Anda di halaman 1dari 5

Perbandingan PP 24 Tahun 2011 tentang BAPEK dengan PP 79 Tahun 2021 tentang BPASN.

No
Indikator PP 24 Tahun 2011 tentang BAPEK PP 79 Tahun 2021 tentang BPASN
.
1. PNS terdiri dari PNS Pusat dan Daerah. Tidak terdapat 1. Pegawai ASN terdiri dari PNS dan PPPK. (Pasal 1 angka
pembahasan mengenai PPPK. (Pasal 1 angka 1) 10)
2. Banding administratif adalah upaya administratif yang 2. Upaya administratif adalah proses penyelesaian
dapat ditempuh PNS yang tidak puas terhadap hukuman sengketa yang ditempuh oleh Pegawai ASN yang tidak
disiplin berupa PDHTAPS/PTDH yang dijatuhkan oleh puas terhadap Keputusan PPK/Keputusan Pejabat.
1. Definisi Pejabat yang Berwenang menghukum. (Pasal 1 angka 6) (Pasal 1 angka 4)
3. Pejabat yang Berwenang menghukum adalah pejabat 3. Keputusan PPK adalah keputusan yang dikeluarkan oleh
yang diberi kewenangan menjatuhkan hukuman disiplin PPK yang bersifat konkret, individual, dan final.
bagi PNS. (Pasal 1 angka 5) Keputusan Pejabat adalah keputusan yang dikeluarkan
oleh pejabat yang bersifat konkret, individual, dan
final. (Pasal 1 angka 1 dan 2)
1. BAPEK terdiri atas Seorang Ketua merangkap Anggota, 1. BPASN berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
seorang Sekretaris merangkap Anggota, dan 5 (lima) kepada Presiden. (Pasal 21 ayat (2))
orang Anggota. (Pasal 4 ayat (1)) 2. Keanggotaan BPASN terdiri atas unsur:
2. Susunan keanggotaan BAPEK: a. KemenPan RB;
a. Menteri selaku Ketua merangkap Anggota; b. BKN;
b. Kepala BKN selaku Sekretaris merangkap Anggota; c. Sekretariat Kabinet;
c. Sekretaris Kabinet selaku Anggota; d. KemenkumHAM;
d. Kepala BIN selaku Anggota; e. BIN;
e. Jaksa Agung Muda yang membidangi urusan f. Kejaksaan RI;
Susunan dan keperdataan dan TUN, Kejaksaan Agung selaku g. Korps Profesi Pegawai ASN (KORPRI). (Pasal 24 ayat
2. Kedudukan Anggota; (1))
BAPEK/BPASN f. Dirjen yang membidangi urusan PUU. Kementerian 3. Susunan keanggotaan BPASN:
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di a. Ketua (Menteri); (Pasal 24 ayat (3))
bidang hukum dan HAM selaku Anggota; dan b. Wakil Ketua (Kepala BKN); (Pasal 24 ayat (4)) dan
g. Ketua Dewan Pengurus Nasional Korps Pegawai c. Anggota: (Pasal 24 ayat (5))
Republik Indonesia selaku Anggota. (Pasal 4 ayat 1) Sekretaris Kabinet;
(2)) 2) Menkum HAM;
3. Sekretariat BAPEK, yang dipimpin oleh Sekretaris 3) Kepala BIN;
BAPEK, dibentuk dalam rangka membantu kelancaran 4) Jaksa Agung;
pelaksanaan tugas BAPEK. (Pasal 6 ayat (1)) 5) Kedua Dewan Pengurus Nasional KORPRI. (Pasal
24 ayat (2))
3. Tugas 1. Memberikan pertimbangan kepada Presiden atas usul 1. Menerima, memeriksa, dan mengambil keputusan atas
penjatuhan hukuman disiplin berupa pemindahan dalam Banding Administratif yang diajukan oleh Pegawai ASN
rangka Penurunan jabatan setingkat lebih rendah, karena tidak puas dengan Keputusan PPK (Pasal 22 ayat
Pembebasan dari jabatan, PDHTAPS, dan PTDH; (1)) berupa pemberhentian sebagai PNS, dan pemutusan
bagi PNS yang menduduki jabatan struktural eselon I hubungan perjanjian kerja sebagai PPPK. (Pasal 22 ayat
dan pejabat lain yang pengangkatan dan (2))
pemberhentiannya oleh Presiden. (Pasal 3 huruf a)
2. Memeriksa dan mengambil keputusan atas banding
administratif dari PNS yang dijatuhi hukuman disiplin
berupa PDHTAPS/PTDH sebagai PNS oleh PPK dan/atau
Gubernur selaku Wakil Pemerintah. (Pasal 3 huruf b)
2. PNS yang dijatuhi hukuman disiplin berupa 2. Pegawai ASN yang tidak puas terhadap Keputusan
PDHTAPS/PTDH oleh PPK/Gubernur selaku Wakil PPK/Pejabat dapat mengajukan Upaya Administratif.
Pemerintah dapat mengajukan banding kepada BAPEK. (Pasal 2 ayat (1))
(Pasal 7 ayat (1)) 3. Upaya Administratif terdiri dari Keberatan dan Banding
3. Banding administratif diajukan secara tertulis kepada Administratif. (Pasal 2 ayat (2))
BAPEK dan tembusannya disampaikan kepada a. Pegawai ASN dapat mengajukan Keberatan atas
Upaya PPK/Gubernur selaku Wakil Pemerintah yang memuat Keputusan PPK selain pemberhentian sebagai PNS
4.
Administratif alasan dan/atau bukti sanggahan. (Pasal 7 ayat (2)) atau selain pemutusan hubungan perjanjian kerja
sebagai PPPK, serta Keputusan Pejabat; (Pasal 3
ayat (1))
b. Pegawai ASN dapat mengajukan Banding
Administratif atas Keputusan PPK berupa
pemberhentian sebagai PNS, dan pemutusan
hubungan perjanjian kerja sebagai PPPK. (Pasal 10)
5. Tata Cara Proses 1. Banding Administratif diajukan paling lama 14 (empat Proses administratif dalam PP BPASN terdiri atas Tata Cara
Upaya belas) hari, terhitung sejak tanggal surat keputusan Penyelesaian Keberatan dan Banding Administratif.
Administratif hukuman disiplin diterima. (Pasal 7 ayat (3)) 1. Tata Cara Penyelesaian Keberatan
2. Banding administratif yang diajukan melebihi tenggang a. Keberatan diajukan secara tertulis kepada PPK
waktu tidak dapat diterima. (Pasal 4 ayat (4)) dengan memuat alasan Keberatan yang disertai
3. PPK/Gubernur selaku Wakil Pemerintah wajib data pendukung. (Pasal 4 ayat (1))
memberikan tanggapan dan/atau bukti pelanggaran b. Keberatan diajukan secara tertulis kepada atasan
disiplin paling lama 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak Pejabat dengan memuat alasan Keberatan disertai
tanggal diterimanya tembusan banding administratif. data pendukung dan tembusannya disampaikan
(Pasal 8 ayat (1)) kepada Pejabat (Pasal 7 ayat (1))
4. Apabila PPK/Gubernur selaku Wakil Pemerintah tidak c. Keberatan diajukan dalam jangka waktu paling
memberikan tanggapan, maka BAPEK mengambil lama 14 (empat belas) hari kerja terhitung mulai
keputusan terhadap banding administratif berdasarkan tanggal keputusan diterima oleh Pegawai ASN.
bukti yang ada. (Pasal 8 ayat (2)). (Pasal 4 dan Pasal 7 ayat (2))
5. BAPEK wajib memeriksa dan mengambil keputusan d. Dalam hal Keberatan yang diajukan melebihi jangka
dalam waktu paling lama 180 (seratus delapan puluh) waktu yang ditentukan, maka PPK/Pejabat
hari sejak diterimanya banding administratif. (Pasal 9 menetapkan surat penetapan tidak dapat diterima.
ayat (1)) (Pasal 4 ayat (4) dan Pasal 7 ayat (3))
6. BAPEK dalam mengambil keputusannya dilaksanakan e. PPK wajib mengambil keputusan atas Keberatan
melalui sidang BAPEK. (Pasal 9 ayat (2)) yang diajukan dalam jangka waktu 21 (dua puluh
satu) hari kerja terhitung mulai tanggal PPK
menerima Keberatan. (Pasal 5 ayat (1))
f. Atasan Pejabat wajib mengambil keputusan atas
Keberatan yang diajukan dalam jangka waktu 21
(dua puluh satu) hari kerja terhitung mulai atasan
Pejabat menerima Keberatan. (Pasal 8 ayat (4))
g. Pejabat harus memberikan tanggapan atas
Keberatan. (Pasal 8 ayat (1))
h. Tanggapan atas Keberatan wajib dibuat oleh
Pejabat berdasarkan data pendukung yang dimiliki
(Pasal 8 ayat (2)), dan disampaikan secara tertulis
kepada atasan Pejabat dalam jangka waktu 6
(enam) hari kerja terhitung mulai tanggal Pejabat
menerima tembusan Keberatan. (Pasal 8 ayat (3))
i. PPK dapat memanggil dan/atau meminta
keterangan dari ASN yang mengajukan Keberatan
dan/atau pihak lain, jika diperlukan. (Pasal 5 ayat
(2))
j. Atasan Pejabat dapat memanggil dan/atau
meminta keterangan dari Pejabat, Pegawai ASN
yang mengajukan Keberatan, dan/atau pihak lain,
jika diperlukan. (Pasal 8 ayat (6))
k. Apabila dalam jangka waktu lebih dari 21 (dua
puluh satu) hari kerja PPK tidak mengambil
keputusan, Pegawai ASN dapat mengajukan upaya
hukum kepada PTUN. (Pasal 5 ayat (3))
l. Dalam Pegawai ASN tidak puas terhadap keputusan
PPK, Pegawai ASN dapat mengajukan upaya hukum
kepada PTUN. (Pasal 6 ayat (3) dan Pasal 9 ayat
(3))
2. Tata cara Penyelesaian Banding Administratif
a. Banding Administratif diajukan secara tertulis
kepada BPASN dengan memuat alasan dan/atau
bukti sanggahan. (Pasal 11 ayat (1)) Tembusannya
disampaikan kepada PPK. (Pasal 11 ayat (2))
b. Banding Administratif diajukan dalam jangka waktu
paling lama 14 (empat belas) hari kerja terhitung
mulai tanggal Keputusan PPK diterima oleh Pegawai
ASN. (Pasal 11 ayat (3))
c. Dalam hal Banding Administratif yang diajukan
melebihi jangka waktu, dan/atau bukan merupakan
keputusan PPK yang dapat diajukan Banding
Administratif, maka BPASN menetapkan surat
penetapan tidak dapat diterima. (Pasal 12 ayat (1)
dan (2))
d. Surat Penetapan ditandatangani oleh Kepala
Sekretariat BPASN. (Pasal 12 ayat (3))
e. Dalam hal Banding Administratif yang diajukan
tidak melebihi jangka waktu dan merupakan
kewenangan BPASN, maka BPASN wajib melakukan
pemeriksaan terhadapnya. (Pasal 12 ayat (4))
f. PPK harus memberikan tanggapan atas Banding
Administratif yang diajukan paling lama 21 (dua
puluh satu) hari kerja terhitung mulai tanggal
diterimanya tembusan Banding Administratif. (Pasal
13 ayat (1)) Apabila tidak memberi tanggapan,
maka BPASN mengambil keputusan berdasarkan
bukti yang ada. (Pasal 13 ayat (2))
g. BPASN berwenang meminta keterangan dan/atau
data tambahan dari Pegawai ASN yang
bersangkutan, pejabat, dan/atau pihak lain. (Pasal
13 ayat (3))
h. BPASN wajib mengambil keputusan atas Banding
Administratif paling lama 65 (enam puluh lima) hari
kerja terhitung mulai tanggal diterimanya
permohonan Banding Administratif. (Pasal 13 ayat
(4)). Pengambilan keputusan dilaksanakan melalui
sidang BPASN. (Pasal 13 ayat (5))
i. Dalam hal Pegawai ASN tidak puas terhadap
keputusan BPASN, dapat mengajukan upaya hukum
kepada PTTUN. (Pasal 18)
6. Pelaksanaan Sidang 1. Sidang BAPEK dinyatakan sah apabila dihadiri oleh 1. Pra-sidang BPASN
BPASN Ketua, Sekretaris, dan paling sedikit 3 (tiga) orang a. Sidang BPASN didahului dengan pra-sidang BPASN.
Anggota. (Pasal 10 ayat (2)) (Pasal 14 ayat (1))
2. Sidang BAPEK dapat dilaksanakan 1 (satu) kali dalam b. Pra-sidang dipimpin oleh Wakil Ketua BPASN dan
setiap bulan. (Pasal 10 ayat (1)) dihadiri paling sedikit 3 (tiga) Anggota BPASN.
(Pasal 14 ayat (2)) Apabila ada anggota BPASN yang
berhalangan, maka Anggota BPASN dapat
menugaskan pejabat lain yang dapat memberikan
pertimbangan sesuai dengan tugas dan fungsi
masing-masing. (Pasal 14 ayat (3))
c. Wakil Ketua BPASN merumuskan saran putusan pra-
sidang untuk dibawa dalam sidang BPASN. (Pasal 14
ayat (4))
2. Sidang BPASN
a. Sidang BPASN dinyatakan sah jika dihadiri oleh
Ketua dan/atau Wakil Ketua serta paling sedikit
dihadiri oleh 3 (tiga) Anggota BPASN. (Pasal 15 ayat
(1)) Apabila Anggota BPASN berhalangan, maka
Anggota BPASN dapat memberikan kuasa kepada
pejabat di lingkungannya paling rendah menduduki
JPT Pratama (Pasal 15 ayat (2))
b. Sidang BPASN dapat dilaksanakan 1 (satu) kali
dalam setiap bulan. (Pasal 15 ayat (3))
1. Keputusan BAPEK dapat memperkuat, memperberat, 1. Keputusan PPK/Atasan Pejabat dapat
memperingan, atau membatalkan keputusan menguatkan/memperkuat, memperingan,
PPK/Gubernur selaku Wakil Pemerintah. (Pasal 11 ayat memperberat, mengubah, mencabut, atau
(3)) membatalkan keputusan yang diajukan Keberatan.
7. Jenis Keputusan
(Pasal 6 ayat (1) dan Pasal 9 ayat (1))
2. Keputusan BPASN dapat memperkuat, memperingan,
memperberat, mengubah, atau membatalkan keputusan
PPK. (Pasal 16 ayat (1))
1. Keputusan BAPEK diambil secara musyawarah untuk 1. Keputusan BPASN ditetapkan oleh Ketua (Pasal 16 ayat
mufakat (Pasal 11 ayat (1)) Apabila tidak tercapai (12) serta wajib dilaksanakan oleh semua pihak yang
diambil dengan suara terbanyak (Pasal 11 ayat (2)) terkait. (Pasal 16 ayat (3))
2. Keputusan BAPEK ditandatangani oleh Ketua dan 2. Keputusan BPASN berlaku sejak tanggal ditetapkan
Proses Penetapan Sekretaris (Pasal 11 ayat (4)) serta mengikat dan wajib (Pasal 16 ayat (4)) dan disampaikan kepada Pegawai
8. Keputusan dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait. (Pasal 11 ASN yang mengajukan permohonan Banding
BAPEK/BPASN ayat (5)) Administratif dan PPK. (Pasal 16 ayat (5))
3. Keputusan BAPEK disampaikan kepada PNS yang 3. PPK yang tidak melaksanakan keputusan BPASN dijatuhi
mengajukan banding administratif, PPK/Gubernur sanksi administratif. (Pasal 17)
selaku Wakil Pemerintah, dan Pejabat lain yang terkait.
(Pasal 11 ayat (6))

Anda mungkin juga menyukai