Anda di halaman 1dari 62

NERACA GAS

BUMI
Ahmad Yuliandio Rahman 19-31
Mochammad Alex Sanusi 19-09
PEMBAHASAN
01 Pendahuluan

02 Kondisi Makro Ekonomi Dan Pasar Gas Bumi


Nasional

03 Perkembangan Gas Bumi Indonesia

04 Neraca Gas Bumi Per Region

05 Neraca Gas Bumi Nasional

06 Penutup
PENDAHULUAN
Penutup

Kontrak- kontrak ekspor gas bumi yang ber- akhir juga tidak diperpanjang. Pemanfaatan gas bumi me-
merlukan infrastruktur yang memadai sehingga diperlukan penambahan jaringan pipa dan penataan
wilayah distribusi yang menjangkau konsumen secara lebih luas yang merupakan bagian dari
pengembangan pasar gas bumi domestik. Beberapa tantangan di atas me- merlukan penyelesaian
yang kom- prehensif dan waktu yang tepat. Di bawah ini akan diulas beberapa tantangan dan langkah
nyata yang telah dan akan dilakukan Pemerintah guna menjawab tan-tangan tersebut.
.
Kondisi Makro Ekonomi Dan
Pasar Gas Bumi Nasional
Penutup

Kontrak- kontrak ekspor gas bumi yang ber- akhir juga tidak diperpanjang. Pemanfaatan gas bumi me-
merlukan infrastruktur yang memadai sehingga diperlukan penambahan jaringan pipa dan penataan
wilayah distribusi yang menjangkau konsumen secara lebih luas yang merupakan bagian dari
pengembangan pasar gas bumi domestik. Beberapa tantangan di atas me- merlukan penyelesaian
yang kom- prehensif dan waktu yang tepat. Di bawah ini akan diulas beberapa tantangan dan langkah
nyata yang telah dan akan dilakukan Pemerintah guna menjawab tan-tangan tersebut.
.
Perkembangan Gas Bumi
Indonesia
Penutup

Kontrak- kontrak ekspor gas bumi yang ber- akhir juga tidak diperpanjang. Pemanfaatan gas bumi me-
merlukan infrastruktur yang memadai sehingga diperlukan penambahan jaringan pipa dan penataan
wilayah distribusi yang menjangkau konsumen secara lebih luas yang merupakan bagian dari
pengembangan pasar gas bumi domestik. Beberapa tantangan di atas me- merlukan penyelesaian
yang kom- prehensif dan waktu yang tepat. Di bawah ini akan diulas beberapa tantangan dan langkah
nyata yang telah dan akan dilakukan Pemerintah guna menjawab tan-tangan tersebut.
.
Neraca Gas Bumi Per
Region
Neraca Gas Buumi Per Region

Kebutuhan gas bumi Indonesia diproyeksikan akan terus mengalami peningkatan, tetapi pasokan gas
bumi belum mampu mengimbangi kebutuhan tersebut. Sehingga diperlukan upaya-upaya
penambahan pasokan gas bumi, baik melalui kegiatan eksplorasi, eksploitasi, pengembangan
lapangan, dan impor gas bumi..
Neraca Gas Buumi Per Region

Indonesia merupakan salah satu negara produsen utama gas bumi dunia. Meskipun cadangan
gas buminya hanya 2% dari cadangan gas dunia. Gas Indonesia dalam bentuk
LNG pernah menjadi market leader pasar gas di Asia Timur.
Hingga tahun 2016 alokasi gas bumi untuk ekspor dipekirakan mencapai
97 MMSCFD.
Sumber Pasokan Gas Bumi

Gas bumi dari Provinsi Aceh dan Sumatera Utara (Sumut) telah lama diproduksi. Lapangan
Arun di Aceh telah berpro-duksi sejak tahun 1970-an untuk me-menuhi kebutuhan pabrik
Pupuk Iskandar Muda, pembangkit listrik serta ekspor LNG ke Jepang dan Korea. Pada saat
itu, Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang beroperasi adalah ExxonMobil Oil Indonesia
yang saat ini sudah beralih ke PHE NSO-NSB. KKKS lain yang beroperasi di Aceh adalah
Medco E&P Malaka, Triangle Pase Inc. dan ENI Krueng Mane Ltd. Sedangkan di Sumatera
Utara KKKS yang beroperasi adalah Pertamina EP Asset 1 dan EMP Gebang
Proyeksi Pasokan Gas Bumi

Pasokan gas bumi (supply) ke wilayah Aceh dan


Sumatera Utara pada tahun 2016 diperkirakan
mencapai 172 MMSCFD. PHE NSO-NSB (ex EMOI)
memasok sebesar 60 MMSCFD, Pertamina Asset 1
sebesar 5 MMSCFD dan gas bumi ex LNG yang
berasal dari terminal regasifikasi Arun mencapai 107
MMSCFD.
Proyeksi Pasokan Gas Bumi

Pasokan gas bumi (supply) ke wilayah Aceh dan


Sumatera Utara pada tahun 2016 diperkirakan
mencapai 172 MMSCFD. PHE NSO-NSB (ex EMOI)
memasok sebesar 60 MMSCFD, Pertamina Asset 1
sebesar 5 MMSCFD dan gas bumi ex LNG yang
berasal dari terminal regasifikasi Arun mencapai 107
MMSCFD.
Peta lapangan gas bumi di region 1
Peta lapangan gas bumi di region 1
Perkiraan pasokan gas bumi Region I tahun 2016-2035 (MMSCFD)

Pasokan dari Medco direncanakan akan dimulai (first


gas-in) pada tahun 2018 sebesar 57 MMSCFD dan
pada tahun 2019 naik (ramp-up) menjadi 60
MMSCFD sampai 2027, setelah itu turun menjadi 7
MMSCFD pada tahun 2035. Pasokan dari EMP
Gebang diperkirakan mulai masuk pada tahun 2018
sebesar 6 MMSCFD, pada tahun 2019 ramp-up
sebesar 12 MMSCFD dan setelah itu mengalami
penurunan.
Kondisi Ekonomi

Provinsi NAD dan Sumatera Utara merupakan dua provinsi di ujung utara pulau
Sumatera dengan PDRB cukup besar. Pada tahun 2015 PDRB provinsi NAD atas
harga berlaku mencapai 129,2 Triliun Rupiah sedangkan provinsi Sumatera Utara
mencapai 571,7 Triliun Rupiah, atau sebesar 1,1% dan 4.9% dari PDRB nasional
(dengan Migas). Pertumbuhan ekonomi di dua provinsi ini tidak cukup
menggembirakan dalam 5 tahun terakhir, yaitu sebesar 2,11% untuk NAD dan 4,48%
untuk Sumatera Utara. Angka ini masih di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi
nasional yang mencapai 5,64%.
Konsumen Pengguna Gas Bumi

yang sudah lama dialiri gas bumi yang berasal dari lapangan gas bumi di Arun dan
Sumatera Utara. Mengingat kebutuhan gas bumi yang terus meningkat Pertamina
kemudian membangun LNG receiving terminal di Arun dan mengalirkan gas bumi ke
Medan melalui jaringan pipa transmisi Arun-Belawan yang mulai beroperasi pada
tahun 2015. Beberapa konsumen dan calon konsumen gas bumi di Aceh dan
Sumatera Utara diantaranya:
Konsumen Pengguna Gas Bumi
 Kilang Arun (own used)
 Pupuk Iskandar Muda (PIM)
 Pembangkit Listrik/PLN :
- PLN Aceh Peaker
- PLTGU Sumbagut
- Peaker (ekspansi)
- PLTGU Belawan
- PLTG Glugur #1
- PLTG Glugur (TTF)
- PLTG Paya Pasir #7 (TTF)
- PLN Medan
- MPP Sabang (LNG)
- 9. PLTMG Sinabang 1 & 2
Konsumen Pengguna Gas Bumi

- PLN Nias dan MPP Nias (LNG)

- MPP Sumbagut

- Sumbagut 1 (Peaker), 3 & 4.

 Industri & Komersial

- PGN untuk kawasan industri di Medan dan sekitarnya, Tanjung Morawa (KIM Star),

Binjai, KIM 1 & 2, kawasan industri Belawan, dan Kawasan Industri Bandar Tuang.

- Pertagas Niaga untuk kawasan Medan dan Sei Mangkei

 Gas kota (Lhoksukon dan Lhokseumawe).


Konsumen Pengguna Gas Bumi

Dari konsumen pengguna gas bumi di atas, total


kebutuhan gas bumi tahun 2016 diperkirakan mencapai
217 MMSCFD dengan porsi terbesar pengguna menurut
sektor adalah sebagai berikut: own used Terminal
Regasifikasi Arun sebesar 8 MMSCFD, listrik sebesar
137 MMSCFD, industri & komersial (PGN & Pertamina)
sebesar 10 MMSCFD, pupuk & petrokimia sebesar 62
MMSCFD dan rumah tangga sebesar 0,5 MMSCFD
Proyeksi kebutuhan gas bumi berdasarkan sektor pengguna Region I
tahun 2016-2035
Proyeksi Kebutuhan Gas Bumi 2016- 2035

Kebutuhan gas bumi Region I diperkirakan meningkat dalam 20 tahun ke depan seiring
dengan tumbuhnya ekonomi di kawasan ini yang diperkirakan rata-rata mencapai 5%
per tahun. Kebutuhan gas bumi sektor pupuk & petrokimia pada tahun 2016 sebesar 62
MMSCFD dan meningkat menjadi 115 MMSCFD pada kurun waktu 2017- 2035 dengan
akan dioperasikannya pabrik PIM 2. Kebutuhan gas bumi untuk sektor industri
diperkirakan tumbuh menjadi 28 MMSCFD pada tahun 2025 dan 47 MMSCFD pada
tahun 2035, potensi pertumbuhan industri berasal dari PGN untuk kawasan industri
Tanjung Morawa, industri Binjai, Kawasan Industri Medan (KIM), dan Kawasan Ekonomi
Khusus Sei Mangkei.
Profil Neraca Tahun 2016

Besarnya pasokan gas bumi (supply) Region I sebesar 172 MMSCFD yang seluruhnya
merupakan existing supply. Kebutuhan gas bumi region ini sebesar 217 MMSCFD yang
terdiri dari contracted demand sebesar 204 MMSCFD, committed demand sebesar 4
MMSCFD, serta potential demand sebesar 9 MMSCFD. Existing supply Region I
berasal dari lapangan milik PHE NSO-NSB, lapangan Pertamina EP Asset 1, serta LNG
dari Tangguh melalui Terminal Regasifikasi Arun. Sementara existing supply melalui
pipa di region Sumatera bagian Utara saat ini sebesar 5,2 MMSCFD yang bersumber
dari Pertamina EP Asset 1 yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan industri.
Sedangkan existing supply lainnya berasal dari LNG Tangguh melalui Terminal
Regasifikasi Arun sebesar 12 kargo dari LNG Tangguh untuk kelistrikan di Sumatera
Utara.
Profil Neraca Tahun 2016
Profil Neraca Tahun 2017-2022

profil Neraca Tahun 2017-2022 Existing supply pada periode 2017- 2019 meningkat,
yang berasal dari peningkatan produksi lapangan PHE NSO serta bertambahnya
pasokan LNG dari Tangguh. Pada tahun 2018 terjadi peningkatan project supply karena
onstream-nya Lapangan Alur Siwah, Alur Rambong, dan Julu Rayeu (Medco E&P
Malaka) dengan produksi sebesar 57 MMSCFD serta Lapangan Gebang (EMP Gebang
Ltd.) sebesar 6 MMSCFD. Untuk potential supply, PHE NSONSB meningkatkan
produksi sebesar 43 MMSCFD pada tahun 2017-2019 serta pada tahun 2022 sebesar
101 MMSCFD. Pada tahun 2020 lapangan Jambu Aye Utara (ENI Kruen Mane) mulai
beroperasi dengan produksi sebesar 65 MMSCFD dan meningkat menjadi 86 MMSCFD
pada tahun 2022 Dengan demikian total existing supply dan project supply gas pipa di
region NAD dan Sumut akan dapat memenuhi kebutuhan contracted demand dan
committed demand gas bumi mulai tahun 2018.
Profil Neraca Tahun 2023-2035

Potensial supply PHE NSO-NSB pada tahun 2023 sebesar 103 MMSCFD, namun
jumlah ini terus mengalami penurunan setiap tahunnya hingga 42 MMSCFD pada tahun
2030, serta 28 MMSCFD pada tahun 2035. Potensial demand Region I ini terus
meningkat terutama sektor industri dan listrik. Untuk memenuhi seluruh kebutuhan gas
(contracted, committed dan potential demand), diharapkan dapat dipenuhi dari
penambahan alokasi LNG.
Neraca Gas Bumi Region I Berdasarkan Sektor Pengguna

Komposisi kebutuhan gas bumi Region I per sektor menunjukkan bahwa sektor listrik membutuhkan
gas bumi terbesar, kemudian disusul sektor pupuk dan petrokimia. Pada periode 2019-2022 total
supply akan mampu memenuhi kebutuhan gas bumi sektor pupuk dan petrokimia, serta listrik.
Kemudian total supply akan menurun secara bertahap dan tidak mampu mencukupi kebutuhan sektor
listrik, untuk itu diperlukan pasokan gas dari luar dengan cara penambahan alokasi LNG baik dari
kiriman region lain maupun impor.
Neraca Gas Bumi Region I Berdasarkan Sektor Pengguna
Neraca Gas Bumi Region I Berdasarkan Sektor Pengguna
Sumber Pasokan Gas Bumi

Komposisi kebutuhan gas bumi Region I per sektor menunjukkan bahwa sektor listrik membutuhkan
gas bumi terbesar, kemudian disusul sektor pupuk dan petrokimia. Pada periode 2019-2022 total
supply akan mampu memenuhi kebutuhan gas bumi sektor pupuk dan petrokimia, serta listrik.
Kemudian total supply akan menurun secara bertahap dan tidak mampu mencukupi kebutuhan sektor
listrik, untuk itu diperlukan pasokan gas dari luar dengan cara penambahan alokasi LNG baik dari
kiriman region lain maupun impor.
Neraca Gas Bumi Nasional
Neraca Gas Bumi Nasional

Neraca Gas Bumi Indonesia pada tahun 2016 menunjukkan bahwa contracted demand hanya dapat dipenuhi
sebesar 92,4% dari existing supply dan project supply. Meskipun beberapa lapangan baru akan mulai beroperasi
sejak tahun 2017, penambahan pasokan gas bumi dari lapangan tersebut belum mampu mencukupi kebutuhan
gas bumi domestik. Sehingga pada tahun 2019 Indonesia diperkirakan akan melakukan impor gas bumi.
.
Pasokan Gas Bumi Nasional Tahun 2016-2035

Per Desember 2016, pasokan gas bumi nasional sebesar 6.744 MMSCFD yang terdiri dari existing supply sebesar
6.543 MMSCFD dan project supply sebesar 201 MMSCFD. MMSCFD, tahun 2025 sebesar 2.724 MMSCFD, dan
tahun 2035 sebesar 658 MMSCFD. Hal ini dikarenakan kemampuan produksi sumur eksisting terus mengalami
penurunan.. Project supply diperkirakan akan meningkat dengan mulai beroperasinya beberapa lapangan,
misalnya:
Pasokan Gas Bumi Nasional Tahun 2016-2035
 Pada tahun 2017, beberapa lapangan direncanakan akan beroperasi, yaitu lapangan Jangkrik (ENI Muara
Bakau), Rayu Utara (KSO Uno Dos Rayu), lapangan BD (Husky CNOOC Madura Ltd.), lapangan South
Sembakung (JOB PHE-Medco Simenggaris), pengembangan Blok Mahakam (Total E&P Indonesie), dan
Lapangan Jangkrik (ENI Muara Bakau).
 Pada tahun 2018 direncanakan akan beroperasi lapangan Alur Siwah, Rambong, dan Julu Rayeu (Medco Blok
A), serta Natuna Sea Blok A (Premier Oil).
 Pada tahun 2019 direncanakan akan beroperasi lapangan MDA&MBH, serta MDK (HCML), Jambaran-Tiung
Biru (EMCL), lapangan Lengo (Kris Energy), serta lapangan Badik dan West Badik (PHE Nunukan).
 Pada tahun 2020, lapangan Jambu Aye Utara (ENI Krueng Mane) dan BP Berau Expansion direncanakan akan
beroperasi.
 Pada tahun 2022 direncanakan akan beroperasi Indonesia Deepwater Development (Chevron Indonesia
Company) dan tahun 2026 lapangan Abadi Masela (Inpex Corporation).
Pasokan Gas Bumi Nasional Tahun 2016-2035

Untuk potential supply, pada tahun 2019


direncanakan akan mulai beroperasi Genting Oil
Kasuri Pte. Dan Blok East Natuna pada tahun 2027.
Dengan memperhitungkan seluruh potensi pasokan
gas bumi di Indonesia, contracted demand dan
committed demand dapat terpenuhi sampai dengan
tahun 2021.
Pasokan Gas Bumi Nasional Tahun 2016-2035
Kebutuhan Gas Bumi Nasional Tahun 2016

Kebutuhan total gas bumi nasional tahun 2016


sebesar 8.072 MMSCFD yang terbagi menjadi
beberapa sektor pengguna. Sektor listrik merupakan
sektor pengguna terbesar dengan 2.324 MMSCFD,
disusul industri sebesar 1.917 MMSCFD, pupuk dan
petrokimia sebesar 920 MMSCFD, lifting minyak bumi
dan own used sebesar 400 MMSCFD, serta
transportasi dan rumah tangga sebesar 70 MMSCFD.
Proyeksi Kebutuhan Gas Bumi Nasional 2017-2035

Kebutuhan gas bumi diproyeksikan dengan


konsep bahwa contracted demand dipenuhi
sesuai dengan kontraktualnya dan eksisting
kontrak domestik diperpanjang. Ketersediaan
gas bumi hulu di dalam negeri, Ketersediaan
infrastruktur gas bumi, dan Skala prioritas
pemanfaatan gas bumi.
Proyeksi Kebutuhan Gas Bumi Nasional 2017-2035

Kebutuhan gas bumi untuk lifting minyak bumi dan own used mengalami penurunan setiap tahunnya
seiring dengan berkurangnya penggunaan gas bumi untuk membantu peningkatan produksi untuk
lapangan-lapangan minyak bumi. Kebutuhan gas bumi sektor listrik terus mengalami peningkatan seiring
dengan adanya program listrik 35. MW dimana 37% pembangkit listrik tersebut menggunakan gas bumi.
Overview Kebutuhan Gas Bumi Per Sektor

Untuk kebutuhan gas bumi domestik, sektor listrik merupakan sektor dengan

kebutuhan gas bumi terbesar, disusul oleh industri, serta pupuk dan petrokimia.
Sektor Lifting dan Own Used

Kebutuhan gas bumi untuk keperluan lifting minyak bumi dan own used

diperlukan untuk membantu proses produksi minyak di sector hulu sebagai bahan

bakar pembangkit listrik, gas lift, dan membantu peningkatan produksi tahap lanjut

(EOR), serta sebagai bahan bakar di kilang LNG dan kilang minyak.
Sektor Pupuk dan Petrokimia

Pabrik pupuk eksisting di Indonesia adalah Pupuk Iskandar Muda (PIM) di Aceh, Pupuk

Sriwijaya (Pusri) di Palembang, Pupuk Kujang Cikampek (PKC), Petrokimia Gresik (PG),

serta Pupuk Kalimantan Timur (PKT) di Bontang. Pada tahun 2021 direncanakan pabrik

pupuk Pusri IIIB mulai beroperasi. Pengoperasian pabrik pupuk tersebut dapat mengurangi

penggunaan gas bumi melalui peningkatan efisiensi pemakaian gas bumi pabrik tersebut.
Proyeksi kebutuhan gas bumi sektor pupuk & petrokimia 2016-2035
Proyeksi kebutuhan gas bumi sektor pupuk & petrokimia 2016-2035

Rencana pembangunan pabrik pupuk Kujang IC di Cepu dibatalkan karena harga gas bumi
dari lapangan Jambaran-Tiung Biru tidak masuk dalam keekonomiannya, sehingga
direncanakan akan dibangun pabrik pupuk Kujang ID (Revitalisasi) dilokasi pabrik saat ini.
Pabrik pupuk Kujang ID direncanakan akan mulai beroperasi pada tahun 2021 dengan
kebutuhan gas bumi sebesar 44 MMSCFD. Pada tahun 2019 kebutuhan gas bumi untuk
Petrokimia Gresik akan dipasok dari HCML (lapangan MDA-MBH). Pabrik Pupuk Kaltim
(PKT) yang beroperasi saat ini adalah pabrik PKT II, III, IV, V, dan IB yang mendapat
pasokan gas bumi dari blok Mahakam, Sebuku, dan Sanga-sanga. Kontrak pasokan gas
bumi untuk pupuk Kaltim akan mulai menurun pada tahun 2018.
Sektor Kelistrikan

Kebutuhan gas bumi di sektor kelistrikan dipenuhi dari pasokan gas bumi
eksisting maupun beberapa lapangan yang akan berproduksi. Kebutuhan
kelistrikan mengalami peningkatan yang cukup tajam mulai tahun 2018 dengan
beroperasinya beberapa pembangkit baru dalam program listrik 35.000 MW yang
tersebar di berbagai wilayah. Dari total 35.000 MW, direncanakan lebih dari
13.000 MW akan menggunakan bahan bakar gas bumi. Untuk dapat memenuhi
seluruh kebutuhan gas bumi tersebut diperlukan tambahan pasokan gas bumi
sebesar 1.100 MMSCFD diluar pasokan gas bumi yang telah terkontrak maupun
yang telah di-alokasikan untuk sektor kelistrikan. Tambahan pasokan gas sebesar
1.100 MMSCFD tersebut dapat berasal dari gas pipa maupun LNG. Kekurangan
pasokan gas bumi untuk kelistrikan akan dipenuhi dari impor LNG.
Proyeksi kebutuhan gas bumi sektor kelistrikan 2016-2035
Sektor Industri

Angka kebutuhan sektor industri didasarkan pada hasil


koordinasi dengan Kementerian Perindustrian, Forum Industri
Pengguna Gas Bumi, PGN, dan Pertamina. Kebutuhan gas
bumi sektor industri yang sudah terkontrak (contracted
demand) pada tahun 2016 adalah sekitar 1.584 MMSCFD
serta committed demand industri sebesar 274 MMSCFD.
Pada tahun 2035 kebutuhan gas bumi sektor industri
diperkirakan akan mencapai 3.189 MMSCFD.
Sektor Transportasi dan Rumah Tangga

Kebutuhan gas bumi di sector transportasi dan rumah tangga


setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pemerintah terus
berusaha untuk mengembangkan jaringan gas rumah tangga
dan bahan bakar gas untuk transportasi, diantaranya dengan
penugasan kepada BUMN (Pertamina dan PGN) sebagai
pelaksana. Saat ini, jaringan gas bumi untuk rumah tangga
maupun transportasi dibangun di dekat daerah penghasil gas
bumi
Neraca Gas bumi Nasional 2016- 2035

Tahun 2016-2035 merupakan data supply-demand gas bumi yang telah diperbarui berdasarkan data Neraca
Gas Bumi Indonesia Tahun 2015-2030 dan disusun dengan menggunakan evaluasi data hasil Work Program
and Budget tahun 2015 dari seluruh KKKS Secara nasional, data supplydemand gas bumi nasional adalah
sebagai berikut:
Neraca Gas bumi Nasional 2016- 2035

 Neraca Gas Bumi Indonesia pada tahun 2016 menunjukkan bahwa contracted demand dapat dipenuhi
sebesar 92,4% dari existing supply dan project supply.
 Neraca Gas Bumi Indonesia pada tahun 2017-2022 menunjukkan bahwa dengan adanya pertumbuhan
kebutuhan gas bumi dari sektor industri dan kelistrikan maka penambahan pasokan gas bumi yang berasal
dari project supply dan potential supply masih belum dapat memenuhi kebutuhan tersebut
 Neraca Gas Indonesia tahun 2023-2035 menunjukkan bahwa ke-mampuan produksi sumur gas bumi
eksisting terus mengalami penurunan, sebaliknya kebutuhan gas bumi domestik terus meningkat. Walaupun
kontrak ekspor gas terus menurun, pasokan gas bumi domestik tidak dapat memenuhi kebutuhan, bahkan
selisih antara pasokan dan kebutuhan semakin besar
Neraca Gas bumi Nasional 2016- 2035
Neraca Gas bumi Nasional 2016- 2035
Penutup
Penutup

Kontrak- kontrak ekspor gas bumi yang ber- akhir juga tidak diperpanjang. Pemanfaatan gas bumi me-
merlukan infrastruktur yang memadai sehingga diperlukan penambahan jaringan pipa dan penataan
wilayah distribusi yang menjangkau konsumen secara lebih luas yang merupakan bagian dari
pengembangan pasar gas bumi domestik. Beberapa tantangan di atas me- merlukan penyelesaian
yang kom- prehensif dan waktu yang tepat. Di bawah ini akan diulas beberapa tantangan dan langkah
nyata yang telah dan akan dilakukan Pemerintah guna menjawab tan-tangan tersebut.
.
Tantangan & Solusi

• Pengembangan Infrastruktur Gas bumi di Kawasan Indonesia bagian timur


 Pengembangan infrastruktur gas bumi di kawasan Indonesia Bagian Timur saat ini terkendala
karena luasnya wilayah dan permintaan gas bumi yang tersebar di banyak pulau. Konsumen
utama gas bumi di Indonesia Bagian Timur adalah PLN yang menggunakan gas bumi sebagai
bahan bakar pembangkit listrik. PLN merencanakan akan menggunakan LNG sebagai bahan
bakar untuk pembangkit listrik yang tersebar itu. Untuk memasok LNG ke pembangkit listrik tersebut
digunakan mini LNG tanker yang beroperasi secara kontinu dalam rute tertentu. Di tiap PLTMG
disediakan fasilitas penyimpanan dan regasifikasi yang mampu mencukupi kebutuhan PLTMG
selama beberapa hari sebelum diisi ulang oleh LNG tanker. Sistem distribusi LNG dengan
menggunakan LNG tanker ke beberapa tujuan sekaligus disebut sebagai sistem virtual pipeline.
.
Tantangan & Solusi
• Pengembangan Infrastruktur Gas bumi di Kawasan Remote Indonesia bagian Barat
 PLN merencanakan pembangunan pembangkit listrik di sembilan daerah remote yaitu di Pulau
Natuna, Tanjung Balai Karimun, Tanjung Pinang, Tanjung Batu, Selat Panjang, Dabo Singkep,
Sabang, Sinabang dan Nias. Pembangkit listrik tersebut direncanakan menggunakan LNG
sebagai bahan bakar. Kapal LNG akan membawa LNG dan mengitari receiving point/fasilitas
regasifikasi yang terletak di dekat pembangkit listrik. Selain untuk pembangkit listrik, gas bumi
dari fasilitas regasifikasi tersebut juga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sektor lainnya,
seperti industri, transportasi, dan rumah tangga.
Tantangan & Solusi
• Integrasi Infrastruktur Gas bumi di Jawa dan Sumatera
Untuk meningkatkan fleksibilitas dan ketahanan pasokan terutama di wilayah distribusi yang sudah
mature seperti di Jawa Barat dan Banten, Jawa Timur dan Sumatera Bagian Utara Pemerintah
telah menyetujui pembangunan beberapa terminal penerimaan dan regasifikasi. Saat ini, di Jawa
Barat terdapat satu FSRU yang dikelola oleh PT. Nusantara Regas. PT. PGN juga telah
mengoperasikan FSRU Lampung. Beberapa FSRU/FSRT yang direncanakan dibangun di wilayah
Banten untuk memasok gas bumi ke pembangkit Listrik dan kawasan industri di Banten dan
Jawa Barat Di wilayah Jawa Tengah Pertamina akan membangun FSRU di Cilacap untuk
memenuhi kebutuhan gas kilang RU IV dan pabrik Holcim serta pengembangan pasar gas bumi di
Jawa Tengah. Di Jawa Timur rencananya akan dibangun sebuah FSRU di Teluk Lamong untuk
memenuhi pasokan gas bumi ke pembangkit listrik dan industri.
Peningkatan Pasokan Gas Bumi Domestik

Sebagaimana dibahas pada Bab V, Indonesia diperkirakan mengalami shortage gas bumi mulai pada
tahun 2019 disebabkan pasokan dari lapangan eksisting sudah tidak dapat lagi mengimbangi
peningkatan permintaan. Ada beberapa opsi yang dapat dilakukan guna menanggulangi hal tersebut,
yaitu:
Impor Gas Bumi
Percepatan Pengoperasian Blok Masela
Percepatan Pengembangan lapangan IDD
Percepatan Pengoperasian Blok East Natuna
Eksplorasi Lapangan Baru
Pengembangan lapangan gas bumi non konvensional
PERBAIKAN NERACA GAS BUMI INDONESIA KE DEPAN

Gas bumi merupakan salah satu komoditas strategis dengan fungsi penting sebagai sumber
energi,bahan baku industri, dan komoditas ekspor penghasil devisa Buku Neraca Gas Bumi Indonesia
2016 merupakan buku yang berisi kesetimbangan pasokan dan kebutuhan (supply-demand) gas bumi
Indonesia. Buku ini merangkum pasokan-pasokan gas bumi yang berasal dari produksi lapangan gas
bumi serta seluruh kebutuhan gas bumi untuk penggunaan di lapangan, sektor pupuk/petrokimia,
kelistrikan, industri, komersial, transportasi, dan rumah tangga.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai