Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang wiwitapril2404@gmail.com
1. Visi, Misi dan Tujuan Organisasi
a. Visi Organisasi Visi adalah idelitas akan masa depan lembaga PAUD yang akan didirikan. Visi merupakan rencana yang ingin dicapai dimasa datang, dari visi inilah semua komponen lain akan menuju ke satu titik tujuan, yaitu mencapai visi tersebut. Visi memiliki peran penting dalam menentukan arah kebijakan dan karakteristik setiap lembaga. Adapun beberapa cakupan yang perlu diperhatikan dalam merumuskan yang baik, antara lain: 1) Visi sekolah berorientasi ke masa depan, untuk jangka waktu yang lama (bila perlu dibuat jangka waktunya). 2) Menunjukkan keyakinan masa depan yang jauh lebih baik, sesuai dengan norma dan harapan masyarakat. 3) Visi sekolah harus mencerminkan standar keunggulan dan cita-cita yang ingin di capai. 4) Visi sekolah harus mencerminkan dorongan yang kuat akan tumbuhnya inspirasi, semangat dan komitmen bagi stakeholder. 5) Mampu menjadi dasar dan mendorong terjadinya perubahan dan pengembangan sekolah kearah yang lebih baik. b. Misi Organisasi Misi merupakan penafsiran dari visi dalam bentuk rumusan, kewajiban dan rancangan tindakan sebagai arah untuk mewujudkan visi. Adapun yang perlu diperhatikan dalam merumuskan misi sekolah antara lain : 1) Pernyataan misi sekolah harus menunjukan secara jelas mengenai apa yang hendak dicapai oleh sekolah. 2) Rumusan misi sekolah selalu dalam bentuk kalimat yang menunjukkan “tindakan” dan bukan kalimat yang menunjukkan “keadaan” sebagai mana pada rumusan visi. 3) Satu indikator visi dapat dirumuskan lebih dari satu rumusan misi. Antara indikator visi dengan rumusan misi atau ada keterkaitan atau terdapat benang merahnya secara jelas. 4) Misi sekolah menggambarkan tentang produk atau pelayanan yang akan diberikan masyarakat. 5) Kualitas produk atau layanan yang ditawarkan harus memiliki daya saing yang tinggi, namun disesuaikan dengan kondisi sekolah. Visi dan misi satuan dapat dianalogikan sebagai rute yang dipilih oleh satuan PAUD untuk mencapai standar yang diharapkan. Visi dan misi tidak hanya sekedar pernyataan normatif yang tercantum di dalam dokumen perencanaan, namun berisikan cita-cita (tujuan bersama) serta nilai yang disusun satuan sesuai dengan ide dasar pendirian dan karakteristiknya (anak, satuan, dan masyarakat). Dengan demikian, visi dan misi seharusnya menjadi budaya yang dibangun di satuan dan dipraktikkan oleh setiap warga sekolah. Dalam menyusun visi dan misi, satuan dapat menerapkan pendekatan partisipatif dan melakukan analisa karakteristik satuan pendidikan. Pendekatan partisipatif berarti satuan dapat mengajak pendidik, anggota komite, perwakilan orang tua, ataupun tokoh masyarakat dalam merumuskan visi dan misi sehingga menjadi sebuah nilai yang dipegang bersama. Analisa karakteristik satuan pendidikan dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai peserta didik, tenaga pendidik, tenaga kependidikan, dan sosial budaya. Visi dan misi merupakan cakupan yang sangat penting dalam sekolah, visi dan misi digunakan pada saat pengoprasionalkan dapat bergerak sesuai yang diinginkan oleh semua kelompok lembaga, dengan harapan dapat mencapai sesuai yang diinginkan dimasa mendatang. Tanpa adanya visi dan misi, satuan PAUD akan kesulitan untuk dapat menyusun perencanaan kegiatan serta kurikulum di tingkat satuan pendidikan yang mencerminkan karakteristik serta strategi yang akan digunakan untuk mencapai profil peserta didik yang diharapkan. Selain itu, tidak hadirnya visi dan misi di satuan, menyulitkan semua warga sekolah untuk memaknai nilai-nilai yang ingin dibangun sebagai cita-cita bersama serta menerapkannya di dalam proses pembelajaran maupun menjadi budaya milik satuan pendidikan. c. Tujuan Organisasi Dalam artikel Suhaini, setiap lembaga pasti sudah memiliki tujuan. Pada satuan lembaga PAUD tujuan menjadi bagian tidak terpisahkan dari visi dan misi. Jika visi dan misi sudah ditetapkan, maka visi dan misi harus masuk ke dalam tujuan, tujuan PAUD tersebut menjadi sasaran dan harapan yang harus dicapai oleh semua sekolah PAUD. Tujuan satuan pendidikan merumuskannya berdasarkan visi dan misi yang ditetapkan. Tujuan disusunnya Pedoman Umum Penyelenggaraan PAUD Berkualitas ini adalah sebagai berikut : a) Memandu pemerintah daerah dan satuan dalam menyelenggarakan layanan PAUD Pedoman ini dapat digunakan oleh pemerintah daerah guna memahami bagaimana mewujudkan penyelenggaraan PAUD Berkualitas di daerahnya serta bagaimana memberikan dukungan melalui kebijakan dan anggaran. Satuan PAUD juga mendapatkan pedoman jelas mengenai apa yang seharusnya ada di satuannya dalam perjalanannya melakukan transformasi menuju PAUD Berkualitas. Kesamaan visi dari Pusat-Daerah hingga satuan memberikan penguatan mengenai apa yang seharusnya ada di satuan PAUD. b) Memandu daerah dan satuan dalam melakukan evaluasi diri dan penjaminan mutu untuk peningkatan kualitas layanan Sebagai pedoman, dokumen ini juga dapat digunakan oleh daerah terutama satuan dalam melakukan evaluasi diri internal (Identifikasi-Refleksi- Benahi) terhadap layanan di satuannya. Mengingat kualitas dicapai melalui proses yang unik dan kontekstual dengan karakteristik daerah maupun satuan, maka berangkat dari evaluasi diri ini diharapkan satuan dapat mempunyai pijakan mengenai elemen-elemen apa saja yang perlu ditingkatkan kualitasnya. Sebuah tujuan sekolah sebagai cita-cita di masa selanjutnya yang akan diwujudkan dan berpedoman pada penyusunan target dan strategi sekolah dalam mewujudkannya. Dalam merealisasikan tujuan yang efesien dapat menunjukkan kesiapan sekolah dalam mengalami perubahan dapat disikapi dengan positif, mengarah pada visi dan misi menjadi acuan dalm mengambil kebijakan. 2. Model Rasional Dalam Perspektif Rasional dalam kamus bahasa lnggris diartikan sebagai mewujudkan alasan dengan cara- cara yang benar, masuk akal, penuh pertimbangan serta bijaksana. Sementara menurut Levine et al.(1975) rasionalitas adalah cara untuk mencapai tujuan, yang kadang dihubungkan dengan pemenuhan kepuasan individu secara maksimal, sedangkan yang lain mengartikannya sebagai proses pembuatan keputusan tanpa mempertimbangkan keberhasilan seseorang dalam mencapai tujuannya. Sebagian yang lain mempertimbangkan rasionalitas memiliki persamaan (sinonim) dengan kata kecerdasan dan perilaku yang memiliki makna. Kebanyakan pemerhati masalah ini, cenderung mengartikan rasionalitas sejalan dengan yang dipahami dalam ilmu ekonomi, yaitu menjadi rasional apabila memilih dari rangkaian altematif untuk basil yang maksimal dengan input yang minimal. Menurut konsep dasar dari model keputusan yang rasional, pengambil keputusan yang dibuat oleh individu dihadapkan pada dua atau lebih kemungkinan pilihan-pilihan, yang disebut dengan tindakan atau perilaku. Masing-masing tindakan tersebut berhubungan dengan atau akan menghasilkan suatu basil yang oleh aktor pembuat keputusan dapat disusun/dirunut dari basil yang paling diharapkan sampai yang tidak/ kurang diharapkan. Hasil yang diharapkan aktor dari sudut pandang ekonomi, dapat disebut sebagai manfaat atau kegunaan. Sementara dari sudut pandang disiplin ilmu lainnya, manfaat atau kegunaan tersebut dikenal dengan sikap, nilai atau keinginan. Model pengambilan keputusan secara umum menunjukkan bahwa seorang aktor akan memilih suatu tindakan yang memberikan hasil atau kepuasan yang terbesar. Permasalahan dengan menggunakan model pengambilan keputusan yang rasional adalah banyaknya petunjuk tentang cara bagaimana sebaiknya keputusan dibuat karena keputusan tersebut mendeskripsikan kejadian-kejadian yang ada. Kunci untuk memahami kegunaan dari model pembuatan keputusan yang rasional menurut Simon, antara lain adalah dapat mengetahui latar belakang kondisi yang menyebabkan aktor dapat mengkalkulasi segala konsekuensi dari keputusan secara pasti dan masuk akal. Rasional menurut Simon (secara substantif) adalah salah satu cara membuat model akan berbagai konsekuensi dari suatu keputusan sehingga pembuat keputusan sampai pada keputusan yang terbaik. Model rasional semacam ini, pada umumnya ditemukan dalam teori-teori ekonomi dan aplikasinya (pasar kompetitif). Banyak kritikan ditujukan untuk model ini, yang antara lain dari Simon sendiri, yang beranggapan kapasitas individu dalam menseleksi, memproses dan mendapatkan informasi seperti yang diuraikan dalam model rasional terse but, san gat meragukan. Karena aktor pengambil keputusan ( di luar dunia ekonomi) berada dalam suatu kondisi yang serba tidak pasti, baik dalam hal informasi maupun konsekuensi dari keputusan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa solusi yang rasional atas suatu permasalahan adalah tidak mungkin. Untuk memahami proses pengambilan keputusan (yang rasional) maka ada beberapa hal yang harus diketahui, yaitu siapa pengambil keputusan dan bagaimana mekanisme pengambilan keputusan itu dibuat ( apakah melalui musyawarah atau diputuskan individu), mengapa sebuah keputusan dibuat serta apa yang ingin dicapai.
3. Pengorganisasian dan struktur Organisasi
Organisasi sebagai suatu proses interaksi memiliki sifat yang dinamis, sehingga perlu menyesuaikan diri dengan perkembangan lingkungan. Oleh karena itu dalam mendesain struktur organisasi perlu dibuat sedemikian rupa sehingga mampu menyesuaikan dengan perkembangan organisasi. Struktur organisasi memiliki sifat statis menggambarkan hubungan tetap dalam organisasi, artinya bagaimana pekerjaan-pekerjaan dalam organisasi dirancang dan diatur dalam bagan organisasi. Struktur organisasi berpengaruh terhadap perilaku individu atau orang-orang dalam organisasi dan efektivitas organsiasi. Demokratisasi dalam kehidupan organisasional merupakan kebutuhan sosial yang perlu terus dikembangkan, sehingga dinamika organisasi akan terus berkembang pada gilirannya akan meningkatkan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Untuk organisasi PAUD dapat menggunakan struktur organisasi lini (line organization), karena tidak terlalu besar aktivitasnya. Organisasi lini dengan ciri-ciri: a. Umumnya organisasinya kecil. b. Jumlah pegawai/karyawannya masih sedikit. c. Pemilik organisasi biasanya menjadi pimpinan tertinggi dalam organisasi. d. Hubungan kerja antar pimpinan dan bawahan pada umumnya masih bersifat langsung (face to face relationships). e. Tingkat spesialisasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi organisasi masih rendah. f. Semua anggota organisasi masih kenal satu sama lain. g. Tujuan yang hendak dicapai relatif masih sederhana. h. Alat-alat yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan belum terlalu beraneka ragam. i. Susunan organisasi tidak rumit. Organisasi PAUD, berlaku izin penyelenggaraan PAUD adalah 3 tahun sejak tanggal diterbitkannya SK, atau disesuaikan dengan kebijakan yang ditetapkan oleh dinas terkait. Pengelolaan lembaga menitikberatkan pada empat komponen yaitu pengelolaan tenaga kerja, pendidik dan tenaga kependidikan, peserta didik, sarana prasarana dan pengelolaan uang. Daftar Pustaka : Dewi, I., & Suryana, D. (2020). Analisis evaluasi kinerja pendidik paud di PAUD Al azhar bukittinggi. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(2), 1051-1059. George R Terry. 1993 PrinsipPrinsip Manajemen. Alih Bahasa oleh J.Smith D.F.M Jakarta: Bumi Aksara. Marlina, Leny. 2017. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini, Palembang: UIN Raden Fatah. Martha, D., & Suryana, D. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Inklusif Anak Usia Dini. Academia. Edu. Nurhamidah, N., & Suryana, D. (2022). ANALISIS MANAJEMEN PEMBELAJARAN TATAP MUKA TERBATAS (PTMT) di PAUD. Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran (JRPP), 5(1), 19-23. Peraturan Pemerintah No 57 tahun 2022 yang kemudian ditinjau dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2022 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Sriandila, R., Suryana, D., & Mahyuddin, N. (2023). Implementasi Kurikulum Merdeka di PAUD Nurul Ikhlas Kemantan Kebalai Kabupaten Kerinci. Journal on Education, 5(2), 1826-1840. Suryana, D. (2013). Pengetahuan tentang strategi pembelajaran, sikap, dan motivasi guru. Jurnal ilmu pendidikan, 19(2). Suryana, D. (2013). Profesionalisme Guru Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Peraturan Menteri No. 58 Tahun 2009. Pedagogi: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 13(2), 53-61. Suryana, D. (2016). Pendidikan anak usia dini: stimulasi & aspek perkembangan anak. Prenada Media. Suryana, D. (2018). Pendidikan anak usia dini: stimulasi dan aspek perkembangan anak. Suryana, D., & Rizka, N. (2019). Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Akreditasi Lembaga. Tika, R., Suryana, D., & Dini, M. P. A. U. Pentingya Kerjasama Antar Satuan PAUD Dalam Membangun Kecerdasan Moral Anak Usia 5-6 Tahun.