Crs Katarak Fix
Crs Katarak Fix
1
HALAMAN PENGESAHAN
Case Report Session (CRS)
Disusun Oleh
Telah diterima dan dipresentasikan sebagai salah satu tugas Bagian Mata RSUD
Raden Mattaher Jambi Program Studi Pendidikan Kedokteran Universitas Jambi
PEMBIMBING
2
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala limpahan kasih dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Case
Report Session ini dengan judul “KATARAK SENILIS MATUR ODS”. Artikel
ini merupakan bagian dari tugas Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Mata
RSUD Raden Mattaher Jambi.
Terwujudnya laporan ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan dorongan
dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada dr. Maya Primagustya Achmad, Sp.M selaku pembimbing yang telah
memberikan arahan sehingga Case Report Session ini dapat terselesaikan dengan
baik dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan
ini.
Penulis menyadari laporan ini masih banyak kekurangannya, untuk itu saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh penulis. Sebagai
penutup semoga kiranya laporan Case Report Session ini dapat bermanfaat bagi
kita khususnya dan bagi dunia kesehatan pada umumnya.
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LAPORAN KASUS
4
I. IDENTIFIKASI
Nama : Ny. A
Umur : 60 tahun
Alamat : Jambi
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SD
Agama : Islam
II. ANAMNESIS
Pasien datang dengan keluhan kedua mata kabur sejak 3 tahun SMRS
Pasien datang dengan keluhan kedua mata kabur sejak 3 tahun SMRS.
Keluhan kedua mata kabur dirasakan semakin lama semakin
memberat. Pasien mengaku penglihatan seperti berembun. Tidak ada
hal yang memperberat keluhan. Pasien mengaku awalnya keluhan
berkurang jika pasien mengenakan kacamata tetapi sekarang keluhan
tidak berkurang walau mengenakan kacamata. Penglihatan kabur
dirasakan terus menerus sepanjang hari saat melihat dekat maupun
jauh. Pasien tidak mengeluh silau jika melihat cahaya, mata merah (-),
nyeri (-), nyeri kepala (-), mata berair (-), gatal (-), keluar kotoran air
mata(-), melihat ganda (-), melihat pelangi disekitar sumber cahaya
(-). Pasien belum pernah mengobati kedua matanya. Keluhan dirasa
semakin memberat hingga pasien merasa terganggu untuk
beraktivitas.
5
2.4 Riwayat Penyakit Dahulu
c. Riwayat sering terpapar matahari, angin dan debu pada kedua mata
(+)
Baik
Pasien adalah seorang Ibu Rumah Tangga, . Pasien tinggal bersama cucu
6
III. PEMERIKSAAN FISIK
Nadi : 80 x/menit
Suhu : afebris
7
3.3 Status Oftalmologikus
Pemeriksaan eksternal
I. Pemeriksaan Visus dan Refraksi
OD OS
Visus : SC 2/60 1/300
CC - -
Koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Oftalmometer Tidak dilakukan Tidak dilakukan
II. Muscle Balance
Kedudukan bola mata
Duksi : baik
Duksi : baik
Versi : baik
Versi : baik
III. Pemeriksaan Eksternal dan Slit Lamp
(-) rontok
(-)
Palpebra Superior Edema (-), hiperemis (-), massa Edema (-), hiperemis (-),
8
& (-), nyeri (-), pigmen (-), massa (-), nyeri (-), pigmen
Palpebra Inferior veruka (-), tahi lalat (-) (-), veruka (-), tahi lalat (-)
Konjungtiva tarsus Papil (-), folikel (-), lytiasis (-), Papil (-), folikel (-), lytiasis
sikatrik (-), granuloma (-), (-), sikatrik (-), granuloma
tumor (-), kista (-), simblefaron (-), tumor (-), kista (-),
(-) simblefaron (-)
Konjungtiva bulbi Injeksi siliar (-), injeksi Injeksi siliar (-), injeksi
konjungtiva (-), pingikuela (-), konjungtiva (-), pingikuela
nodul superfisial (-), pigmen (-), nodul superfisial (-),
(-), jar. fibrovaskuler (-), pigmen (-), jar.
korpus alienum (-) fibrovaskuler (-), korpus
alienum (-)
Kornea Jernih, arkus kornea (-), edema Jernih, arkus kornea (-),
(-), infiltrat (-), nebula (-), edema (-), infiltrat (-),
makula (-), leukoma (-), nebula (-), makula (-),
leukoma adheren (-), sinekia leukoma (-), leukoma
anterior (-), sikatrik (-), flikten adheren (-), sinekia anterior
(-), jar fibrovaskular (-), (-), sikatrik (-), flikten (-),
neovaskular (-), keratokonus jar fibrovaskular (-),
(-) neovaskular (-), keratokonus
(-)
Bilik Mata Depan Sedang, nanah (-), darah (-), Sedang, nanah (-), darah (-),
flare (-) flare (-)
Iris Kripta iris normal, warna coklat, Kripta iris normal, warna
tumor (-), tahi lalat (-), coklat, tumor (-), tahi lalat (-
neovaskular (-) ), neovaskular (-)
Pupil Bulat, isokor, reflek cahaya (+) Bulat, isokor, reflek cahaya
(+)
Diameter 5 mm 5 mm
9
Lensa Keruh seluruhnya, subluksasi/ Keruh seluruhnya,
luksasi(-), iris shadow test (-) subluksasi/ luksasi(-), iris
shadow test (-)
Vitreus Sulit dinilai Sulit dinilai
IV. Tonometri
Schiotz: Tidak dilakukan
NCT :
-od : 21.3
-os : 21.1
V. Visual Field
Tidak dilakukan
VI. Funduskopi
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
V. DIAGNOSIS KERJA
VII. PENATALAKSANAAN
10
VIII. EDUKASI
IX. PROGNOSIS
OD OS
Quo ad visam Dubia ad bonam Dubia ad bonam
Quo ad sanam Dubia ad bonam Dubia ad bonam
Quo ad vitam Ad bonam
Quo ad cosmeticam Ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
11
dari serabut-serabut kuat yang melekat ke korpus siliaris. Diameter lensa
adalah 9-10 mm dan tebalnya bervariasi sesuai dengan umur, mulai dari 3,5
mm (saat lahir) dan 5 mm (dewasa). Lensa dapat membiaskan cahaya karena
memiliki indeks refraksi, normalnya 1,4 di sentral dan 1,36 di perifer. Dalam
keadaaan nonakomodatif, kekuatannya 15-20 dioptri (D).1
Struktur lensa terdiri dari kapsul yang tipis, transparan, dikelilingi oleh
membran hialin yang lebih tebal pada permukaan anterior dibanding posterior.
Lensa disokong oleh serabut zonular berasal dari lamina nonpigmented
epithelium pars plana dan pars plikata daripada korpus siliaris. Zonular ini
masuk ke dalam lensa di regio ekuator. Diameter serabut adalah 5-30 m. Epitel
berada tepat di belakang kapsul anterior Lensa terdapat satu lapisan sel epitel.
Di bagian ekuator, sel ini aktif membelah dan membentuk serabut .
12
Gambar 2.2 Anatomi Lensa
Enam puluh lima persen lensa terdiri dari air, sekitar 35% protein
(kandungan protein tertinggi di antara jaringan-jaringan tubuh), dan sedikit
sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium
lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan
glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi.
Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu :
3. Terletak di tempatnya.
13
3.2 DEFINISI KATARAK
a. Katarak kongenital
Katarak yang terjadi pada usia dibawah 1 tahun. Gangguan mata ini timbul
sejak bayi berada dalam kandungan atau setelah dilahirkan karena adanya
infeksi atau kelainan metabolisme saat pembentukan janin. Katarak
congenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang
menderita rubella, diabetes mellitus, toksoplasmosis dan galaktosemia.
Ada pula katarak congenital yang menyertai kelainan herediter pada mata
lainnya seperti mikroftalmus, aniridia, koloboma, keratokonus, ektopia
lentis, megalokornea dan heterokromia iris. Kekeruhan pada katarak
congenital dapat dijumpai dalam berbagai bentuk dan gambaran
morfologik. Penanganan tergantung unilateral dan bilateral, adanya
kelainan mata lain dan saat terjadinya katarak. Katarak congenital
14
prognosisnya kurang memuaskan karena bergantung pada bentuk katarak
dan mungkin sekali pada mata tersebut telah terjadi ambliopia. Bila
terdapat nistagmus maka keadaan ini menunjukkan hal yang buruk. Pada
pupil mata bayi yang menderita congenital katarak akan terlihat bercak
putih atau suatu leukokoria yang memerlukan pemerikasaan lebih teliti
untuk menyingkirkan diagnosa banding. Pada katarak kongenital, kelainan
utama terjadi di nukleus lensa (nukleus fetal atau nukleus embrional),
bergantung pada waktu stimulus karaktogenik atau di kutub anterior atau
posterior lensa apabila kelainannya terletak di kapsul lensa.6
b. Katarak juvenile
Katarak yang terjadi pada usia diatas 1 tahun . Katarak juvenile biasanya
merupakan kelanjutan katarak congenital. Katarak juvenile juga biasanya
merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit
lainnya seperti:
• Katarak metabolic
- Katarak hipokalsemia
- Katarak Aminoasiduria
- Penyakit Wilson
• Katarak traumatik
• Katarak komplikata
- Katarak degeneratif
- Katarak anoksik
- Toksis
- Katarak radiasi
15
- Katarak yang berhubungan dengan sindrom-sindrom tertentu,
disertai dengan kelainan kulit, tulang, dan kromosom
c. Katarak Pre-senile
d. Katarak Senile
Katarak yang terjadi pada usia lebih dari 50 tahun. Jenis katarak inilah
yang banyak terjadi di Indonesia. Kelainan terutama mengenai nukleus
(sklerosis nukleus), korteks (kekeruhan koroner atau kuneiformis), atau
daerah subkapsul posterior. Secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu
insipien, imatur, matur dan hipermatur.
1. Katarak Kapsular
2. Katarak Subkapsular
3. Katarak kortikal
4. Katarak Supranuklear .
5. Katarak Nuklear
6. Katarak Polar
16
Klasifikasi katarak berdasarkan penyebab:
Ada banyak teori yang menjelaskan tentang konsep penuaan antara lain
teori putaran biologik, teori imunologis, teori mutasi spontan, teori radikal
bebas dan teori reaksi silang (across link). Pada usia lanjut memang terjadi
perubahan-perubahan pada lensa antara lain kapsulnya menebal dan
kurang elastis, epitelnya makin tipis, seratnya lebih ireguler, korteksnya
tidak bewarna, dan nukleusnya mengeras (sclerosis). Pembentukan lapisan
baru serat kortikal secara konsentris menyebabkan lensa mengalami
kompresi dan pengerasan (sclerosis). Protein lensa (crystallins) diubah
melalu modifikasi kimia dan aggregasi menjadi protein dengan berat
molekul yang tinggi. Modifikasi kimia protein lensa menyebabkan
pigmentasi yang progresif. Perubahan lainnya yang terkait usia
diantaranya adalah menurunnya konsentrasi gluthion dan kalium,
meningkatnya konsentrai natrium dan kalsiumserta meningkatnya hidrasi.
2. Traumatika
- Miopia tinggi
17
4. Penyakit sistemik:
3.4.1 Definisi
Katarak senilis adalah katarak primer yang terjadi pada usia lebih dari 50
tahun.Namun, jika disertai dengan penyakit lainnya seperti diabetes mellitus
yang akan terjadi lebih cepat. Kedua mata dapat terlihat derajat kekeruhan
yang sama atau berbeda.7,8
18
3.4.2 Epidemiologi
1. Katarak nuclear
2. Katarak kortikal
3. Katarak kupuliform
1. Stadium insipient
2. Stadium imatur
3. Stadium matur
4. Stadium hipermatur
19
Gambar 2.7 Katarak nuklear
b. Katarak kortikal
20
Gambar 2.8 Katarak Kortikal
c. Katarak kupuliform
a. Stadium insipien
21
lensa. Kalau tidak ada kekeruhan di lensa, maka sinar dapat masuk
kedalam mata tanpa ada yang dipantulkan. Oleh karena kekeruhan
dibagian posterior lensa, maka sinar oblik yang mengenai bagian yang
keruh ini, akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan terlihat
dipupil ada daerah yang terang sebagai reflex pemantulan cahaya pada
daerah lensa yang keruh dan daerah yang gelap akibat bayangan iris
pada bagian lensa yang keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+).
c. Stadium Matur
22
pupil akan tampak bahwa kekeruhan hanya terdapat pada daerah pupil
saja. Kadang-kadang, walaupun masih stadium imatur (iris shadow test
(+), dengan koreksi, visus tetap buruk, hanya dapat menghitung jari,
bahkan dapat lebih buruk lagi 1/300 atau satu tak hingga, hanya ada
persepsi cahaya, walaupun lensanya belum keruh seluruhnya. Keadaan ini
disebut stadium vera matur.2
d. Stadium Hipermatur
23
Gambar 2.6 Katarak hipermatur
Pada stadium ini juga terjadi kerusakan kapsul lensa, yang menjadi
lebih permeable, sehingga isi korteks yang cair dapat keluar dan lensa
menjadi kempis, yang dibawahnya terdapat nucleus lensa. Keadaan ini
disebut katarak morgagni. Pada pemeriksaan didapatkan iris tremulans, tak
menempel pada lensa, sehingga pada pergerakkan bola mata, iris bergetar.
Masa lensa yang masuk kedalam bilik mata depan dapat menimbulkan
penyulit glaucoma (proses fakolitik) dan uveitis (proses fakotoksik).7
24
3.4.4 Etiologi Katarak Senilis
25
antioksidan dan enzim superoksida dismutase menyebabkan proses oksidatif
pada cataractogenesis. Mekanisme lain yang terlibat adalah soluble
lowmolecular weight cytoplasmic lens proteins to soluble high molecular
weight aggregates, insoluble phases, and insoluble membrane-protein
matrices. Hal itu menyebabkan adanya perubahan pada protein yang
menyebabkan fluktuasiyang tiba-tiba pada indeks bias lensa, sinar cahaya
tersebar, dan mengurangi transparansi.8
2. Keadaan stadiumnya
A. Anamnesis
1. Tajam penglihatan menurun (kabur) akibat makin tebal kekeruhan pada
lensa. Penderita seperti melihat kaca yang buram. Biasanya pada awal nya,
dapat melihat bentuk,namun tidak bisa detail.
2. Silau akibat gangguan pembiasan lensa
3. Coloured halos. Pemecahan cahaya putih menjado spektrum warna akibat
adanya droplet air pada lensa
4. Uniocular polyopia. Melihat bayangan ganda akibat refraksi lensa yang
irregular sehingga menghasilkan indek refraksi yang ber variasi
5. Gangguan penglihatan warna. Lensa yang bertambah kuning stau
kecoklatan akan menyebabkan gangguan diskriminasi warna , terutama
warna spektrum cahaya biru
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tajam penglihatan yang menurun bervariasi tergantung lokasi dan timgkat
maturitas dari katarak. Mulai 6/9 hingga light perseption (+) dan tidak
26
membaik dengan pinhole. Pada stadium insipien dan imatur bisa di
lakukan koreksi dengan lensa kacamata yang tepat.
2. Segmen anterior dengan senter ditemukan kekeruhan pada lensa dan
terjadi leukokoria dimana pupil berwarna putih pada katarak matur
3. Tes iris shadow ( bayangan iris pada lensa )
i. Saat sinar datang secara oblique yang di arahkan pada iris
maka akan terbentuk bayagan dari margin iris yang
terbentuk pada lensa yang keruh dan selama masih ada
bagian korteks yang jernih.
ii. Ketika lensa transparan atau sangat buram ttidak akan
terbentuk iris shadow
4. Refleks fundus
i. Menggunakan oftalmoskopi dengan pupil dilatasi. Maka
akan di dapatkan yang berwarna jingga akan menjadi gelap.
Dimana fundus negatif pada katarak matur).
5. Slit Lamp Biomikroskopi
i. Untuk mengevaluasi luas, tebal, dan lokasi kekeruhan lensa,
kekeruhab nukleus
6. Tonometri
i. Alat yang digunakan untuk menilai tekanan intraokular
7. USG untuk menilai retroorbital atau mata bagian belakang.12
Sebagian besar katarak tidak dapat dilihat oleh pengamat awam sampai
menjadi cukup padat (Matur atau hipermatur) dan menimbulkan kebutaan. Namun
pada stadium perkembangan yang paling dini katarak dapat didekteksi melalui
pupil yang berdilatasi maksimum dengan oftalmoskop, loupe atau slitlamp.
Dengan penyinaran miring (45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan
lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh (iris shadow).
Bila letak bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedang bayangan
kecil dan dekat dengan pupil terjadi pada katarak matur. Katarak hipermatur, lensa
akan mengeriput sehingga shadow test akan menunjukkan hasil yang negatif.
27
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan
slitlamp, funduskopi bila mungkin, tonometer juga pemeriksaan prabedah lainnya
seperti adanya infeksi pada kelopak mata dan konjungtiva karena dapat
menimbulkan penyulit yang berat berupa panoftalmitis pasca bedah. Sebelum
pembedahan juga harus dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan untuk melihat
apakah kekeruhan sebanding dengan turunnya tajam penglihatan. Misalnya pada
katarak nuclear tipis dengan myopia tinggi akan terlihat tajam penglihatan yang
tidak sesuai sehingga mungkin penglihatan yang turun adalah akibat dari kelainan
retina dan bila dilakukan pembedahan akan memberikan hasil tajam penglihatan
yang tidak memuaskan.
28
3.4.7 Penyulit Katarak
- Fakotopik
3.4.8 Penatalaksanaan
29
ditolong dengan operasi, apakah akan terjadi perbaikan visus jika operasi
dilakukan tanpa komplikasi, apakah pasien atau keluarga dapat dipercaya
untuk perawatan posoperatif, apakah opasitas lensa berpengaruh terhadap
kondisi sistemik dan okuler pasien. Beberapa pengobatan non-bedah
mungkin efektif sementara untuk fungsi visual pasien katarak. Sebagai
contoh, keadaan refraksi dapat ditingkatkan dengan koreksi untuk
penglihatan jauh dan dekat. Dilatasi pupil mungkin dapat membantu pada
katarak aksialis yang kecil dengan cahaya yang lewat melalui bagian
perifer lensa.
Penatalaksanaan medical pada katarak secara ketat dilakukan.
Penghambat aldose reduktase bekerja dengan menghambat konversi
glukosa menjadi sorbitol, menunjukkan pencegahan katarak karena gula.
Agen antikatarak lainnya termasuk sorbitol lowering agent, aspirin,
glutathione raising agent dan antioksidan vitamin C dan E. Obat yang
dikenal di pasaran dapat memperlambat proses pengeruhan antara lain
Catalin, Quinax, Catarlen dan Karyuni. Beberapa pasien dengan fungsi
visual terbatas dapat dibantu dengan alat Bantu optik bila operasi belum
bisa dilakukan. Dengan monokuler 2,5x2,8 dan 4x lebih dekat ke objek,
penggunaan magnifier, teleskop dapat membantu membaca dan kerja
dekat. Katarak akan mengurangi kontras dan menyebabkan kabur. Panjang
gelombang yang pendek menyebabkan penyebaran warna, intensitas dan
jarak cahaya, jika pasien mampu mengatasinya terutama pada kondisi
terang, penggunaan lensa absortif mampu mengurangi disabilitas. Pasien
dapat dioperasi bila ada kemauan dari pasien itu sendiri untuk
memperbaiki visus yang biasanya baru disadari setelah terjadi gangguan
pekerjaan atau aktivitas sehari-hari.11
Keputusan untuk melakukan operasi harus didasarkan pada
kebutuhan visual pasien dan potensi kesembuhannya. Secara umum,
indikasi operasi katarak bila terdapat kondisi stereopsis, penyusutan
lapangan pandang perifer dan gejala anisometropia. Indikasi medical
dilakukannya operasi termasuk pencegahan komplikasi seperti glaucoma
fakolitik, glaucoma fakomorfik,uveitis facoantigenik dan dislokasi lensa
30
ke bilik mata depan. Indikasi tambahanya adalah untuk diagnosis atau
penatalaksanaan penyakit okuler lainnya, seperti retinopati diabetik atau
glaucoma. Pengobatan katarak pada intinya hanya dapat dilakukan dengan
pembedahan. Namun berbagai macam cara pengobatan non-bedah dapat
membantu pada berbagai macam kondisi tertentu sampai proses operasi
pembedahan dapat dilakukan.12
1. Pengobatan non-bedah
31
- Agen antikatarak lainnya termasuk sorbitol lowering agent, aspirin,
glutathione raising agent dan antioksidan vitamin C dan E juga dapat
menghambat proses kekeruhan lensa.12
2. Pembedahan
Indikasi :
- Memperbaiki kemampuan penglihatan Tindakan pembedahan dilakukan jika
katarak tersebut telah mengganggu aktivitas sehari-hari penderita
- Adanya Indikasi medis Terkadang visus penderita masih bagus dan masih
dapat melakukans kegiatan sehari-hari, namun tindakan pembedahan dapat
dianjurkan jika ada indikasi medis seperti:
o Lens Induced glaucoma
o Phacoanaphylactic endophtalmitis
o Penyakit-penyakit pada retina seperti retinopati diabetes atau ablasi retina
- Indikasi kosmetik
32
hipermatur, dan katarak luksasi, jika zonular tidak berhasil dimanipulasi untuk
mengeluarkan nukleus dan korteks lensa melalui prosedur ECCE.
Kontraindikasi:
Kontraindikasi absolut pada katarak anak dan dewasa muda dan kasus ruptur
kapsula traumatic. Sedangkan kontraindikasi relatif pada high myopia, marfan
syndrome, katarak morgagni, dan adanya vitreous di bilik mata depan.
Komplikasi:
33
Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)
34
Gambar 2.10 Metode dengan ECCE13
35
1. Teknik ICCE lebih simple, mudah dilakukan, lebih murah dan tidak
memerlukan alat yang canggih.
2. Komplikasi kekeruhan lensa posterior pasca operasi sangat mungkin terjadi
pada proses ECCE, tidak dengan teknik ICCE
3. ICCE membutuhkan waktu yang relatif singkat, cocok untuk operasi massal
Phakoemulsifikasi
36
Gambar 2.11 Metode dengan Phakoemulsifikasi13
SICS
37
Kelebihan Conventional ECCE dibandingkan SICS:
Teknik yang lebih simple yang dapat dipelajari dalam waktu yang relatif lebih
singkat
Kekurangan Conventional ECCE dibandingkan SICS:
• Prolaps iris, bilik mata depan menjadi dangkal, kebocoran jahitan dapat
terjadi
38
• Prolaps vitreous, operative hard eye, dan expulsive choroidal hemorrage
dapat terjadi
• Dapat dilakukan pada semua jenis katarak, termasuk hard cataract grade
IV dan V
• Prosedur yang lebih mudah untuk dipelajari dibandingkan dengan teknik
phacoemulsifikasi
• Keuntungan yang paling signifikan dari SICS adalah tidak bergantung
pada mesin dan dapat dilakukan di mana saja
• Komplikasi postoperasi lebih jarang
• Astigmatisma post operasi lebih mungkin terjadi karena insisi SICS (6mm)
lebih besar dibandingkan dengan phakoemulsifikasi.13
39
Merupakan pilihan utama untuk kasus aphakia. Bahan dasar IOL yang dipakai
sampai saat ini yaitu polymethylmethacrylate (PMMA). Ada beberapa tipe dari
IOL berdasarkan metode fiksasinya di mata: 12
Lensa jenis ini berada di depan iris dan disuport oleh anterior chamber.
ACIOL ini dapat ditanam setelah proses ICCE dan ECCE. Jenis ini jarang
dipakai karena mempunyai resiko tinggi terjadinya bullous Keratopathy.
2. Iris-Supported lenses
Lensa difiksasi di iris dengan bantuan jahitan. Lensa jenis ini juga telah jarang
40
3. Posterior chamber lenses
PCIOL ini terletak di bagian belakang iris yang disuport oleh sulkus siliar atau
oleh capsular bag. Ada 3 jenis dari PCIOL yang sering dipakai:
o Rigid IOL
o Foldable IOL
Sebaliknya pemasangan IOL dilakukan pada setiap operasi katarak, kecuali ada
kontraindikasinya.
Pseudophakia
Adalah keadaan aphakia ketika sudah dipasang lensa tanam (IOL). Keadaan
setelah pemasangan lensa tanam:12
• Emmetropia
Keadaan di mana kekuatan lensa yang ditanam tepat. Pasien yang demikian
hanya membutuhkan kacamata plus untuk penglihatan dekat saja
41
• Consecutive Myopia
Tanda-tanda pseudophakia:
o Iridodonesis ringan
o Purkinje image test menunjukkan empat gambaran.
o Pupil bewarna kehitam-hitaman tetapi ketika sinar disenter ke arah pupil
maka akan terlihat pantulan reflex. Ada tidaknya IOL dapat dikonfirmasi
dengan mendilatasi pupil.
o Status visus dan refraksi dapat bermacam-macam, sesuai dengan IOL yang
ditanam.
Jika digunakan tehnik insisi kecil, maka penyembuhan pasca operasi biasanya
lebih pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari itu juga, tetapi dianjurkan
untuk bergerak dengan hati-hati dan menghindari peregangan atau mengangkat
benda beratselama sekitar satu bulan, olahraga berat jangan dilakukan selama 2
bulan. Matanyadapat dibalut selama beberapa hari pertama pasca operasi atau jika
nyaman, balutan dapat dibuang pada hari pertama pasca operasi dan matanya
dilindungi pakaikacamata atau dengan pelindung seharian. Kacamata sementara
dapat digunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi biasanya pasien dapat
42
melihat dengan baik melalui lensa intraokuler sambil menantikan kacamata
permanen ( Biasanya 6-8 minggu setelah operasi ).12
Selain itu juga akan diberikan obat untuk :
• Mengurangi rasa sakit, karena operasi mata adalah tindakan yang menyayat
maka diperlukan obat untuk mengurangi rasa sakit yang mungkin timbul
benerapa jam setelah hilangnya kerja bius yang digunakan saat pembedahan
• Antibiotik mencegah infeksi, pemberian antibiotik masih dianggap rutin dan
perlu diberikan atas dasar kemungkinan terjadinya infeksi karena kebersihan
yang tidak sempurna.
• Obat tetes mata streroid. Obat yang mengandung steroid ini berguna untuk
mengurangi reaksi radang akibat tindakan bedah.
• Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi pasca bedah.13
3. Evaluasi preoperatif
2. Pemeriksaan mata
1. Antibiotik topical
3. Informed consent
43
Teknik anestesi yang digunakan:
1. Lokal
Pada Operasi katarak teknik anestesi yang umumnya digunakan adalah anestesi
lokal. Adapun anestesi lokal dilakukan dengan teknik:
a. Topikal anestesi
b. Sub konjungtiva ( sering digunakan ) obat anestesi yang dipakai Lidokain
+ Markain (1:1)
c. Retrobulbaer
d. Parabulbaer
2. Umum
Anestesi umum digunakan pada pasien yang tidak kooperatif, bayi dan anak.
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Lebih
dari bertahun- tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari
metode yang kuno hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan
dengan evolusi IOL yang digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material,
dan bahan implantasi. Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2
tipe bedah lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra
capsuler cataract ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara
umum tentang tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering
digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi.13
3.10 Komplikasi
1. Komplikasi preoperative
44
• Mual dan gastritis, dapat menderita mual dan gastritis akibat obat yang
diberikan sebelum tindakan operasi seperti acetazolamide, glycerol
sehingga dapat diberikan antasid oral untuk meredakan gejala
• Konjungtivitis iritan atau alergi, terjadi karena obat topical antibiotik yang
diberikan sebelum tindakan operasi sehingga tindakan operasi harus
ditunda sampai 2 hari dan dilakukan penghentian obat tersebut
• Abrasi kornea, terjadi karena tindakan pengukuran tonometri yang salah
sehingga harus diberikan antibiotik ointment dan tindakan ditunda selama
2 hari.
2. Komplikasi yang terjadi karena anestesi local
o Hyphema
45
o Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus
o Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang
tidak adekuat yang dapat menimbulkan komplikasi seperti penyembuhan
luka yang tidak sempurna, astigmatismus, uveitis anterior kronik dan
endoftalmitis.
o Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi.
46
• Lost lens syndrome yaitu dislokasi IOL ke vitreous cavity.12
3.4.8 PROGNOSIS
Saat operasi tidak disertai dengan penyakit mata lain sebelumnya, yang
akan mempengaruhi hasil secara signifikan seperti degenerasi makula atau
atropi saraf optik, standar ECCE yang berhasil tanpa komplikasi atau
fakoemulsifikasi memberikan prognosis penglihatan yang sangat menjanjikan
mencapai sekurang-kurangnya 2 baris snellen chart. Penyebab. Faktor risiko
utama yang mempengaruhi prognosis visual adalah adanya diabetes melitus
dan retinopati diabetik.11
47
BAB IV
ANALISIS KASUS
48
anamnesis pada pasien ini tidak terdapat riwayat penyakit yang dapat
menyebabkan retinopati seperti hipertensi atau diabetes melitus.
49
Prognosis pasien katarak umumnya baik karena katarak tidak mengancam
kehidupan, sehingga quo ad vitam bonam. Fungsi mata penderita dapat kembali
normal tergantung pembedahan dan penatalaksanaan yang tepat, sehingga pada
penderita ini prognosis quo ad functionam dubia ad bonam.
DAFTAR PUSTAKA
7. Ilyas Sidarta, dkk. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa
Kedokteran. Edisi ke-2. Jakarta: SagungSeto; 2010. hal. 6-7, 143-150
8. American Academy of Ophthalmology. Anatomy in Lens and Cataract.
Section 11. Basic and Clinical Science Course; 2007. p 5-6, 33, 50-54, 60-61
9. Ilyas Sidarta. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-3. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2009. hal. 8-9, 200-208
10. Wva Riodan Paul, Eitcher P. Jhon. Ofthalmologi Umum. Edisi 17. Penerbit
EGC. 2012
11. Sidarta I, Mailangkay H HB Hilman. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum
dan Mahasiswa Kedokteran. Jakarta. 2002. CV Sagung Seto. 2002.Hal: 491-6
12. Vaughan. Katarak dalam Ofthalmologi Umum. Jakarta. 2007
50
13. Akura, J Kaneda, dkk. Manual Sutureles Cataract Surgery Using a Claw
Vectis. J. Cataract Refract Surgery, Vol 26. April 2002.
51