Referat 1 Reski Anugrah - Fisologi Penyelaman
Referat 1 Reski Anugrah - Fisologi Penyelaman
1
Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas,
Abstrak
Penyelaman telah dilakukan sejak dahulu untuk kepentingan komersial dan militer, namun belakangan ini semakin banyak
diminati sebagai pilihan olahraga. Teknologi dalam penyelaman telah berkembang dan memudahkan penyelam mencapai tempat –
tempat yang sebelumnya tidak mungkin dicapai. Menyelam adalah aktifitas bawah air yang dilakukan pada tekanan lebih dari 1
atmosfer absolute (ATA) baik di dalam air maupun di dalam ruangan bertekanan tinggi (RUBT) dan dapat mempengaruhi struktur
dan fungsi tubuh. Penyelaman dapat dilakukan dengan menahan nafas atau menggunakan peralatan di bawah air yang dinamakan
Self-Contained Underwater Breathing Apparatus (SCUBA). Penyelam akan terpajan oleh faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
fungsi paru selama menyelam. Perubahan lingkungan saat menyelam juga dapat berisiko bagi penyelam seperti terjadinya
decompression sickness dan arterial gas embolism.
Diving has been carried out for a long time for commercial and military purposes, but in recent times it is increasingly in
demand as a sporting option. Technology in diving has also developed and made it easier for divers to reach places that were
previously impossible to reach. Diving is an underwater activity that is carried out at pressures of more than 1 absolute atmosphere
(ATA) both in water and in high-pressure rooms (RUBT) and can affect the structure and function of the body. Diving can be done by
holding your breath or using an underwater equipment called the Self-Contained Underwater Breathing Apparatus (SCUBA). Divers
will be exposed to factors that can affect lung function during the dive. Environmental changes when diving can also be risky for
divers such as the occurrence of decompression sickness and arterial gas embolism.
Oksigen secara terus menerus akan Perubahan fisiologis yang terjadi ketika
berpindah dari alveoli ke dalam pembuluh darah menyelam bergantung pada lama dan
di paru yang dinamakan dengan proses difusi. kedalaman penyelaman. Perubahan fisiologis
Semakin cepat oksigen yang berpindah, maka yang terjadi pada penyelaman tahan napas,
semakin rendah konsentrasi oksigen tersebut di merupakan mekanisme adaptasi akut dan kronik
dalam alveoli. Sebaliknya semakin cepat oksigen tubuh. Ada tiga tantangan utama ketika
dimasukkan ke dalam alveoli dari atmosfer, menyelam dengan menahan napas, yaitu durasi
semakin tinggi pula konsentrasi oksigen di dalam penyelaman yang berhubungan dengan hipoksia,
olveoli.5 kedalam menyelam yang menyebabkan adanya
tekanan mekanis pada rongga tubuh yang berisi
Permukaan dinding alveolar yang sangat udara (mechanical strain on air-containting) dan
besar (80m2) sebagai tempat berdifusi dengan tekanan gas yang tinggi yang berisiko
jarak yang sangat pendek membuat rangkaian menimbulkan efek racun.9
proses ini sangat efektif. Setelah oksigen
berpindah melintasi barrier darah dan gas ke Water Immersion (Berendam dalam air)
dalam kapiler darah paru, terjadi proses difusi
pasif, dimana hampir semua (>98%) terikat ke Saat mengambang di permukaan air,
hemoglobin dalam sel darah merah. Sisanya perubahan fisiologi sudah terjadi karena keadaan
secara fisik larut dalam plasma dan sel darah parsial saat berendam yang terdiri dari
merah.5 pergeseran cairan, redistribusi aliran darah
regional, perubahan hemodinamik dan aktivitas
saraf otonom.11 Perubahan fisiologis ini terjadi
3
akibat akitvasi sistem syaraf parasimpatis yang barometer pada dataran atau permukaan laut
bekerja sebagai mekanisme konversi oksigen. yang berasal dari berat udara di atasnya. 2
Mekanisme ini bertujuan untuk mengurangi
penggunaan oksigen di jaringan perifer, dimana
pada keadaan ini suplai oksigen akan
dicukupkan untuk organ vital seperti otak dan
hati, dan perfusi miokard dikurangi sekitar 30%.9
Kapasitas vital dan volume residu akan bergantung dengan waktu total dekompresi dan
menurun karena tekanan yang besar dari kecepatan dekompresi. 17
lingkungan menyebabkan vasokontriksi perifer
dan darah terkumpul ke dalam paru selama Salah satu studi terhadap penyelaman
dekompresi dapat menyebabkan inflamasi dan SCUBA rekreasi, menunjukkan penurunan yang
abnormalitas pertukaran gas. Jumlah signifikan terhadap kapasitas vital paksa (KVP)
mikroemboli dalam sirkulasi paru ini sangat setelah penyelaman laut terbuka pada suhu air
6
sedang. Efek dari penyelaman, efek dari panas Kondisi hiperbarik hiperoksia akan
pernapasan dan kehilangan air berkontribusi menyebabkan timbulnya gejala yang dapat
terhadap perubahan fungsi paru yang diperoleh berkembang menjadi parestesia lengan dan kaki.
setelah penyelaman metode SCUBA. Penurunan Penyelam yang bernapas selama 8 jam dengan
Diffusing Capacity for Carbon Monoxide (DLCO) oksigen 100% pada tekanan 2 ATA, akan
ditemukan pada penyelaman pada kedalaman mengalami sesak yang ditandai dengan
4,5 meter, namun tidak ditemukan pada berkurangnya kapasitas vital dan arus inspirasi
penyelaman menggunakan SCUBA. Penurunan serta komplien paru. 17
kapasitas difusi dapat terjadi pada penyelaman
dangkal yang berhubungan dengan edema paru Pajanan hiperoksia akan menyebabkan
subklinis.12 kerusakan paru progresif. Efek hiperoksia pada
paru tergantung dosis dan waktu pajanan.
Oxygen Toxicity dapat menyebabkan Pajanan hiperoksia selama 6-74 jam pada
perubahan fungsi paru setelah penyelaman, tekanan 0,83-2 ATA menyebabkan gejala
dimana subjek menghirup oksigen pada tekanan subjektif yang khas dan perubahan faal paru
parsial yang tinggi dalam jangka waktu yang pada manusia. Nyeri substernal, suara serak,
lama. Penyelam yang menyelam sampai batuk, nyeri kepala, anoreksia dan parestesia
kedalaman 300 meter dengan waktu rata rata 21 terjadi setelah pajanan 6-14 jam pada 1 ATA.
hari, terdapat peningkatan KVP dan arus puncak Semakin tinggi tekanan parsial oksigen semakin
ekspirasi, namun terdapat penurunan DLCO. cepat waktu timbulnya gejala. Gejala semakin
Penurunan DLCO lebih sensitif dari pada KVP parah jika pajanan hiperoksia diperpanjang.17
untuk menunjukkan early pulmonary oxygen
toxicity.12 Pengaruh lingkungan hiperbarik atau
menyelam terhadap faal paru telah banyak diteliti
Dasar biokimia dari toksisitas oksigen baik diluar negeri maupun di dalam negeri.
adalah peningkatan produksi oksigen yang Thorsen dkk, membandingkan nilai faal paru
sangat reaktif, misalnya superoksida dan hidroxil antara kelompok penyelam profesional dengan
radikal yang melebihi kapasitas enzim kelompok kontrol yang terdiri atas subjek yang
antioksidan. Oksigen radikal bebas akan tidak pernah menyelam sama sekali. 17
menginaktifasi enzim, mengganggu fungsi
membran dan merusak materi genetik. Hasil Penelitian mendapatkan bahwa pada
akhirnya adalah kematian dan lisis sel yang kelompok penyelam, nilai volume ekspirasi pada
menyebabkan cedera mikrovaskuler dan sel detik pertama (VEP1), perbandingan VEP1
alveoli. Manifestasi fisiologis keracunan oksigen dengan kapasitas vital paksa (VEP1/KVP), forced
adalah penurunan kapasitas vital, kapasitas expiratory flow rate 25-27% (FEF 25%-27%),
difusi dan komplien paru.17 FEF 75-80%, FEF 50%, FEF 75% dan kapasitas
difusi karbon monoksida (DLCO) lebih rendah
Manifestasi klinis awal adalah iritasi secara signifikan dibandingkan dengan kelompok
trakeobronkial yang ditandai dengan kontrol dan terdapat korelasi negatif nilai-nilai
berkurangnya transport mukosilier trakea yang tersebut dengan pajanan menyelam. Sedangkan
terjadi pada 3 jam setelah bernapas dengan nilai kapasitas vital (KV) pada kelompok
oksigen 95-98%. Inhalasi oksigen 100% selama penyelam secara signifikan lebih tinggi
14 jam menyebabkan distress substernal yang dibandingkan kelompok kontrol dan terdapat
ditandai dengan nyeri pleuritic. Nyeri substernal korelasi positif antara pajanan menyelam dengan
berhubungan dengan batuk dan sesak progresif nilai KV. 17
yang terlihat jika seseorang terpajan oksigen
98% selam 30-74 jam. 17
7
Lama pajanan berkorelasi positif dengan Oksigen dan karbon dioksida dapat larut
nilai kapasitas paru total (KPT), volume residu kembali, tetapi gas nitrogen tidak dapat larut
(VR) dan kapasitas residu fungsional (KRF). karena bersifat kurang larut dalam darah.
Hubungan antara penurunan nilai faal paru pada Gelembung nitrogen akan terjebak dalam
kelompok terpajan menyelam mengindikasikan mikrovaskuler sehingga mengakibatkan aliran
terdapatnya efek kumulatif jangka panjang darah tersumbat dan terjadi cedera hipoksia
pajanan menyelam terhadap nilai faal paru. Hasil pada sel.8 Gelembung yang terbentuk dalam
penelitian ini juga mengindikasikan bahwa jaringan tubuh dan menimbulkan gejala
menyelam berhubungan dengan difungsi saluran sesuai lokasi organ. Gejala dari DCS dapat
napas kecil. 17 berupa nyeri sendi, nyeri oto skelet, rash kulit
(cutis marmorata), nyeri kepala, paraplegia,
Penelitian lain yang dilakukan oleh penurunan kesadaran, nyeri substernal, sesak
Herman dkk, membandingkan faal paru dan dan gejala lainnya.17
ambilan oksigen maksimal (VO2 maks) antara
penyelam laki laki dengan kontrol orang sehat Gelembung mungkin terbentuk setiap kali
bukan penyelam. Hasilnya adalah variabel KV, tubuh mengalami penurunan tekanan, tetapi
KVP, VEP1, arus puncak ekspirasi (APE) dan tidak semua gelembung mengakibatkan DCS.
VO2 maks lebih tinggi pada penyelam secara Penyelam yang naik ke permukaan dengan
bermakna dibandingkan dengan bukan cepat akan menyebabkan gas inert akan
penyelam. Namun untuk variable VEP1/KVP, FEF keluar dalam proses yang disebut outgassing
25%, FEF 50% , FEF 75% dan maximal atau offgassing. Dalam kondisi normal,
voluntary ventilation (MVV) tidak menunjukkan offgassing terjadi sebagai pertukaran gas di
perbedaan yang bermakna antara dua kelompok paru. Gas inert yang keluar terlalu cepat
tersebut.1 memungkinkan terbentuk gelembung gas
yang akan masuk ke dalam darah atau
Penyakit pada penyelaman jaringan tubuh.8
8
juga berisiko menjadi DCS karena akumulasi sirkulasi dan menyebabkan terjadinya emboli
gas innert dari penyelaman sebulumnya.10 udara arteri.17,13
b. Barotrauma paru dan emboli udara arteri Emboli udara arteri akan menyebabkan
(Arterial Gas Embolisme) deformitas jaringan dan sumbatan pembuluh
darah dan menyebabkan terganggunya
Penyelam yang menyelam lebih dalam
perfusi dan oksigenasi jaringan. Emboli udara
akan menyebabkan tekanan meningkat dan
arteri juga akan menyebabkan kerusakan
mengakibatkan volume gas akan berkurang
endotel, perubahan hemostasis dan aktivasi
sesuai hukum Boyle. Begitu juga sebaliknya,
leukosit. Efek klinis tergantung dari lokasi
jika penyelam menghirup udara di kedalaman,
embolus, dengan gejala bervariasi dari nyeri
misalnya pada penyelaman dengan SCUBA
otot dan sendi sampai penyakit syaraf dan
kemudian penyelam naik ke permukaan,
jantung yang serius misalnya penurunan
volume gas dalam paru akan bertambah
kesadaran, kejang, defisit neurologi fokal,
seiring dengan berkurangnya tekanan
apnea, aritmia, iskemik, henti jantung dan
lingkungan. Volume gas yang bertambah ini
kematian mendadak.17
biasanya dapat di ekshalasi keluar, namun
pada kondisi tertentu misalnya menahan
napas, menyebabkan rusaknya parenkim
yang menyebabkan suatu sindrom overinflasi Pemeriksaan
paru yang sering disebut barotrauma paru.17
USG dopler digunakan untuk mengetahui
Perubahan cepat tekanan intrapulmonal
apakah terdapat gelembung udara pada DCS.
ketika penyelam naik ke permukaan akan
Lokasi yang paling sering untuk mengevaluasi
mengakibatkan cedera pada paru. Sindrom
gelembung udara adalah di sekitar jantung.
overinflasi paru atau barotrauma paru ini
Gelembung gas pada pembuluh darah mudah
dapat terjadi karena perubahan kecil tekanan
dideteksi pada pembuluh darah vena dan jika
saja dan dapat menyebabkan
terdapat gelembung udara maka disebut sebagai
pneumomediastinum, pneumothorak dan
emboli udara vena. 17
bahkan dapat menyebabkan arterial gass
emboli (AGE).13
Terdapat hubungan antara peningkatan
skor dopler dengan kondisi klinis docompression
sickness (DCS), namun tingkat gelembung yang
terdeteksi tidak menggambarkan perkembangan
DCS. Distribusi gelembung udara antara DCS
dengan arterial gas emboli berbeda, begitu juga
gejala dan tanda yang muncul. Gejala DCS dan
AGE bisa overlap dan bahkan bisa terjadi dalam
satu waktu.17
9
Professional Association of Diving 5. Laitupa AA, Amin M. Ventilasi dan Perfusi,
Instructors merekomendasikan penyelam untuk serta Hubungan antara Ventilasi dan
naik ke permukaan secara bertahap untuk Perfusi. Jurnal Respirasi. 2016;2(1): 29-4.
mencegah kejadian DCS dan AGE. Penyelam 6. Sari DP. Peran Wisatawan Domestik dalam
tidak boleh naik kepermukaan 60 fsw (feet sea Wisata Menyelam di Indonesia. Bogor
water) tiap menit. Penyelam harus melakukan Hospitality Journal. 2017; 1 (1): 1-10
safety stop jika sudah naik lebih dari 60 fsw. 7. Bakhtiar A, Amran WS. Faal Paru statis.
Safety stop dilakukan dengan cara berhenti Jurnal Respirasi. 2016;2(3): 91-8
selama 3-5 menit setiap kenaikan 15-20 fsw. 17 8. Koesoemoprodjo W, Permatasari A.
Penyakit Paru pada Penyelam. Buku Ajar
Tujuan safety stop adalah untuk Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Buku
mengkompensasi variasi kecepatan naik ke 2. Jakarta: Universitas Indonesia Publishing;
permukaan dan eliminasi gas nitrogen tiap 2018.h 252–73
individu. Kecepatan naik ke permukaan yang 9. Oetama EC, Luhulima J, Mainase J.
lambat dan dikombinasikan dengan safety stop Perbandingan Fungsi Paru antara Nelayan
akan memberikan waktu yang cukup bagi Penyelam Tahan-Napas dan Nelayan Bukan
nitrogen untuk meninggalkan jaringan, masuk ke Penyelam di Kota Ambon Tahun 2018.
sirkulasi vena dan masuk ke capillary bed paru Pameri. 2019;1: 53-67
yang akhirnya dapat diekshalasi dan dieliminasi 10. Covington D, Lee RH, Toffel S, Bursian A,
seperti pada kondisi normal. 17 Krack K, Giordano C. Technical Freediving:
An Emerging Breath-Hold Diving Technique.
Kesimpulan Journal of Human Performance in Extreme
Environments. 2019;15: 1-4
Penyelam akan terpajan beberapa faktor 11. Patrician A, Dujic Z, Spajic B, Drvis I, Ainslie
yang dapat mempengaruhi fungsi paru selama PN. Breath-Holding Diving - The Physiology
proses penyelaman. Perubahan lingkungan saat of Diving Deep and Returning. Frontiers in
menyelam dapat berisiko bagi penyelam seperti Physiology. 2021; 12: 1-11
terjadinya DCS dan AGE. Professional 12. Tetzlaff K, Thomas PS. Short and long-term
Association of Diving Instructors effects of diving on pulmonary function. Eur
merekomendasikan penyelam untuk naik ke Respir Rev. 2017; 26: 1-11
permukaan secara perlahan untuk mencegah 13. Adir Y, Bove AA. Can asthmatic subject
terjadinya DCS dan AGE. dive? Eur Respir Rev. 2016; 140: 214-20
14. Ooij PJAMV, Sterk PJ, Hulst RAV. Oxygen,
Daftar Pustaka the lung and the diver: friend and foes?. Eur
Respir Rev; 2016: 496-505
1. Herman D, Yunus F, Harahap F, Rasmin M.
15. Pougnet R, Pougnet L, Lucas D, Uguen M,
Ambilan Oksigen Maksimal dan Faal Paru
Henckes A, Dewitte JD, et al.
Laki Laki Sehat Penyelam dan Bukan
Longitudinalchange in professional divers`
Penyelam. J Respir Indo. 2011; 31 (2): 61-
lung function: literature review. Int Marit
71
Health. 2014; 65(4): 223-29
2. Yunus, F., Ventilasi, in in Menaldi, R., Jusuf,
16. Tetzlaff K, Lemaitre F, Burgstahler C,
A., Yunus, F., Amin, Taufik, Nawas, M. A.,
Luetkens JA, Eichhorn L. Going to Extremes
Editor, Buku Ajar Pulmonologi dan
of Lung Physiology–Deep Breath-Hold Divin.
Kedokteran Respirasi Buku 1. Jakarta:
Frontiers in Physiology. 2021; 12: 1-11
Universitas Indonesia Publishing; 2018.h
17. Hanif MA, Harahap F, Wiyono WH.
102–8
Pengaruh Lingkungan Hiperbarik terhadap
3. Fachrianto, Arsyad MA, Idris I.
Sistem Respirasi. In: Susanto, A. D., Yunus,
Perbandingan Fungsi paru antara SCUBA
F., Ihsan, M., Editors Penyakit Paru Kerja
diver, non SCUBA diver, dan non diver. JST
dan Lingkungan, Jakarta: Penerbit
Kesehatan. 2019; 9(1): 71-7
Universita Indonesia, 2017; h 143- 61
4. Setiawan JI, Suradi, Sutanto YS. Pengaruh
Tekanan dan Lama Penyelaman Terhadap
Faal Paru pada Penyelam Profesional dan
Bukan Penyelam Profesional. J Respir Indo.
2022; 40: 103-11
10