-1-
4. Undang–Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan
Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4189);
5. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2003 tentang
Pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak
Bharat dan Kabupaten Humbang Hasundutan di Provinsi
Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4272);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang–Undang
Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
8. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 130 , Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5049);
9. Undang–Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5234);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2002 tentang
Penetapan Besarnya Nilai Jual Pajak Untuk Perhitungan
Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 50, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4210);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 67/PMK.03/2011
tentang Penyesuaian Besarnya Nilai Objek Pajak Tidak
Kena Pajak, Pajak Bumi dan Bangunan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 189);
-2-
13. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pajak
Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Pakpak Bharat
Tahun 2010 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Pakpak Bharat Nomor 88).
MEMUTUSKAN :
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Pajak Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2010
Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Nomor 88)
diubah sebagai berikut :
1. Ketentuan Pasal 22 ayat (2) dan ayat (5) diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut :
Pasal 22
(1) Dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
huruf i adalah NJOP.
(2) Besarnya NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan Keputusan Bupati setiap 3 (tiga) tahun, kecuali untuk objek
pajak tertentu dapat ditetapkan setiap tahun sesuai dengan
perkembangan wilayahnya.
(3) Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan Perkotaan adalah :
No NJOP (Rp) Tarif (%)
1 0 – 999.999.999,99 0.1
(4) Besaran pokok Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan Perkotaan yang
terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud
dalam ayat (3) dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) setelah dikurangi Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena
Pajak.
(5) Besaran Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) adalah :
Nilai Jual Objek
Nilai Jual Objek Pajak
No Tidak Kena Pajak
(Rp)
(Rp)
1 0 – 999.999.999,99 10.000.000
2. Ketentuan Pasal………/4
-3-
2. Ketentuan Pasal 28 dihapus.
3. Ketentuan BAB VII diubah dan menambah 4 pasal yaitu pasal (29A), pasal
(29B), pasal (29C) dan pasal (29D) sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 29 A
Pasal 29 B
(1) Khusus untuk penetapan besaran Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan
dan Perkotaan akan dilakukan pendataan.
(2) Pedataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
menggunakan SPOP.
(3) SPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas,
benar dan lengkap serta ditandatangani dan disampaikan kepada
Bupati, selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja setelah tanggal
diterimanya SPOP oleh subjek pajak.
Pasal 29 C
(1) Berdasarkan SPOP sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 B, Bupati
menerbitkan SPPT.
(2) Bupati dapat mengeluarkan SKPD dalam hal-hal sebagai berikut :
a. SPOP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat (2) tidak
disampaikan dan setelah Wajib Pajak ditegur secara tertulis oleh
Bupati sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran;
b. Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lainnya ternyata
jumlah pajak yang terutang lebih besar dari jumlah pajak yang
dihitung berdasarkan SPOP yang disampaikan oleh wajib pajak.
Pasal 29 D
(1) Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (3)
menghitung, memperhitungkan, dan menetapkan sendiri pajak yang
terhutang dengan menggunakan SPTPD.
(2) Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan dengan membayar
sendiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) membayar pajak yang
terutang berdasarkan SPTPD, SKPDKB dan SKPDKBT.
(3) SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diisi dengan jelas, benar
dan lengkap dan harus disampaikan kepada Bupati selambat-lambatnya
15 (lima belas) hari kerja setelah berakhirnya masa pajak.
(4) Khusus untuk Wajib Pajak BPHTB, setiap Wajib Pajak wajib membayar
pajak yang terutang dengan menggunakan SSPD.
(5) SSPD sebagaimana dimaksud pada ayat (4) juga merupakan SPTPD.
(6) SSPD sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus diisi dengan jelas,
benar dan lengkap dan disampaikan kepada Bupati atau Pejabat yang
ditunjuk sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan oleh Bupati.
(7).SSPD………/5
-4-
(7) SSPD sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disampaikan kepada Bupati
atau Pejabat yang ditunjuk sebagai bahan untuk dilakukan penelitian.
5. Ditambah 1 (satu) pasal baru setelah Pasal 31, yaitu Pasal 31 A, dengan
bunyi sebagai berikut :
Pasal 31 A
(1) Tata cara penerbitan SKPD atau dokumen lain yang dipersamakan,
SPPT, SPTPD, SKPDKB, dan SKPDKBT sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 29 A dan Pasal 29 D diatur dengan Peraturan Bupati.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengisian dan penyampaian
SKPD atau dokumen lain yang dipersamakan, SPPT, SPTPD, SKPDKB,
dan SKPDKBT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 A dan Pasal 29 D
diatur dengan Peraturan Bupati.
6. Ketentuan Pasal………/6
-5-
6. Ketentuan Pasal 36 diatambah 2 (dua) ayat, sehingga keseluruhan pasal
berbunyi sebagai berikut :
Pasal 36
(1) Bupati dapat menerbitkan STPD jika :
a. Pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang bayar;
b. Dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran
sebagai akibat salah tulis dan/ataun salah hitung;
c. Wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga dan/atau
denda.
(2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam STPD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dan b ditambah dengan sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan untuk
paling lama 15 (lima belas) hari kerja sejak saat terutangnya pajak.
(3) SKPD/SPPT yang tidak atau kurang dibayar setelah jatuh tempo
pembayaran dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2%
(dua persen ) perbulan.
(4) Bentuk, isi dan tata cara penyampaian STPD ditetapkan dengan
peraturan Bupati.
Ditetapkan di Salak
pada tanggal 10 April 2014
BUPATI PAKPAK BHARAT,
dto
Diundangkan di Salak
pada tanggal 10 April 2014
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT
dto
HOLLER SINAMO
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT TAHUN 2014
NOMOR 1
-6-
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT
NOMOR 1 TAHUN 2014
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 8 TAHUN 2010
TENTANG
PAJAK DAERAH
I. UMUM
-7-