Muhammad Erlita1
Darwanis2
Muhammad Arfan3*
1
Magister Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala,
Banda Aceh
2, 3
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
*
Penulis Korespondensi: erlita786@gmail.com
Abstract
This study aims to examine the effect of education level, use of information
technology, and understanding of accrual accounting on the quality of financial
reporting in the Regional Government Work Units (SKPD) in South Aceh
Regency. The population of this study are 38 SKPDs in South Aceh Regency.
Because the number of population elements are not large, only 38 SKPDs, all
elements of the population are studied. Therefore, this study uses the census
method. Furthermore, this study uses primary data sources by distributing
questionnaires to each respondent and then asking them to fill them out. Each
SKPD is asked two persons as respondents, namely the budget user official and
the financial administration official. According to the number of respondents, 76
questionnaires were circulated and 72 were returned (95%). To analyze the data,
this study uses multiple linear regression analysis. The results showed that, the
level of education, use of information technology, and understanding of accrual
accounting had effect on the quality of financial reporting at SKPD in South Aceh
district.
Tingkat Pendidikan
Menurut Willis (2011) pendidikan adalah melayani manusia dalam
hubungannya dengan manusia lain secara terus menerus dalam kehidupan yang
efektif. Secara umum pendidikan adalah proses pendewasaan individu melalui
pengalaman hidup. Melalui pendidikan, manusia distimulasi untuk berpikir untuk
menghargai dan berbuat. Semakin tinggi pendidikan semakin tinggi kreatifitasnya.
Dalam Undang-Undang Repubik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Pendidikan Nasional, pasal 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
Untuk pendidikan pejabat pengelola keuangan daerah adalah tingkatan
pendidikan yang diperoleh secara formal oleh pejabat pengelola keuangan daerah
yang dibuktikan dengan ijazah formal (Nazir, 2009). Ijazah formal adalah surat
pengakuan bahwa seseorang telah menyelesaikan suatu program pendidikan
tertentu dan ijazah tersebut dapat digunakan untuk menunjukkan kemampuan
seseorang. Tingkatan pendidikan menjadi indikator untuk derajat intelektualitas
seseorang. Semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi pengetahuan dan
tingkat intelektualitas seseorang. Setiap SKPD harus memiliki aparatur yang
kompeten yang memiliki latar belakang pendidikan yang memadai dibidang
akuntansi dan keuangan. Indikator tingkat pendidikan yaitu wawasan dan
pengetahuan, kemampuan, pemahaman, sesuai kebutuhan, manfaat dan peka
terhadap perubahan (Willis, 2011).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan merupakan
penelitian pengujian hipotesis. Unit analisisnya adalah SKPD pada pemerintahan
Kabupaten Aceh Selatan. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 38 SKPD. Dari
masing-masing SKPD diambil 2 (dua) orang Aparatur Sipil Negara (ASN)
sebagai responden yang terdiri dari Kepala Dinas/Badan/Kantor/Sekretariat selaku
penggunan anggaran dan Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK SKPD) dari
masing-masing unit SKPD di Kabupaten Aceh Selatan, sehingga responden yang
digunakan dalam penelitian ini berjumlah 38 SKPD x 2 orang = 76 responden.
Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dengan teknik pengumpulan
data menggunakan kuisioner yang didistribusikan kepada responden dan meminta
responden untuk mengisinya. Selanjutnya, data dianalisis dengan menggunakan
analisis regresi linier bergada.
Operasionalisasi Variabel
Tingkat Pendidikan (X1)
Pendidikan merupakan usaha manusia untuk mencapai tingkat hidup atau
penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental (Hasbullah, 2011). Pendidikan
mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk melakukan sebuah
pembangunan (Basrowi & Suwandi 2010). Tingkatan pendidikan menjadi
indikator untuk derajat intelektualitas seseorang. Semakin tinggi pendidikan maka
semakin tinggi pengetahuan dan tingkat intelektualitas seseorang. Pendidikan
yang memadai seseorang lebih mudah melaksanakan tugasnya dalam mengelola
keuangan yang benar. Setiap SKPD harus memiliki aparatur yang kompeten serta
dilatarbelakangi pendidikan dan kemampuan akutansi dan keuangan yang cukup.
Indikator dalam mengukur tingkat pendidikan adalah (1) Wawasan pengetahuan;
(2) Kemampuan; (3) Pemahaman; (4) Sesuai kebutuhan; (5) Manfaat; dan (6)
Peka terhadap perubahan (Willis, 2011). Skala pengukuran yang digunakan
adalah skala pengukuran interval dalam bentuk skala likert 5 (lima) poin.
Metode Analisis
Pendekatan pengujian pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif,
karena data pada penelitian ini berupa angka-angka. Penelitian kuantitatif
merupakan sebuah metode untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti
hubungan antar variabel dan lebih banyak menuntut menggunakan angka, mulai
dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari
hasilnya (Arikunto, 2002). Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah regresi linier berganda. Model regresi berganda yang digunakan untuk
menguji hipotesis sebagai berikut:
Y1= α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + Ɛ1
Keterangan :
Y1 = Kualitas Laporan Keuangan
X1 = Pendidikan
X2 = Pemanfaatan teknologi informasi
X3 = Pemahaman akuntansi akrual
α = Konstanta
β = Koefisien regresi dan
Ɛ = error term
Sebelum dilakukan pengujian menggunakan regresi linier berganda,
terlebih dahulu dilakukan pengujian uji validitas dan uji realibilitas. Kedua
pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah alat ukur yang digunakan sesuai
dengan yang diukur dan juga melihat konsistensi data yang dikumpulkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan pada Satuan Kerja Perangkat Kabupaten (SKPK)
di Kabupaten Aceh Selatan yang berjumlah 38 SKPK. Setiap SKPK diminta dua
orang sebagai responden, yaitu kepala dinas dan pejabat penatausahaan keuangan
(PPK). Kuesioner yang dibagikan sebanyak 76 kuesioner untuk 38 SKPK atau 76
responden. Dari 76 kuesioner yang dibagikan, 72 kuesioner (36 SKPK) atau
sebesar 95% yang kembali.
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran
relatif konsisten apabila dilakukan pengujian ulang. Uji ini dilakukan apabila
pernyataan-pernyataan sudah valid. Pengujian reliabilitas juga dilakukan secara
statistik yaitu dengan menghitung besarnya nilai cronbah’s alpha dengan bantuan
program SPSS. Instrumen dalam penelitian ini dikatakan reliabel apabila nilai
alpha lebih besar 0,60. Semakin dekat alpha Cronbach dengan 1, semakin tinggi
keandalan konsistensi internal. Hasil pengujian reliabilitas dapat dilihat pada
Tabel 2.
Rata- Jumlah
No Variabel Nilai Keandalan
rata Item
Alpha
1 Tingkat Pendidikan 4,3 6 0,784 Andal
2 Penggunaan teknologi informasi 4,4 8 0,702 Andal
3 Pemahaman akuntansi akrual 4,3 7 0,769 Andal
4 Kualitas laporan keuangan 4,1 8 0,776 Andal
Sumber: output SPSS, 2020.
Uji Multikolinieritas
Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinieritas adalah
mempunyai angka tolerance mendekati 1. Batas Variance Inflation Factor (VIF)
adalah 10, jika nilai VIF dibawah 10, maka tidak terjadi gejala multikolinieritas
(Gujarati, 2012). Hasil uji multikolinieritas dapat dilihat pada Tabel 4.
Berdasarkan Tabel 4, nilai VIF setiap variabel lebih kecil dari 10 dan
begitu juga dengan nilai tolerance yang diperoleh setiap variabel yang mendekati
angka 1,00. Hal ini membuktikan bahwa tidak terjadi multikolinieritas antar
variabel dalam penelitian.
Uji Heterokedastisitas
Model regresi yang baik adalah tidak terjadinya heteroskedastisitas. Untuk
mendeteksi heteroskedastisitas dapat melihat grafik scatterplot. Deteksinya
dengan melihat ada tidaknya pola tertantu pada grafik dimana sumbu X adalah Y
yang telah diprediksi dan sumbu Y adalah residual yang telah di standardized.
Hasil dari uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada Gambar 1.
Analisis Deskriptif
Pembahasan
Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh
positif terhadap kualitas pelaporan keuangan, di mana setiap kenaikan tingkat
pendidikan, akan diikuti oleh kenaikan kualitas pelaporan keuangan. Dengan kata
lain, semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki oleh aparatur bagian
akuntansi pada setiap SKPK kabupaten Aceh Selatan, maka semakin tinggi
kualitas pelaporan keuangan.
Pendidikan sangat penting karena untuk melengkapi keahlian yang
diperlukan dalam dunia kerja serta membantu dalam mewujudkan tujuan karir.
Pendidikan merupakan pengetahuan yang mendalam mengenai suatu bidang
tertentu yang dapat membuka peluang karir bagus untuk masa depan. Dengan
adanya pendidikan ini maka manusia atau seseorang dapat mempunyai
pengetahuan, kemampuan, dan sumber daya manusia yang tinggi. Menurut
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, tingkat pendidikan merupakan tahapan pendidikan yang
ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, jenjang pendidikan
formal terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Wungow, et al. (2016). Selanjutnya Murina & Rahmawaty (2017) menyatakan
bahwa pendidikan merupakan proses pembelajaran untuk meningkatkan
pengetahuan dan pendidikan yang diperoleh melalui pembelajaran secara
terstruktur dan dalam rentang waktu yang relatif lama.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Murina &
Rahmawaty (2017), Nazaruddin et al. (2014), Wiraputra et al. (2014), Devi et al.
(2017) yang menyebutkan bahwa pendidikan berpengaruh positif terhadap
kualitas pelaporan keuangan, karena tanpa adanya ilmu pengetahuan seseorang
maka tidak akan menghasilkan pelaporan keuangan yang berkualitas.
Keterbatasan
Penelitian ini memiliki keterbatasan, yaitu: hasil penelitian ini tidak
mencakup semua SKPK yang ada di Kabupaten Aceh Selatan, dikarenakan ada
beberapa SKPK yang tidak mengembalikan kuesioner. Pengumpulan data
menggunakan instrumen kuesioner tanpa dipandu dan dijelaskan oleh peneliti,
sehingga memungkinkan terjadinya bias dalam pengisian kuesioner. Responden
dalam penelitian ini berjumlah 72 orang (36 SKPK) dari 76 orang responden (38
SKPK) yang direncanakan. atau 4 orang (2 SKPK) yang tidak mengembalikan
kuisionernya dan variabel independen dalam penelitian ini hanya dapat
menjelaskan 38,4% pengaruhnya terhadap variabel dependen (kualitas pelaporan
keuangan)
Saran
Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah diharapkan kepada
pemerintah daerah Kabupaten Aceh Selatan, untuk dapat memperhatikan kembali
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas pelaporan keuangan, agar
kualitas pelaporan keuangan daerah dapat ditingkatkan dengan meningkatkan
tingkat pendidikan, peningkatan penggunaan teknologi dan meningkatkan
pemahaman terhadap akuntansi akrual. Disarankan juga untuk penelitian
selanjutnya untuk meneliti SKPK kabupaten dan kota di Aceh, sehingga hasil
penelitiannya dapat digeneralisasi untuk seluruh kabupaten dan kota di Aceh atau
lebih kuas lagi pada SKPD Kabupaten dan kota di Indonesia. Diisarankan juga
kepada peneliti selanjutnya, agar pada saat pembagian kuesioner untuk dapat
memberikan penjelasan atau memberikan panduan dalam pengisian kuesioner
yang baik kepada para responden.
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, W. (2010). Pengaruh sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi
informasi terhadap keterandalan dan ketepatwaktuan pelaporankeuangan
pemerintah daerah (studi pada pemerintah daerah Kabupaten Pesisir
Selatan. Tesis. Padang: Politeknik Negeri Padang.
Jurnali, T,. & Supomo, B. (2002). Pengarug faktor kesesuaian tugas teknologi
dan pemanfaatn TI terhadap kinerja akuntan publik. Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia, 5(2), 214-228.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan. (2015). Jakarta Buletin Teknis No. 01-
24
Murina, S., & Rahmawaty. (2017). Pengaruh pendidikan, kualitas pelatihan, dan
pengalaman kerja aparatur desa terhadap pemahaman pelaporan keuangan
desa (studi pada kecamatan banda raya kota Banda Aceh). Jurnal
Keuangan, 2(3),111-120.
Qanun Aceh Selatan Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan
Perangkat Daerah Kabupaten Aceh Selatan.
Shelly,. & Tri Maulia. (2014). Pengaruh Usia, Pengalaman dan Pendidikan
Dewan Komisaris Terhadap Kualitas Laporan Keuangan, Universitas
Diponogoro, Semarang.
Wungow, J. F., Lambey, L., & Pontoh, W. (2016). Pengaruh tingkat pendidikan,
masa kerja, pelatihan dan jabatan terhadap kualitas pelaporankeuangan
pemerintah kabupaten minahasas. Jurnal Akuntansi, 1(6), 10-15.