Anda di halaman 1dari 18

A.

Metode Laboratorium
1. Pengertian Metode Laboratorium
Yang dimaksud metode laboratorium adalah salah satu cara mengajar guru,
dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya
serta menuliskan hal percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan
dikelas dan di evaluasi oleh guru. Pembelajaran matematika dengan metode
laboratorium berdasarkan " Belajar " dengan " Berbuat " dan berlanjut dari konkrit
ke abstrak. Oleh karenanya tujuan pembelajaran dalam bidang kognitif, afektif
dan psikomotor dapat tercapai. Dengan metode ini dimaksudkan membimbing
siswa untuk menemukan fakta-fakta dalam matematika dan mengaplikasikan
pengetahuannya. Dalam hal tertentu metode ini merupakan perluasan dari metode
induktif.
Pembelajaran dengan metode ini memeng lebih tepat jika dilaksanakan di
laboratorium matematika (labmat) atau workshop matematika, tetapi dapat pula
dilaksanakan diruang kelas. Adanya labmat atau workshop matematika sangat
penting manfaatnya dan merupakan lingkungan yang baik bagi siswa untuk
belajar meneliti, menemukan pola atau rumus, mengaplikasikan konsep atau
melakukan permainan. Labmat dapat digunakan untuk menyimpan alat-alat
pengajaran matematika baik yang berupa alat-alat permainan, bangun-bangun
geometri, sampai alat audio visual maupun sebagai tempat praktikum komputer.
a. Tujuan Penggunaan Metode Laboratorium
Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan
menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang
dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih
dalam cara berpikir yang ilmiah (scientific thinking). Dengan eksperimen siswa
menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.
Metode ini juga memberikan pemahaman kepada siswa dalam bidang kognitif,
afektif dan psikomotor. Serta membimbing siswa untuk menemukan fakta-
fakta dalam matematika serta mengaplikasikan pengetahuannya dalan
kehidupan sehari-hari. Bila peserta didik telah mengetahui tujuan dari
pembelajaran yang sedang mereka ikuti, maka mereka akan terdorong untuk
melaksanakan kegiatan tersebut secara aktif. Oleh karena itu pada setiap awal
kegiatan guru berkewajiban memberi penjelasan kepada peserta didik tentang
apa dan untuk apa materi pelajaran itu harus mereka pelajari.
b. Kelebihan dan Kelemahan Metode Laboratorium
Pada dasarnya tidak ada metode mengajar yang paling sempurna, paling
baik atau jelek. Setiap metode memiliki kelebihan dan kelemahan masing-
masing yang tentunya berbeda dengan metode lainnya.
Adapun kelebihan dari metode laboratorium antara lain :
1. Anak didik dapat aktif mengambil bagian berbuat untuk diri sendiri. Ia
tidak hanya melihat orang lain menyelesaikan suatu eksperimen, tetapi
juga dengan berbuat sendiri ia memperoleh kepandaian-kepandaian
yang diperlukan.
2. Ia mendapat kesempatan yang sebesar-besarnya untuk melaksanakan
langkah-langkah dalam cara-cara berpikir ilmiah. Ramalan / hipotesa
dapat di uji kebenarannya dengan menyimpilkan data hasil percobaan
kemudian ia menafsirkan dan membuat kesimpulan.
3. Mereka lebih aktif berpikir dan berbuat, yang man itu sangat
dikehendaki oleh kegiatan mengajar belajar yang modern, dimana siswa
lebih banyak aktif belajar sendiri dengan bimbingan guru.
4. Menarik dan menyenangkan bagi siswa kelas rendah
5. prinsip psikologi terpenuhi
6. Siswa dapat memperoleh fakta-fakta yang jelas
7. memupuk percaya diri
8. Memupuk keberanian untuk berbuat
9. Memupuk kemampuan untuk menerapkan matematika dalam
kehidupannya
Metode laboratorium juga memiliki kelemahan, di antaranya :
1. Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak mendapatkan
kesempatan untuk melakukan percobaan
2. Jika percobaan memerlukan jangka waktu yang lama, ia harus menanti
untuk melanjutkan pelajaran
3. Kurangnya persiapan dan pengalaman anak didik akan menimbulkan
kesulitan didalam melakukan percobaan
4. hanya mampu memperkenalkan fakta-fakta kepada siswa tetapi tidak
dapat kemampuan yang lebih tinggi
5. Tidak semua topik dapat di ajarkan dengan metode ini
6. Memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit
7. Memerlukan perencanaan yang rumit dan matang dari guru yang akan
mengajar
8. Untuk pembelajaran matematika tidak dapat menghasilkan ketrampilan
dan latihan berpikir yang benar
c. Prosedur Pelaksanaan Metode Laboratorium
Prosedur-prosedur dalam metode laboratorium adalah :
1) Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan percobaan, mereka harus
memahami masalah yang akan dibuktikan melalui percobaan
2) Kepada siswa perlu diterangkan pula tentang :
a. Alat-alat serta bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan. Alat
itu bisa berupa alat peraga yang digunakan dalam pengajaran.
Alat peraga pengajaran adalah alat-alat yang digunakan oleh guru
ketika mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran
yang disampaikan kepada siswa dan mencegah terjadinya
verbalisme pada diri siswa. Pelajaran yang banyak menggunakan
verbalisme tentu akan segera membosankan, sebaliknya pengajaran
akan lebih menarik bila siswa gembira atau senang karena meraka
merasa tertarik dan mengerti pelajaran yang diterimanya. Belajar
akan lebih efektif jika dibantu alat peraga pengajaran dari pada
siswa belajar tanpa dibantu alat peraga. Dalam pemilihan alat
peraga yang hendak digunakan oleh guru haruslah diperhatikan hal-
hal sebagai berikut :

 Alat-alat yang dipilih harus sesuai dengan kematangan dan


pengalaman siswa serta individual dalam kelompok
 Alat yang dipilih harus tepat, memadai dan mudah digunakan
 Harus direncanakan dengan teliti dan diperiksa lebih dahulu
 Penggunaan alat peraga harus disertai dengan kelanjutannya
seperti diskusi, analisis dan evaluasi
 Sesuai dengan batas kemampuan biaya (M. Uzer, 1985 : 27).
Sedangkan alat peraga banyak macam dan ragamnya, guru
harus menyesuaikan dengan mata pelajaran dan pokok bahasan
yang di ajarkan.

2. Inti Metode Laboratorium


Metode laboratorium adalah salah satu cara mengajar guru, dimana siswa
melakukan suatu percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta
menuliskan hal percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan
dikelas dan di evaluasi oleh guru. Pembelajaran matematika dengan metode
laboratorium berdasarkan " Belajar " dengan " Berbuat " dan berlanjut dari
konkrit ke abstrak. Oleh karenanya tujuan pembelajaran dalam bidang
kognitif, afektif dan psikomotor dapat tercapai. Dengan metode ini
dimaksudkan membimbing siswa untuk menemukan fakta-fakta dalam
matematika dan mengaplikasikan pengetahuannya. Dalam hal tertentu metode
ini merupakan perluasan dari metode induktif.

3. Contoh Pelaksaan Metode Laboratorium


a. Pembuktian Rumus Luas Persegi
Guru ingin mengajarkan konsep bangun geometri. Siswa diminta untuk
menagamati gambar di bawah ini.
Gambar diatas merupakan gambar kumpulan persegi. Untuk
membuktikan rumus luas persegi maka kita dapat memperhatikan gambar
persegi yang ada diatas, dimana terdapat persegi-persegi kecil di dalam
sebuah persegi yang lebih besar. Kita anggap persegi yang kecil tersebut
merupakan satuan-satuan dari persegi yang lebih besar. Dengan
menganggap bahwa satu persegi kecil merupakan satu satuan, maka dapat
dikatakan bahwa persegi diatas memiliki luas sebanyak jumlah semua
persegi kecil atau 100 satuan persegi kecil. Untuk lebih memudahkan
menghitung maka kita dapat menghitung luas persegi dengan cara sebagai
berikut:

Luas Persegi = Hasil kali jumlah satuan dari kedua sisi yang saling
tegak lurus.

Luas Persegi = 10 x 10 = 100 satuan

Atau dapat ditulis secara umum:

luas persegi = sisi x sisi

Contoh soal:

1. Ada sebuah kain yang berbentuk persegi yang memiliki sisi 75 m.


Cari dan hitunglah luas kain tersebut!
Diketahui: sisi kain = 75 m
Ditanya: luas persegi = ….?
Penyelesaian:
Luas persegi = sisi x sisi
= 75 x 75
= 5.625 m2
b. Pembuktian satuan 1 liter sama dengan 1 dm3

Guru ingin mengajarkan kepada siswa konsep bahwa 1 liter


volume tabung sama dengan 1 dm3 volume kubus. Maka dari itu guru
mengajak siswa untuk melakukan percobaan dengan cara, siswa diminta
untuk mengisi tabung yang bervolumekan 1 liter tersebut dengan beras
sampai penuh. Setelah tabung yang bervolume 1 liter tersebut penuh
kemudian dituangkan kedalam kubus yang bervolume 1 dm3. Ternyata
permukaan kubus yang berukuran 1 dm3 terisi penuh.
Jadi, dari hal tersebut dapat dibuktikan bahwa 1 liter volume
tabung sama dengan 1 dm3 volume kubus.

Contoh soal:

1. Ada sebuah gelas yang berisi 25 liter penuh minyak goreng, tanpa
sengaja gelas yang berisi minyak goreng tersebut tumpah. Sisa dari
minyak goreng tersebut dipindahkan ke dalam mangkok berbentuk
kubus dengan dengan ukuran 15 dm3, yang ternyata terisi penuh oleh
sisa dari minyak goreng tersebut. Hitunglah berapa dm3 minyak
goreng yang terbuang tersebut!
Diketahui:
1 liter = 1 dm3
25 liter minyak goreng awal.
15 dm3 setelah terjatuh.
Ditanya: Berapa dm3 minyak goreng yang terbuang…?
Penyelesaian:
25 liter = 25 dm3
25 dm3 - 15 dm3 = 10 dm3
Jadi, banyak minyak goreng yang terbuang ialah 10 dm3 atau setara
dengan 10 liter.
c. Guru ingin mengajarkan konsep bangun geometri. Siswa diminta untuk
melakukan percobaan untuk membandingkan luas persegi panjang dengan
luas segitiga sama sisi yang tingginya sama dengan lebar persegi panjang.
Siswa dituntun untuk menyusun beberapa segitiga hingga membentuk persegi
panjang. Dengan percobaan ini siswa diharapkan dapat menyimpulkan
perbandingan luas antara persegi panjang dengan segitiga yang tinggi segitiga
dan lebar persegi panjang sama panjang.
B. METODE TUGAS DAN RESITASI
1. Pengertian Metode Tugas dan Resitasi

Resitasi berasal dari bahasa Inggris yaitu re yang artinya kembali dan to cite
yang artinya mengutip, jadi resitasi yaitu siswa mengutip atau mengambil sendiri
bagian-bagian pelajaran itu dari buku-buku tertentu, lalu belajar sendiri dan
berlatih hingga mengerti.

Adapun beberapa pendapat lainnya tentang pengertian metode resitasi, yaitu:

 Menurut Supriatna, Nana, dkk (2007:200) mengemukakan bahwa metode


pemberian tugas adalah suatu penyajian bahan pembelajaran dimana guru
memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar dan
memberikan laporan sebagai hasil dari tugas yang dikerjakannya. Metode ini
mengacu pada penerapan learning by doing.
 Menurut Mansyur (1996: 110), metode tugas dan resitasi adalah guru
memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar,
kemudian harus mempertanggungjawabkannya.
 Menurut Soekartawi (1995: 19), Metode tugas dan resitasi adalah suatu cara
yang menyajikan bahan pelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa
untuk dipelajari yang kemudian dipertanggungjawabkan di depan kelas.
Metode resitasi sering disebut dengan metode pemberian tugas yakni metode
dimana siswa diberi tugas khusus di luar jam pelajaran.

Berdasarkan pengertian metode tugas dan resitasi yang dikemukakan di atas,


maka dapat disimpulkan bahwa metode resitasi adalah salah satu cara atau metode
mengajar yang digunakan oleh guru dalam menyajikan bahan pelajaran dengan
cara memberikan tugas kepada siswa, baik secara individual maupun kelompok
dan baik secara lisan maupun tertulis. Oleh karena itu, metode resitasi disebut
juga dengan metode penugasan. Di mana pelaksanaannya dapat dikerjakan di
dalam kelas, di perpustakaan, di labotarium, dan sebagainya. Dalam metode ini,
siswa dituntut dapat berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar untuk
meningkatkan kualitas belajar siswa, sehingga siswa mampu menyelesaikan
tugas-tugas yang diberikan oleh guru untuk dikerjakan di luar jam pelajaran.
Pemberian tugas ini merupakan salah satu alternatif untuk lebih
menyempurnakan penyampaian tujuan pembelajaran khusus. Hal ini disebabkan
oleh banyaknya materi pelajaran yang harus disampaikan sementara waktu belajar
yang terbatas di dalam kelas. Dengan banyaknya kegiatan pendidikan di sekolah
dalam usaha meningkatkan mutu dan frekuensi isi bahan pelajaran, maka hal
tersebut akan menyita waktu siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar
di kelas.
Rostiyah (1991:32) menyatakan bahwa untuk mengatasi keadaan seperti
diatas, guru perlu memberikan tugas-tugas diluar jam pelajaran. Sumiati Side
(1984:46) menyatakan bahwa pemberian tugas-tugas berupa pekerjaan rumah
mempunyai pengaruh yang positif terhadap peningkatan prestasi belajar. Salah
satu strategi belajar yang baik adalah memperbesar frekuensi pengulangan materi
atau dapat pula dengan memperbanyak latihan soal-soal sehingga menjadi suatu
keterampilan yang dapat melatih diri siswa dalam dalam mendayagunakan
pikirannya.
a) Jenis-Jenis Tugas
Gage dan Berliner memilih tugas berdasarkan jumlah siswa dalam kelas,
sehingga diperoleh berbagai pilihan jenis tugas atau pemberian tugas untuk
masing-masing indivisu atau kelompok. Adapun jenis-jenis tugas yang
didasarkan pada jumlah siswa dalam kelas yaitu:
1. Pilihan jenis pemberian tugas untuk kelompok besar (jumlah siswa lebih
dari 40 orang), yakni:
 Diskusi,
 Laporan lisan untuk kelas oleh seorang siswa atau kelompok siswa,
 Melihat Slide video, atau televisi,
 Mendengarkan radio atau rekaman televise.
2. Pilihlah jenis pemberian tugas untuk kelompok kecil (jumlah siswa 2
sampai 20 orang), yakni:
 Debat antara dua orang siswa atau kelompok siswa (biasanya tidak
lebih dari 20 atau 30 menit),
 Bermain peran atau dramatisasi,
 Kegiatan proyek,
 Diskusi tentang jawaban yang benar dan salah dalam tes yang telah
diberikan,
 Respon kelas.
3. Pilihan jenis pemberian tugas untuk pembelajaran individual, yakni:
 Mengerjakan soal-soal tentang isi pelajaran,
 Mengkonsultasikan buku-buku rujukan dan pustaka yang lain,
 Studi terbimbing
 Membuat rangkuman
Sedangkan Rusyan, A. Tabrani (1996:14) mengemukakan bahwa
metode pemberian tugas dapat dilakukan dengan cara:
a. Membuat rangkuman
b. Membuat makalah/paper
c. Menjawab pertanyaan atau menyelesaikan soal-soal tertentu
d. Mengadakan observasi atau wawancara
e. memberikan latihan
f. Mendemonstrasikan sesuatu
g. Menyelesaikan pekerjaan tertentu

Menurut “Davies (1987)” dan “Gage dan Berliner (1984)”, bahan


pemberian tugas dapat dipisahkan jenis-jenis tugas berikut: ini:

a. Tugas latihan
Tugas latihan merupakan tugas untuk melatih siswa menyelesaikan
permasalahan yang berhubungan dengan pembahasan sebelumnya.
Tugas latihan diberikan pada jam pelajaran atau di luar jam
pelajaran, disesuaikan dengan kebutuhan dan ketersediaan waktu.
b. Tugas membaca/mempelajari buku
Guru menugaskan kepada para siswa secara perorangan atau
sekelompok mempelajari sendiri topik atau pokok bahasan tertentu.
Tugas ini menuntun para siswa kearah pencarian sumber belajar
yang berhubungan dengan topik atau pokok bahasan yang harus di
pelajari.
c. Tugas unit/proyek
Guru menugaskan kepada para siswa berdasarkan unit yang
dipelajari, atau menugaskan kepada para siswa menyelesaikan suatu
proyek yang akan menghasilkan hasil tertentu. Tugas unit/proyek ini
akan melibatkan kemampuan siswa dalam berbagai bidang studi.
d. Studi eksperimen
Tugas eksperimen merupakan jenis tugas yang agak khusus. Tugas
eksperimen hanya diberikan oleh guru untuk topik atau pokok
bahasan tertentu, yakni topik/pokok bahasan yang menuntut adanya
eksperimen. Tugas eksperimen dapat digunakan untuk membuktikan
atau menemukan informasi.
e. Tugas praktis
Tugas praktis merupakan tugas kepada siswa untuk memproduksi
sesuatu dengan menggunakan keterampilan fisik/motoris. Tugas
praktis dapat juga berupa latihan keterampilan fisik/motoris.
Cara menilai hasil tugas tertulis kadang-kadang menimbulkan
kesulitan. Guru akan kesulitan memberi nilai pada seorang siswa yang
bekerja dalam kelompok. Karena meragukan apakah siswa tersebut
berperan aktif dalam penyelesaian tugas yang diberikan atau hanya
tercamtumkan nama sebagai anggota kelompok pada sampul tugas. Jika
tugas tertulis dibuat oleh setiap siswa, akan sulit juga memberikan
penilaian karena tidak dapat dipastikan apakah tugas tersebut merupakan
buah pikiran siswa itu sendiri atau hasil dari pemikiran/pekerjaan teman
atau orang lain meskipun tulisan tersebut memang adalah tulisannya.
Agar penilaian lebih objektif dan menimbulkan rasa tanggungjawab,
maka guru seharusnya mengecek pemahaman siswa dengan beberapa
pertanyaan mengenai hasil pekerjaan yang diserahkan.
b) Tujuan Metode Resitasi
Metode resitasi (Penugasan) bertujuan agar siswa memiliki hasil belajar
yang lebih baik, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melakukan
tugas. Dengan demikian, pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat
lebih terintegrasi. Hal itu terjadi disebabkan siswa mendalami situasi atau
pengalaman yang berbeda, waktu menghadapi masalah-masalah baru. Di lain
pihak dapat juga bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dengan cara
mengerjakan tugas yang akan memperluas dan memperkaya pengetahuan serta
keterampilan siswa di sekolah, melalui kegiatan-kegiatan di luar jam pelajaran
itu. Dengan kegiatan mengerjakan tugas, siswa lebih aktif belajar; dan merasa
terangsang untuk meningkatkan belajarnya yang lebih baik, menanamkan
inisiatif dan berani bertanggungjawab sendiri. Banyak tugas yang harus
dikerjakan siswa, hal itu diharapkan mampu menyadarkan siswa untuk selalu
memanfaatkan waktu senggangnya untuk hal-hal yang menunjang proses
belajarnya dengan mengisi kegiatan-kegiatan yang berguna dan konstruktif.
Demikian pentingnya pemberian tugas itu sehingga siswa dapat lebih
mendalami dan menghayati bahan yang telah diberikan. Metode pemberian
tugas dapat diartikan sebagai suatu format interaksi belajar mengajar yang
ditandai dengan adanya satu atau lebih tugas yang diberikan oleh guru, dimana
penyelesaian tugas tersebut dapat dilakukan secara perorangan atau kelompok
sesuai dengan petunjuk pemberian tugas tersebut.
c) Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan
Agar metode resitasi dapat berlangsung secara efektif, guru perlu
memperhatikan hal-hal seperti berikut:
1. Tugas harus direncanakan secara jelas dan sistematis, terutama tujuan
pemberian tugas dan cara pengerjaannya. Sebaliknya tujuan penugasan
dikomunikasikan kepada siswa agar tahu arah tugas tersebut dikerjakan.
2. Tugas yang diberikan harus dapat dipahami siswa, kapan mengerjakan,
bagaimana cara mengerjakan, berapa lama tugas tersebut harus dikerjakan,
dan sebagainya. Hal-hal tersebut akan sangat menentukan efektivitas
penggunaan metode resitasi (penugasan) dalam pembelajaran.
3. Apabila tugas tersebut berupa tugas kelompok, perlu diupayakan agar
seluruh anggota kelompok dapat terlibat secara aktif dalam proses
penyelesaian tugas tersebut, terutama jika tugas tugas tersebut
diselesaiakan di luar kelas.
4. Guru perlu mengontrol proses penyelesaian tugas yang dikerjakan oleh
siswa. Jika tugas tersebut diselesaikan di kelas, sebaiknya guru berkeliling
mengontrol pekerjaan siswa sambil memberikan motivasi dan bimbingan,
terutama bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam penyelesaian tugas
tersebut. Jika tugas tersebut diselesaiakan di luar kelas, guru bisa
mengontrol proses penyelesaian tugas melalui konsultasi siswa.
5. Berikan penilaian proporsional terhadap tugas-tugas yang dikerjakan oleh
siswa. Penilaian yang diberikan sebaiknya tidak menitikberatkan pada
produk, tetapi juga proses penyelesaian tugas tersebut. Penilaian
hendaknya diberikan secara langsung setelah tugas diselesaiakan. Selain
dapat menimbulkan minat dan semangat belajar siswa, penilaian langsung
juga menghindarkan bertumpuknya pekerjaan siswa yang harus diperiksa.

Selain itu, guru harus memperhatikan dan mempertimbangkan komposisi


soal yang berikan kepada siswa. Akan lebih baik jika guru tidak memberikan
soal yang sangat banyak kepada siswa dengan tingkat kesulitan soal yang
tinggi, karena akan mengakibatkan siswa menjadi putus asa dan tidak mau
berusaha. Guru juga tidak seharusnya memberikan tugas yang sangat banyak
dengan tingkat kesulitan yang rendah, karena akan menyebabkan siswa bosan
karena langkah dan bentuk soal yang berulang-ulang. Memberikan tugas yang
berlebihan tidak akan menimbulkan sikap yang positif, justru akan
menyebabkan siswa cenderung malas dan itu sangat berdampak negative.
Oleh karena itu, guru seharusnya memberikan tugas dengan komposisi soal
yang terdiri dari soal yang mudah, sedang dan tingkat kesulitan yang tinggi.

d) Langkah-Langkah Pelaksanaan Metode Resitasi


Adapun langkah-langkah yang harus diikuti dalam penggunaan/pemakaian
metode tugas atau resitasi, yaitu:
1. Fase Pemberian Tugas (Persiapan)
Yang harus diperhatikan guru dalam tugas yang diberikan kepada siswa,
yaitu:
 Merumuskan masalah (scope and sequenes) dengan jelas
 Mengemukakan tujuan pelaksanaan tugas
 Menentukan jenis tugas (kelompok/ individu)
 Memberikan penjelasan atau sebelum pengarahan tugas
 Memberikan petunjuk / sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa
 Menentukan limit waktu penentuan pelaksanaan
2. Fase Pelaksanaan Tugas
 Diberikan bimbingan/pengawasan oleh guru
 Diberikan dorongan/motivasi sehingga anak mau bekerja
 Diusahakan/dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain.
 Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan
baik dan sistematik
3. Fase Pertanggungjawabkan Tugas
Hal yang harus dikerjakan pada fase ini yaitu:
 Laporan siswa terhadap tugas yang telah dikerjakannya baik secara
lisan/tertulis
 Ada tanya jawab/diskusi kelas.
 Penilaian hasil pekerjaan siswa berdasarkan proses dan hasil
pelaksanaan tugas.
e) Kelebihan dan Kelemahan Metode Resitasi
Metode resitasi, dalam pelaksanaannya terkait dengan proses pembelajaran
memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan.
1. Kelebihan Metode Resitasi
Adapun yang termasuk dalam kelebihan pelaksanaan metode resitasi,
yaitu:
 Dapat meningkatkan frekuensi belajar siswa dengan tidak menyita
waktu belajar di sekolah atau dalam jam pelajaran.
 Mendidik siswa untuk belajar sendiri.
 Membina rasa tanggung jawab
 Melatih anak untuk disiplin
 Memperluas dan memperkaya pengalaman belajar serta keterampilan
siswa.
2. Kelemahan Metode Resitasi
Adapun yang termasuk dalam kelebihan pelaksanaan metode resitasi,
yaitu:
 Guru tidak dapat mengatasi langsung pelaksanaan tugas yang
diberikan, sehingga kemungkinan siswa akan mengutip pekerjaan
temannya (menyontek).
 Jika semua pelajaran diberikan tugas, maka tugas siswa menjadi
bertumpuk. Hal ini menyebabkan kebosanan dan kesulitan siswa
membagi waktu untuk mengerjakan semua tugas yang diberikan
guru terhadapnya.
 Siswa yang tidak mampu mengerjakan tugasnya akan berusaha
menghindari pelajaran tersebut dengan berbagai alasan.
Pemberian tugas secara terstruktur setiap selesai proses belajar
mengajar juga akan memberikan rangsangan yang berarti bagi obyek
didik di dalam usaha lebih mendalami dan menekuni suatu
topik/materi pelajaran. Dengan demikian pemberian tugas secara
terstruktur sangat positif dalam usaha meningkatkan prestasi belajar
siswa dan juga memberikan penekanan tentang posisi esensial dari
pelaksanaan tugas secara terstruktur, sebagai salah satu komponen
yang terkait dalam proses belajar mengajar yang perlu mendapat
perhatian secara wajar.

2. Inti Metode Tugas dan Resitasi


Metode pemberian tugas atau penugasan diartikan sebagai suatu cara
interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan adanya tugas dari guru untuk
dikerjakan peserta didik di sekolah ataupun di rumah secara perorangan atau
berkelompok.

3. Penerapan Metode Tugas dan Resitasi Dalam Pembelajran Matematika


Guru meminta siswa memecah kelas menjadi beberapa kelompok. Setiap
kelompok diberikan beberapa permasalah yang harus diselesaikan. Dengan ini
diharapkan siswa aktif mengungkapkan pendapatnya masing-masing hingga
mampu menyelesaikan masalah yang mereka dapatkan.
Contoh soal:
1. Ayu mempunyai pulpen sebanyak 30 kotak. Setiap kotak berisi 5 buah
pulpen. Semua pulpen yang dimiliki ayu akan dibagikan untuk acara amal
kepada 30 anak yatim piatu. Maka setiap anak yatim piatu akan mendapat
pulpen sebanyak …
Diketahui:
30kota pulpen
1 kotak = 5 pulpen
Ditanya :
Jumlah pulpen yang akan di dapatkan oleh anak yatim piatu ialah …
Penyelesaian:
30 kotak, dengan setiap kotak berisi 5 buah pulpen = 30 x 5
Dibagikan kepada 30 anak yatim piatu.
jadi, 30 x 5:30 = 5
Maka setiap anak mendapatkan pulpen sebanyak 5 buah.

2. Hasil ulangan siswa kelas V SD Negeri 2 Banyuasri mata pelajaran


matematika yang di dapat dari salah seorang murid, selama satu semester
adalah
7.5, 8, 7, 6.5, 7, 7, 6.5, 8, 7.5, 8, 7, 7
Maka tentukalah nilai rata – rata (Mean), Modus dan Median dari data
tunggal hasil nilai ulangan siswa tersebut!
Penyelesaian:
a. Mean (Nilai rata-rata) dari persoalan diatas ialah:
Mean = (7.5 + 8 + 7 + 6.5 + 7 + 7 + 6.5 + 8 + 7.5 + 8 + 7 + 7): 12
Mean = 87:12
Mean = 7,25
b. Modus
Modus ialah nilai yang paling sering muncul, dan dari data diatas,
dapat kita ketahui bahwa data nilai yang paling sering muncul ialah
nilai 7, yaitu sebanyak 5 kali. Jadi modusnya adalah = 7.
c. Median
Untuk menentukan Median, data diatas maka harus kita harus
mengurutkan terlebih dahulu dari yang terkecil sampai yang terbesar,
seperti berikut:
6.5 , 6.5 , 7 , 7 , 7 , 7 , 7 , 7.5 , 7.5 , 8 , 8 , 8

Setelah data tersebut kita urutkan, langkah selanjutnya ialah kita dapat
mencari Nilai tengah dari data tersebut, dan karena lebih banyak data
jumlah yang Genap (12), maka nilai tengahnya menjadi dua nilai, yaitu
nilai 7 dan 7.

Median = (7 + 7) : 2

Median = 14 : 2

Median = 7.
DAFTAR PUSTAKA

Japa, I Gusti Ngurah dan I Made Suarjana.2015.Pendidikan Matematika


1.Singaraja

http://herly-fwijaya01.blogspot.com/2014/01/metode-laboratorium-dalam-
pembelajaran.html

http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/10/pengertian-metode-resitasi.html

Anda mungkin juga menyukai