Anda di halaman 1dari 3

Pg hari adalah waktu semua orang sibuk untuk pergi sekolah dan bekerja.

Namun berbeda denganku


yang masih duduk santai sambil menonton tv. Hari ini jadwal kuliahku siang, sehingga aku bisa bersantai
terlebih dahulu. Saat sedang asik menonton TV, ada notifikasi dari grup jika ada penilangan di dekat
kampus. Namun aku tidak menanggapinya terlalu serius, karena aku berpikir jika penilangan hanya
dilakukan pada pagi hari saja.

Saat sudah siang, aku siap-siap dan bergegas menuju kampus. Saat dalam perjalanan menuju kampus,
aku melihat banyak keramaian di depan. Namun aku berpikir jika keramaian tersebut disebabkan karena
adanya kecelakaan. Karena penasaran, aku pun melajukan motor ke arah kerumunan tersebut. Betapa
terkejutnya aku, melihat sekumpulan polisi yang sedang menilang para pengendara kendaraan. Aku
yang merupakan pengendara bermotor tanpa SIM pun menjadi sangat panik. Ingin rasanya putar balik,
namun semua sudah terlambat.

Polisi datang ke arahku dan aku pun gugur karena takut. Tepat di depan wajahku, pak polisi bertanya
kepadaku "Selamat siang mba, boleh tunjukan STNK dan SIMnya?" Karena aku tidak memiliki SIM, maka
aku hanya mengeluarkan STNK saja. Polisi tersebut menilang dengan pelanggaran tidak memiliki SIM.
Kemudian STNK ditahan sementara dan bisa diambil saat membayar denda pelanggaran di kantor
kejaksaan. Selang satu minggu aku pergi ke pengadilan untuk membayar denda dan mengambil STNK.
Setelah selesai semua, aku bergegas pulang.

Saat ini aku berada di kelas 3 SMP, setiap hari kujalani bersama dengan ketiga sahabatku yaitu Aris,
Andri, dan Ana. Kita berempat sudah bersahabat sejak kecil.

Suatu saat kami menulis surat perjanjian persahabatan di sobekan kertas yang dimasukkan ke dalam
sebuah botol, kemudian botol tersebut dikubur di bawah pohon yang nantinya surat tersebut akan kami
buka saat kami menerima hasil ujian kelulusan.

Hari yang kami berempat tunggu akhirnya tiba, kami pun menerima hasil ujian dan hasilnya kita
berempat lulus semua.

Kami serentak langsung pergi berlari ke bawah pohon yang pernah kami datangi dan menggali tepat di
mana botol yang dahulu dikubur berada.
Kemudian, kami berempat membuka botol tersebut dan membaca tulisan yang dulu pernah kami tulis.
Kertas tersebut bertuliskan “Kami berjanji akan selalu bersama untuk selamanya.”

Keesokan hari, aris berencana untuk merayakan kelulusan kami berempat. Malamnya kami berempat
pergi bersama ke suatu tempat dan di situlah saat-saat yang tidak bisa aku lupakan karena aris
berencana untuk menyatakan perasannya kepadaku. Akhirnya aku dan anis berpacaran.

Begitu juga dengan Andri, dia pun berpacaran dengan Ana. Malam itu sungguh malam yang istimewa
untuk kami berempat. Kami pun bergegas untuk pulang.

Ketika perjalanan pulang, entah mengapa perasaanku tidak enak.

“Perasaanku ngga enak banget ya?” Ucapku penuh cemas.

“Udahlah ndi, santai aja, kita ngga bakalan kenapa-kenapa” jawab andri dengan santai.

Tidak lama setelah itu, hal yang dikhawatirkan Nindi terjadi.

“Arissss awasss! di depan ada juang!” Teriak Nindi.

“Aaaaaaaaaa!!!”

Bruuukkk. Mobil yang kami kendarai masuk ke dalam jurang. Aku tak kuasa menahan air mata yang
terus mengalir sampai aku tidak sadarkan diri.

Perlahan aku buka mataku sedikit demi sedikit dan aku melihat ibu berada di sampingku.
“Nindi.. kamu sudah sadar, Nak?” Tanya ibuku.

“Ibu.. aku di mana? Di mana Ana, Andri, dan Aris?” tanyaku.

“Kamu di rumah sakit Nak, kamu yang sabar ya, Andri dan aris tidak tertolong di lokasi kecelakaan”
Jawab ibu sambil menitikkan air mata.

Aku terdiam mendengar ucapan ibu dan air mataku menetes, tangisku tiada henti mendengar
pernyataan ibu.

“Aris, mengapa kamu tinggalkan aku, padahal aku sayang banget ke kamu, aku cinta kamu, tapi kamu
ninggalin aku begitu cepat, semua pergi ninggalin aku.” batinku berkata.

Lantas, 2 hari berlalu dan aku berkunjung ke makam mereka, aku berharap kami bisa menghabiskan
waktu bersama sampai tua. Tetapi sekarang semua itu hanya angan-angan. Aku berjanji akan selalu
mengenang kalian

Anda mungkin juga menyukai