Anda di halaman 1dari 14

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/318436475

Pemaafan dan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa (Forgiveness and Academic


Procrastination among College Students)

Article  in  Jurnal Psikologi · June 2017


DOI: 10.14710/jpu.16.1.64-76

CITATIONS READS

4 850

1 author:

Amalia Rahmandani
Universitas Diponegoro
35 PUBLICATIONS   80 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Bullying and Creative Art Intervention among Upper Level Elementary School Students View project

College Students' Mental Health and Eastern-Based Interventions View project

All content following this page was uploaded by Amalia Rahmandani on 17 June 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Psikologi Undip Vol.16 No.1 April 2017, 64-76

PEMAAFAN DAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA

Amalia Rahmandani

Fakultas Psikologi Univeristas Diponegoro


Jl. Prof. Soedharto SH Tembalang Semarang

amalia_rahmandani07@yahoo.co.id

Abstract
Procrastination has a direct impact on the decline in academic achievement, and an indirect impact on worse
mental health. The evidence about the relationship between forgiveness and procrastination impress
contradiction. A number of studies, both directly and indirectly, support the relationship between these two
constructs. In contrast, several other studies seem to weaken the relationship, even perfectionism and self-doubt
become contributor for optimal academic performance. This study aims to examine the relationship between
forgiveness and academic procrastination in college students. There were 127 undergraduate students who was
selected as research subjects using the stratified random sampling technique. Data were collected using The
Forgiveness Psychological Scale (32 items, α = .888) and The Academic Procrastination Scale (41 items, α =
.916). The results showed a negative and significant correlation (r xy = -.358, p < .001), which means that the
higher level of forgiveness, the lower academic procrastination, and conversely. The effective contribution is
12.8%. Further results showed negative correlations between forgiveness of self, others, and situations with
academic procrastination. The differences in the amount of the contribution of forgiveness between different
objects discussed further.

Keywords: forgiveness; academic procrastination; college student

Abstrak
Prokrastinasi secara langsung berdampak pada penurunan prestasi akademik, dan secara tidak langsung
berdampak pada kesehatan mental yang lebih buruk. Bukti mengenai hubungan antara pemaafan dan
prokrastinasi mengesankan adanya pertentangan. Sejumlah penelitian, baik langsung maupun tidak langsung,
mendukung hubungan antara dua konstruk tersebut. Sebaliknya, beberapa penelitian lain seolah melemahkan
hubungan keduanya, bahkan perfeksionisme dan keraguan diri menjadi penyumbang bagi performa akademik
yang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara pemaafan dan prokrastinasi akademik
pada mahasiswa. Terdapat 127 mahasiswa sarjana yang terpilih sebagai subjek penelitian menggunakan teknik
stratified random sampling. Data dikumpulkan menggunakan Skala Psikologis Pemaafan (32 aitem, α = 0,888)
dan Skala Prokrastinasi Akademik (41 aitem, α = 0,916). Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang negatif
dan signifikan (rxy = -0,358; p < 0,001), yang berarti semakin tinggi tingkat pemaafan, maka semakin rendah
prokrastinasi akademik, dan sebaliknya.. Besaran prediksi yaitu 12,8%. Hasil lebih jauh menunjukkan korelasi
negatif antara pemaafan diri sendiri, orang lain, maupun situasi dengan prokrastinasi akademik. Perbedaan
besaran kontribusi pemaafan di antara objek yang berbeda didiskusikan lebih jauh.

Kata kunci: pemaafan; prokrastinasi akademik; mahasiswa

PENDAHULUAN tanpa hambatan. Prokrastinasi akademik


adalah hambatan yang umum dialami remaja
Prestasi di kalangan mahasiswa dapat dan memasuki masa dewasa bagi tercapainya
menjadi permasalahan penting yang perlu prestasi (Klassen, Krawchuck, & Hannok;
mendapatkan perhatian. Mahasiswa dalam Lakshminarayan, Potdar, & Reddy; Rice,
periode perkembangan remaja akhir Richardson, & Clark; dalam Santrock, 2014).
menunjukkan gairah untuk mencapai
kesuksesan sebagai sarana untuk memenuhi Prokrastinasi nampaknya berdampak luas
peran akibat tekanan akademik dan sosial dan tidak dapat dipandang sebelah mata.
(Schwartz, Kelly, & Duong, dalam Santrock, Selain merupakan hambatan motivasional
2014). Meski demikian, kebutuhan ini bukan yang berdampak langsung bagi kehidupan

64
Pemaafan dan prokrastinasi akademik mahasiswa 65

akademik dan prestasi, prokrastinasi secara kecenderungan prokrastinasi pada situasi


tidak langsung berdampak bagi kehidupan spesifik yang sama di waktu mendatang
mental seseorang. Sebuah meta-analisis (Wohl, Pychyl, & Bennett, 2010). Pemaafan
terhadap 33 penelitian yang menyelidiki diri sendiri melibatkan pengakuan terhadap
hubungan antara prokrastinasi dan prestasi pengalaman tidak menyenangkan, adanya
akademik menunjukkan adanya hubungan pengalaman rasa bersalah dan penyesalan,
negatif. Prestasi yang rendah, seperti dan upaya untuk mengatasinya, menerima
terlambat mengumpulkan tugas dan diri alih-alih menghukum diri (Hall &
mendapatkan nilai buruk sebagai akibat dari Fincham, 2005; dalam Wohl, Pychyl, &
penundaan belajar, adalah dampak yang tidak Bennett, 2010).
terelakkan dari prokrastinasi (Kim & Seo,
2015). Prokrastinasi dalam jangka panjang Hubungan pemaafan dan prokrastinasi secara
juga berdampak pada kesehatan mental yang tidak langsung juga ditunjukkan dalam
lebih buruk (Stead, Shanahan, & Neufeld, kaitannya dengan karakteristik kepribadian
2010). Prokrastinasi dapat mengakibatkan conscientiousness, yang mendeskripsikan
stres yang berdampak pada disfungsi orang-orang yang teratur, terkontrol,
psikologis dan pola perilaku maladaptif, dan terorganisasi, ambisius, terfokus pada
dihubungkan dengan bermacam sindroma pencapaian, dan memiliki disiplin diri (Feist
psikiatri (Ferrari, Johnson, & McCown, & Feist, 2010). Hasil meta-analisis terhadap
1995). 15 penelitian menunjukkan adanya hubungan
yang positif antara conscientiousness dan
Sebuah penelitian yang menghubungkan memaafkan (Balliet, 2012). Penelitian lain
faktor psikologis dengan prokrastinasi juga menunjukkan bahwa seseorang yang
membuktikan adanya korelasi antara conscientious cenderung memiliki kemam-
prokrastinasi dengan kesulitan regulasi diri. puan regulasi diri yang lebih baik sehingga
Prokrastinasi tidak secara sederhana mencer- memungkinkan untuk lebih mudah
minkan kurangnya motivasi, melainkan memaafkan (Hill & Allemand, 2012).
adanya keterkaitan dengan motivasi eks- Conscientiousness pada saat yang bersamaan
trinsik yang rendah, kontrol diri, dan juga berhubungan negatif dengan pro-
kesulitan emosi. Kapasitas pengambilan krastinasi akademik (Maula, 2013). Baik
keputusan yang lemah, serta hambatan conscientiousness secara positif maupun
pikiran atau ingatan yang tidak relevan prokrastinasi secara negatif memprediksi
menjadikan tugas terkesan membosankan secara bermakna kelangsungan perkuliahan
atau dirasakan sulit (Rebetez, Rochat, & Van pada mahasiswa (Morris & Fritz, 2015).
der Linden, 2015). University of Buffalo
Counseling Services (dalam Santrock, 2014) Tidak adanya kesediaan memaafkan nampak-
merangkum beberapa alasan terjadinya nya dicirikan dengan perfeksionisme yang
prokrastinasi, seperti manajemen waktu yang berimplikasi pada performa akademik.
buruk, kesulitan konsentrasi, takut dan Perfeksionisme dapat mengakibatkan mal-
cemas, keyakinan yang negatif, masalah adjustment melalui kritik diri yang
personal, kebosanan, harapan yang tidak memunculkan perilaku merusak diri (Sherry,
realistis dan perfeksionisme, dan ketakutan Stoeber, & Ramasubbu, 2016). Menurut
akan kegagalan. penelitian ini, kritik diri berdampak pada
munculnya keragu-raguan mengambil
Selain penelitian di atas, faktor psikologis tindakan yang memprediksi prokrastinasi.
pemaafan diri sendiri untuk situasi Meski demikian, penelitian lain
prokrastinasi spesifik juga telah diteliti menunjukkan bahwa orang dengan
(Wohl, Pychyl, & Bennett, 2010). Tingginya perfeksionisme yang adaptif dan adanya
tingkat pemaafan diri sendiri untuk situasi motivasi yang ditentukan oleh diri (self-
spesifik prokrastinasi, dapat mengurangi determined motivation) nampak memiliki

Jurnal Psikologi Undip Vol.16 No.1 April 2017, 64-76


66 Rahmandani

tingkat prokrastinasi akademik yang lebih Schouwenburg (1995) yang meliputi, (1)
rendah (Burnam, Komarraju, Hamel, & penundaan untuk memulai maupun
Nadler, 2014). Penurunan kepercayaan diri menyelesaikan tugas sampai tuntas, (2)
dan munculnya keraguan terhadap diri (self- keterlambatan/kelambanan dalam menger-
doubt) dalam derajat yang kecil juga jakan tugas akademik, (3) kesenjangan waktu
membantu meningkatkan usaha dan performa antara rencana dan kinerja aktual, (4)
(Woodman, Akehurst, Hardy, & Beattie, melakukan aktivitas lain yang lebih
2010). menyenangkan daripada mengerjakan tugas.

Prokrastinasi menurut Ferrari, Johnson, dan Pemaafan termasuk ke dalam kajian


McCown (1995) terkait dengan suatu psikologi positif, yaitu pendekatan ilmiah
kecenderungan menunda-nunda penyelesaian dan terapan untuk mengungkap berbagai
suatu tugas dan waktu untuk mengerjakan kekuatan seseorang dan mendorong fungsi
tugas. Individu yang melakukan prokrastinasi positif mereka (Snyder & Lopez, 2007).
selalu melakukan kegiatan alternatif yang Rahmandani (2015) menyarikan pengertian
menggantikan kegiatan yang relevan (Knaus, pemaafan dari berbagai sumber (Thompson,
2002) dan seringkali dipandang sebagai dkk; McCullough; Enright; Tangney, dkk;
metode pengatasan kecemasan akibat dalam Snyder & Lopez, 2007) adalah upaya
kesulitan dalam membuat pilihan atau yang dilakukan dengan melibatkan
keputusan, atau dalam mengambil tindakan perubahan baik kognitif, afektif, maupun
(Knaus, 2010). Individu yang melakukan perilaku, dengan melepaskan hak sebagai
prokrastinasi secara tidak disadari akan selalu korban akibat terjadi pelanggaran,
mengulang penundaan yang dilakukan ditunjukkan dengan berkurangnya perasaan
sampai akhirnya terjebak dalam lingkaran marah/ benci/ dendam, penilaian negatif,
atau siklus prokrastinasi (Burka & Yuen, keinginan untuk bersikap acuh tak acuh,
2008). menghindari orang yang telah melakukan
pelanggaran, dan keinginan untuk menyakiti
Prokrastinasi memiliki banyak bentuk atau membalas dendam terhadap individu itu,
perilaku, termasuk di antaranya adalah dan bahkan meningkatkan perasaan belas
mengabaikan tugas dengan harapan bahwa kasih, kemurahan hati, dan bahkan cinta,
hal tersebut akan pergi dengan sendirinya, penilaian positif, keinginan untuk bertindak
mengunderestimasi pekerjaan terkait tugas secara positif terhadap orang yang telah
atau mengoverestimasi kemampuan dan melakukan pelanggaran.
sumber daya pribadi, menghabiskan waktu
terus menerus pada permainan di komputer Skala Pemaafan dalam penelitian ini
dan berselancar di internet, menipu diri dimodifikasi dan diujicoba kembali dari skala
sendiri bahwa penampilan yang sedang- yang telah digunakan oleh Rahmandani
sedang saja atau buruk itu dapat diterima, (2015). Aitem-aitem dalam skala tersebut
menggantikan aktivitas yang penting dengan disusun berdasarkan aspek-aspek pemaafan
prioritas yang lebih rendah, meyakini bahwa menurut Thompson dan rekan-rekannya
penundaan-penundaan kecil yang berulang (2005; dalam Snyder & Lopez, 2007) yang
tidak akan menyakitkan, mendramatisasi secara inklusif menyatakan bahwa sumber
sebuah komitmen terhadap tugas terjadinya pelanggaran, dan pada akhirnya
dibandingkan mengerjakannya, dan gigih menjadi target memaafkan, dapat berasal dari
hanya pada sebagian tugas (University of diri sendiri, orang lain atau sejumlah orang,
Illinois Counseling Center dalam Santrock, atau situasi yang berada di luar kendali
2014). seseorang (seperti penyakit, “nasib”, atau
bencana alam). Penyusunan aitem pada
Skala Prokrastinasi Akademik disusun oleh masing-masing aspek mempertimbangkan
peneliti berdasarkan aspek-aspek dari berkurangnya hal-hal negatif dan

Jurnal Psikologi Undip Vol.16 No.1 April 2017,64-76


Pemaafan dan prokrastinasi akademik mahasiswa 67

meningkatnya hal-hal yang positif pada sarjana reguler, Jurusan Ilmu Gizi, Fakultas
aspek kognitif, afektif, maupun perilaku. Kedokteran, Universitas Diponegoro, yang
masih aktif menjalani perkuliahan dan tidak
Uraian di atas mencoba mencari bukti adanya sedang mengerjakan skripsi.
hubungan antara pemaafan dengan
prokrastinasi akademik. Pemaafan Data dikumpulkan menggunakan skala
nampaknya membantu mengurangi tingkat psikologis yang disusun oleh peneliti
prokrastinasi akademik. Selain penurunan berdasarkan aspek yang telah dipaparkan
pada prestasi akademik, tingginya tingkat pada teori, yaitu Skala Pemaafan (32 aitem; α
prokrastinasi juga menyebabkan pemburukan = 0,888) dan Skala Prokrastinasi Akademik
kesehatan metal. Di sisi lain, bukti juga (41 aitem; α = 0,916). Subskala pemaafan
menunjukkan bahwa perfeksionisme dan ditinjau dari objek pemaafan, yaitu Pemaafan
keraguan diri sebagai dampak tidak Diri Sendiri (10 aitem; α = 0,747), Pemaafan
memaafkan, dengan kondisi tertentu, justru Orang Lain (16 aitem; α = 0,871), dan
dapat membantu penyesuaian akademik. Pemaafan Situasi (13 aitem; α = 0,823).
Bagaimana sebenarnya hubungan antara Skala telah diujicobakan kepada mahasiswa
pemaafan dan prokrastinasi akademik dengan karakteristik dan dari program studi
mahasiswa? Jika ketidaksediaan untuk yang sama dengan subjek penelitian, yaitu
memaafkan berdampak pada perfeksionisme yang tidak termasuk ke dalam subjek
dan keraguan diri yang justru membantu penelitian dari hasil sampling. Data yang
penyesuaian akademik, apakah pemaafan diolah sebanyak 125 data pemaafan dan 128
tidak perlu dilakukan? Penelitian ini data prokrastinasi akademik (4 laki-laki,
bertujuan menguji hubungan antara sisanya perempuan) dengan distribusi usia
pemaafan (tidak terbatas pada objek diri 17-22 tahun.
sendiri dan situasi spesifik) dan prokrastinasi
akademik mahasiswa, serta mengetahui Seluruh skala menggunakan skala Likert
besaran prediksi pemaafan terhadap yang terdiri dari empat kategori respon, yaitu
prokrastinasi akademik. Analisa lebih lanjut, sangat tidak sesuai (STS), tidak sesuai (TS),
diharapkan dapat menjelaskan aspek sesuai (S), dan sangat sesuai (SS). Skor pada
prokrastinasi menurut tinjauan pemaafan, aitem favorable, secara berurutan STS, TS, S,
serta perbedaan prediksi antara pemaafan diri dan SS adalah 1, 2, 3, dan, 4. Sedangkan skor
sendiri, orang lain, dan situasi bagi pada aitem unfavorable sesuai dengan urutan
prokrastinasi akademik, berikut respon di atas adalah 4, 3, 2, dan 1.
penjelasannya.
Penelitian ini menggunakan rancangan studi
Hipotesis mayor yang diajukan dalam korelasional. Data diolah dengan metode
penelitian ini, “Ada hubungan negatif antara statistik analisis regresi sederhana
pemaafan dengan prokrastinasi akademik menggunakan program komputer Statistic
mahasiswa.” Hipotesis minor, “Ada Packages for Social Science (SPSS) versi
hubungan negatif antara pemaafan diri 17.0.
sendiri, orang lain, dan situasi dengan
prokrastinasi akademik mahasiswa.” HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE Hasil penghitungan statistik setelah meme-


nuhi uji asumsi normalitas dan linieritas
Sebanyak 127 mahasiswa dengan rentang distribusi penelitian menunjukkan bahwa
usia 17 - 22 tahun (M=19,28, SD=1,02) pemaafan berkorelasi sebesar rxy = -0,358 (p
terlibat dalam penelitian ini.Teknik sampling < 0,001) dengan prokrastinasi akademik
acak stratifikasi (stratified random sampling) (Tabel 1). Koefisien korelasi tersebut
dilakukan pada populasi mahasiswa program mengindikasi adanya hubungan yang negatif

Jurnal Psikologi Undip Vol.16 No.1 April 2017, 64-76


68 Rahmandani

antara variabel pemaafan dengan (sumbangan efektif 2,5%), 0,102 (sumbangan


prokrastinasi akademik. Hasil analisis regresi efektif 10,2%), dan 0,150 (sumbangan efektif
sederhana menunjukkan bahwa hipotesis 15%) terhadap prokrastinasi akademik.
yang diajukan peneliti dapat diterima. Selain
itu data pada Tabel 1 juga menunjukkan Perbedaan sumbangan di atas menunjukkan
adanya korelasi negatif antara pemaafan diri bahwa pemaafan situasi sulit yang dihadapi
sendiri dan prokrastinasi akademik dengan paling besar memberikan kontribusi bagi
rxy = -0,159 (p < 0,05), korelasi negatif antara menurunnya tingkat prokrastinasi, pemaafan
pemaafan orang lain dan prokrastinasi orang lain memberikan kontribusi yang dapat
akademik dengan rxy = -0,319 (p < dikatakan kecil namun masih jauh lebih
0,001), dan korelasi negatif antara pemaafan banyak dibandingkan pemaafan diri sendiri,
situasi dan prokrastinasi akademik dengan rxy sedangkan pemaafan diri sendiri justru
= -0,388 (p < 0,001). memberikan sumbangan paling kecil, atau
dapat dikatakan memiliki hubungan yang
Analisis juga menghasilkan koefisien sangat lemah dibandingkan yang lain.
determinasi (R Square) untuk prediktor Sebaliknya hal ini juga menunjukkan bahwa
pemaafan sebesar 0,128, artinya pemaafan tidak memaafkan situasi memprediksi tingkat
memberi sumbangan efektif 12,8% terhadap prokrastinasi akademik yang lebih tinggi
prokrastinasi akademik (Tabel 1). Data dibandingkan seseorang yang tidak
dengan prediktor objek pemaafan yang memaafkan orang lain. Tidak memaafkan diri
berbeda diolah secara terpisah dan sendiri yang dalam penelitian terdahulu
menunjukkan adanya perbedaan hasil. diprediksi memberikan sumbangan bermakna
Prediktor pemaafan diri sendiri, orang lain, karena kritik diri dan perfeksionisme, justru
dan situasi secara berturut-turut memberikan sumbangan paling kecil.
menghasilkan R Square sebesar 0,025

Tabel 1.
Korelasi dan sumbangan efektif antara variabel prediktor dengan prokrastinasi akademik
Variabel r Sumbangan efektif
Pemaafan &
-0,358** 12,8%
Prokrastinasi Akademik
Pemaafan Diri Sendiri &
-0,159* 2,5%
Prokrastinasi Akademik
Pemaafan Orang Lain &
-0,319** 10,2%
Prokrastinasi Akademik
Pemaafan Situasi &
-0,388** 15%
Prokrastinasi Akademik
Catatan : ** korelasi signifikan pada p<0,001
*korelasi signifikan pada p<0,05

Analisis tambahan dilakukan untuk Berdasarkan Gambar 1, nampak adanya


mengetahui kategorisasi subjek ke dalam kecenderungan bahwa tingkat pemaafan
kelompok-kelompok yang terpisah secara secara umum dan pemaafan diri sendiri
berjenjang menurut kontinum skor masing- memiliki distribusi yang lebih seimbang
masing variabel. Distribusi subjek antara jumlah subjek dengan skor sangat
berdasarkan kategorisasi menurut peng- rendah hingga rendah dan jumlah subjek
hitungan menggunakan norma hipotetik dengan skor tinggi hingga sangat tinggi. Hal
ditampilkan pada Tabel 2. Hasil menarik dari ini berbeda dengan distribusi jumlah subjek
Tabel 2 yang dapat ditambahkan adalah pada tingkat pemaafan orang lain dan situasi,
perbandingan sebaran data pemaafan, dimana jumlah subjek dengan pemaafan
pemaafan diri sendiri, orang lain, dan situasi orang lain dan situasi pada tingkat sangat
yang disajikan dalam Gambar 1. rendah hingga rendah jumlahnya lebih sedikit

Jurnal Psikologi Undip Vol.16 No.1 April 2017,64-76


Pemaafan dan prokrastinasi akademik mahasiswa 69

daripada yang memiliki skor tinggi hingga terdapat perbedaan signifikan pada
sangat tinggi (kurva cenderung condong ke prokrastinasi akademik bila ditinjau dari
arah kanan). Hasil tersebut menunjukkan variabel pemaafan dengan nilai F sebesar
bahwa pada subjek, pemaafan terhadap suatu 2,309 (p>0,05). Selain itu, juga tidak terdapat
objek tidak selalu diikuti dengan pemaafan perbedaan signifikan pada prokrastinasi
pada objek yang lain. Nampak bahwa subjek akademik bila ditinjau dari pemaafan diri
cenderung memiliki kesulitan untuk sendiri; ditunjukkan dengan nilai F sebesar
memaafkan diri sendiri dibandingkan saat 0,877 (p>0,05). Sebaliknya, terdapat
dihadapkan pada situasi permasalahan yang perbedaan signifikan pada prokrastinasi
berkenaan pada orang lain atau situasi yang akademik bila ditinjau dari pemaafan orang
tidak menyenangkan. Dengan demikian skor lain dengan nilai F sebesar 4,676 (p<0,05),
pemaafan secara umum dapat berasal dari dan situasi dengan nilai F sebesar 7,271
skor pemaafan yang bervariasi pada masing- (p<0,05) .
masing objek. Hal ini menunjukkan adanya
perbedaan pemahaman mengenai pengertian Range rerata variabel prokrastinasi akademik
pemaafan. antara kategori sangat rendah dengan sangat
tinggi pada variabel prediktor sebagaimana
Analisis selanjutnya juga ditambahkan
Tabel 4, secara berturut-turut dari yang
dengan melakukan uji beda variabel
prokrastinasi akademik ditinjau dari variabel terpendek hingga terpanjang adalah 17
pemaafan, pemaafan diri sendiri, orang lain, (pemaafan diri sendiri), 22,5 (pemaafan
dan situasi menggunakan uji anava 1 jalur, secara umum), 24,62 (pemaafan orang lain),
ditampilkan pada Tabel 3. Hasilnya, tidak dan 30,22 (pemaafan situasi).
Tabel 2.
Kategorisasi dan Distribusi Subjek Penelitian Ditinjau dari Masing-Masing Variabel
Variabel Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Prokrastinasi Akademik 8 44 70 5 0
Pemaafan 1 16 69 39 2
Pemaafan Diri Sendiri 2 26 68 29 2
Pemaafan Orang Lain 1 10 54 46 16
Pemaafan Situasi 2 14 51 51 9

80
70
60
50
Pemaafan
40
30 Diri Sendiri

20 Orang Lain
10 Situasi
0
Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat
Rendah Tinggi
Kategorisasi

Gambar 1.
Grafik Perbandingan Jumlah Mahasiswa pada Masing-Masing Kategori Pemaafan, Pemaafan Diri
Sendiri, Pemaafan Orang Lain, dan Pemaafan Situasi

Jurnal Psikologi Undip Vol.16 No.1 April 2017, 64-76


70 Rahmandani

Tabel 3.
Uji Beda Variabel Prokrastinasi Akademik
Variabel Prediktor Nilai F Sig p Keterangan
Pemaafan 2,309 0,062 p>0,05 Tidak Signifikan
Pemaafan Diri Sendiri 0,877 0,480 p>0,05 Tidak Signifikan
Pemaafan Orang Lain 4,676 0,002 p<0,05 Signifikan
Pemaafan Situasi 7,271 0,000 p<0,001 Signifikan

Tabel 4.
Perbandingan Rerata antar Kelompok Variabel Prokrastinasi Akademik
Ditinjau dari Variabel Prediktor
Rerata Kelompok Variabel Prokrastinasi Akademik
Kategori
Pemaafan Diri Sendiri Orang Lain Situasi
Sangat Rendah 108 104 108 115
Rendah 98,63 94,92 99,4 98,93
Sedang 94,19 93,71 94,78 96,65
Tinggi 90,21 91,45 93,91 89,55
Sangat Tinggi 85,5 87 83,38 84,78
Total 93,5 93,5 93,5 93,5

Uji statistik menggunakan analisis regresi Akar masalah emosional bagi munculnya
sederhana telah menjawab bahwa hipotesis perilaku prokrastinasi setidaknya me-
yang diajukan dalam penelitian ini terbukti, nyangkut tiga hal. Pertama, kekhawatiran
yaitu terdapat hubungan yang signifikan akan kegagalan akibat rasa khawatir
antara pemaafan dengan prokrastinasi dianggap tidak cukup mampu atau tidak
akademik mahasiswa. Nilai koefisien yang layak, sehingga dapat memunculkan perasaan
negatif mengindikasikan bahwa pemaafan ditolak. Untuk membuktikan bahwa dirinya
berbanding terbalik dengan prokrastinasi cukup baik, mereka berjuang memenuhi
akademik. Semakin tinggi tingkat pemaafan, tuntutan yang tidak realistis dan menjadi
maka semakin rendah tingkat prokrastinasi seorang perfeksionis. Perfeksionis yang
akademik, sebaliknya semakin rendah tingkat maladaptif cenderung rentan mengalami
pemaafan, maka semakin tinggi tingkat prokrastinasi, melakukan kritik diri,
prokrastinasi akademik. mengalami depresi, dan memiliki harga diri
yang rendah (Slaney, Rice, & Ashby, dalam
Pemaafan dapat mengurangi risiko tingginya Burka & Yuen, 2008). Kedua, prokrastinasi
tingkat prokrastinasi akademik, mengingat sebagai upaya penghindaran karena
sejumlah permasalahan yang muncul dan kekhawatiran akan kesuksesan dan
menjadi penyebab prokrastinasi akademik menghindari kesempurnaan. Hal ini terjadi
berhubungan dengan pengalaman internal, karena khawatir dengan tuntutan yang
konflik dengan orang lain, atau pandangan berlebihan, takut melukai diri sendiri atau
terhadap situasi, dapat dianggap sebagai orang lain, atau merasa tidak pantas untuk
suatu pelanggaran yang menimbulkan menerima sukses (Burka & Yuen, 2008).
ketidaknyamanan. Permasalahan-permasa- Ketiga, adanya kekhawatiran mengalami
lahan sebagai akar terjadinya prokrastinasi kekalahan dalam persaingan akan
dapat relevan dengan pemaafan dalam menghilangkan perasaan kendali pada
beberapa cara, menyangkut perasaan- seseorang terhadap kehidupan dan situasi.
perasaan akan kekhawatiran dan keragu- Prokrastinasi dapat menjadi salah satu cara
raguan mengenai diri, relasi yang dibina, dan untuk mempertahankan diri dan men-
situasi yang dihadapi. dapatkan kembali perasaan memiliki kendali,

Jurnal Psikologi Undip Vol.16 No.1 April 2017,64-76


Pemaafan dan prokrastinasi akademik mahasiswa 71

mendapatkan kekuatan, penghargaan, kemer- ketakutan akan kedekatan/ intimasi


dekaan dan otonomi (Burka & Yuen 2008). menyebabkan orang lebih merasa nyaman
dengan menjaga jarak karena meyakini
Pemaafan diri sendiri membantu mengatasi bahwa orang lain mungkin akan mengambil
akar masalah emosional dengan membe- keuntungan dari hasil kerja kerasnya, selalu
baskan seseorang dari kebencian terhadap menuntut dan tidak akan pernah merasa puas
diri akibat rasa malu dan rasa bersalah. Rasa hingga menghabiskan energi, tidak ingin
malu menggambarkan pandangan diri negatif mengulang pengalaman buruk di masa lalu,
menyangkut beberapa situasi, yaitu atau khawatir akan mengalami kehilangan.
mencakup rasa tidak berdaya dan tidak Prokrastinasi dilakukan sebagai salah satu
berharga. Rasa bersalah menggambarkan bentuk upaya melarikan diri dari dampak
pandangan diri negatif menyangkut situasi pengalaman-pengalaman yang tidak menye-
spesifik dan penyesalan atas sesuatu yang nangkan tersebut.
telah dilakukan (Tangney, Boone, &
Dearing, 2005; dalam Snyder & Lopez, Pemaafan orang lain membantu mengatasi
2007). Pemaafan diri sendiri membantu akar masalah interpersonal dengan memper-
mengurangi kritik diri yang tidak produktif, baiki penilaian menjadi lebih realistis dan
bertujuan membantu individu tidak terdistorsi, membebaskan diri dari
bertanggungjawab atas tindakan yang perenungan dan afek negatif, mengurangi
diperbuat, melepaskan diri dari fikiran dan keinginan untuk membalas dendam, bahkan
perasaan negatif yang menyita, sehingga meningkatkan empati seiring waktu (Gordon,
dapat meneruskan tugas berikutnya dalam Baucom, & Snyder, 2005; dalam Snyder &
kehidupan (Snyder & Lopez, 2007). Lopez, 2007). Proses pencarian makna dan
pemahaman akan situasi interpersonal yang
Akar masalah interpersonal yang tidak berdampak pada perasaan terluka, takut, dan
terpecahkan sangat mungkin menyebabkan marah, secara perlahan diharapkan dapat
masalah baru dalam relasi pada masa yang meningkatkan kendali akan kehidupannya
akan datang. Sejumlah orang terus menerus (Gordon, Baucom, & Snyder, 2005; dalam
merenungkan pengalaman menyakitkan, Snyder & Lopez, 2007).
bertahan dengan ingatan akan rasa marah,
pikiran untuk membalas dendam, dan Dalam konteks pemaafan situasi, sejumlah
menghambat pemaafan orang lain (Barber, orang tidak sanggup menerima kenyataan
Maltby, & Macaskill, 2005). Setidaknya akar akan situasi yang dihadapi, seperti
permasalahan ini dapat memunculkan kekurangan/ keterbatasan, ketidaksanggupan
prokrastinasi dalam tiga cara (Burka & Yuen, mengendalikan orang lain, atau tidak
2008). Pertama, prokrastinasi dapat mendapatkan pertolongan (Burka & Yuen,
dilakukan sebagai salah satu upaya 2008). Mereka melakukan prokrastinasi
pembalasan dendam untuk menimbulkan rasa sebagai upaya melawan kenyataan yang tidak
sakit atau ketidaknyamanan pada orang yang disukai dan bertahan hidup menurut
telah menyakiti, membuat marah, pandangan mereka, yaitu mengenai apa yang
meremehkan, atau mengkhianati. Kedua, seharusnya, seolah-olah kenyataan (Burka &
munculnya ketakutan akan perpisahan Yuen, 2008). Pemaafan situasi membantu
menyebabkan orang selalu merasa aman saat seseorang tidak lagi terjebak di masa lalu,
terhubung dengan orang lain, sehingga berhenti terus merenungi situasi dan
menginginkan hubungan yang dekat untuk menyalahkannya karena telah mengacaukan
mencari persahabatan, dukungan, dan cinta. hidup, serta menyadari bahwa melepaskan
Prokrastinasi dilakukan karena menunggu adalah bagian dari langkah untuk
kehadiran seorang penasihat bagi kesulitan mendapatkan harapan baru dalam
yang dihadapi, atau berlama-lama pada pola kehidupannya (Snyder & Lopez, 2007).
hubungan yang akrab. Ketiga, munculnya

Jurnal Psikologi Undip Vol.16 No.1 April 2017, 64-76


72 Rahmandani

Hasil analisis lebih lanjut dari penelitian ini ditoleransi, membantu meningkatkan usaha
menunjukkan bahwa pemaafan diri sendiri, dan performa (Woodman, Akehurst, Hardy,
orang lain, dan situasi, masing-masing & Beattie, 2010). Lebih lanjut, seseorang
memberikan sumbangan yang berbeda bagi menjadi perfeksionis dan berjuang untuk
derajat prokrastinasi akademik. Di antara ke memenuhi tuntutan yang tidak realistis untuk
tiga objek, pemaafan diri sendiri memberikan membuktikan bahwa dirinya cukup baik
kontribusi paling kecil (memiliki hubungan (Burka & Yuen, 2008). Perfeksionis yang
paling lemah), didukung dengan hasil adaptif memiliki tingkat prokrastinasi
analisis bahwa Pemaafan diri sendiri tidak akademik yang lebih rendah (Burnam,
memberikan perbedaan yang signifikan pada Komarraju, Hamel, & Nadler, 2014), bahkan
skor prokrastinasi akademik. Sebaliknya, memiliki standar yang tinggi dan meyakini
pemaafan orang lain dan situasi memberikan kemampuannya sehingga berdampak positif
perbedaan signifikan bagi skor prokrastinasi bagi perolehan identitas dan harga dirinya
akademik. Adanya perbedaan ini menjadi (Burka & Yuen, 2008).
layak untuk diperbincangkan khususnya pada
saat penelitian terdahulu lebih menekankan Dengan adanya bukti bahwa pemaafan diri
pada pentingnya peran pemaafan diri sendiri sendiri dirasakan lebih sulit dibandingkan
terhadap situasi prokrastinasi, untuk pemaafan orang lain dan situasi,
mencegah terjadinya prokrastinasi di masa mengakibatkan fakta ini tidak dapat dengan
mendatang (Wohl, Pychyl, & Bennett, 2010). mudah diabaikan. Pemaafan diri sendiri
Penelitian tersebut menekankan pentingnya dirasakan tidak mudah karena seseorang
memaafkan diri sendiri (atas perilaku mungkin berupaya menghindari perasaan
prokrastinasi) dalam perubahan motivasi, tidak nyaman dan melakukan prokrastinasi,
karena prokrastinasi dianggap sebagai bentuk tanpa mengenal terlebih dahulu secara
pelanggaran yang membahayakan diri mendalam kondisi yang terjadi di dalam diri
sendiri. Hubungan antara keduanya dimediasi mereka, dibalik perilaku yang nampak
oleh afek negatif (biasanya rasa bersalah), (Burka & Yuen, 2008). Memberikan
yaitu pemaafan diri sendiri akan menurunkan toleransi terhadap perasaan rentan akibat
afek negatif sehingga mengurangi paparan kekhawatiran dan ragu-ragu bukan
prokrastinasi. suatu hal yang mudah untuk dilakukan.
Kondisi inilah yang membatasi seseorang
Lemahnya hubungan pemaafan diri sendiri untuk mengenal dirinya lebih mendalam,
dan prokrastinasi akademik mungkin padahal konsekuensi dari tidak memaafkan
disebabkan karena dampak tidak memaafkan diri sendiri dapat jauh lebih parah daripada
diri sendiri secara mengejutkan dapat konsekuensi tidak memaafkan orang lain,
menjadi motivasi bagi individu untuk mengingat bahwa setiap orang harus hidup
mencapai tujuan yang lebih baik dalam dengan dirinya sendiri (Hall & Fincham,
kehidupannya. Sebaran data pemaafan diri 2005; dalam Snyder & Lopez, 2007).
sendiri pada penelitian ini menunjukkan Gambaran dinamika tentang dampak
bahwa pemaafan diri sendiri bukan suatu hal pemaafan diri sendiri terhadap performa
yang mudah. Namun bersamaan dengan itu, akademik dirumuskan dalam Gambar 2.
sebaran data menunjukkan adanya
kecenderungan prokrasinasi akademik yang Mengacu dari perpektif budaya, Sandage dan
rendah. Dengan demikian dapat ditarik Williamson (2005; dalam Afif, 2015)
kesimpulan bahwa meskipun sebagian subjek menjelaskan bahwa nilai atas pemaafan diri
cenderung tidak memaafkan dirinya, dalam budaya kolektivistik seperti ditemukan
kecenderungan melakukan prokrastinasi tetap di Indonesia adalah rendah. Hal ini berbeda
rendah. Hal ini mungkin saja terjadi karena dengan budaya individualistik yang
penurunan kepercayaan diri dan keraguan memandang tingginya nilai atas pemaafan
terhadap diri dalam derajat yang dapat diri. Pemaafan dalam budaya kolektivistik

Jurnal Psikologi Undip Vol.16 No.1 April 2017,64-76


Pemaafan dan prokrastinasi akademik mahasiswa 73

dilakukan sebagai upaya untuk menjaga mempengaruhi prokrastinasi akademik,


keseimbangan sosial. Inilah sebabnya dibandingkan pemaafan diri sendiri.
mengapa dalam budaya kolektivistik
menjunjung pentingnya rekonsiliasi sebagai Tidak cukup banyak informasi yang
indikator pemaafan, serta mengutamakan mendukung penjelasan mengapa pemaafan
pentingnya saling ketergantungan dan situasi memberikan kontribusi paling besar.
kelekatan sosial dibandingkan kesejahteraan Burka dan Yuen (2008) menyebutkan bahwa
pribadi. Perbedaan yang pula nyata adalah perjuangan melawan prokrastinasi yang
kesempatan untuk melakukan refleksi diri paling mendalam nampaknya adalah
terfasilitasi secara lebih mendalam pada perjuangan melawan kenyataan, dalam hal
budaya individualistik. ini situasi-situasi yang tidak dapat
dikendalikan oleh individu. Seseorang yang
Uraian di atas terkait budaya sekaligus memiliki perasaan akan kendali pribadi (the
menjelaskan mengapa pemaafan orang lain sense of personal control), memiliki
memberikan kontribusi yang lebih besar. kemauan dan motivasi untuk mengatasi
Pelanggaran sebagai akibat hubungan masalah secara aktif, lebih siap menghadapi
interpersonal yang buruk mendapatkan ancaman, dan memiliki tingkat distres
perhatian yang lebih utama pada budaya psikologis rendah (Ross & Mirowsky, 2013).
tempat dimana penelitian ini dilakukan, Sebaliknya, rasa ketidakberdayaan pribadi
sehingga pemaafan orang lain lebih (the sense of personal powerlessness) akan
diperhatikan daripada pemaafan diri sendiri. menjatuhkan kepercayaan diri seseorang,
Pemaafan/ ketidaksediaan untuk memaafkan memperkuat ketidakberdayaan
orang lain selanjutnya berdampak lebih besar (helplessness), dan berdampak pada
bagi perubahan afek dan lebih berpeluang munculnya depresi (Ross & Mirowsky,
2013).

Performa
akademik
optimal

Menyadari Keinginan mem- Perfeksionisme;


Tidak memaafkan
keterbatasan buktikan bahwa Tidak percaya diri; Adaptif
diri sendiri
pribadi diri lebih baik Keraguan diri

Tidak adaptif

Menghindari Performa
Pengenalan diri Prokrastinasi
perasaan tidak akademik
terbatas akademik
nyaman menurun

Budaya dan faktor lain yang mempengaruhi


Gambar 2. Rumusan Dinamika Dampak Pemaafan Diri Sendiri terhadap Performa Akademik

Gambar 2.
Rumusan Dinamika Dampak Pemaafan Diri Sendiri terhadap Performa Akademik

Jurnal Psikologi Undip Vol.16 No.1 April 2017, 64-76


74 Rahmandani

Ketidakberdayaan yang dipelajari (learned pentingnya peran pemaafan diri sendiri untuk
helplessness) adalah akibat dari paparan mencegah prokrastinasi di masa mendatang.
stimulus negatif yang tidak terhindarkan,
tidak dapat dikendalikan, dan dicirikan DAFTAR PUSTAKA
dengan rendahnya tingkat respon sukarela
dan rendahnya kemampuan untuk Afif, A. (2015). Pemaafan, rekonsiliasi, dan
mempelajari perilaku sukses (Seligman restorative justice. Diskursus perihal
dalam Ross & Mirowsky, 2013). pelanggaran di masa lalu dan upaya-
upaya melampauinya. Yogyakarta:
Pemaafan situasi dimaksudkan untuk Pustaka Pelajar.
peristiwa atau pengalaman hidup negatif
yang dinilai berada di luar kendali seseorang Balliet, D. (2010). Conscientiousness and
(Thompson dkk., 2005; dalam Snyder & forgivingness: A meta-analysis.
Lopez, 2007) sehingga diharapkan mampu Personality and Individual Differences,
meningkatkan kendali personal yang 48, 259-263.
dimiliki, mendapatkan harapan baru, dan http://dx.doi:10.1016/j.paid.2009.10.021
menentukan langkah-langkah yang dapat
dilakukan untuk menghadapi kesulitan hidup. Barber, L., Maltby, J., & Macaskill, A.
(2005). Angry memories and thoughts of
Penelitian selanjutnya dapat memper- revenge: The relationship between
timbangkan pengembangan instrumen forgiveness and anger rumination.
pemaafan yang lebih intensif, subjek dengan Personality and Individual Differences,
kelompok usia yang berbeda, 39, 253-262.
mempertimbangkan perbedaan jenis kelamin, http://dx.doi.org/doi:10.1016/j.paid.2005
pengukuran pemaafan dapat ditujukan untuk .01.006
situasi khusus (dalam hal ini prokrastinasi
akademik), atau sebaliknya pengukuran Burka, J. B., & Yuen, L. M. (2008).
prokrastinasi dapat diarahkan untuk situasi Procratination. Why you do it, what to
yang lebih umum (seperti prokrastinasi do about it now. Cambridge: Da Capo
dalam kehidupan sehari-hari). Penelitian Press.
secara mendalam yang menjelaskan
hubungan antara pemaafan diri sendiri, orang Burnam, A., Komarraju, M., Hamel, R., &
lain, maupun situasi juga perlu dilakukan. Nadler, D. R. (2014). Do adaptive
perfectionism and self-determined
SIMPULAN motivation reduce academic
procrastination? Learning and
Kesimpulan penelitian ini menunjukkan Individual Differences, 36, 165-172.
adanya hubungan negatif yang signifikan http://dx.doi.org/10.1016/j.lindif.2014.1
antara pemaafan dengan prokrastinasi 0.009
akademik pada mahasiswa. Pemaafan
memberi sumbangan efektif sebesar 12,8% Feist, J., & Feist, G. J. (2010). Teori
terhadap prokrastinasi akademik. Pemaafan kepribadian. (Ed. 7, Buku 2). Jakarta:
diri sendiri, orang lain, maupun situasi juga Penerbit Salemba Humanika.
memiliki hubungan yang negatif dengan
prokrastinasi akademik dengan sumbangan Ferrari, J. R., Johnson, J. L., & McCown, W.
efektif berturut-turut 2,5%, 10,2%, dan 15%. G. (1995). Procrastination and task
Kecilnya sumbangan pemaafan diri sendiri avoidance. Theory, research, and
secara mengejutkan bertentangan dengan treatment. New York: Spinger Science
penelitian terdahulu yang menekankan +Business Media, LLC.

Jurnal Psikologi Undip Vol.16 No.1 April 2017,64-76


Pemaafan dan prokrastinasi akademik mahasiswa 75

Gordon, K. C., Baucom, D. H., & Snyder, D. Morris, P. E., & Fritz, C.O. (2015).
K. (2005). Forgiveness in couples: Conscientiousness and procrastination
Divorce, infidelity, and couples therapy. predict academic coursework marks
Dalam E. L. Worthington Jr (Ed.). rather than examination performance.
Handbook of forgiveness (h. 407-422). Learning and Individual Differences, 39,
New York: Routledge. 193-198. http://dx.doi.org/10.1016/
j.lindif.2015.03.007
Hall, J. H., & Fincham, F. D. (2005). Self-
forgiveness: The stepchild of Rahmandani, A. (2015). Pemaafan dan aspek
forgiveness research. Journal of Social kognitif dari stres pada mahasiswi
and Clinical Psychology, 24 (5), 621- jurusan kebidanan tingkat dua. Jurnal
637. Diunduh dari Psikologi Undip, 15 (2), 118-128.
http://www.fincham.info/papers/Self- http://dx.doi.org/10.14710/jpu.14.2.118-
Forgiveness-jscp-in%20press.pdf 128

Hill, P. L., & Allemand, M. (2012). Rebetez, M. M. L., Rochat, L., & Van der
Explaining the link between Linden, M. (2015). Cognitive,
conscientiousness and forgivingness. emotional, and motivational factors
Journal of Research in Personality, 46, related to procrastination: A cluster
497-503. analytic approach. Personality and
http://dx.doi.org/10.1016/j.jrp.2012.05.0 Individual Differences, 76, 1-6.
07 http://dx.doi.org/10.1016/j.paid.2014.11.
044
Knaus, W. (2002). The procrastination
workbook. Your personalized program Ross, C. E., & Mirowsky, J. (2013). The
for breaking free from the patterns that sense of personal control: Social
hold you back. New York: New structural causes and emotional
Harbinger Publications, Inc. consequences. Dalam C. S. Aneshensel,
J. C. Phelan, & A. Bierman (Eds.).
Knaus, W. (2010). End procrastination now! Handbook of the sociology of mental
Get it done with a proven psychological health, 2nd edition (h. 379-402).
approach. New York: The McGraw-Hill Dordrecht: Springer Science+Business
Companies, Inc. Media.

Kim, K. R., & Seo, E. H. (2015). The Sandage, S. J., & Williamson, I. (2005).
relationship between procrastination and Forgiveness in cultural context. Dalam
academic performance: A meta-analysis. E. L. Worthington Jr (Ed.). Handbook of
Personality and Individual Differences, forgiveness (h. 41-55). New York:
82, 26–33. Routledge.
http://dx.doi.org/10.1016/j.paid.2015.02.
038 Santrock, J.W. (2014). Adolescence (15th ed).
New York: McGraw-Hill.
Maula, A. (2013). Hubungan antara
karakteristik kepribadian Schouwenburg, H. C. (1995). Academic
conscientiousness dengan procrastination. Theoretical notions,
kecenderungan prokrastinasi akademik measurement, and research. Dalam J. R.
pada mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Ferrari, J. L. Johnson, & W. G. McCown
Surabaya. Skripsi Tidak Dipublikasikan. (Eds.). Procrastination and task
UIN Sunan Ampel, Surabaya. avoidance. theory, research, and

Jurnal Psikologi Undip Vol.16 No.1 April 2017, 64-76


76 Rahmandani

treatment (h. 71–96). New York: forgiveness (h. 143-158). New York:
Spinger Science +Business Media, LLC. Routledge.

Sherry, S. B., Stoeber, J., & Ramasubbu, C. Thompson, L.Y., Snyder, C.R., Hoffman, L.,
(2016). Perfectionism explains variance Michael, S.T., Rasmussen, H.N.,
in self-defeating behaviors beyond self- Billings, L.S., Heinze, L., Neufeld, J.E.,
criticism: Evidence from a cross- Shorey, H.S., Roberts, J.C., & Robert,
national sample. Personality and D.E., (2005). Dispositional forgiveness
Individual Differences, 95, 196-199. of self, other, and situation. Journal of
http://dx.doi.org/10.1016/j.paid.2016.02. Personality, 73 (2), 313-359.
059 http://dx.doi:10.1111/j.1467-
6494.2005.00311.x
Snyder, C. R., & Lopez, S. J. (2007). Positive
psychology, the scientific and practical Wohl, M. J. A., Pychyl, T. A., & Bennett, S.
explorations of human strengths. H. (2010). I forgive myself, now I can
California: Sage Publications, Inc. study: How self-forgiveness for
procrastinating can reduce future
Stead, R., Shanahan, M. J., & Neufeld, R., procrastination. Personality and
W., J. (2010). „„I‟ll go to therapy, Individual Deferences, 48, 803-808.
eventually”: Procrastination, stress and http://dx.doi:10.1016/j.paid.2010.01.029
mental health. Personality and
Individual Differences, 49, 175-180. Woodman, T., Akehurst, S., Hardy, L., &
http://dx.doi:10.1016/j.paid.2010.03.028 Beattie, Stuart. (2010). Self-confidence
and performance: A little self-doubt
Tangney, J. P., Boone, A. L., & Dearing, R. helps. Psychology of Sport and Exercise,
(2005). Forgiving the self: Conceptual 11, 467-470.
issues and empirical findings. Dalam E. http://dx.doi:10.1016/j.psychsport.2010.
L. Worthington Jr (Ed.). Handbook of 05.009

Jurnal Psikologi Undip Vol.16 No.1 April 2017,64-76

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai