengan
bertambahnya usia harapan hidup dan populasi usia lanjut, diperkirakan angka kejadian
kasus katarak akan terus meningkat.4
Hingga kini belum ditemukan pengobatan yang dapat memperlambat atau
membalikkan perubahan-perubahan kimiawi yang mendasari pembentukan katarak.
Katarak tidak dapat dicegah kecuali padakebutaannya yaitu dengan tindakan operasi.
Operasi katarak merupakan operasi mata yang sering dilakukan di seluruh dunia, karena
merupakan modalitas utama terapi katarak.5

BAB II

LAPORAN KASUS

4
I. IDENTIFIKASI

Nama : Ny. A

Umur : 60 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Jambi

Pekerjaan : IRT

Pendidikan : SD

Agama : Islam

II. ANAMNESIS

2.1 Keluhan Utama

Pasien datang dengan keluhan kedua mata kabur sejak 3 tahun SMRS

2.2 Anamnesis Khusus

Pasien datang dengan keluhan kedua mata kabur sejak 3 tahun SMRS.
Keluhan kedua mata kabur dirasakan semakin lama semakin
memberat. Pasien mengaku penglihatan seperti berembun. Tidak ada
hal yang memperberat keluhan. Pasien mengaku awalnya keluhan
berkurang jika pasien mengenakan kacamata tetapi sekarang keluhan
tidak berkurang walau mengenakan kacamata. Penglihatan kabur
dirasakan terus menerus sepanjang hari saat melihat dekat maupun
jauh. Pasien tidak mengeluh silau jika melihat cahaya, mata merah (-),
nyeri (-), nyeri kepala (-), mata berair (-), gatal (-), keluar kotoran air
mata(-), melihat ganda (-), melihat pelangi disekitar sumber cahaya
(-). Pasien belum pernah mengobati kedua matanya. Keluhan dirasa
semakin memberat hingga pasien merasa terganggu untuk
beraktivitas.

5
2.4 Riwayat Penyakit Dahulu

a. Riwayat trauma pada mata (-)

b. Riwayat operasi mata sebelumnya (-)

c. Riwayat sering terpapar matahari, angin dan debu pada kedua mata

(+)

d. Riwayat alergi (-)

e. Riwayat menggunakan kaca mata (+)

f. Riwayat penyakit mata lain sebelumnya (-)

g. Riwayat penyakit sistemik :


- Riwayat penyakit hipertensi(-)
- Riwayat penyakit diabetes mellitus(-)
- Riiwayat penyakir asma (-)

2.5 Riwayat Penyakit dalam Keluarga

• Tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti pasien

• Riwayat keluarga dengan hipertensi disangkal


• Riwayat keluarga dengan diabetes mellitus disangkal.
• Riwayat keluarga sakit katarak tidak diketahui pasien.

2.6 Riwayat Gizi

Baik

2.7 Keadaan Sosial Ekonomi

Pasien adalah seorang Ibu Rumah Tangga, . Pasien tinggal bersama cucu

dan anaknya. Pembiayaan pengobatan pasien ditanggung BPJS.

Kesan : Sosial ekonomi menegah kebawah

6
III. PEMERIKSAAN FISIK

3.1 Status Generalis

Keadaan umum : Tampak baik


Kesadaran : Compos mentis
TB / BB : 170 / 80 kg
Tekanan darah : 133//87 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Respiratory rate. : 20 x/menit

Suhu : afebris

3.2 Penyakit Sistemik


Trac. Respiratorius : Tidak ada keluhan
Trac. Digestivus : Tidak ada keluhan
Kardiovaskuler : Tidak ada keluhan
Endokrin : Tidak ada keluhan
Neurologi : Tidak ada keluhan
THT : Tidak ada keluhan
Kulit : Tidak ada keluhan

7
3.3 Status Oftalmologikus
Pemeriksaan eksternal
I. Pemeriksaan Visus dan Refraksi
OD OS
Visus : SC 2/60 1/300
CC - -
Koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Oftalmometer Tidak dilakukan Tidak dilakukan
II. Muscle Balance
Kedudukan bola mata

Pergerakan bola mata

Duksi : baik
Duksi : baik
Versi : baik
Versi : baik
III. Pemeriksaan Eksternal dan Slit Lamp

Lensa Keruh Merata


Lensa Keruh Merata
Supersilia Lengkap, tidak rontok Lengkap, tidak rontok
Silia Bulu mata masuk kedalam (-), Bulu mata masuk kedalam
bulu mata tumbuh pada (-), bulu mata tumbuh pada
tempatnya, bulu mata rontok tempatnya, bulu mata

(-) rontok
(-)
Palpebra Superior Edema (-), hiperemis (-), massa Edema (-), hiperemis (-),

8
& (-), nyeri (-), pigmen (-), massa (-), nyeri (-), pigmen

Palpebra Inferior veruka (-), tahi lalat (-) (-), veruka (-), tahi lalat (-)

Konjungtiva tarsus Papil (-), folikel (-), lytiasis (-), Papil (-), folikel (-), lytiasis
sikatrik (-), granuloma (-), (-), sikatrik (-), granuloma
tumor (-), kista (-), simblefaron (-), tumor (-), kista (-),
(-) simblefaron (-)
Konjungtiva bulbi Injeksi siliar (-), injeksi Injeksi siliar (-), injeksi
konjungtiva (-), pingikuela (-), konjungtiva (-), pingikuela
nodul superfisial (-), pigmen (-), nodul superfisial (-),
(-), jar. fibrovaskuler (-), pigmen (-), jar.
korpus alienum (-) fibrovaskuler (-), korpus
alienum (-)
Kornea Jernih, arkus kornea (-), edema Jernih, arkus kornea (-),
(-), infiltrat (-), nebula (-), edema (-), infiltrat (-),
makula (-), leukoma (-), nebula (-), makula (-),
leukoma adheren (-), sinekia leukoma (-), leukoma
anterior (-), sikatrik (-), flikten adheren (-), sinekia anterior
(-), jar fibrovaskular (-), (-), sikatrik (-), flikten (-),
neovaskular (-), keratokonus jar fibrovaskular (-),
(-) neovaskular (-), keratokonus
(-)

Bilik Mata Depan Sedang, nanah (-), darah (-), Sedang, nanah (-), darah (-),
flare (-) flare (-)
Iris Kripta iris normal, warna coklat, Kripta iris normal, warna
tumor (-), tahi lalat (-), coklat, tumor (-), tahi lalat (-
neovaskular (-) ), neovaskular (-)
Pupil Bulat, isokor, reflek cahaya (+) Bulat, isokor, reflek cahaya

(+)

Diameter 5 mm 5 mm

9
Lensa Keruh seluruhnya, subluksasi/ Keruh seluruhnya,
luksasi(-), iris shadow test (-) subluksasi/ luksasi(-), iris
shadow test (-)
Vitreus Sulit dinilai Sulit dinilai
IV. Tonometri
Schiotz: Tidak dilakukan
NCT :
-od : 21.3
-os : 21.1
V. Visual Field
Tidak dilakukan
VI. Funduskopi
Tidak dilakukan Tidak dilakukan

IV. DIAGNOSIS BANDING

Katarak Senilis Imatur ODS

Katarak Senilis Hipermatur ODS

V. DIAGNOSIS KERJA

Katarak Senilis Matur ODS

VI. ANJURAN PEMERIKSAAN

Persiapan pre op : Darah rutin dan GDS, Rontgen Thorak, EKG

VII. PENATALAKSANAAN

Rencana ODS Extracapsular Cataract Extraction (ECCE) dan pemasangan Intra


Ocular Lens (IOL)

10
VIII. EDUKASI

1. Menjelaskan pada pasien bahwa pandangan kedua mata yang kabur


disebabkan katarak pada kedua lensa mata,
2. Menjelaskan pada pasien bahwa katarak tidak dapat diobati dengan obat
tetapi dapat disembuhkan dengan operasi dan pemberian lensa tanam
pada mata,
3. Menjelaskan pada pasien mengenai pentingnya operasi ekstraksi
katarak, jenis tindakan, persiapan, kelebihan dan kekurangan,
4. Menjelaskan tentang komplikasi yang akan terjadi apabila tidak
dioperasi, kemungkinan lensa akan mencair, isi lensa akan keluar,
menimbulkan reaksi peradangan dan peningkatan tekanan bola mata,
5. Menjelaskan tentang komplikasi yang mungkin timbul selama operasi
dan pascaoperasi.

IX. PROGNOSIS
OD OS
Quo ad visam Dubia ad bonam Dubia ad bonam
Quo ad sanam Dubia ad bonam Dubia ad bonam
Quo ad vitam Ad bonam
Quo ad cosmeticam Ad bonam

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 ANATOMI LENSA

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tidak berwarna,


tidak bersaraf, hampir transparan sempurna, dan bergantung sepenuhnya pada
akuos humor untuk metabolisme dan pembuangan. Lensa terletak di belakang
iris dan di depan korpus vitreous. Posisinya ditopang oleh Zonula Zinni, terdiri

11
dari serabut-serabut kuat yang melekat ke korpus siliaris. Diameter lensa
adalah 9-10 mm dan tebalnya bervariasi sesuai dengan umur, mulai dari 3,5
mm (saat lahir) dan 5 mm (dewasa). Lensa dapat membiaskan cahaya karena
memiliki indeks refraksi, normalnya 1,4 di sentral dan 1,36 di perifer. Dalam
keadaaan nonakomodatif, kekuatannya 15-20 dioptri (D).1
Struktur lensa terdiri dari kapsul yang tipis, transparan, dikelilingi oleh
membran hialin yang lebih tebal pada permukaan anterior dibanding posterior.
Lensa disokong oleh serabut zonular berasal dari lamina nonpigmented
epithelium pars plana dan pars plikata daripada korpus siliaris. Zonular ini
masuk ke dalam lensa di regio ekuator. Diameter serabut adalah 5-30 m. Epitel
berada tepat di belakang kapsul anterior Lensa terdapat satu lapisan sel epitel.
Di bagian ekuator, sel ini aktif membelah dan membentuk serabut .

Gambar 3.1 Anatomi mata

Nukleus pada bagian sentralnya terdiri serabut-serabut tua. Terdiri beberapa


zona berbeda, yang menumpuk ke bawah sesuai dengan perkembangannya.
Korteks pada bagian perifer terdiri dari serabut-serabut lensa yang muda.1

12
Gambar 2.2 Anatomi Lensa

Enam puluh lima persen lensa terdiri dari air, sekitar 35% protein
(kandungan protein tertinggi di antara jaringan-jaringan tubuh), dan sedikit
sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium
lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan
glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi.
Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu :

1. Kenyal atau lentur karena memegang peranan penting dalam akomodasi


untuk menjadi cembung.
2. Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan,

3. Terletak di tempatnya.

4. Keadaan patologik lensa ini dapat berupa :

o Tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan


presbiopia,
o Keruh atau apa yang disebut Katarak.
o Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi.

Lensa orang dewasa di dalam perjalanan hidupnya akan menjadi bertambah

besar dan berat. 1

13
3.2 DEFINISI KATARAK

Katarak adalah kekeruhan pada lensa. Katarak adalah suatu keadaan


patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau
denaturasi protein lensa, ataupun terjadi akibat keduanya.

Gambar 2.3 Gambar mata normal dan katarak

3.3 KLASIFIKASI KATARAK

Terdapat banyak jenis klasifikasi katarak. Dalam penggunaan klinis


klasifikasi-klasiikasi ini sering dikombinasikan misalnya katarak senile matur atau
katarak polar kongenital.6

Berdasarkan usia, katarak dibagi menjadi:

a. Katarak kongenital

Katarak yang terjadi pada usia dibawah 1 tahun. Gangguan mata ini timbul
sejak bayi berada dalam kandungan atau setelah dilahirkan karena adanya
infeksi atau kelainan metabolisme saat pembentukan janin. Katarak
congenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang
menderita rubella, diabetes mellitus, toksoplasmosis dan galaktosemia.
Ada pula katarak congenital yang menyertai kelainan herediter pada mata
lainnya seperti mikroftalmus, aniridia, koloboma, keratokonus, ektopia
lentis, megalokornea dan heterokromia iris. Kekeruhan pada katarak
congenital dapat dijumpai dalam berbagai bentuk dan gambaran
morfologik. Penanganan tergantung unilateral dan bilateral, adanya
kelainan mata lain dan saat terjadinya katarak. Katarak congenital

14
prognosisnya kurang memuaskan karena bergantung pada bentuk katarak
dan mungkin sekali pada mata tersebut telah terjadi ambliopia. Bila
terdapat nistagmus maka keadaan ini menunjukkan hal yang buruk. Pada
pupil mata bayi yang menderita congenital katarak akan terlihat bercak
putih atau suatu leukokoria yang memerlukan pemerikasaan lebih teliti
untuk menyingkirkan diagnosa banding. Pada katarak kongenital, kelainan
utama terjadi di nukleus lensa (nukleus fetal atau nukleus embrional),
bergantung pada waktu stimulus karaktogenik atau di kutub anterior atau
posterior lensa apabila kelainannya terletak di kapsul lensa.6
b. Katarak juvenile

Katarak yang terjadi pada usia diatas 1 tahun . Katarak juvenile biasanya
merupakan kelanjutan katarak congenital. Katarak juvenile juga biasanya
merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit
lainnya seperti:
• Katarak metabolic

- Katarak diabetik dan galaktosemia

- Katarak hipokalsemia

- Katarak defisiensi gizi

- Katarak Aminoasiduria

- Penyakit Wilson

- Katarak yang berhubungan dengan kelainan metabolic lain

• Katarak traumatik

• Katarak komplikata

- Kelainan congenital dan herediter

- Katarak degeneratif

- Katarak anoksik

- Toksis

- Katarak radiasi

15
- Katarak yang berhubungan dengan sindrom-sindrom tertentu,
disertai dengan kelainan kulit, tulang, dan kromosom
c. Katarak Pre-senile

Katarak yang terjadi pada usia 40-50 tahun

d. Katarak Senile

Katarak yang terjadi pada usia lebih dari 50 tahun. Jenis katarak inilah
yang banyak terjadi di Indonesia. Kelainan terutama mengenai nukleus
(sklerosis nukleus), korteks (kekeruhan koroner atau kuneiformis), atau
daerah subkapsul posterior. Secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu
insipien, imatur, matur dan hipermatur.

Berdasarkan Lokasinya, katarak dibagi menjadi :

1. Katarak Kapsular

a. Katarak kapsular anterior

b. Katarak kapsular posterior

2. Katarak Subkapsular

a. Katarak subkapsular anterior

b. Katarak subkapsular posterior

3. Katarak kortikal

4. Katarak Supranuklear .

5. Katarak Nuklear

6. Katarak Polar

a. Katarak Polar anterior

b. Katarak Polar Posterior

16
Klasifikasi katarak berdasarkan penyebab:

1. Degeneratif (Katarak Senilis)

Ada banyak teori yang menjelaskan tentang konsep penuaan antara lain
teori putaran biologik, teori imunologis, teori mutasi spontan, teori radikal
bebas dan teori reaksi silang (across link). Pada usia lanjut memang terjadi
perubahan-perubahan pada lensa antara lain kapsulnya menebal dan
kurang elastis, epitelnya makin tipis, seratnya lebih ireguler, korteksnya
tidak bewarna, dan nukleusnya mengeras (sclerosis). Pembentukan lapisan
baru serat kortikal secara konsentris menyebabkan lensa mengalami
kompresi dan pengerasan (sclerosis). Protein lensa (crystallins) diubah
melalu modifikasi kimia dan aggregasi menjadi protein dengan berat
molekul yang tinggi. Modifikasi kimia protein lensa menyebabkan
pigmentasi yang progresif. Perubahan lainnya yang terkait usia
diantaranya adalah menurunnya konsentrasi gluthion dan kalium,
meningkatnya konsentrai natrium dan kalsiumserta meningkatnya hidrasi.
2. Traumatika

Trauma tumpul (blunt contusion) atau trauma tembus (penetrating injury)


juga trauma akibat operasi mata seperti pada vitrektomi pars plana dan
iridektomi perifer. Pada trauma tembus dan trauma akibat operasi dapat
terjadi kerusakan serat-serat dan perforasi kapsul lensa sehingga aqueous
humor masuk ke dalam lensa dan material lensa membengkak sedangkan
pada trauma tumpul terjadi fokal nekrosis pada epitel lensa akibat tekanan.
3. Komplikasi akibat penyakit mata lainnya seperti:

- Inflamasi : Uveitis kronik, endoftalmitis, toxoplasmosis

- Tumor: Melanoma koroid

- Distrofi : Retinitis Pigmentosa

- Malformasi : Mikroftalmus, PHPV, Aniridia

- Glaucomflecken (Acute angle closure glaucoma)

- Miopia tinggi

17
4. Penyakit sistemik:

- Kelainan metabolik : Diabetes Mellitus, Galaktosemia dan


defisiensi galaktokinase, defisiensi a-galaktosidase (Fabry disease),
tetani (hipokalsemia), Myotonic dystrophy, degenerasi
hepatolentikular (Wilson disease)
- Kelainan sirkulasi : Stenosis karotid (oftalmopati iskemik), Takayu
disease.
- Kelainan kulit (Syndermatotic Cataract): dermatitis atopik, Werner
syndrome.
5. Toksin akibat obat-obatan misalnya steroid, klorpromazin,
parasimpatomimetik local dan amiodarone.
6. Radiasi:

- Ionizing : Sinar-X, sinar-b , sinar-g

- Non-inonizing: sinar UV, sinar infra merah, microwave, sengatan


listrik

8. Herediter (diwarisi melalui autosom dominan) Seperti pada katarak


congenital
9. Sekunder (Posterior Capsular Opacification/PCO) yaitu, kekeruhan kapsul
posterior setelah terjadinya ekstraksi katarak ekstrakapsular.

3.4 KATARAK SENILIS

3.4.1 Definisi

Katarak senilis adalah katarak primer yang terjadi pada usia lebih dari 50
tahun.Namun, jika disertai dengan penyakit lainnya seperti diabetes mellitus
yang akan terjadi lebih cepat. Kedua mata dapat terlihat derajat kekeruhan
yang sama atau berbeda.7,8

18
3.4.2 Epidemiologi

Penuaan merupakan penyebab katarak yang terbanyak. Katarak akibat


penuaan merupakan penyebab umum gangguan penglihatan. Berbagai studi
cross-sectional melaporkan prevalensi katarak pada individu berusia 65-74
tahun adalah sebanyak 50%; prevalensi ini meningkat hingga 70% pada
individu diatas 75 tahun. Tidak ada perbedaan ras dan jenis kelamin terhadap
penurunan penglihatan9,10

3.4.3 Klasifikasi Katarak Senilis

a. Berdasarkan morfologisnya, yakni sebagai berikut :11

1. Katarak nuclear

2. Katarak kortikal

3. Katarak kupuliform

b. Berdasarkan maturitas yakni sebagai berikut : 11

1. Stadium insipient

2. Stadium imatur

3. Stadium matur

4. Stadium hipermatur

Klasifikasi katarak menurut morfologinya yaitu :


a. Katarak nuklear
Inti lensa dewasa selama hidup bertambah besar dan menjadi
sklerotik. Lama kelamaan isi lensa yang mulanya menjadi putih
kekuningkuningan menjadi coklat dan kemudian menjadi kehitam-
hitaman.
Keadaan ini disebut katarak brunesen atau nigra.11

19
Gambar 2.7 Katarak nuklear

b. Katarak kortikal

Pada katarak kortikal terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi


cembung dan terjadi miopisasi akibat perubahan indeks refraksi lensa.
Pada keadaan ini penderita seakan-seakan mendapat kekuatan baru untuk
melihat dekat pada usia yang bertambah.11

Merupakan kekeruhan pada korteks lensa. Perubahan hidrasi serat


lensa menyebabkan terbentuknya celah-celah dalam pola radial
disekeliling daerah ekuator. Katarak ini cenderung bilateral, tetapi sering
asimetrik. Derajat gangguan fungsi peglihatan bervariasi, tergantung
seberapa dekat kekeruhan dengan sumbu penglihatan.9
Terdapat 2 jenis katarak kortikal yakni :

1. Tipe koronal (penampang frontal dan melintang)kekeruhan berbentuk


gada di perifer dengan bagian sentralnya jernih, progesifitas lambat
2. Tipe kuneiformis : spikula multipel di perifer dengan bagian sentralnya
jernih, progresivitas lambat.9

20
Gambar 2.8 Katarak Kortikal

c. Katarak kupuliform

Katarak kupuliform dapat terlihat pada stadium dini katarak


kortikal atau nuclear. Kekeruhan terletak dilapis korteks posterior dan
dapat memberikan gambaran miring. Makin dekat letaknya terhadap
kapsul makin cepat bertambahnya katarak. Katarak ini sering sukar
dibedakkan dengan katarak komplikata.11

Berdasarkan maturitasnya, katarak diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Stadium insipien

Stadium yang paling dini yang belum menimbulkan gangguan


visus. Dengan koreksi, visus masih dapat 5/5-5/6. 7 Pada stadium ini
terdapat keluhan ambliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak
sama semua bagian lensa. Bila dilakukan uji bayangan iris akan
positif.11

Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa


bercak-bercak seperti baji (jari-jari roda) dan daerah jernih diantaranya
terutama mengenai korteks anterior. Gambaran inilah yang disebut
spokes of a wheel, yang nyata bila pupil dilebarkan. Pada stadium
lanjut, gambaran baji dapat dilihat pula pada pupil yang normal.
b. Stadium imatur

Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa. Kekeruhan


itu terutama terdapat dibagian posterior dan bagian belakang nucleus

21
lensa. Kalau tidak ada kekeruhan di lensa, maka sinar dapat masuk
kedalam mata tanpa ada yang dipantulkan. Oleh karena kekeruhan
dibagian posterior lensa, maka sinar oblik yang mengenai bagian yang
keruh ini, akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan terlihat
dipupil ada daerah yang terang sebagai reflex pemantulan cahaya pada
daerah lensa yang keruh dan daerah yang gelap akibat bayangan iris
pada bagian lensa yang keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+).

Pada stadium ini mungkin terjadi terjadi hidrasi korteks yang


mengakibatkan lensa menjadi cembung, sehingga indeks refraksi
berubah karena daya biasnya bertambah dan mata menjadi myopia.
Keadaan ini dinamakan intumesensi. Dengan mencembungnya lensa,
iris terdorong kedepan, menyebabkan sudut bilik mata depan menjadi
lebih sempit, sehingga dapat menimbulkan glaucoma sebagai
penyulitnya.7

Gambar 2.4 Katarak Imatur

c. Stadium Matur

Pada stadium ini terjadi pengeluaran air, sehingga lensa akan


berukuran normal kembali, sudut bilik mata depan normal kembali. Pada
stadium ini lensa telah menjadi keruh seluruhnya, sehingga semua sinar
yang melalui pupil dipantulkan kembali dipermukaan anterior lensa. Tak
ada bayangan iris (shadow test (-). Di pupil tampak lensa yang seperti
mutiara. Iris shadow test membedakan stadium matur dari imatur dengan
syarat harus diperiksa lebih lanjut dengan midriatika. Dengan melebarkan

22
pupil akan tampak bahwa kekeruhan hanya terdapat pada daerah pupil
saja. Kadang-kadang, walaupun masih stadium imatur (iris shadow test
(+), dengan koreksi, visus tetap buruk, hanya dapat menghitung jari,
bahkan dapat lebih buruk lagi 1/300 atau satu tak hingga, hanya ada
persepsi cahaya, walaupun lensanya belum keruh seluruhnya. Keadaan ini
disebut stadium vera matur.2

Gambar 2.5 Katarak Matur

d. Stadium Hipermatur

Korteks lensa yang konsistensinya seperti bubur telah mencair,


sehingga nucleus lensa turun oleh karena daya beratnya, kebawah. Melalui
pupil pada daerah yang keruh nucleus ini terbayang sebagai setengah
lingkaran dibagian bawah, dengan warna yang lain dari pada bagian yang
diatasnya yaitu kecoklatan.

23
Gambar 2.6 Katarak hipermatur

Pada stadium ini juga terjadi kerusakan kapsul lensa, yang menjadi
lebih permeable, sehingga isi korteks yang cair dapat keluar dan lensa
menjadi kempis, yang dibawahnya terdapat nucleus lensa. Keadaan ini
disebut katarak morgagni. Pada pemeriksaan didapatkan iris tremulans, tak
menempel pada lensa, sehingga pada pergerakkan bola mata, iris bergetar.
Masa lensa yang masuk kedalam bilik mata depan dapat menimbulkan
penyulit glaucoma (proses fakolitik) dan uveitis (proses fakotoksik).7

Tabel 1. Perbedaan Stadium Katarak Senilis


Insipien Imatur Matur Hipermatur
Visus 6/6 ↓ (6/6 – 1/60) ↓↓ ↓↓ (1/3001/~)
(1/3001/~)
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan Lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik Mata Normal Dangkal Normal Dalam
Depan
Sudut Bilik Normal Sempit Normal Terbuka
Mata
Shadow Test Negatif Positif Negatif Pseudopositif
Penyulit - Glaukoma - Uveitis +
Glaukoma

24
3.4.4 Etiologi Katarak Senilis

Penyebab katarak senilis belum diketahui secara pasti. Diduga terjadi


karena:
1. Proses pada nukleus

Oleh karena serabut- serabut yang terbentuk lebih dahulu


selalu terdorong kearah tengah, maka serabut-serabut lensa bagian
tengah menjadi lebih padat (nukleus), mengalami dehidrasi,
penimbunan ion calcium dan sclerosis. Pada nucleus ini kemudian
terjadi penimbunan pigmen. Pada keadaan ini lensa menjadi lebih
hipermetrop. Lama-kelamaan nucleus lensa yang pada mulanya
bewarna putih, menjadi kekuning-kuningan, lalu menjadi coklat, dan
kemudian menjadi kehitam-hitaman. Kadang itulah dinamakan
katarak brunesen atau katarak nigra.7
2. Proses pada korteks

Timbulnya celah-celah diantara serabut-serabut lensa, yang


berisi air dan penimbunan calcium, sehingga lensa menjadi lebih
tebal, lebih cembung, dan membengkak, menjadi lebih
miop.berhubung adanya perubahan refraksi kea rah myopia pada
katarak kortikal, penderita seolah-olah mendapatkan kekuatan baru
untuk melihat dekat pada usia yang bertambah.7
3.4.5 Patofisiologi Katarak Senilis

Epitel lensa diyakini mengalami perubahan yang berkaitan dengan usia,


khususnya penurunan kepadatan sel epitel lensa dan penyimpangan
diferensiasi sel serat lensa. Akumulasi penurunan epitel dalam skala kecil
dapat menyebabkan perubahan pembentukan serat lensa dan homeostasis,
akhirnya menyebabkan penurunan transparansi lensa. Terjadi perubahan
pada kecepatan transpor air, nutrien dan antioxidant yang dapat
menyebabkan air dan metabolit larut air berat molekul rendah dapat
memasuki sel-sel inti lensa melalui epitel dan korteks Akibatnya katarak
senilis akan terbentuk. berbagai studi menunjukkan peningkatan produk
oksidasi (misalnya, glutathione teroksidasi) dan penurunan vitamin

25
antioksidan dan enzim superoksida dismutase menyebabkan proses oksidatif
pada cataractogenesis. Mekanisme lain yang terlibat adalah soluble
lowmolecular weight cytoplasmic lens proteins to soluble high molecular
weight aggregates, insoluble phases, and insoluble membrane-protein
matrices. Hal itu menyebabkan adanya perubahan pada protein yang
menyebabkan fluktuasiyang tiba-tiba pada indeks bias lensa, sinar cahaya
tersebar, dan mengurangi transparansi.8

3.4.6 Penegakan Diagnosis

Diagnose katarak menjadi sempurna, bila disebutkan:8

1. Klasifikasi menurut umur

2. Keadaan stadiumnya

3. Ada tidaknya intumesensi

A. Anamnesis
1. Tajam penglihatan menurun (kabur) akibat makin tebal kekeruhan pada
lensa. Penderita seperti melihat kaca yang buram. Biasanya pada awal nya,
dapat melihat bentuk,namun tidak bisa detail.
2. Silau akibat gangguan pembiasan lensa
3. Coloured halos. Pemecahan cahaya putih menjado spektrum warna akibat
adanya droplet air pada lensa
4. Uniocular polyopia. Melihat bayangan ganda akibat refraksi lensa yang
irregular sehingga menghasilkan indek refraksi yang ber variasi
5. Gangguan penglihatan warna. Lensa yang bertambah kuning stau
kecoklatan akan menyebabkan gangguan diskriminasi warna , terutama
warna spektrum cahaya biru

B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tajam penglihatan yang menurun bervariasi tergantung lokasi dan timgkat
maturitas dari katarak. Mulai 6/9 hingga light perseption (+) dan tidak

26
membaik dengan pinhole. Pada stadium insipien dan imatur bisa di
lakukan koreksi dengan lensa kacamata yang tepat.
2. Segmen anterior dengan senter ditemukan kekeruhan pada lensa dan
terjadi leukokoria dimana pupil berwarna putih pada katarak matur
3. Tes iris shadow ( bayangan iris pada lensa )
i. Saat sinar datang secara oblique yang di arahkan pada iris
maka akan terbentuk bayagan dari margin iris yang
terbentuk pada lensa yang keruh dan selama masih ada
bagian korteks yang jernih.
ii. Ketika lensa transparan atau sangat buram ttidak akan
terbentuk iris shadow
4. Refleks fundus
i. Menggunakan oftalmoskopi dengan pupil dilatasi. Maka
akan di dapatkan yang berwarna jingga akan menjadi gelap.
Dimana fundus negatif pada katarak matur).
5. Slit Lamp Biomikroskopi
i. Untuk mengevaluasi luas, tebal, dan lokasi kekeruhan lensa,
kekeruhab nukleus
6. Tonometri
i. Alat yang digunakan untuk menilai tekanan intraokular
7. USG untuk menilai retroorbital atau mata bagian belakang.12

Sebagian besar katarak tidak dapat dilihat oleh pengamat awam sampai
menjadi cukup padat (Matur atau hipermatur) dan menimbulkan kebutaan. Namun
pada stadium perkembangan yang paling dini katarak dapat didekteksi melalui
pupil yang berdilatasi maksimum dengan oftalmoskop, loupe atau slitlamp.
Dengan penyinaran miring (45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan
lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh (iris shadow).
Bila letak bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedang bayangan
kecil dan dekat dengan pupil terjadi pada katarak matur. Katarak hipermatur, lensa
akan mengeriput sehingga shadow test akan menunjukkan hasil yang negatif.

27
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan
slitlamp, funduskopi bila mungkin, tonometer juga pemeriksaan prabedah lainnya
seperti adanya infeksi pada kelopak mata dan konjungtiva karena dapat
menimbulkan penyulit yang berat berupa panoftalmitis pasca bedah. Sebelum
pembedahan juga harus dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan untuk melihat
apakah kekeruhan sebanding dengan turunnya tajam penglihatan. Misalnya pada
katarak nuclear tipis dengan myopia tinggi akan terlihat tajam penglihatan yang
tidak sesuai sehingga mungkin penglihatan yang turun adalah akibat dari kelainan
retina dan bila dilakukan pembedahan akan memberikan hasil tajam penglihatan
yang tidak memuaskan.

TES BAYANGAN (SHADOW TEST)

Tujuan tes bayangan adalah untuk mengetahui derajat kekeruhan lensa.


Dasar pemeriksaan adalah makinsedikit lensa keruh pada bagian posterior maka
makin besarbayangan iris pada lensa yang keruh tersebut, sedang makin tebal ke
Keruh lensa makinkecil bayangan iris pada lensa.Alat yang digunakan adalah
lampu sentolop dan loup. Tehniknya adalah sentolopdisinarkan pada pupil dengan
membuat sudut 45º dengan dataran iris, dengan loup dilihatbayangan iris pada;
lensa yang keruh Penilaiannya :
a. Bila bayangan iris pada lensa terlihat besar dan letaknya jauh terhadap pupil
berartilensa belum keruh seluruhnya (belum sampai ke depan); ini terjadi
pada katarak immatur, keadaan ini disebut shadow test (+).
b. Apabila bayangan iris pada lensa kecil dan dekat terdapat pupil berarti lensa
sudahkeruh seluruhnya (sampai pada kapsul anterior) terdapat pada katarak
matur,keadaan ini disebut shadow tes(-).
c. Bila katarak hipermatur, lensa sudah keruh seluruhnya, mengecil serta
terletak jauhdi belakang pupil, sehingga bayangan iris pada lensa besar dan
keadaan ini disebutpseudopositif.

28
3.4.7 Penyulit Katarak

1. Glaucoma , melalui proses :

- Fakotopik

Berdasarkan kedudukan lensa, oleh karena proses


intumesensi (pengembungan), iris terdorong kedepan, sedut
COA dangkal, aliran COA tidak lancar sedang produksi terus
berlangsung, sehingga tekanan intraokular menningkat dan
menimbulkan glaukoma.
- Fakolitik

a.Lensa yang keruh, jika kapsul megalami kerusakan,


maka substansi lensa akan keluar dan direabsorbsi oleh
serbukan fagosit atau makrofag. Yang bayank di COA,
serbukan ini sangat banyak sehingga dapat menyumbat
sudut COA dan menyebabkan glaukoma.

b. Penyumbatan dapat terjadi pula oleh karena lensa


sendiri yang menumpuk di sudut COA, terutama bagian
kapsul lensa, dan menyebabkan exfolation glaucoma.
- Fakotoksik

Substansi lensa di COA, merupakan zat yang toksik bagi


mata (protein asing) sehingga terjadi reaksi alergi dan
timbulnya uveitis. Uveitis ini dapat menyebabkan glaukoma.
2. Dislokasi Lensa

Pada stadium matur, yang didiamkan dapat terjadi terlepasnya zonula


zinni sehhingga menyebabkan dislokasi lensa, yang juga
menyebabkan glaukoma dan uveitis.

3.4.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan katarak dilakukan berdasarkan pemeriksaan


pasien dan faktofaktor penyulit yang mungkin ada. Evaluasi pasien yang
penting antara lain: apakahpenurunan kemampuan visual pasien dapat

29
ditolong dengan operasi, apakah akan terjadi perbaikan visus jika operasi
dilakukan tanpa komplikasi, apakah pasien atau keluarga dapat dipercaya
untuk perawatan posoperatif, apakah opasitas lensa berpengaruh terhadap
kondisi sistemik dan okuler pasien. Beberapa pengobatan non-bedah
mungkin efektif sementara untuk fungsi visual pasien katarak. Sebagai
contoh, keadaan refraksi dapat ditingkatkan dengan koreksi untuk
penglihatan jauh dan dekat. Dilatasi pupil mungkin dapat membantu pada
katarak aksialis yang kecil dengan cahaya yang lewat melalui bagian
perifer lensa.
Penatalaksanaan medical pada katarak secara ketat dilakukan.
Penghambat aldose reduktase bekerja dengan menghambat konversi
glukosa menjadi sorbitol, menunjukkan pencegahan katarak karena gula.
Agen antikatarak lainnya termasuk sorbitol lowering agent, aspirin,
glutathione raising agent dan antioksidan vitamin C dan E. Obat yang
dikenal di pasaran dapat memperlambat proses pengeruhan antara lain
Catalin, Quinax, Catarlen dan Karyuni. Beberapa pasien dengan fungsi
visual terbatas dapat dibantu dengan alat Bantu optik bila operasi belum
bisa dilakukan. Dengan monokuler 2,5x2,8 dan 4x lebih dekat ke objek,
penggunaan magnifier, teleskop dapat membantu membaca dan kerja
dekat. Katarak akan mengurangi kontras dan menyebabkan kabur. Panjang
gelombang yang pendek menyebabkan penyebaran warna, intensitas dan
jarak cahaya, jika pasien mampu mengatasinya terutama pada kondisi
terang, penggunaan lensa absortif mampu mengurangi disabilitas. Pasien
dapat dioperasi bila ada kemauan dari pasien itu sendiri untuk
memperbaiki visus yang biasanya baru disadari setelah terjadi gangguan
pekerjaan atau aktivitas sehari-hari.11
Keputusan untuk melakukan operasi harus didasarkan pada
kebutuhan visual pasien dan potensi kesembuhannya. Secara umum,
indikasi operasi katarak bila terdapat kondisi stereopsis, penyusutan
lapangan pandang perifer dan gejala anisometropia. Indikasi medical
dilakukannya operasi termasuk pencegahan komplikasi seperti glaucoma
fakolitik, glaucoma fakomorfik,uveitis facoantigenik dan dislokasi lensa

30
ke bilik mata depan. Indikasi tambahanya adalah untuk diagnosis atau
penatalaksanaan penyakit okuler lainnya, seperti retinopati diabetik atau
glaucoma. Pengobatan katarak pada intinya hanya dapat dilakukan dengan
pembedahan. Namun berbagai macam cara pengobatan non-bedah dapat
membantu pada berbagai macam kondisi tertentu sampai proses operasi
pembedahan dapat dilakukan.12

1. Pengobatan non-bedah

a. Pengobatan penyebab dari katarak

Pengobatan penyebab dari katarak sangat penting dilakukan untuk


menghentikan atau memperlambat perjalanan penyakit katarak sehingga
proses pembedahan dapat ditunda.
- Mengobati dan mengkontrol Diabetes Mellitus

- Penghentian pemakaian obat-obatan yang bersifat kataraktogenik


seperti kortikosteroid, phenothiazine, dan miotics
b. Meningkatan kemampuan penglihatan pada penderita katarak imatur dan
katarak insipien
- Pemakaian kaca mata hitam pada penderita katarak sentralakan sangat
membantu
- Refraksi, di mana dapat berubah dalam jangka waktu yang lumayan
singkat, harus selalu dikontrol secara berkala
- Pengaturan pencahayaan. Pada pasien dengan kekeruhan lensa bagian
perifer, pencahayaan yang terang dapat membantu meningkatan
kemampuan penglihatan. Sebaliknya, pada penderita katarak dengan
kekeruhan lensa bagian sentral membutuhkan pencahayaan yang redup
untuk mendapatkan penglihatan yang baik.
- Penggunaan mydriatic dapat membantu menigkatkan penglihatan.

- Penghambat aldose reduktase bekerja dengan menghambat konversi


glukosa menjadi sorbitol, menunjukkan pencegahan katarak karena
gula.

31
- Agen antikatarak lainnya termasuk sorbitol lowering agent, aspirin,
glutathione raising agent dan antioksidan vitamin C dan E juga dapat
menghambat proses kekeruhan lensa.12

2. Pembedahan
Indikasi :
- Memperbaiki kemampuan penglihatan Tindakan pembedahan dilakukan jika
katarak tersebut telah mengganggu aktivitas sehari-hari penderita
- Adanya Indikasi medis Terkadang visus penderita masih bagus dan masih
dapat melakukans kegiatan sehari-hari, namun tindakan pembedahan dapat
dianjurkan jika ada indikasi medis seperti:
o Lens Induced glaucoma
o Phacoanaphylactic endophtalmitis
o Penyakit-penyakit pada retina seperti retinopati diabetes atau ablasi retina

di mana pengobatannya dihambat oleh adanya kekeruhan lensa

- Indikasi kosmetik

Untuk mendapatkan kembali pupil yang bewarna hitam

Jenis-jenis pembedahan nya sebagai berikut ;9

 Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)

Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul.


Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan
depindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Oleh karena
itu, zonule atau ligamen hialoidea yang telah berdegenasi dan lemah adalah
salah satu dari indikasi dari metode ini. Sekarang metode ini hanya dilakukan
hanya pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan
terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat
lama populer. Dapat dilakukan di tempat dengan fasilitas bedah mikroskopis
yang terbatas, pada kasus-kasus yang tidak stabil seperti intumescent,

32
hipermatur, dan katarak luksasi, jika zonular tidak berhasil dimanipulasi untuk
mengeluarkan nukleus dan korteks lensa melalui prosedur ECCE.

Gambar 2.9 Pembedahan Katarak dengan Metode ICCE13

Kontraindikasi:

Kontraindikasi absolut pada katarak anak dan dewasa muda dan kasus ruptur
kapsula traumatic. Sedangkan kontraindikasi relatif pada high myopia, marfan
syndrome, katarak morgagni, dan adanya vitreous di bilik mata depan.

Komplikasi:

Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma,


uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.

33
 Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran


isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa
lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan meninggalkan kapsul
posterior yang masih intak. ECCE melalui ekspesi nukleus prosedur utama
pada operasi katarak. Pelaksanaan prosedur ini tergantung dari ketersediaan
alat, kemamppuan ahli bedah dan densitas nukleus. Pada saat ini hampir semua
kasus untuk katarak dilakukan pembedahan dengan teknik ini kecuali jika ada
kontraindikasi.
Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan
kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra ocular
posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan
akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya
prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca,
sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema,
pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan
pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul
pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.

Kontraindikasi yaitu adanya subluksasi dan dislokasi dari lensa. Prosedur


ECCE memerlukan keutuhan dari zonular untuk pengeluaran nukleus dan
materi kortikal lainnya. Oleh karena itu, ketika zonular tidak utuh pelaksanaan
prosedur yang aman melalui ekstrakapsular harus dipikirkan lagi.9

34
Gambar 2.10 Metode dengan ECCE13

Keuntungan ECCE dibandingkan dengan ICCE:


1. ECCE dapat dilakukan pada penderita di semua usia kecuali jika zonule
tidak intak, sedangkan pada ICCE tidak dapat dilakukan pada penderita usia
di bawah 40 tahun.
2. Pada ECCE dapat dilakukan implantasi IOL sedangkan pada ICCE tidak
dapat dilakukan
3. Komplikasi postoperative yang berhubungan dengan vitreous (herniasi pada
bilik mata depan, papillary blok, vitreous touch syndrome) hanya dapat
terjadi pada ICCE, sedangkan pada ECCE komplikasi tersebut tidak dapat
terjadi.
4. Insidens untuk komplikasi seperti endoftalmitis, cystoid macular edema,
dan ablasi retina lebih kecil pada ECCE dibandingkan dengan teknik ICCE
5. Kemungkinan astigmatisme postoperative lebih kecil pada ECCE
dibandingkan dengan ICCE karena insisi yang dilakukan lebih kecil

 Keuntungan ICCE dibandingkan dengan ECCE:

35
1. Teknik ICCE lebih simple, mudah dilakukan, lebih murah dan tidak
memerlukan alat yang canggih.
2. Komplikasi kekeruhan lensa posterior pasca operasi sangat mungkin terjadi
pada proses ECCE, tidak dengan teknik ICCE
3. ICCE membutuhkan waktu yang relatif singkat, cocok untuk operasi massal

Ada 3 macam tipe dari ECCE:

Phakoemulsifikasi

Prosedur ekstrakapsular dengan mengemulsifikasi nukleus lensa menggunakan


gelombang ultrasonic (40.000 MHz) kemudian diaspirasi. Pada tehnik ini
diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran
ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin
PHACO akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih.
Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan
tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih
dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali
melakukan aktivitas sehari-hari.10 Tehnik ini bermanfaat pada katarak
kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini kurang
efektif pada katarak senilis padat, dan keuntungan incisi limbus yang kecil
agak kurang kalau akan dimasukkan lensa intraokuler, meskipun sekarang
lebih sering digunakan lensa intra okular fleksibel yang dapat dimasukkan
melalui incisi kecil seperti itu..13

36
Gambar 2.11 Metode dengan Phakoemulsifikasi13

SICS

Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan


teknik pembedahan kecil. Di negara yang berkembang, teknik ini lebih dipilih
karena biaya yang lebih murah, teknik yang lebih mudah dipelajari, lebih
aman untuk dilakukan dan mempunyai aplikasi yang lebih luas. Sesudah
ekstraksi katarak mata tak mempunyai lensa lagi yang disebut afakia.
Tandatandanya adalah bilik mata depan dalam, iris tremulans dan pupil hitam.
Pada (pseudofakia)
• Menggunakan lensa kontak

• Menggunakan kacamata afakia, kacamata ini tebal, berat, dan tidak


nyaman. Kacamata untuk penglihatan jauh dan dekat sebaiknya diberikan
dalam dua kacamata untuk menghindarkan aberasi sferis dan aberasi
khromatis.

37
Kelebihan Conventional ECCE dibandingkan SICS:

Teknik yang lebih simple yang dapat dipelajari dalam waktu yang relatif lebih
singkat
Kekurangan Conventional ECCE dibandingkan SICS:

• Insisi yang panjang (10-12mm)

• Jahitan yang dibutuhkan banyak

• Membutuhkan tindakan lepas jahitan yang rentan terhadap infeksi

• Iritasi dan abses pada suture postoperasi

• Insiden yang cukup tinggi untuk astigmatisme pasca operasi

• Prolaps iris, bilik mata depan menjadi dangkal, kebocoran jahitan dapat
terjadi

38
• Prolaps vitreous, operative hard eye, dan expulsive choroidal hemorrage
dapat terjadi

Keuntungan SICS dibandingkan dengan phacoemulsifikasi

• Dapat dilakukan pada semua jenis katarak, termasuk hard cataract grade
IV dan V
• Prosedur yang lebih mudah untuk dipelajari dibandingkan dengan teknik
phacoemulsifikasi
• Keuntungan yang paling signifikan dari SICS adalah tidak bergantung
pada mesin dan dapat dilakukan di mana saja
• Komplikasi postoperasi lebih jarang

• Waktu operasi yang dibutuhkan relatif lebih singkat

• Biaya yang dibutuhkan lebih murah

Kekurangan SICS dibandingkan dengan phacoemulsifikasi

• Injeksi konjungtiva selama 5-7 hari pada tempat dilakukannya


pembedahan
• Nyeri tekan yang ringan karena adanya insisi pada sclera

• Terkadang postoperative hyphema dapat terjadi

• Astigmatisma post operasi lebih mungkin terjadi karena insisi SICS (6mm)
lebih besar dibandingkan dengan phakoemulsifikasi.13

Pemasangan Lensa Tanam (IOL)

39
Merupakan pilihan utama untuk kasus aphakia. Bahan dasar IOL yang dipakai
sampai saat ini yaitu polymethylmethacrylate (PMMA). Ada beberapa tipe dari
IOL berdasarkan metode fiksasinya di mata: 12

1. Anterior Chamber IOL

Lensa jenis ini berada di depan iris dan disuport oleh anterior chamber.
ACIOL ini dapat ditanam setelah proses ICCE dan ECCE. Jenis ini jarang
dipakai karena mempunyai resiko tinggi terjadinya bullous Keratopathy.

2. Iris-Supported lenses

Lensa difiksasi di iris dengan bantuan jahitan. Lensa jenis ini juga telah jarang

dipakai karena mempunya insidens yang tinggi terjadinya komplikasi post


operatif

40
3. Posterior chamber lenses

PCIOL ini terletak di bagian belakang iris yang disuport oleh sulkus siliar atau
oleh capsular bag. Ada 3 jenis dari PCIOL yang sering dipakai:
o Rigid IOL

Terbuat secara keseluruhan dari PMMA

o Foldable IOL

Dipakai untuk penanaman melalui insisi yang kecil(3,2mm) setelah


tindakan phacoemulsifikasi dan terbuat dari silikom, akrilik, hydrogel dan
collaner
o Rollable IOL
IOL yang paling tipis dan biasa dipakai setelah mikro insisi pada phakonit
teknik, terbuat dari hydrogel.

Indikasi pemasangan IOL:

Sebaliknya pemasangan IOL dilakukan pada setiap operasi katarak, kecuali ada
kontraindikasinya.

Pseudophakia

Adalah keadaan aphakia ketika sudah dipasang lensa tanam (IOL). Keadaan
setelah pemasangan lensa tanam:12
• Emmetropia

Keadaan di mana kekuatan lensa yang ditanam tepat. Pasien yang demikian
hanya membutuhkan kacamata plus untuk penglihatan dekat saja

41
• Consecutive Myopia

Keadaan di mana kekuatan lensa yang ditanam overkoreksi. Pasien yang


demikian membutuhkan kacamata untuk menangani myopia dan juga
membutuhkan kacamata plus untuk penglihatan dekatnya
• Consecutive Hypermetropia

Keadaan dimana kekuatan lensa yang ditanam underkoreksi sehingga


membutuhkan kacamata plus untuk penglihatan jauhnya dan tambahan +2D dan
+3D untuk penglihatan dekatnya.

Tanda-tanda pseudophakia:

o Surgical scar, biasanya dapat dilihat di dekat limbus


o Anterior chamber biasanya sedikit lebih dalam dibandingkan dengan mata
normal

o Iridodonesis ringan
o Purkinje image test menunjukkan empat gambaran.
o Pupil bewarna kehitam-hitaman tetapi ketika sinar disenter ke arah pupil
maka akan terlihat pantulan reflex. Ada tidaknya IOL dapat dikonfirmasi
dengan mendilatasi pupil.
o Status visus dan refraksi dapat bermacam-macam, sesuai dengan IOL yang
ditanam.

Perawatan Pasca Bedah

Jika digunakan tehnik insisi kecil, maka penyembuhan pasca operasi biasanya
lebih pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari itu juga, tetapi dianjurkan
untuk bergerak dengan hati-hati dan menghindari peregangan atau mengangkat
benda beratselama sekitar satu bulan, olahraga berat jangan dilakukan selama 2
bulan. Matanyadapat dibalut selama beberapa hari pertama pasca operasi atau jika
nyaman, balutan dapat dibuang pada hari pertama pasca operasi dan matanya
dilindungi pakaikacamata atau dengan pelindung seharian. Kacamata sementara
dapat digunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi biasanya pasien dapat

42
melihat dengan baik melalui lensa intraokuler sambil menantikan kacamata
permanen ( Biasanya 6-8 minggu setelah operasi ).12
Selain itu juga akan diberikan obat untuk :
• Mengurangi rasa sakit, karena operasi mata adalah tindakan yang menyayat
maka diperlukan obat untuk mengurangi rasa sakit yang mungkin timbul
benerapa jam setelah hilangnya kerja bius yang digunakan saat pembedahan
• Antibiotik mencegah infeksi, pemberian antibiotik masih dianggap rutin dan
perlu diberikan atas dasar kemungkinan terjadinya infeksi karena kebersihan
yang tidak sempurna.
• Obat tetes mata streroid. Obat yang mengandung steroid ini berguna untuk
mengurangi reaksi radang akibat tindakan bedah.
• Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi pasca bedah.13

3. Evaluasi preoperatif

Sebelum melakukan tindakan pembedahan, pemeriksaan secara keseluruhan


harus dilakukan.
1. Pemeriksaan kesehatan umum

2. Pemeriksaan mata

3. Pemeriksaan fungsi retina

4. Menilai apakah ada infeksi local pada mata

5. Pemeriksaan bilik mata depan dengan slit lamp - Pemeriksaan tekanan


bola mata
4. Pengobatan Preoperatif

1. Antibiotik topical

2. Preparasi pada mata sebelum operasi dilakukan

3. Informed consent

4. Menurunkan tekanan bola mata (TIO)

5. Menjaga agar pupil tetap berdilatasi.13

43
Teknik anestesi yang digunakan:

1. Lokal

Pada Operasi katarak teknik anestesi yang umumnya digunakan adalah anestesi
lokal. Adapun anestesi lokal dilakukan dengan teknik:
a. Topikal anestesi
b. Sub konjungtiva ( sering digunakan ) obat anestesi yang dipakai Lidokain

+ Markain (1:1)

c. Retrobulbaer

d. Parabulbaer

2. Umum

Anestesi umum digunakan pada pasien yang tidak kooperatif, bayi dan anak.
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Lebih
dari bertahun- tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari
metode yang kuno hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan
dengan evolusi IOL yang digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material,
dan bahan implantasi. Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2
tipe bedah lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra
capsuler cataract ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara
umum tentang tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering
digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi.13

3.10 Komplikasi

1. Komplikasi preoperative

• Kecemasan, dapat diberikan obat-obatan anxiolitik seperti diazepam 2-5


mg pada saat sebelum tidur.

44
• Mual dan gastritis, dapat menderita mual dan gastritis akibat obat yang
diberikan sebelum tindakan operasi seperti acetazolamide, glycerol
sehingga dapat diberikan antasid oral untuk meredakan gejala
• Konjungtivitis iritan atau alergi, terjadi karena obat topical antibiotik yang
diberikan sebelum tindakan operasi sehingga tindakan operasi harus
ditunda sampai 2 hari dan dilakukan penghentian obat tersebut
• Abrasi kornea, terjadi karena tindakan pengukuran tonometri yang salah
sehingga harus diberikan antibiotik ointment dan tindakan ditunda selama
2 hari.
2. Komplikasi yang terjadi karena anestesi local

• Pendarahan Retrobulbar karena adanya blok pada retrobulbar sehingga


harus diberikan pilocarpine 2% dan tindakan ditunda selama 1 minggu
• Oculocardiac reflex di mana dapat terjadi bradikardia dan aritimia karena
adanya blok pada retrobulbar sehingga dapat diberikan atropine intravena.
• Perdarahan subkonjungtiva yang kadang-kadang dapat terjadi namun
tidak memerlukan tindakan lebih lanjut.
• Dislokasi dari lensa secara spontan terutama pada pasien dengan zonul
yang lemah dan telah berdegenerasi terutama pada katarak yang
hipermatur.

3. Komplikasi tindakan pembedahan

• Komplikasi Intra Operatif

• Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau


efusi suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus,
injuri pada iris/ iridodialisis, jatuhnya nucleus ke dalam rongga vitreous.
• Komplikasi dini pasca operatif

o Hyphema

o COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara


cairan yang keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil dan
siliar, edema stroma dan epitel , hipotonus, brown-McLean syndrome
(edema kornea perifer dengan daerah sentral yang bersih paling sering)

45
o Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus
o Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang
tidak adekuat yang dapat menimbulkan komplikasi seperti penyembuhan
luka yang tidak sempurna, astigmatismus, uveitis anterior kronik dan
endoftalmitis.
o Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi.

 Komplikasi lambat pasca operatif


- Ablasio retina

- Cystoid macular Edema, yaitu akumulasi cairan dengan bentuk


kista di lapisan henle pada macula. Pada pemeriksaan fundus,
terlihat honeycomb appearance.
- Endoftalmitis kronik yang timbul karena organisme dengan
virulensi rendah yang terperangkap dalam kantong kapsuler
- Penumbuhan epitel konjungtiva ke anterior chamber melalui
defek pada insisi yang lama-kelamaan dapat menyebabkan
glaukoma.
- Glaukoma yang terjadi karena aphakia dan pseudoaphakia.

- Sisa-sisa dari kekeruhan lensa yang berada di antara anterior dan


posterior kapsul yang dikelilingi oleh jaringan fibrin atau darah.
- Tipe proliferative karena adanya sel-sel epitel anterior yang
tertinggal yang dapat tumbuh ke arah kapsul posterior dan dapat
menyebabkan kekeruhan.

4. Komplikasi yang berhubungan dengan pemasangan IOL

• Cystoid Macular Edema, kerusakan pada epitel kornea, uveitis, dan


glaucoma sekunder
• Malposisi dari IOL

• Sun set syndrome (Subluksasi inferior dari IOL)

• Sun rise syndrome (Subluksasi superior dari IOL)

46
• Lost lens syndrome yaitu dislokasi IOL ke vitreous cavity.12

3.4.8 PROGNOSIS

Saat operasi tidak disertai dengan penyakit mata lain sebelumnya, yang
akan mempengaruhi hasil secara signifikan seperti degenerasi makula atau
atropi saraf optik, standar ECCE yang berhasil tanpa komplikasi atau
fakoemulsifikasi memberikan prognosis penglihatan yang sangat menjanjikan
mencapai sekurang-kurangnya 2 baris snellen chart. Penyebab. Faktor risiko
utama yang mempengaruhi prognosis visual adalah adanya diabetes melitus
dan retinopati diabetik.11

47
BAB IV

ANALISIS KASUS

Pasien adalah seorang perempuan berusia 60 tahun, datang dengan


keluhan utama kedua mata kabur. Dari anamnesis didapatkan bahwa tajam
penglihatan menurun perlahan tanpa disertai keluhan mata merah dan nyeri. Dari
keluhan utama dan riwayat perjalanan penyakit ini dapat dipikirkan beberapa
diagnosis banding penyakit mata yang ditandai dengan penurunan visus perlahan
mata tenang, diantaranya yaitu katarak, kelainan refraksi, glaukoma kronis,
ambliopia, retinoblastoma dan retinopati. Diagnosis pasti ditegakkan dengan cara
menyingkirkan diagnosis banding berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.

Kemungkinan ambliopia dan retinoblastoma dapat disingkirkan dari


identifikasi dimana penderita berusia sudah berusia 60 tahun. Ambliopia adalah
berkurangnya tajam penglihatan yang terjadi karena tidak normalnya
perkembangan visus yang dialami sejak usia dini, yaitu sejak lahir hingga usia 10
tahun. Pada penderita ini penurunan visus mulai terjadi sejak dua tahun terakhir
sedangkan sebelumnya penglihatan normal. Retinoblastoma merupakan kelainan
kongenital yang biasanya baru terlihat pada anak berumur 1-2 tahun. Pada pasien
retinoblastoma, penurunan visus secara perlahan biasanya disertai dengan
perubahan gerak bola mata menjadi strabismus, pelebaran pupil dengan refleks
warna kuning mengkilat (amourotic cat’s eye), dan meningkatnya tekanan
intraokuler.

Kemungkinan retinopati tidak dapat ditegakkan, karena pemeriksaan


opthalmologis pada segmen posterior mata untuk menilai ada tidaknya degenerasi
atau kelainan dari retina sulit dilakukan karena adanya kekeruhan lensa.
Retinopati biasanya berhubungan dengan penyakit sistemik, misalnya penyakit
kardiovaskuler, penyakit darah, gangguan metabolisme dan endokrin. Dari

48
anamnesis pada pasien ini tidak terdapat riwayat penyakit yang dapat
menyebabkan retinopati seperti hipertensi atau diabetes melitus.

Selain itu untuk menyingkirkan diagnosis banding dari katarak imatur,matur


dan hipermatur, dapt di bedakan dengan tabel sebagai berikut:
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Visus 6/6 ↓ (6/6 – 1/60) ↓↓ ↓↓ (1/3001/~)
(1/3001/~)
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan Lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik Mata Normal Dangkal Normal Dalam
Depan
Sudut Bilik Normal Sempit Normal Terbuka
Mata
Shadow Test Negatif Positif Negatif Pseudopositif
Penyulit - Glaukoma - Uveitis +
Glaukoma

Dari hasil pemeriksaan tajam penglihatan terhadap penderita, didapatkan visus


mata kanan 2/60 dan visus mata kiri 1/300. Pada pemeriksaan segmen anterior
mata kanan dan kiri ditemukan kekeruhan pada seluruh lensa disertai dimana tidak
disertai iris shadow test yang menunjukkan tanda katarak matur.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksan fisik diatas, penderita ini


didiagnosis dengan katarak senilis matur ODS .

Pada pasien ini telah direncanakan Extracapsular Cataract Extraction (ECCE)


dan pemasangan Intra Ocular Lens (IOL). Pemasangan IOL dilakukan karena
dianggap lebih praktis jika dibandingkan dengan lensa kontak atau kacamata
afakia yang suatu saat harus diangkat, dibersihkan atau dipasang kembali oleh
pasien. Selain itu, pemasangan IOL tidak ada kontraindikasi kecuali orang yang
menderita uveitis.

49
Prognosis pasien katarak umumnya baik karena katarak tidak mengancam
kehidupan, sehingga quo ad vitam bonam. Fungsi mata penderita dapat kembali
normal tergantung pembedahan dan penatalaksanaan yang tepat, sehingga pada
penderita ini prognosis quo ad functionam dubia ad bonam.

DAFTAR PUSTAKA

1. Tsai James C. Oxford American Handbook of Ophthalmology. New York:


Oxford University Press; 2011. p 228 – 230, 625
2. K. Gerhard Lang, E. Gabriele Lang. Ophthalmology A Text Book Atlas. New
York: Thieme Stuttgart; 2006. p 169-174
3. Crick RP, Khaw PT. A Textbook Of Clinical Ophthalmology. 3 rdEdision.
Singapore. World Scientific; 2003. p 35,94

4. KhuranaA K.Comprehensive Ophthalmology. New Delhi: New Age


International; 2007. p 167-170

5. Haspiani. 2017. Karakteristik Penderita Katarak Senilis Yang Telah Dilakukan


Pembedahan Katarak Periode 1 Januari 2017 – 30 Juni 2017. Skripsi. RSP
Universitas Hasanuddin: UNHAS

6. Riordan Paul, Eva. AnatomidanEmbriologi Mata.Dalam: Vaughan & Asbury


OftalmologiUmum.Edisi ke-17. Jakarta: EGC; 2010. hal 11-12

7. Ilyas Sidarta, dkk. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa
Kedokteran. Edisi ke-2. Jakarta: SagungSeto; 2010. hal. 6-7, 143-150
8. American Academy of Ophthalmology. Anatomy in Lens and Cataract.
Section 11. Basic and Clinical Science Course; 2007. p 5-6, 33, 50-54, 60-61
9. Ilyas Sidarta. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-3. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2009. hal. 8-9, 200-208
10. Wva Riodan Paul, Eitcher P. Jhon. Ofthalmologi Umum. Edisi 17. Penerbit
EGC. 2012
11. Sidarta I, Mailangkay H HB Hilman. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum
dan Mahasiswa Kedokteran. Jakarta. 2002. CV Sagung Seto. 2002.Hal: 491-6
12. Vaughan. Katarak dalam Ofthalmologi Umum. Jakarta. 2007

50
13. Akura, J Kaneda, dkk. Manual Sutureles Cataract Surgery Using a Claw
Vectis. J. Cataract Refract Surgery, Vol 26. April 2002.

51

Anda mungkin juga menyukai