Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit rematik yang menyerang sendi dan struktur atau jaringan

penunjang disekitar sendi (Ahdaniar, 2010). Rematik mengakibatkan

peradangan pada lapisan dalam pembungkus sendi. Penyakit ini berlangsung

tahunan, menyerang berbagai sendi biasanya simetris, jika radang ini

menahun, terjadi kerusakan pada tulang rawan sendi dan tulang otot ligament

dalam sendi. Seseorang yang mengalami rematik beberapa gejala berikut

yakni nyeri sendi, inflamasi, kekakuan sendi pada pagi hari hambatan gerak

persendian (Chintyawaty, 2009 dalam Syam, 2012).

Gangguan pada persendiaan relatif jarang membunuh penderita.

Penyakit ini tidak menyebabkan kematian, rematik tidak seharusnya dianggap

remeh. Membiarkannya tanpa penanganan bisa menyebabkan sejumlah

anggota tubuh tidak berfungsi normal. Ketidakmampuan fisik ini telah

mempengaruhi jutaan manusia sepanjang hidupnya (Purwoastuti, 2009 dalam

Syam 2012).

Faktor resiko penyebab rematik itu terjadi yaitu faktor usia, semakin

bertambah usia semakin tinggi resiko untuk terkena rematik, jenis kelamin

penyakit rematik ini cenderung diderita oleh perempuan (tiga kali lebih sering

disbanding pria) dan dapat pula terjadi pada anak karena faktor keturunan

genetic. Berat badan yang berlebihan (obesitas) akan member beban pada

1
2

jaringan tulang rawan disendi lutut dan melakukan latihan fisik seperti senam

rematik sebagai terapi untuk menghilangkan gejala rematik yang berupa

kekakuan dan nyeri yang dirasakan pasien rematik (Chintiyawaty, 2009

dalam Syam 2012).

Rheumatoid arthritis (RA) merupakan penyakit autoimun yang

ditandai dengan adanya proses peradangan kronis yang bersifat sistematik.

Rheumatoid arthritis (RA) merupakan penyakit progresif yang tidak diketahui

etiologi yang menyebabkan kerusakan progresif pada muskuloskeletal sistem

yang melibatkan sendi kecil dan besar dan menyebabkan rasa sakit, kelainan

bentuk yang bahkan tidak dapat dipulihkan (Daryanti dkk, 2020).

Penyakit rheumatoid arthritis (RA) merupakan salah satu penyakit

autoimun berupa inflamasi arthritis pada pasien dewasa (Singh et al., 2015).

Rasa nyeri pada penderita RA pada bagian sinovial sendi, sarung tendo, dan

bursa akan mengalami penebalan akibat radang yang diikuti oleh erosi tulang

dan destruksi tullang disekitar sendi (Syamsuhidayat, 2010) hingga dapat

menyebabkan kecacatan (Yazici & Simsek, 2010).

Rheumatoid arthritis (RA) merupakan penyakit autoimun yang

ditandai dengan peradangan sendi yang dapat menyebabkan erosi tulang. Hal

ini dilaporkan mempengaruhi 0,1-2,0% dari populasi diseluruh dunia. Pada

tingkat populasi, Australia telah melaporkan prevalensi rheumatoid arthritis

(RA) tertinggi (2%) diseluruh dunia, sebaliknya prevalensi rendah atau

bahkan tidak ada rheumatoid arthritis (RA) berada diperdesaan Afrika Seletan

(0,0026%) dan Nigeria (0,%) (Almutairi et al, 2020).


3

Menurut World Health Organization (WHO) penderita Rheumatoid

Arthritis diseluruh dunia mencapai angka 355 juta jiwa di tahun 2009, artinya

1 dari 6 orang didunia ini menderita Rheumatoid Arthritis. Rheumatoid

Arthritis telah berkembang dan telah menyerang 2,5 juta warga Eropa. WHO

melaporkan bahwa 20% penduduk dunia terserang Rheumatoid Arthritis

dimana 5-10% adalah yang berusia 60 tahun (Chintyawaty, 2009 dalam Syam

2012).

Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018 oleh Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia prevalensi penyakit sendi secara nasional

tertinggi berada di Provinsi Aceh (13,26%), diikuti Bengkulu (12,11%), Bali

(10,46%) dan Papua (10,43%), sedangkan prevalensi penyakit sendi terendah

berada di Provinsi Sulawesi Barat (3,12%). Di Aceh sendiri prevalensi

penyakit sendi berdasarkan Kabupaten tertinggi berada di Kabupaten Pidie

(25,18%), diikuti Nagan Raya (18,68%), Aceh Tamiang (15,48%) dan Bireun

(15,79%), sedangkan prevalensi penyakit sendi terrendah berada di

Kabupaten Gayo Lues (5,07%) (Dinas Kesehatan Aceh, 2018).

Pasien dengan Rheumatoid Arthritis snagat membutuhkan adanya

peran dan dukungan dari keluarga. Keluarga merupakan support system

utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya. Keluarga memegang

peranan penting dalam perawatan pasien dirumah oleh sebab itu keluarga

harus memiliki keterampilan, sehingga untuk meningkatkan keterampilan

keluarga dalam perawatan anggota keluarga yang sakit perlu adanya peran

serta dari perawat (Kristiano, 2012).


4

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maryati (2016), mengenai

Asuhan keperawatan keluarga dengan Rheumatoid Arthritis masalah yang

muncul adalah gangguan nyeri berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga mengenali masalah kesehatan keluarga.

Sebagai seorang perawat bertanggung jawab untuk meningkatkan

kemampuan keluarga untuk mencegah dan pemeliharan kesehatan. Perawat

berusaha untuk mengindentifikasi masalah-masalah kesehatan yang actual

maupun potensial yang terdapat pada setiap anggota keluarga (Mubarak dkk,

2011).

Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, ada

beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh perwat antara lain pengenal

kesehatan (health monitor), pemberian pelayan pada anggota keluarga yang

sakit, koordinator pelayan kesehatan dan keperawatan kesehatan keluarga,

fasilitator, Pendidikan kesehatan, penyuluh dan konsultan yang berperan

dalam memberikan petunjuk tentang asuhan keperawatan dasar dalam

keluarga (Padila, 2012).

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan

Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Rheumatoid Arthritis

B. Batasan Masalah

Masalah pada studi ini dibatasi pada asuhan keperawatan keluarga.


5

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada studi kasus ini adalah bagaimanakah asuhan

keperawatan keluarga.

D. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada keluarga dengan

Rheumatoid arthritis.

2. Tujuan khusus

a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada keluarga dengan

Rheumatoid arthritis.

b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada keluarga dengan

Rheumatoid arthritis.

c. Mampu menyusun rencana keperawatan pada keluarga dengan

Rheumatoid arthritis.

d. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada keluarga dengan

Rheumatoid arthritis.

e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada keluarga dengan

Rheumatoid arthritis.

f. Mampu melakukan pendokumentasian keperawatan keluarga dengan

Rheumatoid arthritis.
6

E. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

Hasil penulisan ini dapat dijadikan referensi tambahan tentang Rheumatoid

arthritis dan diharapkan dapat memberi tambahan informasi bagi

perkembangan ilmu keperawatan khususnya dalam pemberian asuhan

keperawatan keluarga dengan Rheumatoid arthritis.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi perawat

Diharapkan setiap perawat di puskesmas dapat konsisten menerapkan

intervensi keperawatan pada pasien dengan gangguan Rheumatoid

arthritis.

b. Bagi puskesmas

Diharapkan dari hasil penulisan ini dapat membantu meningkatkan

kualitas pelayanan yang diberikan oleh pihak instansi dalam

memberikan asuhan keperawatan keluarga dengan Raheumatoid

arthritis dan dapat mempertahankan pelayanan yang sudah maksimal

sehingga klien dapat merasa puas dan senang atas pelayanan yang telah

diberikan.

c. Bagi institusi pendidikan

Hasil penulisan ini dapat dijadikan bahan kepustakaan dalam ilmu

keperawatan khususnya pada klien dengan Rheumatoid Arthritis.


7

d. Bagi keluarga

Diharapkan asuhan keperawatan yang diberikan dapat bermanfaat, serta

dapat menambahkan informasi tentang cara mengatasi penyakit

Rheumatoid Arthritis bagi keluarga.

Anda mungkin juga menyukai