PDF Penentuan Interval Dan Posisi Perforasi - Compress
PDF Penentuan Interval Dan Posisi Perforasi - Compress
gas dan water conning tersebut, maka para ahli mencari hubungan antara laju
produksi kritis dengan parameter reservoir serta parameter produksi untuk
menentukan interval perforasi dan posisinya.
Metode Chierici
Beberapa anggapan yang digunakan dalam metode ini untuk mendapatkan
laju produksi kritis, adalah :
1. Reservoir homogen
2. Bidang kontak antar fluida horizontal dan statis
3. Pengaruh tekanan kapalier diabaikan
wo K ho
Qow = 0,003073 h 2 r De , , w .................................
................................. (4-5)
Bo o
h
Qog = 0,003073
og K ho
2
Bo o
r
De , , g ..................................
.................................. (4-6)
dimana :
Qow : laju produksi maksimum minyak tanpa terjadi water conning , STB/hari
Qog : laju produksi maksimum
maksimum minyak tanpa terjadi gas
terjadi gas conning , Mscfd
h : ketebalan zona minyak, ft
K ho
ho : permeabilitas efektif horizontal minyak, md
r D
Dee : (re/h) K vo / K ho
K vo
vo : permeabilitas efektif verikal minyak, md
w : 1 - g
: Lw/h = jarak antara WOC-bottom perforasi/ketebalan
perforasi/ket ebalan zona minyak
Dari persamaan di atas, suatu syarat untuk tidak berproduksinya air dan gas bebas
ke permukaan adalah :
Qo Qow atau Qo Qog
Gambar di bawah menunjukkan diagram sistem water dan gas
dan gas conning .
5 r De
De 80
0 0,75
0,07 0,9
Penetuan interval dan posisi perforasi dengan metode ini didasarkan pada gambar-
gambar tersebut.
Gambar 4.6
Diagram Sistem Wat er
er dan G as Conning di dalam Formasi yang Homogen
(Allen.T.O.,1982)
3. Ambil beberapa kemungkinan harga (misalnya 0,1 ; 0,2 dan seterusnya)
4. Dengan memakai grafik plot antara vs (sesuai dengan harga r De
De yang
telah dihitung) dan salah satu dari beberapa kemungkina harga , akan
didapat dan g optimum berdasr harga yang telah dihitung pada langkah 2.
Bila aguifer dan gas cap, kondisi maksimum laju produksi kritis secara teoritis
memenuhi Qoptimum = Qog = Qow.
5. Hitung harga melalui Persamaan (4-5) atau (4-6) dengan menggunakan
harga-harga yang telah ditentukan pada langkah 4.
6. Dengan mengetahui kemampuan sumur pada berbagai interval perforasi
maka dari berbagai harga Q optimum yang telah dihitung pada langkah 5, dapat
ditentukan harga Qoptimum yang sesuai atau laju produksi kritis yang sesuai
dengan sumur yang bersangkutan
7. Perhitungan-perhitungan tersebut diulangi lagi untuk harga interval perforasi
perfora si
yang lain sampai diperoleh harga Qoptimum yang sama atau hampir dama
dengan Qactual.
Metode Pirson
Persamaan -persamaan yang dibuat Pirson untuk menetukan laju produksi
kritis dalam tiga kasus sebagai berikut :
( o - g ) K o
Q og = 1,
1,535
o ln (r
(ree / rw)
h 2 - (h - D) 2
Untuk kasus water conning (lihat
(lihat gambar 4. 6)
( - )
Q ow = 1,
1,535 w o
h2 - D
o
ln (re / rw)
rw)
Untuk kasus gas dan water conning yang
yang terjadi bersama-sama seperti yang terlihat
pada gambar (4.6), laju aliran minyak maksimum dibagi menjaadi dua aliran,
pertama Qog yang diambil di atas bidang zo, disebut laju aliran minyak maksimum
tanpa gas dari gas conning, dan Q ow yang diambil bidang bagi z o, disebut laju aliran
minyak maksimum tanpa air dari water conning .
Persamaan-persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :
( - g ) K o
(h - z o ) - (h - D - h c - z o ) 2 .................... (4-7)
o
Q og = 1,
1,535
o ln
ln (r
(ree / rw)
rw)
( w
- g ) K o 2
Q ow = 1,
1,535 (z o - (z o - h + D)
D)) ................................
................................ (4-8)
o l
ln
n (re
(re / rw)
rw)
sehingga ,
o - g
D = h - (h - h c ) ................................................................... (4-9)
w - g
o
- g
z o = h ...................................................................................... (4-10)
w
- g
Gambar 4.7.
Kondisi Water and Gas Conning Menurut Pirson
rw
PR f 1 7 cos( f 90) ……………………………………………(4.12)
……………………………………………(4.12)
2 fh
Dimana :
PR : Productivity ratio
Pws : Tekanan sumur static yang dikoreksi terhadap pertengahan interval produksi
Pwf : Tekanan alir sumur pada pertengahan interval produksi
F : Fractional Penetration
qo disini merupakan laju produksi kritis dimana air tidak ikut berproduksi
P max 0.433
( w o)hmax ………………………….…………………..(4.13)
………………………….…………………..(4.13)
Dimana ▲hmax adalah jarak vertical diantara perforasi terbawah dan water contact.
(Qp/Qo) densitas perforasi untuk berbagai jarak penetrasi radial, diameter lubang
perforasi dan diameter casing. Hasil penelitiannya ditunjukkan pada Gambar
Gambar 4.8.
dimana :
re
ln ( )
Qp rw
= .............................................................................. (4-14)
Qo re
S p + lln
n( )
rw
Qp : laju produksi maksimum sumur perforasi, bpd
Qo : laju produksi sumur open hole, bpd
Gambar 4.8.
Grafik Hubungan Qo/Qp dan Densitas Perforasi
Perforasi Dengan Diameter Casing 6
Inch Dan Diameter Perforasi ¼ inch dan Grafik Pengaruh kh/kv terhadap
hubungan Qp/Qo dan densitas perforasi
(Gatlin.C.,1960)
Grafik pada gambar 4.8 menunjukkan bahwa untuk mencegah coning yaitu
dengan Qp/Qo tertentu, density perforasi dapat lebih besar untuk harga kh/kv yang
besar. Jadi misalnya untuk mencegah coning harga qp/qo maksimal adalah 0.6 dan
harga kh/kv = 1 maka dapat dilakukan perforasi dengan diameter perforasi
perf orasi 4 hole/ft
atau kurang.
4. Perhitungan Diameter Perforasi
Pada gambar dibawah ini menunjukan bahwa untuk mendapatkan rate
rate
sebesar 100 bbl/day, dengan kedalaman penetrasi perforasi 12 inchi (305 mm) dan
dimeter lubang perforasi sebesar 0,375 inchi (9,5) dibutuhkan drowdown
drowdown (P)
sebesar 1,0 psi.
Jadi dengan menggunakan persamaan Fanning diatas dapat ditentukan
diameter lubang perforasi pada rate (laju aliran) yang diinginkan, dengan catatan
bahwa parameter-parameter yang lain sesuai seperti yang tertera pada grafik, yaitu
:
f ( friction
friction faktor ) = 0.85
L ( perforation
perforation lengtih
lengtih)) = 12
(spesific gravity
(spesific gravity minyak ) = 0.85
K.C. Hong, mengambarkan pengaruh pola perforasi terhadap productivity
productivity
ratio,, seperti terlihat pada Gambar 4.9.
ratio
Gambar tersebut menggambarkan productivity
productivity ratio
ratio versus kedalaman penetrasi
perforasi untuk tiga pola perforasi.
Gambar 4.9.
Produktivity Ratio Diameter Lubang Perforasi
Perforasi
(Gatlin.C.,1960)
Ketiga pola tersebut disusun secara vertikal dan lurus, dimana pola pertama
(yang terbawah) mempunyai phasing 0o yang disebut “ srtip Shooting ”,
”, pola yang
kedua (ditengah) mempunyai phasing 90o dan pelubangan dilakukan pada suatu
bidang horizontal ( simple
simple pattern),
pattern), sedangkan pola ketiga (teratas) juga
j uga mempunyai
phasing 90o tetapi pelubangan dilakukan pada dua bidang horizontal . Permeabilitas
vertikal dan hirizontal diasumsikan sama.
Gambar 4.10.
Grafik Drowdown vs Diameter Lubang Perforasi
(Gatlin.C.,1960)
Gambar 4.11.
Pengaruh Pola Perforasi pada P r oduktivit
uktivi ty R
Raati o
(Buzarde.L.,E.1972)
Kedalaman Penetrasi Perforasi
Dari hasil penelitian Stanley Locke, digambarkan
digambarkan pengaruh dari kedalaman
penetrasi perforasi (perforation length) terhadap productivity ratio, seperti terlihat
pada gambar 4.12. Productivity
4.12. Productivity ratio mencapai
ratio mencapai harga maksimum pada kedalaman
penetrasi kira-kira
kira -kira 12 inch (395 mm). Juga terlihat bahwa productivity
bahwa productivity ratio
rati o akan
makin meningkat dengan pertambahan kedalaman penetrasi perforasi.
Pada Gambar 4.13, digambarkan untuk suatu kedalaman penetrasi yang
sama, maka besarnya productivity ratio
ratio akan bertambah dengan bertambahnya
density perforasi. Jadi density perforasi akan mempengaruhi besarnya productivity
besarnya productivity
ratio pada
ratio pada suatu harga kedalaman penetrasi dari perforasi.
Gambar 4.12.
Produktivity Ratio vs Kedalaman Penetrasi Perforasi
(Gatlin.C.,1960)
Gambar 4.13.
Produktivity ratio vs Kedalaman Penetrasi pada Berbagai
Harga Density Perforasi.
(Gatlin.C.,1960)
dimana :
S = St untu
untuk
k sumur berselubung
berselubung (ber-casing)
St = Sd atau S p = 0 untuk open hole completion
completion
Dalam hal ini, makin kecil diameter perforasi, semakin besar skin
perforasinya. Dan makin banyak lubang juga makin dalam perforasinya, maka skin
semakin kecil.
Untuk menentukan harga skin faktor akibat perforasi (Sp), K.C. Hong telah
membuat beberapa grafik seperti pada gambar 6.14 ( simple
( simple pattern)
pattern) dan gambar
4.15 (Staggered patterns)
Gambar 4.16 berfungsi untuk koreksi bila diameter perforasi 0,25 dan 1,0
inch.
- Jet Perforation :
8,6 x 10-5
Pf PB e (C B - C f ) ..........
................................
............................................
.........................
... (4-18)
dimana :
Pf = penetration in formation, in = ap
PB = TCP pada Beroa Sandstone, in
CB = compressive strength pada Barea Sandstone, 6500 psi
Cf = compressive strength pada formasi, psi
2. Gunakan Gambar 4.14 (untuk simple patterns)
patterns) atau Gambar 4.15 (untuk
staggered patterns)
patterns) untuk mendapatkan harga (Sp). Mulailah dari sisi kiri
untuk diameter perforasi yang berbeda. Setelah harga Sp didapat, maka dapat
dihitung harga skin total (St) apabila skin damage (Sd) diketahui, sehingga
perhitungan produktivitas sumur bisa dilakukan dengan menggunakan
Persamaan 4-16. Sedangkan untuk menetukan productivity ratio-nya
ratio-nya dapat
menggunakan persamaan:
re
q p ln
Produktivity
Produktivity Ratio (PR) = = rw ........................................
........................................ (4-19)
q re
St + ln
rw
Apabila St berharga negatif, berarti PR akan mempunyai harga lebih dari
satu. Jadi dapat disimpulkan bahwa laju produksi sumur yang diperforasi dapat
lebih besar dari laju produksi sumur pada kondisi open hole.
hole.
Gambar 4.14.
Grafik untuk menentukan perforation skin
faktor (Sp, (Simple patterns, 1/2 inch perforation)
(Allen.T.O.,1982)
Gambar 4.15.
Grafik untuk menentukan perforation skin
faktor (Sp, (Staggered paterns, 1/2 inch perforation)
(Allen.T.O.,1982)
Gambar 4.16.
Koreksi Sp untuk diameter perforasi 0.25 inch dan 1.0 inch
(Allen.T.O.,1982)
(tekanan hidrostatis dalam lubang bor lebih besar daripada tekanan formasi).
dari permeabilitas formasi, apabila diperforasi dengan tekanan
underbalanced (tekanan
(tekanan hidrostatis dalam lubang bor lebih kecil daripada
tekanan formasi).
2. Ketebalan crushed zone adalah 1/2 inch.
3. Infiniti reservoir, sehingga Pwst tetap pada sisi dari compact zone, jadi pada
closed outer boundary, konstanta - 3/4 pada persamaan Darcy dihilangkan.
4. Untuk mengevaluasi pressure drop melalui lubang perforasi digunakan
persamaan dari Jones, Blount dan Galze.
P =
2,30 x 10 -4
Bo 2 o (1/rp + 1/re) 2
+
o Bo (ln re/rp)
q ............ (4-21)
2 -3
L p q 7,08 x 10 Lp kp
dimana :
a =
2,30 x 10 -4
Bo 2 o (1 / rp + 1 / re)
2
L p
o Bo (l
n re
(ln rp))
re / rp
b = -3 q
7,08 x 10 Lp kp
-1 2,33 x 1010
= turbil
bilence faktor
ktor,, ft = kp
1201
,
dimana :
Bo = faktor volume formasi, bbl/STB
bbl/STB
o = densitas minyak, lb/cuft
Lp = perforation length, ft
Kp = permeabilitas compact zone, md (kp
(kp = 0,1 k formasi, jika overbalanced
dan kp = 0,4 k formasi, jika konsidi underbalanced).