Analisis Penerapan Akuntansi Pada Bisnis Non Fungible Token
Analisis Penerapan Akuntansi Pada Bisnis Non Fungible Token
Perkembangan bisnis yang ada di dunia pada era sekarang ini sangat dipengaruhi oleh
perkembangan teknologi digital yang ada. Tak dapat dipungkiri bahwa teknologi memegang
peranan penting dalam segala aktiviiats bisnis yang dilakukan. Maka tak ayal apabila saat ini
banyak masyarakat khususnya para generasi muda memanfaatkan teknologi untuk menciptakan
bisnis dengan model yang berbeda dibandingkan dengan bisnis pada umumnya. Bisnis asset
kripto merupakan salah satu bisnis yang lahir atas perkembangan teknologi digital yang ada
Salah satu jenis asset kripto yang sedang menajdi trending di masyarakat dalam beberapa
bulan terakhir adalah NFT (Non Fungible Token) yang dimana bisnis ini pertama kali booming
di Indonesia karena efek ghozali everyday yang merupakan inisiator sekaligus trender dari bisnis
ini. Namun bisnis NFT ini bukanlah merupakan sebuah bisnis yang baru menunjukkan
ekssistensinya melainkan bisnis ini telah ada di dunia sejak 10 tahun yang lalu tepatnya pada
tahun 2012 dengan nama colored coin. Dalam perkembangannya, pada tahun 2017 produk NFT
pertama diluncurkan yaitu cryptokitties dan cryptopunk yang dimana kedua produk ini
menggunakan sistem block chain dalam pengelolaanya. Sistem blockhain sendiri merupakan
suatu sistem digital yang mengorganisir transaksi digital khususnya terkait dengan hak dan
peralihan hak kepemilikan dari suatu asset. Transaksi NFT sendiri dilakukan pada suatu pasar
digital yang disebut sebagai open sea yang dimana tempat ini merupakan suatu tempat dalam
dunia maya dimana para pelaku bisnis NFT ini melakukan transaksi penjualan NFT
Perkembangan NFT di Indonesia sendiri diinisiasi oleh seorang mahasiswa asal Jawa
tengah yaitu Muhammad Ghozali atau yang lebih dikenal dengan sebutan “Ghozali Everyday”.
Fenomena ini sendiri booming dikarenakan pada tahun 2021 yang lalu ghozali berhasil dalam
menghasilkan pendapatan dari penjualan foto selfinya pada situs Open Sea dimana berdasarkan
informasi yang diperoleh dari detik.com harga foto selfi dari ghozali tersebut adalah mencapa 5
Miliar Rupiah. Sejak saat itu, perkembangan bisnis NFT di Indonesia mulai diikuti oleh beberapa
pihak termasuk public figure seperti Raffi Ahmad misalnya yang menjualn foto mantan pacarnya
Efek Ghozali Everyday tersebut kemudian membuat pasar open sea di Indonesia semakin
meningkat. Hal ini dapat dibuktikan dengan jumlah pencarian tentang NFT serta block chain
pada mesin pencarian google yang terus mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah pencarian
ini tentunya menggambarkan bahwa minat untuk menekuni bisnis ini semakin tinggi dikarenakan
prospek penghasilan yang sangat menjanjikan serta masih terbatasnya individu yang memiliki
pemahaman terhadap bisnis digital ini. Di bawah ini adalah data dari jumlah pencarian NFT dan
Block Chain di Indonesia pada mesin pencarian Google pada tahun 2021
Gambar 1.1. Data Pencarian NFT dan Blockchain di Indonesia Tahun 2021
Gambar 1.1. di atas menunjukkan bahwa jumlah pencarian NFT serta Blockchain yang
mengalami lonjakan yang cukup drastic. Hal ini sendiri sebagaiana dikatakan oleh Chef Arnold
dalam podcast Deddy Corbuzier bahwa Ghozali Effect merupakan salah satu factor yang
Dalam ilmu akuntansi, penggolongan NFT ini sendiri masih menimbulkan pertanyaan
apakah diakui sebagai asset tidak berwujud atau sebagai persediaan. Prianto (2021) menyatakan
bahwa dikarenakan NFT ini merupakan salah satu jenis asset yang dimana tidak terdapat
wujudnya secara fisik, maka digolongkan sebagai asset tidak berwujud apabila dilihat dari sifat
asset berupa NFT tersebut. Namun penelitian yang dilakukan oleh Manurung dan Wijaya (2021)
mengatakan bahwa dalam pengakuan, harus dilihat terlebih dahulu apakah tujuan dari asset
kripto ini adalah untuk diperjualbelikan atau tidak. Apabila untuk diperjualbelikan maka bisa
diakui sebagai persediaan dan apabila hanya disimpan untuk jangka waktu yang lama bisa diakui
sebagai asset tidak berwujud. Masih belum dikeluarkannya standar akuntansi keuangan
mengenai asset kripto tentunya membuat pengakuan asset kripto khususnya NFT sendiri masih
menjadi perdebatan. Namun pada tahun 2022, pemerintah telah mengeluarkan regulasi seputar
asset kripto yakni Peraturan Menteri Keuangan (PMK) 68/PMK.03/2022 tentang Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penghasilan atas asset kripto dimana dalam PMK tersebut
dikakatakn bahwa asset kripto termasuk NFT merupakan suatu komoditas yang apabila
disinonimkan maka komoditas sama maknanya dengan persediaan. Namun mengingat adanya
perbedaan akuntansi dan perpajakan maka pengakuan asset kripto di Indonesia masih
Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan di atas serta masih belum diaturnya asset
kripto khususnya NFT dalam standar akuntansi keuangan, maka dalam hal ini peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Penerapan Akuntansi pada Bisnis Non
Untuk mengetahui Bagaimana Penerapan Akuntansi pada Bisnis Non Fungible Token (NFT)
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dimana peneliti akan menyajikan
data berupa data data berupa non angka atau opini opini serta peratura terkait yang
membahas tentang bisnis NFT. Teknik analisis data yang digunakan adalah Teknik analisis
data kualitatif dengan metode studi kepustakaan dimana peneliti akan mencari sumber
sumber serta peraturan peraturan terkait dengan Bisnis NFT atau asset kripto yang nantinya
akan disesuaikan dengan topik yang diangkat oleh peneliti dalam penelitian yang dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Prianto, Budi. 2021. Analisis Penerapan Akuntansi dan Perpajakan pada Bisnis Non Fungible
Token (NFT).