Disusun oleh:
Nama : Zimmy Zulkarnaen Iman
No. Absen : 35
Jabatan : Kepala Subag Tata Usaha
Instansi : Sekretariat Direktorat Jenderal PAUD, Dikdas, dan Dikmen
Yang Mengesahkan,
Pembimbing Mentor
Ir. Mazia Centia Murni M.MPD. Nandana Aditya Bhaswara, S.T., M.M.
NIP 196101311988102002 NIP. 196410191990021001
Narasumber
ii
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Dukungan dan doa dari semua pihak yang membantu penyelesaian Laporan Aksi Perubahan ini
dan tidak mungkin kami berikan imbalan yang sesuai selain ucapan terimakasih dan doa yang
tulus semoga Allah SWT membalas semua apa yang telah diberikan.
Dalam kesempatan ini perkenankanlah kami menyampaikan ungkapan rasa terima kasih yang
sedalam-dalamnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ibu Ir. Mazia Centia
Murni M.MPD, Bapak Sunarto, Bapak Sunaryo, Ibu Puji, Ibu Painem, Ibu Soraya, Bapak dan
Ibu Perserta Diklat PKP Angkatan Pertama, yang telah memberikan saran, masukan serta
dukungan terhadap laporan aksi perubahan ini.
Penulis menyadari bahwa Aksi Perubahan ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi
penulisan, tata bahasa maupun pembahasannya, penulis berharap semoga aksi perubahan ini
dapat bermanfaat bagi khususnya Ditjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen, unit utama di
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta seluruh stakeholder perencanaan dalam upaya
peningkatan kualitas kebijakan yang diambil sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
iii
Daftar Isi
Halaman Pengesahan .............................................................................................................. ii
Kata Pengantar ....................................................................................................................... iii
Daftar Isi.................................................................................................................................. iv
Daftar Gambar ....................................................................................................................... vi
Daftar Tabel ........................................................................................................................... vii
I. Pendahuluan ..................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2. Tujuan ...................................................................................................................... 8
1.3. Manfaat .................................................................................................................... 8
II. Profile Kinerja Pelayanan ............................................................................................... 9
2.1. Uraian Mandat ......................................................................................................... 9
2.2. Tugas dan Fungsi ................................................................................................... 10
2.3. Rincian Tugas ........................................................................................................ 11
2.4. Struktur Organisasi ................................................................................................ 15
2.5. Sakip Tahun 2019 dan 2020 .................................................................................. 17
III. Analisis Masalah Pelayanan .......................................................................................... 18
3.1. APKL ..................................................................................................................... 18
3.2. Fishbond ................................................................................................................ 18
3.3. Identifikasi Masalah............................................................................................... 19
IV. Strategi Penyelesaian Masalah ...................................................................................... 20
4.1. Terobosan / Inovasi................................................................................................ 20
4.2. Tahapan Kegiatan .................................................................................................. 20
4.3. Rincian Kegiatan dan Waktu Pelaksanaan ............................................................ 21
4.4. Hasil yang Diharapkan/Output .............................................................................. 23
4.5. Identifikasi Risiko.................................................................................................. 23
4.6. Sumber Daya (Peta dan Pemanfaatan) .................................................................. 23
V. Pelaksanaan Aksi Perubahan ........................................................................................ 30
5.1. Deskripsi Proses Kepemimpinan ........................................................................... 30
5.1.1. Membangun Integritas .............................................................................. 30
5.1.2. Pengelolaan Budaya Pelayanan ................................................................ 32
5.1.3. Pengelolaan Tim ....................................................................................... 33
5.1.4. Membangun Jejaring dan Kolaborasi ....................................................... 34
5.2. Deskripsi Hasil Pemimpinan ................................................................................. 37
5.2.1. Capaian Terhadap Kinerja Organisasi ...................................................... 37
iv
5.2.2. Manfaat Aksi Perubahan ........................................................................... 40
5.3. Peta Jalan Penuntasan Sarana dan Prasarana ......................................................... 44
5.4. Pengembangan Aplikasi Rumah Data ................................................................... 45
5.5. Tindak Lanjut Jangka Pendek dan Jangka Menengah/Panjang ............................. 46
VI. Penutup............................................................................................................................ 48
Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 49
Lampiran ................................................................................................................................ 50
v
Daftar Gambar
vi
Daftar Tabel
vii
BAB I
PENDAHULUAN
I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 jelas
mengamanatkan cita-cita kemerdekaan untuk menjadi bangsa maju yang sejahtera,
cerdas, tertib dan berkarakter, damai abadi serta berkeadilan sosial. Dalam
menyongsong 100 (seratus) tahun kemerdekaannya, Indonesia tetap memiliki cita-cita
seperti yang ditegaskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dan akan mewujudkan cita-cita itu melalui Visi Indonesia 2045
yaitu Indonesia Maju. Penguatan proses transformasi ekonomi dalam rangka mencapai
tujuan pembangunan tahun 2045 menjadi fokus utama dalam rangka pencapaian
infrastruktur, kualitas sumber daya manusia (SDM), layanan publik, serta kesejahteraan
rakyat yang lebih baik.
Kemampuan suatu bangsa untuk berkompetisi di tengah globalisasi dan inovasi
teknologi yang tanpa henti tergantung pada kualitas SDM. Dengan pembangunan SDM
yang berpadanan dengan kemajuan iptek dan perkembangan dunia global, Indonesia
akan siap menyongsong cita-cita kemerdekaan sebagai bangsa berkarakter dan cerdas,
yang mampu bersaing dan bahkan berdiri sama tinggi dengan bangsa-bangsa maju
lainnya di dunia.
Pembangunan SDM yang menjadi kewenangan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan akan memperhitungkan tren global terkait kemajuan pesat teknologi,
pergeseran sosio-kultural, perubahan lingkungan hidup, dan perbedaan dunia kerja masa
depan dalam bidang pendidikan pada setiap tingkatan dan bidang kebudayaan.
Pertama, kemajuan teknologi yang mendorong Revolusi Industri 4.0 bersama
dengan terobosan-terobosan yang menyertainya mempengaruhi segala sektor
kehidupan. Di seluruh dunia dan di segala industri, diterapkan otomatisasi, kecerdasan
buatan, big data, 3D printing dan lain sebagainya. Keterhubungan antar manusia juga
semakin meningkat, difasilitasi oleh teknologi, seperti konektivitas 5G yang
memungkinkan munculnya kendaraan otonom (autonomous vehicle), dan delivery
drone.
Kedua, secara sosio-kultural, terjadi pergeseran demografi dan profil sosio ekonomi
populasi dunia. Semakin banyak orang yang harapan hidupnya lebih panjang dan oleh
karenanya dapat bekerja semakin lama. Negara-negara berkembang akan mengalami
peningkatan migrasi, urbanisasi, keragaman budaya, dan jumlah kelas menengah.
Tenaga kerja akan memiliki fleksibilitas dan mobilitas yang semakin tinggi, sehingga
mengaburkan batasan antara pekerjaan dan kehidupan sehari-hari. Konsumen akan
semakin peduli akan persoalan etika, privasi, dan kesehatan.
Ketiga, pada bidang lingkungan hidup, kebutuhan akan energi dan air akan terus
naik, sedangkan sumber daya alam akan menipis dalam 20 (dua puluh) tahun ke depan.
Penggunaan energi alternatif atau energi bersih akan meningkat untuk melawan dampak
dari perubahan iklim dan polusi. Upaya yang dikerahkan untuk mempertahankan
1
keberlanjutan lingkungan hidup dan mengatasi berbagai permasalahan lingkungan juga
akan semakin besar.
Keempat, dunia kerja masa depan akan sangat berbeda dari keadaan sekarang.
Ketiga perubahan besar yang telah disebutkan sebelumnya membentuk dunia kerja yang
berbeda dalam hal struktur, teknologi, dan konsep aktualisasi diri. Struktur pekerjaan
akan semakin bersifat fleksibel, tak mengenal batas geografis dan tak terikat akan
mengakibatkan pekerja tidak akan terikat pada satu institusi saja sepanjang kariernya.
Pekerja lepas dan sementara (freelance dan temporary) akan bertumbuh pesat. Pekerja
dari berbagai usia dapat bekerja bersama karena harapan hidup makin panjang, sehingga
menuntut penghargaan atas keragaman latar belakang. Teknologi mempermudah
pekerjaan sehari-hari, namun juga menuntut penguasaan keterampilan dan pengetahuan
baru. Tenaga kerja masa depan juga lebih mampu mengendalikan arah kariernya dan
mencari kepuasan pribadi dalam pekerjaannya.
2
Gambar 2 Profil Merdeka Belajar
3
Sebagai amanat UUD 1945, maka Presiden bersama dengan Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) menetapkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas) untuk dijadikan pedoman dalam rangka pembaharuan
sistem pendidikan nasional. Di dalam undang-undang ini menjelaskan peran
pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam memajukan pembangunan
pendidikan serta mempertegas pengalokasian anggaran untuk pendidikan sebesar
minimal 20 % dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan minimal 20
% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Dari table diatas menunjukkan sebagian besar ruang kelas di sekolah Indonesia
berada dalam keadaan rusak. Di jenjang SD hanya 11.498 sekolah yang ruang kelasnya
semuanya dalam keadaan baik. Secara total hanya ada 21.294 sekolah atau 9,68 % dari
seluruh sekolah di semua jenjang yang ruang kelasnya dalam kondisi baik, dan 124.534
sekolah atau 56,62% ruang kelasnya dalam kondisi rusak ringan. Sisanya 33,7 %
sekolah ruang kelasnya dalam kondisi rusak sedang sampai rusak total.
Selain itu, Indonesia juga mengalami kekurangan fasilitas laboratorium dan
perpustakaan. Tabel dibawah ini menggambarkan ketersediaan perpustakaan dan
laboratorium di sekolah.
5
Tabel 2 Kondisi Perpustakaan Sekolah Berdasarkan Dapodik
Dalam Tabel di atas terlihat hanya 25.426 sekolah atau 11,56 % mempunyai
perpustakaan dalam kondisi baik. Selain itu, laboratorium IPA sebagai sarana
pendukung pembelajaran berbagai mata pelajaran, seperti sains, juga kurang memadai
dan kekurangan laboratorium tersebut mencapai 79,43% (tujuh puluh Sembilan koma
empat tiga persen) secara nasional. Dengan demikian ke depan diperlukan pemenuhan
fasilitas primer pembelajaran, yakni perpustakaan dan laboratorium.
Di samping itu, lebih dari 40% (empat puluh persen) sekolah tidak memiliki akses
internet, terutama pada jenjang SD. Angka penetrasi internet di sekolah paling rendah
di wilayah Papua dan Maluku - tidak sampai seperempat dari total sekolah di wilayah
ini memiliki akses internet (Survei Potensi Desa [Podes], 2018).
Dari segi tata kelola, otonomi daerah yang memberikan wewenang bagi pemerintah
kota dan kabupaten untuk mengelola pendidikan dasar yang memerlukan konsultasi dan
kerja sama yang erat dengan Kemendikbud dalam memajukan mutu pendidikan di setiap
daerah.
Kemendikbud juga menyadari bahwa total pengeluaran pendidikan Indonesia
sebagaimana diukur dari persentase GDP yang masih rendah, walaupun anggaran
pemerintah untuk pendidikan sudah besar. Gambar dibawah ini memperlihatkan
perbandingan anggaran dan pengeluaran pendidikan Indonesia dengan negara anggota
OECD.
6
Gambar 5 Perbandingan Anggaran dan Pengeluaran Pendidikan Indonesia dengan Negara
Anggota OECD
1.2. Tujuan
Tujuan dari aksi perubahan ini adalah mengembangkan strategi dalam penuntasan
penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana pendidikan di seluruh sekolah di
Indonesia sebagai acuan dalam penyusunan perencanaan baik ditingkat pusat maupun
daerah agar sinergi sesuai dengan visi dan misi pembangunan Pendidikan tahun 2020-
2024. Tahapan dalam mencapai tujuan sebagai berikut:
1. Jangka panjang (1 tahun): Tersedianya aplikasi Rumah Data Sarana dan Prasarana
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah yang teritegrasi dengan Aplikasi
Dapodik, Krisna DAK, E-planning, dan Aplikasi PUPR
2. Jangka menengah (6 bulan): Tersedianya Aplikasi Rumah Data Sarana dan
Prasarana Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Tingkat Nasional & Peta
Jalan Penutasan Sarana dan Prasarana berbasis Data Rumah Data
3. Jangka pendek (2 bulan) : Tersusunnya Prototipe Rumah Data Sarana dan Prasarana
Sekolah
1.3. Manfaat
Adanya Rumah Data Sarana dan Prasarana Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Sebagai pedoman bagi para pemangku kepentingan dalam Perencanaan dan
Penganggaran Sarana dan Prasarana Pendidikan
2. Memudahkan sistem pelaporan bagi Pimpinan di Kemdikbud dan juga pihak
eksternal yang berkepentingan (Kemkeu, Kemdagri, Bappenas)
3. Sarana / alat bantu harmonisasi, sinkronisasi, komunikasi serta penyampaian
kebijakan diantara Ditjen Paud, Dikdas, dan Dikmen dengan pihak internal dan
eksternal
8
BAB II
PROFILE KINERJA PELAYANAN
9
pembangunan sekolah di daerahnya, misalnya melalui sekolah garis depan atau
sekolah berasrama;
11
b. melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data dan informasi di bidang
pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah,
Pendidikan khusus, pendidikan keaksaraan, dan pendidikan kesetaraan;
c. melaksanakan penyusunan dan penyajian data dan informasi di bidang
Pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah,
pendidikan khusus, pendidikan keaksaraan, dan pendidikan kesetaraan;
d. melaksanakan pengelolaan dan pengembangan sistem informasi manajemen di
bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah,
pendidikan khusus, pendidikan keaksaraan, dan pendidikan kesetaraan;
e. melaksanakan penyiapan bahan kebijakan di bidang pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan khusus, Pendidikan
keaksaraan, dan pendidikan kesetaraan;
f. melaksanakan penyusunan bahan koordinasi dan usul rencana, program,
kegiatan, sasaran, dan anggaran di bidang pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan khusus, pendidikan
keaksaraan, dan Pendidikan kesetaraan;
g. melaksanakan penyusunan rencana, program, kegiatan, sasaran, dan anggaran
di bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah,
pendidikan khusus, pendidikan keaksaraan, dan pendidikan kesetaraan;
h. melaksanakan penyesuaian dan revisi rencana, program, kegiatan, sasaran, dan
anggaran di bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,
pendidikanmenengah, pendidikan khusus, pendidikan keaksaraan, dan
pendidikan kesetaraan;
i. melaksanakan penyusunan satuan biaya kegiatan di lingkungan Direktorat
Jenderal;
j. melaksanakan penyusunan bahan manajemen risiko di lingkungan Direktorat
Jenderal;
k. melaksanakan penyiapan bahan koordinasi fasilitasi penjaminan mutu
Pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah,
pendidikan khusus, pendidikan keaksaraan, dan pendidikan kesetaraan;
l. melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan rencana, program,
kegiatan, sasaran, dan anggaran di bidang pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan khusus, pendidikan
keaksaraan, dan Pendidikan kesetaraan;
m. melaksanakan penyusunan laporan pelaksanaan rencana, program, kegiatan,
sasaran, dan anggaran di bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,
pendidikan menengah, pendidikan khusus, pendidikan keaksaraan, dan
Pendidikan kesetaraan;
n. melaksanakan verifikasi dan pengesahan dokumen pencairan anggaran di
lingkungan Direktorat Jenderal;
o. melaksanakan urusan pencairan anggaran Direktorat Jenderal;
p. melaksanakan penyiapan bahan koordinasi pembinaan satuan pendidikan
Indonesia di luar negeri;
q. melaksanakan penyiapan bahan koordinasi pengelolaan keuangan di
lingkungan Direktorat Jenderal;
12
r. melaksanakan urusan pembayaran belanja pegawai, belanja barang, belanja
modal, dan pembayaran belanja lainnya di lingkungan Direktorat Jenderal;
s. melaksanakan urusan penerimaan, penyimpanan, dan pembukuan serta
pertanggungjawaban keuangan di lingkungan Direktorat Jenderal;
t. melaksanakan administrasi penerimaan negara bukan pajak di lingkungan
Direktorat Jenderal;
u. melaksanakan urusan penyelesaian tuntutan perbendaharaan atau tuntutan
ganti kerugian di lingkungan Direktorat Jenderal;
v. melaksanakan penyusunan bahan tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan
pelaksanaan anggaran Direktorat Jenderal
w. melaksanakan penyiapan bahan pembinaan dan usul pejabat perbendaharaan di
lingkungan Direktorat Jenderal;
x. melaksanakan penyusunan bahan koordinasi rencana kebutuhan dan
pengadaan barang milik negara di lingkungan Direktorat Jenderal;
y. melaksanakan penyusunan bahan koordinasi pengelolaan barang milik negara
di lingkungan Direktorat Jenderal;
z. melaksanakan urusan pengadaan barang dan jasa di lingkungan Direktorat
Jenderal;
aa. melaksanakan urusan penerimaan, penyimpanan, dan pendistribusian barang
milik negara di lingkungan Direktorat Jenderal;
bb. melaksanakan inventarisasi dan usul penghapusan barang milik negara di
lingkungan Direktorat Jenderal;
cc. melaksanakan penyiapan bahan koordinasi pencetakan dan pendistribusian
blangkoijazah sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah
atas, pendidikan kesetaraan pada sekolah dasar, sekolah menengah pertama,
sekolah menengah atas, dan pendidikan khusus;
dd. melaksanakan pengelolaan sistem informasi manajemen akuntansi barang
milik negara di lingkungan Direktorat Jenderal;
ee. melaksanakan rekonsiliasi laporan keuangan dan barang milik negara di
lingkungan Direktorat Jenderal;
ff. melaksanakan penyusunan laporan keuangan dan barang milik negara di
lingkungan Direktorat Jenderal;
gg. melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan akuntansi dan pelaporan
keuangan dan barang milik negara di lingkungan Direktorat Jenderal;
hh. melaksanakan penyiapan bahan pengendalian internal pelaksanaan keuangan
Direktorat Jenderal;
ii. melaksanakan penelaahan dan penyusunan bahan peraturan perundang-
undangan di bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan
menengah, pendidikan khusus, pendidikan keaksaraan, dan pendidikan
kesetaraan;
jj. melaksanakan penyusunan bahan telaahan dan fasilitasi advokasi hukum di
lingkungan Direktorat Jenderal;
kk. melaksanakan pendokumentasian dan penyebarluasan peraturan perundangan;
ll. melaksanakan analisis organisasi dan usul penyempurnaan organisasi di
lingkungan Direktorat Jenderal;
13
mm. melaksanakan analisis jabatan, analisis beban kerja, dan peta jabatan di
lingkungan Direktorat Jenderal;
nn. melaksanakan penyiapan bahan kompetensi jabatan di lingkungan Direktorat
Jenderal;
oo. melaksanakan penyusunan peta bisnis proses,sistem dan prosedur kerja, dan
standar pelayanan di lingkungan Direktorat Jenderal;
pp. melaksanakan pembinaan jabatan fungsional Widyaprada;
qq. melaksanakan penyusunan bahan usul pengadaan dan rencana pengembangan
pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal;
rr. melaksanakan urusan penerimaan, kepangkatan, dan urusan mutasi lainnya di
lingkungan Direktorat Jenderal;
ss. melaksanakan penyusunan bahan usul pengangkatan, penempatan,
pemindahan, pemensiunan, dan pemberhentian pegawai di lingkungan
Direktorat Jenderal;
tt. melaksanakan penyusunan bahan penilaian dan pertimbangan pengangkatan
dalam jabatan administrator, pengawas, pelaksana, dan fungsional di
lingkungan Direktorat Jenderal;
uu. melaksanakan administrasi penilaian dan penetapan angka kredit jabatan
fungsional di lingkungan Direktorat Jenderal;
vv. melaksanakan urusan disiplin, pembinaan, kesejahteraan, dan pemberian
penghargaan pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal;
ww. melaksanakan rekapitulasi dan penyusunan LHKPN dan LHKASN di
lingkungan Direktorat Jenderal;
xx. melaksanakan penyusunan data dan informasi kepegawaian dan administrasi
penilaian prestasi kerja/kinerja pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal;
yy. melaksanakan pemantauan dan evaluasidi bidang hukum, tata laksana, dan
kepegawaian Direktorat Jenderal;
zz. melaksanakan urusan persuratan dan kearsipan Direktorat Jenderal;
aaa. melaksanakan urusan keprotokolan, penerimaan tamu pimpinan, dan rapat
dinas serta usul peserta upacara Direktorat Jenderal;
bbb. melaksanakan urusan keamanan, ketertiban, kebersihan, dan keindahan di
lingkungan Direktorat Jenderal;
ccc. melaksanakan urusan administrasi perjalanan dinas pimpinan di lingkungan
Direktorat Jenderal;
ddd. melaksanakan pengelolaan wisma Direktorat Jenderal;
eee. melaksanakan pengaturan penggunaan peralatan kantor, kendaraan dinas,
gedung kantor, rumah jabatan, dan sarana prasarana lainnya di lingkungan
Direktorat Jenderal;
fff. melaksanakan urusan pemeliharaan dan perawatan peralatan kantor, kendaraan
dinas, gedung kantor, rumah jabatan, dan sarana prasarana lainnya di
lingkungan Direktorat Jenderal;
ggg. melaksanakan penyiapan bahan koordinasi kerja samadi bidang pendidikan
anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan khusus,
Pendidikan keaksaraan, dan pendidikan kesetaraan;
14
hhh. melaksanakan penyusunan bahan rekomendasi bagi peserta didik yang akan
belajar ke luar negeri dan bagi warga negara asing yang akan belajar pada
satuan Pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah;
iii. melaksanakan pemberian layanan legalisasi dokumen hasil belajar yang
dikeluarkan oleh satuan pendidikan kerja sama untuk keperluan belajar
dan/atau bekerja di luar negeri dan satuan pendidikan Indonesia di luar negeri
untuk keperluan belajar atau bekerja;
jjj. melaksanakan pemrosesan rekomendasi bebasbeamasuk dan pajak barang/alat
pendidikan dan barang penunjang/peraga bagi satuan pendidikan anak usia
dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah;
kkk. melaksanakan fasilitasi pelaksanaan penilaian dokumen hasil belajar yang
menggunakan sistem pendidikan asing jenjang pendidikan anak usia dini,
Pendidikan dasar, dan pendidikan menengah;
lll. melaksanakan penyusunan bahan penilaian mutasi peserta didik dari sekolah
di luar negeri ke sekolah Indonesia atau satuan pendidikan kerja sama jenjang
Pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah;
mmm. melaksanakan penyusunan bahan penetapan pemberian izin penyelenggaraan
dan usul penutupan satuan pendidikan kerja sama pada jenjang pendidikan
anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah;
nnn. melaksanakan penyiapan bahan koordinasi dan fasilitasi pembinaan kemitraan
satuan pendidikan dengan lembaga/institusi dalam dan luar negeri;
ooo. melaksanakan penyiapan bahan tata naskah dinas di lingkungan Direktorat
Jenderal;
ppp. melaksanakan penyusunan bahan publikasi dan hubungan masyarakat di
bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah,
Pendidikan khusus, pendidikan keaksaraan, dan pendidikan kesetaraan;
qqq. melaksanakan penyusunan bahan pemantauan dan evaluasi di bidang tata
usaha, rumah tangga, dan kerja sama di lingkungan Direktorat Jenderal;
rrr. melaksanakan penyiapan bahan koordinasi pembinaan satuan pendidikan
Indonesia di luar negeri;
sss. melaksanakan pemberian dukungan pelaksanaan tugas satuan pengawasan
intern di lingkungan Direktorat Jenderal;
ttt. melaksanakan penyimpanandanpemeliharaan dokumen; dan melaksanakan
penyusunan laporan Sekretariat Direktorat Jenderal dan konsep laporan
Direktorat Jenderal.
15
Pendidikan dan Kebudayaan, maka Struktur Organisasi Ditjen PAUD, Dikdas, dan
Dikmen adalah seperti berikut ini:
16
2.5. Sakip Tahun 2019 dan 2020
Hasil penilaian sakip Ditjen Dikdasmen untuk tahun 2019 dan 2020 sebagai berikut:
Gambar 8 Hasil penilaian sakip Ditjen Dikdasmen untuk tahun 2019 dan 2020
17
BAB III
ANALISIS MASALAH PELAYANAN
Berdasarkan hasil analisa metode APKL sebagaimana Tabel 4, didapatkan hasil bahwa
prioritas pertama dalam masalah yang terdapat di Belum adanya peta kondisi
pemenuhan sarana dan prasarana
3.2. Fishbond
Selanjutnya terhadap masalah utama diidentifikasi penyebab masalahnya menggunakan
metode fishbone. Penyebab masalah diuraikan sebagai berikut:
• Metode yang digunakan “Prinsip Keadilan”. Sedkit yang diselesaikan tetapi
menjangkau banyak sasaran sehingga penyelesaian belum terlihat jelas
• Tidak ada rumusan atau indikator ketuntasan
• Aplikasi data sarana prasarana belum terintegrasi, setiap pemangku kepentingan
membuat aplikasi hanya berdasarkan kebutuhannya saja tidak mempertimbangan
menjadi satu rangkaian sistim dengan aplikasi pendataan yang lain
• Informasi pemenuhan sarana dan prasarana belum tersedia dengan lengkap
• Kesulitan dalam pengolahan data
18
• Data yang dikumpulkan tidak lengkap
19
BAB IV
STRATEGI PENYELESAIAN MASALAH
20
4.3. Rincian Kegiatan dan Waktu Pelaksanaan
21
e Finalisasi Model
4 Buku peta jalan di tingkat nasional
a Outline & Ruang Lingkup Peta Jalan
b Pengembangan Template Peta Jalan
c Pengolahan dan analisis Data
d Penyusunan Buku Peta Jalan Tingkat Nasional
e Penyusunan Buku Peta Jalan Tingkat wilayah
5 Aplikasi Peta jalan pemenuhan sarana
prasarana
a Desain konseptual,Desain Fungsional, dan
Desain Fisik
b Desain integrasi Model Simulasi Pemenuhan
sarana prasarana dengan Sistem Pendataan
c Pengembangan Aplikasi
d Uji Coba Aplikasi
Tabel 6 Jadwal Pelaksanaan
22
4.4. Hasil yang Diharapkan/Output
Mengembangkan strategi dalam penuntasan penyediaan dan peningkatan sarana
dan prasarana pendidikan di seluruh sekolah di Indonesia sebagai acuan dalam
penyusunan perencanaan baik ditingkat pusat maupun daerah agar sinergi sesuai dengan
visi dan misi pembangunan Pendidikan tahun 2020-2024
a. Jangka panjang (1 tahun): Tersedianya aplikasi Rumah Data Sarana dan Prasarana
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah yang teritegrasi dengan Aplikasi
Dapodik, Krisna DAK, E-planning, dan Aplikasi PUPR
b. Jangka menengah (6 bulan): Tersedianya Aplikasi Rumah Data Sarana dan
Prasarana Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dan Peta Jalan
Pemenuhan Sarpras Tingkat Nasional
c. Jangka pendek (2 bulan): Tersusunnya Prototipe Rumah Data Sarana dan
Prasarana Sekolah
24
Berdasarkan identifikasi stakeholder dilakukan pemetaan terkait tinggi
rendahnya kepentingan dan pengaruh Stakeholder terhadap aksi perubahan.
Setelah dilakukan identifikasi diperoleh hasil seperti gambar di atas, yaitu
dikelompokkan menjadi empat kuadran seperti pada gambar berikut ini :
a. Promotor
Pemangku kepentingan (stakeholder) dalam kategori ini yang memiliki
kepentingan tinggi dan pengaruh tinggi/besar terhadap aksi perubahan. Pada
tahap pelaksanaan aksi perubahan, project leader melakukan langkah-
langkah koordinasi dan membangun komunikasi sehingga diharapkan para
stakeholder tersebut mendukung aksi perubahan ini. Adapun yang masuk ke
dalam kuadran ini adalah Setditjen PAUD, Dikdasmen, Biro Perencanaan
Bappenas Kemenkeu.
b. Defender
Pemangku kepentingan (stakeholder) pada kuadran ini tergolong
memiliki kepentingan tinggi, tetapi pengaruh rendah. Kepentingan
Stakeholder ini tinggi karena masing-masing Stakeholder membutuhkan
informasi yang akurat mengenai aksi perubahan ini. Akan tetapi,
pengaruhnya rendah karena bagi aksi perubahan, stakeholder ini tidak bisa
memberikan persetujuan dan penolakan terhadap penyusunan atau
pengembangan aksi perubahan.
c. Latent
Pada kuadran ini diidentifikasi pemangku kepentingan (stakeholder)
kurang memiliki kepentingan terhadap aksi perubahan, tetapi memiliki
pengaruh yang besar terhadap aksi perubahan, dikarenakan pemangku
25
kepentingan tersebut membutuhkan data dan informasi terhadap program
dan kegiatan sarana dan prasara Pendidikan. Adapun yang masuk dalam
kuadran ini adalah Kemendagri Direktorat PAUD, SD, SMP, SMA, SMK,
PMPK, dan Pusdatin Pengembang Aplikasi
d. Aphatetics
Pada kuadran ini adalah pemangku kepentingan (stakeholder) yang
kurang memiliki pengaruh dan kurang juga memiliki kepentingan. Lembaga
swadaya masyarakat merupakan yang masuk dalam kuadran ini.
Gambar 11 Peran dan Urgensi Anggota Tim Dalam Pelaksanaan Aksi Perubahan
26
No Fungsi Uraian fungsi
3 Project leader 1. Melaksanakan kegiatan Aksi perubahan
Zimmy Zulkarnaen sesuai dengan tahapan-tahapan yang telah
Iman direncanakan.
2. Menggerakkan seluruh Tim Kerja demi
terlaksananya Aksi Perubahan.
3. Merumuskan solusi dalam menyelesaikan
hambatan yang timbul dalam pelaksanaan
aksi perubahan.
4. Melaksanakan koordinasi dan konsultasi
kepada stakeholder terkait.
5. Menyusun KAK pengembangan aplikasi
Rumah Data.
6. Mengkoordinasikan analisis
permasalahan, kebutuhan system, dan
pengembangan aplikasi Rumah Data.
7. Menyusun tim kerja dan jadwal kegiatan.
8. Memantau perkembangan pengembangan
aplikasi Rumah Data.
4 Tim Analisis Data Membantu Project Leader dalam
melaksanakan Aksi perubahan diantaranya:
1. Melakukan analisis data kondisi sarana
prasarana Pendidikan, kondisi
Pendidikan, model perhitungan
kebutuhan sarana prasarana, model
proyeksi penyediaan sarana prasarana,
dan model kondisi akses Pendidikan yang
meliputi jenjang Pendidikan dasar dan
Pendidikan menengah.
2. Membantu melaksanakan pemetaan
kondisi berdasarkan profil sekolah, profil
pendidikan, profil jenjang, dan profil
daerah.
3. Melakukan analisis kebutuhan pengguna
4. Menyusun kerangka system dan analisis
kebutuhan system,desain aplikasi, model
analisis data, dan integrasi data
5. Menyusun outline peta jalan dan analisis
template peta jalan (pemanfaatan rumah
data)
6. Memonitor pengembangan aplikasi
5 Tim Data dan Membantu Project Leader dalam
Informasi melaksanakan Aksi perubahan diantaranya:
1. Penyediaan data pokok sekolah, data
jumlah penduduk, dan kemampuan fiskal
daerah.
2. Melakukan analisis kebutuhan data
3. Menyusun desain alur data dan database
rumah data
27
No Fungsi Uraian fungsi
4. Mengembangkan model olahan data
sesuai kebutuhan informasi dalam rumah
data
5. Mengolah data sesuai dengan konsep
pengembangan kebutuhan Sarana
Prasarana
6 Tim Penyusun Buku Membantu Project Leader dalam
melaksanakan Aksi perubahan diantaranya:
1. Menyusun buku “Rumah Data Sarana dan
Prasarana Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah h”.
2. Menyusun outline peta jalan bersama
system analis
3. Menyusun draf peta jalan
4. Menyusun laporan pengembangan
Rumah Data Sarana dan Prasarana
Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah
7 Tim Manajemen Membantu Project Leader dalam
melaksanakan Aksi perubahan diantaranya:
1. Menyiapkan detail jadwal kerja.
2. Memonitor dan mengadministrasikan
kemajuan pekerjaaan.
3. Mengelola pelaksanaan kegiatan kegiatan
yang mendukung pengembangan rumah
data.
4. Menyiapkan fasilitasi kepada tim kerja
sesuai kebutuhan pengembangan system.
5. Mengkoordinir dokumentasi dan laporan
kegiatan.
8 Tim Pengembang Membantu Project Leader dalam membuat
Aplikasi rancang bangun aplikasi Aplikasi Rumah
Data Sarana dan Prasarana Pendidikan Dasar
dan Pendidikan Menengah h yang terdiri
dari:
1. Menyusun analisis kebutuhan fitur
aplikasi rumah data
2. Mengembangkan desain aplikasi
3. Mengembangkan aplikasi rumah data
4. Melakukan uji coba aplikasi
5. Desain konseptual, desain fungsional, dan
desain fisik
6. Desain integrasi model simulasi
pemenuhan sarana prasarana dengan
sistem pendataan
7. Pengembangan aplikasi
8. Pelaksanaan uji coba aplikasi
Tabel 9 Penjelasan Masing-Masing Fungsi
28
Tim efektif yang dibangun untuk melaksanakan aksi perubahan ini
dimaksudkan agar dalam mengelola sumber daya (SDM, dana dan Material)
pimpinan aksi dapat lebih efisien dan akuntabel. Setiap langkah dalam
pelaksanaan milestone yang telah direncanakan harus dapat
dipertanggungjawabkan penggunaan sumber daya manusia, dana serta
materialnya).
29
BAB V
PELAKSANAAN AKSI PERUBAHAN
30
Seorang pemimpin yang jujur dan berintegritas akan mampu untuk mempengaruhi
lingkungannya, untuk juga bersikap jujur dan berintegritas. Orang tidak akan percaya
pada apa yang dikatakan oleh seorang pemimpin yang tidak jujur.
Maria Razumich-Zec mengatakan bahwa reputasi dan integritas kita adalah segalanya.
Mengikuti bahwa apa yang kita katakan akan kita lakukan. Kredibilitas kita hanya dapat
dibangun dengan berjalannya waktu, dan kredibilitas tersebut dibangun dari sejarah dari
kata-kata dan tindakan kita. Berdasarkan kutipan ini, kita sekali lagi diperlihatkan
bagaimana pentingnya untuk selalu melakukan apa yang kita katakan secara konsisten
dan terus menerus. Dengan demikian sejalan dengan perjalanan waktu kredibilitas kita
akan terbangun. Orang akan mengenali kita sebagai sosok yang jujur dan berintegritas.
Menurut Peter Scotese, integritas bukanlah 90 persen berintegritas, bukan juga 95
persen berintegritas, tapi adalah antara kita memiliki integritas atau tidak. Jadi integritas
tidak dapat dibangun dengan setengah-setengah. Harus totalitas atau sepenuhnya. Hal
ini hanya dapat dicapai apabila kita selalu konsisten dan secara terus menerus untuk
bersikap jujur dengan selalu melakukan apa-apa yang kita katakan. Dengan bertindak
demikian maka kita akan menjadi orang yang dipercaya dan hasilnya kredibilitas kita
akan terbangun di mata orang lain. Hal ini tentu saja akan mampu menjadikan kita
menjadi orang yang efektif dalam menjalankan tugas sehari-hari.
Dalam bekerja, sikap jujur dapat ditunjukkan antara lain dengan menyajikan fakta dan
data apa adanya, tidak merekayasa. Mau mengakui kesalahan apabila kita berbuat salah,
dan tidak menyalahkan orang lain atas kesalahan yang kita berbuat, serta tidak membuat
laporan yang bersifat asal bapak senang (ABS).
Selain menjaga kejujuran, dalam bekerja juga kita harus melakukannya dengan tulus.
Sikap tulus ini dapat dibangun apabila dalam bekerja kita juga selalu menggunakan hati.
Bekerja dengan cara inside-out. Bekerja bukan sekedar aktifitas fisik namun harus juga
disertai dengan keinginan dari dalam diri kita sendiri untuk bekerja.
Dengan demikian dalam bekerja kita tidak akan bersikap asal selesai tanpa
memperhatikan kualitas dan kesempurnaan. Kita tidak akan berhenti mengerjakan
sesuatu apabila hasil yang dicapai belum sempurna. Dengan selalu bersikap jujur dan
tulus secara konsisten dan terus menerus, maka dengan berjalannya waktu kita akan
menjadi orang dapat dipercaya oleh orang lain. Merupakan suatu pencapaian yang
tinggi apabila kita mampu untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain bahwa kita
adalah orang yang dapat dipercaya.
Dalam pelaksanaan penyusunan rumah data sarana prasarana pendidikan dasar dan
pendidikan menengah, maka integritas sangat diperlukan karena dengan perencanaan
yang terstruktur dengan data yang terpercaya maka integritas organisasi baik pemilik
program maupun pelaksana program dapat terjaga.
Berdasarkan hal di atas, maka integritas adalah sebuah pilar utama dalam organisasi
namun tidak serta merta ada di dalam organisasi. Pilar ini harus dibangun, ditegakkan
dan dilaksanakan secara konsisten. Pemimpin harus dapat menunjukkan integritas
sehingga menimbulkan kepercayaan dari personal organisasi untuk dapat sejalan dalam
melakukan dan menghasilkan capaian terbaik dalam organisasi.
31
5.1.2. Pengelolaan Budaya Pelayanan
Davis dan Gautam (2011) menyatakan bahwa budaya pelayanan merupakan sebuah
pola pikir pelayanan dalam organisasi yang berfokus pada produk dan pelayanan
yang kemudian mendefinisikan bagaimana organisasi belajar dan
mengembangkannya dari perspektif karyawan dan pelanggan. Dari konsep ini
dapat dipahami bahwa budaya pelayanan terkait dengan pola pikir (mindset), fokus
pelayanan, dan perspektif karyawan serta pelanggan.
Kemudian berdasarkan kajian liteartur yang cukup dalam dan komprehensif, Davis
dan Gautam (2011) mengembangkan model konseptual budaya pelayanan yang
terdiri dari berbagai dimensi yang satu sama lain saling berhubungan. Ada Sembilan
aspek penting yang membentuk konsep budaya pelayanan. Konsekuensi akhir dari
budaya pelayanan yaitu nilai pelayanan (service value) yang merupakan persepsi
pelanggan terhadap seberapa baik proses pelayanan dibandingkan dengan yang
mereka rasakan sebelumnya. Nilai pelayanan dipengaruhi oleh pengalaman pelayanan
(service encounters), sedangkan pengalaman pelayanan ditentukan oleh orientasi
pelayanan (service orientation) dan iklim pelayanan (service climate). Orientasi
pelayanan dipengaruhi oleh pelatihan pelayanan (service training) dan penghargaan
pelayanan (service reward). Sedangkan iklim pelayanan ditentukan oleh seberapa baik
penghargaan pelayanaan, kreasi bersama pelayanan (service co-creation), dan
transformasi pelayanan (service transformation). Budaya kerja adalah sebuah konsep
yang mengatur kepercayaan, proses berpikir, serta perilaku karyawan yang didasarkan
pada ideologi dan prinsip suatu organisasi. Konsep inilah yang mengatur bagaimana
setiap karyawan berinteraksi satu sama lain serta bagaimana suatu organisasi berfungsi.
Kajian Liden et al. (2014) mendefinisikan budaya pelayanan sebagai seberapa kuat
anggota organisasi dalam unit kerjanya merasa terikat dengan dengan perilaku
kepemimpinan yang melayani dan dioperasionalisasi sebagai laporan individual
karyawan yang diaggregasikan terhadap persepsi perilaku unit secara kolektif.
Budaya pelayanan dicirikan sebagai lingkungan kerja dimana anggota organisasi
membagi pemahaman bersama tentang norma dan harapan untuk memprioritaskan
kebutuhan orang lain dibandingkan dirinya sendiri dan menyediakan bantuan serta
dukungan untuk orang lain. Riset ini dilakukan pada oyek restoran dan hasilnya
menunjukkan bahwa budaya pelayanan berhubungan positif dengan kinerja
karyawan, kreativitas, perilaku pelayanan pelanggan, identifikasi karyawan terhadap
restoran, serta berhubungan negatif terhadap keinginan berpindah karyawan.
Budaya kerja organisasi dapat dibangun dengan adanya kepemimpinan yang juga
menerapkan budaya kerja tersebut. Budaya kerja berasal dari budaya pemimpinnya.
Untuk itu, dalam membangun budaya kerja maka pemimpin perlu memastikan dan
memposisikan dirinya sebagai acuan dalam mentransformasi budaya kerja bagi
karyawannya. Pemimpin menjadi contoh dalam penerapan budaya kerja, dan juga dapat
menjadi contoh dalam merubah budaya kerja yang kurang baik menjadi lebih baik.
Perubahan budaya kerja tidak terjadi dalam sekejap, namun perlu terus diupayakan oleh
pimpinan. Kecepatan perubahan budaya kerja ditentukan oleh kesiapan dari setiap
personal dalam organisasi dan pemahamannya tentang perlunya berubah untuk
mencapai sesuatu yang lebih baik. Karyawan perlu dimotivasi bahwa dengan
32
perubahan budaya kerja akan dihasilkan hal-hal baik dan utama baik bagi individu
maupun bagi organisasi.
Pemanfaatan Teknologi Informasi (TI) untuk mendukung berbagai kebutuhan dan
perkembangan organisasi dan individu tentu akan mendatangkan sesuatu yang positif.
Salah satu faktor utama yang berpengaruh pada kinerja organisasi adalah teknologi
informasi yang semakin lama semakin maju. Untuk mencapai hasil yang maksimal,
organisasi harus dapat memaksimalkan kinerja dalam segala aspek, tidak terkecuali
dalam pengadaaan teknologi informasi yang sudah terbukti jauh lebih efektif dalam
pengerjaanya (Dina Nurhayati,2008).
Budaya kerja dengan memanfaatkan teknologi informasi memang sudah seharusnya
dibangun karena pada saat ini teknologi informasi menawarkan kecepatan, murah,
relative mudah, dan dijangkau secara luas hingga ke lokasi yang jauh sekalipun.
Pengelolaan budaya kerja berbasis teknologi informasi perlu di kelola dengan
pendekatan yang agak berbeda dengan budaya kerja sebelumnya. Hal ini karena adanya
perubahan yang cepat dalam sistem komputerisasi, penyediaan data, dan interkoneksi
antar program yang dibangun. Sistem yang disiapkan oleh suatu unit kerja dalam
kerangka teknologi informasi akan terhubung pada sebuah sistem besar yang berjalan.
Jika tidak dikuti dengan pengkinian (update) sistem maka sistem yang dibangun oleh
organisasi menjadi tidak lagi memiliki banyak manfaat karena tidak terkoneksi pada
jaringan utama.
Senyampang dengan budaya kerja berbasis teknologi Rumah Data Sarana dan
Prasarana Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah merupakan sistem yang
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dengan berbasis web based dimana
pengguna dapat memanfaatkan komputer atau laptop sebagai alat untuk perekaman
data sampai dengan pemantauan terhadap hasil data yang berupa profile sarana
prasarana di satuan pendidikan, kebutuhan penyediaan sarana prasarana, kebutuhan
renovasi atau rehabilitasi sarana dan prasarana, dan juga rumah data dapat berperan
sebagai jembatan komunikasi diantara para pemangku kepentingan baik itu pihak
internal di Kemendikbud, Pemda Provinsi dan Kab/Kota, Kementerian Keuangan,
Bappenas, Kemdagri serta orang tua peserta didik.
Sistim rumah data sarana dan prasarana diintegrasikan dengan beberapa sistim yang
ada diantaranya Dapodik (data pokok pendidikan), e-planning DAK, e-monev PUPR,
MOLK (monitoring pelaksanaan keuangan), Krisna DAK, BOS Salur.
Terintegrasinya beberapa sumber data dapat memudahkan dalam pengolahan,
penyajian dan pengambilan keputusan serta adanya keterlibatan masyarakat didalam
mengawal peningkatan kualitas data sarana dan prasarana di satuan pendidikan.
33
memecahkan masalah. Tim kerja adalah kelompok formal yang terdiri dari
individu-individu terpisah dan bertanggung jawab atas tercapainya suatu sasaran.
Dengan demikian semua tim kerja adalah kelornpok, tetapi hanya kelompok-kelompok
formal yang menjadi tim kerja. Untuk mengembangkan tim agar efektif maka setiap
orang dalam tim harus mengetahui dan memahami dengan jelas tujuan dan harapannya,
peran khusus apa yang harus mereka lakukan, sekaligus memberi kesempatan para
anggota tim mencurahkan ide-ide untuk mencapai sasaran, bertanggungjawab atas hasil
tim tersebut. Dalam hal mengelola tim agar lebih efektif dapat digunakan pendekatan
keempat fungsi dasar manjemen; perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan dan
pengendalian.
5.1.4. Membangun Jejaring dan Kolaborasi
Jejaring kerja (kemitraan) atau sering disebut partnership, secara etimologis berasal dari
akar kata partner. Partner dapat diartikan pasangan, jodoh, sekutu atau kompanyon.
Sedangkan partnership diterjemahkan persekutuan atau perkongsian (LAN, 2014).
Dengan demikian, kemitraan dapat dimaknai sebagai suatu bentuk persekutuan antara
dua pihak atau lebih yang membentuk satu ikatan kerjasama di suatu bidang usaha
tertentu atau tujuan tertentu sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih baik.
Tujuan membangun jejaring kerja diantaranya adalah meningkatkan partisipasi pihak-
pihak terkait. Partisipasi ini juga harus didasarkan pada kesamaan suara atau ritme. Hal
ini dikarenakan, dengan adanya kesatuan suara atau ritme, akan memudahkan dalam
membangun jejaring. Selain itu perlu adanya berbagai prinsip-prinsip dasar untuk
membangun jejaring kerja.
Prinsip yang dapat dikembangkan diantaranya (LAN, 2014):
a. Kesamaan visi-misi:
Kemitraan hendaknya dibangun atas dasar kesamaan visi dan misi dan tujuan
organisasi. Kesamaan dalam visi dan misi menjadi motivasi dan perekat pola
kemitraan. Dua atau lebih lembaga dapat bersinergi untuk mencapai tujuan yang
sama.
b. Kepercayaan (trust)
Setelah ada kesamaan visi dan misi maka prinsip berikutnya yang tidak kalah
penting adalah adanya rasa saling percaya antar pihak yang bermitra. Oleh karena
itu kepercayaan adalah modal dasar membangun jejaring dan kemitraan. Untuk
dapat dipercaya maka komunikasi yang dibangun harus dilandasi itikad (niat) yang
baik dan menjunjung tinggi kejujuran.
c. Saling menguntungkan
Asas saling menguntungkan merupakan fondasi yang kuat dalam membangun
kemitraan. Jika dalam bermitra ada salah satu pihak yang merasa dirugikan, merasa
tidak mendapat manfaat lebih, maka akan menggangu keharmonisan dalam bekerja
sama. Antara pihak yang bermitra harus saling memberi kontribusi sesuai peran
masing-masing dan merasa diuntungkan.
d. Efisiensi dan efektivitas
Dengan mensinergikan beberapa sumber untuk mencapai tujuan yang sama
diharapkan mampu meningkatkan efisiensi waktu, biaya dan tanaga. Efisiensi
tersebut tentu saja tidak mengurangi kualitas proses dan hasil. Justru sebaliknya
34
dapat meningkatkan kualitas proses dan produk yang dicapai. Tingkat efektifitas
pencapaian tujuan menjadi lebih tinggi jika proses kerja kita melibatkan mitra kerja.
Dengan kemitraan dapat dicapai kesepakatankesepakatan dari pihak yang bermitra
tentang siapa melakukan apa sehingga pencapaian tujuan menjadi lebih efektif.
e. Komunikasi timbal balik
Komunikasi timbal balik atas dasar saling menghargai satu sama lain merupakan
fondamen dalam membangun kerjasama. Tanpa komunikasi timbal balik maka
akan terjadi dominasi satu terhadap yang lainnya yang dapat merusak hubungan
yang sudah dibangun.
f. Komitmen yang kuat
Jejaring Kerja sama akan terbangun dengan kuat dan permanen jika ada komitmen
satu sama lain terhadap kesepakatan-kesepakatan yang dibuat bersama.
Kolaborasi menurut Edward M marshal, PhD dalam bukunya Transforming The way
We Work: The Power of the Collaborative Work Place, ia mengatakan bahwa:
Kolaborasi adalah proses yang mendasar dari bentuk kerjasama yang melahirkan
kepercayaan, integritas dan terobosan melalui pencapaian konsensus, kepemilikan dan
keterpaduan pada semua aspek organisasi. (It is a principle-based process of working
together, which produces integrity, and breakthrough result by building true consensus,
ownership, and alignment in all aspects of the organization) (LAN, 2014).
Kolaborasi adalah pendekatan utama yang akan menggantikan pendekatan hirarki pada
prinsip-prinsip pengorganisasian untuk memimpin dan mengelola lingkungan kerja
pada abad 21. Pengembangan kolaborasi juga memiliki komponen yang melekat
didalamnya. Komponen ini akan memberikan sebuah perspektif pemahaman yang
terintegrasi sehingga proses kolaborasi bisa berjalan secara optimal.
Membangun jejaring kerja dan kolaborasi pada hakekatnya adalah sebuah proses
membangun komunikasi atau hubungan, berbagi ide, informasi dan sumber daya atas
dasar saling percaya (trust) dan saling menguntungkan diantara pihak-pihak yang
bermitra.
Dalam proses membangun jejaring dan kolaborasi maka diperlukan pola pikir
kolaboratif (a collaborative mindset) sebagai penuntun bahwa membangun jaringan dan
kolaborasi adalah sebuah pikiran maju dan cerdas serta akan menguntungkan
organisasi. Selain itu diperlukan pula saling menghargai dan tidak mementingkan diri
sendiri (selflessness) agar para mitra mendapatkan posisi yang sama dalam menunjang
sukses bersama. Diperlukan pula apa yang disebut sebagai pengutamaan tujuan yang
lebih tinggi (higher purpose) sehingga antar mitra memikirkan dan melakukan tindakan
untuk capaian yang lebih tinggi jika dibandingkan melakukan hal tersebut secara
sendiri-sendiri.
35
Berdasarkan analisis terhadap stakeholder (internal dan eksternal) yang terlibat dalam
aksi perubahan, maka hasilnya dapat dipetakan sebagai berikut:
8 Pengembang Melaksanakan
Aplikasi (+) pengembangan aplikasi
sesuai masukan dan
memfasilitasi uji coba
Tabel 10 Pemangku Kepentingan dan Peranannya
36
5.2. Deskripsi Hasil Pemimpinan
5.2.1. Capaian Terhadap Kinerja Organisasi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai koordinator sektor
Pendidikan bertugas merencanakan penuntasan berbagai macam
permasalahan di bidang Pendidikan baik mencakup akses Pendidikan, mutu
dan kualitas layanan Pendidikan dan memastikan adanya keadilan bagi seluruh
rakyat Indonesia untuk mendapatkan Pendidikan bermutu dan berkelanjutan
sepanjang hayat. Sesuai dengan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal
Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah
peran unit eselon 1 ini adalah mengawal pengembangan kebijakan,
melaksanakan penjaminan mutu pendidikan, fasilitasi serta melakukan
supervise dan evaluasi pelaksanaan pembangunan Pendidikan khususnya
dalam mengawal kebijakan peserta didik, sarana prasarana, dan tata kelola di
bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah,
pendidikan khusus, pendidikan keaksaraan, dan pendidikan kesetaraan.
Pengembangan Aksi perubahan ini diharapkan akan dapat berkontribusi
dalam mengakselerasi pencapaian peran di atas khususnya dalam memastikan
tersedianya sarana dan prasarana Pendidikan yang memastikan kondisi berikut:
1. Tidak ada anak yang tidak bersekolah dikarenakan tidak adanya sekolah
yang dapat dijangkau dengan mudah
2. Tidak ada sekolah yang layanan penyelenggaraaan pendidikannya tidak
bermutu akibat tidak ada atau minimnya sarana dan prasarana Pendidikan
3. Tidak ada anak yang tidak bersekolah karena miskin, cacat, atau berada di
daerah pedalaman.
Dalam tabel 10 ini akan dijelaskan mengenai capaian dalam perbaikan
organisasi berkat adanya aksi perubahan yang dilakukan, dan manfaat dari aksi
perubahan itu sendiri.
37
Model perhitungan Dampak
Kebutuhan pemenuhan 1. Tim efektif terbentuk, tugas,
sarana prasarana (sasaran wewenang dan tanggung
dan anggaran) jawab menjadi lebih jelkas
1. Penyusunan kerangka dan tegas
Pikir 2. Adanya tanggung jawab dari
2. Pengumpulan Data setiap anggota tim
3. Komunikasi menjadi lebih
efektif
39
5. 13 November 1. Kesepatan bahwa level
2020 wilayah paling kecil adalah
level kabupaten/kota
2. Menu verifikasi validasi
memiliki kendala dimana
pengakuan sekolah yang terus
berubah namun belum bisa
dipastikan kebenarannya
3. Uji coba aplikasi
6. 20 November 1. Pengembangan aplikasi yang
2020 tidak hanya terbatas pada
sarana prasarana dan program
Kemendikbud
2. Uji coba aplikasi
Dampak:
1. Perubahan pola pikir digital,
terstruktur dan integratif
2. Peningkatan komunikasi
efektif, penguasaan materi
teknis,
7. 22 November Aplikasi Peta jalan 1. Produk dari aplikasi adalah
2020 pemenuhan sarana prasarana buku peta jalan untuk seluruh
1. Desain integrasi Model provinsi
Simulasi Pemenuhan 2. Untuk output jangka pendek,
sarana prasarana dengan buku peta jalan akan
Sistem Pendataan difokuskan untuk provinsi
2. Pengembangan papua barat
Aplikasi 3. Modelling pengembangan
struktur menu aplikasi
4. Uji coba aplikasi
Dampak:
1. Perubahan pola pikir digital,
terstruktur dan integratif
2. Peningkatan komunikasi
efektif, penguasaan materi
teknis,
Tabel 11 Kegiatan yang dilaksanakan berserta dampak terhadap perubahan
organisasi
40
5.2.2. Manfaat Aksi Perubahan
Penilaian
1. Ketuntasan Kondisi sarana prasarana sesuai SNP
Indeks = ∑ jumlah sarana prasarana yang dengan kondisi rusak sedang dan berat
SARANA
PTK PEMBIAYAAN
Jumlah sarana prasarana di sekolah
PRASARANA
41
Sistem Pendataan
Memperkuat aplikasi system perencanaan Lain
pemenuhan sarana prasarana: Dapodik
1. Profil Sarana Prasarana sekolah
2. Peta ketuntasan kondisi dan
ketersediaan sarana prasarana
3. Analisis Kebutuhan pemenuhan sarana
prasarana Rumah Data
4. Penetapan ranking atau prioritas
Sarana Prasarana Pendidikan
sekolah yang dituntaskan
5. Perencanaan dan realisasi pemenuhan
sarana prasarana rusak sedang dan
berat
6. Pemanfaatan BOS untuk perawatan
sarana prasarana (rusak ringan) Anggaran
Pusat
KRISNA - DAK
Kawal
Sekolahmu
Rumah Data
Verval berbasis
Profil sekolah Kondisi Sekolah Verval Sekolah
Masyarakat Masyarakat
Kebutuhan
Bantuan Pusat
Sekolah
Perencanaan dan Perencanaan dan Monitoring Bantuan Analisis Kebutuhan
Realisasi BOS Realisasi DAK Fisik Pemerintah Pusat Sekolah
KRISNA - DAK
42
SDN 01 Indikator Ketersediaan Indikator Kondisi
Desa satu, Kec. Dua
No Indikator Nilai No Indikator Nilai
Kab. Tiga, Prov Empat
1 Rasio RK dengan Rombel 1 Ruang Kelas
2 Ketersediaan Lab. Komp 2 Lab. Komputer
3 Ketersediaan perpus 3 Perpustakaan
4 Ketersediaan WC 4 WC
5 Ketersediaan Ruang Pimpinan 5 Ruang Pimpinan
6 Ketersediaan Ruang Guru 6 Ruang Guru
Jumlah Peserta Didik:
300 orang 7 Ketersediaan R. UKS 7 R. UKS
Jumlah Pendidik:
15 orang Lengkap Kurang Tidak Tersedia Baik Rusak Sedang
Rusak Ringan Rusak Berat
Penilaian
Dapodik
KRISNA - DAK
Indikator Ketersediaan
No Indikator Nilai
1 Rasio RK dengan Rombel
2 Ketersediaan Lab. Komp
Usulan Daerah
memastikan sekolah 3 Ketersediaan perpus
TUNTAS memiliki sarana 4 Ketersediaan WC
sesuai dengan Standar 5 Ketersediaan Ruang Pimpinan
Nasional Pendidikan 6 Ketersediaan Ruang Guru
7 Ketersediaan R. UKS
Lengkap Kurang Tidak Tersedia
43
Alumni
Kawal Sekolahmu
45
Gambar 21 Metode Kerja Pengembangan Aplikasi Rumah Data
46
Sarana 2. Penguatan
Prasarana Pembelajaran Berbasis
Digital dan Literasi
Digital Anak
3. Penyediaan
Berkeadilan Daerah-
daerah Khusus dan
Anak-anak
Berkebutuhan Khusus
2 Pengembangan1. Menu Rumah Data: 1. Perluasan ruang
Aplikasi 1. Profil Sekolah lingkup rumah data: 1)
Rumah Data 2. Portfolio Sarana sarana prasarana akses,
Prasarana 2) digitalisasi, dan 3)
3. Analisis Kebutuhan pemenuhan sarana
4. Verval Data prasarana yang
5. Bantah berkeadilan
6. Jenjang Pendidikan 2. Uji coba penggunaan
Dasar dan Menengah aplikasi
3. Menu Kawal
SekolahMu
3 Pengembangan Peta jalan pemenuhan Peta jalan nasional dan
Peta Jalan sarana prasarana sesuai SNP seluruh provinsi :
Sarana di Provinsi Papua Barat 1. Pemenuhan sarana
Prasarana prasarana sesuai SNP
2. Penuntasan Akses
Pendidikan Untuk
Semua
3. Penguatan
Pembelajaran Berbasis
Digital dan Literasi
Digital Anak
4. Penyediaan
Berkeadilan Daerah-
daerah Khusus dan
Anak-anak
Berkebutuhan Khusus
Tabel 12 Capaian jangka pendek, rencana tindaklanjut jangka menengah dan jangka panjang
47
BAB VI
PENUTUP
VI. Penutup
Aksi perubahan ini baru merupakan langkah awal dari perbaikan berkelanjutan yang harus
terus digulirkan, karena itu semangat dalam melaksanakan perubahan untuk menjadi lebih baik
harus tetap dijaga dan terus perbaharui.
Hasil dari aksi perubahan dengan waktu yang terbatas ini akan dijadikan titik awal bagi
pengembangan Rumah Data Sarana dan Prasarana Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
yang akan petunjuk utama dalam perencanaan dan penganggaran sarana dan prasarana di masa
yang akan datang, dengan adanya Rumah Data Sarana dan Prasarana Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah diharapkan kualitas perencanaan dan penganggaran serta ketuntasan
penyediaan dan perbaikan sarana prasarana menjadi suatu hal yang secara bertahap dapat
diselesaikan.
48
Daftar Pustaka
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 46 Tahun 2019 tentang Rincian Tugas
Unit Kerja di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik
(SPBE).
I Gede KT. Tjahyadi Putra Budhi (2018) Pengaruh Teknologi Informasi Terhadap Budaya
Organisasi Dan Kinerja Karyawan Di Stmik Stikom Bali, JURNAL MEDIA
APLIKOM ISSN : 2086 - 972X Vol 10. No. 2 Desember 2018
Robiansyah (2017) Budaya Pelayanan: Konsep Dan Pengukuran Forum Ekonomi: Jurnal
Ekonomi, Manajemen, dan Akuntansi, Vol 19, No. 2. Juli 2017
Ladiatno Samsara (2016) Jejaring kerja dan Kolaborasi Pembangunan Antar Desa: Sebuah
Terobosan untuk menciptakan pembangunan kawasan Perdesaan yang Terintegrasi,
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 1. Januari-Juni 2016
Rachmat Soegiharto (2014) Membangun Integritas Widyaiswara, Jurnal Lingkar Widyaiswara
Edisi 1 No. 4, Oktober – Desember 2014, p.92-103
49
Lampiran
Lampiran 1 : Paparan Rumah Data Sarana dan Prasarana Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah
Lampiran 2 : Buku Peta Jalan Penuntasan Sarana dan Prasarana Pendidikan Provinsi Papua
Barat Sesuai Standar Nasional Pendidikan (SNP)
Lampiran 3 : Surat Keputusan Tim Efektif
Lampiran 4 : Surat Undangan
Lampiran 5 : Notula
50