Anda di halaman 1dari 7

Konsep Pengorganisasian Di Lembaga PAUD

Wiwit April Mardianti 20022036


Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
Padang
wiwitapril2404@gmail.com

1. Visi, Misi dan Tujuan Organisasi


a. Visi Organisasi
Visi adalah idelitas akan masa depan lembaga PAUD yang akan didirikan. Visi
merupakan rencana yang ingin dicapai dimasa datang, dari visi inilah semua komponen lain akan
menuju ke satu titik tujuan, yaitu mencapai visi tersebut. Visi memiliki peran penting dalam
menentukan arah kebijakan dan karakteristik setiap lembaga. Adapun beberapa cakupan yang
perlu diperhatikan dalam merumuskan yang baik, antara lain:
1) Visi sekolah berorientasi ke masa depan, untuk jangka waktu yang lama (bila perlu dibuat
jangka waktunya).
2) Menunjukkan keyakinan masa depan yang jauh lebih baik, sesuai dengan norma dan
harapan masyarakat.
3) Visi sekolah harus mencerminkan standar keunggulan dan cita-cita yang ingin di capai.
4) Visi sekolah harus mencerminkan dorongan yang kuat akan tumbuhnya inspirasi,
semangat dan komitmen bagi stakeholder.
5) Mampu menjadi dasar dan mendorong terjadinya perubahan dan pengembangan sekolah
kearah yang lebih baik.
b. Misi Organisasi
Misi merupakan penafsiran dari visi dalam bentuk rumusan, kewajiban dan rancangan
tindakan sebagai arah untuk mewujudkan visi. Adapun yang perlu diperhatikan dalam
merumuskan misi sekolah antara lain :
1) Pernyataan misi sekolah harus menunjukan secara jelas mengenai apa yang hendak dicapai
oleh sekolah.
2) Rumusan misi sekolah selalu dalam bentuk kalimat yang menunjukkan “tindakan” dan
bukan kalimat yang menunjukkan “keadaan” sebagai mana pada rumusan visi.
3) Satu indikator visi dapat dirumuskan lebih dari satu rumusan misi. Antara indikator visi
dengan rumusan misi atau ada keterkaitan atau terdapat benang merahnya secara jelas.
4) Misi sekolah menggambarkan tentang produk atau pelayanan yang akan diberikan
masyarakat.
5) Kualitas produk atau layanan yang ditawarkan harus memiliki daya saing yang tinggi,
namun disesuaikan dengan kondisi sekolah.
Visi dan misi satuan dapat dianalogikan sebagai rute yang dipilih oleh satuan PAUD
untuk mencapai standar yang diharapkan. Visi dan misi tidak hanya sekedar pernyataan normatif
yang tercantum di dalam dokumen perencanaan, namun berisikan cita-cita (tujuan bersama) serta
nilai yang disusun satuan sesuai dengan ide dasar pendirian dan karakteristiknya (anak, satuan,
dan masyarakat). Dengan demikian, visi dan misi seharusnya menjadi budaya yang dibangun di
satuan dan dipraktikkan oleh setiap warga sekolah.
Dalam menyusun visi dan misi, satuan dapat menerapkan pendekatan partisipatif dan
melakukan analisa karakteristik satuan pendidikan. Pendekatan partisipatif berarti satuan dapat
mengajak pendidik, anggota komite, perwakilan orang tua, ataupun tokoh masyarakat dalam
merumuskan visi dan misi sehingga menjadi sebuah nilai yang dipegang bersama. Analisa
karakteristik satuan pendidikan dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai peserta didik,
tenaga pendidik, tenaga kependidikan, dan sosial budaya.
Visi dan misi merupakan cakupan yang sangat penting dalam sekolah, visi dan misi
digunakan pada saat pengoprasionalkan dapat bergerak sesuai yang diinginkan oleh semua
kelompok lembaga, dengan harapan dapat mencapai sesuai yang diinginkan dimasa mendatang.
Tanpa adanya visi dan misi, satuan PAUD akan kesulitan untuk dapat menyusun
perencanaan kegiatan serta kurikulum di tingkat satuan pendidikan yang mencerminkan
karakteristik serta strategi yang akan digunakan untuk mencapai profil peserta didik yang
diharapkan. Selain itu, tidak hadirnya visi dan misi di satuan, menyulitkan semua warga sekolah
untuk memaknai nilai-nilai yang ingin dibangun sebagai cita-cita bersama serta menerapkannya
di dalam proses pembelajaran maupun menjadi budaya milik satuan pendidikan.
c. Tujuan Organisasi
Dalam artikel Suhaini, setiap lembaga pasti sudah memiliki tujuan. Pada satuan lembaga
PAUD tujuan menjadi bagian tidak terpisahkan dari visi dan misi. Jika visi dan misi sudah
ditetapkan, maka visi dan misi harus masuk ke dalam tujuan, tujuan PAUD tersebut menjadi
sasaran dan harapan yang harus dicapai oleh semua sekolah PAUD. Tujuan satuan pendidikan
merumuskannya berdasarkan visi dan misi yang ditetapkan. Tujuan disusunnya Pedoman Umum
Penyelenggaraan PAUD Berkualitas ini adalah sebagai berikut :
a) Memandu pemerintah daerah dan satuan dalam menyelenggarakan layanan PAUD
Pedoman ini dapat digunakan oleh pemerintah daerah guna memahami bagaimana
mewujudkan penyelenggaraan PAUD Berkualitas di daerahnya serta bagaimana
memberikan dukungan melalui kebijakan dan anggaran. Satuan PAUD juga mendapatkan
pedoman jelas mengenai apa yang seharusnya ada di satuannya dalam perjalanannya
melakukan transformasi menuju PAUD Berkualitas. Kesamaan visi dari Pusat-Daerah
hingga satuan memberikan penguatan mengenai apa yang seharusnya ada di satuan PAUD.
b) Memandu daerah dan satuan dalam melakukan evaluasi diri dan penjaminan mutu untuk
peningkatan kualitas layanan Sebagai pedoman, dokumen ini juga dapat digunakan oleh
daerah terutama satuan dalam melakukan evaluasi diri internal (Identifikasi-Refleksi-
Benahi) terhadap layanan di satuannya. Mengingat kualitas dicapai melalui proses yang
unik dan kontekstual dengan karakteristik daerah maupun satuan, maka berangkat dari
evaluasi diri ini diharapkan satuan dapat mempunyai pijakan mengenai elemen-elemen apa
saja yang perlu ditingkatkan kualitasnya.
Sebuah tujuan sekolah sebagai cita-cita di masa selanjutnya yang akan diwujudkan dan
berpedoman pada penyusunan target dan strategi sekolah dalam mewujudkannya. Dalam
merealisasikan tujuan yang efesien dapat menunjukkan kesiapan sekolah dalam mengalami
perubahan dapat disikapi dengan positif, mengarah pada visi dan misi menjadi acuan dalm
mengambil kebijakan.
2. Model Rasional Dalam Perspektif
Rasional dalam kamus bahasa lnggris diartikan sebagai mewujudkan alasan dengan cara-
cara yang benar, masuk akal, penuh pertimbangan serta bijaksana. Sementara menurut Levine et
al.(1975) rasionalitas adalah cara untuk mencapai tujuan, yang kadang dihubungkan dengan
pemenuhan kepuasan individu secara maksimal, sedangkan yang lain mengartikannya sebagai
proses pembuatan keputusan tanpa mempertimbangkan keberhasilan seseorang dalam mencapai
tujuannya. Sebagian yang lain mempertimbangkan rasionalitas memiliki persamaan (sinonim)
dengan kata kecerdasan dan perilaku yang memiliki makna. Kebanyakan pemerhati masalah ini,
cenderung mengartikan rasionalitas sejalan dengan yang dipahami dalam ilmu ekonomi, yaitu
menjadi rasional apabila memilih dari rangkaian altematif untuk basil yang maksimal dengan
input yang minimal.
Menurut konsep dasar dari model keputusan yang rasional, pengambil keputusan yang
dibuat oleh individu dihadapkan pada dua atau lebih kemungkinan pilihan-pilihan, yang disebut
dengan tindakan atau perilaku. Masing-masing tindakan tersebut berhubungan dengan atau akan
menghasilkan suatu basil yang oleh aktor pembuat keputusan dapat disusun/dirunut dari basil
yang paling diharapkan sampai yang tidak/ kurang diharapkan. Hasil yang diharapkan aktor dari
sudut pandang ekonomi, dapat disebut sebagai manfaat atau kegunaan. Sementara dari sudut
pandang disiplin ilmu lainnya, manfaat atau kegunaan tersebut dikenal dengan sikap, nilai atau
keinginan. Model pengambilan keputusan secara umum menunjukkan bahwa seorang aktor akan
memilih suatu tindakan yang memberikan hasil atau kepuasan yang terbesar.
Permasalahan dengan menggunakan model pengambilan keputusan yang rasional adalah
banyaknya petunjuk tentang cara bagaimana sebaiknya keputusan dibuat karena keputusan
tersebut mendeskripsikan kejadian-kejadian yang ada. Kunci untuk memahami kegunaan dari
model pembuatan keputusan yang rasional menurut Simon, antara lain adalah dapat mengetahui
latar belakang kondisi yang menyebabkan aktor dapat mengkalkulasi segala konsekuensi dari
keputusan secara pasti dan masuk akal. Rasional menurut Simon (secara substantif) adalah salah
satu cara membuat model akan berbagai konsekuensi dari suatu keputusan sehingga pembuat
keputusan sampai pada keputusan yang terbaik. Model rasional semacam ini, pada umumnya
ditemukan dalam teori-teori ekonomi dan aplikasinya (pasar kompetitif). Banyak kritikan
ditujukan untuk model ini, yang antara lain dari Simon sendiri, yang beranggapan kapasitas
individu dalam menseleksi, memproses dan mendapatkan informasi seperti yang diuraikan dalam
model rasional terse but, san gat meragukan. Karena aktor pengambil keputusan ( di luar dunia
ekonomi) berada dalam suatu kondisi yang serba tidak pasti, baik dalam hal informasi maupun
konsekuensi dari keputusan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa solusi yang rasional atas
suatu permasalahan adalah tidak mungkin.
Untuk memahami proses pengambilan keputusan (yang rasional) maka ada beberapa hal
yang harus diketahui, yaitu siapa pengambil keputusan dan bagaimana mekanisme pengambilan
keputusan itu dibuat ( apakah melalui musyawarah atau diputuskan individu), mengapa sebuah
keputusan dibuat serta apa yang ingin dicapai.

3. Pengorganisasian dan struktur Organisasi


Organisasi sebagai suatu proses interaksi memiliki sifat yang dinamis, sehingga perlu
menyesuaikan diri dengan perkembangan lingkungan. Oleh karena itu dalam mendesain struktur
organisasi perlu dibuat sedemikian rupa sehingga mampu menyesuaikan dengan perkembangan
organisasi. Struktur organisasi memiliki sifat statis menggambarkan hubungan tetap dalam
organisasi, artinya bagaimana pekerjaan-pekerjaan dalam organisasi dirancang dan diatur dalam
bagan organisasi. Struktur organisasi berpengaruh terhadap perilaku individu atau orang-orang
dalam organisasi dan efektivitas organsiasi. Demokratisasi dalam kehidupan organisasional
merupakan kebutuhan sosial yang perlu terus dikembangkan, sehingga dinamika organisasi akan
terus berkembang pada gilirannya akan meningkatkan kemampuannya untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia.
Untuk organisasi PAUD dapat menggunakan struktur organisasi lini (line organization),
karena tidak terlalu besar aktivitasnya. Organisasi lini dengan ciri-ciri:
a. Umumnya organisasinya kecil.
b. Jumlah pegawai/karyawannya masih sedikit.
c. Pemilik organisasi biasanya menjadi pimpinan tertinggi dalam organisasi.
d. Hubungan kerja antar pimpinan dan bawahan pada umumnya masih bersifat langsung (face
to face relationships).
e. Tingkat spesialisasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi
organisasi masih rendah.
f. Semua anggota organisasi masih kenal satu sama lain.
g. Tujuan yang hendak dicapai relatif masih sederhana.
h. Alat-alat yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan
belum terlalu beraneka ragam.
i. Susunan organisasi tidak rumit.
Organisasi PAUD, berlaku izin penyelenggaraan PAUD adalah 3 tahun sejak tanggal
diterbitkannya SK, atau disesuaikan dengan kebijakan yang ditetapkan oleh dinas terkait.
Pengelolaan lembaga menitikberatkan pada empat komponen yaitu pengelolaan tenaga kerja,
pendidik dan tenaga kependidikan, peserta didik, sarana prasarana dan pengelolaan uang.
Daftar Pustaka :
Dewi, I., & Suryana, D. (2020). Analisis evaluasi kinerja pendidik paud di PAUD Al azhar
bukittinggi. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(2), 1051-1059.
George R Terry. 1993 PrinsipPrinsip Manajemen. Alih Bahasa oleh J.Smith D.F.M Jakarta:
Bumi Aksara.
Marlina, Leny. 2017. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini, Palembang: UIN
Raden Fatah.
Martha, D., & Suryana, D. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Inklusif Anak Usia
Dini. Academia. Edu.
Nurhamidah, N., & Suryana, D. (2022). ANALISIS MANAJEMEN PEMBELAJARAN TATAP
MUKA TERBATAS (PTMT) di PAUD. Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran
(JRPP), 5(1), 19-23.
Peraturan Pemerintah No 57 tahun 2022 yang kemudian ditinjau dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2022 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 57 Tahun 2021 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
Sriandila, R., Suryana, D., & Mahyuddin, N. (2023). Implementasi Kurikulum Merdeka di
PAUD Nurul Ikhlas Kemantan Kebalai Kabupaten Kerinci. Journal on Education, 5(2),
1826-1840.
Suryana, D. (2013). Pengetahuan tentang strategi pembelajaran, sikap, dan motivasi guru. Jurnal
ilmu pendidikan, 19(2).
Suryana, D. (2013). Profesionalisme Guru Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Peraturan
Menteri No. 58 Tahun 2009. Pedagogi: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 13(2), 53-61.
Suryana, D. (2016). Pendidikan anak usia dini: stimulasi & aspek perkembangan anak. Prenada
Media.
Suryana, D. (2018). Pendidikan anak usia dini: stimulasi dan aspek perkembangan anak.
Suryana, D., & Rizka, N. (2019). Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Akreditasi
Lembaga.
Tika, R., Suryana, D., & Dini, M. P. A. U. Pentingya Kerjasama Antar Satuan PAUD Dalam
Membangun Kecerdasan Moral Anak Usia 5-6 Tahun.

Anda mungkin juga menyukai