Anda di halaman 1dari 2

Nama : Akhmad Fahri

Kelas :V
Sekolah : SDN Labat Muara

CERITA RAKYAT KALIMANTAN SELATAN


LOK SI NAGA

Alkisah ada sebuah keluarga nelayan di suatu daerah di Kalimantan Selatan. Mereka hidup
bahagia dengan satu orang anak. Setiap hari kedua orang tuanya berangkat kerja
menangkap ikan di sungai dengan cara memasang penangkap ikan berupa tangguk besar.
Pada suatu hari mereka lama menunggu ikan masuk ke tangguknya, tetapi beberapa kali
diangkat tak ada satu ekor ikan pun.

Mereka kembali menunggu dengan penuh kesabaran. Kemudian tangguk kembali diangkat
dan mereka mendapati sebutir telur besar ada di dalam tangguk. Mereka buang kembali
telur tersebut ke dalam sungai dan memasang tangguknya tiada lelah. Tangguk kembali
diangkat dan telur yang tadi ada kembali di dalam tangguk. Setelah beberapa kali telur
tersebut menjadi isi tangguk, akhirnya mereka pulang dengan membawa sebutir telur besar.

Sesampai di rumah mereka mendapatkan anaknya sedang tidur. Telur besar yang
diperolehnya kemudian direbus untuk teman nasi. Setelah makanan siap, mereka segera
makan karena sangat kelaparan. Setelah kenyang terjadi satu keajaiban, mereka perlahan
berubah menjadi dua ekor naga besar. Si anak terbangun sangat terkejut dan ketakutan
melihat ular naga tersebut. Setelah diberi penjelasan dan dibujuk, akhirnya si anak mengerti
bahwa orang tuanya telah berubah wujud.
Kesedihan si anak tidak terhingga, ia terus menerus menangis. Orang tuanya yang telah
berubah menjadi naga berusaha menenangkannya dan memberi nasehat sebagai pesan
terakhir. Si anak dilarang makan telur tersebut, karena telur itu adalah telur naga putih yang
hidup di sungai tempat mereka mencari ikan. Setiap yang memakannya akan berubah
menjadi seekor naga. Pesan selanjutnya adalah apabila melihat air sungai berwarna putih
berarti mereka menang melawan naga putih, sedangkan kalau air sungai berubah merah
pertanda mereka kalah. Setelah pesan disampaikan, kedua ular naga tersebut terjun ke
dalam sungai.

Kepergian kedua orang tuanya membuat si anak hidup sendiri dan kesepian. Ia tidak lupa
dengan pesan-pesan yang disampaikan sebelum mereka terjun ke sungai. Setiap hari si
anak duduk termenung di pinggir sungai dan menanti keajaiban datang. Ia sangat
mengharap orang tuanya kembali berubah wujud menjadi manusia. Namun, keajaiban itu
tak kunjung tiba.

Pada suatu hari di siang yang sangat terik, tiba-tiba turun hujan rintik-rintik. Tidak lama
tampak pelangi seolah membelah langit biru dengan aneka warna yang indah. Si anak
kembali duduk termenung di pinggir sungai dan menanti perubahan warna air sungai.
Dengan tiba-tiba air sungai berubah warna menjadi putih. Betapa senang hatinya dan ia
bersorak gembira dengan penuh harap akan kedatangan kembali kedua orang tuanya. Air
sungai berwarna putih pertanda kemenangan ada di pihak orang tuanya setelah berkelahi
melawan naga putih.

Jam demi jam si anak menunggu orang tuanya muncul dalam wujudnya sebagai manusia.
Namun, harapan itu hanya tinggal harapan. Setelah berhari-hari yang dinanti tak kunjung
muncul ke permukaan. Air sungai tetap mengalir seperti biasanya. Dalam kesendirian dan
harapan yang tak juga berakhir, ia tetap kembali ke sungai sambil menanti keajaiban tiba.
Duduk termenung dari pagi sampai sore hari, memandang air sungai, dan di kala senja
kembali ke rumah.
Hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun pun telah berganti entah sudah berapa kali, si
anak tetap sendiri dan menanggung harapan tak pasti. Orang tuanya tidak pernah kembali,
tetapi ia tetap menanti. Sampai akhir hayatnya, duduk termenung menjadi kesehariannya. Si
anak pun pergi menghadap ilahi dalam sepi dan harapan yang tidak bertepi.

Anda mungkin juga menyukai