Jenis-Jenis Primer
3. Primer universal
Primer universal bersifat komplementer terhadap sekuens nukleotida yang sangat umum
dalam seperangkat molekul DNA dan vektor kloning tertentu. Dengan demikian, primer-primer
ini mampu mengikat berbagai macam templat DNA.
Contoh primer untuk mengamplifikasi sekuen gen 16S rRNA (7F-149R), gen spesifik
pengidentifikasi spesies bakteri. Primer universal 16S rRNA merupakan suatu jenis RNA yang
digunakan untuk produksi protein. Gen 16S rRNA berupa polinukleotida besar yang berukuran
1500- 2000 pasangan basa dan merupakan bagian dari subunit kecil dari ribosom serta penting
dalam proses translasi. Teknik RNA ribosomal merupakan teknik yang paling sering digunakan
sebagai penanda molekuler. Sekuen gen 16S rRNA dapat digunakan untuk identifikasi bakteri
yang mengalami penyimpangan strain fenotip.
Primer spesifik gen adalah komponen PCR dan qPCR siap pakai yang memungkinkan
deteksi gen tertentu. Set oligonukleotida siap pakai ini biasanya berpasangan, termasuk primer
maju dan mundur. Dalam menghilangkan langkah merancang urutan primer secara manual untuk
gen yang menarik, primer ini dapat mempercepat eksperimen molekuler dalam ekspresi gen dan
dalam mendeteksi biomarker, mikroba, dan virus.
5. Primer degenerate
Degenerate primer dipergunakan apabila sekuen DNA template tidak diketahui dengan
pasti. Degenerate primer tidak spesifik, tapi sangat sensitif. Primer yang mengalami degenerasi
didefinisikan sebagai: “Campuran sekuens oligonukleotida di mana beberapa posisi mengandung
sejumlah basis yang memungkinkan, memberikan populasi primer dengan sekuens serupa yang
mencakup semua kemungkinan kombinasi nukleotida untuk sekuens protein tertentu”.
Sebagai contoh:
ATCGTT [GC] AAGT [AGC] ATC
mengacu pada serangkaian primer di mana nukleotida ketujuh dan kedua belas mengalami
degenerasi. Jumlah degenerasi ditentukan oleh jumlah kombinasi primer yang berbeda dalam
campuran. Contoh di atas memiliki nilai degenerasi enam.
Berikut contoh Degenerate primer :
Hal Yang Perlu Dihindari Dalam Desing Primer
Primer Melting Temperature (Tm) adalah suhu yang diperlukan oleh primer PCR untuk
mengalami disosiasi / lepas ikatan. Idealnya, Tm berkisar antara 52-58 oC. Primer PCR dengan
Tm yang terlalu tinggi akan mengurangi efektifitas anealing sehingga proses amplifikasi DNA
kurang berjalan baik. Sedangkan Tm yang terlalu rendah menyebabkan primer menempel
ditempat lain sehingga menghasilkan produk yang tidak spesifik. Terdapat beberapa rumus yang
dipakai untuk menentukan Tm suatu primer, salah satunya adalah Rumus Wallace. Rumus
Wallace merupakan rumus yang sering dipakai karena perhitungannya cukup mudah.
Primer Annealing Temperature (Ta) merupakan suhu ideal agar primer dapat berkaitan
dengan DNA template dengan stabil. Suhu annealing yang terlalu tinggi akan menyulitkan
terjadinya ikatan primer PCR sehingga menghasilkan produk PCR yang kurang efisien.
Sebaliknya, suhu anneling yang terlalu rendah menyebabkan terjadinya penempelan primer pada
DNA di tempat yang tidak spesifik.
Keterangan :
Ta : Primer Annealing Temperatur
Tm (primer) : Tm primer PCR
Tm (produk) : Tm hasil PCR
Jumlah basa GC merupakan banyak basa Guanin (G) dan Sitosin (C) yang terdapat dalam
suatu primer PCR. Jumlah basa ideal dalam suatu primer adalah 40%-60%. Primer PCR dengan
jumlah GC yang rendah dapat menurunkan efisiensi proses PCR yang disebabkan karena primer
PCR tidak mampu berkompetisi untuk menempel secara efektif pada DNA template.
GC clamp adalah jumlah basa Guanin (G) dan Sitosin (C) yang terdapat pada 5 basa
terakhir (3’). GC clamp yang bagus adalah sekitar 3 basa G atau C. Keberadaan basa G dan C
pada ujung 3’ sangat membantu terjadinya stabilitas ikatan antara primer PCR dengan DNA
template.
f. Secondary Structures dalam primer PCR
1. Haiprin
Hairpin adalah struktur yang dibentuk oleh basis pasangan asam polynucleic antara
urutan komplementer untai tunggal baik DNA maupun RNA. Terbentuknya struktur
loop/hairpin pada primer sebaiknya dihindari, namun sangat sulit untuk memperoleh primer
tanpa memiliki struktur haripin. Hairpin pada ujung 3' dengan ΔG (energi yang dipelukan
untuk memecah struktur hairpin) = -2 kcal/mol dan hairpin internal dengan ΔG = -3 kcal/mol
masih dapat ditoleransi. Kedua primer sebaiknya tidak memiliki basa nukleotida T pada ujung
3’-nya karena dapat menyebabkan mismatch/ketidakcocokan. Banyaknya mismatch pada
ujung 3’-primer juga dapat menyebabkan hairpin.
Chamoisinstitute.org(13 Januari 2020).Perbedaan Antara Primer Acak dan Oligo dT.Diakses pada
15 Oktober 2022.https://chamoisinstitute.org/difference-between-random-primers-and-oligo-dt