PENGKADERAN
diadakan ini, dengan harapan lahir dan tumbuhnya kembali kader-kader lembaga
pengkaderan yang lebih terarah, sistematis dan berkelanjutan yang tertuang dalam
bentuk konsep Pengkaderan dimana dalam setiap jenjang pengkaderan yang ada
telah memiliki tujuan, dan sasaran yang dapat diukur. Dalam konsep Pengkaderan
terdapat sebuah konsep yang terdiri atas poin-poin yang sangat penting dan menjadi
kerangka acuan yang wajib dijadikan pedoman bagi para pengurus dalam menyusun
dan menjalankan program kerja dari semua aktivitas kelembagaan dalam lingkup.
diidentifikasi dan dievaluasi pokok-pokok masalah serta hal-hal pokok yang harus
diperbaiki dalam rangka mewujudkan suatu pola pengkaderan yang ideal, sistematik,
pengkaderan, pergeseran nilai yang terjadi dalam setiap jenjang pengkaderan, follow
jenjang pengkaderan , tujuan yang ingin dicapai dalam setiap jenjang pengkaderan,
dan sasaran yang diharapkan atas pelaksanaan setiap jenjang pengkaderan dari setiap
jenjang pengkaderan.
maka juga diputuskan untuk mengatur materi-materi yang senantiasa harus ada dan
Pp
menurunkan sasaran yang hendak dicapai maka disetiap materi yang ditetapkan
memiliki tujuan instruksional umum dan khusus sebagai pedoman terhadap pengurus
dalam penyampaian materi. Poin-poin yang menjadi kerangka kerja terhadap seleruh
Pengkaderan
baru (PMB), diperuntukkan bagi mahasiswa baru yang pertama kali menginjakkan
Prosesi pengkaderan awal ini merupakan pintu gerbang bagi seorang mahasiswa baru
untuk memantapkan langkahnya terhadap dunia baru yaitu lingkungan kampus yang
teknis pelaksanaan.
Pp
Terjadi perubahan hegemoni di mana hegemoni fisik yang selama ini menjadi
ciri khas dari pelaksanaan pengkaderan tidak sesuai lagi dengan perkembangan
wacana baik dalam lingkup masyarakat, bangsa, dan negara. Saat ini yang
pelaksanaan pengkaderan awal ini perlu kembali dievaluasi agar keberadaannya tidak
menyimpang dari nilai-nilai intelektual yang senantiasa menjadi ciri utama dan
budaya kampus (mahasiswa). Untuk itu dilakukan evaluasi dan analisa kebutuhan
negara.
materi wajib yang dalam evaluasi dan analisa kebutuhan, materi ini terkait langsung
dengan nilai, tujuan, dan sasaran yang telah ditentukan, dan materi ini relevan paling
tidak beberapa tahun ke depan. Penentuan komposisi materi ini tidak dimaksudkan
untuk membatasi wewenang dan tugas dari steering comitee yang selama ini berperan
dilakukan. Fungsi utama dari steering comitee dan pengurus lembaga nantinya adalah
nilai pengkaderan berdasarkan kondisi riil mahasiswa yang akan dikader. Berikut
1. Identitas Mahasiswa
2. Quantum Learning
4. Kesadaran Kritis
pada lampiran materi pengkaderan awal , lengkap dengan hal-hal yang terkait
Pp
Identitas mahasiswa
tentang apa yang akan dilakukan nanti, esok, lusa dan seterusnya. Katakan saja setiap
malamnya kita akan memikirkan atau merencanakan apa yang akan kita lakukan esok
hari, ke mana kita akan pergi atau pakaian apa yang akan kita pakai, dan kesemuanya
haruslah disesuaikan dengan tujuan yang kita inginkan. Begitu juga dengan pilihan
berbagai pilihan untuk menjadi apa saja dan bagaimana mencapai pilihan tersebut.
akhir dari pertemuan kita dengan berbagai pilihan. Dengan keputusan menjadi
seorang mahasiswa ternyata makin memperpanjang daftar pilihan yang harus kita
pikirkan baik-baik. Karena dengan begitu artinya status, karakter, dan tanggung jawab
kita pun bertambah, dan tak dapat dipungkiri ini merupakan suatu potensi yang sangat
mana aturan-aturan yang ketat yang kemudian menjadi media penghambat libido dan
hasrat seseorang (dalam psikologi disebut dengan istilah Fiksasi) ini semakin
mengendur atau semakin pudar, dan bukan tidak mungkin ini akan melahirkan efek
yang meledak-ledak atau yang biasa disebut dengan istilah Katarsis. Sebagai contoh,
pada waktu dibangku sekolah, seorang siswa harus menjalani suatu rutinitas yang
secara ketat diatur oleh pihak sekolah, seperti jam masuk, jam pulang dan pakaian
seragam serta berbagai aturan lain yang benar-benar membatasi gerak seorang siswa.
Pp
Belum lagi aturan rumah yang tak kalah ketatnya, akibat anggapan bahwa seorang
siswa belum cukup dewasa untuk menentukan pilihannya sendiri. Inilah yang
dimaksud dengan fiksasi. Dan ketika siswa tersebut masuk ke dalam dunia kampus di
mana tidak ada lagi aturan yang begitu ketatnya maka ini bisa saja menjadi ruang
yang tepat untuk melakukan apa saja yang mungkin dianggap “tabu” ketika masih
Di sinilah fungsi yang paling utama dari pada sebuah orientasi, yang kemudian
mempertegas kembali apa yang menjadi motif utama kedatangan seseorang ke dalam
dunia kampus.
Dari tinjauan di atas dapat dipahami bahwa latar belakang seseorang menjadi
mahasiswa dapat mempengaruhi langkah yang dianggap paling tepat bagi dirinya,
dan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang menjelaskan tentang fungsi mahasiswa yaitu
juga dibentuk oleh akumulasi dari aktifitas yang dilakukan oleh mahasiswa yang
dilakukan setiap waktu baik yang berkaitan dengan kegiatan dunia kampus maupun
dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai peran yang dilakoni oleh seorang mahasiswa
pun akan menghadirkan berbagai tanggung jawab yang berbeda pula. Sebagai
menjadi apa saja yang diinginkan, yang menurutnya ideal. Berbeda pula perannya
sebagai seorang anak yang mempunyai tanggung jawab unutk berbakti pada orang
tuanya, atau membahagiakannya, katakan saja keinginan orang tua untuk melihat
Pp
jelas mahasiswa merupakan manusia yang berada dalam ruang ilmiah dan memiliki
seperangkat pengetahuan tentang mana yang benar dan salah atau adil dan tidak adil
sudah terlampau sering didera ketidakadilan dan penindasan. Selain itu konsekuensi
materil pun menjadi beban mahasiswa terutama yang berada di Perguruan Tinggi
Negeri (PTN), hal ini dikarenakan biaya pendidikan yang tidak sepenuhnya
ditanggung oleh mahasiswa tersebut namun juga dari subsidi pemerintah yang berasal
dari pajak yang dipungut dari “tiap tetes keringat” rakyat Indonesia. Maka sudah
pantaslah membela kepentingan masyarakat pun menjadi prioritas dalam tiap gerak
setiap mahasiswa.
Dari sisi konstruk budaya dan sosiologis, mahasiswa tidak dapat lepas dari
identitas yang dibentuk dari ikon-ikon budaya dominan, jelas ini akan menambah
perbendaharaan masalah yang dihadapi. Mungkin disatu sisi konsep idealisme yang
dianggap) hedonis, pragmatis, dan lainnya. Sedangkan tren dominan hari ini menuntut
Hok Gie yang dikenal sebagai aktifis mahasiswa angkatan 66, dalam buku hariannya,
yang kemudian diterbitkan dalam bentuk buku yang diberi judul Catatan Seorang
ideal seorang mahasiswa yang berada dalam kemelut antara kondisi kebangsaan yang
mahasiswa dia aktif dalam kegiatan advokasi dan demonstrasi pada saat itu, namun
selain itu, mahasiswa yang diceritakan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Sastra
dan aktif sebagai mahasiswa pecinta alam (MAPALA) Universitas Indonesia ini pun
menuangkan dalam buku hariannya tersebut tentang cita-cita untuk masa depannya
dan tentang harapan keluarga terhadap dirinya, serta kehidupannya sebagai seorang
anak muda yang selalu ingin menikmati masa kejayaannya tersebut, tidak hanya
sampai disitu dia pun menuliskan tentang kisah cintanya. Sangat kompleks, itulah
ungkapan yang mungkin muncul ketika kita mencoba menelaah secara jujur tentang
identitas mahasiswa hari ini. Rumit memang, namun bukan untuk dipersalahkan
sebuah semangat untuk memberikan aksesoris-aksesoris yang lebih indah lagi di tiap
Model Penyampaian
mengenai persoalan yang belum jelas, sharing pendapat mengenai gagasan dalam
perspektif yang berbeda dengan apa yang disampaikan oleh narasumber, mengkritisi
Referensi
materi diatas dan peserta yang ingin mendalami materi identitas kemahasiswaan. Atau
dapat dikatakan bahwa referensi dari identitas kemahasiswaan ini merupakan materi
Pendamping.
melakukan penilaian terhadap kondisi peserta dan pemateri dengan tujuan dapat
melakukan kontrol terhadap nilai,tujuan dan sasaran dari pengkaderan awal serta TIU
QUANTUM LEARNING
quantum learning.
Model Penyampaian
mengenai persoalan yang belum jelas, sharing pendapat mengenai gagasan dalam
perspektif yang berbeda dengan apa yang disampaikan oleh nara sumber, mengkritisi
Referensi
menyampaikan materi diatas dan peserta yang ingin mendalami materi Quantum
Learning Atau dapat dikatakan bahwa referensi dari materi ini merupakan materi
Pp
Pendamping.
melakukan penilaian terhadap kondisi peserta dan pemateri dengan tujuan dapat
melakukan kontrol terhadap nilai, tujuan, dan sasaran dari pengkaderan awal serta
(Socrates)
nama-nama siswa yang tergolong pintar dalam yudisium sekolahnya, seorang siswa
tiba-tiba bertanya, ”Ibu, siapakah yang lebih pintar Albert Einstein atau Mike Tyson?,
Ibu kepala sekolah tidak saja kaget , tetapi juga marah. Dengan suara tegas
dan berapi- api, ia berkata di depan pengeras suara.”Mana mungkin Mike Tyson yang
Hartono yang kerjanya hanya memukul bola. Si siswa penanya, yang seorang pemain
basket terkenal yang mengharumkan nama sekolahnya, tidak cuma kecewa dengan
Pp
jawaban itu, tetapi merasa sia-sia keterampilannya. Dia tidak pernah dianggap cerdas
Kasus yang merupakan kisah nyata dibeberapa sekolah ini, membuka mata
banyak orang tentang kecerdasan. Apakah yang cerdas hanyalah mereka yang pintar
Fakta lain membuktikan bahwa sebagian besar siswa yang nilai rapornya
bagus, banyak yang kemudian menganggur. Sementara yang pintar main musik dan
piawai berolah raga diterima dibeberapa bank sebagai karyawan tetap. Kasus lain
terjadi di Fakultas Kedokteran. Diantara dokter yang lulus tetap waktu itu dengan
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) diatas 3,0, merupakan dokter-dokter yang gagal, baik
mereka yang hampir Droup Out karena terlalu lama sekolah, juga dengan IPK biasa,
OTAK
Otak adalah organ yang paling kompleks yang pernah dikenal dalam semesta
ini. Ia adalah satu-satunya bagian tubuh yang paling berkembang dan secara otomatis
dapat mempelajari dirinya sendiri. Otak adalah organ yang bilamana dirawat, dijaga,
dan dipelihara secara serius dan teratur, dapat bertahan sampai lebih dari seratus
tahun. Tidak seperti organ tubuh lain, yang semakin tua semakin rusak, otak justru
makin tua makin menunjukan fungsi yang makin luas dan lebar. Kian tua interkoneksi
antarsel saraf (neuron) karena memang pengalaman hidup yang makin banyak, dan
kian padat dalam otak manusia. Salah satu produk otak adalah pikiran. Manusia boleh
saja mati tetapi pikiran-pikirannya bisa jadi akan tetap hidup. Karena pemikiran-
Pp
Budha, Nabi Isa, atau Nabi Muhammad SAW, yang telah wafat, tetapi pikiran-pikiran
Pada manusia yang masih hidup, pikiran pun sedemikian dahsyatnya, tidak
seperti fisik tubuh manusia yang terikat pada ruang dan waktu, pikiran bebas
namun pikirannya sedang berada di bank, pasar atau tempat lainnya. Banyak sekali
terjadi, seorang yang lemah fisik, tetapi memiliki kakuatan dalam berpikir.
milyar sel aktif, yaitu sekitar 100 milyar sel aktif sejak lahir. Masing- masing sel
dapat membuat jaringan sampai 20.000 sambungan setiap detik. Dengan kemampuan
luar biasa ini otak manusia mampu menghafal seluruh atom yang ada di alam semesta
ini. Kemampuan memori otak kita adalah 10800(10 dengan angka 0 sebanyak 800
dibelakangnya), sedangkan jumlah atom yang ada di alam semesta adalah angka 10100
Otak manusia terdiri dari otak kanan dan otak kiri. Otak kanan fungsinya
untuk mejawab sesuatu yang acak, holistik, kreatif sedangkan otak kiri untuk sesuatu
INTELLIGENCE QUOTIENT ( IQ )
oleh William Stern sekitar 100 tahun yang lalu. Sejak saat itu banyak orang yang
memiliki IQ rendah merasa minder, malu, atau bahkan pesimis dengan masa
depannya. Dan sejak saat itu pula kemampuan matematis merajai dunia. Jarang
sebagai orang- orang yang cerdas, kecuali pada penghargaan nobel yang memang
ternyata tidak lepas dari pendewaan terhadap kecerdasan matematis dan IQ, tidak
puas dengan penerapan kecerdasan rapor dipendidikan dasar dan menengah, maka di
berkembang pada otak kiri, membuat otak kanan terbengkalai. Evaluasi Akhir
Semester atau ujian akhir misalnya hanya sanggup mengukur otak kiri anak didik,
kecerdasan lainnya.
melakukan riset kecerdasan lebih dari 10 tahun. Di dalam bukunya, dia menjelaskan
kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri, dan
perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri dan kemampuan mengelola emosi
dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.
Meskipun IQ tinggi, tetapi bila kecerdasan emosi rendah maka tetap tidak
membantu. Banyak orang cerdas dalam arti terpelajar, tetapi tidak memilki
Pp
kecerdasan emosi, ternyata bekerja menjadi bawahan orang yang IQ nya lebih rendah
Zohar bersama dengan suaminya Ian Marshall, berlandaskan pada temuan- temuan
neurologis tentang GOD SPOT (Titik Tuhan) diramu dengan fisika kuantum dan
pada paham materialisme maupun Neo Materialisme yang selalu berusaha memberi
penjelasan mengenai hal-hal yang spiritual dari fenomena- fenomena material. Sekitar
dua abad yang lalu seorang filsof mengatakan’ daya intellengence itu sangat
tergantung phosphor, bila tidak ada phosphor maka tidak ada intellenge. Argumentasi
hal yang secara filosofis kurang bisa dipertanggungjawabkan, kedua, sistematika buku
SQ karya Zohar dan suaminya Ian Marshall terkesan gado- gado, bahkan gado-gado
maupun kebijakan oriental. Memang agak khas gaya pemikir tersebut, tapi lepas dari
banyaknya kelemahan dalam buku Zohar, konsep kecerdasan spiritual memang tidak
dapat disangkal adanya. Karya Zohar sebenarnya lebih mencerminkan upaya Zohar
Untuk seorang penganut agama yang baik, mereka pasti dengan mudah
Zohar dan Ian Marshall. Kemampuan untuk mentransformasi derita menjadi bahagia,
Pp
adalah hal- hal yang memang dapat dicapai relatif lebih mudah dengan melalui
pengamalan agama yang benar. Dengan itu diharapkan seseorang yang religius lebih
cerdas secara spiritual dari pada orang yang tidak religius. Penyair Sufi RUMI
maupun sufi besar Ibn Arabi yang dikutip oleh Danah Zohar adalah orang-orang yang
amat Religius dalam Ulama kaum Muslim. Dan mereka karya-karya yang
monumental dan kaya secara spiritual dan bisa meningkatkan kecerdasan spiritual
Seperti yang dikatakan Shandel yang dikutip Ali Syariati dalam bukunya
“haji” bahwa bahaya paling besar yang dihadapi umat manusia pada zaman sekarang
bukanlah ledakan bom atom, tetapi perubahan fitrah. Unsur kemanusiaan di dalam
sekarang ini adalah sebuah ras yang nonmanusiawi. Inilah mesin berbentuk manusia
yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan dan kehendak alam yang fitrah. Itulah
gambaran Ali Syariati untuk orang-orang yang buta hati atau nurani, bahasa
MULTI INTELLINGENCE
kecerdasan manusia. Ia mematahkan mitos bahwa iq tetap, tidak berubah, selain itu ia
manusia jauh lebih besar dari pada sekedar iq,. Manusia memiliki kecerdasan multi
yang dirumuskan dengan istilah multiple intellingences, yaitu kecerdasan logis mate-
membaca cepat, menghafal cepat, perpikir kreatif, berhitung cepat, dan lain-lain. EQ
dapat kita kembangkan berdasarkan hasil penelitian Goleman dan kawan- kawan,
yaitu; pertama, menyadari dan menyakini bahwa emosi itu benar- benar ada dan riil,
perenungan, termasuk sering bertanya dalam diri, siapa yang menciptakan kita,
kenapa kita mesti diciptakan dan kita mau kemana sebagai tanggung jawab
penciptaan itu.
bagaimana mengaktualisasikannya.
masing-masing.
SEPIA menurut
Model Penyampaian
Pp
mengenai persoalan yang belum jelas, sharing pendapat mengenai gagasan dalam
perspektif yang berbeda dengan apa yang disampaikan oleh nara sumber, mengkritisi
Referensi
materi diatas dan peserta yang ingin mendalami materi Potensi Kecerdasan Manusia
Atau dapat dikatakan bahwa referensi dari Potensi Kecerdasan Manusia ini
merupakan materi pendalaman untuk lebih mendalami dan memahami tentang Potensi
Bandung, 2002
Pendamping.
melakukan penilaian terhadap kondisi peserta dan pemateri dengan tujuan dapat
Pp
melakukan kontrol terhadap nilai,tujan dan sasaran dari pengkaderan awal serta TIU
KECERDASAN KRITIS
Melatih dan menumbuhkan daya nalar dan daya kritis bagi mahasiswa baru terhadap
permasalahan – permasalahan yang terjadi baik pada diri sendiri, maupun pada
1. Mahasiswa baru mampu memahami defenisi, tujuan dan manfaat dari kesadaran
kritis
kritis
3. Mahasiswa baru mampu berpikir objektif, kritis, skeptis dan analitis terhadap
4. Mahasiswa baru mampu mengetahui dampak dari budaya pragmatis, hedon, dan
konsumerisme
kesadaran kritis
Model Penyampaian
mengenai persoalan yang belum jelas, sharing pendapat mengenai gagasan dalam
perspektif yang berbeda dengan apa yang disampaikan oleh nara sumber, mengkritisi
Referensi
materi diatas dan peserta yang ingin mendalami materi Kesadaran Kritis Atau dapat
dikatakan bahwa referensi dari materi ini merupakan materi pendalaman untuk lebih
mendalami dan memahami tentang Kesadaran Kritis. Referensi untuk materi tersebut
Lestari, Dewi, Supernova “Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh”, PT. Trudee Books,
Jakarta, 2001
Piliang, Yasraf Amir, Sebuah Dunia Yang Dilipat, Mizan, Jakarta, 1999
Piliang, Yasraf Amir, Sebuah Dunia Yang Menakutkan, Mizan, Jakarta, 2001
Piliang, Yasraf Amir, Sebuah Dunia Yang Berlari, Grasindo, Jakarta, 2004
Catatan Chapra
Pendamping.
melakukan penilaian terhadap kondisi peserta dan pemateri dengan tujuan dapat
melakukan kontrol terhadap nilai, tujuan, dan sasaran dari pengkaderan awal serta
Referensi:
terbaru
Pp
FOLLOW UP
proses yang berkelanjutan dan sistematik. Kelemahan pengkaderan selama ini adalah
kegiatan pengkaderan yang berlangsung secara bertahap (gradual), tidak ada proses
menindaklanjuti kegiatan pengkaderan awal, agar tujuan, nilai, dan sasaran yang
diwujudkan. Apalagi mengingat waktu yang agak terbatas pada pelaksanaan kegiatan
pengakaderan awal tersebut sehingga nilai-nilai yang akan diturunkan tentu menjadi
Berikut adalah rencana tindak lanjut dari kegiatan pengkaderan awal yang
selanjutnya.
yang diturunkan dalam kegiatan pengkaderan awal. Materi ini dapat bersifat
mengulang kembali materi yang telah disampaikan, melanjutkan materi yang belum
-materi yang terkait dengan materi pokok (membahas referensi materi yang
dianjurkan).
Pp
Bentuk penyampaian materi dari follow up kegiatan pengkaderan awal terdiri atas
kesempatan kepada peserta untuk bertanya mengenai persoalan yang belum jelas,
sharing pendapat mengenai gagasan dalam perspektif yang berbeda dengan apa
2. Pendampingan
kader berdasarkan topik pembahasan tertentu dan didampingi satu atau lebih
panitia sebagai fasilitator. Peran fasilitator adalah bukan pihak pemberi ceramah
tetapi mengelolah forum agar antar peserta bisa tercipta pola interaksi yang
Dengan demikian imajinasi peserta akan berkembang dan pada akhirnya akan
memberikan sesuatu yang baru, gagasan baru, atau pemecahan baru terhadap
kasus tertentu, bisa secara lisan langsung atau dengan tulisan mengenai kasus
mendiskusikannya.
buku tertentu yang dikupas secara mendalam untuk menemukan dan memahami
tertentu yang ada dalam sebuah film. Untuk kegiatan bedah film sebelum
4. Simulasi
dalam kondisi yang formal dan kaku, dengan demikian peserta kader diharapkan
berhubungan pengembangan wawasan dan pola pikir. Bentuk simulasi ini dapat
5. Absensi
dan mendalam terhadap peserta kader yang telah mengikuti prosesi pengkaderan
awal. Dengan adanya kegiatan absensi ini diharapkan terbangun suatu pola
Pp
hubungan yang intensif antara pengurus dengan mahasiswa baru yang baru
itu beberapa metode di atas dapat dilaksanakan secara konfiguratif dengan tetap
kreatif, inovatif, dan mampu melakukan improvisasi yang dinamis dan antisipatif
dalam mengelola sebuah forum, sehingga tujuan dan target materi berhasil
BINA AKRAB
3. Solidaritas jurusan
Gambaran Umum
mahasiswa dari tahun ketahun semakin pudar. Dengan kondisi yang kita hadapi saat
ini kemudian dipikirkan untuk menambah bobot dan kualitas dari kegiatan Latihan
Kepemimpinan yang selama ini sudah ada. Oleh karena itu diputuskan untuk
kepemimpinan. Hal ini juga dimaksudkan untuk mengantisipasi loncatan materi yang
telalu tinggi antara materi materi yang disampaikan pada kegitan pengkaderan awal.
materi materi yang ditetapkan disampaikan dengan cara yang intensif dan dalam
suasana yang formal, waktu yang dibutuhkan untuk bentuk formal ini paling tidak 2-3
hari. Sedangkan bentuk pralatihan kepemimpinan non formal berarti materi materi
nonformal paling tidak sekali dalam seminggu. Bentuk kegiatan dari Pralatihan
Kepempinan Tingkat pertama ini sepenuhnya diserahkan pada pihak pengurus untuk
MATERI LK1
dimaksudkan sebagai materi wajib yang dalam evaluasi dan analisa kebutuhan, materi
ini terkait langsung dengan nilai, tujuan, dan sasaran yang telah ditentukan, dan
materi ini relevan paling tidak beberapa tahun ke depan. Berikut adalah komposisi
4. Manajemen Konflik
5. Brainstorming
6. Analisis SWOT
untuk mencapai tujuan bersama sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.
Dalam kehidupan manusia, tentu manusia tidak dapat hidup sendiri di tengah-tengah
masyarakat, artinya selalu berharap adanya bantuan dari pihak lain atau sering disebut
manusia adalah makhluk sosial. Menurut Plato sudah merupakan hakikat hidup
manusia bahwa adanya ketergantungan manusia yang satu dengan manusia yang
lainnya karena manusia bukan hidup sendiri tetapi hidup bermasyarakat. Tentu
Dengan hal tersebut, memang organisasi memiliki arti yang sangat strategis
dan peran yang dapat mengelola kehidupan manusia agar lebih mempunyai hakikat
yang bermakna. Hakikat organisasi pada dasarnya berorientasi terhadap aspirasi dari
menjadi pondasi dasar dan asas dalam pengelolaan organisasi untuk mencapai
tujuannya demi terciptanya sistem manajerial yang baik. Dapat dikatakan jika suatu
tersebut.
Lahirnya organisasi akibat adanya tujuan yang ingin hendak dicapai oleh
pihak tertentu karena melihat adanya urgensi dari keberadaaan organisasi. Organisasi
tidak hanya dibutuhkan pada lingkup yang kecil tetapi juga pada lingkup yang besar
terlihat dari motif didirikannya organisasi. Organisasi yang kita ketahui bersama juga
memiliki tingkatan tertentu tergantung pada tujuan dan objek dari organisasi tersebut.
Oleh karena itu, organisasi memang harus ada di dalam kehidupan manusia
sebagai instrumen yang dapat mempersatukan manusia dalam proses dinamika dan
mungkin gulung tikar. Hal ini terbukti dengan jelas dalam situasi yang tidak normal
Pp
seperti adanya bencana ketika organisasi sedang tidak teratur maka manajemen sangat
Setiap organisasi memiliki keterbatasan akan sumber daya manusia, uang dan
tergantung pada tujuan yang akan dicapai dengan cara menggunakan sumber daya
sumber daya minimum untuk menghasilkan keluaran yang telah ditentukan. Bagi
prioritas
Salah satu wujud dari adanya manajemen dalam suatu organisasi adalah
membantu mewujudkan tujuan bisnis dengan cara mengatur pekerjaan yang harus
dilakukan. Meskipun demikian tidak terdapat satu metode manajemen yang paling
baik untuk mengatur suatu organisasi. Cara mengelola suatu organisasi disesuaikan
dengan kondisi organisasi yang tentu masing-masing organisasi memiliki ciri dan
situasi tertentu.
dan dibentuk oleh manajemen puncak, dimulai dengan merumuskan tujuan dan
berdasarkan pada kesamaan aktivitas atau k kesamaan proses atau keterampilan yang
kemudian diberi aktivitas dan wewenang oleh manajemen untuk melaksanakan tugas
masing-masing.
terjadi dalam lingkungan kampus. Organisasi ini berdiri karena melihat perlunya
akademik dari mahasiswa itu sendiri. Dalam menjalankan roda organisasi tentu
1. Kurangnya peran dari ketua himpunan dan senat dalam memainkan tiga peran
yang harus dilakukan yaitu peran interpersonal, peran informasi, dan peran
hasil dari interaksi yang dilakukannya dengan pihak lain baik dari dalam maupun
visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, prosedur, aturan, program, dan anggaran.
direncanakan.
dalam suatu organisasi di masa kan datang. Kontinuitas organisasi dapat dilihat dari
Dengan adanya kader maka tongkat estafet kepemimpinan dari suatu organisasi dapat
terbina dengan baik . Aset dari suatu organisasi terletak pada kualitas dan kuantitas
kader.
tetapi berorientasi pada nilai-nilai sosial. Artinya orb mahasiswa tidak dapat dijadikan
pembelajaran. Hal ini seharusnya sudah ada dari kader dalam organisasi mahasiswa.
Artinya nilai juang dan pemahaman yang tinggi dari kader sangat dibutuhkan
sehingga dimasa pergantian kepemimpinan, kader tersebut tetap memiliki nilai juang
kader sewaktu memasuki dunia kampus sehingga kader dapat tetap meneruskan nilai-
Pp
nilai organisasi tersebut tanpa menghambat kreativitas dari kader. Dengan adanya
nilai-nilai ini akan menjadikan pembentukan pola pikir dalam diri setiap kader bahwa
2. Peserta dapat memahami manfaat dan peran organisasi secara umum dan khusus
Model Penyampaian
Panel Forum.
lebih dari satu narasumber untuk menyoroti suatu persoalan, dengan harapan mampu
Pp
Disamping itu, panel forum juga dapat berfungsi sebagai media pemegang bagi
Referensi
materi diatas dan peserta yang ingin mendalami materi . Atau dapat dikatakan bahwa
referensi dari materi ini merupakan materi pendalaman untuk lebih mendalami dan
memahami tentang hakikat dan Urgensi Organisasi. Referensi untuk materi tersebut
Cohen, William A., Seni Kepemimpinan, PT. Mitra Utama, Jakarta, 1990
Lowney, Chris, Heroic Leadership. Best Practises From a 450 Year Old Company
Prilaku Organisasi
Pengantar Manajemen
Pp
Model Penyampaian
hadapan peserta, kemudian diteruskan dengan dialog untuk mempertajam materi yang
telah disampaikan.
mengenai persoalan yang belum jelas, sharing pendapat mengenai gagasan dalam
perspektif yang berbeda dengan apa yang disampaikan oleh narasumber, mengkritisi
Referensi
materi diatas dan peserta yang ingin mendalami materi . Atau dapat dikatakan bahwa
referensi dari materi ini merupakan materi pendalaman untuk lebih mendalami dan
memahami tentang Pengantar Filsafat Ilmu. Referensi untuk materi tersebut adalah
sebagai berikut:
Kattsoff, Louis O., Pengantar Filsafat, PT. Tiara Wacana, Yogyakarta, 1992
Suriasumantri, Jujun S., Filsafat Ilmu. Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar
Falsafat Tuna
Mengenal Epistemologi
Filsafat Hikmah
KBI
Model Penyampaian
hadapan peserta, kemudian diteruskan dengan dialog untuk mempertajam materi yang
telah disampaikan.
mengenai persoalan yang belum jelas, sharing pendapat mengenai gagasan dalam
perspektif yang berbeda dengan apa yang disampaikan oleh narasumber, mengkritisi
Referensi
materi diatas dan peserta yang ingin mendalami materi . Atau dapat dikatakan bahwa
referensi dari materi ini merupakan materi pendalaman untuk lebih mendalami dan
memahami tentang Kerangka Berpikir Ilmiah. Referensi untuk materi tersebut adalah
sebagai berikut:
Falsafah Tuna
MANAJEMEN KONFLIK
Adalah fitrah manusia dari Sang Khalik yang terlahir di tengah lingkungan
yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dan juga adalah fitrah manusia yang terlahir
dengan status dan predikat sebagai mahluk sosial dan mahluk individu. Sebagai
mahluk sosial manusia dalam menjalani rutinitas kehidupannya sebagai hamba dari
Sang Khalik senantiasa butuh komunikasi, bantuan, dan kerja sama dengan
hidup dalam menjalankan statusnya sebagai mahluk sosial, manusia juga memiliki
hak untuk menjalankan statusnya sebagai mahluk individu, dengan tidak terikat pada
pribadi. Tidak dapat dipungkiri manusia sebagai mahluk sosial mempunyai kebutuhan
untuk memikirkan dirinya secara individu, dan hal tersebut sudah merupakan sesuatu
Melekatnya status mahluk sosial dan individu pada diri seorang manusia pada
dasarnya sudah merupakan hukum alam, akan tetapi terkadang dalam perjalanan
hidup seorang manusia timbul berbagai macam masalah akibat dari melekatnya kedua
status ini. Di satu sisi kita sebagai manusia membutuhkan dukungan, kerja sama,
komunikasi dengan lingkungan kita, tetapi di sisi lain kita juga harus memperhatikan
ia sebagai mahluk sosial membutuhkan orang lain. Setiap individu juga sangat
tergantung dari manusia lain, dan setiap manusia mempunyai aturan yang harus
dipenuhi yakni norma dan nilai yang berlaku dan menjadi pedoman hidup dalam
masyarakat. Interprestasi dan keterikatan manusia baik sebagai mahluk sosial maupun
individu pada nilai dan norma yang berlaku yang sering menimbulkan permasalahan.
kepentingan yang kurang tepat. Permasalahan ini jika berlarut-larut akan timbul
komunikasi tetap terbangun maka tidak menjadi suatu masalah. Namun ketika
perbedaan ini timbul menjadi suatu konflik maka tentu akan mengganggu dinamika
Pemahaman akan konflik menjadi sesuatu yang urgen dalam kondisi di mana
masyarakat adalah komunitas sangat heterogen. Karena pada situasi seperti itulah
Konflik itu sendiri dapat diartikan sebagi suatu perbedaan yang timbul dan
terjadi akibat adanya ketidaksesuaian pandangan atau pemahaman dari kedua belah
pihak terhadap suatu permasalahan. Konflik pada diri seorang manusia sebenarnya
karena secara langsung dan tidak langsung konflik menghadirkan suatu pola
hubungan komunikasi yang sangat dinamis dalam suatu kelompok yang terlibat dalam
konflik Konflik dapat melahirkan dan membangkitkan daya emosi manusia yang
menjadi suatu spirit. Konflik yang terjadi antarsesama bangsa biasanya melahirkan
solidaritas, patriotisme yang melewati dimensi agama, suku, dan ras. Akan tetapi di
Pp
lain pihak, konflik bisa menjadi suatu ancaman terhadap peradaban manusia, konflik
bisa memicu timbulnya permusuhan yang biasanya berujung pada peperangan pada
berbagai skala.
sangat beragam. Konflik bisa terjadi dalam sebuah tatanan struktur ataupun kultur.
Konflik dalam sebuah tatanan struktur biasanya melibatkan elit pemegang kuasa yang
biasanya dipicu oleh adanya motif kepentingan yang bermain. Konflik struktural
(masyarakat) dan dapat memperluas konflik pada wilayah kultur. Konflik pada
wilayah kultur umumnya diakibatkan oleh banyak faktor, akan tetapi yang menjadi
dominan yang sering memicu adalah pengaruh SARA (Suku, Agama, Ras). Di lain
pihak konflik juga dapat terjadi secara horizontal dan vertikal, konflik horizontal
adalah konflik yang terjadi antar sesama masyarakat sendiri atau antara negara, dan
lebih kecil hal-hal yang sering memicu terjadinya konflik adalah perbedaan status
baik sosial, maupun ekonomi yang timbul dari adanya stratifikasi yang mau tidak mau
pasti terjadi didalam sebuah masyarakat. Akan tetapi jika kita coba cermati berbagai
pemicu konflik yang serung terjadi dapat disimpulkan bahwa pemicu utamanya
Peserta dapat memahami dan mengelola konflik baik dalam lingkup individu maupun
Model Penyampaian
hadapan peserta, kemudian diteruskan dengan dialog untuk mempertajam materi yang
telah disampaikan.
mengenai persoalan yang belum jelas, sharing pendapat mengenai gagasan dalam
perspektif yang berbeda dengan apa yang disampaikan oleh narasumber, mengkritisi
yang terjadi khususnya yang terkait dengan konflik yang terjadi dalam suatu
Referensi
materi diatas dan peserta yang ingin mendalami materi . Atau dapat dikatakan bahwa
referensi dari materi ini merupakan materi pendalaman untuk lebih mendalami dan
Pp
sebagai berikut:
BRAINSTORMING
Model Penyampaian
hadapan peserta, kemudian diteruskan dengan dialog untuk mempertajam materi yang
telah disampaikan.
mengenai persoalan yang belum jelas, sharing pendapat mengenai gagasan dalam
perspektif yang berbeda dengan apa yang disampaikan oleh narasumber, mengkritisi
Referensi
materi diatas dan peserta yang ingin mendalami materi . Atau dapat dikatakan bahwa
referensi dari materi ini merupakan materi pendalaman untuk lebih mendalami dan
berikut:
Yogyakarta, 2003
Pp
ANALISIS SWOT
analisis SWOT
Model Penyampaian
hadapan peserta, kemudian diteruskan dengan dialog untuk mempertajam materi yang
telah disampaikan.
mengenai persoalan yang belum jelas, sharing pendapat mengenai gagasan dalam
perspektif yang berbeda dengan apa yang disampaikan oleh narasumber, mengkritisi
memberikan topik diskusi kemudian dicarikan solusinya dengan cara analisis SWOT
Referensi
materi diatas dan peserta yang ingin mendalami materi . Atau dapat dikatakan bahwa
Pp
referensi dari materi ini merupakan materi pendalaman untuk lebih mendalami dan
memahami tentang Analisis SWOT. Referensi untuk materi tersebut adalah sebagai
berikut:
Rangkuti, Freddy, Analisis SWOT, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003
Model Penyampaian
Simulasi
Referensi
materi diatas dan peserta yang ingin mendalami materi . Atau dapat dikatakan bahwa
referensi dari materi ini merupakan materi pendalaman untuk lebih mendalami dan
memahami tentang Creative Problem Solving. Referensi untuk materi tersebut adalah
sebagai berikut:
Rangkuti, Freddy, Analisis SWOT, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003
Pp
1. Tanggung Jawab
2. Urgensi kelembagaan
3. Idealitas
kepemimpinan.
kepemimpinan
MATERI LK1
Ormaju dimaksudkan sebagai materi wajib yang dalam evaluasi dan analisa
kebutuhan, materi ini terkait langsung dengan nilai, tujuan, dan sasaran yang telah
ditentukan, dan materi ini relevan paling tidak beberapa tahun ke depan. Berikut
Seni Kepemimpinan
Kesekretariatan
2. Psikologi Komunikasi
pada lampiran materi latihan kepemimpinan tingkat pertama, lengkap dengan hal-hal
telah ditetapkan
Model Penyampaian
hadapan peserta, kemudian diteruskan dengan dialog untuk mempertajam materi yang
telah disampaikan.
mengenai persoalan yang belum jelas, sharing pendapat mengenai gagasan dalam
perspektif yang berbeda dengan apa yang disampaikan oleh narasumber, mengkritisi
Referensi
materi diatas dan peserta yang ingin mendalami materi . Atau dapat dikatakan bahwa
referensi dari materi ini merupakan materi pendalaman untuk lebih mendalami dan
Lowney, Chris, Heroic Leadership. Best Practices From a 450 Year Old
2003
Etika Kepemimpinan
Pengantar Manajemen
Pp
Perilaku Organisasi
PSIKOLOGI KOMUNIKASI
Model Penyampaian
hadapan peserta, kemudian diteruskan dengan dialog untuk mempertajam materi yang
telah disampaikan.
mengenai persoalan yang belum jelas, sharing pendapat mengenai gagasan dalam
perspektif yang berbeda dengan apa yang disampaikan oleh narasumber, mengkritisi
Referensi
materi diatas dan peserta yang ingin mendalami materi . Atau dapat dikatakan bahwa
referensi dari materi ini merupakan materi pendalaman untuk lebih mendalami dan
sebagai berikut:
Psikologi Komunikasi
Seni Komunikasi
Suatu ketika saya membaca tulisan B Rahmanto, berjudul "Ini Cerita Bikinan
Melulu" (Retorika, edisi Januari-April 2002). Tulisan itu mengisahkan kembali serba
sedikit tentang sebuah roman karya Kwee Tek Hoay yang berjudul Drama di Boven
Digul. Cukup tebal memang karya lama ini. (Diterbitkan kembali oleh Kepustakaan
Populer Gramedia, 2001, dalam buku berseri berjudul Kesusastraan Melayu Tionghoa
dan Kebangsaan Indonesia, jilid 3).Dalam roman tersebut Kwee Tek Hoay menyusuri
sepak terjang tokoh-tokoh PKI yang saat itu sedang megah-megahnya. Edisi asli
roman ini terbit secara berseri di mingguan Panorama dari tahun 1928 hingga awal
1932. Ada tokoh-tokoh antagonis, cinta segi tiga, dendam, cakar-cakaran, kondisi
sebagai pengarang telah menyuguhi cerita (entah benar atawa salah) dalam scriptum
tentang Digul. Padahal, ia tidak pernah ke sana, tidak pernah menjadi tahanan, dan-
yang lebih penting lagi-bukan orang politik, jadi kurang sah rasanya kalau berbicara
tentang komunisme. Sikap yang sama juga ditunjukkan oleh Pramoedya Ananta Toer
jika cerita adalah bikinan? Adakah cerita yang bukan bikinan? Bukankah semua cerita
bikinan, bahkan yang scientific sekalipun? Sejurus kemudian ingatan saya juga
mengembara ke sebuah catatan kecil di sampul belakang novel Saman (1998) karya
Ayu Utami. Komentatornya Ignas Kleden. Bunyinya begini, "Pada beberapa tempat
". Metafor Kleden saya pikir bukanlah main-main dan tidak dibikin-bikin (dia orang
Flores dengan tradisi berburu, bukan seperti sebagian besar masyarakat agraris kita
kata-kata menjelma menjadi kristal, memukau dengan ribuan lentik cahaya dan
warna? Bagi orang yang tidak pernah melihat kristal mungkin tidak akan mengerti
tanggapan ini. Atau ya, cuma omongan biasa. Kedua ilustrasi di atas berangkat dari
kekaguman, cemooh, hingga efek insomnia. Banyak orang yang terkadang tak mampu
sebuah tanda atau insight. Era narasi, era semiotika Sulit dielak, era pasca-
Begitu banyak teks hadir dengan berbagai pembelaan ilmiah, di tengah krisis
Pp
dan cendekiawan masa kini melarikan diri dan mencari atropin baru, yaitu pemitosan
pengetahuan dan stereotipisasi teks. Yang lebih menggelikan lagi, walaupun tidak
menghasilkan makna apa-apa bagi perubahan sejarah, kita terus saja mengikuti mitos
dan stereotipe dengan saksama. Era modern lebih menyerupai masa primitif, cuma
bedanya sekarang lebih "dingin" dan usang. Banyak mitos ilmiah yang berkeliaran
dijadikan serat untuk mempertahankan diri. Masalah ini telah lama dipandang oleh
yang menyeluruh (the wholeness), toh mata air pengetahuan kita juga tidak satu.
Baru-baru ini telah terbit buku Semiotika Negativa (2002) karya St Sunardi, dosen
bidang semiotika, Roland Barthes. Posisi penting Roland Barthes boleh disejajarkan
dengan tokoh-tokoh seperti Michel Foucault, Jacques Lacan, atau Jacques Derrida.
Walaupun Barthes tidak pernah menerbitkan buku sebanyak dan setebal Foucault,
atau analisis struktural yang dimiliki Claude Levi-Strauss misalnya, yang selama ini
menjadi rujukan standar penelitian antropologi atau etnografi. Lebih elok kalau
Barthes sebenarnya mengalami sikap gamang yang sama parahnya dengan Saussure,
ketika harus bersikap antara kecemasan kehilangan signified dan/atau berbalik arah
menatap hanya kepada signifier murni. Signifier merupakan penanda yang menjadi
inti atom bahasa untuk memulai mendefinisikan sesuatu. Orang mengerti akan arti
tentang sikap atau tindakan tersebut di alam nyata. Kita mengerti tentang kata itu
karena ada bukti yang menyejarah dalam bahasa kita. Namun, sikap Barthes dalam
hal ini jelas bukan sikap yang "biasa". Setiap perajin gagasan Fredinand de Saussure
komunikasi atau dialektika) seseorang harus menyerap signifier dari signified ('materi'
asli yang selalu difotokopi oleh signifier). Tetapi Barthes mengharapkan lain. Ia ingin
hadirnya signifier tidak lagi tergantung pada signified. Kalau bisa fotokopi tidak lagi
perlu dijiplak dari apa pun atau siapa pun. Signifier harus menjadi barang asli yang
membentuk signified baru. Apa jadinya seseorang yang berbicara tentang konsep
membentuk apa dari sesuatu yang tidak ada? Makanya jika seseorang sedang
mengemukakan sebuah bahasa baru baik tulisan ataupun wicara, ia sudah harus siap
dengan makna, konsep, warna, tanda, dan apa pun yang dapat memadatkan ide dalam
kata/teks. Ia harus asosiatif dengan ruang kultur dan kognitif masyarakat pengguna
bahasa tersebut. Jangan menyebut mantra, karena tidak ada orang yang sudi mengerti!
Pp
penggantian epistimologi dengan pleasure (kenikmatan). "The text you write must
prove me that it desires me. This proof is exists; it is writing. Writing is: the science
of various blisses of language, its Kama Sutra (this science has but one treatise:
writing it self" (Barthes, The Pleasure of the Text, 1975). Bagi Barthes, jika sebuah
meaning apa pun. Ia harus menggelinjang keluar dari bahasa yang dipergunakan-tak
ubahnya seperti seni bercinta Kama Sutra. Bagi Barthes pernyataan "bikinan melulu"
atau "seperti kristal" tidak berarti apa-apa kalau pembaca tidak merasakan
semiotika, bahwa jika ingin mengaktifkan pleasure kita mesti mengganti meaning
the will to knowledge dengan will to desire. Barthes menjelaskan secara aforistis dan
metaforis dalam buku The Pleasure of the Text, bahwa pemfokusan ulang perlu
dilakukan agar pleasure menemukan tandanya sendiri melalui teks; hal ini boleh jadi
tak ditemukan sebelumnya karena seluruh beban pengetahuan terkendali oleh struktur.
Strukturlah yang menjadi final dari semua proses komunikasi, signifikasi, dialektika,
dan (secara garis besar) budaya. Strukturalisme menjadi metode membaca masalah-
seperti ini struktur dikhayalkan tidak akan mengalami kemajalan dan penyimpangan.
keutamaan, esensial, bobot yang terkandung dalam teks itu sendiri, di mana seluruh
beberapa keutamaan awal (dari work) karena langkah berikutnya berhubungan dengan
akhir dari sikap bermain-main adalah rasa bosan karena kepenuhan diri terhadap
seluruh teks (tulisan). Istilah yang agak garang namun pas untuk maksud di atas
terungkap dalam buku Art in Theory, "bahwa tujuan akhir bermain adalah anti-
penting lagi.Barthes mengingatkan poin ini karena banyak hal yang kita anggap baru
dan mempengaruhi ide-ide kerja tidak datang dari internal recasting masing-masing
pengetahuan. Akan tetapi karena keangkuhan the author, pengetahuan yang kita
atau sejarah melakukan persaingan monolog dengan start dan finish sendiri-sendiri.
Tidak ada ukuran untuk menilai. Baru saja kita mendengar tentang masa depan ilmu
ilmu.
Pp
musim hujan dalam berbagai bukti tulisan. Tetapi, bisa saja ia berkembang-biak
kepentingan yang tersangkut pada objek dan bahasa-bahasa baru. Gejala ini apabila
tak diantisipasi sejak dini dapat mengarah kepada proses fasisme bahasa-dalam style
dan writing. Langkah yang paling baik menurutnya adalah memperlakukan teks
bukanlah untaian kata-kata yang siap melepaskan makna "teologis" tunggal semata,
yaitu pesan dari sang penciptanya saja, tetapi berasal dari ruang multidimensi yang
terbaring dalam beragam tulisan "Teks tidak lain sejumput kutipan yang tergambar
dari pusat-pusat budaya yang tak tereja jumlahnya", lanjut Barthes. "We know that a
text is not line of words releasing a single 'theological' meaning (the message of
original, blend and clash. The text is a tissue of quatations drawn from the
innumerable centres of culture" (Barthes, The Death of Author, dalam Image Music
sentral yang cukup penting dalam pemikiran Barthes berkaitan dengan martabat
sebuah tulisan. Kata author tidaklah mengacu kepada pengertian writer an sich.
Definisi yang lebih memuaskan tentang author adalah kompetensi atau wewenang
yang dimiliki para pihak atau lembaga untuk menentukan makna final atau paling
absah dari sebuah tulisan/teks.Pemikiran ini sendiri mengundang banyak ulasan dari
para semiotisi. Umberto Eco misalnya, dalam tulisan "language, force, and power"
(Eco, Travels in Hiperreality, 1986: 239-255) menyatakan bahwa Barthes sejak awal
Pp
ingin menjadikan semiotika tidak sebagai ilmu terusan tentang tanda semata, tetapi
juga sebagai kekuatan eksentrik budaya modern. Salah satunya adalah dengan
konsepnya tentang the author yang ia sampaikan saat pengukuhan guru besar di
lahir dengan begitu lembut melalui mekanika sosial dan sangat mungkin masuk dalam
relung-relung kepentingan, tidak hanya negara, kelas, grup, tetapi juga di dalam
fashion, opini publik, hiburan, olahraga, berita, informasi, keluarga dan hubungan
yang membuat kita merasa bersalah sebagai penerima. Barthes dengan retoris
mengatakan, "You carry out a revolution to destroy power, and it will be reborn,
within the new state of affairs" (Eco : 240). Barthes melihat peran kuasa (power)
kreativitas pembaca saat menerima sebuah informasi atau teks (Barthes juga berbicara
tentang kamar-kamar non-linguistik, seperti foto, menu masakan, atau mode pakaian).
Kuasa tak ubahnya seperti parasit yang terhubung dalam seluruh sejarah manusia,
tidak hanya sejarah politiknya, tetapi juga dimensi historis dari sejarah itu
sendiri.Oleh Karena sejak semula telah berusaha untuk mengurangi peran authority
dari teks, maka teks tidak harus berhenti dalam menemukan aspek signifier barunya.
Teks tidak terpengaruh oleh signifier yang memang dengan sengaja telah
dimunculkan oleh author lama. Arena baru harus menyediakan tempat untuk
mengejek ketakutan dan sikap grogi kita), dan mengganti dengan suara kita sendiri,
suara pembaca. Begitu berada di tangan pembaca yang liar dan agresif, tulisan bisa
terkelupas, meledak, dan tersebar sehingga tidak mampu dikendalikan lagi oleh
penciptanya (St Sunardi, 2002:271). Kini otoritas sebuah tulisan menjadi labil dan
Pp
lemah di tangan author-God, beralih wewenang dalam bahasa itu sendiri. Hidup
demokratis terbuka lebar karena tak ada yang berhak menganggu. Pembaca sedang
belajar mendewasakan diri di hadapan teks untuk menjadi "author" baru. Pembaca
bukanlah lagi pribadi-pribadi nomina, tetapi ia telah menjadi seseorang yang telah
menduduki sebuah wilayah okupasi dengan seluruh jejak yang tertinggal dari tulisan
dalam teks tersebut. Ia merupakan korektor dan pemersatu fungsi teks yang
heterogen. Di sini kita melihat bahwa konsep yang dibangun adalah posisi di sela-sela
(in-betweeness) antara pembaca dan teks.Ia tidak main-main untuk hal tersebut.
Seakan tidak berhenti dengan sebuah penjelasan leksikal semata terhadap ide
kematian author, dengan bersemangat ia menutup frasa tulisan tersebut dengan sebuah
advokasi politis, bahwa cukup lama sudah kita berslogan tentang lahirnya tulisan baru
atas nama humanisme. Tetapi nyatanya dengan sikap hipokrit kita telah berpaling
muka dari hak-hak pembaca. Kritisisme klasik tidak pernah membayar kepentingan
para pembaca. Barthes mengajak semua insan budaya untuk tidak lagi bersikap
bodoh, arogan, saling tuduh-menuduh dan mabuk gelar sebagai masyarakat terhormat,
mencekik hingga muntah, bahkan yang paling kriminal, membunuh pembaca. Masa
depan tulisan harus dibayar dengan sebuah harga yang cukup berimbang "kelahiran
Penjelasan serba ringkas yang diurut di atas menjadi bukti bahwa Barthes sama sekali
tidak berhenti dalam tulisan. Capaian terakhir dalam sebuah tulisan juga bukan
tentang tulisan itu sendiri, tetapi adalah apa yang tertinggal sebagai desire, jouissance,
estetika, wacana, atau tulisan baru. Pernah suatu ketika Barthes mengungkapkan
Pp
readerly.Dengan menempatkan diri di antara sisa-sisa tulisan dan barang daur ulang
yang bermanfaat, pembaca dapat menentukan hubungan sosial, moral, atau ideologis
sesuai kemauan sejarah masa depannya yang lebih bernyali sebagai author. "Tidak
ada yang lebih menggairahkan daripada mendengar suara-suara nyaring yang timbul
dari bahasa (language) dan wacana yang tercampur-baur." Karena bahasa bukan
bacaan yang hanya berfungsi dalam ranah strukturalisme. Semiotika negativa tidak
salah kamar, yang menguras habis seluruh energi faktual dari sebuah tulisan. (St
Sunardi: 311). Akan tetapi ia juga tidak ngoyo untuk berada di pengungsian, dan
menyatakan dapat melepaskan diri dari jeratan semiotika pertama yang bersifat
positivistik seratus persen. Celah yang cukup berwibawa bagi Barthes-yang bisa
abstrak". Dia bisa menjadi pejantan yang menyuburkan, memecah kekakuan fakta,
mem-fabricate sesuatu menjadi "fiksi" yang erotik, menyemai butir-butir suara yang
siap menjadi speech, dan terakhir menjadi retorika.Banyak pengalaman para penulis
yang menuruti nasihat ini. Penulis yang baik biasanya tidak akan hanya menjadi
menjadi penunda dan orang sabar terhadap semua fakta. Diam-diam memperhatikan
lava yang menggugurkan butir besi menyala dari gunung meletus, menimbulkan
suspence, ketegangan, geregetan, horor vacuui. Tak lupa harus punya stamina yang
Pp
cukup baik untuk memecah filosofi absolutisme. Dia juga harus seorang pengembira
dengan munculnya banyak "ide" baru yang tidak ditemukan orang awam. Makanya
bagi Barthes tulisan tidak hanya menghasilkan wacana, tetapi wacana itu sendiri harus
berbakti kepada wacana baru, demikian seterusnyaKita dapat melihat aspek traumatik
terkadang mempengaruhi seseorang untuk menulis. Baiklah disebut satu nama di sini,
(Critical Fiction, 1991:97) sebuah frasa berbunyi sebagai berikut, "What I keep telling
my self is that I want to make this simple, to make things simple; I want to be direct. I
want to say why I write and what I write for, and out of, in as clear a way as possible-
to cut to the chase to the quick, to get to the heart of it. But nothing seems simple and
I'm not certain why I write or in whose name other than my own, which is not really
Penulis yang baik akan menghadapi pemberontakan yang sama seperti Tillman. Siapa
pun yang ingin menulis biasanya memulainya dengan nawaitu yang sederhana saja,
sesuatu yang bersahaja saja. Tidak perlu berbelit, potong kompas mungkin lebih baik.
Jangan ikut serta perburuan yang mungkin melelahkan, kalau bisa langsung ke
jantung persoalan. Akan tetapi tentu tak lagi menjadi sederhana ketika kita mulai
bergerak dan menitahkan pena menjadi sebuah teks. Kadangkala kita perlu berhenti
beberapa saat di depan komputer untuk tidak menulis najis dan mencampurnya
dengan kesucian dalam tulisan. Atau sekali waktu perlu memilih diksi yang tepat, atau
menghapus kalimat yang sudah kadung hadir. Barthes bukan hendak bersajak di
hadapan kita manakala mengatakan "setiap teks telah menjadi galaksi yang memadat
dalam berbagai karakter kultural yang begitu banyak jumlahnya". Terlalu banyak
situasi sungguh begitu complicated, jangan sekali-kali berfikir untuk kembali, karena
hanya akan menjerambabkan kita ke dalam kedangkalan dan warna hitam. Sayang
kalau tulisan harus mati dan tak dihiraukan oleh seorang pembaca pun.
Inilah inti dari seluruh peperangan di wilayah narasi, bahwa yang diperlukan sekarang
adalah membangun fiksi (fictio) bukan fakta. Fakta terlalu sederhana untuk harus
dihadirkan kembali. Perlombaan menuju coloseum fiksi adalah sebuah sikap kritis
terbaik dan sebuah keilmiahan yang cukup penting bagi masa depan tulisan tentu saja.
Tidak mungkin semua teks dalam sebuah tulisan ditelan bulat-bulat oleh pembaca.
Bisa saja terjadi dialektika, orang lain hanya mengambil punctum-nya saja-bekas
cakaran dari proses bercinta dengan teks. Luka menjadi nikmat karenanya. Parutnya
2. Peserta mengetahui dan memahami bahwa tidak ada sesuatu yang bebas nilai.
wacana.
wacana.
Model Penyampaian
hadapan peserta, kemudian diteruskan dengan dialog untuk mempertajam materi yang
telah disampaikan.
mengenai persoalan yang belum jelas, sharing pendapat mengenai gagasan dalam
perspektif yang berbeda dengan apa yang disampaikan oleh narasumber, mengkritisi
Referensi
materi diatas dan peserta yang ingin mendalami materi . Atau dapat dikatakan bahwa
referensi dari materi ini merupakan materi pendalaman untuk lebih mendalami dan
memahami tentang Analisa Wacana Kritis. Referensi untuk materi tersebut adalah
sebagai berikut:
2001
Pp
2005
Piliang, Yasraf Amir, Sebuah Dunia Yang Berlari, Grasindo, Jakarta, 2004
Jalan Lain
Berahi
Hermenetika Transendental
Mahasiswa yang
2. Kebangsaan
3. Interkoneksitas
4. Profesionalisme berlembaga
5. Kearifan
MATERI LK2
dimaksudkan sebagai materi wajib yang dalam evaluasi dan analisa kebutuhan,
materi ini terkait langsung dengan nilai, tujuan, dan sasaran yang telah ditentukan,
dan materi ini relevan paling tidak beberapa tahun ke depan. Berikut adalah
1. Materi Alat:
Materi ini merupakan materi alat yang digambarkan secara rinci, akan tetapi
materi ini hanyalah berupa pilihan. Yang diterapkan sesuai dengan tingkat
a. Analisa Konflik
e. Scenario Planning
pada lampiran materi latihan kepemimpinan tingkat menengah, lengkap dengan hal-
hal yang terkait langsung dengan penyampaian materi dikegiatan pengkaderan ini..
ANALISA KONFLIK
dan mencari solusi atas konflik yang terjadi dalam lingkup individu dan kehidupan
sosial.
bawang bombay, peta konflik, segitiga konflik, piramida konflik, metode pilar.
3. Peserta mampu memilih instrumen analisa konflik yang tepat untuk mengelola
konflik tetentu.
Model Penyampaian
hadapan peserta, kemudian diteruskan dengan dialog untuk mempertajam materi yang
telah disampaikan.
mengenai persoalan yang belum jelas, sharing pendapat mengenai gagasan dalam
perspektif yang berbeda dengan apa yang disampaikan oleh narasumber, mengkritisi
Referensi
materi diatas dan peserta yang ingin mendalami materi . Atau dapat dikatakan bahwa
referensi dari materi ini merupakan materi pendalaman untuk lebih mendalami dan
memahami tentang Analisa Konflik. Referensi untuk materi tersebut adalah sebagai
berikut:
filsafat dan etika, serta menjadikannya sebagai alat untuk memcahkan masalah-
masalah sosial integral. Orientasi analisis kebijakan publik pada problem solving,
maka secara tegas ilmu ini disebut sebagai ilmu social tertentu.
Pp
relevan dan kebijakan, sehingga dapat dimanfaatkan ditingkat politik dalam rangka
masuk akal mengenai tiga macam pertanyaan, yaitu (1). Nilai-nilai yang
pencapaiannya manjadi tolok ukur suatu masalah telah dapat dipecahkan, (2). Fakta-
mengenai tiga tipe pertanyaan, analisis dapat menggunakan satu atau lebih dari tiga
(Fakta-fakta)
(Nilai-nilai)
(Tindakan)
Pp
Pada tingkat analisis kebijakan sudah meliputi ketiga tujuan tersebut, analisis
sebagaian karena kepercayaan yang dalam pemisahan antara nilai dan fakta timbul
penjelasan ideologis yang berkaitan dengan kegiatan politik praktis, dan bukan
sebagai cara untuk menghasilkan informasi kebijakan dan argumen yang masuk akal
kebijaksanaan.
mengenai arah tindakan yang ditempuh oleh pemerintah, sebagai alat utama dalam
debat isu kebijakan publik. Setiap argumen kebijakan meliputi enam elemen :
Informasi yang dihasilkan oleh penggunaan berbagai metode yang digunakan oleh
berbagai bentuk.
kemiskinan di Indonesia.
pembenaran.
1. Analisis Prospektif
2. Analisis Retrospektif
1. Analisis yang berorientasi pada disiplin. Kelompok ini sebagian besar diisi
oleh para sosiolog dan sarjana politik, terutama pemerhati pembangunan dan
kebijaksanaan.
masalah yang yang jarang memberikan informasi mengenai tujuan dan sasaran
3. Analisis yang berorientasi pada penerapan. Analis terdiri dari para sosiolog,
tujuan dan sasaran dari para pengambil kebijakan dan pelaku kebijakan.
Pp
2. Karakteristik masalah
iii. Buatan. Masalah tidak dapat dipisahkan dengan individu atau kelompok
kebijakan.
kebijakan.
yang ditemukan.
pengambil keputusan
rekomendasi masalah.
kebijakan publik.
2. Peserta mampu mengetahui kerangka kerja (empiris, evaluatif, dan normatif) dan
Model Penyampaian
hadapan peserta, kemudian diteruskan dengan dialog untuk mempertajam materi yang
telah disampaikan.
mengenai persoalan yang belum jelas, sharing pendapat mengenai gagasan dalam
perspektif yang berbeda dengan apa yang disampaikan oleh narasumber, mengkritisi
Referensi
materi diatas dan peserta yang ingin mendalami materi . Atau dapat dikatakan bahwa
referensi dari materi ini merupakan materi pendalaman untuk lebih mendalami dan
memahami tentang Analisa Kebijakan Publik. Referensi untuk materi tersebut adalah
sebagai berikut:
Yogyakarta,2003
Putra, Fadillah, Paradigma Kritis dalam Studi Kebijakan Publik, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2001
Daerah
Renstra Makassar
PRA
Peserta mampu mengaplikasikan metode PRA dalam upaya untuk menganalisa dan
observasi langsung.
observasi.
Pp
Model Penyampaian
hadapan peserta, kemudian diteruskan dengan dialog untuk mempertajam materi yang
telah disampaikan.
mengenai persoalan yang belum jelas, sharing pendapat mengenai gagasan dalam
perspektif yang berbeda dengan apa yang disampaikan oleh narasumber, mengkritisi
Studi lapangan (field study) adalan sebuah forum pembelajaran mengenai topik
atau tema tertentu dengan menggunakan metode turun langsung di lapangan, jadi
tidak berada di dalam ruangan. Karena itu peserta kader diharapkan mampu secara
berdasarkan data dan fakta dari objek yang menjadi topik pembahasan.
Referensi
materi diatas dan peserta yang ingin mendalami materi . Atau dapat dikatakan bahwa
referensi dari materi ini merupakan materi pendalaman untuk lebih mendalami dan
Yogyakarta,2003
Pp
Putra, Fadillah, Paradigma Kritis dalam Studi Kebijakan Publik, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2001
Daerah
Renstra Makassar
Peserta mampu memahami dan memiliki kapasitas dalam menggunakan alur logis dan
Model Penyampaian
hadapan peserta, kemudian diteruskan dengan dialog untuk mempertajam materi yang
telah disampaikan.
mengenai persoalan yang belum jelas, sharing pendapat mengenai gagasan dalam
perspektif yang berbeda dengan apa yang disampaikan oleh narasumber, mengkritisi
Referensi
materi diatas dan peserta yang ingin mendalami materi . Atau dapat dikatakan bahwa
referensi dari materi ini merupakan materi pendalaman untuk lebih mendalami dan
Yogyakarta, 2005
Pp
SCENARIO PLENING
Peserta mampu mengetahui dan memahami konse dan metodologi scenario planning.
Model Penyampaian
peserta, kemudian diteruskan dengan dialog untuk mempertajam materi yang telah
disampaikan.
mengenai persoalan yang belum jelas, sharing pendapat mengenai gagasan dalam
perspektif yang berbeda dengan apa yang disampaikan oleh narasumber, mengkritisi
Referensi
materi diatas dan peserta yang ingin mendalami materi . Atau dapat dikatakan bahwa
referensi dari materi ini merupakan materi pendalaman untuk lebih mendalami dan
memahami tentang Scenario Planning. Referensi untuk materi tersebut adalah sebagai
berikut:
Indonesia 2010
Scenario Planning
kekinian.
kemahasiswaan.
Model Penyampaian
Panel forum
Panel forum yaitu sebuah metode penyampaian materi dengan menghadirkan lebih
dari satu narasumber untuk menyoroti suatu persoalan, dengan harapan mampu
Pp
memberikan perspektif yang lebih luas mengenai persoalan yang sedang dibicarakan.
Di samping itu, panel forum juga dapat berfungsi sebagai media pemegang bagi
pembicara baru
Referensi
materi diatas dan peserta yang ingin mendalami materi . Atau dapat dikatakan bahwa
referensi dari materi ini merupakan materi pendalaman untuk lebih mendalami dan
Revolusi Fajar