Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem informasi geografi merupakan sistem informasi berbasis komputer

yang digunakan untuk mengolah atau menyimpan citra dalam bentuk data atau

informasi geografi. Data yang akan diolah pada SIG merupakan data spasial yaitu

sebuah data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang memiliki sistem

koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. Sehingga aplikasi SIG dapat

menjawab beberapa pertanyaan seperti lokasi, kondisi, trend, pola dan pemodelan.

Kemampuan inilah yang membedakan SIG dari sistem informasi lainnya. Salah satu

keunggulan yang dimiliki oleh SIG adalah kemampuan untuk melakukan interpolasi.

Perkembangan dunia ilmu pengetahuan menjadikan Sistem Informasi Geografi atau

SIG memiliki peran penting dalam kehidupan, terutama pada kegiatan memperoleh,

merekam dan mengumpulan data yang bersifat keruangan/spasial. Sistem informasi

atau data yang berbasiskan keruangan pada saat ini merupakan salah satu elemen

yang paling penting, karena berfungsi sebagai pondasi dalam melaksanakan dan

mendukung berbagai macam aplikasi. Oleh karena itu berbagai macam institusi

menginginkan untuk mendapatkan data spasial yang konsisten, tersedia serta

mempunyai aksesibilitas yang baik. Terutama yang berkaitan dengan perencanaan ke

depan, data geografis masih dirasakan mahal dan membutuhkan waktu yang lama

untuk memproduksinya.

Buffering merupakan salah satu proses dalam geoprocessing yang umum

digunakan dalam analisis SIG. Buffer atau pelebaran /penyangga adalah daerah

47
48

yang meliputi fitur (titik, garis, atau poligon) dengan jarak tertentu. Buffer biasanya

digunakan untuk mewakili suatu jangkauan pelayanan ataupun luasan yang

diasumsikan dengan jarak tertentu untuk suatu kepentingan analisis spatial. Buffer

dapat dilakukan untuk tipe feature polygon, polyline maupun point.

Buffering juga berfungsi untuk membentuk data spasial baru berupa poligon

atau zona dengan jarak tertentu dari data spasial yang menjadi masukannya. Data

spasial titik menghasilkan data spasial baru berupa lingkaran yang mengelilingi titik

tersebut, sedangkan data spasial garis akan menghasilkan data spasial baru berupa

poligon yang mengelilingi garis tersebut

B. Tujuan Praktikum

Berdasarkan latar belakang yang telah dibuat sehingga praktikan menarik

tujuan sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui dan memahami definisi dan jenis-jenis analisis buffer dalam

ilmu pemetaan.

2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana fungsi pengkelasan dalam analisis

buffer serta mengidentifikasi dari hasil analisis buffer.

C. Manfaat Praktikum

Adapun manfaat dari praktikum ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Praktis

Sebagai tambahan ilmu pengetahuan dalam mengamalkan ilmu yang telah

dipelajari dalam beberapa waktu. Bagi mahasiswa Fakultas Ilmu dan Teknologi

Kebumian diharapkan bisa tersalurkan ke pembaca lainnya.


49

2. Manfaat Teoritis

Praktikum ini bermanfaat untuk mengetahui langkah-langkah melakukan

analisis buffer dengan metode single buffer dan multiple ring buffer.

D. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dari praktikum ini adalah sebagai berikut.

1. Wilayah kajian praktikum berada di Konawe Utara.

2. Metode analisis buffer yang digunakan yaitu single buffer dan multiple ring

buffer.

3. Interval kelas yang digunakan yaitu 50, 100, 150, 200, dan 250.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Informasi Geografi (SIG)

Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu sistem pengolahan informasi

yang dibuat untuk pekerjaan memuat data tereferensi dan koordinat spasial (misalnya

peta citra satelit) Salah satu keunggulan yang dimiliki oleh SIG adalah kemampuan

untuk melakukan overlay atau tumpang tindih dari data-data atribut suatu wilayah

(Lomban dkk., 2019).

Secara umum pengertian SIG adalah Suatu komponen yang terdiri dari

perangkat keras, perangkat lunak, sumberdaya manusia dan data yang bekerja

bersama secara efektif untuk memasukan, menyimpan, memperbaiki,

memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa dan

menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis” (Rosdania dkk., 2015).

Istilah “Geografis” merupakan bagian dari spasial (keruangan). Penggunaan

kata “Geografis” mengandung pengertian suatu persoalan atau hal mengenai

(wilayah di permukaan) bumi, baik permukaan dua dimensi atau tiga dimensi. Sistem

informasi geografis adalah kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras

komputer, perangkat lunak, data geografis dan personil yang dirancang secara efisien

untuk memperoleh, menyimpan, meng-update, memanipulasi, menganalisis dan

menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi goegrafis (Putra dan Afri,

2020).

50
51

SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu

titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakan

hasilnya. Data yang akan diolah pada SIG merupakan data spasial yaitu sebuah data

yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang memiliki sistem koordinat

tertentu, sebagai dasar referensinya. Sehingga aplikasi SIG dapat menjawab beberapa

pertanyaan seperti; lokasi, kondisi, trend, pola dan pemodelan. Kemampuan inilah

yang membedakan SIG dari sistem informasi lainnya (Annugerah dkk., 2016).

Geographic Information System (GIS) atau Sistem Informasi Geografis (SIG)

diartikan sebagai sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan,

memanggil kembali, mengolah, menganalisis dan menghasilkan data bereferensi

geografis atau data geospatial, untuk mendukung pengambilan keputusan dalam

perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan

transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum lainnya. Komponen utama SIG

adalah sistem komputer, data geospatial dan pengguna (Widayani dan Kusuma,

2014).

B. Analisis Buffer

Buffering merupakan salah satu proses dalam geoprocessing yang umum

digunakan dalam analisis SIG. Buffer atau pelebaran /penyangga adalah daerah yang

meliputi fitur (titik, garis, atau poligon) dengan jarak tertentu. Buffer biasanya

digunakan untuk mewakili suatu jangkauan pelayanan ataupun luasan yang

diasumsikan dengan jarak tertentu untuk suatu kepentingan analisis spatial. Buffer

dapat dilakukan untuk tipe feature polygon, polyline maupun point (Adil, 2015).
52

Buffer adalah batasan yang ditempatkan di sekitar suatu daerah atau titik

menggunakan skala standar garis lurus (euclidean) ataupun jarak jaringan. Buffer

merupakan bentuk lain teknik analisis yang mengidentifikasi hubungan antara suatu

titik dengan area di sekitarnya atau disebut analisis faktor kedekatan. Metode Buffer

ini berguna untuk menampilkan seluruh fitur dari suatu lingkungan tempat tinggal

yang mengelilingi lokasi tertentu (Joewono dan Andrianto, 2019).

Secara anatomis Buffer merupakan sebentuk zona yang mengarah keluar dari

sebuah obyek pemetaan apakah itu sebuah titik, garis, atau area (poligon). Dengan

membuat Buffer, akan terbentuk suatu area yang melingkupi atau melindungi suatu

obyek spasial dalam peta (buffered object) dengan jarak tertentu. Jadi zona-zona

yang terbentuk secara grafis ini digunakan untuk mengidentifikasi kedekatan-

kedekatan spasial suatu obyek peta terhadap obyek-obyek yang berada di sekitarnya

(Aqli, 2011).

Analisis Proximity merupakan suatu analisis geografis yang berbasis pada

jarak antar layer, dalam analisis proximity ArcGIS menggunakan proses yang disebut

dengan buffering (membangun lapisan pendukung sekitar layer dalam jarak tertentu)

untuk menentukan dekatnya hubungan antara sifat bagian yang ada. Analisis buffer

mendasarkan pencarian lokasi pada data spasial dan atribut jarak. Metode buffer

sering digunakan sebagai alat analisis seperti ; kasus pelebaran jalan, pembuatan

jaringan pipa, pembebasan tanah, dan lain-lain. Buffer memberikan hasil berupa

informasi spasial daerah yg memenuhi kriteria serta luasan dan jarak daerah tersebut

(Hidayat, 2013).
53

Buffering juga berfungsi untuk membentuk data spasial baru berupa poligon

atau zona dengan jarak tertentu dari data spasial yang menjadi masukannya. Data

spasial titik menghasilkan data spasial baru berupa lingkaran yang mengelilingi titik

tersebut, sedangkan data spasial garis akan menghasilkan data spasial baru berupa

poligon yang mengelilingi garis tersebut (Junyar dkk., 2020).

C. Hubungan Sistem Informasi Geografi dan Analisis Buffer

Penggunaan SIG sering dimanfaatkan dalam pemetaan daerah rawan bencana

seperti pemetaan bencana banjir. Salah satu metode atau pendekatan yaitu

partisipational mapping yang selanjutnya diinterpolasikan serta dilakukan proses

scoring dan overlay dalam SIG. Manfaat yang didapat dengan menggabungkan data

gambar (peta) dengan data-data tabulasi (angka dan teks), memungkinkan SIG

menganalisis dan memodelkan mengenai bentukan fenomena yang ingin didapat

sebagai informasi perencanaan. Salah satu faktor yang dapat diukkur adalah

fenomena fenomena yang dapat diolah aplikasi teknik buffer atau buffering (Junyar

dkk., 2020).

Sistem Informasi Geografi mempunyai keistimewaan analisa yaitu analisa

overlay dan analisa proximity dimana analisa overlay merupakan proses integrasi

data dari lapisan-lapisan yang berbeda sedangkan analisa proximity merupakan

analisa geografis yang berbasis pada jarak antar layer. Analisa Spasial dilakukan

dengan meng-overlay dua peta yang kemudian menghasilkan peta baru hasil analisis

(Handayani dkk., 2017).

Analisa yang digunakan untuk melakukan identifikasi pada area di sekitar

lingkungan geografi dimana prosesnya dengan mengenerate area di sekitar lingkaran


54

buffer pada lingkungan geografi kemudian mengidentifikasi atau memilih fitur-fitur

berdasarkan pada diluar atau didalam batas buffer (Rahardjo dan Warkim, 2017).

Dalam perencanaan permukiman, banyak faktor yang dapat diukur secara

cepat dan akurat menggunakan alat bantu Sistem Informasi Geografis (SIG). Karena

kemampuannya yang dapat memadukan data gambar (peta) dengan data-data tabulasi

(angka & teks), memungkinkan SIG membuat analisa dan prediksi mengenai

fenomena-fenomena yang ingin diketahui sebagai informasi perencanaan. Salah satu

faktor yang dapat diukur adalah fenomena-fenomena yang dibaca oleh fasilitas

buffer/buffering. Fenomena yang bersifat “cakupan” atau “radius yang berdampak”

dari suatu titik, contohnya keberadaan fasos/fasum di dalam permukiman bisa

diketahui melalui fitur buffer tersebut (Aqli, 2017).

Operasi buffer di dalam ArcView bukanlah bagian dari Geoprocessing, namun

buffer merupakan salah satu analisis spatial yang sering digunakan. Buffer biasanya

digunakan untuk mewakili suatu jangkauan pelayanan ataupun luasan yang

diasumsikan dengan jarak tertentu untuk suatu kepentingan analisis spasial. Buffer

dapat dilakukan unutk tipe feature polygon, polyline maupun point. Pembuatan

buffer membutuhkan penentuan jarak dalam satuan yang terukur (meter atau

kilometer..), untuk itu distance units dari theme/feature harus ditentukan terlebih

dahulu melalui pulldown menu (Adil, 2017).


BAB III
PROSEDUR KERJA

A. Membuka software ArcMap 10.8.

B. Memasukkan data yang akan diolah yaitu shp. Jalan, shp. Sungai, dan shp. Garis

pantai pada Kabupaten Konawe Utara.

C. Pada menu geoprocessing mengklik buffer. Kemudian memasukkan features

yang akan diolah yaitu data shapefile, selanjutnya pada linear unit memasukkan

kelas interval mulai dari 50 dengan satuan meter dan mengklik ok. Lakukan

secara berulang pada kelas100, 150, 200, dan 250 meter.

55
56

D. Selanjutnya untuk tahapan multiple ring buffer yaitu mengklik menu search,

kemudian mencari buffer selanjutnya mengklik multiple ring buffer.

E. Memasukkan input features yaitu shapefile yang akan diolah, kemudian pada

distance memasukkan kelas interval secara berurutan mulai dari 50, 100, 150,

200, dan 250. Selanjutnya pada buffer unit memilih meters.


57

F. Lakukan langkah sebelumnya pada shapefile jaringan sungai dan garis pantai

dengan kelas yang sama.

G. Setelah analisis buffer dilakukan pada semua shapefile, selanjutnya menghitung

luasan data pada tiap kecamatan yaitu dengan mengklik intersect dan

memasukkan administrasi Kabupaten Konawe dan shapefile jaringan jalan hasil

analisis multiple ring buffer


58

H. Melakukan dissolve pada hasil intersect, pada dissolve fiel memilih disctance dan

kecamatan kemudian mengklik ok.


BAB IV
METODOLOGI

A. Waktu dan Lokasi Praktikum

Praktikum SIG Pemodelan acara 2 analisis buffer dilaksanakan pada hari

Sabtu, 19 November 2021 pada pukul 10.00 sampai 13.30. Praktikum ini

dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Universitas

Halu Oleo.

Wilayah yang digunakan pada praktikum ini yaitu Kabupaten Konawe Utara.

Secara astronomis Kabupaten Konawe Utara terletak di bagian selatan Khatulistiwa,

melintang dari Utara ke Selatan antara 02°97’ dan 03°86’ LS, membujur dari Barat

ke Timur antara 121°49’ dan 122°49’ BT. Letak geografis Kabupaten Konawe Utara

yaitu sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Morowali dan Kecamatan Routa,

sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Morowali dan Laut Bana, kemudian

sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Bondoala, Kecamatan Amonggedo,

Kecamatan meluhu, Kecamatan Anggaberi, Kecamatan Tongauna dan Kecamatan

Abuki, dan di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Latona, Kabupaten

Konawe dan Kabupaten Kolaka Utara.

Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kota Kendari pada tahun 2021 Kabupaten

Konawe Utara memiliki jumlah penduduk sebesar 67.871 jiwa.

59
60

Gambar 10. Peta Lokasi Kabupaten Konawe Utara


61

B. Alat Praktikum

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 3. Alat praktikum dan kegunaannya


No Alat Kegunaan
1 Flashdisk Sebagai media menyimpan data
2 ArcGIS Sebagai media mengolah data

C. Bahan Praktikum

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 4. Bahan praktikum dan kegunaannya


No Bahan Kegunaan
Shapefile Kabupaten Konawe Utara Skala
1 Sebagai data yang akan diolah
1:50.000
Shapefile Jaringan Jalan Kabupaten
2 Sebagai data yang akan diolah
Konawe Utara
Shapefile Sungai Kabupaten Konawe
3 Sebagai data yang akan diolah
Utara
Shapefile Garis pantai Kabupaten Konawe
4 Sebagai data yang akan diolah
Utara

D. Data Praktikum

1. Data Primer

Data primer adalah data pertama kali yang dikumpulkan oleh peneliti melalui

upaya pengambilan data di lapangan langsung. Karena hal inilah data primer disebut

data pertama atau data mentah.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan berbagai informasi yang telah ada sebelumnya dan

dengan sengaja dikumpulkan oleh peneliti yang digunakan untuk melengkapi

kebutuhan data penelitian. Data sekunder yang digunakan pada praktikum ini adalah

shp. Kabupaten Konawe Utara, shp. Jaringan jalan, shp. Sungai, dan shp. Garis

pantai.
62

E. Tahapan Praktikum

1. Tahapan Persiapan

Tahapan persiapan yang dilakukan dalam praktikum ini adalah pertama

menyiapkan alat dan bahan praktikum seperti pada Tabel 1 dan Tabel 2.

2. Tahapan Literatur

Pada praktikum ini literatur yang digunakan yaitu jurnal yang dipublish 5

tahun terakhir. Jurnalnya yaitu mengenai sistem informasi geografi, analisis buffer,

dan hubungan antara sistem informasi geografi dan analisis buffer.

3. Tahapan Single Buffer

Single buffer merupakan tahapan membuat area dengan jarak tertentu dengan

menggunakan interval kelas yaitu 50, 100, 150, 200, dan 250 dengan satuan meter.

Pada menu ArcToolbox memilih analysis tools kemudian mengklik proximity,

selanjutnya mengklik buffer dan memasukkan interval kelas satu persatu serta

memilih satuan yang digunakan.

4. Tahapan Multiple Ring Buffer

Multiple ring buffer merupakan tahapan membuat lebih dari satu buffer

dengan jarak interval tertentu dimana interval kelas yang digunakan yaitu 50, 100,

150, 200, dan 250 dengan satuan meter. Pada menu ArcToolbox memilih analysis

tools kemudian mengklik proximity, selanjutnya multiple ring buffer dan

memasukkan interval kelas sekaligus lima serta memilih satuan yang digunakan.
63
BAB V
HASIL

Gambar 11. Peta Analisis Mutiple Ring Buffer Jaringan Jalan Kabupaten Konawe Utara
64
65

Gambar 12. Peta Analisis Multiple Ring Buffer Jaringan Sungai Kabupaten Konawe Utara
66
67

Gambar 13. Peta Analisis Multiple Ring Buffer Garis Pantai Kabupaten Konawe Utara
68

Tabel 5. Analisis Buffer Jaringan Jalan


No Klasifikasi Kecamatan Luasan
Andowia 297.596907 Ha
Asera 1174.693242 Ha
Landawe 940.75387 Ha
Langkikima 1186.1521 Ha
Lasolo 210.868049 Ha
Lasolo Kepulauan 7.8838644 Ha
1 50 Lembo 231.916218 Ha
Molawe 576.074357 Ha
Motui 148.795911 Ha
Oheo 309.726402 Ha
Sawa 194.953174 Ha
Wawolesea 136.73966 Ha
Wiwirano 754.116231 Ha
Andowia 275.726477 Ha
Asera 1166.820168 Ha
Landawe 933.999675 Ha
Langkikima 1150.800725 Ha
Lasolo 181.896883 Ha
Lasolo Kepulauan 8.692412 Ha
2 100 Lembo 219.701263 Ha
Molawe 555.594856 Ha
Motui 146. 98063 Ha
Oheo 306.63171 Ha
Sawa 192.827154 Ha
Wawolesea 144.077446 Ha
Wiwirano 722.67463 Ha
Andowia 245.886245 Ha
Asera 1156.538818 Ha
Landawe 927.344567 Ha
Langkikima 1104.275506 Ha
Lasolo 162.153356 Ha
Lasolo Kepulauan 6.365179 Ha
3 150 Lembo 210.897279 Ha
Molawe 529.424553 Ha
Motui 143.605556 Ha
Oheo 303.200101 Ha
Sawa 187. 025619 Ha
Wawolesea 138.369627 Ha
Wiwirano 687.420208 Ha
4 200 Andowia 224.860034 Ha
Asera 1141.008954 Ha
Landawe 914.419835 Ha
Langkikima 1051.513112 Ha
Lasolo 144.834097 Ha
Lasolo Kepulauan 6.653116 Ha
Lembo 201.849234 Ha
Molawe 501.204529 Ha
Motui 140.033958 Ha
Oheo 298.107021 Ha
Sawa 180.817842 Ha
Wawolesea 132.972125 Ha
69

Wiwirano 655.59951 Ha
Andowia 219.549598 Ha
Asera 1124.038024 Ha
Landawe 894.819591 Ha
Langkikima 995.6534 Ha
Lasolo 134.673029 Ha
Lasolo Kepulauan 7.501093 Ha
5 250 Lembo 191.21497 Ha
Molawe 480.932001 Ha
Motui 135.177653 Ha
Oheo 293.491482 Ha
Sawa 176.854244 Ha
Wawolesea 130.337346 Ha
Wiwirano 628.628878 Ha
70

Tabel 6. Analisis Buffer Jaringan Sungai


No Klasifikasi Kecamatan Luasan
Andowia 868.406548 Ha
Asera 11802.71446 Ha
Landawe 2824.961386 Ha
Langkikima 1977.547227 Ha
Lasolo 840.569206 Ha
Lasolo Kepulauan 1743.615076 Ha
1 50 Lembo 727.158049 Ha
Molawe 2480.775126 Ha
Motui 250.703825 Ha
Oheo 2814.157253 Ha
Sawa 481.790979 Ha
Wawolesea 400.244309 Ha
Wiwirano 2829.388 Ha
Andowia 863.506748 Ha
Asera 12058.114004 Ha
Landawe 2880.20864 Ha
Langkikima 1968.020057 Ha
Lasolo 866.654345 Ha
Lasolo Kepulauan 1810.485443 Ha
2 100 Lembo 727.702936 Ha
Molawe 2476.07635 Ha
Motui 261.678653 Ha
Oheo 2879.824871 Ha
Sawa 477.418251 Ha
Wawolesea 401.542863 Ha
Wiwirano 2993.966741 Ha
Andowia 851.590574 Ha
Asera 11862.723739 Ha
Landawe 2773.329269 Ha
Langkikima 1902.202517 Ha
Lasolo 856.646428 Ha
Lasolo Kepulauan 1676.581578 Ha
3 150 Lembo 689.818727 Ha
Molawe 2408.029701 Ha
Motui 257.819992 Ha
Oheo 2808.059544 Ha
Sawa 456.893832 Ha
Wawolesea 398.492815 Ha
Wiwirano 2882.827418 Ha
4 200 Andowia 837.930273 Ha
Asera 11292.806822 Ha
Landawe 2539.888364 Ha
Langkikima 1792.135877 Ha
Lasolo 833.247698 Ha
Lasolo Kepulauan 1432.375199 Ha
Lembo 652.834704 Ha
Molawe 2281.082941 Ha
Motui 249.109988 Ha
Oheo 2611.56751 Ha
Sawa 432.402622 Ha
71

Wawolesea 385.442444 Ha
Wiwirano 2575.737078 Ha
Andowia 827.077292 Ha
Asera 10471.115228 Ha
Landawe 2306.260435 Ha
Langkikima 1671.376336 Ha
Lasolo 785.948822 Ha
Lasolo Kepulauan 1172.1143 Ha
5 250 Lembo 629.647648 Ha
Molawe 2127.235552 Ha
Motui 234.039203 Ha
Oheo 2389.519615 Ha
Sawa 411.053441 Ha
Wawolesea 371.489009 Ha
Wiwirano 2251.124113 Ha
72

Tabel 7. Analisis Buffer Garis Pantai


No Klasifikasi Kecamatan Luasan
Lasolo Kepulauan 347.530014 Ha
Lembo 61.075749 Ha
Molawe 331.375584 Ha
1 50 Motui 19. 369053 Ha
Sawa 29.296334 Ha
Wawolesea 44.700684 Ha
Wiwirano 61.059642 Ha
Landawe 74.115845 Ha
Langkikima 208.08269 Ha
Lasolo 22.763147 Ha
Lasolo Kepulauan 496. 054795 Ha
Lembo 72.974422 Ha
2 100
Molawe 403.421138 Ha
Motui 29.478406 Ha
Sawa 42.278014 Ha
Wawolesea 50.371232 Ha
Wiwirano 61.444547 Ha
Landawe 75.901904 Ha
Langkikima 220.532392 Ha
Lasolo 26.716564 Ha
Lasolo Kepulauan 539.429778 Ha
Lembo 73.489991 Ha
3 150
Molawe 408.997029 Ha
Motui 30.121974 Ha
Sawa 44.995532 Ha
Wawolesea 50.784918 Ha
Wiwirano 61.696491 Ha
Landawe 78.228772 Ha
Langkikima 221.032055 Ha
Lasolo 29.564621 Ha
Lasolo Kepulauan 534.801094 Ha
Lembo 72.036985 Ha
4 200
Molawe 392.385095 Ha
Motui 30.006403 Ha
Sawa 44.875828 Ha
Wawolesea 50.447192 Ha
Wiwirano 61.945687 Ha
Landawe 77.40088 Ha
Langkikima 219.50022 Ha
Lasolo 31.488883 Ha
Lasolo Kepulauan 531.141265 Ha
Lembo 70.382773 Ha
5 250
Molawe 378.492116 Ha
Motui 30.042168 Ha
Sawa 44.755871 Ha
Wawolesea 50.115844 Ha
Wiwirano 62.196027 Ha
73
BAB VI
PEMBAHASAN

Buffer merupakan sebentuk zona yang mengarah keluar dari sebuah obyek

pemetaan apakah itu sebuah titik, garis, atau area (poligon). Dengan membuat Buffer,

akan terbentuk suatu area yang melingkupi atau melindungi suatu obyek spasial

dalam peta (buffered object) dengan jarak tertentu. Jadi zona-zona yang terbentuk

secara grafis ini digunakan untuk mengidentifikasi kedekatan-kedekatan spasial suatu

obyek peta terhadap obyek-obyek yang berada di sekitarnya.

Buffering juga berfungsi untuk membentuk data spasial baru berupa poligon

atau zona dengan jarak tertentu dari data spasial yang menjadi masukannya. Data

spasial titik menghasilkan data spasial baru berupa lingkaran yang mengelilingi titik

tersebut, sedangkan data spasial garis akan menghasilkan data spasial baru berupa

poligon yang mengelilingi garis tersebut.

Jaringan jalan pada Kabupaten Konawe Utara tersebar di 12 Kecamatan

dimana tiap interval kelas memiliki luas yang berbeda di tiap kecamatan. Pada kelas

50 meter wilayah terluas terdapat di Kecamatan Asera senilai 1174.69 Ha, sedangkan

terkecil berada di Kecamatan Lasolo Kepulauan dengan luas 7.88 Ha. Kemudian

pada kelas 100 meter wilayah terluas terdapat di Kecamatan Asera yaitu 1166.82 Ha,

sedangkan wilayah terkecil yaitu Kecamatan Lasolo Kepulauan. Pada kelas 150

meter luasan terbesar berada di Kecamatan Asera seluas 1156.53 Ha, dengan luasan

terkecil berada di Kecamatan Lasolo Kepulauan seluas 6.36 Ha. Selanjutnya pada

kelas 200 luasan terbesar wilayahnya sama dengan 3 kelas sebelumnya yaitu

Kecamatan Asera seluas 1141.00 Ha dan luasan terkecil juga

74
75

tetap pada Kecamatan Lasolo Kepulauan seluas 6.36 Ha. Terakhir, untuk kelas 250

luasan terbesar yaitu tetap Kecamatan Asera dengan luas sebesar 1124.03 Ha,

sedangkan luasan terkecil yaitu Kecamatan Lasolo Kepulauan dengan luas sebesar

7.50 Ha.

Jaringan sungai pada Kabupaten Konawe Utara dari kelima kelas yaitu 50,

100, 150, 200, dan 250 untuk luasan terbesar berada pada Kecamatan Asera dengan

luas yang berbeda-beda tiap kelas, begitu pula untuk luasan terkecil berada pada

Kecamatan Motui dengan luas yang berbeda pada tiap kelas. Pada kelas 50 meter

luasan terbesar senilai 11802 Ha dan untuk luasan terkecil yaitu 250.70 Ha.

Kemudian pada kelas 100 meter luasan terbesar senilai 12058 Ha, sedangkan luasan

terkecil 261.67 Ha. Pada kelas 150 meter untuk luasan terbesar yaitu 11862.72 Ha

dan untuk luasan terkecil yaitu 257.81 Ha. Selanjutnya pada kelas 200 meter, luasan

jaringan sungai terbesar yaitu 11292.80 Ha, sedangkan untuk luasan terkecil yaitu

senilai 149.109 Ha. Terakhir, untuk kelas 250 meter luasan terbesar seluas 10471 Ha,

dan luasan terkecil seluas 234.03 Ha.

Garis pantai mencakup 10 Kecamatan pada Kabupaten Konawe Utara dengan

tiap kelas pada tiap kecamatan memiliki luas yang berbeda. Pada kelas 50 meter

luasan terbesar berada di Kecamatan Lasolo Kepulauan seluas 347.53 Ha dan luasan

terkecil berada di Kecamatan Motui seluas 19.36 Ha. Kemudian untuk kelas 100

meter luasan terbesar berada di Kecamatan Lasolo Kepulauan dengan luas 496.05 Ha

dan luasan terkecil berada di Kecamatan Lasolo seluas 22.76 Ha. Pada kelas 150

meter untuk luasan terbesar berada di Kecamatan Lasolo Kepulauan dengan luas

539.42 Ha dan luasan terkecil berada di Kecamatan Lasolo seluas 26.71 Ha.
76

Selanjutnya pada kelas 200 meter untuk luasan terbesar berada di Kecamatan Lasolo

Kepulauan dengan total luas sebesar 534.80 Ha dan luasan terkecil di Kecamatan

Lasolo Kepulauan seluas 78.22. Terakhir, pada kelas 250 meter untuk luasan terbesar

berada di Kecamatan Lasolo Kepulauan seluas 531.14 Ha dan luasan terkecil berada

di Kecamatan Motui dengan luas sebesar 30.04 Ha.


BAB VII
PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari hasil praktikum ini adalah sebagai berikut.

1. Dalam pemetaan analisis buffer terbagi atas dua jenis yaitu single buffer yang

berfungsi untuk membuat area dengan jarak tertentu dari suatu obyek, serta

multiple ring buffer yang berfungsi untuk membuat lebih dari satu buffer dengan

jarak interval tertentu dari suatu obyek.

2. Dalam analisis buffer data yang diolah berupa data vektor dalam bentuk titikm

garis, dan area. Pada praktikum ini interval kelas yang digunakan ada lima yaitu

50, 100, 150, 200, dan 250 dengan satuan meter. Analisis buffer dilakukan pada

jaringan jalan, jaringan sungai dan garis pantai di Kabupaten Konawe Utara yang

terdiri dari 12 kecamatan, dimana pada kelas interval mencakup tiap-tiap

kecamatan dan memiliki luasan yang berbeda.

B. Saran

Adapun saran dari praktikum ini adalah sebagai berikut.

1. Saran untuk Dosen

Untuk dosen terima kasih atas segala materi yang telah diberi sehingga

praktikan lebih bisa menguasai materi dan mendapatkan ilmu yang bermanfaat.

2. Saran untuk Asisten

Saran untuk asisten diharapkan kedepannya dalam menjelaskan agar lebih

jelas dan tidak terburu-buru.

77
78

3. Saran untuk Praktikan

Untuk praktikan sebaiknya tidak telat dan tepat waktu saat konsul.

Selain itu, sebaiknya praktikan agar lebih menguasai teori dan tidak hanya

sekedar lancar di praktikum saja.

Anda mungkin juga menyukai

  • Acara 4
    Acara 4
    Dokumen39 halaman
    Acara 4
    Panekuk Kimchi
    Belum ada peringkat
  • Acara 3
    Acara 3
    Dokumen21 halaman
    Acara 3
    Panekuk Kimchi
    Belum ada peringkat
  • Acara 1
    Acara 1
    Dokumen23 halaman
    Acara 1
    Panekuk Kimchi
    Belum ada peringkat
  • Acara 2
    Acara 2
    Dokumen28 halaman
    Acara 2
    Panekuk Kimchi
    Belum ada peringkat
  • Acara 5
    Acara 5
    Dokumen43 halaman
    Acara 5
    Panekuk Kimchi
    Belum ada peringkat
  • Acara 4
    Acara 4
    Dokumen44 halaman
    Acara 4
    Panekuk Kimchi
    Belum ada peringkat
  • Acara 3
    Acara 3
    Dokumen48 halaman
    Acara 3
    Panekuk Kimchi
    Belum ada peringkat
  • Acara 1
    Acara 1
    Dokumen51 halaman
    Acara 1
    Panekuk Kimchi
    Belum ada peringkat