Anda di halaman 1dari 23

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, PENGGUNAAN

TEKNOLOGI INFORMASI, DAN PEMAHAMAN AKUNTANSI


AKRUAL TERHADAP KUALITAS PELAPORAN KEUANGAN
PADA SKPD DI KABUPATEN ACEH SELATAN

Muhammad Erlita1
Darwanis2
Muhammad Arfan3*
1
Magister Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala,
Banda Aceh
2, 3
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
*
Penulis Korespondensi: erlita786@gmail.com

Abstract

This study aims to examine the effect of education level, use of information
technology, and understanding of accrual accounting on the quality of financial
reporting in the Regional Government Work Units (SKPD) in South Aceh
Regency. The population of this study are 38 SKPDs in South Aceh Regency.
Because the number of population elements are not large, only 38 SKPDs, all
elements of the population are studied. Therefore, this study uses the census
method. Furthermore, this study uses primary data sources by distributing
questionnaires to each respondent and then asking them to fill them out. Each
SKPD is asked two persons as respondents, namely the budget user official and
the financial administration official. According to the number of respondents, 76
questionnaires were circulated and 72 were returned (95%). To analyze the data,
this study uses multiple linear regression analysis. The results showed that, the
level of education, use of information technology, and understanding of accrual
accounting had effect on the quality of financial reporting at SKPD in South Aceh
district.

Keywords: Education level, use of information technology, understanding of


accrual accounting, quality of financial reporting.
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh tingkat pendidikan, penggunaan


teknologi informasi, dan pemahaman akuntansi akrual, baik secara bersama-sama
maupun secara parsial terhadap kualitas pelaporan keuangan pada Satuan Kerja
Pemerintah Daerah (SKPD) di Kabupaten Aceh Selatan. Populasi penelitian ini
adalah SKPD di Kabupaten Aceh Selatan sebanyak 38 SKPD. Karena jumlah
elemen populasi tidak banyak, hanya 38 SKPD, maka seluruh elemen populasi
diteliti. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan metode sensus. Selanjutnya,
penelitian ini menggunakan sumber data primer dengan teknik penyebaran
kuesioner kepada masing-masing responden dan kemudian meminta mereka untuk
mengisinya. Masing-masing SKPD diminta 2 (dua) orang sebagai responden yaitu
pejabat pengguna anggaran dan pejabat penatausahaan keuangan. Sesuai dengan
jumlah responden, kuesioner yang diedarkan berjumlah 76 kusioner dan kembali
sebanyak 72 kuesioner (95%). Untuk menganalisis data penelitian, penelitian ini
menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa, baik secara bersama-sama maupun secara parsial, tingkat pendidikan,
penggunaan teknologi informasi, dan pemahaman akuntansi akrual berpengaruh
terhadap kualitas pelaporan keuangan pada SKPD di Kabupaten Aceh Selatan.

Kata kunci: Tingkat pendidikan, penggunaan teknologi informasi, pemahaman


akuntansi akrual, kualitas pelaporan keuangan.
PENDAHULUAN
Salah satu bentuk akuntabilitas publik pemerintah daerah kepada rakyat
yaitu pertanggungjawaban kinerja pengelolaan anggaran daerah dalam bentuk
penyampaian pelaporan pertangungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) setiap tahunnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat
Kabupaten (DPRK) dan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) untuk diperiksa
dan pengguna laporan keuangan lainnya sesuai kebutuhannya masing-masing.
Pelaporan keuangan yang disusun dan disajikan harus berdasarkan prinsip-prinsip
yang telah ditetapkan dalam Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) agar
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dapat dipahami oleh
pengguna. Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan sebagai pedoman bagi
setiap entitas dalam menyusun laporan keuangan entitasnya.
Menurut Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah, Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD) adalah pelaksana fungsi
eksekutif yang harus berkoordinasi agar penyelenggaraan pemerintahan berjalan
dengan baik. Qanun Aceh Selatan Nomor 7 Tahun 2016 menyebutkan bahwa
Satuan Kerja Perangkat Kabupaten (SKPK) adalah perangkat daerah yang
merupakan unsur Bupati dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam
penyelenggaraan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan Daerah
Kabupaten. SKPD sebagai entitas akuntansi menyusun laporan keuangan untuk
satu periode anggaran dan disampaikan kepada kepala daerah melalui Pejabat
Penatausahaan Keuangan Daerah (PPKD) sebagai entitas pelaporan untuk
dikonsolidasi menjadi LKPD sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan
anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
disebutkan bahwa pemerintah daerah bertanggung jawab untuk mempublikasikan
informasi keuangan dalam bentuk laporan keuangan dalam satu periode kepada
para pemangku kepentingan. Banyak pihak yang membutuhkan informasi dalam
laporan keuangan yang dipublikasikan oleh pemerintah daerah sebagai dasar
untuk pengambilan keputusan. Oleh karena itu, informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan harus dapat dipahami sehingga bermanfaat dan dapat digunakan
oleh pemakai. Jadi untuk mewujudkan pemerintahan yang baik, maka harus
didukung oleh laporan keuangan yang baik pula. Namun, yang terjadi pada
Pemerintah Daerah seperti Kabupaten Aceh Selatan yang terdapat dalam Laporan
Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksaan Keuangan (LHP BPK) Republik Indonesia
Perwakilan Aceh atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh
Selatan Tahun 2015 menyebutkan bahwa penyajian nilai aset tetap dalam neraca
tidak didukung dengan rincian aset tetap yang memadai, kebijakan Akuntansi
Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan belum sepenuhnya mendukung penerapan
akuntansi berbasis akrual dan BPK masih menemukan ketidakpatuhan,
kecurangan dan ketidakpatutan dalam pengujian kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan.
Setiap SKPD harus memiliki aparatur yang kompeten serta dilatar
belakangi pendidikan akuntansi dan keuangan yang cukup. Muzaid (2014)
menjelaskan bahwa dengan pendidikan formal yang mnemadai, staf bagian
keuangan/akuntansi akan lebih mudah untuk mengerti dan memahami pekerjaan
yang harus dilakukan. Dengan kata lain semakin tinggi tingkat pendidikan formal
staf bagian akuntansi/keuangan akan membantu dalam membuat laporan
keuangan. Hasil penelitian Nazaruddin et al. (2014) menunjukkan bahwa
pendidikan berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian pelaporan
keuangan. Disamping itu, Wiraputra et al. (2014) menyebutkan bahwa pendidikan
berpengaruh positif terhadap penyusunan dan penyajian pelaporan keuangan. Devi
et al. (2017) juga mengatakan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh positif
terhadap kualitas laporan keuangan. Hasil penelitian Shelly, & Tri Maulia (2014)
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap kualitas
laporan keuangan.
Selain itu, peran teknologi informasi juga sangat membantu dalam proses
akuntansi pada pemerintah daerah atau organisasi lainnya, di mana pemanfaatan
teknologi informasi berpengaruh terhadap kualitas pelaporan keuangan. Alasan
utama penggunaan teknologi informasi dalam akuntansi ialah efisiensi,
penghematan waktu dan biaya. Alasan lain termasuk peningkatan efektivitas,
mencapai hasil atau output laporan keuangan dengan benar dan perlindungan atas
asset pemerintah maupun perusahaan. Teknologi informasi adalah suatu teknologi
yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendesak,
mendapatkan, menyusun, menyimpan data dalam berbagai cara untuk
menghasilkan informasi yang berkualitas. Hasil penelitian Efendi et al. (2017)
menunjukkan bahwa penggunaan teknologi informasi berpengaruh terhadap
kualitas laporan keuangan daerah, dan penelitian Murina & Rahmawaty (2017)
menyebutkan bahwa pennggunaan teknologi informasi berpengaruh terhadap
kualitas pelaporan keuangan. Selanjuntya Devi et al. (2017). juga menyebutkan
bahwa teknologi informasi berpengaruh kualitas pelaporan keuangan. Hasil
penelitian Setyowati et.al (2016) menunjukkan bahwa penggunaan teknologi
informasi tidak berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan.
Selain tingkat pendidikan dan penggunaan teknologi informasi,
pemahaman akutansi akrual juga berpengaruh terhadap kualitas pelaporan
keuangan daerah (Kiranayanti & Erawati, 2016). Pemahaman adalah suatu proses
atau cara, perbuatan, memahami atau memahamkan tentang suatu objek.
Pemahaman terhadap akuntansi berbasis akrual berarti orang yang memiliki
pemahaman tentang akuntansi. Pemahaman akuntansi merupakan sejauh mana
kemampuan untuk memahami akuntansi dalam rangka menyusun laporan
keuangan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pemahaman akuntansi
merupakan sejauh mana kemampuan untuk memahami akuntansi, baik sebagai
perangkat pengetahuan (body of knowledge) maupun sebagai proses atau praktik.
Hasil penelitian Nazaruddin et al. (2014) menunjukkan bahwa pemahaman
akuntansi berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.
Kemudian Wiraputra et al. (2014) menemukan bahwa pemahaman standar
akuntansi pemerintah berpengaruh positif terhadap penyusunan pelaporan
keuangan pemerintah daerah dan Kiranayanti et al. (2016) menemukan bahwa
pemahaman atas regulasi pemerintah berbasis akrual berpengaruh positif terhadap
kualitas pelaporan keuangan daerah. Selanjutnya Sari et al (2014) juga
menyatakan hal yang sama bahwa pemahaman sistem akuntansi berpengaruh
terhadap kualitas pelaporan keuangan. Hasil penelitian Nurhasanah (2019)
menunjukkan bahwa pemahaman akuntansi akrual tidak berpengaruh terhadap
kualitas laporan keuangan.
Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis termotivasi untuk
menganalisis pengaruh tingkat pendidikan, penggunaan teknologi informasi dan
pemahaman akuntansi akrual terhadap kualitas pelaporan keuangan pada SKPD
Kabupaten Aceh Selatan. Bagian selanjutnya dari artikel ini meliputi kerangka
teoretis dan hipotesis, metode penelitian, hasil dan pembahasan, kesimpulan,
keterbatasan, dan saran.

LITERATUR REVIU DAN HIPOTESIS


Kualitas Pelaporan Keuangan
Laporan keuangan pemerintah daerah adalah pelaporan transaksi keuangan
yang disusun dan disajikan oleh pemerintah daerah sebagai bentuk
pertanggungjawaban pemerintah daerah untuk pelaksanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah selama satu periode (Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
2010). Agar laporan keuangan pemerintah daerah bermanfaat untuk penggunanya,
maka laporan keuangan harus disusun sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan. Pemerintah telah menetapkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang dipedomani oleh entitas akuntansi
dan pelaporan dalam menyususn laporan keuangan, baik pemerintah pusat
maupun daerah. Pemerintah telah mengeluarkan SAP melalui Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 dan telah diganti dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, laporan keuangan
adalah laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi
yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Entitas pelaporan adalah unit
pemerintahan yang terdiri dari sutu atau lebih entitas akuntansi yang menurut
ketentuan perundang-undangan wajib menyampaikan pelaporan pertanggung
jawaban berupa pelaporan keuangan. Supaya pelaporan keuangan tersebut
berkualitas, baik tingkat pemerintah daerah maupun tingkat SKPD, pelaporan
tersebut harus memenuhi karakteristik kualitatif sebagai mana telah disebutkan
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010. Karakteristik kualitatif
laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam
informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Empat karakteristik
yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas
yang dikendaki : (a) relevan, (b) andal (c) dapat diperbandingkan, dan (d) dapat
dipahami.

Tingkat Pendidikan
Menurut Willis (2011) pendidikan adalah melayani manusia dalam
hubungannya dengan manusia lain secara terus menerus dalam kehidupan yang
efektif. Secara umum pendidikan adalah proses pendewasaan individu melalui
pengalaman hidup. Melalui pendidikan, manusia distimulasi untuk berpikir untuk
menghargai dan berbuat. Semakin tinggi pendidikan semakin tinggi kreatifitasnya.
Dalam Undang-Undang Repubik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Pendidikan Nasional, pasal 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
Untuk pendidikan pejabat pengelola keuangan daerah adalah tingkatan
pendidikan yang diperoleh secara formal oleh pejabat pengelola keuangan daerah
yang dibuktikan dengan ijazah formal (Nazir, 2009). Ijazah formal adalah surat
pengakuan bahwa seseorang telah menyelesaikan suatu program pendidikan
tertentu dan ijazah tersebut dapat digunakan untuk menunjukkan kemampuan
seseorang. Tingkatan pendidikan menjadi indikator untuk derajat intelektualitas
seseorang. Semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi pengetahuan dan
tingkat intelektualitas seseorang. Setiap SKPD harus memiliki aparatur yang
kompeten yang memiliki latar belakang pendidikan yang memadai dibidang
akuntansi dan keuangan. Indikator tingkat pendidikan yaitu wawasan dan
pengetahuan, kemampuan, pemahaman, sesuai kebutuhan, manfaat dan peka
terhadap perubahan (Willis, 2011).

Penggunaan Teknologi Informasi


Teknologi informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk
mengolah data, termasuk memproses, menyiapakan, mendapatkan, menyusun,
menyimpan data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang
berkualitas (Rahmawati, 2018). Teknologi ini menggunakan seperangkat
komputer untuk mengolah data, sistem jaringan untuk menghubungkan satu
komputer dengan komputer yang lain sesuai dengan kebutuhan dan teknologi
telekomunikasi digunakan agar data dapat disebarkan dan diakses secara global
(Roviyantie, 2012). Teknologi informasi meliputi komputer, perangkat lunak, data
base dan jenis lainnya yang berhubungan dengan teknologi. Teknologi informasi
merupakan gambaran dari setiap teknologi yang membantu manusia dalam
berkomunikasi, menyimpan, menghasilkan dan menyebarkan informasi.
Pemerintah daerah berkewajiban mengembangkan dan memanfaatkan kemajuan
teknologi informasi yang berguna untuk meningkatkan kemampuan dalam
mengelola keuangan daerah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun
2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah.
Penggunaan teknologi informasi tersebut mencakup adanya (a) pengolahan
data, pengolahan informasi, system manjemen dan proses kerja secara elektronik
dan (b) pemanfaatan teknologi informasi agar pelayanan publik dapat diakses
secara mudah dan murah oleh masyarakat di seluruh wilayah negari ini. (Hamzah.
A, 2009).
Penggunaan teknologi informasi adalah tingkat integrasi teknologi
informasi pada pelaksanaan tugas-tugas akuntansi, Menurut Davis (1989) yang
dikutip oleh Suhaili (2004) bahwa pemanfaatan teknologi informasi dapat
diartikan sebagai tingkatan dimana seseorang percaya bahwa penggunaan suatu
sistem tertentu akan dapat meningkatkan prestasi kerja orang tersebut. Dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa penggunaan teknologi informasi adalah
keputusan seseorang atau organisasi untuk menggunakan teknologi untuk
mengolah dan melahirkan informasi dengan menggunakan teknologi tersebut
dapat meningkatkan kinerja kualitas output yang dihasilkan. Indikator
pemanfaatan teknologi informasi penelitian ini meliputi: (a) kecepatan; (b)
konsistensi; (c) ketepatan; dan (d) keandalan.

Pemahaman Akuntansi Akrual


Perubahan sistem akuntansi dari basis kas menuju akrual menjadi akrual
penuh memerlukan persiapan yang matang khususnya dalam sumber daya
manusia. Akuntansi basis akrual seperti telah disimpulkan oleh Komite Standar
Akuntansi Pemerintah (KSAP) adalah suatu basis akuntansi di mana transaksi
ekonomi dan peristiwa lainnya diakui, dicatat, dan disajikan dalam pelaporan
keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas
atau setara kas diterima atau dibayarkan. Fenomena dalam organisasi, tidak semua
pemangku kepentingan dapat memahami akuntansi dan pelaporan keuangan,
bagaimana mengevaluasi, bagaimana menggunakan informasi keuangan maka
diperlukan teknik untuk menganalisis pelaporan keuangan (Mahmudi 2010).
Pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
tentang SAP berbasis akrual yang sudah berlaku efektif sejak dari tahun 2015.
Peraturan Pemerintah ini adalah sebagai pengganti Peraturan Pemerintah Nomor
24 Tahun 2005 tentang SAP. Oleh karena itu, dalam menyusun laporan keuangan,
aparatur pemerintah, baik tingkat pemerintah daerah maupun unit-unit di
bawahnya (SKPD) harus memahami standar akuntansi pemerintahan yang
berbasis akrual tersebut. Pemahaman merupakan proses atau cara, perbuatan,
memahami atau memahamkan tentang suatu objek. Pemahaman terhadap
akuntansi berbasis akrual berarti orang yang memiliki pemahaman tentang
akuntansi akrual. Pemahaman akuntansi merupakan sejauh mana kemampuan
untuk memahami akuntansi dalam rangka untuk menyusun pelaporan keuangan
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Indikator pemahaman akuntansi
akrual meliputi pemahaman dalam menyusun laporan realisasi anggaran, laporan
operasional, laporan perubahan ekuitas, neraca, dan pemahaman dalam membuat
catatan atas laporan keuangan (Permendagri Nomor 64 Tahun 2013).

Tingkat Pendidikan dan Kualitas Pelaporan Keuangan


Pendidikan sangat penting karena untuk melengkapi keahlian yang
diperlukan dalam dunia kerja serta membantu dalam mewujudkan tujuan karir.
Pendidikan merupakan pengetahuan yang mendalam mengenai suatu bidang
tertentu yang dapat membuka peluang karir bagus untuk masa depan. Dengan
adanya pendidikan ini maka manusia atau seseorang dapat mempunyai
pengetahuan, kemampuan, dan sumber daya manusia yang tinggi. Dalam Undang-
Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Untuk menyiapkan kualitas laporan keuangan di sektor publik sangat
diperlukan tenaga akuntan yang andal sebagai pelaksana kebijakan maupun
sebagai penentu kebijakan (Nazier, 2009). Hasil pemeriksaan Badan Pemeriksaan
Keuangan (BPK) menunjukkan adanya masalah dengan penata usahaan keuangan
pemerintah daerah yang belum tertata dengan baik disebabkan oleh tingkat
pendidikan pengelolaan keuangan yang minim. Mayoritas pengelola keuangan
pada pemerintah daerah dilakukan oleh pegawai yang tidak memiliki latar
belakang pendidikan akuntansi sehingga pelaporan keuangan yang dihasilkan
patut dipertanyakan kualitasnya.
Hasil penelitian Nazaruddin et al. (2014) menunjukkan bahwa pendidikan
berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu penyampaian pelaporan keuangan.
Disamping itu, Wiraputra et al. (2014) menemukan bahwa pendidikan
berpengaruh positif terhadap penyusunan dan penyajian pelaporan keuangan. Hal
ini didukung oleh hasil penelitian Devi et al. (2017) yang menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan.
Berdasarkan kerangka teoretis tersebut, hipotesis penelitian ini diajukan sebagai
berikut:
Hipotesis 1: Tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap kualitas pelaporan
keuangan

Penggunaan Teknologi Informasi dan Kualitas Pelaporan Keuangan


Teknologi informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk
mengolah data, termasuk memproses, mendesak, mendapatkan, menyusun,
menyimpan data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang
berkualitas. Teknologi informasi dapat berfungsi sebagai penerima inputan dari
soft ware, mengolah data masuk untuk menjadi informasi dan mengorganisasikan
informasi menjadi pelaporan yang dimengerti oleh pengguna, menyimpan dan
menelusri kembali data tersebut dan melakukan transfermasi ke bagian-bagian
lain yang membutuhkan. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang
Sistem Informasi Keuangan Daerah menyebutkan bahwa tekonologi informasi
meliputi komputer, perangkat lunak, data base dan jenis lainnya yang
berhubungan dengan teknologi. Teknologi informasi merupakan gambaran dari
setiap teknologi yang membantu manusia dalam berkomunikasi, menyimpan,
menghasilkan, dan menyebarkan informasi. Pemerintah daerah berkewajiban
mengembangkan dan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi yang berguna
untuk meningkatkan kemampuan dalam mengelola keuangan daerah.
Hasil penelitian Efendi et al. (2017) dan Murina & Rahmawaty (2017)
menunjukkan bahwa penggunaan teknologi informasi berpengaruh positif
terhadap kualitas laporan keuangan daerah. Hasil penelitian tersebut konsisten
dengan temuan yang menyebutkan bahwa teknologi informasi berpengaruh positif
terhadap kualitas pelaporan keuangan. Berdasarkan kerangka teoretis tersebut,
hipotesis penelitian ini diajukan sebagai berikut:
Hipotesis 2: Penggunaan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap
kualitas pelaporan keuangan
Pemahaman Akuntansi Akrual dan Kualitas Pelaporan Keuangan
Pemahaman akuntansi merupakan sejauh mana kemampuan untuk
memahami akuntansi, baik sebagai perangkat pengetahuan maupun sebagai proses
atau praktik. Akuntansi sektor publik secara komfrehensif perlu diketahui sistem
dan prosedur akuntansi, standar akuntansi pemerintah yang berlaku, kebijakan
akuntansi pemerintah daerah yang berlaku serta memahami komponen-komponen
pelaporan keuangan yang dihasilkan oleh setiap entitas, baik entitas
akuntansi ,maupun entitas pelaporan. Perubahan basis akuntansi dari basis kas ke
basis akrual memiliki dampak yang nyata terhadap sistem pelaporan keuangan
pemerintah daerah sehingga diperlukan pemahaman yang jelas terhadap regulasi
yang mengaturnya. Widjajarso (2011) memaparkan alasan penerapan basis akrual
pada sektor pemerintahan, antara lain akuntansi berbasis kas tidak menghasilkan
informasi yang cukup, misalnya informasi tentang utang dan piutang untuk
pengambilan keputusan ekonomi, menyediakan informasi yang tepat untuk
menggambarkan biaya operasi yang sebenarnya, dapat menghasilkan informasi
yang dapat diandalkan dalam informasi aset dan kewajiban dan hanya akuntansi
berbasis akrual yang menghasilkan informasi keuangan yang komprehensif
tentang pemerintah, misalnya penghapusan utang yang tidak berpengaruh pada
pelaporan berbasis kas.
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan mewajibkan pemerintah daerah untuk menyusun pelaporan
keuangan pemerintah daerah yang berkualitas yaitu pelaporan keuangan yang
memenuhi karakteristik kualitatif relevan, andal, dapat dibandingkan dan dapat
dipahami. Untuk memenuhi keempat karakteristik tersebut sangat diperlukan
pemahaman yang luas dan dalam terhadap akuntansi basis akrual dalam
menyusun dan menyajikan pelaporan keuangan pemerintah daerah.
Hasil penelitian Nazaruddin (2014) menunjukkan bahwa pemahaman
akuntansi berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.
Wiraputra et al. (2014) juga menemukan bahwa pemahaman standar akuntansi
pemerintah berpengaruh positif terhadap penyusunan pelaporan keuangan
pemerintah daerah. Selanjutnya, Kiranayanti & Erawati (2016) menemukan
bahwa pemahaman atas regulasi pemerintah berbasis akrual berpengaruh positif
terhadap kualitas pelaporan keuangan daerah. Hasil ini diperkuat oleh temuan Sari
et al. (2014) yang menayatakan bahwa pemahaman sistem akuntansi berpengaruh
positif terhadap kualitas pelaporan keuangan. Berdasarkan kerangka teoretis
tersebut, hipotesis peneltian ini diajukan sebagai berikut:
Hipotesis 3: Pemahaman akuntansi akrual berpengaruh positif terhadap kualitas
pelaporan keuangan

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan merupakan
penelitian pengujian hipotesis. Unit analisisnya adalah SKPD pada pemerintahan
Kabupaten Aceh Selatan. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 38 SKPD. Dari
masing-masing SKPD diambil 2 (dua) orang Aparatur Sipil Negara (ASN)
sebagai responden yang terdiri dari Kepala Dinas/Badan/Kantor/Sekretariat selaku
penggunan anggaran dan Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK SKPD) dari
masing-masing unit SKPD di Kabupaten Aceh Selatan, sehingga responden yang
digunakan dalam penelitian ini berjumlah 38 SKPD x 2 orang = 76 responden.
Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dengan teknik pengumpulan
data menggunakan kuisioner yang didistribusikan kepada responden dan meminta
responden untuk mengisinya. Selanjutnya, data dianalisis dengan menggunakan
analisis regresi linier bergada.

Operasionalisasi Variabel
Tingkat Pendidikan (X1)
Pendidikan merupakan usaha manusia untuk mencapai tingkat hidup atau
penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental (Hasbullah, 2011). Pendidikan
mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk melakukan sebuah
pembangunan (Basrowi & Suwandi 2010). Tingkatan pendidikan menjadi
indikator untuk derajat intelektualitas seseorang. Semakin tinggi pendidikan maka
semakin tinggi pengetahuan dan tingkat intelektualitas seseorang. Pendidikan
yang memadai seseorang lebih mudah melaksanakan tugasnya dalam mengelola
keuangan yang benar. Setiap SKPD harus memiliki aparatur yang kompeten serta
dilatarbelakangi pendidikan dan kemampuan akutansi dan keuangan yang cukup.
Indikator dalam mengukur tingkat pendidikan adalah (1) Wawasan pengetahuan;
(2) Kemampuan; (3) Pemahaman; (4) Sesuai kebutuhan; (5) Manfaat; dan (6)
Peka terhadap perubahan (Willis, 2011). Skala pengukuran yang digunakan
adalah skala pengukuran interval dalam bentuk skala likert 5 (lima) poin.

Penggunaan Teknologi Informasi (X2)


Penggunaan teknologi informasi adalah tingkat integrasi teknologi
informasi pada pelaksanaan tugas-tugas akuntansi. Penggunaan teknologi
informasi adalah tingkat integrase teknologi informasi dimana seseorang percaya
bahwa penggunaan sistem tertentu akan dapat meningkatkan prestasi orang kerja
tersebut. Menurut Jurnali & Supomo (2002) teknologi informasi merupakan
tingkat integrasi teknologi informasi pada pelaksanaan tugas-tugas akuntansi.
Pemanfaatan teknologi informasi tersebut mencakup adanya (a) pengolahan data,
pengolahan informasi, sistem manajemen, dan proses kerja secara elektronik, dan
(b) pemanfaatan kemajuan teknologi informasi agar pelayanan publik dapat
diakses secara mudah dan murah oleh masyarakat di seluruh wilayah negeri
(Hamzah, 2009). Indikator yang digunakan adalah (a) kecepatan; (b) konsistensi;
(c) ketepatan; dan (d) keandalan (Adriani 2010). Pengukuran variabel dalam
penelitian ini menggunakan skala pengukuran interval dalam bentuk skala likert 5
(lima) poin.

Pemahaman Akuntansi Akrual (X3)


Pemahaman akuntansi berbasis akrual adalah pemahaman di mana
transaksi ekonomi dan peristiwa lainnya diakui, dicatat dan disajikan dalam
laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa memperhatikan
waktu kas atau setara kas diterima atau dibayarkan (Peraturan Pemerintah Nomor
71 Tahun 2010). Indikator pemahaman akuntansi akrual adalah (a) menyusun
pelaporan keuangan tepat waktu; (b) menyusun pelaporan keuangan yang
berkualitas; (c) menyusun pelaporan realisasi anggaran; (d) menyusun pelaporan
operasional; (e) menyusun pelaporan perubahan ekuitas; (f) menyusun neraca; dan
(g) membuat Catatan atas laporan keuangan (Permendagri Nomor 64 Tahun
2013). Pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan skala pengukuran
interval dalam bentuk skala likert 5 (lima) poin.

Kualitas Pelaporan Keuangan (Y)


Pelaporan keuangan yang dihasilkan oleh pemerintah daerah akan
digunakan oleh beberapa pihak yang berkepentingan sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan. Oleh karena itu, informasi yang terdapat di dalam
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) maupun Laporan Keuangan
SKPD harus bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan para pemakai (Nurillah,
2014). Informasi akan bermanfaat apabila informasi tersebut dapat mendukung
pengambilan keputusan dan andal. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah wajib
memperhatikan informasi yang disajikan dalam pelaporan keuangan untuk
keperluan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan (Husna &
Fadhilla, 2013). Indikator yang digunakan adalah (1) Manfaat dari pelaporan
keuangan yang dihasilkan; (2) Ketetapan waktu pelaporan keuangan; (3)
Kelengkapan informasi yang disajikan; (4) Penyajian secara jujur; (5) Isi
pelaporan keuangan dapat diverifikasi; (6) Isi pelaporan keuangan dapat
dibandingkan; dan (7) Keakuratan dan kejelasan informasi yang disajikan
(Firdaus, 2015). Pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan skala
pengukuran interval dalam bentuk skala likert 5 (lima) poin.

Metode Analisis
Pendekatan pengujian pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif,
karena data pada penelitian ini berupa angka-angka. Penelitian kuantitatif
merupakan sebuah metode untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti
hubungan antar variabel dan lebih banyak menuntut menggunakan angka, mulai
dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari
hasilnya (Arikunto, 2002). Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah regresi linier berganda. Model regresi berganda yang digunakan untuk
menguji hipotesis sebagai berikut:
Y1= α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + Ɛ1
Keterangan :
Y1 = Kualitas Laporan Keuangan
X1 = Pendidikan
X2 = Pemanfaatan teknologi informasi
X3 = Pemahaman akuntansi akrual
α = Konstanta
β = Koefisien regresi dan
Ɛ = error term
Sebelum dilakukan pengujian menggunakan regresi linier berganda,
terlebih dahulu dilakukan pengujian uji validitas dan uji realibilitas. Kedua
pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah alat ukur yang digunakan sesuai
dengan yang diukur dan juga melihat konsistensi data yang dikumpulkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan pada Satuan Kerja Perangkat Kabupaten (SKPK)
di Kabupaten Aceh Selatan yang berjumlah 38 SKPK. Setiap SKPK diminta dua
orang sebagai responden, yaitu kepala dinas dan pejabat penatausahaan keuangan
(PPK). Kuesioner yang dibagikan sebanyak 76 kuesioner untuk 38 SKPK atau 76
responden. Dari 76 kuesioner yang dibagikan, 72 kuesioner (36 SKPK) atau
sebesar 95% yang kembali.

Pengujian Instrumen Penelitian


Hasil Uji Validitas
Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan analisis item, yaitu
mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah dari
tiap skor butir. Jika ada item yang tidak memenuhi syarat, maka item tersebut
tidak akan diteliti lebih lanjut. Syarat tersebut yang harus dipenuhi yaitu harus
memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Jika koofisien korelasi r >0,30 maka item tersebut dinyatakan valid.
b. Jika koefisien korelasi r <0,30 maka item tersebut dinyatakan tidak valid.
Hasil uji validitas dapat dilihat secara rinci pada Tabel 1.

Tabel 1 Hasil Uji Validitas


Nilai
Koefisien Kritis
No. Pertanyaan Variabel Keterangan
Korelasi 5%
(n=72)
1 X1.1 0,578 0,229 Valid
2 X1.2 0,623 0,229 Valid
3 X1.3 Tingkat 0,716 0,229 Valid
4 X1.4 Pendidikan 0,631 0,229 Valid
5 X1.5 0,664 0,229 Valid
6 X1.6 0,636 0,229 Valid
1 X2.1 0,589 0,229 Valid
2 X2.2 0,614 0,229 Valid
3 X2.3 0,759 0,229 Valid
X2.4 Pemanfaatan 0,669 Valid
4 0,229
Teknologi
5 X2.5 Infomasi 0,729 0,229 Valid
6 X2.6 0,732 0,229 Valid
7 X2.7 0,518 0,229 Valid
8 X2.8 0,492 0,229 Valid
1 X3.1 Pemahaman 0,679 0,229 Valid
2 X3.2 Akuntansi 0,819 0,229 Valid
3 X3.3 Akrual 0,856 0,229 Valid
4 X3.4 0,881 0,229 Valid
5 X3.5 0,890 0,229 Valid
6 X3.6 0,854 0,229 Valid
7 X3.7 0,875 0,229 Valid
1 Y1 0,738 0,229 Valid
2 Y2 0,746 0,229 Valid
3 Y3 0,758 0,229 Valid
Y4 Kualitas 0,799 Valid
4 0,229
Pelaporan
5 Y5 Keuangan 0,734 0,229 Valid
6 Y6 0,661 0,229 Valid
7 Y7 0,686 0,229 Valid
8 Y8 0,769 0,229 Valid
Sumber: output SPSS versi 25, 2020.

Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran
relatif konsisten apabila dilakukan pengujian ulang. Uji ini dilakukan apabila
pernyataan-pernyataan sudah valid. Pengujian reliabilitas juga dilakukan secara
statistik yaitu dengan menghitung besarnya nilai cronbah’s alpha dengan bantuan
program SPSS. Instrumen dalam penelitian ini dikatakan reliabel apabila nilai
alpha lebih besar 0,60. Semakin dekat alpha Cronbach dengan 1, semakin tinggi
keandalan konsistensi internal. Hasil pengujian reliabilitas dapat dilihat pada
Tabel 2.

Tabel 2 Hasil Uji Reliabilitas

Rata- Jumlah
No Variabel Nilai Keandalan
rata Item
Alpha
1 Tingkat Pendidikan 4,3 6  0,784 Andal
2 Penggunaan teknologi informasi 4,4 8  0,702 Andal
3 Pemahaman akuntansi akrual 4,3 7  0,769 Andal
4 Kualitas laporan keuangan 4,1 8  0,776 Andal
Sumber: output SPSS, 2020.

Uji Asumsi Klasik


Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah sampel yang digunakan
mempunyai distribusi normal atau tidak. Dalam regresi linier, asumsi ini
ditunjukkan oleh nilai error yang berdistribusi normal. Metode regresi yang baik
adalah model regresi yang dimiliki distribusi normal atau mendekati normal,
sehingga layak dilakukan pengujian secara statistik. Pengujian normalitas data
menggunakan Test of Normality Kolmogorov-Smirnov dalam program SPSS.
Dasar pengambilan keputusan dapat dilakukan berdasarkan probabilitas
(Asymtotic Significance) yaitu:
a. Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari model regresi adalah normal.
b. Jika probabilitas < 0,05 maka distribusi dari model regresi adalah tidak normal.
Hasil pengujian uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Hasil Uji Normalitas


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 72
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 2.78556767
Most Extreme Absolute .083
Differences Positive .061
Negative -.083
Test Statistic .083
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.

Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa nilai hasil perhitungan uji


normalitas menggunakan uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test memiliki
probabilitas tingkat signifikansi 0,20 > 0,05. Artinya pada penelitian ini terdapat
variabel residual yang terdistribusi secara normal dan layak digunakan.

Uji Multikolinieritas
Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinieritas adalah
mempunyai angka tolerance mendekati 1. Batas Variance Inflation Factor (VIF)
adalah 10, jika nilai VIF dibawah 10, maka tidak terjadi gejala multikolinieritas
(Gujarati, 2012). Hasil uji multikolinieritas dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Hasil Uji Multikolinieritas


Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Constant)
Tingkat Pendidikan .605 1.654
Penggunaan Teknologi Informasi .457 2.188
Pemahaman Akuntansi Akrual .637 1.570
a. Dependent Variable: Kualitas Pelaporan Keuangan

Berdasarkan Tabel 4, nilai VIF setiap variabel lebih kecil dari 10 dan
begitu juga dengan nilai tolerance yang diperoleh setiap variabel yang mendekati
angka 1,00. Hal ini membuktikan bahwa tidak terjadi multikolinieritas antar
variabel dalam penelitian.

Uji Heterokedastisitas
Model regresi yang baik adalah tidak terjadinya heteroskedastisitas. Untuk
mendeteksi heteroskedastisitas dapat melihat grafik scatterplot. Deteksinya
dengan melihat ada tidaknya pola tertantu pada grafik dimana sumbu X adalah Y
yang telah diprediksi dan sumbu Y adalah residual yang telah di standardized.
Hasil dari uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa grafik scatterplot tidak


memiliki pola tertentu, dan titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada
sumbu Y. Hal ini dapat diartikan bahwa variabel yang digunakan dalam penelitian
ini tidak menunjukkan adanya gejala heteroskedastisitas.

Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif untuk setiap variabel dalam penelitian ini diperoleh


berdasarkan kuesioner yang telah diisi oleh responden terhadap variabel yaitu
tingkat pendidikan (X1), pemanfaatan teknologi informasi (X2), pemahaman
akuntansi akrual (X3), dan kualitas pelaporan keuangan (Y). Berikut disajikan
nilai statistik deskriptif dari masing-masing variabel penelitian pada Tabel 5.

Tabel 5 Statistik Deskriptif


Std.
Variable N Minimum Maximum Mean
Deviation
Kualitas Pelaporan Keuangan 36 3,5 4,5 4,16 0,235
Tingkat Pendidikan 36 2,8 5,0 4,10 0,396
Pemanfaatan Teknologi Informasi 36 1,7 5,0 3,85 0,578
Pemahaman Akuntansi Akrual 36 2,6 5,0 4,19 0,471
Valid N (listwise) 36
Sumber: Data Primer diolah (2020)

Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai N atau jumlah data yang diteliti


sebanyak 36 SKPK. Penerapan akuntansi berbasis akrual sebagai variabel
dependen memiliki nilai mean atau rata-ratanya sebesar 4,16 dengan nilai
maksimum sebesar 5,0 dan nilai minimum sebesar 3,5 serta standar deviasi
sebesar 0,235. Selanjutnya variabel independen dalam penelitian ini yaitu kualitas
sumber daya manusia memiliki nilai mean atau rata-rata sebesar 4,10 dengan nilai
maksimum sebesar 5,0 dan nilai minimum sebesar 2,8 dengan standar deviasi
sebesar 0.396. Variabel independen lainnya yaitu komitmen organisasi memiliki
nilai rata-rata atau mean sebesar 3,85 dengan nilai maksimum sebesar 5,0 dan
nilai minimum sebesar 1,7 dengan standar deviasi sebesar 0,578. Variabel
independen yang terakhir yaitu pemanfaatan teknologi informasi memiliki nilai
rata-rata atau mean sebesar 4,19 dengan nilai maksimum sebesar 5,0 dan nilai
minimum sebesar 2,6 dengan standar deviasi sebesar 0,471.

Hasil Pengujian Hipotesis


Setelah dilakukan pengujian validitas, reliabilitas, dan asumsi klasik, maka
tahap berikutnya dilakukan pengujian hipotesis. Hipotesis diuji dengan
menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Hasil analisis regresi
diperlihatkan pada Tabel 6.

Tabel 6 Hasil Regresi Linier Berganda


Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 3.153 4.565 .691 .492
Tingkat Pendidikan .221 .186 .146 1.191 .238
Penggunaan Teknologi .446 .181 .346 2.460 .016
Informasi
Pemahaman Akuntansi .278 .142 .234 1.967 .053
Akrual
Sumber: Output SPSS, 2020.

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa hasil persamaan regresi linier


berganda yang menjelaskan pengaruh variabel tingkat pendidikan, penggunaan
teknologi informasi, dan pemahaman akuntansi akrual terhadap kualitas pelaporan
keuangan dapat diformulasikan sebagai berikut:

Y = 3,153 + 0,221X1 + 0,446X2 + 0,278X3 + e

Model persamaan regresi tersebut bermakna bahwa nilai konstanta sebesar


3,153 artinya apabila tingkat pendidikan, penggunaan teknologi informasi dan
pemahaman akuntansi akrual dianggap konstan (tidak berubah), maka tingkat
kualitas pelaporan keuangan sebesar 3,153 pada sakala interval.
Untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independen secara
bersama-sama terhadap variabel dependen diperlihatkan pada Tabel 7.
Tabel 7 Nilai Koefisien Korelasi (R) dan Nilai Koefisien Determinasi (R²)
Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate
1 .620a .384 .357 2.84635
a. Predictors: (Constant), Pemahaman Akuntansi Akrual, Tingkat Pendidikan , Penggunaan Teknologi
Informasi

Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa nilai R square (R²) sebesar 0,384,


artinya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen sebesar 38,4%
sedangkan sisanya sebesar 61,6% lagi dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
dijelaskan dalam model penelitian ini.
Selanjutnya, karena penelitian ini merupakan penelitian sensus, maka tidak
dilakukan uji signifikansi untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen karena uji signifikansi dilakukan untuk penelitian sampel.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menganalisis langsung nilai koefisien
regresi dari hasil regresi populasi, dengan ketentuan bahwa bila nilai koefisiennya
(βi) = 0, maka hasilnya tidak berpengaruh, dan bila nilai koefisiennya ((βi) ≠ 0
maka hasilnya berpengaruh.

Berdasarkan Tabel 6, nilai koefisien variabel X1 (β1) = 0,221, di mana nilai


tersebut ≠ 0. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa tingkat pendidikan (X1)
berpengaruh terhadap kualitas pelaporan keuangan (Y). Karena nilai koefisennya
bertanda positif, maka dapat juga dinyatakan bahwa tingkat pendidikan
berpengaruh positif terhadap kualitas pelaporan keuangan. Hal ini dapat dimaknai
bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan aparatur bagian akuntansi atau bagian
penyiapan laporan keuangan, semakin baik kualitas pelaporan keuangan.
Kemudian, nilai koefisien variabel X2 (β2) = 0,446, di mana nilai tersebut ≠ 0.
Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa penggunaan teknologi informasi (X2)
berpengaruh terhadap kualitas pelaporan keuangan (Y). Karena nilai koefisennya
bertanda positif, maka dapat juga dinyatakan bahwa penggunaan teknologi
informasi berpengaruh positif terhadap kualitas pelaporan keuangan. Hal ini dapat
dimaknai bahwa semakin tinggi keahlian aparatur bagian akuntansi atau bagian
penyiapan laporan keuangan dalam menggunakan teknologi informasi, semakin
baik kualitas pelaporan keuangan. Selanjutnya, nilai koefisien variabel X 3 (β3) =
0,278, di mana nilai tersebut ≠ 0. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa
pemahaman akuntansi akrual (X3) berpengaruh terhadap kualitas pelaporan
keuangan (Y). Karena nilai koefisennya bertanda positif, maka dapat juga
dinyatakan bahwa pemahaman akuntansi akrual berpengaruh positif terhadap
kualitas pelaporan keuangan. Hal ini dapat dimaknai bahwa semakin tinggi
pemahaman akan akuntansi akrual oleh aparatur bagian akuntansi atau bagian
penyiapan laporan keuangan, semakin baik kualitas pelaporan keuangan.

Pembahasan
Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh
positif terhadap kualitas pelaporan keuangan, di mana setiap kenaikan tingkat
pendidikan, akan diikuti oleh kenaikan kualitas pelaporan keuangan. Dengan kata
lain, semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki oleh aparatur bagian
akuntansi pada setiap SKPK kabupaten Aceh Selatan, maka semakin tinggi
kualitas pelaporan keuangan.
Pendidikan sangat penting karena untuk melengkapi keahlian yang
diperlukan dalam dunia kerja serta membantu dalam mewujudkan tujuan karir.
Pendidikan merupakan pengetahuan yang mendalam mengenai suatu bidang
tertentu yang dapat membuka peluang karir bagus untuk masa depan. Dengan
adanya pendidikan ini maka manusia atau seseorang dapat mempunyai
pengetahuan, kemampuan, dan sumber daya manusia yang tinggi. Menurut
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, tingkat pendidikan merupakan tahapan pendidikan yang
ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, jenjang pendidikan
formal terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Wungow, et al. (2016). Selanjutnya Murina & Rahmawaty (2017) menyatakan
bahwa pendidikan merupakan proses pembelajaran untuk meningkatkan
pengetahuan dan pendidikan yang diperoleh melalui pembelajaran secara
terstruktur dan dalam rentang waktu yang relatif lama.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Murina &
Rahmawaty (2017), Nazaruddin et al. (2014), Wiraputra et al. (2014), Devi et al.
(2017) yang menyebutkan bahwa pendidikan berpengaruh positif terhadap
kualitas pelaporan keuangan, karena tanpa adanya ilmu pengetahuan seseorang
maka tidak akan menghasilkan pelaporan keuangan yang berkualitas.

Pengaruh Penggunaan Teknologi Informasi terhadap Kualitas Pelaporan


Keuangan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan teknologi informasi
berpengaruh positif terhadap kualitas pelaporan keuangan. Hal ini menunjukkan
bahwa setiap kenaikan dalam keahlian menggunakan teknologi informasi akan
diikuti oleh kenaikan kualitas pelaporan keuangan. Dengan kata lain dapat
dinyatakan bahwa semakin tinggi keahlian aparatur bagaian akuntansi pada setiap
SKPK Kabupaten Aceh Selatan dalam menggunakan teknologi informasi, maka
semakin tinggi kualitas pelaporan keuangan.
Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi
Keuangan Daerah menyebutkan bahwa tekonologi informasi meliputi komputer,
perangkat lunak, data base dan jenis lainnya yang berhubungan dengan teknologi.
Teknologi informasi merupakan gambaran dari setiap teknologi yang membantu
manusia dalam berkomunikasi, menyimpan, menghasilkan dan menyebarkan
informasi. Pemerintah daerah berkewajiban mengembangkan dan memanfaatkan
kemajuan teknologi informasi yang berguna untuk meningkatkan kemampuan
dalam mengelola keuangan daerah.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Rahmawati et al. (2018),
Efendi et al. (2017), dan Sari et al. (2014) yang menyatakan bahwa penggunaan
teknologi informasi berpengaruh positif terhadap kualitas pelaporan keuangan,
karena semakin baiknya penggunaan teknologi informasi maka semakin baik
pelaporan keuangan yang dihasilkan oleh pemerintah daerah.

Pengaruh Pemahaman Akuntansi Akrual terhadap Kualitas Pelaporan


Keuangan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman akuntansi akrual
berpengaruh positif terhadap kualitas pelaporan keuangan. Hal ini bermakna
bahwa setiap kenaikan pemahaman akuntansi akrual akan diikuti oleh kenaikan
kualitas pelaporan keuangan. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa semakin
tinggi pemahaman aparatur bagaian akuntansi pada setiap SKPK Kabupaten aceh
selatan akan akuntansi akrual, maka akan semakin tinggi kualitas pelaporan
keuangan.
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan mewajibkan pemerintah daerah untuk menyusun pelaporan
keuangan pemerintah daerah yang berkualitas yaitu laporan keuangan yang
memenuhi karakteristik kualitatif relevan, andal, dapat dibandingkan dan dapat
dipahami. Untuk memenuhi keempat karakteristik tersebut sangat diperlukan
pemahaman yang luas dan dalam terhadap akuntansi basis akrual dalam
menyusun dan menyajikan pelaporan keuangan pemerintah daerah. Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP) merupakan landasan hukum bagi pemerintah, baik
pusat maupun daerah dalam mengelola penerimaan dan penggunaan dana secara
transparan, efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan, sehingga tujuan untuk
mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dapat tercapai.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil peneltian Nazaruddin et al. (2014),
Sari et al. (2014), Wiraputra et al. (2014), dan Kiranayanti et al. (2016) yang
menemukan bahwa pemahaman akuntansi akrual berpengaruh positif terhadap
kualitas pelaporan keuangan. Artinya semakin tinggi pemahaman aparatur bagian
akuntansi di setiap SKPK pada Kabupaten Aceh Selatan semakin baaik kualitas
pelaporan keuangan yang dihasilkan.

KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa variabel tingkat pendidikan, penggunaan teknologi informasi,
dan pemahaman akuntansi akrual masing-masing berpengaruh positif terhadap
kualitas pelaporan keuangan pada SKPK di Kabupaten Aceh Selatan.

Keterbatasan
Penelitian ini memiliki keterbatasan, yaitu: hasil penelitian ini tidak
mencakup semua SKPK yang ada di Kabupaten Aceh Selatan, dikarenakan ada
beberapa SKPK yang tidak mengembalikan kuesioner. Pengumpulan data
menggunakan instrumen kuesioner tanpa dipandu dan dijelaskan oleh peneliti,
sehingga memungkinkan terjadinya bias dalam pengisian kuesioner. Responden
dalam penelitian ini berjumlah 72 orang (36 SKPK) dari 76 orang responden (38
SKPK) yang direncanakan. atau 4 orang (2 SKPK) yang tidak mengembalikan
kuisionernya dan variabel independen dalam penelitian ini hanya dapat
menjelaskan 38,4% pengaruhnya terhadap variabel dependen (kualitas pelaporan
keuangan)

Saran
Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah diharapkan kepada
pemerintah daerah Kabupaten Aceh Selatan, untuk dapat memperhatikan kembali
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas pelaporan keuangan, agar
kualitas pelaporan keuangan daerah dapat ditingkatkan dengan meningkatkan
tingkat pendidikan, peningkatan penggunaan teknologi dan meningkatkan
pemahaman terhadap akuntansi akrual. Disarankan juga untuk penelitian
selanjutnya untuk meneliti SKPK kabupaten dan kota di Aceh, sehingga hasil
penelitiannya dapat digeneralisasi untuk seluruh kabupaten dan kota di Aceh atau
lebih kuas lagi pada SKPD Kabupaten dan kota di Indonesia. Diisarankan juga
kepada peneliti selanjutnya, agar pada saat pembagian kuesioner untuk dapat
memberikan penjelasan atau memberikan panduan dalam pengisian kuesioner
yang baik kepada para responden.

DAFTAR PUSTAKA
Andriani, W. (2010). Pengaruh sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi
informasi terhadap keterandalan dan ketepatwaktuan pelaporankeuangan
pemerintah daerah (studi pada pemerintah daerah Kabupaten Pesisir
Selatan. Tesis. Padang: Politeknik Negeri Padang.

Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktek. Edisi revisi.


Jakarta: PT. Rineka cipta.

Basrowi, B & Suwandi, S. (2010). Memahami penelitian kualitatif. Jakarta:


Rineka Cipta.

Devi, P. E. S., Herawati, N. T., & Sulindawati, N. L. G. E. (2017). Pengaruh


tingkat pendidikan, pemahaman akuntansi, dan ukuran usaha terhadap
kualitas pelaporankeuangan pada UMKM (Studi empiris pada UMKM di
kecamatan buleleng). Jurnal Akuntansi, 8(2), 1-10.
Efendi, L,. Darwanis, D & Abdullah, S. (2017). Faktor - faktor yang
mempengaruhi kualitas pelaporan keuangan daerah. Jurnal Akuntansi.
4(5), 25-29 Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala.

Firdaus, F. (2015). Pengaruh kesesuaian tugas teknologi, keahlian pengguna, dan


pemanfaatan teknologi informasi terhadap kinerja karyawan (Survey pada
karyawan bank bagian akuntansi di kota Surakarta). Tesis. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Hamzah, A. (2009). Pengaruh ekspektasi kinerja, ekspetasi usaha, faktor sosial,


kesesuaian tugas dan kondisi yang memfasilitasi pemakai terhadap minat
pemanfaatan sistem nasional sistem teknologi informasi. Tesis.
Yokyakarta: Universitas Gajah Mada.

Hasbullah, H. (2011). Dasar-dasar ilmu pendidikan. Jakarta: Pt. Raja Grafindo


Persada.

Husna, H. & Fadhilla, F. (2013). Pengaruh kualitas sumber daya manusia,


pengawasan keuangan, dan sistem pengendalian intern pemerintah
terhadap nilai pelaporan keuangan pemerintah (Studi empiris pada SKPD
pemerintah Kota Padang Panjang). Jurnal Akuntansi, 1(2). 1-14.

Jurnali, T,. & Supomo, B. (2002). Pengarug faktor kesesuaian tugas teknologi
dan pemanfaatn TI terhadap kinerja akuntan publik. Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia, 5(2), 214-228.

Kiranayanti, K. & Erawati, N. M. A. (2016). Pengaruh sumber daya manusia,


sistem pengendalian intern, pemahaman basis akrual terhadap kualitas
pelaporankeuangan daerah. Jurnal Akuntansi, 4(1), 15-25.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan. (2015). Jakarta Buletin Teknis No. 01-
24

Mahmudi, M. (2010). Analisis pelaporan keuangan pemerintah daerah. Panduan


bagi eksekutif, DPRD dan masyarakat dalam pengambilan keputusan
ekonomi, sosial dan politik. Skripsi. Yogyakarta: Sekolah tinggi ilmu
manajemen yayasan keluarga pahlawan negara.

Murina, S., & Rahmawaty. (2017). Pengaruh pendidikan, kualitas pelatihan, dan
pengalaman kerja aparatur desa terhadap pemahaman pelaporan keuangan
desa (studi pada kecamatan banda raya kota Banda Aceh). Jurnal
Keuangan, 2(3),111-120.

Muzaid. (2014). Memahami penelitian kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.


Nazaruddin, N., Darwanis, D. & Abdullah, S. (2014). Pengaruh tingkat
pendidikan dan pelatihan akuntansi terhadap ketepatan waktu
penyampaian pelaporan SKPK pada pemerintah kabupaten aceh timur.
Tesis. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala.

Nazier, D. M. (2009). Kesiapan SDM Pemerintah Menuju Tata Kelola Keuangan


Negara yang Akuntabel dan Transparan. Seminar Nasional, Tanggal 22
Juli 2009 di Jakarta.

Nurhasanah, (2019) Pengaruh Pemahan Akuntansi dan Penerapan Sistem


Informasi Akuntansi Terhadap Kualitas Laporan Keuangan UNIversitas
Komputer Indonesia Bandung.

Nurillah, A. S. (2014). Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia, Penerapan


Sistem Akuntansi Keuangan Daerah SAKD, Pemanfaatan Teknologi
Informasi, Dan Sistem Pengendalian Intern Terhadap Kualitas
PelaporanKeuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris Pada SKPD Kota
Depok). Jurnal Akuntansi dan Bisnis, 1(1), 2337-3806.

Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan


Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi


Pemerintahan.

Permendagri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Akuntansi Berbasis


Akrual Pada Pemerintahan Daerah.

Qanun Aceh Selatan Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan
Perangkat Daerah Kabupaten Aceh Selatan.

Rahmawati, D. (2018). Analisis faktor- faktor berpengaruh terhadap pemanfaatan


teknologi informasi. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan, 5(1), 1-10.

Roviyantie, D. (2012). Pengaruh kompetensi sumber daya manusia dan


penerapan sistem akuntansi keuangan daerah terhadap kualitas
pelaporankeuangan daerah. Jurnal Akuntansi, 4(1), 10-24.

Sari, N. P. Y. K. M,. Adiputra, I.M.P. & Sujana, E. (2014). Pengaruh Pemahaman


Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan Pemanfaatan Sistem
Informasi akuntansi keuangan daerah terhadap kualitas pelaporankeuangan
Pemerintah Daerah (Studi Kasus Pada Dinas-dinas di Pemerintah
Kabupaten Jembrana. Tesis. Bali: Universitas Pendidikan Ganesha Bali.
Setyowati, L,. Istika, W,. & Pratiwi, R. D. (2016). Faktor – faktor yang
mempengaruhi kualitas pelaporankeuangan pemerintah daerah kota
semarang. Jurnal Ilmiah, 20(1), 179–191.

Shelly,. & Tri Maulia. (2014). Pengaruh Usia, Pengalaman dan Pendidikan
Dewan Komisaris Terhadap Kualitas Laporan Keuangan, Universitas
Diponogoro, Semarang.

Suhaili, A. (2004). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan


teknologi informasi dan pengaruhnya terhadap kinerja manajerial pada
perusahaan manufaktur di kalimantan selatan. Tesis. Universitas
Diponogoro.

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharan Negara Jakarta.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah Jakarta

Widjajarso, B. (2011). Penerapan basis akrual pada akuntansi pemerintah


indonesia; Sebuah kajian pendahuluan, artikel online melalui
http://sutaryo staff,uns.ac.id/files/2011/10 Akuntansi-berbasis-akrual.pdf.
diakses pada 04/01/2020

Willis. S. S. (2011). Psikologi pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Wiraputra, W. K,. Sinarwati, N. K. & Herawati, N. T. (2014). Pengaruh


pemahaman standar akuntansi pemerintahan dan latar belakang pendidikan
terhadap penyusunan dan penyajian pelaporankeuangan pemerintah daerah
(studi pada SKPD di Kabupaten Klungkung. Tesis. Bali: Universitas
Pendidikan Ganesha Bali

Wungow, J. F., Lambey, L., & Pontoh, W. (2016). Pengaruh tingkat pendidikan,
masa kerja, pelatihan dan jabatan terhadap kualitas pelaporankeuangan
pemerintah kabupaten minahasas. Jurnal Akuntansi, 1(6), 10-15.

Anda mungkin juga menyukai