Anda di halaman 1dari 35

Perencanaan Pendidikan

Disusun untuk Memenuhi Mata Kuliah Manajemen Pendidikan

Dosen Pengampu: Yuni Tanjung Utami, M.Pd.

Disusun oleh:

Kelompok 5

Felixia Kristi Simbolon 2287190036


Farida Farhah 2287190048
Imas Inayah 2287190051
Syiffa Putri Andrian 2287190056
Siti Rahmah Arbai 2287190060

PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas kasih karunia-Nya hingga saat ini masih memberikan kesehatan sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Manajemen Pendidikan dengan tepat waktu dan
tanpa kekurangan sesuatu apapun.

Selanjutnya, ucapan terima kasih tak lupa kami ucapkan kepada Ibu Yuni Tanjung
Utami, M.Pd. yang telah memberikan tugas mengenai “Perencanaan Pembelajaran”
sehingga dapat menambah pengetahuan dan informasi mengenai perumusan visi dan
misi sekolah serta perangkat pembelajaran.

Tidak lupa dengan seluruh kerendahan hati, kami meminta kesediaan Ibu Yuni
Tanjung Utami, M.Pd. maupun pembaca untuk memberikan kritik serta saran yang
membangun mengenai penulisan makalah ini.

Jakarta, 5 Oktober 2021

Kelompok 5

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Perumusan Visi dan Misi Sekolah


2.2 Perumusan Perangkat Pembelajaran

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan yang diberikan tugas


untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional harus menjalankan perannya
dengan baik. Dalam menjalankan peran sebagai lembaga pendidikan, sekolah
harus dikelola dengan baik agar dapat mewujudkan tujuan pendidikan yang telah
dirumuskan dengan optimal. Pengelolaan sekolah yang tidak profesional dapat
menghambat proses pendidikan yang sedang berlangsung dan dapat
menghambat langkah sekolah dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga
pendidikan formal. Visi dan misi merupakan elemen yang sangat penting dalam
sekolah, dimana visi dan misi digunakan agar dalam operasionalnya bergerak
pada track yang diamanatkan oleh para stakeholder dan berharap mencapai
kondisi yang diinginkan dimasa yang akan datang sebagai sebuah perwujudan
dari tujuan.

Pertama, penyusunan visi dan misi sekolah bukan hal yang mudah, perlu
kajian yang mendalam dan melibatkan semua stakeholders sehingga apa yang
diinginkan tercakup didalamnya, Kedua, Visi dan misi sekolah memuat banyak
hal yang besar seperti tujuan yang ingin dicapai sampai hal yang kecil namun
sangat urgen seperti anggaran tahunan, semua ini harus direncakan dengan
sebaik-baiknya sehingga dalam pelaksanaan identitas sebuah sekolah dapat
terlihat hanya dengan membaca visi dan misi nya, Ketiga, Dalam tatanan praktis
penyusunan visi dan misi bukan hal yang mudah walaupun semua stakeholders
dilibatkan tetapi masih saja kesulitan, oleh karena itu diperlukan supervisi ketika
kesulitan ini terjadi, dan Keempat, Dalam mewujudkan sekolah yang memiliki
kualitas baik perlu direncanakan dan dilakukan rekayasa.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, antara lain :
1. Menjelaskan alur perumusan visi dan misi sekolah

4
2. Menjelaskan proses perumusan perangkat pembelajaran (Renstra, RPP, dan
Silabus)

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dalam makalah ini antara lain :

1. Untuk mengetahui bagaimana alur perumusan visi dan misi sekolah


2. Untuk mengetahui bagaimana proses perumusan perangkat
pembelajaran (Renstra, RPP, dan Silabus)

1.4. Manfaat

Manfaat dalam pembuatan makalah ini untuk menambah wawasan pembaca


tentang alur perumusan visi dan misi sekolah, serta menambah wawasan
pembaca tentang proses perumusan perangkat pembelajaran (Renstra, RPP, dan
Silabus)

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PERUMUSAN VISI dan MISI SEKOLAH


A. Pengertian Visi dan Misi Sekolah
1. Pengertian Visi

Visi merupakan gambaran tentang masa depan (future) yang realistis


dan ingin diwujudkan dalam kurun waktu tertentu. visi adalah
pernyataan yang diucapkan atau ditulis hari ini, yang merupakan proses
manajemen saat ini vang menjangkau masa yang akan datang. Hax dan
Maljuf dalam Akdon menyatakan bahwa visi adalah pernyataan yang
merupakan sarana untuk: 1) Mengkomunikasikan alasan keberadaan
organisasi dalam arti tujuan dan tugas pokok. 2) Memperlihatkan
framework hubungan antara organisasi dengan stakeholders (sumber
daya manusia organisasi, konsumen/citizen, pihak lain yang terkait). 3)
Menyatakan sasaran utama kinerja organisasi dalam arti pertumbuhan
dan perkembangan? Visi pada dasarnya bukanlah sekedar penglihatan
kasat mata melainkan suatu penglihatan yang didasari kekuatan mental
batiniah dalam cakupan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Visi terbentuk dengan dasar kecerdasan penghayatan nilai-nilai,


pengetahuan dan pengalaman, kemampuan khusus yang konseptual
pemecahan masalah serta daya-daya perilaku lain yang dijadikan
unggulan. Dengan kara lain, visi merupakan intisari endapan dari suatu
sistem nilai dan kaidah yang diberlakukan

Shieve dan Schoensheit sebagaimana yang dikutip Anwar


dalam bukunya mendefinisikan visi sebagai sebuah cetak biru dari
keadaan yang diharapkan, suatu image mengenai kondisi yang
diinginkan, sasaran-sasaran yang jauh, dan juga merupakan sebuah
agenda, Pada dasarnya sebuah misi menunjukkan pandangan mengenai

6
hari depan organisasi berikut kesulitan-kesulitan potensial dan peluang-
peluang yang dihadapinya.

Berdasarkan Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 sebagaimana


yang dikutip oleh Barnawi dkk dalam bukunya visi sekolah yaitu; a)
dijadikan sebagai cita-cita bersama warga sekolah dan segenap pihak
yang berkepentingan pada masa yang akan datang; b) mampu
memberikan inspirasi, motivasi, dan kekuatan pada warga sekolah serta
segenap pihak yang berkepentingan; c) dirumuskan berdasarkan
masukan dari berbagai warga sekolah dan pihak-pihak yang
berkepentingan, selaras dengan visi institusi di atasnya serta visi
pendidikan nasion al: d) dipimpin oleh kepala sekolah dengan
memperhatikan masukan komite sekolah; e) disosialisasikan kepada
warga seklah dan segenap pihak yang berkepentingan, f) ditinjau dan
dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan dan
tantangan di masyarakat.

Pernyataan visi, baik yang tertulis atau diucapkan perlu


ditafsirkan dengan baik, tidak mengandung multi makna sehingga dapat
menjadi acuan yang mempersatukan semua pihak dalam sebuah
organisasi (sekolah). Bagi sekolah visi adalah imajinasi moral yang
menggambarkan profil sekolah yang diinginkan di masa datang.
Imajinasi ke depan seperti itu akan selalu diwarnai oleh peluang dan
tantangan yang diyakini akan terjadi di masa mendatang. Dalam
menentukan visi tersebut, sekolah harus memperhatikan perkembangan
dan tantangan masa depan.

2. Pengertian Misi

Misi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang harus dicapai


organisasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan di masa datang.6
Pernyataan misi mencerminkan tentang penjelasan produk atau
pelayanan yang ditawarkan. Pernyataan misi harus; 1) Menunjukkan
secara jelas mengenai apa yang hendak dicapai oleh organisasi dan
bidang kegiatan utama dari organisasi yang bersangkutan. 2) Secara

7
eksplisit mengandung apa yang harus dilakukan untuk mencapainya. 3)
mengandung partisipasi masyarakat luas terhadap perkembangan bidang
utama yang digelui organisasi.?

Menurut Ahmad Djunaedi sebagaimana yang dikutip oleh


Barnawi dan Mohammad Arifin dalam buku mereka mengungkapkan
bahwa misi merupakan alasan atau sebab-sebab mengapa sebuah
organisasi harus ada. Menurutnya, misi menunjukkan apa yang
dilakukan" atau "daftar dan karakteristik layanan yang diberikan".
Dengan demikian, misi ditulis sebagai "kata kerja"

Misi sekolah harus jelas, dalam artian harus sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi sekolah. Misi juga terkait dengan kewenangan yang
dimiliki oleh sekolah maupun peraturan perundang-undangan yang
berlaku berdasarkan Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007, misi sekolah
adalah: a) memberikan arah dalam mewujudkan visi sekolah sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional; b) merupakan tujuan yang akan
dicapai dalam kurun waktu tertentu; c) menjadi dasar program pokok
sekolah; d) menekankan pada kualitas layanan peserta didik dan mutu
lulusan yang diharapkan oleh sekolah: e) membuat pernyataan umum
dan khusus yang berkaitan dengan program sekolah; f) memberikan
keluwesan dan ruang gerak pengembangan kegiatan satuan-satuan unit
sekolah yang terlibat; g) diru,uskan berdasarkan masukan dari segenap
pihak yang berkepentingan termasuk komite sekolah dan diputuskan oleh
rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah; h)
disosialisasikan kepada warga sekolah dan segenap pihak yang
berkepentingan; i) ditinjau dan dirumuskn kembali secara berkala sesuai
perkembangan dan tantangan di masyarakat. Visi dan misi sekolah harus
ditetapkan bersama-sama sebagai pedoman hidup organisasi. Keduanya
harus ditetapkan melalui sebuah proses refleksi bersama atas nila-nilai,
keyakinan, dan aspirasi warga sekolah.visi dan misi harus mencerminkan
usaha sekolah untuk memadukan nilai-nilai yang sering saling
bertentangan di kalangan warga sekolah. la menjadi panduan hidup
dalam melaksanakan tugas organisasi.

8
Maksud dirumuskannya visi dan misi sekolah sebagaimana yang
tertuang dalam Depdiknas tahun 2007 adalah sebagai berikut; 1) untuk
memberikan arah yang jelas bagi usaha-usaha yang dilakukan sekolah. 2)
untuk mengilhami masyarakat sekolah dengan tujuan yang bersifat
umum. 3) untuk memberikan kerangka yang baik bagi penentu kebija
kan dan prioritas. 4) untuk membangun pusat acuan (reference
poin) yang digunakan sekolah dalam menelaah keberhasilan kegiatan-
kegiatannya.

B. Kriteria Visi dan Misi Sekolah


1. Kriteria Visi

Rumusan Visi yang baik mempunyai kriteria (ciri-ciri) sebagai


berikut: a) Rumusannya singkat, padat dan mudah diingat; b) Bersifat
inspiratif dan menantang untuk mencapainya; c) Menarik bagi seluruh
anggota organisasi dan pihak-pihak yang terkait (stakeholders); d)
Memberikan arah dan fokus strategi yang jelas; e) Mampu menjadi
perekat dan menyatukan berbagai gagasan strategis yang terdapat dalam
suatu organisasi; f) Memiliki orientasi terhadap masa depan, sehingga
segenap jajaran organisasi ikut berperan dalam pencapaiannya; g)
Mampu menumbuhkan komitmen sehuruh anggota organisasi; h)
Menjamin kesinambungan kepemimpinan dan kebjakan organisasi serta
menjembatani keadaan masa sekarang dan masa yang akan datang; i)
memungkinkan untuk perubahan atau penyesuajan dengan
perkembangan/perubahan tugas dan fungsi.

2. Kriteria Misi

Rumusan misi yang baik mempunyai kriteria (ciri-ciri) sebagai


berikut: a) Rumusannya sejalan dengan visi satuan organisasi/satuan
kerja; b) Rumusannya jelas dengan bahasa yang lugas; c) Rumusannya
menggambarkan pekerjaan atau fungsi yang harus dilaksanakan; d)
Dapat dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu; e) Memungkinkan
untuk perubahan/penyesuaian dengan perubahan visi.

9
Muhaimin dkk, dalam bukunya menjelaskan bahwa dalam
pembuatan misi, penting untuk diperhatikan hal-hal yang berkaitan
dengan: 1) misi harus mampu menggambarkan berbagai kepercayaan dan
nilai-nilai yang dianut sekolah/madrasah; 2) statement misi harus
berorientasi dan mampu menggambarkan sekolah/madrasah pada masa
yang akan; 3) statement misi harus fokus pada pencapaian visi; 4)
statement misi bersifat khusus; 5) statement misi merupakan statement
yang singkat dan padat

C. Contoh Perumusan Visi dan Misi Sekolah

Dari penjabaran kriteria Visi dan Misi di atas Penulis mencoba


memberikan contoh sebuah desain visi dan misi

Visi Indikator
Berprestasi  Lulus dari UAN 95%
 Lulus dari UAS min nilai 70%
 Dapat di terima di PTN atau PTS
terbaik
Berbudaya  Mampu menjaga diri di
lingkungan masyarakat
Ber-IMTAQ  Terbiasa melaksanakan sholat 5
waktu
 Telah khatam Al-quran

1. Contoh Misi
1) Melaksanakan proses pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik.
2) Melaksanakan pembelajaran membaca al-Qur'an secara
berkesinambungan dari kelas satu sampai kelas tiga untuk memastikan
bahwa lulusannya telah mengkhatamkan membaca Al-Quran.
3) Mengembangkan kompetensi guru yang berkaitan dengan kompetensi
dalam bidang studi, keterampilan mengajar, pembuatan karya ilmiah,
dan soft skill

10
4) Mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler untuk bidang-bidang
penalaran dan penelitian untuk siswa dalam upaya mengembangkan
Mahasiswa dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
Mengembangkan fasilitas yang dibutuhkan untuk siswa dalam
mengembangkan kegiatan penelitian dan penalaran.
5) Memberikan teladan kepada seluruh siswa terhadap kebiasaan hidup
bersih, peduli, terbuka, dan terpercaya. (dikutip dari buku karangan
Muhaimin dkk yang berjudul "Manajemen Pendidikan")

2.1 Perumusan Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran merupakan suatu perencanaan yang


dipergunakan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, Kunandar
(2014: 6) menjelaskan bahwa “setiap guru pada satuan pendidikan
berkewajiban menyusun perangkat pembelajaran yang lengkap,
sistematis agar pembelajaran dapat berlangsung secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpatisipasi aktif”.
Perangkat pembelajaran memiliki peranan penting bagi seorang
guru sebelum memulai proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran
yang diperlukan dalam mengelola proses belajar mengajar dapat berupa:
silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Aktivitas
Siswa (LAS).
Perangkat yang digunakan dalam proses pembelajaran disebut
dengan perangkat pembelajaran. Ibrahim (dalam Trianto, 2007: 68)
menyatakan bahwa “perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam
mengelola proses belajar mengajar dapat berupa silabus, RPP, Lembar
Kegiatan Siswa (LKS), Instrumen Evaluasi atau Tes Hasil Belajar
(THB), serta Media Alat Peraga pembelajaran”.
Jadi, Perangkat Pembelajaran dapat diartikan sebagai alat
kelengkapan yang digunakan untuk membantu pembelajaran. Pada
penelitian ini perangkat pembelajaran yang digunakan terdiri dari
silabus, RPP dan LAS.

11
1. Silabus
Menurut Trianto (2010: 201) menyatakan “silabus adalah rencana
pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran tertentu yang
mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian,
alokasi waktu, dan sumber belajar”.
Menurut Sanjaya (2010: 167) bahwa:

Silabus dapat diartikan sebagai rancangan program pembelajaran satu


atau kelompok mata pelajaran yang berisi tentang standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa, pokok materi yang
harus dipelajari siswa serta bagaimana cara mempelajarinya dan
bagaimana cara untuk mengetahui pencapaian kompetensi dasar yang
ditelah ditentukan.”

Dari penjelasan di atas dapat disimpulakan bahwa silabus adalah


merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan
kajian mata pelajaran.
Menurut Kunandar (2014: 4) Silabus paling sedikit memuat:
a.Identitas mata pelajaran (khusus SMP/MTS/SMPLB/Paket B dan
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/Paket C kejuruan);
b. Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas;
c.Kompetensi inti, marupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan yang
harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan
mata pelajaran;
d. Kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup
sikap, pengetahuan dan keterampilan yang terkait muatan atau mata
pelajaran;
e.Tema (khusus SD/MI/SDLB/Paket A);
f. Materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang
relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan
indikator pencapaian kompetensi;
g. Pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan

12
peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan;
h. Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik;
i. Alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur
kurikulum untuk satu semester atau satu tahun; dan
j. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam
sekitar atau sumber belajar lain yang relevan.
Silabus dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan dan
standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan
pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu.
Menurut Kunandar (2014: 4)

Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk


setiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus dikembangkan berdasarkan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada
setiap tahun ajaran tertentu. Silabus digunakan sebagai acuan dalam
pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Namun pada
Kurikulum 2013 silabus telah dikembangkan oleh pusat sehingga guru
tidak perlu lagi mengembangkan silabus.

Berdasarkan pendapat Kunandar di atas, peneliti tidak melakukan


pengembangan pada silabus namun dilakukan pengemasan kembali pada
silabus seperti pada lampiran 1 halaman 63. Silabus tersebut dikemas
dari segi pembagian materi dan alokasi waktu yang lebih jelas dan
terperinci untuk mempermudah guru dalam pelaksanaannya.
Menurut Trianto (2010: 201-202)

Dalam mengembangkan silabus harus memenuhi beberapa prinsip ,


yaitu:
1. Ilmiah, bahwa keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan
dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggung jawabkan secara
keilmuan.
2. Relevan, artinya cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan

13
penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan
fisik, intelektual, sosial, emosional dan spiritual peserta didik.
3. Sistematis, bahwa komponen-komponen silabus saling berhubungan
secara fungsional dalam mencapai kompetensi.
4. Konsisten, artinya adanya hubungan yang konsisten antara kompetensi
dasar, indikator, materi pembelajaran, pengalaman belajar, sumber
belajar, dan sistem penilaian.
5. Memadai, artinya cakupan indikator, materi pembelajaran,
pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk
menunjang pencapaian kompetensi dasar.
6. Aktual dan Kontekstual, bahwa cakupan indikator, materi pokok,
pengelaman belajar, sumber belajar, dan sistem penialain
memerhatikan perkembangan ilmu, teknologi, seni mutakhir dalam
kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
7. Fleksibel, bahwa keseluruhan komponen silabus dapat
mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika
perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.
8. Menyeluruh, artinya komponen silabus mencakup keseluruhan ranah
kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor) sebagaimana yang
dikemukakan oleh Bloom.
Dari para ahli dapat disimpulkan bahwa silabus merupakan
seperangkat rencana dan pengaturan tentang pengembangan kurikulum,
yang berisikan Identitas Mata Pelajaran, Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD), Indikator, Materi Pokok, Kegiatan
Pembelajaran, Alokasi Waktu, Sumber Belajar, dan Penilaian. Silabus
yang digunakan peneliti adalah silabus yang disusun oleh Dinas
Pendidikan.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Pembelajaran yang efektif tidak mungkin didapat hanya dengan


harapan bahwa pengalaman yang bermakna dan relevan akan muncul
dengan spontan di dalam kelas. Tidak dapat diragukan lagi bahwa

14
pembelajaran yang efektif hanya dapat ditemukan dalam perencanaan yang
baik. Perencanaan dalam kegiatan pembelajaran ditulis dalam sebuah
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

RPP merupakan perencanaan pendek untuk memperkirakan


seluruh kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa maupun guru dalam
kegiatan pembelajaran. Mulyasa (2008: 212) menyatakan bahwa “RPP
adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen
pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang
ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus”. Sedangkan
menurut Imas dan Berlin (2014: 1) “Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) adalah program perencanaan yang disusun sebagai pedoman
pelaksanaan pembelajaran untuk setiap kali pertemuan”.
Setelah silabus tersusun berikutnya guru menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Menurut Permendikbud Nomor 65
tahun 2013 dalam Kunandar (2014: 5) tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah RPP adalah rencana kegiatan
pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih.
Menurut Daryanto dan Aris (2014: 87-88):
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada dasarnya merupakan suatu
bentuk prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai kompetensi
dasar yang telah ditetapkan dalam standar isi (standar kurikulum). Fungsi
pelaksanaan RPP untuk mengefektifkan proses pembelajaran agar sesuai
dengan yang direncanakan. Materi standar yang dikembangkan harus sesuai
dengan kemauan dan kebutuhan peserta didik, serta disesuaikan dengan
kondisi lingkungannya.
Selanjutnya, Daryanto dan Aris (2014: 89) menyatakan bahwa:
Secara umum ciri-ciri Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
baik adalah sebagai berikut:
1) Memuat aktivitas proses belajar mengajar yang akan dilaksanakan oleh
guru yang akan menjadi pengalaman belajar bagi siswa.
2) Langkah-langkah pembelajaran disusun secara sistematis agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai.

15
3) Langkah-langkah pembelajaran disusun serinci mungkin, sehingga
apabila RPP digunakan oleh guru lain mudah dipahami dan tidak
menimbulkan penafsiran ganda.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa


RPP adalah perangkat pembelajaran yang berisi perencanaan dalam
kegiatan pembelajaran yang harus dibuat sendiri oleh guru sebelum
memasuki kelas sehingga menghasilkan pembelajaran yang efektif dan
bermakna.
Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 (2016: 6-9) menjelaskan
bahwa:
RPP merupakan rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci
mengacu pada silabus, buku teks pelajaran, dan buku panduan guru. RPP
mencakup: (1) identitas sekolah/madrasah, mata pelajaran, dan
kelas/semester; (2) alokasi waktu; (3) KI, KD, indikator pencapaian
kompetensi; (4) materi pembelajaran; (5) kegiatan pembelajaran; (6)
penilaian; dan (7) media/alat, bahan, dan sumber belajar.
a. Prinsip Penyusunan RPP
RPP disusun agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar dan
kompetensi yang disyaratkan tercapai. Oleh karena itu, berdasarkan
Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 (2016: 6-9), dalam menyusun RPP
hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut.

1) Setiap RPP harus secara utuh memuat kompetensi dasar sikap


spiritual (KD dari KI-1), sosial (KD dari KI-2), pengetahuan
(KD dari KI-3), dan keterampilan (KD dari KI-4).
2) Satu RPP dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau
lebih.
3) Memperhatikan perbedaan individu peserta didik
4) RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan kemampuan
awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat,
potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan
khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma,

16
nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
5) Berpusat pada peserta didik
6) Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta
didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif,
inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar, menggunakan
pendekatan saintifik meliputi mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, menalar/mengasosiasi, dan
mengomunikasikan.
7) Berbasis konteks
8) Proses pembelajaran yang menjadikan lingkungan sekitarnya
sebagai sumber belajar.
9) Berorientasi kekinian
10) Pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan nilai-nilai kehidupan masa
kini.
11) Mengembangkan kemandirian belajar
12) Pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik untuk belajar
secara mandiri.
13) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut pembelajaran
14) RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik
positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.
15) Memiliki keterkaitan dan keterpaduan antarkompetensi
dan/atau antarmuatan
16) RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan
keterpaduan antara KI, KD, indikator pencapaian kompetensi,
materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan
sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP
disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik,
keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan
keragaman budaya.
17) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
18) RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan

17
teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi,
sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
a. Komponen dan Sistematika RPP
Selain memperhatikan kesepuluh prinsip di atas, terdapat
berbagai komponen yang harus ada dan dicantumkan ketika menyusun
RPP yang baik dan benar. Berdasarkan Permendikbud Nomor 24 Tahun
2016, komponen tersebut terdiri atas.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Sekolah :
Mata pelajaran :
Kelas/Semester :
Alokasi Waktu :

Kompetensi Inti (KI)


Kompetensi Dasar
KD pada KI-1
KD pada KI-2
KD pada KI-3
KD pada KI-
Indikator Pencapaian Kompetensi*)
1. Indikator KD pada KI-1

18
2. Indikator KD pada KI-2
3. Indikator KD pada KI-3
4. Indikator KD pada KI-4
D. Materi Pembelajaran (dapat berasal dari buku teks pelajaran dan buku
panduan guru, sumber belajar lain berupa muatan local, materi kekinian,
konteks pembelajaran dari lingkungan sekitar yang dikelompokkan menjadi
materi untuk pembelajaran regular, pengayaan, dan remedial)
E. Kegiatan Pembelajaran
1. Pertemuan Pertama: (…JP)
a. Kegiatan Pendahuluan
b. Kegiatan Inti **)
 Mengamati
 Menanya
 Mengumpulkan informasi/ mencoba
 Menalar/ mengasosiasi
 Mengomunikasikan
c. Kegiatan Penutup
2. Pertemuan Kedua: (…JP)
a. Kegiatan Pendahuluan
b. Kegiatan Inti **)
 Mengamati
 Menanya
 Mengumpulkan informasi/ mencoba
 Menalar/ mengasosiasi
 Mengomunikasikan
c. Kegiatan Penutup
3. Pertemuan seterusnya.
F. Penilaian, Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
1. Teknik Penilaian
2. Instrumen Penilaian
a. Pertemuan Pertama
b. Pertemuan Kedua
c. Pertemuan seterusnya
G. Media/alat, Bahan, dan Sumber Belajar
1. Media/alat
2. Bahan
3. Sumber Belajar

*) Pada setiap KD dikembangkan indikator atau penanda.


Indikator untuk KD yang diturunkan dari KI-1 dan KI-2 dirumuskan
dalam bentuk perilaku umum yang bermuatan nilai dan sikap yang
gejalanya dapat diamati sebagai dampak pengiring dari KD pada KI-3
dan KI-4. Indikator untuk KD yang diturunkan dari KI-3 dan KI-4
dirumuskan dalam bentuk perilaku spesifik yang dapat diamati dan
terukur.
**) Pada kegiatan inti, kelima pengalaman belajar tidak harus

19
muncul seluruhnya dalam satu pertemuan tetapi dapat dilanjutkan pada
pertemuan berikutnya, tergantung cakupan muatan pembelajaran. Setiap
langkah pembelajaran dapat digunakan berbagai metode dan teknik
pembelajaran.

b. Langkah penyusunan RPP


Adapun langkah-langkah pengembangan RPP adalah sebagai
berikut:

a. Mengkaji Silabus
 Pengkajian silabus meliputi: (1) KI dan KD; (2) materi
pembelajaran; (3) proses pembelajaran; (4) penilaian
pembelajaran; (5) alokasi waktu; dan (6) sumber belajar.
 Perumusan indikator pencapaian KD pada KI-1, KI-2, KI-3,
dan KI-4;Materi Pembelajaran dapat berasal dari buku teks
pelajaran dan buku panduan guru, sumber belajar lain berupa
muatan lokal, materi kekinian, konteks pembelajaran dari
lingkungan sekitar yang dikelompokkan menjadi materi untuk
pembelajaran reguler, pengayaan, dan remedial;
 Penjabaran Kegiatan Pembelajaran yang ada pada silabus
dalam bentuk yang lebih operasional berupa pendekatan
saintifik disesuaikan dengan kondisi peserta didik dan satuan
pendidikan termasuk penggunaan media, alat, bahan, dan
sumber belajar;
 Penentuan alokasi waktu untuk setiap pertemuan berdasarkan
alokasi waktu pada silabus, selanjutnya dibagi ke dalam
kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup;
 Pengembangan penilaian pembelajaran dengan cara
menentukan lingkup, teknik, dan instrumen penilaian, serta
membuat pedoman penskoran;
 Menentukan strategi pembelajaran remedial segera setelah
dilakukan penilaian; dan

20
 Menentukan media, alat, bahan dan sumber belajar disesuaikan
dengan yang telah ditetapkan dalam langkah penjabaran proses
pembelajaran.

Di dalam RPP terdapat tahap pelaksanaan pembelajaran yang meliputi:

1) Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan guru :

a. Mengondisikan suasana belajar yang menyenangkan;

b. Mendiskusikan kompetensi yang sudah dipelajari dan


dikembangkan sebelumnya berkaitan dengan kompetensi yang
akan dipelajari dan dikembangkan;
c. Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya
dalam kehidupan sehari-hari;
2) Kegiatan Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk


mencapai kompetensi, yang dilakukan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta
didik. Kegiatan inti menggunakan pendekatan saintifik yang
disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran dan peserta
didik. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan proses
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba,
menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan.
Dalam setiap kegiatan guru harus memperhatikan
perkembangan sikap peserta didik pada kompetensi dasar dari
KI-1 dan KI-2 antara lain mensyukuri karunia Tuhan, jujur, teliti,
kerja sama, toleransi, disiplin, taat aturan, menghargai pendapat
orang lain yang tercantum dalam silabus dan RPP.
3) Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup terdiri atas:

a) Membuat rangkuman/simpulan pelajaran

b) Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah

21
dilaksanakan

c) Melakukan penilaian

d) Menyampaikan perencanaan pembelajaran pada


pertemuan berikutnya
Dalam Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013, kegiatan inti
menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik
peserta didik dan matapelajaran, yang meliputi mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, asosiasi, dan komunikasi
dijelaskan sebagai berikut.
 Mengamati
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan
bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan
pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar,
dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan
pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat,
membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau
objek.
 Menanya
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara
luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang
sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu
membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan:
pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit
sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep,
prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak.
 Mengumpulkan dan mengasosiasikan
Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan
informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu
peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak,
memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau
bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul

22
sejumlah informasi. Informasi tersebut menjadi dasar bagi
kegiatan berikutnya yaitu memeroses informasi untuk
menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya,
menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan
mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan.
 Mengkomunikasikan hasil
Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa
yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi,
mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut
disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar
peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.

3. Lembar Aktivitas Siswa (LAS)

Lembar aktivitas siswa (LAS) adalah istilah lain dari Lembar


kegiatan siswa (LKS). Istilah LKS digunakan pada Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) sedangkan untuk kurikulum yang sedang
berlaku sekarang yaitu Kurikulum 2013 menggunakan istilah LAS.
Namun pada kenyataannya, LKS atau pun LAS sama saja fungsinya
yaitu sebagai panduan siswa yang digunakan untuk melakukan
kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah dalam menemukan
konsep dan pengetahuan baru.
Lembar aktivitas siswa berisi teori ringkas, contoh soal dan
soal-soal essay atau multiple choise. Azhar (dalam Maulida, 2009:
114) menyatakan bahwa “lembar aktivitas siswa adalah lembaran yang
berisi perintah-perintah yang dilakukan se suai dengan prosedur
kegiatan yang dilakukan dan persoalan- persoalan yang dikerjakan
atau dijawab oleh siswa”. Pendapat tersebut sejalan dengan Majid
(2011: 176) yang mengutarakan bahwa, “lembar kerja siswa adalah
lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik.
LKS biasanya berupa petunjuk, langkah untuk menyelesaikan suatu
tugas, dimana tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus
jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya”.

23
Menurut Trianto (2012: 111)
Lembar Kegiatan Siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk
melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. LKS
memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan siswa
untuk memaksimalkan pemahaman dalam rangka memgembangkan
kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus
ditempuh.

Pariska (2012: 76) mengatakan bahwa:

Dalam pembelajaran matematika, LKS banyak digunakan untuk


memancing aktivitas belajar peserta didik. Melalui LKS peserta didik
merasa diberi tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas dan merasa
harus mengerjakannya, terlebih lagi jika guru memberikan perhatian
penuh terhadap hasil pekerjaan mereka, sehingga peserta didik terlibat
aktif dalam pembelajaran.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat diambil


kesimpulan bahwa LKS/LAS merupakan panduan belajar bagi siswa
yang berisi petunjuk, langkah-langkah dalam pengerjaannya dan juga
biasanya berupa soal latihan yang berisikan petunjuk dalam
pemecahan masalahnya. LAS juga dapat dikatakan sebagai panduan
belajar di kelas bagi siswa yang digunakan untuk melakukan
penyelidikan atau pemecahan masalah dalam menemukan konsep atau
pengetahuan baru yang pastinya juga akan dibimbing oleh guru.
Menurut Depdiknas (dalam Nashirotun dan Suci, 2015: 3)
Bahwa komponen isi, bahasa, penyajian, kegrafikan masing-masing
mempunyai subkomponen sebagai berikut:
1) Komponen isi
Aspek yang harus dipenuhi dari komponen isi yaitu sesuai dengan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, sesuai dengan
perkembangan anak, sesuai dengan kebutuhan bahan ajar, substansi
materi pelajaran, bermanfaat untuk menambah wawasan, dan sesuai
dengan nilai moral dan nilai sosial.

24
2) Komponen kebahasaan
Aspek yang harus dipenuhi dari kebahasaan yaitu keterbacaan,
informasi jelas, sesuai Bahasa Indonesia yang baik, dan menggunakan
bahasa yang jelas dan singkat.
3) Komponen penyajian
Aspek yang harus dipenuhi dari komponen penyajian yaitu tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai, urutan penyajian, memberikan
motivasi dan daya tarik, interaksi (pemberian stimulus dan respon),
dan informasi lengkap.
4) Komponen kegrafikan
Aspek yang harus dipenuhi dari komponen kegrafikan yaitu
menggunakan font, jenis dan ukuran yang sesuai, tata letak, ilustrasi,
gambar atau foto, dan sesaian tampilan.
4. Penilaian
Menurut Kunandar (2014: 35) bahwa “penilaian adalah proses
pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran
perkembangan belajar peserta didik”. Penilaian hasil belajar peserta
didik merupakan sesuatu yang sangat penting dan strategis dalam
kegiatan belajar mengajar. Dengan penilaian hasil belajar maka dapat
diketahui seberapa besar keberhasilan peserta didik telah menguasai
kompetensi atau materi yang telah diajarkan oleh guru. Kurikulum
2013 mempertegas adanya pergeseran dalam melakukan penilaian
melalui tes (mengukur kompetensi kemampuan berdasarkan hasil
saja), menuju penilaian autentik (mengukur penilaian sikap,
keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil). Dalam
penelitian ini, penilaian sikap diambil pada saat proses belajar
mengajar, penilaian pengetahuan dan penilaian keterampilan diambil
setelah mengerjakan LAS yang diberikan oleh guru.
a. Penilaian Sikap

Kunandar (2014: 104) mendefenisikan “penilaian kompetensi sikap


adalah penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat

25
pencapaian kompetensi sikap dari peserta didik yang meliputi aspek
menerima atau memerhatikan, merespon atau menanggapi, menilai
atau menghargai, mengorganisasikan atau mengelola dan berkarakter”.
Adapun sikap yang dapat diamati dari setiap peserta didik seperti jujur,
disiplin, tanggung jawab, gotong royong, dan sikap lainnya yang dapat
ditambahkan guru untuk melihat penilaian sikap peserta didik.
Menurut Kunandar (2014: 104) Guru melakukan penilaian kompetensi
sikap melalui:
1) Observasi atau pengamatan perilaku dengan alat lembar
pengamatan atau observasi
2) Penilaian diri
3) Penilaian “teman sejawat” (peer evaluation) oleh peserta didik
4) Jurnal
5) Wawancara dengan alat panduan atau pedoman wawancara
(pertanyaan-pertanyaan langsung)
b. Penilaian Keterampilan
Menurut Kunandar (2014: 57) Guru menilai kompetensi keterampilan
melalui:
 Kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik
mendemostrasikan suatu kompetensi tertentu menggunakan tes
praktik (unjuk kerja) dengan menggunakan instrumen lembar
pengamatan (observasi).
 Proyek dengan menggunakan instrumen lembar penilaian
dokumen laporan proyek.
 Penilaian portofolio dengan menggunakan instrumen lembar
penilaian dokumen kumpulan portofolio dan penilaian produk.
Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala
penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.
Menurut Kunandar (2014: 257) “penilaian kompetensi keterampilan
adalah penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat
pencapaian kompetensi keterampilan dari peserta didik yang meliputi
aspek imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi”. Pada

26
penelitian ini peneliti mengembangkan penilaian keterampilan dengan
penilaian kinerja.
c. Penilaian Pengetahuan

Menurut Kunandar (2014: 165) “penilaian kompetensi


pengetahuan atau kognitif adalah penilaian yang dilakukan guru untuk
mengukur tingkat pencapaian atau penguasaan peserta didik dalam
aspek pengetahuan yang meliputi ingatan atau hafalan, pemahaman,
penerapan atau aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi”. Pada
penilaian pengetahuan ini dapat juga berupa soal yang dapat mengukur
kompetensi kognitif peserta didik.

Menurut Kunandar (2014: 165) Guru menilai kompetensi pengetahuan


melalui:
 Tes tertulis dengan menggunakan butir soal.
 Tes lisan dengan bertanya langsung terhadap peserta didik
menggunakan daftar pertanyaan.
 Penugasan atau proyek dengan lembar kerja tertentu yang harus
dikerjakan oleh peserta didik dalam kurun waktu tertentu.

5. Validitas Perangkat Pembelajaran

Menurut Akker (dalam Syahbana, 2012: 24) bahwa “aspek


kevalidan perangkat pembelajaran terkait pada dua hal yaitu: pertama
perangkat pembelajaran yang dikembangkan didasarkan pada rasional
teoritis yang kuat dan kedua terdapat konsistensi secara internal”.
Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dikatakan valid jika
perangkat pembelajaran berdasarkan (validasi isi) menurut Hamruni
(2011: 133) “strategi pembelajaran kontekstual adalah suatu strategi
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk
menemukan materi yang dupelajari dan menghubungkannya dengan
kehidupannya nyata.” Kelayakan atau kevalidan RPP sesuai dengan
komponen- komponen berdasarkan Pemendikbud Nomor 24 Tahun
2016 (2016: 6-9) menjelaskan bahwa:
identitas sekolah/madrasah, mata pelajaran, dan kelas/semester;

27
(2)alokasi waktu; (3) KI, KD, indikator pencapaian kompetensi; (4)
materi pembelajaran; (5) kegiatan pembelajaran; (6) penilaian; dan (7)
media/alat, bahan, dan sumber belajar.

Serta kelayakan atau kevalidan LAS sesuai dengan komponen-


komponen berdasarkan Depdiknas (dalam Nashirotun dan Suci, 2015: 3)
menyatakan bahwa:
Komponen isi, bahasa, penyajian, kegrafikan masing-masing
mempunyai subkomponen sebagai berikut:
1. Komponen isi
Aspek yang harus dipenuhi dari komponen isi yaitu sesuai dengan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, sesuai dengan
perkembangan anak, sesuai dengan kebutuhan bahan ajar,
substansi materi pelajaran, bermanfaat untuk menambah wawasan,
dan sesuai dengan nilai moral dan nilai sosial.
2. Komponen kebahasaan
Aspek yang harus dipenuhi dari kebahasaan yaitu keterbacaan,
informasi jelas, sesuai Bahasa Indonesia yang baik, dan
menggunakan bahasa yang jelas dan singkat.
3. Komponen penyajian
Aspek yang harus dipenuhi dari komponen penyajian yaitu tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai, urutan penyajian, memberikan
motivasi dan daya tarik, interaksi (pemberian stimulus dan
respon), dan informasi lengkap.
4. Komponen kegrafikan
Aspek yang harus dipenuhi dari komponen kegrafikan yaitu
menggunakan font, jenis dan ukuran yang sesuai, tata letak,
ilustrasi, gambar atau foto, dan sesaian tampilan.
Serta adanya kesesuaian antara komponen-komponen RPP dengan
pendekatan kontekstual (validasi konstruk). Dalam penelitian ini produk
yang dikembangkan berupa RPP dan LAS dikatakan valid, apabila sudah
divalidasi oleh validator dan sesuai dengan kriteria kevalidan.
Kegiatan validasi dilakukan terhadap perangkat pembelajaran yang

28
dikembangkan yaitu dalam bentuk mengisi lembar validasi. Perangkat
pembelajaran yang akan di validasi adalah Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan Lembar Aktivitas Siswa (LAS). Adapun aspek
yang divalidasi pada RPP dinilai pada 4 aspek yaitu aspek perumusan
indikator pencapaian kompetensi, aspek isi yang disajikan, aspek bahasa,
dan aspek waktu. Sedangkan aspek yang divalidasi pada LAS adalah
aspek isi yang disajikan, aspek materi dan aspek bahasa. Validator
tersebut menilai perangkat pembelajaran yang dirancang dan
memberikan saran serta masukan pada rancangan perangkat
pembelajaran.
Adapun kriteria perangkat pembelajaran yang valid adalah:

1. Validasi isi. Validasi isi menunjukkan bahwa model pembelajaran


yang dikembangkan berdasar pada teori pendekatan kontekstual.
Pendekatan kontekstual merupakan suatu konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi
nyata siswa dan mendorong antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan. CTL merupakan
pembelajaran yang terdiri atas beberapa komponen yaitu
konstruktivisme, questioning, inkuiri, learning community, modeling,
reflection, dan authentic assesment.
2. Validasi konstruk. Validasi konstruk menunjukkan konsistensi
internal antar komponen-komponen model. Untuk pengembangan
perangkat pembelajaran dilihat dari kesesuaian komponen-komponen
pada RPP dengan kurikulum, kesesuaian kegiatan dengan pendekatan
kontekstual, dan kesesuaian penyusunan LAS dengan pendekatan
kontekstual. Pada validasi ini dilakukan serangkaian kegiatan
penelitian untuk memeriksa apakah komponen model yang satu tidak
bertentangan dengan komponen lainnya; sintaks model mengarah
pada tercapainya tujuan pengembangan model; dan prinsip sosial,
prinsip reaksi, serta sistem mendukung keterlaksanaan sintaks yang
dikembangkan.
Kriteria RPP yang valid sebagai berikut:

29
 Struktur atau komponen sudah sesuai dengan pakar.
 Kegiatan-kegiatan sesuai dengan model pembelajaran.
 Kesesuaian antara komponen-komponen RPP.

Kriteria LAS yang valid sebagai berikut:

a) Struktur dalam menyusun LKS sesuai dengan syarat didaktik,


syarat, kontruksi, syarat teknis, syarat pendekatan kontekstual dan
syarat isi.
b) Kegiatan yang ada di LKS sesuai dengan model pembelajaranm
c) Kesesuaian antara syarat-syarat LKS. Menurut Sugiyono (2014:
125) Validasi produk dapat digunakan pendapat minimal tiga orang
ahli untuk memberi keputusan instrumen yang telah disusun dapat
digunakan tanpa perbaikan atau ada perbaikan. Pada tahap ini,
sekaligus dilakukan revisi untuk memperoleh masukan dalam hal
memperoleh perbaikan perangkat pembelajaran. Hasil revisi
digunakan dalam uji pratikalitas.

6. Praktikalitas Perangkat Pembelajaran

Zulkardi (2002: 18) mengatakan “Practicality means that the


LE (learning environment) should meet the needs and contextual
constraints of the users and experts”. Sejalan dengan pendapat diatas
McKenney (2001: xi) menyatakan bahwa “Practicality implies
usability in terms of practical constraints, in addition tolinking up with
user needs, wishes, attitudes and beliefs”.

Berdasarkan pendapat di atas bahwa kepraktisan dilihat dari


kegunaan dalam hal kendala praktis, dengan kebutuhan pengguna dan
ahli. Dalam menghasilkan perangkat pembelajaran yang berkualitas
baik yang sesuai dengan pendapat Akker (dalam Syahbana, 2012: 24),
maka “perangkat pembelajaran tersebut mesti memenuhi tiga kriteria,
yaitu kevalidan (validity), kepraktisan (practically), dan keefekifan
(effectiveness). Dimana aspek praktis hanya dapat dipenuhi jika: (1)

30
para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat
diterapkan; (2) kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan
tersebut dapat diterapkan”.
Untuk mengukur tingkat kepraktisan yang berkaitan dengan
pengembangan perangkat berupa materi pembelajaran Nieveen,N
(dalam Rochmad, 2012: 70) menyatakan “mengukur tingkat
kepraktisan dilihat apakah guru (dan pakar-pakar lainnya)
mempertimbangkan bahwa materi mudah dan dapat digunakan oleh
guru dan siswa”. Hal ini berarti terdapat konsistensi antara harapan
dengan pertimbangan dan harapan dengan operasional. Apabila
kedua konsistensi tersebut tercapai, maka produk hasil pengembangan
dapat dikatakan praktis.
Hobri (dalam Astuti & Mulyati, 2010: 27) menyatakan “LKS
dinyatakan praktis jika LKS mendapat respon positif dari siswa yang
dilihat dari persentase skor angket”. Jika persentase penilaian angket
lebih dari 75% maka dapat dikatakan bahwa siswa memberikan respon
positif terhadap LAS sehingga LAS memenuhi aspek praktis. Tetapi
apabila persentase kurang dari 75%, maka respon siswa dinyatakan
negatif sehingga lembar aktivitas siswa perlu direvisi dengan
memperhatikan komentar dari subjek uji coba.
Dalam penelitian pengembangan perangkat yang dikembangkan
dikatakan praktis jika para ahli dan praktisi menyatakan bahwa secara
teoritis bahwa perangkat dapat diterapkan di lapangan dan tingkat
keterlaksanaannya perangkat termasuk kategori “baik”. Istilah “baik” ini
masih memerlukan diukur dengan indikator-indikator yang diperlukan
untuk menentukan tingkat “kepraktisan” dari keterlaksanaan perangkat
pembelajaran.
Menurut Sukardi (dalam Syari dkk, 2013: 20) bahwa “suatu
produk dikatakan praktis jika dilihat dari: (1) kemudahan
penggunaannya; (2) waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan; (3)
daya tarik produk terhadap minat siswa;(4)mudah diinterpretasikan oleh
guru”. Sejalan dengan pendapat di atas Zulkardi (2002: 97) menyatakan

31
bahwa kepraktisan suatu produk dilihat dari: (1) mudah digunakan;
(2)waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan; (3) daya tarik produk
untuk siswa; (4) mudah diinterpetasikan.
Berkaitan dengan kepraktisan di tinjau dari apakah guru dapat
melaksanakan pembelajaran dikelas. Biasanya peneliti dan observer
mengamati aktivitas yang dilakukan guru dalam pelaksanaan
pembelajaran.
Sehingga kriteria perangkat pembelajaran dikatakan praktis jika:

1. Kemudahan penggunaannya

2. Waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan

3. Daya tarik produk untuk minat siswa

4. Mudah diinterpretasi

Kriteria kepraktisan atau respon guru terhadap perangkat


pembelajaran sebagai berikut:
1. Perangkat pembelajaran mudah digunakan oleh guru.
2. Model dan metode yang ada di perangkat pembelajaran dapat
memudahkan guru.
3. Memanfaatkan waktu yang ada pada perangkat pembelajaran.
4. Perangkat pembelajaran dijabarkan secara sistematis, rinci dan
jelas.
5. Daya tarik pada perangkat pembelajaran membuat guru
bersemangat dalam mengajar.
6. Perangkat pembelajaran mudah diinterpretasikan oleh guru.

Kriteria kepraktisan atau respon siswa terhadap LAS sebagai berikut:

1. LAS sudah sangat rapi.

2. Gambar dan warna dalam penyajian LAS yang menarik.

3. Bahasa, penyajian tulisan dan petunjuk LAS yang sistematis


mudah dipahami siswa.
4. Masalah yang disajikan dalam LAS sesuai dengan model

32
pembelajaran yang digunakan.
5. LAS yang disajikan memudahkan siswa dalam memahami
materi.

6. Pengerjaan LAS sesuai waktu yang tlah disediakan.

33
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Perencanaan menurut Bintoto Tjokroaminoto adalah proses mempersiapkan


kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan
tertentu. Sedangkan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya. Maka dibutuhkannya (1) perumusan visi dan misi
sekolah Visi merupakan gambaran tentang masa depan (future) yang realistis dan
ingin diwujudkan dalam kurun waktu tertentu dan Misi adalah pernyataan mengenai
hal-hal yang harus dicapai organisasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan di masa
dating. (2) perumusan perangkat pembelajaran Perangkat pembelajaran merupakan
suatu perencanaan yang dipergunakan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu,
Kunandar (2014: 6) menjelaskan bahwa “setiap guru pada satuan pendidikan
berkewajiban menyusun perangkat pembelajaran yang lengkap, sistematis agar
pembelajaran dapat berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpatisipasi aktif”.
Perangkat pembelajaran memiliki peranan penting bagi seorang guru
sebelum memulai proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang diperlukan
dalam mengelola proses belajar mengajar dapat berupa: silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Aktivitas Siswa (LAS).

3.2 Saran

Saran kami bagi para pembaca adalah agar menambah bacaan dari referensi lain
untuk menambah wawasan dan memperkaya ilmu pengetahuan.

34
DAFTAR PUSTAKA

Akdon strategic Manajemen for educational management ,bandung Alfabeta


( 2006.hal 94)

Barnawi dan M.arifin ,Buku pintar mengelola sekolah (Swasta) jakarta , Ar-ruz
media 2012 hal 53

Muhaimin dkk manajement ,pendidikan

Mariana, I Made Alit. 2016. Pengantar Perencanaan Pembelajaran di Sekolah


Dasar. Denpasar : LPMP Bali

Affandi, Muhammad, S.Pd., M.Pd dan Badarudin, S.Pd. 2011. Perencanaan


Pembelajaran di Sekolah Dasar. Bandung : Alfabeta

Dr. Muh. Fahrurrozi, S.E., M.M. dan Dr. Drs. H. Mohzana, S.Pd., M.Pd. 2020.
Pengembangan Perangkat Pembelajaran : Tinjauan Teoritis dan Praktik. Lombok :
Universitas Hamzanwadi Press.

35

Anda mungkin juga menyukai