Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM PERAGAAN PERALATAN PRODUKSI


ARTIFFICIAL LIFT

Disusun oleh :

NAMA : ANGELA BENEDICTA HORTA


NIM : 113180001
PLUG :H

STUDIO PERAGAAN PERALATAN PRODUKSI


JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN ”
YOGYAKARTA
2020
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN MINGGUAN
PRAKTIKUM PERAGAAN PERALATAN PRODUKSI
ARTIFFICIAL LIFT

Disusun oleh :

Nama : Angela Benedicta Horta


Nim : 113180001
Plug :H

Disetujui untuk
Studio Peragaan Peralatan Produksi
Oleh:
Asisten Praktikum

Fahmi AL HAFIZ N
113170030
4.4. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini berjudul “Metode Artificial Lift”. Adapun tujuan
praktikum kali ini agar kita mengerti definisi dari Artificial Lift serta peralatan
produksi yang digunakan pada metode produksi ini. Sumur yang telah beroperasi
cukup lama biasanya sudah tidak memiliki tekanan reservoir yang kuat
dikarenakan depletion yang terjadi, sehingga diperlukan langkah lebih lanjut
seperti metode sembur buatan dengan menggunakan tenaga bantuan agar tekanan
alir dalam sumur tetap bisa dipertahankan.
Artificial Lift sendiri bertujuan untuk mempertahankan tekanan produksi
dari sumur yang berproduksi dalam kurun waktu yang lama. Artificial Lift dalam
definisinya adalah metode pengangkatan fluida produksi dengan cara
menginjeksikan atau memberi tenaga tambahan secara tidak langsung ke reservoir
namun ke dalam lubang sumur, dimana metode ini berfungsi untuk meningkatkan
jumlah produksi. Artificial Lift memiliki jenis peralatan sebagai tenaga tambahan,
diantaranya adalah pompa dan Gas Lift. Pompa sendiri dapat dibagi menjadi 4
macam yaitu pompa angguk (Sucker Rod Pump), Multistage Centrifugal Pump,
Hydraulic Pump, dan Jet Pump namun pada praktikum kali ini hanya akan
dibahas Electrical Submersible Pum, PCP,Hydraulic Pump dan Sucker rod
pump. Sucker Rod Pump adalah pompa mekanik yang bekerja dengan
menggunakan tenaga dari Prime Mover dimana pompa ini menggunakan prinsip
kerja tekanan dari alat yang bernama Plunger. Plunger ini merupakan bagian dari
pompa yang di dalamnya terdapat barrel yang bergerak naik – turun berfungsi
sebagai penghisap fluida dari formasi, alat ini ditambahi bola besi pejal dan seat
yang berfungsi sebagai pintu masuk dari masuknya fluida agar masuk ke dalam
barrel, dimana apabila plunger bergerak turun, maka volume yang ada di dalam
barrel bertambah dan tekanannya turun, sehingga tekanan dari sumur yang tinggi
akan membuat fluida masuk dan mengisi barrel, setelah terisi kemudian diangkat
ke permukaan menggunakan tubing. Proses ini dilakukan berulang-ulang sehingga
fluida produksi dapat terangkat naik ke atas permukaan. Kemudian pompa ESP,
alat ini memiliki prinsip kerja gaya sentrifugal dengan sumbu putar yang tegak
lurus terhadap gaya sentrifugalnya. Alat ini menggunakan tenaga motor hidrolik
yang menghasilkan tenaga hidrolik dengan cara memutar cairan melalui jalur
keluar fluida. Jalur ini terbagai menjadi 2, yaitu Impeller dan Diffuser.
Sebagaimana dengan proses kerja dari alat ini, cairan masuk ke dalam impeller
pompa menuruti poros pompa lalu dikumpulkan dalam rumah pompa atau
diffuser kemudian dikeluarkan oleh impeller, tenaga mekanis motor diubah
menjadi tenaga hidrolis. Impeller terdiri dari dua piringan yang di dalamnya
terdapat sudut, pada saat impeller diputar dengan kecepatan sudut putar sebesar,
ω, maka cairan dalam impeller akan dilemparkan keluar. Dengan tenaga potensial
dan kinetik tertentu cairan yang tertampung dalam rumah pompa kemudian
dialirkan melalui pipa keluar (diffuser), dimana sebagian tenaga kinetik diubah
menjadi tenaga potensial berupa tekanan, karena cairan dilemparkan keluar maka
terjadi proses penghisapan. Dalam penggunaan ESP kerap kali timbul beberapa
problem; gas locking yakni problem yang terjadi saat gas menutupi minyak,
sehingga minyak tidak dapat mengalir. Hal ini dapat terkadi jika pemisahan
minyak dengan gas tidak teradi secara baik di separator. Problem berikutnya
adalah uptrust dan downtrust , uptrust dapat terjadi jika laju alir produksi lebih
besar dari laju alir pompa sehingga menyebabkan Impller menabrak diffuser
bagian atas sebaliknya downtrust adalah problem yang terjadi ketika laju produksi
lebih kecil dari laju pompa sehingga impeller menabrak difusser bagian bawah.
Pompa berikutnya adalah Progressive Cavity Pumping Unit. Prinsip Kerja
PC Pump bekerja dengan mengandalkan 3 elemen utama rotor, strator, dan
elastomer . Adapun Motor drive sebagai prime mover(penggerak) berada di
permukaan yang menggerakkan rotor di lubang sumur.Pompa (rotor&stator)
berada dibawah lubang perforasi untuk memastikan bahwa pompa berada di
bawah fluida level untuk mengantisipasi loss flow yang terjadi. Fluida mengalir
kedalam stator dan terus mengalir melalui tubing hingga ke permukaan.
Sementara elastomer berfungsi untuk menahan agar fluida yang masuk ke alat ini
dapat naik. Panjang stator biasanya hampir sama dengan rotor.
Hydraulic Pump adalah salah satu bentuk metoda lain yang digunakan
untuk memompakan minyak mentah dari dalam sumur bila tenaga reservoir yang
tersedia tidak mampu lagi untuk mengangkat minyak mentah kepermukaan.
Hydraulic Pump terdiri dari surface components dan subsurface components.
Prinsipnya adalah power fluid dengan bantuan fluida tersebut dapat
menggerakkan piston dan piston menggerakkan pompa, system ini disebut juga
Hydraulic Piston Pump. Dan bila power fluid tersebut digunakan untuk
mempercepat produksi dengan system nozzle, disebut Jet Pumping.
Kemudian jenis Artificial Lift yang kedua adalah Gas Lift. Gas Lift adalah
metode sembur buatan yang menggunakan peralatan angkat dengan menggunakan
gas sebagai media angkat yang diinjeksikan dengan tekanan tinggi (minimal 250
psi) yang dialirkan melalui valve-valve yang dipasang dan memiliki jarak spasi
yang telah ditentukan. Agar efektif, metode Gas Lift ini harus memiliki syarat
agar bekerja dengan baik, yaitu tersedianya gas yang memadai untuk diinjeksi
baik dari sumur itu sendiri ataupun bersumber dari tempat lain di lingkungan
sekitar sumur tersebut, kemudian fluid level reservoir yang masih tinggi,
menandakan tekanan reservoir masih cukup untuk mengalirkan fluida dan masih
terdapatnya gas yang terkandung dalam reservoir. Gas Lift sendiri berprinsip kerja
dengan menginjeksikan gas ke dalam tubing, maka kondisi tekanan dasar sumur
(Pwf) akan mengalami penambahan volume gas, sehingga GLR (gas liquid ratio)
akan bertambah dan membuat Pwf menurun. Dengan menurunnya besar dari Pwf,
sesuai dengan rumus laju alir produksi, maka akan membuat laju alir produksi
sumur meningkat yang berarti sumur berhasil berproduksi, dimana hal inilah yang
menjadi tujuan utama pemasangan dan penggunaan Artificial Lift. Gas Lift sendiri
terbagai menjadi dua jenis metode, yaitu metode continuous gas lift dan metode
intermitten gas lift. Continuous gas lift bekerja dengan cara menginjeksikan gas
bertekanan tinggi secara terus-menerus (continue) ke dalam annulus sumur
melalui valve-valve yang sudah terpasang pada tubing sehingga gas masuk ke
dalam tubing. Sedangkan intermittent gas lift bekerja dengan cara menginjeksikan
gas bertekanan tinggi dengan volume tertentu yang bernama slug, dalam jeda
waktu tertentu yang telah ditentukan, sehingga gas yang masuk ke dalam tubing
secara bertahap, setelah waktu berjalan dan gas mulai habis, dari permukaan
kembali menginjeksikan gas kembali dan terus dilakukan sehingga fluida
produksi dapat terangkat ke permukaan. Adapun metode ini bergantung kepada
kondisi produksi sumur yang dilihat berdasarkan data IPR (Inflow Performance
Relationship) dari sumur tersebut, dimana apabila IPR dari suatu sumur tinggi,
maka continuous gas lift merupakan metode yang tepat digunakan karena tekanan
dasar sumur masih besar dan membuat kemampuan sumur untuk berproduksi
masih tinggi, sedangakan apabila IPR dari suatu sumur rendah, maka intermittent
gas lift dapat digunakan agar fluida yang masih ada di dalam reservoir dapat naik
ke permukaan.
Desain artificial lift memiliki screening criterianya sendiri yang
didasarkan pada karakteristik reservoir. Untuk sucker rod pump dapat
bekerja pada PI rendah <0.5 bbl/day/psi, laju produksi rendah, GOR rendah, suhu
550 F, dan dapat bekerja pada reservoir dengan jenis drive mechanism water drive
dikarenakan GOR rendah, namu tidak pada depletion drive mechanism dan gas
cap, selain itu sucker rod pump akan efektif pada GLR rendah, viskositas <200cp,
dan tidak cocok pada sumur dengan kedalaman > 8000 ft serta tidak bisa
digunakan pada sumur berarah. Untuk ESP dapat
bekerja pada PI tinggi >0.5 bbl/day/psi, laju produksi tinggi, GOR rendah, suhu
50 F untuk standard dan 350 F dengan motor dan kabel, selain itu dapat bekerja
pada reservoir dengan jenis drive mechanism water drive dikarenakan GOR
rendah, namu tidak pada depletion drive mechanism dan gas cap, ESP juga akan
efektif pada GLR rendah, viskositas sedang-200cp, dan kedalaman ditentukan
berdasarkan daya motor kurang lebih 10000 ft, serta bisa digunakan pada sumur
berarah.
Untuk PCP dapat
bekerja pada PI rendah <0.5 bbl/day/psi, laju produksi rendah, GOR tinggi, suhu
dibawah 250 F dimana dibatasi elastomer strator, selain itu dapat bekerja pada
reservoir dengan jenis drive mechanism water drive,dan gas cap dengan batas
aman gas 5%, namun tidak pada depletion drive mechanism dan gas cap, PCP
juga akan efektif pada GLR rendah, viskositas tinggi, dan kedalaman relative
sekitar 6550 ft serta bisa digunakan pada sumur vertical dan berarah. Sementara
untuk gas lift dengan metode continuous dapat bekerja pada PI tinggi >0.5
bbl/day/psi, laju produksi tinggi, GOR tinggi, suhu 350 F, selain itu dapat bekerja
pada reservoir dengan jenis drive mechanism depletion drive dikarenakan
produksi air kecil dan baik juga untuk gas cap dikarenakan GOR meningkat terus,
namun tidak pada water drive mechanism, gas lift juga akan efektif pada GLR
tinggi, viskositas sedang-200cp, dan kedalaman tidak berpengaruh. Semetara
untuk Intermittent gas lift dapat bekerja pada PI rendah<0.5 bbl/day/psi, laju
produksi rendah, GOR tinggi, suhu 350 F, selain itu dapat bekerja pada reservoir
dengan jenis drive mechanism depletion drive dikarenakan produksi air kecil dan
baik juga untuk gas cap dikarenakan GOR meningkat terus, namun tidak pada
water drive mechanism, intermittent gas lift juga akan efektif pada GLR rendah,
viskositas sedang , dan bisa digunakan pada sumur vertical dan horizontal serta
tidak berpengaruh terhadap kedalaman.
Tentunya setiap alat memiliki kondisi optimum masing-masing. Untuk gas
lift dapat bekerja secara optimum pada kondisi reservoir dengan GOR tinggi,
sementara untuk ESP, sucker rod, dapat bekerja pada GOR rendah, dan PCP pada
GOR tinggi. Jika dilihat dari produktifitas indeks suatu reservoir makan gas lift
akan bekera secara optimum pada PI rendah untukk internitten dan PI tinggi untuk
continuous. Sementara untuk sucker rod dan PCP dapat bekerja optimal pada PI
rendah sementara ESP pada PI tinggi.
Aplikasi lapangan dari praktikuk artificial lift kali ini, yakni dapat
menentukan jenis artiffial lift yang paling cocok diguunakan sesuai dengan
kondisi reservoir sehingga dihasilkan produksi yang maksimum.

Anda mungkin juga menyukai