Laporan Kasus SVT Fathimah Ayu Rahimah 2
Laporan Kasus SVT Fathimah Ayu Rahimah 2
SUPRAVENTRIKULAR TAKIKARDI
Disusun Oleh :
Fathimah Ayu Rahimah
Pembimbing :
Dr. Agung Fabian Chandranegara, Sp.JP(K), FIHA
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka Laporan Kasus Pasien pada program Internsip
Mengetahui,
Pembimbing
Dr. Agung Fabian Chandranegara, Sp.JP(K), FIHA dr. Roza Septiana Putri
2
BAB I
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PASIEN
• Nama : Ny. S
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Umur : 61 tahun (24-03-1961)
• Alamat : Jl. KERJABAKTI, Jakarta Timur
• No. IGD : 011
• No. RM : 2017-751417
• Tanggal Masuk : 19 Juli 2022 ( 20:33:20 )
• Ruang Rawat : Ruang isolasi Melati
2. ANAMNESIS
Autoanamnesa
3
Riwayat Penyakit Dahulu
3. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Sedang
GCS : 15
Tanda Vital
Tekanan Darah : 113/72 mmHg
Nadi : 165 x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 36,2 °C
SpO2 : 99%
Pemeriksaan Thoraks
Pemeriksaan Jantung
4
Palpasi : Apeks jantung tidak teraba,
Auskultasi : Bunyi jantung SI/II reguler, murmur (-),
gallop (-)
Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan Ekstremitas
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EKG
Interpretasi:
Irama : Reguler
5
Axis : Normoaxis
QRS : 0,12 s
Interpretasi:
Irama : Irreguler
Axis : Normoaxis
QRS : 0,12 s
6
Interpretasi:
Irama : Reguler
frekuensi : 75 x/menit
Axis : Normoaxis
Gelombang P : normal
QRS : 0,08 s
7
3. Laboratorium Darah 19/07/2022 20.53
Jenis Pemeriksaan Hasil
Hematologi rutin
Hemoglobin 11.4 g/dL
Hematokrit 36 %
Eritrosit 5.4 juta/µL
Leukosit 9.20 10’3/µL
Trombosit 638 ribu/µL
Hitung Jenis
Basofil 1 %
Eosinofil 4 %
Neutrofil Batang 0 %
Neutrofil Segmen 61 %
Limfosit 21 %
Monosit 13 %
LUC 0 %
Limfosit Absolut 1932 /µL
Neutrofil Limfosit Ratio 2.90
Kimia Klinik
SGOT 19 U/L
SGPT 11 U/L
Ureum Darah 12 mg/dL
Kreatinin Darah 0.93 mg/dL
eGFR 65.1 mL/min/1.73 m’2
GDS 134 mg/dL
Elektrolit
Na 137 mmol/L
K 3.4 mmol/L
Cl 98 mmol/L
8
4. Rontgen Thorax
Interpretasi :
Jantung kesan tidak membesar
Aorta dan mediastinum superior tidak melebar
Trachea di garis tengah
Kedua hilus tidak menebal
Infiltrate di kedua lapang paru
Lengkung diafragma regular
Sinus kostofrenikus lancip
Tulang-tulang tak tampak kelainan
Kesan:
Tidak tampak kelainan radiologis pada jantung
Bronkopneumonia, DD/TB paru
9
4. DIAGNOSIS
TB paru on OAT H4
SVT
AV blok
DM tipe 2
5. TERAPI AWAL
6. TERAPI LANJUTAN
10
P/ konsul SpJP
Dokter konsulen : dr.
Agung Fabian C, SpJP
2022-07- S / berdebar berkurang Jawaban konsulen :
19 O/ kes : CM GCS : 15 OAT tunda dahulu
21:56 TD : 117/70 HR : Inj Omeprazole 2x1
126 amp IV
RR : 21 SpO2 : Inj Ondancetron
97 3x4 mg IV
Mata : CA-/- SI -/-
Th : ves +/+ rh -/-
whez -/-
BJ I&II reg, gal- mur-
Abd : soepel BU +
Ext : akral hangat CRT
<2s
A/ SVT
TVAB
Vomitus
TB on OAT hari ke 4
P/ konsul Sp.P
Dokter konsulen : dr.
Muhammad Syaifullah
Sp.P
2022-07- S / berdebar berkurang Jawaban konsul :
19 O/ kes : CM GCS : 15 EKG sinus rhytm
23:02 TD : 110/66 HR : Terapi selanjutnya :
75 bisoprolol 1x5 mg
RR 21 SpO2 : po
98 Tanapres 1x2,5 mg
Mata : CA-/- SI -/- po
Th : ves +/+ rh -/-
whez -/-
11
BJ I&II reg, gal- mur-
Abd soepel BU +
Ext akral hangat CRT
<2s
A/ TVAB perbaikan
Vomitus
TB on OAT hari ke 4
P/ lapor ulang SpJP
Dokter konsulen : dr.
Agung Fabian C, SpJP
(K)
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Supraventricular tachycardia (SVT) adalah takidisritmia yang ditandai
dengan perubahan denyut jantung yang mendadak bertambah cepat. Perubahan
denyut jantung umumnya menjadi berkisar antara 150 kali/menit sampai 250
kali/menit.4
Kelainan SVT mencakup komponen sistem konduksi di bagian atas
bundel HIS. Pada kebanyakan SVT mempunyai kompleks QRS normal.
Kelainan ini sering terjadi pada demam, emosi, aktivitas fisik dan gagal
jantung.
2.2 Epidemiologi
Prevalensi TSV pada populasi umum adalah 2,29 per 1.000 orang. Di
Amerika, kejadian TSV paroksismal diperkirakan 36 per 100.000 orang per
tahun (disesuaikan dengan usia dan jenis kelamin), sehingga ada sekitar
89.000 kasus baru per tahun dan total ada sekitar 570.000 orang dengan TSV
paroksismal. Pada pasien yang tanpa penyakit kardiovaskular, TSV
paroksismal sering muncul pada usia yang lebih muda dibanding pasien
dengan penyakit kardiovaskular (37 vs 69 tahun; p = 0,0002) dan memiliki
TSV yang lebih cepat (186 kpm vs 155 kpm; p = 0,0006). Perempuan
memiliki risiko TSV dua kali lebih tinggi dibandingkan pria , dan individu
usia > 65 tahun memiliki risiko TSV >5 kali lebih sering dari pada orang
muda. Prevalensi TSVdi Pusat Jantung Nasional Harapan Kita berkisar 9%
dari seluruh pasien aritmia dan 1,26 % - 1,42 % dari seluruh jumlah kunjangan
rumah sakit3. Sampai saat ini data prevalensi TSV pada populasi umum di
Indonesia belum diketahui. 17
Salah satu jenis TSV, yaitu takikardia reentri nodus atrioventrikular
(TaRNAV) lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria. Selain itu,
TaRNAV lebih sering muncul pada usia pertengahan atau lebih tua, sedangkan
pada usia remaja (dewasa muda), prevalensi antara TaRNAV dan TaRAV
13
seimbang, atau justru TaRAV lebih sering terjadi. Gambaran EKG preeksitasi
atau Wolff-Parkinson-White (WPW) di populasi berkisar 0,1% - 0,3%. Gejala
awal TSV sering muncul di awal dewasa muda, dengan rerata onsetnya adalah
32±18 tahun untuk TaRNAV, dan 23±14 tahun untuk TaRAV4. Sebaliknya,
pada populasi pediatrik, onset munculnya TaRAV (8 tahun) terjadi lebih dini
dibanding TaRNAV (11 tahun) . Pada perempuan tanpa penyakit
kardiovaskularlain, TSVsering muncul pada usia15–50tahun (58%),dan TSV
yang muncul pada saat kehamilan dilaporkan memperburuk gejala.17
2.3 Etiologi
1. Idiopatik, ditemukan hampir setengah jumlah insiden. Tipe idiopatik lebih
sering pada bayi daripada anak.
2. Sindrom Wolf Parkinson White (WPW) 10-20% terjadi setelah konversi
menjadi sinus aritmia. Sindrom WPW adalah suatu sindrom dengan
interval PR yang pendek dan interval QRS yang lebar; yang disebabkan
oleh hubungan langsung antara atrium dan ventrikel melalui jaras
tambahan.
3. Beberapa penyakit jantung bawaan (anomali Ebstein’s, single ventricle, L-
TGA)
2.4 Klasifikasi
Berikut ini adalah jenis takikardia supraventrikular:
1) SVT yang melibatkan jaringan sinoatrial :
a. Sinus tachycardia
b. Inappropriate sinus tachycardia
c. Sinoatrial node reentrant tachycardia (SANRT)
2) SVT yang melibatkan jaringan atrial :
a. Atrial tachycardia (Unifocal) (AT)
b. Multifocal atrial tachycardia (MAT)
c. Atrial fibrillation
d. Atrial flutter
3) SVT yang melibatkan jaringan nodus atrioventrikular :
14
a. AV nodal reentrant tachycardia (AVNRT)
b. AV reentrant tachycardia (AVRT)
c. Junctional ectopic tachycardia
2.5 Patofisiologi
AVNRT adalah tipe SVT yang paling sering ditemukan. Nodus AV
memiliki perluasan jalur di atrium yang pada beberapa individu impuls listrik
dikonduksikan melalui jalur ini dengan kecepatan yang berbeda-beda sehingga
menghasilkan jalur konduksi lambat dan jalur konduksi cepat. Jalur cepat
ditandai dengan kecepatan konduksi yang cepat, namun masa refrakternya
relative panjang, sedangkan jalur lambat ditandai dengan kecepatan konduksi
Normalnya, impuls yang melalui nodus AV akan melewati kedua jalur ini.
impuls yang melewati jalur cepat akan sampai ke bundle HIS terlebih dahulu.
Saat impuls yang melewati jalur lambat sampai ke bundle HIS, impuls tersebut
bertemu dengan jaringan yang sedang mengalami refrakter kemudian
menghilang. Sehingga pada keadaan normal, hanya impuls yang melewati
15
Gambar 2.1 mekanisme AVNRT
16
Pasien juga mengeluh lemah, nyeri kepala dan rasa tidak enak di
tenggorokan.18
Pasien dengan TaRNAV dan TaRAV sering memberikan
gejala/keluhan yang sangat berbeda. Pasien dengan TaRNAV lebih sering
menggambarkan keluhannya sebagai dada yang bergetar atau leher yang
berdenyut keras. Keluhan ini mungkin terkait dengan aliran balik pulsatil saat
atrium kanan berkontraksi melawan katup trikuspid yang menutup. Sebuah
studi invasif menunjukkan bahwa tekanan atrium kiri pada saat TaRNAV
lebih tinggi dibanding pada saat TaRAV, sehingga pada TaRNAV ditemukan
kadar ANP (atrial natriuretic peptide) yang lebih tinggi dan lebih sering
terjadi poliuria dibanding pasien TaRAV atau kepak atrium.17
Gejala sinkop jarang ditemukan pada pasien TSV, namun keluhan
kliyengan sering terjadi. Pasien tua dengan TaRNAV lebih sering datang
dengan keluhan sinkop atau hampir sinkop. Penurunan tekanan darah pada
saat TSV sering terjadi pada awal terjadinya TSV (10 - 30 detik), yang
kemudian akan menjadi normal kembali setelah 30 – 60 detik. Berkaitan
dengan mengemudi, 57% pasien TSV mengalami keluhan saat mengemudi,
dan 24% menyatakan bahwa keluhan tersebut sangat mengganggu.17
2.7 Diagnosis
Diagnosis takikardi supraventrikular sering terlewatkan karena gejalanya
dianggap sebagai gejala gangguan cemas dan panic. Anamnesis pasien sangat
penting untuk menegakkan diagnosis. Biasanya diperlukan monitor Holter
17
gelombang P retrograd lebih sering terbenam di kompleks QRS sehingga tidak
kompleks QRS tetap dalam batas normal baik bentuk maupun durasinya.
ireguler. Jika laju ventrikular ireguler dan laju atrial melebihi laju ventrikel,
maka hal tersebut mengarah pada diagnosis atrial fibrilasi, atrial flutter, atau
Kriteria SVT:
18
pseudo S) dan sedikit defleksi positif di akhir kompleks QRS pada sadapan
V1 (pseudo R’). 13
2.8 Penatalaksanaan
Terapi yang dapat dilakukan pada keadaan akut berupa:
1. Manuver Vagal
penanganan awal yang cukup sederhana dan mudah. Manuver vagal harus
dilakukan pada posisi supine. Manuver ini umumnya hanya efektif pada
SVT yang melibatkan nodus AV sebagai komponen utama dalam sirkuit
reentrant. Manuver Valsava, secara umum dilakukan dengan
meningkatkan tekanan intratorakalis melalui mengedan selama 10-30
detik, atau setara dengan tekanan 30-40 mmHg. Pijat sinus karotis
dilakukan setelah dipastikan tidak ada bruit pada auskultasi arteri karotis.
Dilakukan pada salah satu arteri karotis kiri atau kanan setinggi mungkin
dengan gerakan sirkuler selama 5-10 detik. Metode lain adalah dengan
cara menempelkan handuk yang telah dibasahi air es ke wajah pasien;
dapat juga dengan merendam wajah pasien langsung ke dalam air bersuhu
10 derajat Celcius. Kedua cara ini terbukti cukup efektif.
2. Adenosin
kali setiap 1-2 menit dengan dosis 12 mg bila irama tidak berubah. Tingkat
19
menyebabkan atrial fibrillation dengan respons ventrikel cepat, oleh
3. Kardioversi Tersinkronisasi
atau gejala gagal jantung akut. Dosis kardioversi dimulai dari 50 J, dapat
dinaikkan bertahap. Kardioversi juga direkomendasikan pada pasien PSVT
5. Penghambat Beta
20
Penghambat beta (beta blocker) intravena direkomendasikan pada
pasien PSVT dengan hemodinamik stabil. Walaupun tidak seefektif
penghambat kanal kalsium, penghambat beta memiliki profil keamanan
sangat baik. Penghambat beta yang dapat diberikan seperti esmolol,
metoprolol, propranolol, atenolol, dan lain-lain.
6. Digoxin
21
Gambar 2.21 Algoritma Takikardia.
Catatan:
Kardioversi rekomendasi dosis inisial
o QRS sempit teratur: 50-100J
o QRS sempit tidak teratur: 120-200J bifasik atau 200J monofasik
o QRS lebar teratur: 100J
o QRS lebar tidak teratur: dosis defibrilasi (tidak disinkronisasi)
Adenosin IV
o Dosis pertama 6 mg IV bolus cepat, diikuti dengan flush NS
o Dosis kedua: 12 mg IV jika diperlukan
22
Obat antiaritmia IV untuk takikardia QRS lebat teratur
o Amiodaron IV: dosis inisial 150 mg dalam 10 menit. Dapat diulang
bila terulang kembali. Diikuti dosis rumatan 1 mg/menit untuk 6
jam pertama.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. American Heart Association, 2011. Guidelines for cardiopulmonary
resuscitation and emergency cardiovascular care: Advanced life support.
Circulation, Volume 112, pp. 167-187.
2. Chun, T. U. H. & Van Hare, G. F., 2010. Advances in the approach to
treatment of supraventricular tachycardia in population. Current
Cardiology Reports, Volume 6, pp. 322-326.
3. Delacrétaz, E., 2012. Supraventricular Tachycardia. New England Journal
of Medicine, 354(10), pp. 1039-1051.
4. Doniger, S. J. & Sharieff, G. Q., 2010. Dysrythmias. Clinics of North
America, Volume 53, pp. 85-105.
5. Dubin, A., 2012. Cardiac arrhythmias. In: R. Kliegmann, R. Behrmann, H.
Jenson & B. Stanton, eds. Philadelphia: Saunders, Elsevier, pp. 1942-1950.
6. Hanash, C. R. & Crosson, J. E., 2010. Emergency Diagnosis and
Management of Arrhythmias. J Emerg Trauma Shock, Volume 3(3), p.
251–260.
7. Hanisch, D., 2012. Arrhythmias. Journal of Nursing, Volume 16, pp. 351-
362.
8. Iyer, V. R., 2013. Drug Therapy Considerations in Arrhythmias. Indian
Pacing and Electrophysiology Journal, Volume 8 (3), pp. 202-210.
9. Kannankeril, P. & Fish, F., 2011. Disorders of Cardiac Rhythm and
Conduction. In: , eds. . 7th ed.. In: H. Allen, D. Driscoll, R. Shaddy & T.
Feltes, eds. Moss and Adams' Heart Disease in Infants, Children, and
Adolescents: Including the Fetus and Young Adults 7th Ed. Philadelphia:
Lippincott, Williams and Wilkins, pp. 293-342.
10. Kantoch, M. J., 2011. Supraventricular tachycardia. Indian Journal,
Volume 72, pp. 609-619.
11. Kim, Y. H., Park, H.-S., Hyun, M. C. & Kim, Y.-N., 2012.
Tachyarrhythmia and Radiofrequency Catheter Ablation: Results From
1993 to 2011. Korean Circulation Journal, Volume 42, pp. 735-740.
12. Kothari, D. S. & Skinner, J. R., 2013. Tachycardias: an update. Volume
91, p. 136–144.
13. Lilly LS. Pathophysiologi of heart disease : a collaborative project of
medica student and faculty. Lippincott Williams & Wilkins. 2003. p. 279-
280.
14. Link, M. S., 2012. Evaluation and Initial Treatment of Supraventricular
Tachycardia. The New England Journal of Medicine, 367(15), pp. 1438-
1448.
15. Manole, M. D. & Saladino, R. A., 2013. Emergency Department
Management of the Patient With Supraventricular Tachycardia.
Emergency Care, 23(3), pp. 176-189.
16. Moghaddam, M. Y. A., Dalili, S. M. & Emkanjoo, Z., 2011. Efficacy of
Adenosine for Acute Treatment of Supraventricular Tachycardia. The
Journal of Tehran University Heart Center, Volume 3(3), pp. 157-162.
24
17. Raharjo, SB, et al. Pedoman Tatalaksana Takiaritmia Supraventrikular
(TaSuV). Indonesian J Cardiol. 2017;38:109-50 ISSN 0126/3773
18. Schlechte, E. A., Boramanand, N. & Funk, M., 2011. Supraventricular
Tachycardia in the Primary Care Setting: Agerelated Presentation,
Diagnosis, and Management. Journal of Health Care, 22(5), pp. 289-299.
19. Sekar, R. P., 2013. Epidemiology of Arrhythmias. Indian Pacing and
Electrophysiology Journal, Volume 8, pp. 8-13.
20. Tilley LP, Smith FWK, Oyama M, Sleeper MM. Manual of Canine and
Feline cardiology. 4th edition. Elsevier Saunders: Philadelphia. 2007. p.
352.
21. Wong, K. K., Potts, J. E., Etheridge, S. P. & Sanatani, S., 2012.
Medications used to manage supraventricular tachycardia: A North
American Survey. Cardiology, Volume 27, pp. 199-203.
25
26