LAPORAN PENDAHULUAN Fraktur
LAPORAN PENDAHULUAN Fraktur
“FRAKTUR”
RINI
N202101125
CI LAHAN CI INSTITUSI
oleh rudapaksa (Mansijoer et al, 2000). Sedangkan menurut Linda Juall C. dalam buku
Nursing Care Plang and Dokumentation menyebutkan bahwa Fraktur adalah rusaknya
kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang
Patah Tulang Tertutup adalah patah tulang dimana tidak terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar (Soedarman, 2000). Pendapat lain menyatakan bahwa
patah tulang tertutup adalah suatu fraktur yang bersih (karena kulit masih utuh atau
B. Etiologi
ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah
c. Kekerasan akibat tarikan otot Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang
C. Patofisiologis
Keparahan dari fraktur bergantung pada gaya yang menyebabkan fraktur. Jika
ambang fraktur suatu tulang hanya sedikit terlewati, maka tulang mungkin hanya retak
saja bukan patah. Jika gayanya sangat ekstrem, seperti tabrakan mobil, maka tulang
dapat pecah berkeping-keping. Saat terjadi fraktur, otot yang melekat pada ujung tulang
dapat terganggu. Otot dapat mengalami spasme dan menarik fragmen fraktur keluar
posisi. Kelompok otot yang besar dapat menciptakan spasme yang kuat bahkan mampu
menggeser tulang besar, seperti femur. Walaupun bagian proksimal dari tulang patah
tetap pada tempatnya, namun bagian distal dapat bergeser karena faktor penyebab patah
maupun spasme pada otot-otot sekitar. Fragmen fraktur dapat bergeser ke samping,
pada suatu sudut (membentuk sudut), atau menimpa segmen tulang lain. Fragmen juga
dapat berotasi atau berpindah. Selain itu, periosteum dan pembuluh darah di korteks
serta sumsum dari tulang yang patah juga terganggu sehingga dapat menyebabkan
sering terjadi cedera jaringan lunak. Perdarahan terjadi karena cedera jaringan lunak
atau cedera pada tulang itu sendiri. Pada saluran sumsum (medula), hematoma terjadi
lokasi fraktur akan mati dan menciptakan respon peradangan yang hebat sehingga akan
terjadi vasodilatasi, edema, nyeri, kehilangan fungsi, eksudasi plasma dan leukosit.
D. Manifestasi Klinis
a. Deformitas
b. Bengkak (edema)
c. Echimosis (memar)
d. Spasme otot
f. Krepitasi
g. Pergerakan abnormal
E. Pemeriksaan Penunjang
tulang, temogram, scan Ci: memperlihatkan fraktur juga dapat digunakan untuk
e. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multiple,
F. Klasifikasi fraktur
Menurut Wiarto (2017) fraktur dapat dibagi kedalam tiga jenis antara lain:
a. Fraktur tertutup
Fraktur terutup adalah jenis fraktur yang tidak disertai dengan luka pada bagian
luar permukaan kulit sehingga bagian tulang yang patah tidak berhubungan dengan
bagian luar.
b. Fraktur terbuka
Fraktur terbuka adalah suatu jenis kondisi patah tulang dengan adanya luka pada
daerah yang patah sehingga bagian tulang berhubungan dengan udara luar,
biasanya juga disertai adanya pendarahan yang banyak. Tulang yang patah juga
ikut menonjol keluar dari permukaan kulit, namun tidak semua fraktur terbuka
c. Fraktur kompleksitas
Fraktur jenis ini terjadi pada dua keadaan yaitu pada bagian ekstermitas terjadi
Brunner, Suddarth. 2011. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3. EGC. Jakarta
Carpenito, LJ. 2009. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2011. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddlc River
Mansjocr, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Mcdia
Acsculapius
Mc Closkcy, C.J.,et all. 2011. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddlc River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Mcdika
Smeltzer, S.C., 2010, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.