Anda di halaman 1dari 17

PROGRESSIVE

CAVITY PUMP
Kelompok 5
Anggota:

01 Alfan Khoirul Umam


191910801018

02 Gilbert Aditya Apriliano


191910801018

03 Leonardo Kurniawan S
191910801018
Pengertian
Progressive Cavity Pump(PCP) adalah salah satu alat yang digunakan dalam metoda artificial lift. PCP sangat
baik diaplikasikan pada sumuryang mengandung pasir, mampu mengatasi problem minyak parafin dan cocok
untuk pengangkatan minyak berat.Progressive Cavity Pump (PCP) merupakan jenis pompa putar (rotary pump)
yang terdiri dari dua komponen utamayaitu rotor dan stator.
Rangkaian pompa PCP
1. Rangkaian Dalam Sumur (Subsurface Equipment)
    Berikut adalah Subsurface Equipment dari PCP :
     - Rotor
     - Stator
     - Gas Anchor
     - Sucker Rods
2. Rangkaian Di Permukaan (Surface Equipment)
    Dan berikut ini juga Surface Equipment PCP yaitu :
    - Motor penggerak (Prime Mover)
    - Roda gigi penggerak
    - Alat penahan putaran balik dari pompa.
Prinsip Kerja pompa PCP
Stator dihubungkan dengan ujung bawah tubing dan rotor dihubungkan dengan sucker
rod sebagai bagian yang berputar di dalam tubing. Rotor dimasukkan ke dalam stator.
Apabila rotor berputar maka kavitasi yang terbentuk dalam stator akan menghisap
fluida dan selanjutnya mendorongnya kepermukaan. Rangkaian permukaan PCP
berfungsi sebagai penggerak. Motor penggerak yang berputar akan memutar sucker
rods dan rotor sehingga proses pengangkatan terjadi.
Pemeliharaan Rangkaian Atas PCP

1. Pemberian grease pada bahagian tertentu dirangkaian permukaan seperti roda


penggerak dan bagian-bagian lainnya yang dianggap perlu.
2. enambahan minyak pelumas pada gear box.
3. Penyetelan seal O-ring pada stuffing box agar tidak terjadi kebocoran dengan
mengencangkan baut pada stuffing box untuk memampatkan seal O-ring.
4. Menjaga agar V-belt tidak kendor dan perlu penggantian secara berkala
Kelebihan
1. Capital Investasi Rendah
2. Efisiensinya Tinggi
3. Keperluan Tenaga rendah
4. Cocok untuk sumur berpasir dan minyak kental
5. Tidak ada internal komonen yang menimbulkan gas lock
6. Instalasi mudah dan tidak memakan tempat di permukaan
7. Biaya maintenance nya rendah
8. Pengoperasian nya smooth sehinnga tidak merusak formasi
Kekurangan
1. Usia stator maksimal 2 tahun
2. Tidak dapat dipergunakan untuk sumur yang aromatic dan mengandung H2S yang tinggi
3. Laju produksi terbatas terhadap kedalaman
4. Pada waktu lampau pernah ada problem elastomer mengelupas dari rumah stator dan
fatigue di road string untuk laju produksi besar
5. Tidak baik untuk sumur directional well
6. Stator tidak tahan terhadap asam
7. Kadag-kadang tubing lepas dari sambungan
8. Perlu elastomer khusus sumur dengan minyak aromatik
Tahap-Tahap Perencanaan PCP
1. Persiapkan data data sumur kajian
2. Berdasarkan pada oil gravity,ph of water,and temperature,pilih jenis strotor dan
rotor
3. Menentukan pump setting depth (PSD)
4. Menentukan lifting capacity (TNL)
5. Berdasarkan lifting capacity yang didapat dan rate produksi yang diinginkan,
tentukan jenis pompa dengan menggunakan selection card.
6. Dari lifting capacity yang diperoleh, tentukan besarnya RPM pompa.
7. Tentukan Torque
8. Tentukan Horse Power Motor
9. Tentukan jenis drive head dan rod berdasarkan grafik drive head dan rod selection.
10. Kemudian didaptkan spesifikasi hasil dari design pompa Progressive
Cavity Pump (PCP) meliputi kecepatan motor, jenis belt, pump speed,
diameter motor sheave, gear reducer sheave dan tipe bushing
Langkah-langkah Yang Dilakukan Dalam Menghitung Ulang Komponen Pompa
1. Data-data yang perlu diisikan antara lain : • Data sumur • Data produksi • Data informasi fluida
2. Berdasarkan pada spesific gravity minyak, pH air dan temperatur, lakukan pemilihan elastomer (stator) dan
rotor yang akan digunakan.
3. Dengan menggunakan tabel Quick Selection Guide, berdasar data kedalaman fluid level dan laju produksi
yang diharapkan, pilih tipe pompa yang sesuai.
4. Kemudian menguji demensional data pompa pada specification sheet untuk memastikan bahwa pompa bisa
dipasang di dalam casing sumur. Menghitung total dinamic head (TDH) dengan persamaan ,TDH =
Pumping fluid level (ft) + Flow line pressure (psi) x 2.31 (ft/psi) (7) Masukkan nilai TDH dalam kurva
performance pompa.
5. Kembali ke specification sheet dan cek speed guidelines untuk karakteristik medium abrasive.
6. Untuk menentukan HP yang dibutuhkan, dengan memasukkan nilai TDH da laju produksi yang diinginkan ke
dalam kurva performance pompa.
7. Pilih ukuran elektrik motor (electric motor)yang minimum sesuai dengan horse power yang dibutuhkan
8. Tentukan ukuran rod dan drive head yang dipakai berdasarkan grafik pemilihan drive head dan rod.
9. Pilih jenis drive head dengan menggunakan chart pemilihan drive head.
10.Pilih aksesoris pompa cavity, RPM dan jenis beltnya menggunakan chart pemilihan aksesoris pompa
Moyno.
Penentuan Pump Setting Depth

Suatu batasan umum untuk menentukan letak kedalaman pompa dalam suatu sumur
adalah bahwa pompa harus ditenggelamkan didalam fluida sumur. Sebelum perhitungan
perkiraan Pump Setting Depth dilakukan, terlebih dahulu diketahui parameter yang
menentukannya, yaitu static fluid level (SFL) dan working fluid level (WFL) dimana untuk
menentukannya digunakan alat sonolog atau dengan operasi wireline, bila sumur
tersebut tidak menggunakan packer. Jika sumur menggunakan packer, maka penentuan
SFL dan WFL dilakukan dengan pendekatan :
a. Static Fluid Level (SFL, ft)
b. Working Fluid Level / Operating Fluid Level (WFL, ft).
Penentuan Pump Setting Depth

a. Static Fluid Level (SFL, ft)


Apabila sumur dalam keadaan mati (tidak diproduksikan), sehingga tidak ada aliran, maka
tekanan didepan perforasi sama dengan tekanan statik sumur (Ps). Sehingga kedalam
permukaan fluida di annulus (SFL, ft) adalah :
, feet

Dimana :
FL = Statik Fluid Level, ft
WFL = Working Fluid Level, ft.
Ps = Tekanan Statik sumur, psi
Pwf = Tekanan alir dasar sumur, psi.
q = Rate produksi, B/D
Dmid perf= Kedalaman mid perforasi, ft.
Pc = Casing Head Pressure, psi
Gf = Gradient Fluida , psi/ft
Penentuan Pump Setting Depth

b. Working Fluid Level / Operating Fluid Level (WFL, ft).


Bila sumur diproduksikan dengan rate produksi sebesar q (bbl/D), dan tekanan alir dasar
sumur adalah Pwf (psi), maka ketinggian (kedalaman bila diukur dari permukaan) fluida di
annulus adalah :
, feet

Dimana :
FL = Statik Fluid Level, ft
WFL = Working Fluid Level, ft.
Ps = Tekanan Statik sumur, psi
Pwf = Tekanan alir dasar sumur, psi.
q = Rate produksi, B/D
Dmid perf= Kedalaman mid perforasi, ft.
Pc = Casing Head Pressure, psi
Gf = Gradient Fluida , psi/ft
Pump Setting Depth Optimum
Untuk menentukan kedalaman pompa optimum dapat dipergunakan persamaan sebagai
berikut :

Dimana ;
Pfop = Tekanan kolom fluida diatas pompa, psi.
PIP = Pump intake pressure, psi.

Apabila gradien fluida (Gf) diketahui, maka dapat ditentukan tinggi kolom fluida diatas pompa ,
yaitu :

Sehingga apabila kedalaman level fluid pada kondisi operasi (WFL) diketahui, maka
kedalaman pompa dapat ditentukan dengan persamaan :

Dimana :
PSDoptm = Pump setting depth optimum, ft
Hfop = Tinggi kolom fluida diatas pompa, ft
Pump Setting Depth Maksimum

Pompa pada keadaan maksimum, juga kedudukan yang kurang menguntungkan. Karena
dalam keadaan ini memungkinkan terjadinya overload (pembebanan berlebihan), yaitu
pengangkatan beban kolom fluida yang terlalu berat. Kedalaman Pump Setting Depth
(PSDmax) dapat didefinisikan :

Dimana :
Dmid perf= Kedalaman mid perforasi, ft.
Pb = Tekanan buble point, psi
Pc = Casing Pressure, psi
Gf = Gradien Fluida, psi/ft
Evaluasi Volumetris pada Progressing Cavity Pump (PCP)
Penentuan efisiensi volumetrik pompa Progressing Cavity dilakukan dengan maksud untuk mengetahui kerja
dari pompa sudah bekerja sesuai dengan desain yang telah dilakukan atau bekerja secara tidak efisien.
Untuk mengetahui keadaan tersebut, maka perlu dilakukan penentuan besarnya efisiensi pompa. Besarnya
efisiensi volumetris pompa diperoleh dengan membandingkan rate produksi aktual (sebenarnya) dari sumur
terhadap rate produksi teoritis. Berikut ini diberikan perhitungan besarnya produksi teoritis, dimana pump
displacement dari tipe pompa terhadap RPM pompa yang digunakan. Persamaannya adalah sebagai beriku :

Dimana :
Qtheo = Theoritical flow rate (bbl/day atau m3/day)
V = Pump displacement (bbl/day/RPM atau m3/day/RPM)
N = Rotation speed (RPM)
Sehingga, persamaan effisiensi volumetrik adalah sebagai berikut ini :

Dimana :
= Volumetric pumping effisiency (%)
Qactual = Actual flow rate (bbl/day, m3/day)
Qtheori = Theoritical Flow Rate (bbl/day atau m3/day)
TNAHK YOU

Anda mungkin juga menyukai