Anda di halaman 1dari 10

Fisiologi Paru pada Penyelaman

Reski Anugrah Zuandra1, Deddy Herman1, Yenny Muchtar1

1
Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas,

RSUP Dr. M. Djamil, Padang

Abstrak

Penyelaman telah dilakukan sejak dahulu untuk kepentingan komersial dan militer, namun belakangan ini semakin banyak
diminati sebagai pilihan olahraga. Teknologi dalam penyelaman telah berkembang dan memudahkan penyelam mencapai tempat –
tempat yang sebelumnya tidak mungkin dicapai. Menyelam adalah aktifitas bawah air yang dilakukan pada tekanan lebih dari 1
atmosfer absolute (ATA) baik di dalam air maupun di dalam ruangan bertekanan tinggi (RUBT) dan dapat mempengaruhi struktur
dan fungsi tubuh. Penyelaman dapat dilakukan dengan menahan nafas atau menggunakan peralatan di bawah air yang dinamakan
Self-Contained Underwater Breathing Apparatus (SCUBA). Penyelam akan terpajan oleh faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
fungsi paru selama menyelam. Perubahan lingkungan saat menyelam juga dapat berisiko bagi penyelam seperti terjadinya
decompression sickness dan arterial gas embolism.

Kata kunci: Penyelam, SCUBA, decompression sickness, arterial gas embolism

Pulmonary Physiology in Diving


Abstract

Diving has been carried out for a long time for commercial and military purposes, but in recent times it is increasingly in
demand as a sporting option. Technology in diving has also developed and made it easier for divers to reach places that were
previously impossible to reach. Diving is an underwater activity that is carried out at pressures of more than 1 absolute atmosphere
(ATA) both in water and in high-pressure rooms (RUBT) and can affect the structure and function of the body. Diving can be done by
holding your breath or using an underwater equipment called the Self-Contained Underwater Breathing Apparatus (SCUBA). Divers
will be exposed to factors that can affect lung function during the dive. Environmental changes when diving can also be risky for
divers such as the occurrence of decompression sickness and arterial gas embolism.

Keywords: Diver, SCUBA, decompression sickness, arterial gas embolism


PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

Penyelaman telah dilakukan sejak dahulu Definisi Penyelaman


baik untuk kepentingan komersial atau militer,
namun belakangan ini kegiatan penyelaman Penyelaman adalah kegiatan yang
semakin banyak diminati sebagai olahraga. dilakukan pada kedalaman lebih dari 1 atmosfer
Teknologi dalam penyelamanpun telah absolute (ATA). Lingkungan penyelaman dibagi
berkembang dan memudahkan penyelam untuk berupa kondisi di dalam air atau penyelaman
mencapai tempat yang sebelumnya tidak basah maupun penyelaman kering
mungkin dicapai.1 Data Kementrian Pariwisata menggunakan RUBT. Penyelaman dibagi
dan Ekonomi Kreatif Indonesia pada tahun 2017 menjadi penyelaman dangkal dengan kedalaman
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan sebesar maksimal 10 meter, sedang 10 sampai 30 meter
15% atau sebanyak 45.726 wisatawan lokal dan dalam lebih 30 meter.4
yang datang ke Teluk Maumere, Flores untuk
menyelam.2 Kegiatan menyelam dibagi menjadi dua,
yaitu menyelam di permukaan air (snorkeling)
Menyelam adalah aktifitas bawah air yang dan menyelam di bawah permukaan air (diving).7
dilakukan pada tekanan lebih dari 1 atmosfer Kegiatan menyelam dikategorikan menurut
absolute (ATA) baik di dalam air maupun di tujuannya yaitu tujuan militer pertahanan negara
dalam ruangan udara bertekanan tinggi yang dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia
(RUBT).3,4 Penyelaman dapat dilakukan dengan Angkatan Laut (TNI-AL), komersial seperti
metode menahan nafas atau menggunakan menangkap ikan dan mencari benda dasar laut,
peralatan di bawah air yang dinamakan Self- dan ilmiah seperti penelitian dan olahraga.4
Contained Underwater Breathing Apparatus
(SCUBA).2
Fisiologi Paru
Penyelam akan terpajan oleh faktor-faktor
Fungsi utama paru adalah sebagai
yang dapat mempengaruhi fungsi paru selama
tempat pertukaran udara dimana peristiwa
menyelam.4 Beratnya stress yang dialami
ventilasi dan perfusi aliran darah terjadi. Selain
penyelam tergantung pada kedalaman saat
pertukaran udara, paru juga memiliki fungsi yang
menyelam, lamanya waktu menyelam, metode
lain yaitu sebagai tempat metabolisme,
menyelam seperti menahan napas atau
menyaring material yang tidak diinginkan dari
pernapasan menggunakan SCUBA. Penyelam
sirkulasi dan sebagai tempat penampung darah.5
dapat mengalami decompression sickness dan
arterial gass emboli akibat dari perubahan
Respirasi atau pernapasan adalah usaha
lingkungan saat menyelam.2
tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen (O2)
dalam proses metabolisme dan mengeluarkan
Risiko yang dapat terjadi selama
karbon dioksida (CO2) sebagai hasil
penyelaman yaitu seperti risiko tenggelam,
metabolisme. Proses respirasi terdiri dari tiga
turunnya suhu tubuh dan peningkatan tekanan
tahap yaitu ventilasi, difusi dan perfusi. Ketiga
lingkungan. Semua risiko tersebut akan
komponen ini berkerja sama dan bila ada
berpengaruh terhadap perubahan hemodinamik,
gangguan pada salah satu atau lebih komponen
berupa peningkatan aliran darah perifer ke
maka akan terjadi gangguan pertukaran gas.7
rongga dada sehingga akan meningkatkan
volume darah intratoraks sekitar 700 ml yang
Ventilasi adalah peristiwa masuk dan
akan menurunkan volume paru secara mekanis
keluarnya udara ke dalam paru (inspirasi dan
sekitar 300 ml dari kapasitas vital yang mirip
ekspirasi). Difusi adalah perpindahan oksigen
pada pajanan suhu rendah.3
dari alveoli ke dalam darah dan diikat oleh
Hemoglobin (Hb) menjadi senyawa oksi-Hb dan
Tingginya aktivitas penyelaman dan
karbon dioksida dilepas dari ikatan karbamino
semakin diminatinya olahraga menyelam saat ini
keluar dari darah ke alveoli. Perfusi adalah
serta risiko yang dapat terjadi pada penyelam
distribusi oksi-Hb dalam darah ke seluruh
saat melakukan kegiatan penyelaman, membuat
jaringan tubuh dan pengambilan CO2 dari
penulis tertarik menulis referat mengenai
jaringan ke alveoli.7
penyelaman dan pengaruhnya terhadap paru.1,4
2
Ventilasi berperan dalam pertukaran gas Pembuluh darah paru dianggap
dan mensuplai kebutuhan jaringan tubuh. bertindak sebagai tabung pasif yang dapat
Ventilasi merupakan peristiwa masuk dan mengembang dengan meningkatnya tekanan
keluarnya udara ke dan dari dalam paru. 5,8 Paru dan menyempit dengan penurunan tekanan.
berperan menyerap sejumlah oksigen permenit Ketika konsentrasi oksigen di alveoli menurun di
yang sesuai dengan kebutuhan tubuh untuk bawah normal, terutama ketika turun di bawah
mendukung metabolisme jaringan dalam jumlah 70% dari normal (<73 mmHg PO2), maka
yang cukup. Proses ini juga bertujuan untuk pembuluh darah yang berdekatan akan
menghilangkan karbon dioksida yang dihasilkan menyempit dengan meningkatkan resistensi
oleh proses metabolisme.5 vaskuler lebih dari 5 kali lipat, hal ini berlawanan
dengan efek pembuluh darah sistemik, yang
Selama inspirasi, oksigen yang dihirup membesar ketika kadar oksigen rendah.5
dari udara berada pada konsentrasi sekitar 21%
(atau tekanan parsial Oksigen (PO2) sekitar 150 Fisiologi Penyelaman
mmHg). Ketika tekanan intratoraks turun,
tekanan alveolar juga akan turun. Ketika tekanan Kegiatan menyelam terbagi menjadi 2,
alveolar turun dibawah tekanan atmosfer, maka yaitu menyelam di permukaan air (snorkeling)
udara akan mengalir dari luar melalui saluran dan menyelam dibawah permukaan air (diving).
napas untuk mencapai alveoli, yang akan Diving dikategorikan menjadi 2 jenis, yaitu:6
bercampur dengan gas alveoli yang tersisa dari
proses pernapasan sebelumnya.5 a. Free Diving (Breat-hold diving)
Free diving adalah kegitan menyelam dengan
Tingkat oksigen alveolar dari proses menahan napas atau apnea diving selama
pernapasan sebelumnya jauh lebih rendah beberapa waktu di bawah permukaan air.
daripada oksigen pada proses inspirasi karena Aktivitas free diving tidak menggunakan alat
telah berkurang pada proses difusi sebelumnya. bantu pernapasan.6,9
Sehingga oksigen yang baru dihirup akan b. SCUBA Diving
menaikkan kadar oksigen alveolar, menggantikan SCUBA diving adalah kegiatan menyelam di
molekul oksigen yang telah pindah ke dalam bawah permukaan air menggunakan alat
darah. Proses ini berfungsi untuk menstabilkan bantu pernapasan menggunakan tabung
konsentrasi oksigen alveolar dari waktu ke waktu udara sehingga penyelam dapat menyelam
pada level sekitar 14% atau sekitar 100 mmHg.5 lebih lama.6,10

Oksigen secara terus menerus akan Perubahan fisiologis yang terjadi ketika
berpindah dari alveoli ke dalam pembuluh darah menyelam bergantung pada lama dan
di paru yang dinamakan dengan proses difusi. kedalaman penyelaman. Perubahan fisiologis
Semakin cepat oksigen yang berpindah, maka yang terjadi pada penyelaman tahan napas,
semakin rendah konsentrasi oksigen tersebut di merupakan mekanisme adaptasi akut dan kronik
dalam alveoli. Sebaliknya semakin cepat oksigen tubuh. Ada tiga tantangan utama ketika
dimasukkan ke dalam alveoli dari atmosfer, menyelam dengan menahan napas, yaitu durasi
semakin tinggi pula konsentrasi oksigen di dalam penyelaman yang berhubungan dengan hipoksia,
olveoli.5 kedalam menyelam yang menyebabkan adanya
tekanan mekanis pada rongga tubuh yang berisi
Permukaan dinding alveolar yang sangat udara (mechanical strain on air-containting) dan
besar (80m2) sebagai tempat berdifusi dengan tekanan gas yang tinggi yang berisiko
jarak yang sangat pendek membuat rangkaian menimbulkan efek racun.9
proses ini sangat efektif. Setelah oksigen
berpindah melintasi barrier darah dan gas ke Water Immersion (Berendam dalam air)
dalam kapiler darah paru, terjadi proses difusi
pasif, dimana hampir semua (>98%) terikat ke Saat mengambang di permukaan air,
hemoglobin dalam sel darah merah. Sisanya perubahan fisiologi sudah terjadi karena keadaan
secara fisik larut dalam plasma dan sel darah parsial saat berendam yang terdiri dari
merah.5 pergeseran cairan, redistribusi aliran darah
regional, perubahan hemodinamik dan aktivitas
saraf otonom.11 Perubahan fisiologis ini terjadi
3
akibat akitvasi sistem syaraf parasimpatis yang barometer pada dataran atau permukaan laut
bekerja sebagai mekanisme konversi oksigen. yang berasal dari berat udara di atasnya. 2
Mekanisme ini bertujuan untuk mengurangi
penggunaan oksigen di jaringan perifer, dimana
pada keadaan ini suplai oksigen akan
dicukupkan untuk organ vital seperti otak dan
hati, dan perfusi miokard dikurangi sekitar 30%.9

Volume darah intratorakalis meningkat


saat tubuh berada dalam air. Besarnya
peningkatan volume darah intratorakalis selama
tubuh terendam di dalam air dengan posisi Gambar 1. Pengaruh tekanan saat menyelam4
kepala di atas permukaan air diperkirakan sekitar
700 ml. Peningkatan darah sentral
mengakibatkan peningkatan curah jantung dan Penyelam akan terpajan oleh faktor -
peningkatan tekanan vena sentral. 2 faktor yang dapat mempengaruhi fungsi paru. 4
Paru dan jalan napas akan terpengaruh oleh
Tekanan beberapa keadaan khusus saat menyelam.3
Ketika tubuh masuk ke dalam air, tekanan
Tekanan adalah faktor lingkungan
hidrostatik akan memiliki efek pada tubuh. 14
terpenting yang mempengaruhi penyelaman. 4
Tekanan hidrostatik akan menyebabkan
Lingkungan menyelam berbeda dengan
perpindahan 500-800 ml darah dari perifer
lingkungan di permukaan. Selama menyelam,
12
menuju pembuluh darah vena besar dan
tekanan atmosfer di permukaan berbeda dengan
pembuluh darah paru. Peningkatan aliran darah
tekanan di dalam laut. Tubuh penyelam akan
paru, tekanan arteri pulmonalis dan volume
terpapar dengan peningkatan tekanan yang
vaskuler juga terjadi akibat dari tekanan
berbanding lurus dengan kedalaman.4
hidrostatik. Peningkatan arteri pulmonalis dan
volume darah akan meningkatkan perfusi paru
Tekanan pada penyelam berasal dari
dan area pertukaran gas pada paru. 14
tekanan air dan tekanan atmosfer permukaan.
Tekanan akan meningkat sebanding dengan
Paparan tekanan hidrostatik yang terus
kedalaman menyelam.4 Permukaan laut memiliki
menerus akan mengakibatkan adaptasi dari
tekanan 1 atmosfer absolute (ATA) atau setara
sistem kardiovaskuler antara lain bradikardi,
dengan 760 mmHg.13 Tekanan akan meningkat
penurunan curah jantung, peningkatan tekanan
secara proporsional ketika menyelam, sesuai
arteri, vasokontriksi perifer, dan sentralisasi
dengan kedalaman karena berat aditif dari air.
volume darah dari perifer tubuh. Adaptasi pada
Setiap turun 10 meter (33 kaki), tekanan
sistem pernapasan juga terjadi dengan cara
hidrostatik meningkat sebesar 1 ATA sehingga
peningkatan tekanan inspirasi maksimal dan
tekanan pada kedalaman tersebut naik menjadi
toleransi terhadap peningkatan CO2, adaptasi
2 ATA, 1 ATA disebabkan oleh tekanan udara di
termal (menggigil akibat penurunan suhu),
atas laut dan 1 ATA lagi berasal dari berat air
perubahan sensorik (aktivasi kemoreseptor) dan
sendiri. Setiap turun 10 meter, akan meningkat
status mental.9
sebesar 1 ATA, sehingga pada kedalaman 40
meter, tekanan akan meningkat jadi 5 ATA.2,11,13 Kombinasi antara postur penyelam dan
karakteristik dari alat bantu pernapasan juga
Peningkatan tekanan dapat mengecilkan mempengaruhi tekanan hidrostatik sebanyak
rongga udara dalam tubuh penyelam termasuk 13%. Ketika seorang penyelam dalam posisi
paru karena volume gas akan berkurang tengkurap dan menggunakan alat bantu nafas
setengah dari semula, gas gas akan mengalami saat menyelam, counter lung dari peralatan
kompresi sehingga kerapatan gas akan menyelam akan berpengaruh terhadapa tekanan
meningkat. 2 Peningkatan tekanan berhubungan hidrostatik. Menyelam dengan counter lung
langsung dengan kedalaman, densitas air dan berada di bawah penyelam akan menyebabkan
gravitasi. Tekanan yang tinggi pada kedalaman tekanan yang lebih tinggi di counter lung
berasal dari berat air diatasnya, yang disebut dibanding di paru.15
tekanan ambient, sama halnya dengan tekanan
4
Pajanan suhu dengan cepat. Volume gas yang meningkat,
keluarnya gelembung gas dan masuknya ke
Sebagian besar kegiatan menyelam jaringan menyebabkan penyelam mengalami
berlangsung di dalam air dengan suhu yang lebih barotrauma paru dan penyakit dekompresi. 2
rendah dibandingkan suhu kulit. Penyelam akan
kehilangan panas tubuh selama kegiatan Peningkatan kedalaman dan tekanan
menyelam. Hipotermi lebih cepat terjadi jika menyebabkan berkurangnya volume gas dan
menyelam tidak menggunakan pakaian bertambahnya jumlah gas terlarut dalam jaringan
pelindung walaupun di air yang relatif hangat (22- tubuh sesuai hukum Henry dan gas akan
230 C). 8 mengalami kompresi mengikuti hukum Boyle.2,11
Hukum Henry menyatakan bahwa ketika tekanan
Suhu di bawah air akan semakin parsial gas meningkat, maka akan lebih banyak
menurun dengan penurunan kedalaman. Suhu gas yang terlarut dalam cairan sampai terjadi
dingin akan memicu bronkokonstriksi saluran saturasi. 4
napas.4 Stress karena dingin akan
membangkitkan respon termogenik yang Hukum Boyle menyatakan bila suhu
tercermin dari kenaikan konsumsi oksigen (VO 2) absolut dipertahankan konstan, maka volume
setelah terpajan air dingin yang bertujuan untuk gas akan berbanding terbalik dengan tekanan
menghasilkan panas tubuh tambahan dan absolutnya. Hukum Boyle berlaku terhadap
meminimalisir perubahan suhu.2 Denyut jantung semua gas yang ada dalam tubuh sewaktu
juga meningkat sebagai upaya mempertahankan penyelam masuk ke dalam air dan naik ke
sirkulasi tubuh akibat penurunan suhu. permukaan. Volume udara rongga tubuh akan
Vasokontriksi terjadi akibat respon terhadap akan mengecil secara proporsional ketika masuk
reflek penyelaman dan suhu tubuh yang lebih ke air dan membesar ketika naik ke permukaan.4
rendah.4
Peningkatan tekanan parsial Oksigen
Menghirup udara dingin dan kering (PO2) dan tekanan parsial Nitrogen (PN2) di
melalui jalan napas akan menyebabkan dalam darah berhubungan dengan penurunan
kehilangan panas lewat jalan napas dan cardiac output yang berkaitan dengan
peningkatan tekanan parsial oksigen (PO 2) penurunan denyut jantung dan isi sekuncup.
selama penyelaman. Proses tersebut juga Bahaya tekanan tinggi ini tidak dikhawatirkan lagi
berisiko bagi penyelam karena dapat karena penemuan SCUBA.1
menyebabkan kerusakan epitel jalan napas. 3
Efek Menyelam Terhadap Fungsi Paru
Komposisi Gas
Kegiatan penyelaman dapat menurunkan
Penyelaman dengan metode menahan fungsi paru selama proses penyelaman karena
napas akan menyebabkan peningkatan CO2 di terjadi peningkatan resistensi pernapasan dan
dalam darah. Penyelam dengan metode penurunan volume dinamis paru akibat dari
menahan nafas sering mengabaikan sinyal untuk peningkatan tekanan. Micro bubbles yang
bernapas ketika menyelam dan memiliki nilai terbentuk di paru selama dan setelah dekompresi
ambang terhadap PCO2 di atas normal, hal ini dapat juga dapat menyebabkan abnormalitas
terjadi karena penyelam sering mengabaikan pada pertukaran gas dan dapat menyebabkan
rangsang pada kemoreseptor yang memberi inflamasi. Oxygen toxicity juga dapat terjadi pada
informasi bahwa tubuh perlu untuk bernapas.9 kegiatan penyelaman.15

Peningkatan tekanan juga akan Pengujian fungsi paru telah menjadi


berpengaruh terhadap peningkatan tekanan prosedur wajib dan medis rutin untuk penilaian
parsial gas respirasi (oksigen dan nitrogen) kebugaran saat menyelam untuk mendeteksi
sehingga kelarutan dalam jaringan tubuh akan kondisi yang dapat meningkatkan risiko cedera
meningkat. Peningkatan tekanan akan paru saat menyelam. Adanya gangguan ventilasi
berpengaruh pada pembentukan gelembung gas dan obstruksi atau restriktif akan menjadi
dalam darah dan jaringan tubuh. Penyelam yang kontraindikasi untuk kegiatan menyelam.12
naik ke permukaan secara tiba tiba akan Penyelam akan memiliki volume paru
menyebabkan perubahan efek fisiologis ini yang lebih besar dari pada orang biasa.
5
Kapasitas Vital Paksa (KVP) akan lebih besar optimal akan meningkatkan kemampuan ambilan
dibanding Volume Ekspirasi Paksa detik pertama oksigen maksimal sehingga meningkatkan VO2
(VEP1) yang akan menurunkan rasio VEP 1/KVP. maks.1
Peningkatan KVP berhubungan dengan efek
Selama bernapas pada densitas dan
menahan napas saat menyelam dan tahanan
tekanan parsial gas yang tinggi, resistensi jalan
saat bernapas saat menyelam.1
napas, usaha napas dan ruang rugi fisiologis
Campbell dkk menyatakan bahwa akan meningkat. Ada kecenderungan untuk
perubahan yang terjadi pada paru penyelam terjadi hipoventilasi dan hiperkapnia selama
adalah perubahan struktur jalan napas kecil dan menyelam yang terjadi karena berbagai sebab.
perubahan sementara faal paru yang terlihat Penyebab terpenting adalah menurunnya respon
setelah penyelaman.1 Penyelam juga memiliki kontrol pernapasan terhadap peningkatan karbon
ambilan oksigen (VO2 maks) yang tinggi. dioksida (CO2) arteri yang mengarah pada
Peningkatan nilai VO2 maks berhubungan hipoventilasi dan retensi CO2. Faktor lain yang
dengan latihan yang dilakukan oleh penyelam. berkontribusi adalah peningkatan PO2 arteri,
Latihan fisik akan meningkatkan kapasitas otot narcosis gas inert dan kecenderungan kontrol
rangka untuk memecah glikogen untuk pernapasan untuk mengorbankan kontrol
menghasilkan energi. Kemampuan otot untuk ketatnya terhadap CO2 arteri ketika terjadi
membangkitkan energi secara aerobik sampai peningkatan usaha napas.17

Gambar 2. Perubahan fisiologi selama menyelam 16

Kapasitas vital dan volume residu akan bergantung dengan waktu total dekompresi dan
menurun karena tekanan yang besar dari kecepatan dekompresi. 17
lingkungan menyebabkan vasokontriksi perifer
dan darah terkumpul ke dalam paru selama Salah satu studi terhadap penyelaman
dekompresi dapat menyebabkan inflamasi dan SCUBA rekreasi, menunjukkan penurunan yang
abnormalitas pertukaran gas. Jumlah signifikan terhadap kapasitas vital paksa (KVP)
mikroemboli dalam sirkulasi paru ini sangat setelah penyelaman laut terbuka pada suhu air

6
sedang. Efek dari penyelaman, efek dari panas Kondisi hiperbarik hiperoksia akan
pernapasan dan kehilangan air berkontribusi menyebabkan timbulnya gejala yang dapat
terhadap perubahan fungsi paru yang diperoleh berkembang menjadi parestesia lengan dan kaki.
setelah penyelaman metode SCUBA. Penurunan Penyelam yang bernapas selama 8 jam dengan
Diffusing Capacity for Carbon Monoxide (DLCO) oksigen 100% pada tekanan 2 ATA, akan
ditemukan pada penyelaman pada kedalaman mengalami sesak yang ditandai dengan
4,5 meter, namun tidak ditemukan pada berkurangnya kapasitas vital dan arus inspirasi
penyelaman menggunakan SCUBA. Penurunan serta komplien paru. 17
kapasitas difusi dapat terjadi pada penyelaman
dangkal yang berhubungan dengan edema paru Pajanan hiperoksia akan menyebabkan
subklinis.12 kerusakan paru progresif. Efek hiperoksia pada
paru tergantung dosis dan waktu pajanan.
Oxygen Toxicity dapat menyebabkan Pajanan hiperoksia selama 6-74 jam pada
perubahan fungsi paru setelah penyelaman, tekanan 0,83-2 ATA menyebabkan gejala
dimana subjek menghirup oksigen pada tekanan subjektif yang khas dan perubahan faal paru
parsial yang tinggi dalam jangka waktu yang pada manusia. Nyeri substernal, suara serak,
lama. Penyelam yang menyelam sampai batuk, nyeri kepala, anoreksia dan parestesia
kedalaman 300 meter dengan waktu rata rata 21 terjadi setelah pajanan 6-14 jam pada 1 ATA.
hari, terdapat peningkatan KVP dan arus puncak Semakin tinggi tekanan parsial oksigen semakin
ekspirasi, namun terdapat penurunan DLCO. cepat waktu timbulnya gejala. Gejala semakin
Penurunan DLCO lebih sensitif dari pada KVP parah jika pajanan hiperoksia diperpanjang.17
untuk menunjukkan early pulmonary oxygen
toxicity.12 Pengaruh lingkungan hiperbarik atau
menyelam terhadap faal paru telah banyak diteliti
Dasar biokimia dari toksisitas oksigen baik diluar negeri maupun di dalam negeri.
adalah peningkatan produksi oksigen yang Thorsen dkk, membandingkan nilai faal paru
sangat reaktif, misalnya superoksida dan hidroxil antara kelompok penyelam profesional dengan
radikal yang melebihi kapasitas enzim kelompok kontrol yang terdiri atas subjek yang
antioksidan. Oksigen radikal bebas akan tidak pernah menyelam sama sekali. 17
menginaktifasi enzim, mengganggu fungsi
membran dan merusak materi genetik. Hasil Penelitian mendapatkan bahwa pada
akhirnya adalah kematian dan lisis sel yang kelompok penyelam, nilai volume ekspirasi pada
menyebabkan cedera mikrovaskuler dan sel detik pertama (VEP1), perbandingan VEP1
alveoli. Manifestasi fisiologis keracunan oksigen dengan kapasitas vital paksa (VEP1/KVP), forced
adalah penurunan kapasitas vital, kapasitas expiratory flow rate 25-27% (FEF 25%-27%),
difusi dan komplien paru.17 FEF 75-80%, FEF 50%, FEF 75% dan kapasitas
difusi karbon monoksida (DLCO) lebih rendah
Manifestasi klinis awal adalah iritasi secara signifikan dibandingkan dengan kelompok
trakeobronkial yang ditandai dengan kontrol dan terdapat korelasi negatif nilai-nilai
berkurangnya transport mukosilier trakea yang tersebut dengan pajanan menyelam. Sedangkan
terjadi pada 3 jam setelah bernapas dengan nilai kapasitas vital (KV) pada kelompok
oksigen 95-98%. Inhalasi oksigen 100% selama penyelam secara signifikan lebih tinggi
14 jam menyebabkan distress substernal yang dibandingkan kelompok kontrol dan terdapat
ditandai dengan nyeri pleuritic. Nyeri substernal korelasi positif antara pajanan menyelam dengan
berhubungan dengan batuk dan sesak progresif nilai KV. 17
yang terlihat jika seseorang terpajan oksigen
98% selam 30-74 jam. 17

7
Lama pajanan berkorelasi positif dengan Oksigen dan karbon dioksida dapat larut
nilai kapasitas paru total (KPT), volume residu kembali, tetapi gas nitrogen tidak dapat larut
(VR) dan kapasitas residu fungsional (KRF). karena bersifat kurang larut dalam darah.
Hubungan antara penurunan nilai faal paru pada Gelembung nitrogen akan terjebak dalam
kelompok terpajan menyelam mengindikasikan mikrovaskuler sehingga mengakibatkan aliran
terdapatnya efek kumulatif jangka panjang darah tersumbat dan terjadi cedera hipoksia
pajanan menyelam terhadap nilai faal paru. Hasil pada sel.8 Gelembung yang terbentuk dalam
penelitian ini juga mengindikasikan bahwa jaringan tubuh dan menimbulkan gejala
menyelam berhubungan dengan difungsi saluran sesuai lokasi organ. Gejala dari DCS dapat
napas kecil. 17 berupa nyeri sendi, nyeri oto skelet, rash kulit
(cutis marmorata), nyeri kepala, paraplegia,
Penelitian lain yang dilakukan oleh penurunan kesadaran, nyeri substernal, sesak
Herman dkk, membandingkan faal paru dan dan gejala lainnya.17
ambilan oksigen maksimal (VO2 maks) antara
penyelam laki laki dengan kontrol orang sehat Gelembung mungkin terbentuk setiap kali
bukan penyelam. Hasilnya adalah variabel KV, tubuh mengalami penurunan tekanan, tetapi
KVP, VEP1, arus puncak ekspirasi (APE) dan tidak semua gelembung mengakibatkan DCS.
VO2 maks lebih tinggi pada penyelam secara Penyelam yang naik ke permukaan dengan
bermakna dibandingkan dengan bukan cepat akan menyebabkan gas inert akan
penyelam. Namun untuk variable VEP1/KVP, FEF keluar dalam proses yang disebut outgassing
25%, FEF 50% , FEF 75% dan maximal atau offgassing. Dalam kondisi normal,
voluntary ventilation (MVV) tidak menunjukkan offgassing terjadi sebagai pertukaran gas di
perbedaan yang bermakna antara dua kelompok paru. Gas inert yang keluar terlalu cepat
tersebut.1 memungkinkan terbentuk gelembung gas
yang akan masuk ke dalam darah atau
Penyakit pada penyelaman jaringan tubuh.8

a. Decompression sickness (Caissons disease)


Decompression sickness (DCS)
merupakan suatu penyakit yang ditandai
dengan terbentuknya gelembung gas
intravaskuler dan ekstravaskuler yang berasal
dari gas yang terlarut akibat penurunan
tekanan lingkungan sekitar. 17
Ketika manusia menghirup udara dalam
lingkungan bertekanan tinggi, sejumlah
nitrogen akan terlarut dalam jaringan darah
dan jaringan tubuh. Selama tekanan tetap
ada, gas akan tetap dalam bentuk terlarut
sampai terjadi persamaan saturasi antara gas
yang dihirup dengan gas yang terlarut dalam
darah dan jaringan tubuh.17
Ketika tekanan menghilang dengan
cepat, seperti yang terjadi ketika penyelam
naik ke permukaan dengan cepat, saturasi
gas yang terlarut akan lebih besar Gambar 3. Decompression16
dibandingkan dengan tekanan lingkungan di
permukaan sehingga gas dengan saturasi
tinggi yang terlarut akan kembali dalam Suatu studi memperkirakan risiko DCS
bentuk gas terlalu cepat untuk keluar dari dapat diabaikan pada penyelaman yang
tubuh dengan kecapatan alaminya dan kurang dari 100 meter, namun kejadian DCS
membentuk gelembung gelembung kecil di meningkat menjadi 7% ketika kedalaman
mikrosirkulasi. 8,17 penyelaman yang dilakukan lebih dari 100
meter. Penyelam yang melakukan
penyelaman berulang kali, namun tidak dalam

8
juga berisiko menjadi DCS karena akumulasi sirkulasi dan menyebabkan terjadinya emboli
gas innert dari penyelaman sebulumnya.10 udara arteri.17,13

b. Barotrauma paru dan emboli udara arteri Emboli udara arteri akan menyebabkan
(Arterial Gas Embolisme) deformitas jaringan dan sumbatan pembuluh
darah dan menyebabkan terganggunya
Penyelam yang menyelam lebih dalam
perfusi dan oksigenasi jaringan. Emboli udara
akan menyebabkan tekanan meningkat dan
arteri juga akan menyebabkan kerusakan
mengakibatkan volume gas akan berkurang
endotel, perubahan hemostasis dan aktivasi
sesuai hukum Boyle. Begitu juga sebaliknya,
leukosit. Efek klinis tergantung dari lokasi
jika penyelam menghirup udara di kedalaman,
embolus, dengan gejala bervariasi dari nyeri
misalnya pada penyelaman dengan SCUBA
otot dan sendi sampai penyakit syaraf dan
kemudian penyelam naik ke permukaan,
jantung yang serius misalnya penurunan
volume gas dalam paru akan bertambah
kesadaran, kejang, defisit neurologi fokal,
seiring dengan berkurangnya tekanan
apnea, aritmia, iskemik, henti jantung dan
lingkungan. Volume gas yang bertambah ini
kematian mendadak.17
biasanya dapat di ekshalasi keluar, namun
pada kondisi tertentu misalnya menahan
napas, menyebabkan rusaknya parenkim
yang menyebabkan suatu sindrom overinflasi Pemeriksaan
paru yang sering disebut barotrauma paru.17
USG dopler digunakan untuk mengetahui
Perubahan cepat tekanan intrapulmonal
apakah terdapat gelembung udara pada DCS.
ketika penyelam naik ke permukaan akan
Lokasi yang paling sering untuk mengevaluasi
mengakibatkan cedera pada paru. Sindrom
gelembung udara adalah di sekitar jantung.
overinflasi paru atau barotrauma paru ini
Gelembung gas pada pembuluh darah mudah
dapat terjadi karena perubahan kecil tekanan
dideteksi pada pembuluh darah vena dan jika
saja dan dapat menyebabkan
terdapat gelembung udara maka disebut sebagai
pneumomediastinum, pneumothorak dan
emboli udara vena. 17
bahkan dapat menyebabkan arterial gass
emboli (AGE).13
Terdapat hubungan antara peningkatan
skor dopler dengan kondisi klinis docompression
sickness (DCS), namun tingkat gelembung yang
terdeteksi tidak menggambarkan perkembangan
DCS. Distribusi gelembung udara antara DCS
dengan arterial gas emboli berbeda, begitu juga
gejala dan tanda yang muncul. Gejala DCS dan
AGE bisa overlap dan bahkan bisa terjadi dalam
satu waktu.17

Gambar 4. Decompression Sickness dan Pencegahan efek menyelam


Arterial Gas Emboli16
Durasi pajanan oksigen dan jumlah
Paru akan mengembang ketika penyelam oksigen harus diatur saat menyelam untuk
naik ke permukaan akibat tekanan yang mencegah toksisitas oksigen terhadap paru dan
menurun. Penyelam harus menghembuskan otak selama menyelam. Dekompresi juga dapat
napas ketika naik ke permukaan untuk menyebabkan kerusakan pada paru. Dekompresi
menyamakan tekanan intrapulmonalis. cepat dapat menurunkan tekanan lingkungan
Overekspansi gas akan mengakibatkan dibawah tekanan total parsial gas dalam jaringan
overdistensi alveoli yang dapat menyebabkan (supersaturasi) yang dapat menyebabkan
alveoli pecah dan memaksa gas ke intersisial terbentuknya gelembung gas dalam jaringan dan
dan pembuluh darah.13 Alveoli yang pecah berpotensi untuk mencederai jaringan
akan menyebabkan gas menuju ke hilus dan (decompression sickness). 3,17

mediastinum, retroperitoneum atau kavitas


pleura. Gas juga dapat masuk ke sistem

9
Professional Association of Diving 5. Laitupa AA, Amin M. Ventilasi dan Perfusi,
Instructors merekomendasikan penyelam untuk serta Hubungan antara Ventilasi dan
naik ke permukaan secara bertahap untuk Perfusi. Jurnal Respirasi. 2016;2(1): 29-4.
mencegah kejadian DCS dan AGE. Penyelam 6. Sari DP. Peran Wisatawan Domestik dalam
tidak boleh naik kepermukaan 60 fsw (feet sea Wisata Menyelam di Indonesia. Bogor
water) tiap menit. Penyelam harus melakukan Hospitality Journal. 2017; 1 (1): 1-10
safety stop jika sudah naik lebih dari 60 fsw. 7. Bakhtiar A, Amran WS. Faal Paru statis.
Safety stop dilakukan dengan cara berhenti Jurnal Respirasi. 2016;2(3): 91-8
selama 3-5 menit setiap kenaikan 15-20 fsw. 17 8. Koesoemoprodjo W, Permatasari A.
Penyakit Paru pada Penyelam. Buku Ajar
Tujuan safety stop adalah untuk Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Buku
mengkompensasi variasi kecepatan naik ke 2. Jakarta: Universitas Indonesia Publishing;
permukaan dan eliminasi gas nitrogen tiap 2018.h 252–73
individu. Kecepatan naik ke permukaan yang 9. Oetama EC, Luhulima J, Mainase J.
lambat dan dikombinasikan dengan safety stop Perbandingan Fungsi Paru antara Nelayan
akan memberikan waktu yang cukup bagi Penyelam Tahan-Napas dan Nelayan Bukan
nitrogen untuk meninggalkan jaringan, masuk ke Penyelam di Kota Ambon Tahun 2018.
sirkulasi vena dan masuk ke capillary bed paru Pameri. 2019;1: 53-67
yang akhirnya dapat diekshalasi dan dieliminasi 10. Covington D, Lee RH, Toffel S, Bursian A,
seperti pada kondisi normal. 17 Krack K, Giordano C. Technical Freediving:
An Emerging Breath-Hold Diving Technique.
Kesimpulan Journal of Human Performance in Extreme
Environments. 2019;15: 1-4
Penyelam akan terpajan beberapa faktor 11. Patrician A, Dujic Z, Spajic B, Drvis I, Ainslie
yang dapat mempengaruhi fungsi paru selama PN. Breath-Holding Diving - The Physiology
proses penyelaman. Perubahan lingkungan saat of Diving Deep and Returning. Frontiers in
menyelam dapat berisiko bagi penyelam seperti Physiology. 2021; 12: 1-11
terjadinya DCS dan AGE. Professional 12. Tetzlaff K, Thomas PS. Short and long-term
Association of Diving Instructors effects of diving on pulmonary function. Eur
merekomendasikan penyelam untuk naik ke Respir Rev. 2017; 26: 1-11
permukaan secara perlahan untuk mencegah 13. Adir Y, Bove AA. Can asthmatic subject
terjadinya DCS dan AGE. dive? Eur Respir Rev. 2016; 140: 214-20
14. Ooij PJAMV, Sterk PJ, Hulst RAV. Oxygen,
Daftar Pustaka the lung and the diver: friend and foes?. Eur
Respir Rev; 2016: 496-505
1. Herman D, Yunus F, Harahap F, Rasmin M.
15. Pougnet R, Pougnet L, Lucas D, Uguen M,
Ambilan Oksigen Maksimal dan Faal Paru
Henckes A, Dewitte JD, et al.
Laki Laki Sehat Penyelam dan Bukan
Longitudinalchange in professional divers`
Penyelam. J Respir Indo. 2011; 31 (2): 61-
lung function: literature review. Int Marit
71
Health. 2014; 65(4): 223-29
2. Yunus, F., Ventilasi, in in Menaldi, R., Jusuf,
16. Tetzlaff K, Lemaitre F, Burgstahler C,
A., Yunus, F., Amin, Taufik, Nawas, M. A.,
Luetkens JA, Eichhorn L. Going to Extremes
Editor, Buku Ajar Pulmonologi dan
of Lung Physiology–Deep Breath-Hold Divin.
Kedokteran Respirasi Buku 1. Jakarta:
Frontiers in Physiology. 2021; 12: 1-11
Universitas Indonesia Publishing; 2018.h
17. Hanif MA, Harahap F, Wiyono WH.
102–8
Pengaruh Lingkungan Hiperbarik terhadap
3. Fachrianto, Arsyad MA, Idris I.
Sistem Respirasi. In: Susanto, A. D., Yunus,
Perbandingan Fungsi paru antara SCUBA
F., Ihsan, M., Editors Penyakit Paru Kerja
diver, non SCUBA diver, dan non diver. JST
dan Lingkungan, Jakarta: Penerbit
Kesehatan. 2019; 9(1): 71-7
Universita Indonesia, 2017; h 143- 61
4. Setiawan JI, Suradi, Sutanto YS. Pengaruh
Tekanan dan Lama Penyelaman Terhadap
Faal Paru pada Penyelam Profesional dan
Bukan Penyelam Profesional. J Respir Indo.
2022; 40: 103-11
10

Anda mungkin juga menyukai