Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI PADA BISNIS NON FUNGIBLE TOKEN (NFT)

1.1. Latar Belakang

Perkembangan bisnis yang ada di dunia pada era sekarang ini sangat dipengaruhi oleh

perkembangan teknologi digital yang ada. Tak dapat dipungkiri bahwa teknologi memegang

peranan penting dalam segala aktiviiats bisnis yang dilakukan. Maka tak ayal apabila saat ini

banyak masyarakat khususnya para generasi muda memanfaatkan teknologi untuk menciptakan

bisnis dengan model yang berbeda dibandingkan dengan bisnis pada umumnya. Bisnis asset

kripto merupakan salah satu bisnis yang lahir atas perkembangan teknologi digital yang ada

Salah satu jenis asset kripto yang sedang menajdi trending di masyarakat dalam beberapa

bulan terakhir adalah NFT (Non Fungible Token) yang dimana bisnis ini pertama kali booming

di Indonesia karena efek ghozali everyday yang merupakan inisiator sekaligus trender dari bisnis

ini. Namun bisnis NFT ini bukanlah merupakan sebuah bisnis yang baru menunjukkan

ekssistensinya melainkan bisnis ini telah ada di dunia sejak 10 tahun yang lalu tepatnya pada

tahun 2012 dengan nama colored coin. Dalam perkembangannya, pada tahun 2017 produk NFT

pertama diluncurkan yaitu cryptokitties dan cryptopunk yang dimana kedua produk ini

menggunakan sistem block chain dalam pengelolaanya. Sistem blockhain sendiri merupakan

suatu sistem digital yang mengorganisir transaksi digital khususnya terkait dengan hak dan

peralihan hak kepemilikan dari suatu asset. Transaksi NFT sendiri dilakukan pada suatu pasar

digital yang disebut sebagai open sea yang dimana tempat ini merupakan suatu tempat dalam

dunia maya dimana para pelaku bisnis NFT ini melakukan transaksi penjualan NFT

Perkembangan NFT di Indonesia sendiri diinisiasi oleh seorang mahasiswa asal Jawa

tengah yaitu Muhammad Ghozali atau yang lebih dikenal dengan sebutan “Ghozali Everyday”.
Fenomena ini sendiri booming dikarenakan pada tahun 2021 yang lalu ghozali berhasil dalam

menghasilkan pendapatan dari penjualan foto selfinya pada situs Open Sea dimana berdasarkan

informasi yang diperoleh dari detik.com harga foto selfi dari ghozali tersebut adalah mencapa 5

Miliar Rupiah. Sejak saat itu, perkembangan bisnis NFT di Indonesia mulai diikuti oleh beberapa

pihak termasuk public figure seperti Raffi Ahmad misalnya yang menjualn foto mantan pacarnya

pada Open Sea.

Efek Ghozali Everyday tersebut kemudian membuat pasar open sea di Indonesia semakin

meningkat. Hal ini dapat dibuktikan dengan jumlah pencarian tentang NFT serta block chain

pada mesin pencarian google yang terus mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah pencarian

ini tentunya menggambarkan bahwa minat untuk menekuni bisnis ini semakin tinggi dikarenakan

prospek penghasilan yang sangat menjanjikan serta masih terbatasnya individu yang memiliki

pemahaman terhadap bisnis digital ini. Di bawah ini adalah data dari jumlah pencarian NFT dan

Block Chain di Indonesia pada mesin pencarian Google pada tahun 2021

Gambar 1.1. Data Pencarian NFT dan Blockchain di Indonesia Tahun 2021
Gambar 1.1. di atas menunjukkan bahwa jumlah pencarian NFT serta Blockchain yang

mengalami lonjakan yang cukup drastic. Hal ini sendiri sebagaiana dikatakan oleh Chef Arnold

dalam podcast Deddy Corbuzier bahwa Ghozali Effect merupakan salah satu factor yang

mempengaruhi perkembangan bisnis NFT di Indonesia.

Dalam ilmu akuntansi, penggolongan NFT ini sendiri masih menimbulkan pertanyaan

apakah diakui sebagai asset tidak berwujud atau sebagai persediaan. Prianto (2021) menyatakan

bahwa dikarenakan NFT ini merupakan salah satu jenis asset yang dimana tidak terdapat

wujudnya secara fisik, maka digolongkan sebagai asset tidak berwujud apabila dilihat dari sifat

asset berupa NFT tersebut. Namun penelitian yang dilakukan oleh Manurung dan Wijaya (2021)

mengatakan bahwa dalam pengakuan, harus dilihat terlebih dahulu apakah tujuan dari asset

kripto ini adalah untuk diperjualbelikan atau tidak. Apabila untuk diperjualbelikan maka bisa

diakui sebagai persediaan dan apabila hanya disimpan untuk jangka waktu yang lama bisa diakui

sebagai asset tidak berwujud. Masih belum dikeluarkannya standar akuntansi keuangan

mengenai asset kripto tentunya membuat pengakuan asset kripto khususnya NFT sendiri masih

menjadi perdebatan. Namun pada tahun 2022, pemerintah telah mengeluarkan regulasi seputar

asset kripto yakni Peraturan Menteri Keuangan (PMK) 68/PMK.03/2022 tentang Pajak

Pertambahan Nilai dan Pajak Penghasilan atas asset kripto dimana dalam PMK tersebut

dikakatakn bahwa asset kripto termasuk NFT merupakan suatu komoditas yang apabila

disinonimkan maka komoditas sama maknanya dengan persediaan. Namun mengingat adanya

perbedaan akuntansi dan perpajakan maka pengakuan asset kripto di Indonesia masih

menimbulkan perdebatan di beberapa kalangan

Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan di atas serta masih belum diaturnya asset

kripto khususnya NFT dalam standar akuntansi keuangan, maka dalam hal ini peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Penerapan Akuntansi pada Bisnis Non

Fungible Token (NFT)”

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana Penerapan Akuntansi pada Bisnis Non Fungible Token (NFT)

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui Bagaimana Penerapan Akuntansi pada Bisnis Non Fungible Token (NFT)

1.4. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dimana peneliti akan menyajikan

data berupa data data berupa non angka atau opini opini serta peratura terkait yang

membahas tentang bisnis NFT. Teknik analisis data yang digunakan adalah Teknik analisis

data kualitatif dengan metode studi kepustakaan dimana peneliti akan mencari sumber

sumber serta peraturan peraturan terkait dengan Bisnis NFT atau asset kripto yang nantinya

akan disesuaikan dengan topik yang diangkat oleh peneliti dalam penelitian yang dilakukan

DAFTAR PUSTAKA

Prianto, Budi. 2021. Analisis Penerapan Akuntansi dan Perpajakan pada Bisnis Non Fungible

Token (NFT).

Anda mungkin juga menyukai