Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KURIKULUM SEKOLAH

Disusun Oleh :

Anang Sondi (201943003)


Alfiah (201943004)
Jeniver Yulianti Batsira (201943044)
Suzan Tallapessy (201943047)
Kelas : A

UNIVERSITAS PATTIMURA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

AMBON

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa yang telah
memberikan berkat dan rahmat nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik dan tepat pada waktunya yang berjudul “Kurikulum Sekolah”.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi nilai tugas mata kuliah
“Profesi Kependidikan”. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna.Meskipun saya telah berusaha melakukan yang terbaik dalam
penulisan makalah ini.Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat mebangun, demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga dengan adanya makalah ini, akan menambah informasi dan wawasan
bagi para pembacanya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………..

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………………………
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………
C. Tujuan …………………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum Sekolah …………………………………………………..
B. Komponen Kurikulum …………………………………………………………..
C. Kurikulum dan Pembelajaran ……………………………………………………
D. Fungsi kurikulum ……………………………………………………………….
E. Pengembangan Kurikulum ……………………………………………………….
F. Penggunaan Kurikulum ……………………………………………………………….
G. Evaluasi Kurikulum ……………………………………………………………………
H. Sejarah Kurikulum Indonesia ………………………………………………………….

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh
suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan
kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata
pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam
penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja.
Perubahan kurikulum dari waktu ke waktu bukan tanpa alasan dan landasan yang jelas,
sebab perubahan ini disemangati oleh keinginan untuk terus memperbaiki, mengembangkan, dan
meningkatkan kualitas sistem pendidikan nasional. Persekolahan sebagai ujung tombak dalam
implementasi kurikulum dituntut untuk memahami dan mengaplikasikannya secara optimal dan
penuh kesungguhan, sebab mutu penyelenggaraan proses pendidikan salah satunya dilihat dari
hal tersebut. Namun di lapangan, perubahan kurikulum seringkali menimbulkan persoalan baru,
sehingga pada tahap awal implementasinya memiliki kendala teknis. Sehingga sekolah sebagai
penyelenggara proses pendidikan formal sedikit banyaknya pada tahap awal ini membutuhkan
energi yang besar hanya untuk mengetahui dan memahami isi dan tujuan kurikulum baru. Dalam
teknis pelaksanaannya pun sedikit terkendala disebabkan perlu adaptasi terhadap perubahan atas
kurikulum terdahulu yang sudah biasa diterapkannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kurikulum sekolah?
2. Apa saja komponen kurikulum ?
3. Apa hubungan kurikulum dan pembelajaran?
4. Apa fungsi kurikulum ?
5. Bagaimanakah pengembangan kurikulum ?
6. Bagaimanakah Penggunaan Kurikulum ?
7. Apa itu Evaluasi kurikulum ?
8. Apa saja macam-macam kurikulum Indonesia ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kurikulum sekolah?
2. Untuk mengetahui Apa saja komponen kurikulum ?
3. Untuk mengetahui hubungan kurikulum dan pembelajaran?
4. Untuk mengetahui fungsi kurikulum ?
5. Untuk mengetahui pengembangan kurikulum ?
6. Untuk mengetahui Penggunaan Kurikulum ?
7. Untuk mengetahui Evaluasi kurikulum ?
8. Untuk mengetahui macam-macam kurikulum Indonesia ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum Sekolah


Secara etimologis, kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang
artinya pelari dan curere  yang berarti tempat berpacu. Jadi, istilah kurikulum  berasal dari dunia
olahraga pada zaman romawi kuno di yunani, yang mengandung pengertian suatu jarak yang
harus di tempuh oleh pelari dari garis start sampai garis finish. Istilah kurikulum ini di gunakan
dalam dunia pendidikan, dengan pengertian bahwa kurikulum adalah sejumlah pengetahuan atau
mata pelajaran yang harus di tempuh atau di selesaikan pebelajar guna mencapai suatu tingkatan
atau ijazah.
Pengertian kurikulum tidak hanya terbatas pada sejumlah daftar mata pelajaran atau
bidang studi saja, tetapi juga kegiatan-kegiatan yang dilakukan pebelajar dalam rangka belajar.
Pengertian kurikulum secara luas tidak hanya berupa mata pelajaran atau bidang studi dan
kegiatan-kegiatan belajar pebelajar saja, tetapi juga segala sesuatu yang berpengaruh terhadap
pembentukan pribadi pebelajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.

Setelah mengetahui konsep dasar kurikulum di atas, maka dikemukakan kurikulum


sekolah. Dalam UU RI No. 2 tahun 1989 dikemukakan bahwa kurikulum sekolah adalah
merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi pembelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di sekolah. Suharsimi
(1988) mengemukakan bahwa kurikulum sekolah adalah merupakan seperangkat pengalaman
belajar pebelajar di bawah pengawasan sekolah. Ansyar dan Nurtain (1992) mengemukakan
bahwa kurikulum bahwa sekolah adalah memuat seperangkat isi pembelajaran yang harus
diajarkan guru, atau yang harus dipelajari pebelajar. Isi pembelajaran itu dapat berupa data,
informasi, dan fakta.
Bila ditelaah pengertian kurikulum di atas, dalam kaitannya dengan pembelajaran, maka
kurikulum mengandung beberapa indikasi, bahwa : a. kurikulum sebagai rencana pembelajaran,
b. kurikulum sebagai mata/isi pembelajaran, c. kurikulum sebagai jalan memperoleh
tingkatan/ijazah, d. kurikulum sebagai hasil belajar, e. kurikulum sebagai pengalaman belajar.

B.     Komponen Kurikulum
Kurikulum merupakan suatu sistem. Oleh karena itu, kurikulum di bangun dari beberapa
komponen yang saling kerja sama untuk mencapai tujuan. Dalam sistem pembelajaran, “ tujuan”
merupakan komponen utama yang harus di tetapkan terlebih dahulu, serta arah atau sasaran yang
ingin di capai dalam penyelenggaraan pendidikan. Komponen-komponen lain untuk mencapai
tujuan tersebut, itulah yang termasuk komponen-komponen pendukung, yaitu:
materi/pengalaman belajar, organisasi, dan evaluasi.

a.      Tujuan
Komponen tujuan berkaitan dengan apa yang ingin di capai dalam
penyelenggaraan pendidikan. Setiap rencana kurikulum perlu menetapkan tujuan
pendidikan yang di harapkan.
Tujuan merupakan target yang ingin di capai dalam suatu kegiatan. Tujuan
pendidikan pada dasarnya terdapat beberapa tingkatan, yaitu tujuan umum pendidikan
nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan pembelajaran.
1. Tujuan umum pendidikan nasional: tujuan pendidikan untuk semua jenis dan jenjang
pendidikan (umum, kejuruan, PT, non formal).
2. Tujuan institusional: tujuan masing-masing lembaga seperti; sekolah dasar, SLTP,
SLTA, PT, PLS.
3. Tujuan kurikuler: tujuan macam-macam bidang studi; Matematika, Bahasa, Agama,
Kesenian, dsb.
4. Tujuan pembelajaran: tujuan program pembelajaran bidang studi tertentu pada masing-
masing kelas.

b.      Materi pengalaman belajar.


Berkaitan  dengan bahan/pengalaman belajar menyangkut pertanyaan ; apa yang
diajarkan agar pebelajar memperoleh pengalaman belajar dan bagaimana menyajikan
materi tersebut, agar pebelajar memperoleh pengalaman belajar yang diharapkan.
Materi pelajaran mencakup :
1) Ilmu pengetahuan, seperti : fakta, prinsip, data defenisi,
2) Keteramoilan dan proses, seperti : membaca, menulis, berhitung, menari, berfikir,
berkomunikasi, dan
3) Nilai seperti konsep tentang baik buruk, betul salah, indah-jelek.

c.       Organisasi.
    Komponen organisasi berkaitan dengan bagaimana materi pelajaran disusun
(diorganisasikan) sehingga pembelajaran memperoleh pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan. Organisasi materi memiliki dua demensi, yaitu dimensi horizontal dan
vertical.
Organisasi horizontal menyangkut ruang lingkup dan keterpaduan (integrasi) dari
keseluruhan materi. Organisasi horizontal merupakan kaitan anatara satu materi dengan
materi pelajaran lainnya pada kelas yang sama.
Organisasi vertical mencakup urutan dan kesinambungan materi pelajaran berupa
hubungan longitudinal materi/pengalaman belajar pebelajar.
Ada lima kriteria organisasi materi pelajaran/pengalaman/belajar : 1) ruang
lingkup, 2) integrasi, 3) urutan, 4) keberlanjutan, 5) artikulasi dan keseimbangan

d.      Efaluasi.
Menyangkut pencarian informasi dan bukti untuk mengetahui apakah semua materi
yang direncanakan/diajarakan mencapai tujuan atau tidak. Komponen eveluasi
memberikan indikasi tentang keberhasilan atau kegagalan proses pembelajaran dalam
mencapai tujuan yang telah direncanakan. Komponen ini bermanfaat untuk :
1)      Mengetahui keberhasilan seseorang belajar pebelajar.
2)      Memperbaiki program belajar dan pembelajaran.
3)      Mengukur tingkat pencapaian tujuan pendidikan.
Ini berarti evaluasi dapat digunakan sebagai alat untuk menentukan program
pembelajaran.

C.    Kurikulum dan Pembelajaran


Kurikulum dan pembelajaran, keduanya tidak dapat di pisahkan. Kurikulum merupakan
seperangkat hasil belajar terstruktur yang ingin di capai oleh sekolah. Pembelajaran adalah
kegiatan guru untuk membelajarkan pelajar.
Kurikulum merupakan apa yang di ajarkan, sedangkan pembelajaran adalah cara yang di
gunakan untuk melaksanakan pembelajaran. Kurikulum berkaitan
dengan apanya pendidikan,sedangkan pembelajaran menyangkut bagaimananya.

D.    Fungsi kurikulum
 Fungsi utama kurikulum adalah: a) sebagai pedoman Pelaksanaan pembelajaran, b)
sebagai pedoman pelaksaan kegiatan pendidikan secara menyeluruh, c) sebagai tolak ukur
penentuan kebijakan pada setiap jenjang pendidikan, dan d) sebagai tolak ukur penentuan kadar
lulusan.

1. Fungsi kurikulum bagi peserta didik diharapkan dapat menambah


pengalaman baru yang kelak dikemudian hari dapat dikembangkan seirama
dengan perkembangan mereka yang bertujuan melengkapi bekal hidup
mereka.

2. Fungsi Kurikulum bagi guru adalah sebagai pedoman kerja dalam


menyusun dan mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik.
Sebagai pedoman untuk mengevaluasi perkembangan peserta didik dalam
rangka menyerap pengalaman yang diberikan dan sebagai pedoman dalam
mengatur pendidikan dan pengajaran. Sebagai alat yang berfungsi untuk
mencapai tujuan pendidikan, kurikulum suatu sekolah berisi uraian
tentang jenis-jenis program yang diselenggarakan sekolah tersebut,
bagaimana menyelenggarakannya, dan perlengkapan apa yang dibutuhkan.
Di atas dasar sekolah akan dapat merencanakan secara lebih tepat jenis
tenaga apa yang masih dibutuhkan oleh sekolah,

3. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah dan pembina sekolah yang membagi
tugas kepala sekolah sebagai administrator dan supervisor juga
bertanggung jawab dalam kurikulum sehingga fungsi kurikulum adalah;
sebagai pedoman dalam supervisi, yakni memperbaiki situasi belajar,
sebagai pedoman supervisi, yakni menciptakan dan mendukung situasi
belajar agar lebih baik. Sebagai pedoman untuk mengembangkan
kurikulum dan pedoman untuk melaksanakan evaluasi belajar mengajar.

4. Fungsi kurikulum bagi orangtua peserta didik agar mereka serta membantu
usaha sekolah dalam memajukan putera-puterinya. Bantuan orangtua
dalam pendidikan dapat melalui lembaga BP3 atau yang sekarang Komite
Sekolah. Dengan mengetahui kurikulum orangtua dapat pengalaman
belajar yang diperlukan putera-puterinya sehingga orangtua dapat
berpartisipasi untuk memantaunya.

5. Fungsi Kurikulum bagi masyarakat dan pemakai Lulusan Sekolah, pada


umumnya dipersiapkan untuk terjun di masyarakat atau untuk bekerja
sesuai dengan keterampilan profesi yang diinginkan. Oleh karena itu
kurikulum sekolah harus mengetahui atau Mencerminkan hal-hal yang
menjadi kebutuhan masyarakat atau para pemakai tamatan sekolah. untuk
keperluan itu perlu kerja sama antara pihak sekolah dengan pihak luar
dalam hal pembenahan kurikulum yang diharapkan. Dengan demikian,
masyarakat atau para pemakai lulusan sekolah dapat memberikan bantuan,
kritik atau saran-saran yang berguna bagi peningkatan program pendidikan
di sekolah. Dewasa ini kesesuaian antar program kurikulum dengan
kebutuhan masyarakat harus benar-benar diusahakan. hal itu mengingat
seringnya terjadi di kenyataan bahwa lulusan sekolah belum siap pakai
atau tidak sesuai dengan tenaga yang dibutuhkan dalam lapangan
pekerjaan. Akibatnya, walaupun menumpuk, tenaga kerja yang ada, kita
tidak dapat mengisi lapangan pekerjaan yang tersedia karena lapangan
kerja tidak sesuai dengan yang dibutuhkan pada pekerjaan.

E. Pengembangan Kurikulum
a. Pengertian pengembangan kurikulum
Berbicara tentang pengembangan kurikulum, ada dua istilah sering di artikan sama atau
hampir sama, yaitu pengembangan kurikulum dan pembinaan kurikulum keduanya
berorientasi kepada penyempurnaan kurikulum.
Pengembangan kurkulum adalah usaha untuk menjadikan kurikulum agar lebih baik dan
lebih sempurna dari keadaannya sekarang. Lebih baik dan sempurna dalam arti relevan
dalam kebutuhan manyarakat dan sesuai kodrat pebelajar. Tujuannya adalah men jadikan
kurikulum agar senantiasa sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat dengan
menyesuaikan dengan kodrat pebelajar. Sedangkan pembinaan kurikulum adalah usaha untuk
mencegah dan menghilangkan pengaruh-pengaruh yang menghambat kelancaran
pelaksanaan kurikulum.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kurikulum, yaitu; 1)percepatan
perkembangan  ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan masyarakat, 2)
pendidikan pada suatu tahap persekolahan tertentu selalu terbatas waktunya, dan 3) manusia
akan terlibat dalam implementasi kurikulum itu, baik guru maupun pembelajar mempunyai
kemampuan yang terbatas. Faktor lain yang perlu di pertimbangkan adalah kebermaknaan
kurikulum pada pembelajar.

b. Landasan pengembangan kurikulum


 Landasan  filosofis
Landasan filosofis merupakan faktor utama dalam menetapkan arah pendidikan,
seperti: hakikat pendidikan, tujuan,dan cara untuk mencapai tujuan.landsan ini sebagai
pandangan tentang realitas, nilai-nilai,dan ilmu pengetahuan yang harus diteruskan kepada
pebelajar agar hidup lebih baik, lebih indah,dan lebih sempurna

 Landasan social budaya


Pengembangan kurikulum diarahkan mendorong terwujudnya pelestarian dan
pembaharuan nilai-nilai social budaya. Sekolah didirikan untuk mengembangkan kebudayaan
masyarakat. Bentuk pendidikan yang perlu diberikan kepada pebelajar menentukan kualitas
masyaarakat,sekarang dan masa depan. Tujuan utama pendidikan adalah pembentukan nilai
social dan penerusan budaya.

 Landasan psikologis
Pandangan tentang manusia memiliki potensi fisik dan kerohanian erupa kemampuan
cipta,rasa,dan karsa yang ingin dikembangkannya. Dengan demikian landasan psikologis ini
merupakan landasan yang berkaitan dengan hakikat proses belajar dan mengajar, dan tingkat
perkembangan pebelajar. Kurikulum disusun agar pebelajar dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik. Kurikulum disusun dengan memperhatikan teori-teoti belajar sesuai tingkat
perkembangan psikologis pelajar. Ini berarti kurikulum dilaksanakan dengan
memepertimbangkan pebelajar sebagai sasaran utama kegiatan pembelajaran.

 Landasan historis
Landasan ini berkaitan dengan keberdaan kurikulum yang selalu disesuaikan dengan
kebutuhan-kebutuhan dan perkembangan zaman. Pengembangan kurikulum pada saat
tertentu diadakan untuk memenuhi tuntutan dan perkembangan pada waktu tertentu.
Pandangan ini, atas dasar bahwa manusia adalah makhluk pembuat peristiwa dari zaman ke
zaman.

 Landasan budaya, agama


Pandangan tentang realita budaya, agama yang ada dalam manyarakat dapat dijadikan
sebagai landasan pengembangan kurikulum.

 Landasan iptek dan seni


Pandangan tentang pendidikan merupakan usaha menyiapkan pebelajar menghadapi
lingkungan hidup yang mengalami perubahan semakin maju dan semakin pesat dalam
berbagai dimensi kehidupan.

c. Beberapa prinsip pengembangan kurikulum


Ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan agar kurikulum yang dihasilkan
sesuai dengan yang diharapkan:
 Prinsip orientasi pada tujuan. Implikasinya: mengusahakn agar seluruh kegiatan
kurikulum terarah untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah dirumuskan sebelumnya.
 Prinsip relevansi. Implikasinya: mengusahakan pengembangan kurikulum sedemikian
rupa sehingga tamatan pendidikan dengan kurikulum itu dapat memenuhi jenis dan mutu
tenga kerja yang dibutuhkan oleh masyarakat.
 Prisip efisiensi. Implikasinya: mengusahakan agar kegiatan kurikulum mendayagunakan
watu, tenaga, biaya dan sumber-sumber lain secara cermat dan tepat sehingga hasil
kegiatan kurikulum itu memadai, memenuhi harapan.

 Prinsip keefektifan. Implikasinya: mengusahakan agar kegiatan kurikulum bersifat


membuahkan hasil (mencapai tujuan pendidikan) tanpa kegiatan yang mubazir.

 Prinsip flekbilitas. Implikasinya: mengusahakan agar kegiatan kurikulumbersifat luwes,


mampu disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat dan waktu yang selalu
berkembang tanpa merombak tujuan pendidikan yang harus dicapai.

 Prisip integritas. Implikasinya: mengusahakan agar pendidikan dengan suatu kurikulum


menghasilkan manusia seutuhnya walaupun kegiatan kurikulernya terjabar ke dalam
komponen-komponen kurikuler.

 Prinsip kontinuitas. Implikasinya: mengusahakan agar setiap kegiatan kubrikuler


merupakan bagian yang berkesinambungan dengan kegiatan-kegiatan kurikuler lainnya,
baik secara vertical (bertahap, berjenjang) maupun secara horizontal.

 Prinsip sinkronisasi. Implikasinya: mengusahakan agar kegiatan kurikuler seirama,


searah dan setujuan. Jangan sampai terjadi suatu kegiatan kurikuler menghambat,
berlawanan atau mematikan kegiatan-kegiatan kurikuler lain.

 Prinsip objektifitas. Implikasinya: mengusahakan agar semua kegiatan kurikuler


dilakukan dengan mengikuti tatanan kebenaran ilmiah dengan mengesampingkan
pengaruh-pengaruh emosional dan irasional.

 Prinsip demokrasi. Implkasinya: mengusahakan agar penyelenggaraan pendidikan yang


dimuat dalam kurikulum, dikelola secara demokratis.

F. Penggunaan Kurikulum
Implementasi kurikulum sasaran utamanya adalah menghasilkan pengalaman belajar bagi
pebelajar. Untuk dapat mewujudkan hal tersebut, guru harus lebih awal mempersiapkan
rancangan pembelajaran dengan berpedoman pada kurikulum yang berlaku. Penyusunan
rancangan pembelajaran berupa satuan acara pengajaran (SAP) atau sering pula disebut satuan
pelajaran (SP) sebagai usaha untuk mewujudkan dalam kegiatan nyata proses pembelajara.
Penyusunan rancangan pembelajaran merupakan tugas guru yang harus dikembangkan
berdasar pada setiap pokok bahasan. Rancangan pembelajaran ini dibuat sebelum guru
melaksanakan pembelajaran dengan mengacuh pada kurikulum. Dengan demikian, satuan
pembelajaran adalah pedoman kerja pelaksanaan pembelajaran secara rinci. Komponen-
komponen SP pada dasarnya ditrentukan berdasarkan kurikulum yang berlaku misalnya :
kurikulum 1994 yang komponen-komponennya adalah : TIU, TIK, materi, KBM, media dan
sumber belajar, dan evaluasi. Sedangkan rancangan pembelajaran dengan menggunakan
kurikulum 2004, komponen-komponennya adalah : standar kompetensi, kompetensi dasar,
indikator, materi, pengalaman belajar, alokasi waktu, penilaian, dan sumber belajar.
Rancangan pembelajaran yang telah dikemukakan di atas merupakan gambaran pelaksanaan
kurikulum yang telah disusun secara sistematis dan secara rinci pada setiap tahapan kegiatan
dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Namun perlu dipahami bahwa rancangan
pembelajaran tersebut sifatnya relatif dalam artian dapat saja mengalami perubahan disesuaikan
dengan kondisi pada pelaksanaan pembelajaran karena situasi dan kondisi nyata di lapangan
adakalanya tidak sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dalam rancangan pembelajaran.

G. Evaluasi Kurikulum
Istilah evaluasi dapat saja dimaknakan upaya memahami dan memperbaiki suatu
kegiatan. Evaluasi kurikulum berarti upaya memahami dan memperbaiki pelaksanaan kurikulum.
Evaluasi kurikulum selalu mencakup penetapan baik buruk terhadap pelaksanaan kurikulum
berdasarkan kriteria tertentu.
Evaluasi kurikulum merupakan salah satu langkah penting dalam rangkaian usaha
memperoleh kurikulum yang baik sebagai mata rantai dalam desain implementasi-evaluasi
kurikulum . melalui evaluasi kurikulum akan diperoleh balikan yang tepat untuk
menyempurnakan yang sedang/telah dikembangkan itu (dengan mengadakan berbagai revisi)
atau sebaliknya menggantikannya dengan mendesain kurikulum yang baru. Evaluasi kurikulum
dapat dilakukan dalam rangka pengembangan kurikulum yakni sebelum kurikulum itu
diimplementasikan, tetapi dapat juga dilakukan setelah kurikulum diimplementasikan. Evaluasi
kurikulum dalam tahap pengembangan dapat dilakukan dengan mereviu “draft” kurikulum yang
telah selesai disusun oleh tim pengembangan dalam rangka uji coba terbatas (pilot testing)
ataupun uji coba lapangan (field testing) dari kurikulum yang telah dikembangkan. Evaluasi pada
tahap ini termasuk pada kawasan evaluasi perencanaan program. Evaluasi setelah kurikulum
diimplementasikan termasuk kawasan evaluasi monitoring dan atau evaluasi dampak (impact)
(Sulo, 1997).
Tujuan evaluasi kurikulum : 1) untuk penyempurnaan kurikulum terutama pada tahap
pengembangan, dan 2) untuk pengambilan keputusan tentang “nasib” suatu kurikulum (dipakai
atau diabaikan). Evaluasi kurikulum adalah : 1) evaluasi formatif dalam rangka meningkatkan
efektivitas program, pengorganisasian, dan pengelolaan program, dan 2) evaluasi sumatif dalam
rangka keberhasilan implementasi kurikulum.
Sasaran evaluasi kurikulum, antara lain :
1. Tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan pembelajaran. Penilaian tentang
tujuan-tujuan itu  di tinjau dari segi konsistennya dengan tujuan institusional dan atau
tujuan umum pendidikan nasional, ketetapan perumusannya, kesesuaian dengan taraf
perkembangan dan kebutuhan siswa, kejelasan dan ketetapan struktur organisasinya, dan
sebagainya.
2. Pengalaman belajar yang mencakup strategi pembelajaran, metode mengajar, dan hal-hal
yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran. Penilaian tentang hal ini terutama ditinjau
dari segi kesesuaiannya dengan tujuan yang akan dicapai, serta ketetapannya ditinjau dari
segi pebelajar, konten, fasilitas, serta tempat dan waktu dan sebagainya.
3. bahan pelajaran (konten) yang diprogramkan untuk mencapai tujuan tertentu, yang pada
umunya dinyatakan dalam berbagai pokok bahasan. Penilaian terhadap konten tersebut
terutama ditunjau dari pandangan yang terbaru, keluasan dan kedalamannya, ketetapan
urutannya, kesesuaian dengan perkembangan/kebutuhan/pengalaman pebelajar dan
sebagainya.
4. komponen kurikulum lainnya, seperti : waktu yang disediakan, fasilitas yang tersedia,
system evaluasi dan sebagainya. Penilaian hal-hal tersebut terutama ditinjau dari segi
efektivitas dalam membelajarkan pebelajar untuk mencapai tujuan pendidikan.
5. kemampuan guru dan personal lainnya yang terlibat dalam implementasi kurikulum,
terutama yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Penilaian ini terutama yang
berhubungan dengan wawasan dan pandangan pesan umum dari kurikulum, kemampuan
mengelola program pembelajaran dan sebagainya.
6. pembelajaran yang mengikuti program pendidikan terutama dalam kaitannya dengan
ketepatan analisis situasi sperti kesiapan mengikuti program pembelajaran sesuai dengan
kurikulum yang bersangkutan
7. dukungan iklim profesional sebagai konteks pelaksanaan kurikulum.
8. hasil dan dampak kurikulum yang berkaitan dengan hasil belajar pebelajar  serta
dampaknya di lapangan.
                 Langkah-langkah pokok dalam evaluasi kurikulum, Raka Joni (dalam La Sulo,
1997) terbagi atas dua :
1) Tahap persiapan
2) Tahap pelaksanaan

H. Macam-macam kurikulum sekolah di Indonesia


Sejarah kurikulum pendidikan di Indonesia kerap berubah setiap ada pergantian Menteri
Pendidikan, sehingga mutu pendidikan Indonesia hingga kini belum memenuhi standar mutu
yang jelas dan mantap. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945 hingga sekarang , kurikulum
pendidikan nasional telah mengalami banyak perubahan. Perubahan tersebut merupakan
konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek
dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana
pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang
terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama,
yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta
pendekatan dalam merealisasikannya.

1. kurikulum 1947
kurikulum 1947 atau disebut Rentjana Pelajaran 1947 ciri khasnya adalah
arah pendidikan lebih bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda
ke kepentingan nasional, fokus pada pementukan karakter manusia
Indonesia merdeka, berdaulat, dan sejajar dengan bangsa lain di muka
bumi, kurukulum ini baru dilaksanakan pada tahun 1950.

2. Kurikulum 1952 atau disebut Rentjana 1952.


Kurikulum ini merupakan penyempurnaan kurikulum sebelumnya, merinci
setiap mata pelajaran, sehingga Rentjana Pelajaran Terurai 1952.
Kurikulum ini mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang
paling menonjol dari Kurikulum 1952 ini, yaitu setiap pertandingan
dengan kehidupan sehari-hari. Silabus mata pelajaran menunjukkan secara
jelas seorang guru mengajar satu mata pelajaran.

3. Kurikulum 1964, Rentjana Pendidikan 1964.


Pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum pada 1964,
namanya Rentjana Pendidikan 1964. Ciri-ciri kurikulum ini, pemerintah
memiliki keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan untuk pembekalan
pada jenjang SD. Sehingga pembelajaran dipusatkan pada program
Pancawardhana, yaitu pengem'bangan moral, kecerdasan, emosional atau
artistik, keprigelan (keterampilan). dan jasmani.

4. Kurikulum 1968
kurikulum 1968 lahir pada masa Orde Baru, kurikulum ini bersifat
politis dan Rentjana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde
Lama. Kurikulum ini bertujuan membentuk manusia Pancasila sejati,
kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan
jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Kurikulum 1968
merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada UUD 1945 secara
murni. Cirinya, muatan materi pelajaran yang bersifat teoretis, tidak
dikaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada
materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang
pendidikan. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan
kuat.

5. Kurikulum 1975
Kurikulum 1957 pendidikan lebih efektif dan efisien. kurikulum
lahir karena pengaruh konsep di bidang manajemen MBO (manajemen
berdasarkan tujuan). Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam
Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), yang dikenal dengan
istilah satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasa.

6. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung pendekatan proses keahlian. Meski
mengutamakan pendekatan, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum
ini juga sering disebut "Kurikulum 1975 disempurnakan". Posisi siswa
ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu,
mengelompokkan, menyimpan, hingga melaporkan. Model ini disebut
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).

7. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999 merupakan hasil upaya


memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya, terutama Kurikulum 1975
dan 1984. Sayang, perpaduan antara tujuan dan proses belum berhasil.
Sehingga banyak kritik berdatangan, disebabkan oleh beban belajar siswa
yang dinilai terlalu berat, dari muatan nasional sampai muatan lokal.
Misalnya bahasa daerah, kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain.
Akhimya, Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat.

8. Kurikulum 2004, KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)


yang disebut sebagai pengganti Kurikulum 1994 adalah Kurikulum
2004 Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Suatu program pendidikan
berbasis kompetensi harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu pemilihan
kompetensi sesuai, indikator-indikator evaluasi untuk menentukan
pengembangan kompetensi, dan pembelajaran. KBK memiliki ciri-ciri
sebagai berikut, pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individu
maupun klasik, berorientasi pada hasil belajar dan keragaman. Kegiatan
belajar menggunakan pendekatan dan metode bervariasi, sumber belajar
bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi
unsur edukatif.

9. Kurikulum 2006, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)


Kurikulum ini pada dasarnya sama dengan Kurikulum 2004.
Perbedaan terletak pada peraturan dalam penyusunannya, yaitu mengacu
pada jiwa dari desentralisasi sistem pendidikan. Pada Kurikulum 2006,
pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Guru mampu mengembangkan sendiri silabus dan sesuai kondisi sekolah
dan daerahnya. Hasil pengembangan dari semua mata pelajaran dihimpun
menjadi sebuah perangkat Mulanya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP).

10. Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek
pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku. Di dalam
Kurikulum 2013, terutama dalam materi pembelajaran terdapat materi
yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan. yang dirampingkan
terlihat ada di materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKN, dsb., Materi
sedangkan materi yang ditambahkan adalah materi Matematika.
Kurikulum 2013 melandaskan pada materi pelajaran yang produktif
terhadap perkembangan peserta didik dan kemajuan zaman, pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti merancang pembelajaran
pendidikan dengan target peserta didik yang percaya memiliki
produktifitas yang tinggi dalam pencapaian cita-cita dan berguna bagi
orang tua dan masyarakat sekitarnya. Inovatifnya dalam bentuk ibadah
keagamaan kepada ibadah sosial yang mengutamakan lingkungan alam,
disiplin keserasian tata kota, kreatif dalam pengembangan mengakomodasi
daur ulang benda-benda yang ada disekitar peserta didik karena rukun
rukun dan rukun Islam. Guru sebagai fasilitator dari peserta didik dengan
memberi materi terpadu antara Al-Quran dengan Lingkungan hidup,
melalui referensi buku, ensiklopedia lingkungan hidup dan menyajikan
dalam sub-tema di dalam kelas. Kelas partisipatif yang dimulai oleh guru
dan peserta didik dalam kegiatan yang berlanjut akan menjadi kelas
kolaboratif dengan hipotesa temuan yang dikemukakan oleh peserta didik.
Perubahan pola pikir dari kurikulum 2013 menjadi alat ukur kemandirian
peserta didik dengan pengawasan guru dalam mengembangkan sumber
belajar, penataan kelas, aktivitas peserta didik selama seminggu dan
ilmiah yang menjadi argumenasi pelengkap, aktif bertanya dari peserta
didik yang selalu ingin dikembangkan di dalam kurikulum 2013, target
yang akan dicapai adalah kemandirian siswa dalam proses pembelajaran
peserta didik dalam menilai dengan penilaian-pernyataan yang dihasilkan
oleh peserta didik di setiap akhir belajar. Maka Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti dalam kurikulum 2013 menjadi kegiatan aktif
pembelajaran.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kurikulum merupakan seperangkat/sistem rencana dan pengaturan mengenai isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman untuk menggunakan aktivitas
belajar mengajar.
Pada dasarnya kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru,
kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bagi
sekolah atau pengawas, berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan supervisi atau
pengawasan. Bagi orang tua, kurikulurn itu berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing
anaknya belajar di rumah. Bagi masyarakat, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman untuk
memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Bagi siswa itu sendiri,
kurikulum berfungsi sebagai suatu pedoman belajar.
Ada 4 unsur komponen kurikulum yaitu: tujuan, isi (bahan pelajaran), strategi
pelaksanaan (proses belajar mengajar), dan penilaian (evaluasi) 
Sejarah kurikulum pendidikan di Indonesia kerap berubah setiap ada pergantian Menteri
Pendidikan, sehingga mutu pendidikan Indonesia hingga kini belum memenuhi standar mutu
yang jelas dan mantap. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945 hingga sekarang , kurikulum
pendidikan nasional telah mengalami banyak perubahan. Perubahan tersebut merupakan
konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek
dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana
pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang
terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama,
yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta
pendekatan dalam merealisasikannya.

DAFTAR PUSTAKA
Syarifah. 2019. ACTIVE LEARNING TEACH LIKE FINLAND (Sebuah Telaah
Kurikulum 2013). Jurnal Qiro’ah. Vol.9 No.1. 85-99.

http://tomabessa.blogspot.com/2012/11/kurikulum-sekolah.html?m=1

https://learnmine.blogspot.com/2017/02/makalah-kurikulum-pendidikan.html

https://sg.docworkspace.com/d/sILe55OWOAaGpr4wG

https://www.academia.edu/9912894/Makalah_Kurikulum_Sekolah

Anda mungkin juga menyukai