Anda di halaman 1dari 12

ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8 NO.

1,Januari, 2019

UJI DIAGNOSTIK TES SEROLOGI WIDAL DIBANDINGKAN


DENGAN TES IGM ANTI SALMONELLA TYPHI SEBAGAI BAKU
EMAS PADA PASIEN SUSPECT DEMAM TIFOID DI RUMAH
SAKIT SURYA HUSADHA PADA BULAN JANUARI SAMPAI
DENGAN DESEMBER 2013
Anak Agung Putri Satwika1, A.A. Wiradewi Lestari2
1
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
2
Bagian/SMF Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit
Umum Pusat Sanglah

ABSTRAK

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut sistemik yang disebabkan oleh
bakteri gram negatif Salmonella enterica serotype Typhi (Salmonella typhi), yang
hingga saat ini masih memiliki angka morbiditas dan mortaliatas yang tinggi di dunia
khususnya di negara berkembang salah satunya Indonesia. Metode diagnosis cepat dan
tepat perlu dilakukan sedini mungkin pada pasien yang dicurigai mengalami demam
tifoid sehingga pasien segera mendapatkan penanganan yang tepat. Tes Widal dan tes
IgM Anti Salmonella typhi merupakan pemeriksaan penunjang yang sering digunakan
untuk menegakkan diagnosis demam tifoid. Berdasarkan penelitian sebelumnya,
diketahui bahwa tes IgM Anti Salmonella typhi memiliki sensitivitas, spesifisitas, PPV
dan NPV yang tinggi. Penelitian ini merupakan penelitian uji diagnostik dengan
menggunakan rancangan penelitian cross-sectional, yang dilakukan di Rumah Sakit
Surya Husadha pada Bulan Januari sampai dengan Desember 2013. Tujuan penelitian
adalah untuk mengetahui sensitivitas, spesifisitas, PPV dan NPV tes Widal jika
dibandingkan dengan tes IgM Anti Salmonella typhi sebagai baku emas. Pada penelitian
diperoleh bahwa dari 203 sampel, terdapat 17 sampel (8%) yang positif dan 186 sampel
(92%) yang negatif terdapat antibodi terhadap antigen Salmonella typhi O. Sedangkan
27 sampel (13%) yang positif dan 176 sampel (87%) yang negatif terdapat antibodi
terhadap antigen Salmonella typhi H. Pada tes IgM Anti Salmonella typhi, terdapat 104
sampel (51%) yang positif dan 99 sampel (49%) yang negatif. Dengan menggunakan
cross tabulation maka diperoleh sensitivitas, spesifisitas, PPV dan NPV dari tes Widal
khususnya untuk Salmonella typhi O secara berturut-turut yaitu 14,6%, 98%, 88,2% dan
52,7%. Sedangkan sensitivitas, spesifisitas, PPV dan NPV dari tes Widal khususnya
untuk Salmonella typhi H secara berturut-turut yaitu 20%, 94%, 78% dan 53%.

Kata kunci : Demam Tifoid, Widal, IgM Anti Salmonella typhi

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8 NO.1,Januari, 2019

DIAGNOSTIC TEST OF WIDAL SEROLOGY TEST COMPARED


TO IGM ANTI-SALMONELLA TYPHI TEST AS A GOLD
STANDARD TO PATIENT THAT SUSPECTED OF TYPHOID
FEVER AT SURYA HUSADHA HOSPITAL IN JANUARY TO
DECEMBER 2013
ABSTRACT

Typhoid fever is an acute systemic infection caused by gram-negative bacteria


Salmonella enterica serotype Typhi (Salmonella typhi), which still has the morbidity
and high mortality in the world, especially in developing countries, such as Indonesia.
Rapid diagnosis and appropriate methods need to be done as early as possible in patients
suspected of having typhoid fever so that patients get proper treatment immediately.
Widal test and IgM Anti-Salmonella typhi test is the investigation that often used for the
diagnosis of typhoid fever. Based on previous research, it is known that the IgM Anti-
Salmonella typhi test had high sensitivity, specificity, PPV and NPV. This study is using
a diagnostic test with cross sectional design that conducted at Surya Husadha Hospital
in January until December 2013. The purpose of this study is for knowing the
sensitivity, specificity, PPV and NPV of the Widal test in comparison with IgM Anti-
Salmonella typhi test as a gold standard. In the study showed that of the 203 samples,
there are 17 positive samples (8%) and 186 negative samples (92%) with antibodies
against Salmonella typhi O antigen, while there are 27 positive samples (13%) and 176
negative samples (87%) with antibodies against antigens of Salmonella typhi H. In IgM
Anti-Salmonella typhi test, there are 103 positive samples (51%) and 100 negative
samples (49%) with antibodies of Anti-Salmonella typhi. By using the cross tabulation
that found sensitivity, specificity, PPV and NPV of Widal test especially for Salmonella
typhi O are 14.6%, 98%, 88.2% and 52.7%. While the sensitivity, specificity, PPV and
NPV of Widal test especially for Salmonella typhi H are 20%, 94%, 78% and 53%.

Keywords : Typhoid Fever, Widal Test, IgM Anti-Salmonella typhi Tes

PENDAHULUAN khususnya di negara berkembang karena


penyebarannya yang berkaitan erat
Demam tifoid merupakan suatu penyakit
dengan urbanisasi, kepadatan penduduk,
infeksi akut sistemik yang disebabkan
kesehatan lingkungan, sumber air dan
oleh bakteri gram negatif Salmonella
sanitasi yang buruk.1
enterica serotype Typhi (Salmonella
typhi). Penyakit ini merupakan penyakit Demam tifoid menjadi salah satu

menular yang dapat terjadi baik di masalah kesehatan global yang memiliki

negara beriklim tropis maupun sub angka morbiditas dan mortalitas yang

tropis. Hingga saat ini, penyakit demam cukup tinggi. Penyakit ini merupakan

tifoid masih menjadi masalah kesehatan penyakit endemik di kawasan

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8 NO.1,Januari, 2019

subkontinental India termasuk terhadap keluhan-keluhan tersebut


Bangladesh, Asia Tenggara dan Asia menyebabkan sulitnya diagnosis apabila
Timur, Timur Tengah, Afrika, dan hanya ditegakkan melalui anamnesis.
Amerika Selatan. Kasus demam tifoid Sehingga diperlukan suatu pemeriksaan
yang terjadi di dunia diperkirakan penunjang untuk membantu menegakkan
mencapai 33 juta kasus setiap tahunnya, diagnosis pasti. Keterlambatan
dimana kasus terbanyak terjadi di negara menegakkan diagnosis demam tifoid
berkembang yang berada di kawasan juga cukup sering terjadi, disebabkan
Asia Tenggara dan Afrika.2 Laju oleh masa inkubasi penyakit yang dapat
mortalitas tertinggi (diatas 12% - 13%) berlangsung selama 10-14 hari bahkan
dilaporkan terdapat di Indonesia, Nigeria lebih panjang mencapai 30 hari. Selain
dan India dengan case fatality rate itu, keterlambatan penegakan diagnosis
tertinggi yaitu pada pasien >30 tahun juga dipengaruhi oleh metode
dan <1 tahun. Di Indonesia yang pemeriksaan penunjang yang digunakan.
merupakan salah satu negara Oleh karena itu, diperlukan metode
berkembang di kawasan Asia Tenggara diagnosis cepat dan tepat serta dilakukan
terdapat 900.000 kasus dengan angka sedini mungkin pada pasien yang
kematian sekitar 20.000 kasus.2 dicurigai mengalami demam tifoid
Tingginya angka mortalitas disebabkan sehingga pasien segera mendapatkan
oleh komplikasi yang dapat terjadi pada penanganan yang tepat, mengingat
hampir semua organ utama tubuh berupa komplikasi yang dapat terjadi serta
komplikasi intra-intestinal dan ekstra- morbiditas dan mortalitas yang cukup
intestinal seperti pada sistem tinggi pada pasien demam tifoid.6
kardiovaskular, darah, paru, hepatobilier, Pemeriksaan penunjang yang umumnya
3
ginjal, tulang serta neuropsikiatrik. digunakan untuk menegakkan diagnosis
Demam tifoid memiliki salah satu demam tifoid adalah pemeriksaan
keluhan utama berupa demam yang laboratorium. Mengingat demam
merupakan suatu gejala tidak spesifik merupakan suatu tanda utama terjadinya
mengingat terdapat banyak penyakit infeksi, maka kultur darah dipilih
infeksi yang memiliki keluhan berupa menjadi gold standar pemeriksaan
demam seperti malaria dan dengue laboratorium untuk menegakkan
fever.4,5 Banyaknya diagnosis banding diagnosis demam tifoid. Namun

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8 NO.1,Januari, 2019

pemeriksaan kultur darah tersebut minggu pertama karena umumnya


memiliki kelemahan diantaranya aglutinin muncul pada hari ke-8 dan hari
memerlukan biaya yang mahal, ke-10 hingga ke-12 setelah onset
memerlukan waktu yang cukup lama demam. Umumnya aglutinin akan
yaitu kurang lebih satu minggu, serta meningkat cepat dan mencapai puncak
terkadang memberikan hasil yang tidak pada minggu ke-4 dan akan tetap tinggi
selalu tepat.7 Meskipun demikian, pada beberapa minggu. Oleh karena itu,
terdapat pemeriksaan laboratorium lain jika tes Widal digunakan sebagai satu-
berupa tes serologi yang memerlukan satunya pemeriksaan penunjang untuk
waktu yang lebih singkat dan biaya yang menegakkan diagnosis demam tifoid
relatif lebih murah dibandingkan dengan pada negara endemik seperti Indonesia,
kultur darah seperti tes Widal dan tes maka akan memberikan hasil yang
IgM anti Salmonella typhi. Kedua tes kurang akurat dengan banyaknya hasil
tersebut sudah cukup umum digunakan false-positive maupun false-negative.8
untuk mendiagnosis demam tifoid, Sedangkan, IgM anti Salmonella typhi
khususnya tes Widal yang sudah banyak merupakan tes serologi lainnya yang
digunakan di dunia termasuk di negara dapat digunakan untuk membantu
berkembang.5 menegakkan diagnosis demam tifoid.
Tes Widal merupakan tes serologi yang Tes ini mendeteksi antibodi anti-
rutin digunakan untuk menegakkan Salmonella typhi O9 pada serum pasien.
diagnosis demam tifoid mengingat tes Hasil positif tes ini menunjukkan
Widal merupakan salah satu modalitas terdapat infeksi Salmonella serogroup D.
uji diagnosis yang relatif murah, mudah Respon imun terhadap antigen O9
dikerjakan dan memberikan hasil yang berlangsung cepat sehingga deteksi
cepat. Pada tes Widal dilakukan terhadap anti-O9 oleh tes IgM anti
pemeriksaan reaksi antigen kuman Salmonella typhi dapat dilakukan lebih
Salmonella typhi dengan antibodi dini yaitu pada hari ke 4-5 untuk infeksi
aglutinin, dimana semakin tinggi primer dan hari ke 2-3 untuk infeksi
titernya, maka semakin besar sekunder.3 Tes IgM anti Salmonella
kemungkinan terinfeksi kuman typhi ini hanya dapat digunakan untuk
Salmonella typhi tersebut.3 Namun tes mendeteksi IgM sehingga sangat akurat
Widal hanya dapat dilakukan mulai akhir dalam mendeteksi infeksi akut dan baik

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8 NO.1,Januari, 2019

digunakan pada daerah endemik seperti BAHAN DAN METODE


Indonesia.9 Selain itu, tes IgM anti
Penelitian ini merupakan penelitian uji
Salmonella typhi merupakan tes yang
diagnostik dengan menggunakan
cukup sederhana dan memerlukan waktu
rancangan penelitian cross-sectional.
singkat (lima menit), namun
Sampel merupakan data hasil
memerlukan biaya yang lebih mahal
laboratorium pasien yang melakukan tes
dibandingkan tes Widal.7 Sensitivitas
widal dan tes IgM anti Salmonella typhi
dan spesifisitas tes IgM anti Salmonella
untuk menegakkan diagnosis demam
typhi cukup tinggi dibandingkan dengan
tifoid di Rumah Sakit Surya Husadha
tes Widal, dimana pada penelitian
Denpasar pada bulan Januari sampai
Kawano dkk. pada tahun 2006 di
Desember 2013. Data pasien dengan
Filipina diperoleh sensitivitas sebesar
hasil laboratorium tidak lengkap dan
94,7% dan spesifitas sebesar 80,4%.
hasil tes widal yang positif terinfeksi
Sedangkan pada penelitian yang
Salmonella paratyphi diekslusi dari
dilakukan oleh Ley dkk. pada tahun
penelitian ini. Sampel tersebut diambil
2011 di Tanzania diperoleh sensitivitas
dengan menggunakan metode non
dan spesifisitas tes IgM anti Salmonella
probability sampling dengan jenis
typhi masing-masing 79% dan 89%.6
consecutive sampling. Data tersebut
Pada tahun 2006, di Jakarta, Surya H,
kemudian diolah dan dianalisis secara
dkk. membandingkan sensitivitas,
deskriptif dengan bantuan perangkat
spesifisitas, positive predictive value
lunak Microsoft Excel 2007 untuk
(PPV) dan negative predictive value
mengetahui distribusi frekuensi dari
(NPV) tes IgM anti Salmonella typhi
jumlah kasus, usia, jenis kelamin dan
dengan tes Widal secara berturut-turut
hasil pemeriksaan tes widal dan tes IgM
yaitu 100% (Widal : 53,1%), 90%
anti Salmonella typhi. Selain itu, data
(Widal : 65%), 94,11% (Widal : 70,8%),
juga disajikan dalam bentuk cross
100% (Widal : 46,4%).3 Berdasarkan
tabulation untuk memudahkan
data-data tersebut, maka penulis tertarik
menghitung sensitivitas, spesifisitas,
untuk mengatahui sensitivitas,
PPV dan NPV tes widal dibandingkan
spesifisitas, PPV dan NPV tes Widal
dengan tes IgM anti Salmonella typhi.
dibandingkan dengan tes IgM anti
Salmonella typhi sebagai baku emas.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8 NO.1,Januari, 2019

HASIL Tabel 2 : Jenis Kelamin Pasien Suspect


Demam Tifoid yang Melakukan Tes
Jumlah pasien suspect demam tifoid Serologi Widal dan Tes IgM Anti
Salmonella typhi di Rumah Sakit Surya
yang melakukan tes Widal Husadha Tahun 2013
dikombinasikan dengan tes IgM Anti Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Salmonella typhi pada bulan Januari Lelaki 92 45%
sampai Desember 2013 yaitu sebanyak Perempuan 111 55%

203 pasien dengan jumlah yang Selain itu, pasien-pasien tersebut juga
bervariasi setiap bulannya (Tabel 1). berasal dari berbagai kategori usia.
Tabel 1 : Jumlah Kasus Suspect Demam Pembagian kategori usia dilakukan
Tifoid yang Melakukan Tes Widal dan
Tes IgM Anti Salmonella typhi di Rumah berdasarkan Depkes RI tahun 2009 yang
Sakit Surya Husadha Tahun 2013 menyatakan bahwa kategori usia balita
adalah mereka yang berusia 0-5 tahun,
Bulan Jumlah Jumlah Kasus
Kasus (%) kanak-kanak 5-11 tahun, remaja 12-25
Januari 28 14% tahun, dewasa 26-45 tahun, lansia 46-65
Februari 17 8%
Maret 26 13% tahun dan manula yaitu lebih dari 65
April 16 8% tahun.10 Berdasarkan data yang
Mei 24 12%
Juni 7 3% diperoleh, jumlah pasien suspect demam
Juli 13 6% tifoid yang melakukan kedua jenis
Agustus 16 8%
September 13 6% pemeriksaan tersebut didominasi oleh
Oktober 9 4% kategori usia dewasa (Tabel 3).
November 14 7%
Desember 20 10%
Tabel 3 : Kategori Usia Pasien Suspect
Total 203 100%
Demam Tifoid yang Melakukan Tes
Serologi Widal dan Tes IgM Anti
Dari 203 pasien tersebut, tercatat bahwa Salmonella typhi di Rumah Sakit Surya
Husadha Tahun 2013
pasien perempuan lebih banyak
dibandingkan dengan lelaki, dengan Kategori Usia Jumlah
Balita 2
jumlah dan persentase yang dinyatakan
Kanak-kanak 5
dalam Tabel 2 berikut. Remaja 55
Dewasa 81
Lansia 49
Manula 11

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8 NO.1,Januari, 2019

Terdapat variasi hasil pemeriksaan dari Tabel 5 : Cross Tabulation Hasil Tes
Widal (Salmonella typhi O) dan Tes
203 pasien suspect demam tifoid
IgM Anti Salmonella typhi pada pasien
melakukan tes Widal dan tes IgM Anti suspect demam tifoid di Rumah Sakit
Surya Husadha Tahun 2013
Salmonella typhi untuk menegakkan
diagnosis demam tifoid, dengan hasil IgM Anti S. typhi
masing-masing pemeriksaan dapat (+) (-) Total
15 2
ditampilkan dalam Tabel 4 berikut. Widal (+) 17
(TP) (FP)
S. typhi 88 98
Tabel 4 : Akumulasi Hasil Tes Widal (-) 186
O (FN) (TN)
dan Tes IgM Anti Salmonella typhi pada
Total 103 100
pasien suspect demam tifoid di Rumah
Sakit Surya Husadha Tahun 2013
Demikian pula dalam membantu
Widal IgM Anti S. typhi
perhitungan nilai sensitivitas,
0 1 2 3 4 5 6 7
0 0 3 19 18 16 11 2 0 spesifisitas, PPV dan NPV tes Widal
1 5 21 23 24 10 4 1 khususnya Salmonella typhi H
S. dibandingkan dengan tes IgM Anti
typhi 1 0 3 4 9 5 6 0
O Salmonella typhi sebagai baku emas,
0 0 0 2 5 6 4 0 data laboratorium tersebut dapat
0 0 1 18 12 15 8 4 0 disajikan dalam cross tabulation sebagai
1 2 17 14 19 10 4 0 berikut (Tabel 6).
S. Tabel 6 : Cross Tabulation Hasil Tes
typhi 1 3 8 16 11 7 4 1 Widal (Salmonella typhi H) dan Tes
H
IgM Anti Salmonella typhi pada pasien
0 0 1 5 9 7 5 0 suspect demam tifoid di Rumah Sakit
Surya Husadha Tahun 2013
Berdasarkan data laboratorium yang
IgM Anti S. typhi
diperoleh, data kemudian disajikan (+) (-) Total
dalam cross tabulation untuk 21 6
Widal (+) 27
(TP) (FP)
memudahkan menghitung sensitivitas, S. typhi 83 93
(-) 176
spesifisitas, PPV dan NPV yaitu dengan H (FN) (TN)
Total 104 99
menghubungkan distribusi frekuensi
hasil tes Widal dan IgM Anti Salmonella
typhi, yaitu sebagai berikut (Tabel 5).

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8 NO.1,Januari, 2019

Keterangan : Berdasarkan cross tabulation hasil tes


TP : True Positive (positif benar) Widal (Salmonella typhi O) dan tes IgM
FP : False Positive (positif palsu) Anti Salmonella typhi pada pasien
FN : False Negative (negatif palsu) suspect demam tifoid di Rumah Sakit
TN : True Negative (negatif benar) Surya Husadha Tahun 2013 dapat
dilakukan perhitungan untuk
menentukan sensitivitas, spesifisitas,
DISKUSI
PPV dan NPV yaitu sebagai berikut :
Efektivitas pada suatu pemeriksaan
Sensitivitas = TP : (TP + FN)
dapat dinilai berdasarkan sensitivitas
= 15 : 103
(seberapa baik tes mengidentifikasi
= 0,1456 (14,6%)
positif seseorang yang benar memiliki
penyakit) dan spesifisitasnya (seberapa Spesifisitas = TN : (TN + FP)

baik tes mengidentifikasi negatif = 98 : 100

seseorang yang tidak memiliki penyakit). = 0,98 (98%)

Selain itu, terdapat nilai yang dikenal PPV = TP : (TP + FP)


dengan PPV yang menggambarkan = 15 : 17
probabilitas seorang pasien benar-benar = 0,882 (88,2%)
mengidap suatu penyakit, dan NPV yang NPV = TN : (TN + FN)
menggambarkan probabilitas seorang = 98 : 186
pasien benar-benar tidak mengidap = 0,5268 (52,7%)
11
penyakit. Keempat nilai tersebut
merupakan tolak ukur dalam Berdasarkan hasil perhitungan tersebut,
menentukan keakuratan suatu tes diketahui bahwa sensitivitas tes Widal
diagnostik sehingga memungkinkan khususnya Salmonella typhi O
untuk mendeteksi dengan benar ketika dibandingkan dengan tes IgM Anti
penyakit benar-benar ada dan Salmonella typhi sebagai baku emas
menyingkirkan penyakit ketika benar- yaitu 14,6% atau dibulatkan menjadi
benar tidak ada12, dimana dalam hal ini 15% yang berarti bahwa tes Widal
untuk menentukan diagnosis terhadap mampu mengidentifikasi positif 15
pasien yang dicurigai menderita demam pasien demam tifoid dengan benar
tifoid. diantara 100 pasien yang menderita

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8 NO.1,Januari, 2019

demam tifoid. Sedangkan spesifisitas tes penelitian tersebut, uji diagnostik tes
Widal memiliki nilai yang cukup tinggi Widal yang menggunakan tes IgM Anti
yaitu 98% yang berarti bahwa tes Widal Salmonella typhi sebagai baku emas,
mampu mengidentifikasi negatif 98 memiliki nilai sensitivitas lebih rendah,
pasien yang tidak menderita demam namun memiliki spesifisitas, PPV dan
tifoid dengan benar dari 100 pasien yang NPV yang lebih tinggi.
tidak menderita penyakit tersebut. Sedangkan berdasarkan cross tabulation
Selain itu, nilai PPV dari tes Widal hasil tes Widal (Salmonella typhi H) dan
khususnya untuk Salmonella typhi O tes IgM Anti Salmonella typhi pada
dibandingkan dengan tes IgM Anti pasien suspect demam tifoid di Rumah
Salmonella typhi sebagai baku emas, Sakit Surya Husadha Tahun 2013 dapat
memiliki nilai 88,2% yang berarti bahwa dilakukan perhitungan untuk
kemungkinan 88 pasien suspect demam menentukan sensitivitas, spesifisitas,
tifoid yang memiliki hasil tes Widal PPV dan NPV yaitu sebagai berikut :
positif dari 100 pasien suspect memang
Sensitivitas = TP : (TP + FN)
benar menderita penyakit tersebut.
= 21 : 104
Sedangkan nilai NPV tes Widal yaitu
= 0,2019 (20%)
52,7% atau dibulatkan menjadi 53%
Spesifisitas = TN : (TN + FP)
yang berarti bahwa kemungkinan 53
= 93 : 99
pasien suspect demam tifoid yang
= 0,939 (94%)
memiliki hasil tes Widal negatif dari 100
PPV = TP : (TP + FP)
pasien suspect, memang benar tidak
= 21 : 27
menderita penyakit tersebut.
= 0,777 (78%)
Pada penelitian yang dilakukan oleh
NPV = TN : (TN + FN)
Rachman, dkk. tahun 2011 tentang uji
= 93 : 176
diagnostik tes Widal dibandingkan
= 0,528 (53%)
dengan kultur darah sebagai baku emas,
mendapatkan nilai sensitivitas, Berdasarkan hasil perhitungan tersebut,
spesifisitas, PPV dan NPV untuk diketahui bahwa sensitivitas tes Widal
Salmonella typhi O secara berturut-turut khususnya Salmonella typhi H
yaitu 97,737%, 10,00%, 75,00%, dan dibandingkan dengan tes IgM Anti
40,00%.13 Jika dibandingkan dengan Salmonella typhi sebagai baku emas

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8 NO.1,Januari, 2019

yaitu 20% yang berarti bahwa tes Widal Salmonella typhi H secara berturut-turut
mampu mengidentifikasi positif 20 yaitu 89,474%, 16,667%, 71,429%, dan
pasien demam tifoid dengan benar 40,476%.13 Tidak jauh berbeda dengan
diantara 100 pasien yang menderita hasil tes Widal Salmonella typhi O, jika
demam tifoid. Sedangkan spesifisitas tes dibandingkan dengan penelitian tersebut,
Widal memiliki nilai yang cukup tinggi uji diagnostik tes Widal khususnya
yaitu 94% yang berarti bahwa tes Widal Salmonella typhi H yang menggunakan
mampu mengidentifikasi negatif 94 tes IgM Anti Salmonella typhi sebagai
pasien yang tidak menderita demam baku emas, memiliki nilai sensitivitas
tifoid dengan benar dari 100 pasien yang lebih rendah, namun memiliki
tidak menderita penyakit tersebut. spesifisitas, PPV dan NPV yang lebih
tinggi.
Selain itu, nilai PPV dari tes Widal
khususnya untuk Salmonella typhi H
dibandingkan dengan tes IgM Anti SIMPULAN
Salmonella typhi sebagai baku emas,
Dari 203 sampel yang melakukan tes
memiliki nilai 78% yang berarti bahwa
Widal diperoleh hasil bahwa 17 sampel
kemungkinan 78 pasien suspect demam
(8%) positif dan 186 sampel (92%)
tifoid yang memiliki hasil tes Widal
negatif adanya antibodi terhadap antigen
positif dari 100 pasien suspect memang
Salmonella typhi O. Sedangkan 27
benar menderita penyakit tersebut.
sampel (13%) positif dan 176 sampel
Sedangkan nilai NPV tes Widal yaitu
(87%) negatif adanya antibodi terhadap
53% yang berarti bahwa kemungkinan
antigen Salmonella typhi H. Sedangkan
53 pasien suspect demam tifoid yang
pada tes IgM Anti Salmonella typhi
memiliki hasil tes Widal negatif dari 100
diperoleh hasil bahwa 103 sampel (51%)
pasien suspect, memang benar tidak
positif dan 100 sampel (49%) negatif
menderita penyakit tersebut.
adanya antibodi Anti Salmonella typhi.
Pada penelitian yang juga dilakukan
Dengan menggunakan cross tabulation
oleh Rachman, dkk. tahun 2011 tentang
maka diperoleh sensitivitas, spesifisitas,
uji diagnostik tes Widal dibandingkan
PPV dan NPV tes Widal khususnya
dengan kultur darah sebagai baku emas,
untuk Salmonella typhi O dibandingkan
mendapatkan nilai sensitivitas,
dengan tes IgM Anti Salmonella typhi
spesifisitas, PPV dan NPV untuk

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8 NO.1,Januari, 2019

sebagai baku emas secara berturut-turut Jakarta : Pusat Penerbitan


yaitu 14,6%, 98%, 88,2% dan 52,7%. Departemen IPD FKUI. 1774-6
Sedangkan sensitivitas, spesifisitas, PPV 4. Begum, Z. Comparizon Among the
dan NPV tes Widal khususnya untuk Differrent Diagnostic Procedurs for
Salmonella typhi H dibandingkan Early and Rapid Diagnosis of
dengan tes IgM Anti Salmonella typhi Typhoid Fever. 2008. Bangladesh :
sebagai baku emas secara berturut-turut Department of Microbiology
yaitu 20%, 94%, 78% dan 53%. Mymensingh Medical College
5. Mitra R, Kumar N, Trigunayat A,
Bhan S. New Advances in the Rapid
DAFTAR PUSTAKA
Diagnosis of Typhoid Fever. African
1. Prasetyo RV, Ismoedijanto. Metode Journal of Microbiology Research.
Diagnostik Demam Tifoid Pada 2010;4(16):1676-7
Anak. 2011. Bagian/SMF Ilmu 6. Ley B, Thriemer K, Ame SM, dkk.
Kesehatan Anak Fakultas Assessment and Comparative
Kedokteran Universitas Airlangga / Analysis of a Rapid Diagnostic Test
Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo (Tubex®) for the Diagnosis of
Surabaya. Diunduh dari : Typhoid Fever Among Hospitalized
http://www.old.pediatrik.com/buletin Children in Rural Tanzania. BMC
/06224114418-f53zji.doc. Diakses Infectious Disease, 2011;11:147-52
pada : 5 November 2013 7. Kawano RL, Leano SA, Agdamag
2. Chanh NQ, Everest P, Khoa TT, dkk. DMA. Comparison of Serological
A Clinical, Microbiological, and Test Kits for Diagnosis of Typhoid
Pathological Study of Intestinal Fever in the Philippines. Journal of
Perforation Associated with Typhoid Clinical Microbiology. 2007;45(1):
Fever. Clinical Infectious Disease. 246-7
2004;39:61-7 8. Olsen SJ, Pruckler J, Bibb W, dkk.
3. Widodo D. Demam tifoid. Dalam: Evaluation of Rapid Diagnostic Tests
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K for Typhoid Fever. Journal of
MS, Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu Clinical Microbiology, 2004:42(5);
Penyakit Dalam Edisi 4. 2009. 1885-9

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8 NO.1,Januari, 2019

9. Tam FCH, Lim PL. The TUBEX Fakultas Kedokteran Universitas


typhoid test based on particle- Diponegoro
inhibition immunoassay detects IgM
but not IgG anti-O9 antibodies.
Journal Immunology Methods.
2003;282:83–91
10. Depkes RI. Profil Kesehatan
Indonesia. 2009. Jakarta : Depkes RI
11. Kanchanaraksa, S. Evaluation of
Diagnostic and Screening Tests :
Validity and Reliability. 2008.
School of Public Health Johns
Hopkins University. Diunduh dari :
http://ocw.jhsph.edu/courses/FundEp
i/PDFs/Lecture11.pdf. Diakses pada :
10 November 2013
12. Simundic, AM. Measure of
Diagnostic Accuracy : Basic
Definitions. 2008. Department of
Molecular Diagnostics, University
Department of Chemistry, Sestre
Milosrdnice University Hospital,
Zagreb, Croatia. Diunduh dari :
http://www.ifcc.org/ifccfiles/docs/19
0404200805.pdf. Diakses pada : 10
November 2013
13. Rachman, AF. Uji Diagnostik Tes
Serologi Widal Dibandingkan
dengan Kultur Darah Sebagai Baku
Emas untuk Diagnosis Demam
Tifoid pada Anak di RSUP Dr.
Kariadi Semarang. 2011. Semarang :

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

Anda mungkin juga menyukai