1
siswi yang bersangkutan untuk memahami pelajaran pada tahap
selanjutnya. Hal ini tentunya akan berdampak pada kemampuan akademik
dari siswa siswi yang bersangkutan sehingga akan menjadi beban pula bagi
orang tua. Oleh karena itu, dalam hal ini bukan hanya peran guru yang
dituntut untuk mampu memberikan pemahaman seputar pelajaran kepada
siswa siswi namun juga sekolah dan orang tua dikarenakan kolaborasi
ketiga komponen ini akan mampu menyelesaikan masalah kesulitan
pemahaman pelajaran yang dihadapi oleh siswa siswi yang bersangkutan. .
Kepedulian serta kepekaan yang dimiliki baik oleh sekolah,
masyarakat, serta orang tua tentunya menjadi salah satu kunci kesuksesan
dalam penanganan masalah ini dikarenakan dalam menangani kesulitan
siswa siswi dalam memahami pelajaran bukan sepenuhnya salah dari guru
meskipun dalam hal ini guru memiliki kewajiban untuk memberikan
pemahaman kepada siswa siswinya. Namun tentunya faktor psikologi yang
berbeda beda serta daya reseptor yang dimiliki oleh masing masing siswa
biasanya akan sedikit tidaknya mempengaruhi pemahaman siswa terhadap
apa yang dipelajari di sekolah.
Dalam tulisan ini, penulis akan membahas mengenai bagaimana
mengatasi kesulitan belajar apabila ditinjau dari sudut pandang ilmu
psikologi dikarenakan ilmu psikologi memiliki peranan penting dalam
menganalisa perilaku seseorang guna memecahkan masalah yang ia sedang
alami.
Learning Disfunction
3
yang lebih profesional sehingga mampu memberikan hasil yang sesuai
dengan harapan
Underachiever
Slow Learner
Learning Disabilities
4
mengatasi hal ini tidak hanya dibutuhkan peran guru selaku tenaga
pendidik namun juga peran orang tua dalam melakukan pengawasan
terhadap kegiatan belajar dari siswa siswi yang bersangkutan.
Berdasarkan paparan yang telah dijelaskan di atas, bahwa berbagai
hambatan yang dialami oleh siswa siswi dalam belajar tentunya akan
menjadi penghalang bagi siswa siswi untuk berprestasi sehingga dalam hal
ini akan berpengaruh pula terhadap masa depan dari siswa siswi yang
bersangkutan meskipun tidak dapat dikatakan bahwa siswa siswi yang
secara akademik tidak memiliki kemauan untuk belajar akan
mempengaruhi masa depan mereka. Namun sedikit tidaknya apabila
mereka mampu memenuhi prestasi akademik mereka telah mampu
merancang masa depan mereka sendiri. Oleh karena itu, dalam hal ini
diperlukan adanya bimbingan dari guru maupun orang tua untuk
meningkatkan kemauan belajar dari siswa siswi sehingga mampu
meningkatkan prestasi secara akademik.
1. Faktor internal
Faktor ini merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang
bersangkutan atau berasal dari lingkungan internal seperti kondisi
keluarga serta adanya pergolakan dalam diri seperti tidak adanya
5
kemauan dari siswa yang bersangkutan untuk menumbuhkan sikap atau
motivasi belajar di dalam diri
2. Faktor eksternal
Faktor ini merupakan faktor yang berasal dari luar siswa siswi yang
bersangkutan. Faktor eksternal biasanya mencakup lingkungan
sepermainan serta pengaruh pengaruh yang ditimbulkan oleh
lingkungan eksternal tersebut. faktor ini merupakan faktor yang cukup
sulit untuk dicegah dikarenakan tentunya siswa siswi pastinya
membutuhkan interaksi dengan orang lain sehingga dari interaksi
tersebut akan mempengaruhi perilaku dari siswa siswi yang
bersangkutan. Oleh karena itu diperlukan adanya kesadaran dalam diri
sehingga tidak menimbulkan pengaruh yang signifikan bagi
perkembangan belajar dari siswa siswi tersebut.
Faktor internal siswa merupakan faktor internal yang dipengaruhi oleh berbagai
macam hal sebagai berikut:
a. Rendahnya kapasitas intelektual yang dimiliki oleh para siswa seperti tidak
mampunya otak dalam menyerap informasi atau pelajaran yang disampaikan
oleh guru;
6
menerima pelajaran yang disampaikan. .
Faktor Eksternal Siswa
7
faktor faktor lain yang mempengaruhi kemampuan siswa siswi dalam
memahami materi pelajaran yang disampaikan:
a. Disleksia (dyslexia), yakni ketidakmampuan belajar membaca
b. Disgrafia (dysgraphia), yakni ketidakmampuan belajar menulis.
c. Diskalkulia (dyscalculia), yakni ketidakmampuan belajar matematika.
Akan tetapi, siswa yang mengalami sindrom-sindrom di atas secara
umum sebenarnya memiliki potensi IQ yang normal bahkan di antaranya
ada yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Oleh karena itu, kesulitan
belajar siswa yang menderita sindrom-sindrom tadi mungkin hanya
disebabkan oleh adanya minimal brain dysfunction, yaitu gangguan ringan
pada otak.
Menurut Sternberg, otak sangat berperan penting terhadap
pemrosesan kognitif siswa karena otak adalah organ dalam tubuh kita yang
mengontrol langsung pikiran, emosi dan motivasi kita. Dengan demikian,
gangguan sedikit saja terhadap otak akan mengganggu sistem saraf yang
lain dan pada akhirnya siswa mungkin tidak termotivasi dalam belajar.
Lebih lanjut Sternberg menjelaskan, ada sejumlah gangguan otak
yang bisa menyebabkan kesulitan belajar pada anak didik, di antaranya:
9
disampaikan misalnya melalui cerita cerita yang berhubungan dengan
materi pembelajaran yang disampaikan atau membuat atmosfer kelas lebih
baik dengan cara sebelum memulai pembelajaran harus ada sesi motivasi
terlebih dahulu melalui rangkaian kata atau ceramah ceramah singkat
sehingga mampu menumbuhkan perasaan senang dari siswa yang
bersangkutan dalam menerima pelajaran
Kemampuan guru menjadi bagian dari siswa juga lebih ditekankan
diakrenakan apabila seorang ssiwa mulai menyukai seorang guru melalui
kepribadian yang ia miliki maka tentunya siswa tersebut akan tertarik
dengan apa yang diajarkan oleh guru yang bersangkutan karena selama ini
guru hanya menekankan aspek akademik saja dalam kegiatan belajar
mengajar tanpa mencoba untuk menciptakan suasana belajar yang menarik
sehingga mampu memicu motivasi siswa dalam menerima materi
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu & Supriyono Widodo, Psikologi Belajar, Jakarta, Rineka
Cipta, 2004. Feldmen, William, Penerjemah Sudarmaji, Mengatasi
Gangguan Belajar Pada Anak. Jakarta, Prestasi Putra, 2002.
Prayitno dan Erman Anti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling,
Jakarta, P2LPTK Depdikbud, 1995.
Prayitno, Panduan Bimbingan dan Konseling, Jakarta, Depdikbud
Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah, 2003.
Sternberg, Robert, Penerjemah Yudi Santoso, Psikologi Kognitif,
Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2008.
10