ANTARA
LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIB TOLITOLI
DENGAN
TENTANG
Nomor : W24.PAS.PAS.2-PK.01.01-1021
Pada hari ini …, tanggal ……… bulan … tahun Dua Ribu Dua Puluh Dua,
bertempat di Tolitoli, Provinsi Sulawesi Tengah, yang bertandatangan di bawah
ini:
I. MAKMUR, SH, Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Tolitoli,
beralamat di Jl. Dr. Sahardjo No. 06 Kelurahan Tambun Kecamatan
Baolan, Provinsi Sulawesi Tengah, dalam hal ini secara sah bertindak
untuk dan atas nama Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Tolitoli
selanjutnya disebut PIHAK KESATU.
(1) Dalam Perjanjian ini kecuali konteksnya menentukan lain, kata-kata dan
pengertian-pengertian berikut ini memiliki arti sebagai berikut:
a. Fasilitas Kesehatan, adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan
perorangan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitative
yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan/atau masyarakat.
b. Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut LAPAS, adalah
tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana.
c. Petugas Pemasyarakatan, adalah pejabat fungsional penegak hokum
yang melaksanakan tugas di bidang pembinaan, pengamanan, dan
pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan.
d. Warga Binaan Pemasyarakatan yang selanjutnya disingkat WBP,
adalah Narapidana dan Tahanan yang berada di LAPAS Kelas IIB
Tolitoli.
e. Narapidana, adalah terpidana yang menjalani pidana hilang
kemerdekaan di LAPAS.
f. Tahanan, adalah tersangka atau terdakwa yang ditahan di LAPAS
Kelas IIB Tolitoli selama proses penyidikan, penuntutan, dan
pemeriksaan di pengadilan.
g. Terpidana, adalah seseorang yang dipidana berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
h. Dokter, adalah setiap orang yang telah dinyatakan lulus pendidikan
profesi kedokteran dan memiliki kewenangan, pengetahuan, serta
keterampilan sesuai ketentuan peraturan yang berlaku.
i. Perawat, adalah setiap orang yang telah dinyatakan lulus pendidikan
profesi keperawatan dan memiliki kewenangan, pengetahuan, serta
keterampilan sesuai ketentuan peraturan yang berlaku.
j. Tuberculosis yang selanjutnya disebut TB, adalah penyakit paru-paru
akibat kuman Mycobacterium Tuberculosis
k. Human Imuno Deficiency Virus yang selanjutnya disebut HIV, adalah
virus yang menyebabkan AIDS.
l. Acquired Imuno Deficiency Syndrom yang selanjutnya disebut AIDS,
adalah suatu kumpulan gejala berkurangnya kemampuan
pertahanan diri yang disebabkan oleh masuknya virus HIV dalam
tubuh seseorang.
m. Orang Dengan HIV dan AIDS yang selanjutnya disebut ODHA, adalah
orang yang telah terinfeksi virus HIV.
n. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang selanjutnya disingkat PHBS,
adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan karena kesadaran
pribadi serta memiliki peran aktif dalam aktivitas masyarakat.
o. Pemeriksaan Kesehatan, adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh
Dokter atau perawat dalam rangka mendeteksi dini terhadap
gangguan kesehatan atau penyakit seseorang guna penanganan dan
pengobatan yang tepat sebelum penyakit berkembang.
p. Screening yang selanjutnya disebut penjaringan kesehatan, adalah
salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk
mendeteksi dini atas masalah kesehatan Narapidana, Tahanan, dan
Petugas Pemasyarakatan.
(2) Judul-judul dalam Perjanjian ini hanya dibuat untuk referensi dan tidak
dimaksudkan untuk mempengaruhi isinya.
Pasal 2
Maksud dan Tujuan
(1) Maksud Perjanjian ini adalah sebagai pedoman bagi PARA PIHAK dalam
penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan bagi WBP dan Petugas
Pemasyarakatan di PIHAK KESATU oleh PIHAK KEDUA.
(2) Tujuan Perjanjian ini adalah terlaksananya mutu layanan kesehatan
secara efektif dan efisien, serta meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan mengenai PHBS.
Pasal 3
RUANG LINGKUP
Pasal 4
HAK DAN KEWAJIBAN
(1) Hak PIHAK KESATU adalah memperoleh jasa pelayanan kesehatan dari
PIHAK KEDUA yang baik sesuai standar pelayanan yang berlaku.
(2) Hak PIHAK KEDUA adalah memperoleh dokumen data pendukung,
fasilitas, dan pendampingan dari PIHAK KESATU dalam penyelenggaraan
pelayanan kesehatan.
(3) Kewajiban PIHAK KESATU dalam Perjanjian ini terdiri dari:
a. Menyampaikan data WBP dan Petugas Pemasyarakatan calon
penerima layanan kesehatan dari PIHAK KEDUA, berupa Nomor
Induk Kependudukan, Nama Lengkap, Jenis Kelamin, Tempat Lahir,
Tanggal/Bulan/Tahun Kelahiran, Status Perkawinan, dan Alamat;
b. Menjamin data sebagaimana dimaksud pada huruf a, yang diberikan
kepada PIHAK KEDUA adalah data terbaru dan benar;
c. Memfasilitasi pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan kesehatan
oleh PIHAK KEDUA, berupa tempat pelaksanaan termasuk
ketersediaan obat-obatan dan/atau Bahan Habis Pakai yang tidak
ada atau tidak cukup tersedia pada PIHAK KEDUA;
d. Menyediakan paling sedikit 2 (dua) orang Petugas Pemasyarakatan
sebagai tenaga pendamping PIHAK KEDUA, dalam penyelenggaraan
pelayanan kesehatan;
e. Melaksanakan screening kesehatan terhadap WBP dan petugas
pemasyarakatan, sebelum dilaksanakan pelayanan kesehatan oleh
PIHAK KEDUA; dan
f. Melakukan semua tindakan pencegahan dan keamanan berkaitan
dengan penyelenggaraan pelayanan kesehatan oleh PIHAK KEDUA.
(4) Kewajiban PIHAK KEDUA, terdiri dari:
a. Memberikan pelayanan kesehatan kepada PIHAK KESATU, secara
efektif dan efisien;
b. Menunjuk tenaga kesehatan dalam rangka penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang didokumentasikan dalam Surat Tugas
Kepala UPT Puskesmas Baolan, untuk kemudian diserahkan kepada
PIHAK KESATU;
c. Menyediakan obat-obatan dan/atau Bahan Habis Pakai dalam
rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan di PIHAK KESATU,
disesuaikan dengan ketersediaan obat/bahan tersebut di PIHAK
KEDUA; dan
d. Memberikan pelayanan kesehatan yang baik berdasarkan standar
pelayanan kepada PIHAK KESATU.
Pasal 5
TEKNIS PELAKSANAAN
PASAL 6
PERNYATAAN DAN JAMINAN
(1) Perjanjian ini berlaku sejak tanggal ditandatangani oleh PARA PIHAK
hingga Tanggal 31 Desember 2023 dan dapat diperpanjang atau diakhiri
atas kesepakatan PARA PIHAK.
(2) Apabila salah satu pihak bermaksud untuk memperpanjang atau
mengakhiri Perjanjian ini, maka pihak yang berkeinginan untuk itu harus
memberitahukan maksudnya secara tertulis kepada pihak lainnya dalam
Perjanjian ini dalam waktu sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan kalender
sebelum tanggal berakhirnya Perjanjian ini.
(3) Perjanjian ini dapat berakhir atau batal dengan sendirinya bilamana ada
salah satu pihak tidak dapat memenuhi kewajibannya (wanprestasi)
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 3 dan telah melakukan teguran
secara tertulis sebanyak 3 (tiga) kali dan/atau ketentuan peraturan
perundang-undangan dan/atau kebijaksanaan pemerintah yang tidak
memungkinkan berlangsungnya Perjanjian ini.
(4) Dalam hal Perjanjian ini berakhir baik karena permintaan salah satu
pihak sebagaimana dimaksud dalam ayat 2, ataupun karena alasan lain
sebagaimana dimaksud dalam ayat 3, maka pengakhiran Perjanjian ini
tidak membebaskan hak dan kewajiban dari masing-masing pihak yang
belum diselesaikan sebagai akibat dari pelaksanaan sebelum Perjanjian
ini berakhir.
(5) Untuk kepentingan pengakhiran Perjanjian ini PARA PIHAK sepakat
untuk mengesampingkan berlakunya Pasal 1266 dan Pasal 1267 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata.
Pasal 8
INFORMASI RAHASIA
Pasal 9
FORCE MAJEURE
(1) Tidak ada satu pihakpun yang dinyatakan telah melakukan kelalaian
ataupun pelanggaran terhadap isi/ketentuan dari Perjanjian ini, apabila
hal tersebut disebabkan karena Force Majeure, antara lain sebagai
berikut:
a. Kejadian alam, seperti: gempa bumi, angin ribut/puting beliung,
badai, banjir, wabah dan kejadian-kejadian serupa yang
mengakibatkan tidak memungkinkan PARA PIHAK untuk melakukan
sebagian atau seluruh kewajibannya dalam Perjanjian ini.
b. Akibat perbuatan manusia, seperti: perang, invasi bersenjata,
revolusi, reaksi yang tidak dapat dipastikan, blokade,
pemberontakan, gangguan sipil, serangan atau sebab serupa
lainnya, termasuk terjadinya insolvasi, likuidasi atau pembubaran
salah satu pihak yang mengakibatkan pihak tersebut tidak dapat
melaksanakan kewajibannya dalam Perjanjian ini.
c. Sebab lainnya, seperti: peraturan, keputusan atau petunjuk yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia yang
mempengaruhi PARA PIHAK untuk melaksanakan
kewajibannya dalam Perjanjian ini.
(2) Apabila terjadi keadaan Force Majeure, salah satu pihak wajib:
a. Pihak yang terkena kejadian Force Majeure wajib memberitahukan
melalui telepon dan/atau faksimili terlebih dahulu kepada pihak
lainnya dalam Perjanjian ini mengenai peristiwa Force Majeure
tersebut dan selanjutnya wajib menyusulkan pemberitahuan secara
tertulis disertai dengan bukti-bukti yang sah dari pihak
kepolisian/lembaga yang berwenang selambat-lambatnya 7 (tujuh)
hari kalender terhitung sejak pemberitahuan melalui telepon
dan/atau email dilakukan.
b. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kalender sejak diterimanya
pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) butir a, PARA
PIHAK setuju untuk melakukan musyawarah demi mencapai
mufakat tentang pelaksanaan hak dan kewajiban dari
masing-masing pihak akibat terjadinya Force Majeure.
c. Keterlambatan atau kelalaian salah satu pihak dalam
memberitahukan adanya Force Majeure, mengakibatkan tidak
diakuinya peristiwa tersebut sebagai Force Majeure oleh pihak
lainnya dalam Perjanjian ini.
d. Kesepakatan yang dihasilkan dalam musyawarah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) butir b, didokumentasikan dalam berita
acara dan ditandatangani oleh PARA PIHAK.
e. Dalam hal tidak tercapai suatu kesepakatan dalam musyawarah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) butir b, maka salah satu pihak
dapat menunda atau menghentikan Perjanjian ini dengan
memberitahukan secara tertulis kepada pihak lainnya dalam
Perjanjian ini dalam waktu 7 (tujuh) hari kalender sejak musyawarah
tersebut diselenggarakan.
f. Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kalender sejak diterimanya
pemberitahuan dari salah satu pihak sebagaimana pada ayat 2 butir
a, pihak lainnya dalam Perjanjian ini wajib memberikan tanggapan
secara tertulis.
g. Apabila dalam jangka waktu yang ditetapkan sebagaimana dimaksud
dalam ayat 2 butir f, pihak lainnya dalam Perjanjian ini tidak
memberikan tanggapan, maka pihak yang mengajukan penundaan
atau pengakhiran Perjanjian berhak menunda atau mengakhiri
Perjanjian ini.
(3) Dalam hal terjadi penghentian atau penundaan Perjanjian ini
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) butir e dan butir g, PARA PIHAK
sepakat untuk mengesampingkan Pasal 1266 dan Pasal 1267 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata.
Pasal 10
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
(1) Perjanjian ini dan segala akibatnya termasuk penafsiran dan pelaksanaan
Perjanjian ini tunduk pada hukum dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(2) PARA PIHAK sepakat melakukan perdamaian untuk menyelesaikan setiap
perselisihan yang timbul diantara PARA PIHAK sehubungan dengan
pelaksanaan Perjanjian ini secara musyawarah untuk mencapai mufakat
paling lambat dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender.
(3) Apabila cara musyawarah untuk mencapai mufakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tidak tercapai, maka PARA PIHAK sepakat untuk
menyelesaikan semua perselisihan dan perbedaan pendapat tersebut
melalui Pengadilan Negeri Tolitoli, dengan memilih tempat kedudukan
hukum (domisili) di Kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri Tolitoli.
Pasal 11
PEMBERITAHUAN
Pasal 12
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 13
PENUTUP