Dalam gambar di atas, tanah dan bangunan milik pondok ditandai dengan
warna kuning.
4. Model pendidikan di Ma’had Aly yang khas dan berbeda dengan pendidikan
jenjang dasar dan menengah.
Di Ma’had Aly, peserta didiknya adalah mahasiswi yang sebelumnya telah
menamatkan pendidikan di jenjang SMA atau sederajat. Karena sudah dewasa,
mereka mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan umur mereka. Mereka
diizinkan membawa dan menggunakan perangkat elektronik seperti laptop dan
smartphone, juga mengakses internet.
Saat ini, Ma’had Aly berada di lokasi yang sama dengan jenjang Ibtida`iyah
(SD), Mutawasith (SMP) dan Tsanawiyah (SMA), sehingga kadang menimbulkan
masalah. Di antara masalah yang muncul adalah kesenjangan dan rasa bosan
para alumni jenjang Tsanawiyah jika harus kuliah lagi di lokasi yang sama.
Idealnya, PPIB memiliki lokasi khusus untuk Ma’had Aly yang terpisah dari
lokasi jenjang dasar dan menengah.
Semua faktor ini mendorong dan menuntut PPIB untuk menyediakan
tanah yang cukup untuk pengembangan lembaga dan amal usaha ke depan.
B. TUJUAN
Adapun tujuan proyek ini adalah:
1. Menyediakan land banking dan lahan yang cukup untuk pengembangan
pondok jangka panjang.
2. Menyediakan lahan untuk pengembangan pondok jangka menengah, yaitu
pembangunan Ma’had Aly.
D. TANTANGAN
Di samping kelebihan-kelebihan di atas, ada beberapa tantangan dalam
pembelian tanah ini, yaitu:
1. Total harga tanah yang cukup besar. Meski relatif murah, karena luas tanah
yang direncanakan dibeli cukup besar, angka pembeliannya mencapai
belasan milyar rupiah.
2. Status tanah yang masih hijau. Untuk bisa dibangun, tanah haruslah berstatus
kuning di Badan Pertanahan Nasional (BPN). Jika tanah masih berstatus hijau
membutuhkan proses tertentu untuk alih status menjadi kuning. Peluang alih
status ini terbuka dan lembaga-lembaga pendidikan di sekitar lokasi sudah
biasa melakukannya saat akan membangun sarana prasarana. InsyaAllah
Ta’ala PPIB juga akan melakukan alih status secara bertahap sesuai
kebutuhan.
3. Kondisi keuangan pondok yang masih terfokus pada pembangunan gedung
asrama putra. Saat ini, PPIB baru saja menyelesaikan pembangunan gedung
asrama putri yang cukup besar dan terdiri dari empat lantai. Selanjutnya PPIB
masih akan membangun asrama putra dan beberapa proyek jangka pendek.
Oleh karena itu, proyek ini membutuhkan sumber pendanaan alternatif.
E. PANITIA PELAKSANA
Untuk melaksanakan proyek ini dan menjawab tantangan-tantangan di atas,
PPIB membentuk panitia dengan susunan berikut ini:
Pengarah : 1. Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin
2. Ustadz Ade Saifuddin
Ketua : Ustadz Anas Burhanuddin
Sekretaris : Ustadz Abdul Aziz Luthfi
Bendahara : Mukti Rofi’i
Bagian Promosi : 1. Ustadz Fadilah Abu Abbad
2. Ustadzah Ummu Nabilah
Tim Teknis : Nashiruddin
F. WAKTU PELAKSANAAN
Mempertimbangkan berbagai hal di atas, PPIB menjadikan proyek
pembebasan tanah ini sebagi proyek jangka menengah, yakni pembangunan lima
tahun kedua (1926-1930). Karena luasnya lahan yang akan dibebaskan dan
besarnya dana yang dibutuhkan, kami membagi pelaksanaan proyek ini menjadi
tiga periode:
1. Periode pertama (2021-2025): perencanaan, kajian, negosiasi dan
penggalangan donasi.
2. Periode kedua (2026-2027): eksekusi pembebasan tanah tahap pertama
seluas 25.000 m2 (2,5 hektar) senilai Rp 11.250.000.000 (sebelas milyar dua
ratus lima puluh juta rupiah).
3. Periode ketiga (2028-2029): eksekusi pembebasan tanah tahap kedua seluas
25.000 m2 (2,5 hektar) senilai Rp 11.250.000.000 (sebelas milyar dua ratus
lima puluh juta rupiah).
G. SUMBER PENDANAAN
Untuk mendanai proyek ini, PPIB memiliki beberapa sumber pendanaan
potensial berikut:
1. Uang pengembangan PPIB. Sebagian anggaran pengembangan PPIB untuk
beberapa tahun ke depan (multi years) akan dialokasikan untuk proyek ini.
2. Wakaf dari masyarakat dan umat Islam.
3. Donasi tidak mengikat.
4. Pembiayaan dengan skema murabahah dari pihak ketiga.
5. Qardh hasan (pinjaman non riba).
ت َسْب َع َسنابِ َل ِِف ُك ِّل ُسْن بُلَ ٍة ٍ َِّ مثل الَّ ِذين ي ْن ِف ُقو َن أَموا ََلم ِِف سبِ ِيل
ْ َاَّلل َك َمثَ ِل َحبَّة أَنْبَت َ ُْ ْ ُ َ ُ ََ
.اَّللُ و ِاس ٌع َعلِ ٌيم
َّ ف لِ َم ْن يَشاءُ َو ِ
ُ اَّللُ يُضاعَّ ِمائَةُ َحبَّ ٍة َو
“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah Ta’ala seperti
sebutir biji yang menumbuhkan tujuh bulir, pada setiap bulir ada seratus biji. Allah
Ta’ala melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Ta’ala Maha
Luas lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah: 261)
3. Keutamaan Wakaf.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa beliau berkata, “Dahulu Abu
Thalhah adalah warga Anshar di Madinah yang paling banyak harta. Harta yang
paling dicintainya adalah Kebun Bayraha yang menghadap Masjid Nabawi.
Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- biasa mengunjungi kebun itu dan
meminum airnya yang bagus. Ketika turun Surat Alu Imran ayat 92, Abu
Thalhah mendatangi Rasulullah dan mengatakan, ‘Allah Ta’ala telah
berfirman,
.لَ ْن تَنَالُوا الِْ َِّب َح ََّّت تُْن ِف ُقوا ِِمَّا ُُِتبُّو َن
“Kalian tidak akan memperoleh kebajikan, sampai kalian menginfakkan sebagian
harta yang kalian cintai.” Dan harta yang paling saya cintai adalah Bayraha,
maka saya menyedekahkannya karena Allah Ta’ala. Saya mengharapkan
kebaikan dan tabungan pahalanya di sisi Allah Ta’ala, maka silahkan engkau
alokasikan wakaf ini terserah engkau wahai Rasulullah.’ Rasulullahpun
bersabda, ‘Bagus wahai Abu Thalhah, itu adalah harta yang untung.’ " (HR. Al-
Bukhari no. 2758 dan Muslim no. 998)