Anda di halaman 1dari 61

KEPALA DESA SONGGA

KABUPATEN LANDAK

PERATURAN DESA SONGGA


NOMOR 1 Tahun 2023

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA SONGGA


TAHUN 2023 - 2028

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA SONGGA

Menim : a. bahwa dalam rangka RPJM-Desa perlu dibuat peraturan desa


bang yang merupakan landasan hukum untuk mengatur kebijakan-
kebijakan perencanaan pembangunan desa;
b. bahwa untuk menetapkan RPJM-Desa sebagaimana dimaksud
huruf a, diperlukan adanya peraturan desa;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan huruf b maka perlu menetapkan peraturan Desa
tentang rencana pembangunan jangka menengah Desa.

Mengin : 1. Undang-undang Nomor 55 Tahun 1999 Tentang Pembentukan


Kabupaten Landak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
gat
1999 Nomor 183, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia nomor 3904) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2000 tentang perubahan Atas
Undang-undang Nomor 55 tahun 1999 tentang pembentukan
Kabupaten Landak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2000 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5049);

2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 5495);

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan


Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2014 tentang Peraturan


Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang
Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang
Desa;

5. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa


Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 168,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5558)
Sebagaimana Telah Diubah Dengan Peraturan Pemerintah Nomor
22 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara;

6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010


tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan;

7. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015 – 2019
adalah: “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat;
8.
Peraturan presiden nomor 12 tahun 2015 tentang kementrian
desa, pembangunan daerah tertinggal dan transmigrasi
(kemendesa – PDTT), Telah ditetapkan bahwa kemendesa PDTT
merupakan kementrian yang berwenang untuk
menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang pembanguna
desa dan kawasan perdesaan, pemberdayaan masyarakat desa,
percepatan pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi
dalam rangka membantu presiden dalam menyelenggarakan
pemerintahan negara;

9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.07/2009 tentang


Pedoman Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk
Penanggulangan Kemiskinan;

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111 tahun 2014 tentang
Pembentukan Peraturan Desa (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 2091);

11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 tahun 2014 tentang
Pemilihan Kepala Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 2092);
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 tahun 2014 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 2093);

13. Peraturan Menteri Dalam Negeri 114 tahun 2014 tentang


Pedoman Pembangunan Desa (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 2094);

14. Peraturan Menteri Desa & Pembangunan Daerah Tertinggal dan


Transmigrasi Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman
Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal
Berskala Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 158);

15. Peraturan Menteri Desa Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pedoman


Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah
Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 159);

16. Peraturan Menteri Desa Nomor 3 Tahun 2015 tentang


Pendampingan Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 160);

17. Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,


Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha
Milik Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
296);

Peraturan mentri desa nomor 5 tahun 2015 tentang penetapan


18. prioritas penggunaan dana desa tahun 2015 (berita negara
republik indonesia tahun 2015 nomor 297);

19. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor


93/PMK.07/2015 tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran,
Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 684);
20. Peraturan Daerah Kabupaten Landak Nomor 15 Tahun 2008
tentang Penetapan Urusan Pemerintah Yang Menjadi
Kewenangan Pemerintah Kabupaten Landak (Lembaran Daerah
Kabupaten Landak Tahun 2008 Nomor 15, Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten Landak Nomor 13);

21. Peraturan Daerah Kabupaten Landak Nomor 4 Tahun 2014


tentang anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten
landak tahun anggaran 2015 (lembaran daerah kabupaten
landak tahun 2014 nomor 3);

22. Peraturan Bupati Landak Nomor 43 Tahun 2014 tentang


penjabaran anggaran pendapatan belanja daerah kabupaten
landak tahun 2015 (berita daerah kabupaten landak tahun 2014
nomor 265);

23. Peraturan Bupati Landak Nomor 22 Tahun 2015 tentang


anggaran pendapatan dan belanja desa (berita daerah kabupaten
landak tahun 2015 nomor 293);

24. Peraturan Bupati Landak Nomor 23 Tahun 2015 tentang alokasi


dana desa (berita daerah kabupaten landak tahun 2015 nomor
294);

25. Peraturan Bupati Landak Nomor 24 tahun 2015 tentang tata cara
pengalokasian dana desa (berita daerah kabupaten landak tahun
2015 nomor 295);

26. Peraturan Bupati Landak Nomor 25 tahun 2015 tentang standar


biaya umum pemerintah desa (berita daerah kabupaten landak
tahun 2015 nomor 296);

27. Peraturan bupati landak nomor 26 tahun 2015 tentang standar


perjalanan dinas bagi kepala desa, perangkat desa, pimpinan dan
anggota badan permusyawaratan desa di kabupaten landak
(berita daerah kabupaten landak tahun 2015 nomor 297);

28. Peraturan Bupati Landak Nomor 38 tahun 2015 tentang


pedoman tata cara pengadaan barang/jasa di desa (berita daerah
kabupaten landak tahun 2015 nomor 296);

29. Keputusan bupati landak nomor 412.5/310/HK-2015 tentang


besaran penghasilan tetap, tunjangan kepala desa dan perangkat
desa serta tunjangan penghasilan badan permusyawaratan desa
dan timanggong di kabupaten landak tahun anggaran 2014;

Keputusan bupati landak nomor 412.5/311/HK-2015 tentang


30. penetapan besaran alokasi dana desayang bersumber dari
anggaran pendapatan belanja negara tahiun anggaran 2015;

Dengan Persetujuan Bersama

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA SONGGA


Dan
KEPALA DESA SONGGA

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DESA SONGGA TENTANG RENCANA
PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJM)
DESA SONGGA
TAHUN 2023-2028

BAB I

KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Kabupaten Landak
2. Pemerintah Daerah adalah Penyelenggaraan urusan pemerintah
oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dlam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintah Daerah yang memimpin pelaksanaan
urusan pemerintahan yang menjadi wewenang daerah otonomi.
4. Bupati adalah Bupati Landak.
5. Camat adalah Camat di Kabupaten Landak.
6. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama
lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal
usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
7. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan
dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
8. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan
nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Desa.
9. Kepala Desa adalah Kepala Desa di Kabupaten Landak.
10. Perangkat Desa adalah Sekretaris Desa dan Perangkat Desa
lainnya.
11. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain
adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang
anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan
keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.
12. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah
musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah
Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan
Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang bersifat
strategis.
13. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa atau yang disebut
dengan nama lain adalah musyawarah antara Badan
Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat
yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa untuk menetapkan
prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan Desa
yang didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa,
swadaya masyarakat Desa, dan/atau Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kabupaten/Kota.
14. Badan Usaha Milik Desa, yang selanjutnya disebut BUM Desa,
adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya
dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal
dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa
pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya
kesejahteraan masyarakat Desa.
15. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang
ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati
bersama Badan Permusyawaratan Desa.
16. Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan
kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat
Desa.
17. Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan
utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan
susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan,
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi.
18. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat
dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang
yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.
19. Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan
asli Desa, dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa atau perolehan hak lainnya yang sah.
20. Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan
kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan
pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan,
kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan
kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai
dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa.
21. Kewenangan Desa adalah kewenangan yang dimiliki Desa meliputi
kewenangan di bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
pelaksanaan Pembangunan Desa, Pembinaan Kemasyarakatan
Desa, dan Pemberdayaan Masyarakat Desa berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul dan adat istiadat Desa.
22. Kewenangan berdasarkan hak asal usul adalah hak yang
merupakan warisan yang masih hidup dan prakarsa Desa atau
prakarsa masyarakat Desa sesuai dengan perkembangan
kehidupan masyarakat.
23. Kewenangan lokal berskala Desa adalah kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Desa yang telah
dijalankan oleh Desa atau mampu dan efektif dijalankan oleh Desa
atau yang muncul karena perkembangan Desa dan prakasa
masyarakat Desa.
24. Peraturan di Desa adalah Peraturan yang meliputi Peraturan Desa,
Peraturan Bersama Kepala Desa danPeraturan Kepala Desa.
25. Peraturan Bersama Kepala Desa adalah Peraturan yang ditetapkan
oleh dua atau lebih Kepala Desa dan bersifat mengatur.
26. Peraturan Kepala Desa adalah Peraturan yang ditetapkan oleh
Kepala Desa dan bersifat mengatur.
27. Keputusan Kepala Desa adalah penetapan yang bersifat konkrit,
individual, dan final.
28. Evaluasi adalah pengkajian dan penilaian terhadap Rancangan
Peraturan Desa untuk mengetahui bertentangan dengan
kepentingan umum dan/atau Peraturan Perundang-undangan yang
lebih tinggi.
29. Pengundangan adalah penempatan Peraturan di desa dalam
Lembaran Desa atau Berita Desa.
30. Klarifikasi adalah pengkajian dan penilaian terhadap Peraturan di
Desa untuk mengetahui bertentangan dengan kepentingan umum,
dan/atau Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.
31. Bertentangan dengan kepentingan umum adalah kebijakan yang
menyebabkan terganggunya kerukunan antar warga masyarakat,
terganggunya akses terhadap pelayanan publik, terganggunya
ketentraman dan ketertiban umum, terganggunya kegiatan
ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan/atau
diskriminasi terhadap suku, agama dan kepercayaan, ras, antar
golongan, dan gender.
32. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, yang selanjutnya disebut
APB Desa adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa.
33. Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan
kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat
Desa.
34. Perencanaan pembangunan desa adalah proses tahapan kegiatan
yang diselenggarakan oleh pemerintah Desa dengan melibatkan
Badan Permusyawaratan Desa dan unsur masyarakat secara
partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya
desa dalam rangka mencapai tujuan pembangunan desa.
35. Pembangunan Partisipatif adalah suatu sistem pengelolaan
pembangunan di desa dan kawasan perdesaan yang
dikoordinasikan oleh kepala Desa dengan mengedepankan
kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan guna
mewujudkan pengarusutamaan perdamaian dan keadilan sosial.
36. Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan
kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan
pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan,
kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan
kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai
dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa.
37. Pengkajian Keadaan Desa adalah proses penggalian dan
pengumpulan data mengenai keadaan obyektif masyarakat,
masalah, potensi, dan berbagai informasi terkait yang
menggambarkan secara jelas dan lengkap kondisi serta dinamika
masyarakat Desa.
38. Data Desa adalah gambaran menyeluruh mengenai potensi yang
meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber dana,
kelembagaan, sarana prasarana fisik dan sosial, kearifan lokal,
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta permasalahan yang dihadapi
desa.
39. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa, selanjutnya
disingkat RPJM Desa, adalah Rencana Kegiatan Pembangunan
Desa untuk jangka waktu 6 (enam) tahun.
40. Rencana Kerja Pemerintah Desa, selanjutnya disingkat RKP Desa,
adalah penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka waktu 1 (satu)
tahun.
41. Daftar Usulan RKP Desa adalah penjabaran RPJM Desa yang
menjadi bagian dari RKP Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun
yang akan diusulkan Pemerintah Desa kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten / Kota melalui mekanisme perencanaan pembangunan
Daerah.
42. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat
dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang
yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.
43. Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan
asli Desa, dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa atau perolehan hak lainnya yang sah.
44. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APB
Desa, adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa.
45. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan
dan belanja negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer
melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota
dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan
Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
46. Alokasi Dana Desa, selanjutnya disingkat ADD, adalah dana
perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota setelah dikurangi
Dana Alokasi Khusus.
47. Lembaga Kemasyarakatan desa atau disebut dengan nama lain
adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan
kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah desa dalam
memberdayakan masyarakat,
48. Lembaga adat Desa adalah merupakan lembaga yang
menyelenggarakan fungsi adat istiadat dan menjadi bagian dari
susunan asli Desa yang tumbuh dan berkembang atas prakarsa
masyarakat Desa.

BAB II

TATA CARA PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RPJM-DESA

Pasal 2

Tahap Pembentukan tim penyusun RPJM Desa.


(1) Kepala Desa membentuk tim penyusun RPJM Desa.
(2) Tim penyusun RPJM Desa terdiri dari:
a. kepala Desa selaku pembina;
b. sekretaris Desa selaku ketua;
c. ketua lembaga pemberdayaan masyarakat selaku
sekretaris; dan
d. anggota yang berasal dari perangkat Desa, lembaga
pemberdayaan masyarakat, kader pemberdayaan
masyarakat Desa, dan unsur masyarakat lainnya.
(3) Jumlah tim paling sedikit 7 (tujuh) orang dan paling banyak
11 (sebelas) orang.
(4) Tim penyusun mengikutsertakan perempuan.
(5) Tim penyusun ditetapkan dengan Keputusan Kepala
Desa.
(6) Tim penyusun RPJM Desa melaksanakan kegiatan
sebagai berikut:
a. penyelarasan arah kebijakan pembangunan
Kabupaten/Kota;
b. pengkajian keadaan Desa;
c. penyusunan Rancangan RPJM Desa; dan
d. penyempurnaan Rancangan RPJM Desa.

Tahap Penyelarasan arah kebijakan perencanaan


pembangunan kabupaten / kota;
(1) Tim penyusun RPJM Desa melakukan penyelarasan arah
kebijakan pembangunan kabupaten/kota.
(2) Penyelarasan arah kebijakan dilakukan untuk
mengintegrasikan program dan kegiatan pembangunan
Kabupaten/Kota dengan pembangunan Desa.
(3) Penyelarasan arah kebijakan dilakukan dengan mengikuti
sosialisasi dan/atau mendapatkan informasi tentang arah
kebijakan pembangunan kabupaten.
(4) Informasi arah kebijakan pembangunan kabupaten/kota
sekurang-kurangnya meliputi:
a. rencana pembangunan jangka menengah daerah
kabupaten
b. rencana strategis satuan kerja perangkat daerah;
c. rencana umum tata ruang wilayah kabupaten.
d. rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten; dan
e. rencana pembangunan kawasan perdesaan.
f. Kegiatan penyelarasan dilakukan dengan cara mendata
dan memilah rencana program dan kegiatan
pembangunan Kabupaten/Kota yang akan masuk ke
Desa.
g. Rencana program dan kegiatan dikelompokkan menjadi
bidang penyelenggaraan pemerintahan Desa,
pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa,
dan pemberdayaan masyarakat Desa.
h. Hasil pendataan dan pemilahan dituangkan dalam format
data rencana program dan kegiatan pembangunan yang
akan masuk ke Desa.
i. Data rencana program dan kegiatan menjadi lampiran
hasil pengkajian keadaan Desa.

Tahap Pengkajian keadaan Desa


(1) Tim penyusun RPJM Desa melakukan pengkajian keadaan
Desa
(2) Pengkajian keadaan Desa dilakukan dalam rangka
mempertimbangkan kondisi objektif Desa.
(3) Pengkajian keadaan Desa meliputi kegiatan sebagai berikut:
a. penyelarasan data Desa;
b. penggalian gagasan masyarakat; dan
c. penyusunan laporan hasil pengkajian keadaan Desa.
(4) Penyelarasan data Desa dilakukan melalui kegiatan:
a. pengambilan data dari dokumen data Desa;
b. pembandingan data Desa dengan kondisi Desa terkini.
(5) Data Desa meliputi sumber daya alam, sumber daya
manusia, sumber daya pembangunan, dan sumber daya
sosial budaya yang ada di Desa.
(6) Hasil penyelarasan data Desa, dituangkan dalam format data
Desa.
(7) Format data Desa menjadi lampiran laporan hasil pengkajian
keadaan Desa.
(8) Laporan hasil pengkajian keadaan desa menjadi bahan
masukan dalam musyawarah Desa dalam rangka
penyusunan perencanaan pembangunan Desa.
(9) Penggalian gagasan masyarakat dilakukan untuk
menemukenali potensi dan peluang pendayagunaan sumber
daya Desa, dan masalah yang dihadapi Desa.
(10) Hasil penggalian gagasan menjadi dasar bagi masyarakat
dalam merumuskan usulan rencana kegiatan.
(11) Usulan rencana kegiatan, meliputi penyelenggaraan
pemerintahan Desa, pembangunan Desa, pembinaan
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
(12) Penggalian gagasan dilakukan secara partisipatif dengan
melibatkan seluruh unsur masyarakat Desa sebagai sumber
data dan informasi.
(13) Pelibatan masyarakat Desa dilakukan melalui musyawarah
dusun dan/atau musyawarah khusus unsur masyarakat.
(14) Unsur masyarakat antara lain:
a. tokoh adat;
b. tokoh agama;
c. tokoh masyarakat;
d. tokoh pendidikan;
e. kelompok tani;
f. kelompok nelayan;
g. kelompok perajin;
h. kelompok perempuan;
i. kelompok pemerhati dan pelindungan anak;
j. kelompok masyarakat miskin;dan
k. kelompok-kelompok masyarakat lain sesuai dengan
kondisi sosial budaya masyarakat Desa.
(15) Tim penyusun RPJM Desa melakukan pendampingan
terhadap musyawarah dusun dan/atau musyawarah khusus
unsur masyarakat.
(16) Penggalian gagasan dilakukan dengan cara diskusi kelompok
secara terarah.
(17) Diskusi kelompok menggunakan sketsa Desa, kalender
musim dan bagan kelembagaan Desa sebagai alat kerja untuk
menggali gagasan masyarakat.
(18) Tim penyusun RPJM Desa dapat menambahkan alat kerja
dalam rangka meningkatkan kualitas hasil penggalian
gagasan.
(19) Dalam hal terjadi hambatan dan kesulitan dalam penerapan
alat kerja, tim penyusun RPJM Desa dapat menggunakan alat
kerja lainnya yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan
masyarakat Desa.
(20) Tim penyusun RPJM Desa melakukan rekapitulasi usulan
rencana kegiatan pembangunan Desa berdasarkan usulan
rencana kegiatan.
(21) Hasil rekapitulasi dituangkan dalam format usulan rencana
kegiatan.
(22) Rekapitulasi usulan rencana kegiatan menjadi lampiran
laporan hasil pengkajian keadaan Desa.
(23) Tim penyusun RPJM Desa menyusun laporan hasil
pengkajian keadaan Desa.
(24) Laporan dituangkan dalam berita acara.
(25) Berita acara dilampiri dokumen:
a. data Desa yang sudah diselaraskan;
b. data rencana program pembangunan kabupaten/kota
yang akan masuk ke Desa;
c. data rencana program pembangunan kawasan perdesaan;
dan
d. rekapitulasi usulan rencana kegiatan pembangunan Desa
dari dusun dan/atau kelompok
masyarakat.
(26) Tim penyusun RPJM Desa melaporkan kepada kepala Desa
hasil pengkajian keadaan Desa.
(27) Kepala Desa menyampaikan laporan kepada Badan
Permusyawaratan Desa setelah menerima laporan, dalam
rangka penyusunan rencana pembangunan Desa melalui
musyawarah Desa.

Tahap Penyusunan rencana pembangunan Desa melalui


musyawarah Desa.
(1) Badan Permusyawaratan Desa menyelenggarakan
musyawarah Desa berdasarkan laporan hasil pengkajian
keadaan desa.
(2) Musyawarah Desa dilaksanakan terhitung sejak diterimanya
laporan dari kepala Desa.
(3) Musyawarah Desa membahas dan menyepakati sebagai
berikut:
a. laporan hasil pengkajian keadaan Desa;
b. rumusan arah kebijakan pembangunan Desa yang
dijabarkan dari visi dan misi kepala Desa;
c. rencana prioritas kegiatan penyelenggaraan pemerintahan
Desa, pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan
Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
(4) Pembahasan rencana prioritas kegiatan dilakukan dengan
diskusi kelompok secara terarah yang dibagi berdasarkan
bidang penyelenggaraan pemerintahan Desa, pembangunan
Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan
masyarakat Desa.
(5) Diskusi kelompok secara terarah membahas sebagai berikut:
a. laporan hasil pengkajian keadaan Desa;
b. Prioritas rencana kegiatan Desa dalam jangka waktu 6
(enam) tahun;
c. sumber pembiayaan rencana kegiatan pembangunan
Desa; dan rencana pelaksana kegiatan Desa yang akan
dilaksanakan oleh perangkat Desa, unsur masyarakat
Desa, kerjasama antar Desa, dan/atau kerjasama Desa
dengan pihak ketiga.
(6) Hasil kesepakatan dalam musyawarah Desa dituangkan
dalam berita acara.
(7) Hasil kesepakatan menjadi pedoman bagi pemerintah Desa
dalam menyusun RPJM Desa.

Tahap Penyusunan Rancangan RPJM Desa


(1) Tim penyusun RPJM Desa menyusun Rancangan RPJM Desa
berdasarkan berita acara.
(2) Rancangan RPJM Desa dituangkan dalam format Rancangan
RPJM Desa.
(3) Tim penyusun RPJM Desa membuat berita acara tentang
hasil penyusunan Rancangan RPJM Desa yang dilampiri
dokumen Rancangan RPJM Desa.
(4) Berita acara disampaikan oleh tim penyusun RPJM Desa
kepada kepala Desa.
(5) Kepala Desa memeriksa dokumen Rancangan RPJM Desa
yang telah disusun oleh Tim Penyusun RPJM Desa.
(6) Tim penyusun RPJM Desa melakukan perbaikan
berdasarkan arahan kepala Desa dalam hal kepala Desa
belum menyetujui Rancangan RPJM Desa.
(7) Dalam hal Rancangan RPJM Desa telah disetujui oleh kepala
Desa, dilaksanakan musyawarah perencanaan
pembangunan Desa.

Tahap Penyusunan rencana pembangunan Desa melalui


musyawarah perencanaan pembangunan Desa.
(1) Kepala Desa menyelenggarakan musyawarah perencanaan
pembangunan Desa yang diadakan untuk membahas dan
menyepakati Rancangan RPJM Desa.
(2) Musyawarah perencanaan pembangunan Desa diikuti oleh
Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa, dan unsur
masyarakat.
(3) Unsur masyarakat terdiri atas:
a. tokoh adat;
b. tokoh agama;
c. tokoh masyarakat;
d. tokoh pendidikan;
e. perwakilan kelompok tani;
f. perwakilan kelompok perajin;
g. perwakilan kelompok perempuan;
h. perwakilan kelompok pemerhati dan pelindungan anak;
dan
i. perwakilan kelompok masyarakat miskin.
(4) Musyawarah perencanaan pembangunan Desa melibatkan
unsur masyarakat lain.
(5) Musyawarah perencanaan pembangunan Desa membahas
dan menyepakati Rancangan RPJM Desa.
(6) Hasil kesepakatan musyawarah perencanaan pembangunan
Desa dituangkan dalam berita acara.
Tahap Penetapan dan Perubahan RPJM Desa.
(1) Kepala Desa mengarahkan Tim penyusun RPJM Desa
melakukan perbaikan dokumen Rancangan RPJM Desa
berdasarkan hasil kesepakatan musyawarah perencanaan
pembangunan Desa.
(2) Rancangan RPJM Desa menjadi lampiran Rancangan
peraturan Desa tentang RPJM Desa.
(3) Kepala Desa menyusun Rancangan peraturan Desa tentang
RPJM Desa.
(4) Rancangan peraturan Desa tentang RPJM Desa dibahas dan
disepakati bersama oleh kepala Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa untuk ditetapkan menjadi Peraturan
Desa tentang RPJM Desa.

Pasal 3

PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAHAN DESA (RKPDesa)

Tahap Pembentukan Tim Penyusun RKP Desa


(1) Kepala Desa membentuk tim penyusun RKP Desa.
(2) Tim Penyusun RKP Desa terdiri dari:
a. kepala Desa selaku pembina;
b. sekretaris Desa selaku ketua;
c. ketua lembaga pemberdayaan masyarakat sebagai
sekretaris; dan
d. anggota yang meliputi: perangkat desa, lembaga
pemberdayaan masyarakat, kader pemberdayaan
masyarakat desa, dan unsur masyarakat.
(3) Jumlah tim penyusun RKP Desa 7 (tujuh)orang.
(4) Tim penyusun RKP Desa mengikutsertakan perempuan.
(5) Pembentukan tim penyusun RKP Desa dilaksanakan paling
lambat bulan Juni tahun berjalan.
(6) Tim penyusun RKP Desa ditetapkan dengan keputusan
kepala Desa.
(7) Tim penyusun RKP Desa melaksanakan kegiatan sebagai
berikut:
a. pencermatan pagu indikatif desa dan penyelarasan
program/kegiatan masuk ke desa;
b. pencermatan ulang dokumen RPJM Desa;
c. penyusunan Rancangan RKP Desa; dan
d. penyusunan Rancangan daftar usulan RKP Desa.

Tahap Pencermatan Pagu Indikatif Desa dan Penyelarasan


Program / Kegiatan Masuk ke Desa
(1) Kepala Desa mendapatkan data dan informasi dari
kabupaten/kota tentang:
a. pagu indikatif Desa; dan
b. rencana program/kegiatan Pemerintah, pemerintah
daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota
yang masuk ke Desa.
(2) Data dan informasi diterima kepala Desa dari
kabupaten/kota paling lambat bulan Juli setiap tahun
berjalan.
(3) Tim penyusun RKP Desa melakukan pencermatan pagu
indikatif Desa meliputi:
a. rencana dana Desa yang bersumber dari APBN;
b. rencana alokasi dana Desa (ADD) yang merupakan bagian
dari dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota;
c. rencana bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi
daerah kabupaten/kota; dan
d. rencana bantuan keuangan dari anggaran pendapatan
dan belanja daerah provinsi dan anggaran pendapatan
belanja daerah kabupaten/kota.
(4) Tim penyusun RKP Desa melakukan penyelarasan rencana
program / kegiatan yang masuk ke Desa yang meliputi:
a. rencana kerja pemerintah kabupaten/kota;
b. rencana program dan kegiatan pemerintah, pemerintah
daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota;
c. hasil penjaringan aspirasi masyarakat oleh dewan
perwakilan rakyat daerah kabupaten/kota.
(5) Hasil pencermatan dituangkan ke dalam format pagu
indikatif Desa.
(6) Hasil penyelarasan dituangkan ke dalam format kegiatan
pembangunan yang masuk ke Desa.
(7) Berdasarkan hasil pencermatan tim penyusun RKP Desa
menyusun rencana pembangunan berskala lokal Desa yang
dituangkan dalam Rancangan RKP Desa.

Tahap Pencermatan Ulang RPJM Desa


(1) Tim penyusunan RKP Desa mencermati skala prioritas
usulan rencana kegiatan pembangunan Desa untuk 1 (satu)
tahun anggaran berikutnya sebagaimana tercantum dalam
dokumen RPJM Desa.
(2) Hasil pencermatan menjadi dasar bagi tim penyusun RKP
Desa dalam menyusun Rancangan RKP Desa.

Tahap Penyusunan Rancangan RKP Desa


(1) Penyusunan Rancangan RKP Desa berpedoman kepada:
a. hasil kesepakatan musyawarah Desa;
b. pagu indikatif Desa;
c. pendapatan asli Desa;
d. rencana kegiatan Pemerintah, pemerintah daerah
provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota;
e. jaring aspirasi masyarakat yang dilakukan oleh DPRD
kabupaten/kota;
f. hasil pencermatan ulang dokumen RPJM Desa;
g. hasil kesepakatan kerjasama antar Desa; dan
h. hasil kesepakatan kerjasama Desa dengan pihak ketiga.
(2) Tim penyusun RKP Desa menyusun daftar usulan pelaksana
kegiatan Desa sesuai jenis rencana kegiatan.
(3) Pelaksana kegiatan meliputi:
a. ketua;
b. sekretaris;
c. bendahara; dan
d. anggota pelaksana.
(4) Pelaksana kegiatan mengikutsertakan perempuan.
(5) Rancangan RKP Desa paling sedikit berisi uraian:
a. evaluasi pelaksanaan RKP Desa tahun sebelumnya;
b. prioritas program, kegiatan, dan anggaran Desa yang
dikelola oleh Desa;
c. prioritas program, kegiatan, dan anggaran Desa yang
dikelola melalui kerja sama antar-Desa dan pihak ketiga;
d. rencana program, kegiatan, dan anggaran Desa yang
dikelola oleh Desa sebagai kewenangan penugasan dari
Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah
daerah kabupaten/kota; dan
e. pelaksana kegiatan Desa yang terdiri atas unsur
perangkat Desa dan / atau unsur masyarakat Desa.
(6) Pemerintah Desa merencanakan pengadaan tenaga ahli di
bidang pembangunan infrastruktur untuk dimasukkan ke
dalam Rancangan RKP Desa.
(7) Tenaga ahli di bidang pembangunan infrastruktur berasal
dari warga masyarakat Desa, satuan kerja perangkat daerah
kabupaten yang membidangi pembangunan infrastruktur;
dan tenaga pendamping profesional.
(8) Rancangan RKP Desa dituangkan dalam format Rancangan
RKP Desa.
(9) Rancangan RKP Desa dilampiri rencana kegiatan dan
Rencana Anggaran Biaya.
(10) Rencana kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya untuk
kerjasama antar Desa disusun dan disepakati bersama para
kepala desa yang melakukan kerja sama antar Desa.
(11) Rencana kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya diverifikasi
oleh tim verifikasi.
(12) Tim penyusun RKP Desa menyusun usulan prioritas program
dan kegiatan.
(13) Usulan prioritas program dan kegiatan dituangkan dalam
Rancangan daftar usulan RKP Desa.
(14) Rancangan daftar usulan RKP Desa menjadi lampiran berita
acara laporan tim penyusun Rancangan RKP Desa.
(15) Tim penyusun RKP Desa membuat berita acara tentang hasil
penyusunan Rancangan RKP Desa yang dilampiri dokumen
Rancangan RKP Desa dan Rancangan daftar usulan RKP
Desa.
(16) Berita acara disampaikan oleh tim penyusun RKP Desa
kepada kepala Desa.
(17) Kepala Desa memeriksa dokumen Rancangan RKP Desa.
(18) Kepala Desa mengarahkan tim penyusun RKP Desa untuk
melakukan perbaikan dokumen Rancangan RKP Desa.
(19) Dalam hal kepala Desa telah menyetujui Rancangan RKP
Desa kepala Desa menyelenggarakan musyawarah
perencanaan pembangunan Desa.

Tahap Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan


Pembangunan Desa
(1) Kepala Desa menyelenggarakan musyawarah perencanaan
pembangunan Desa yang diadakan untuk membahas dan
menyepakati Rancangan RKP Desa.
(2) Musyawarah perencanaan pembangunan Desa diikuti oleh
Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa, dan unsur
masyarakat.
(3) Unsur masyarakat terdiri atas:
a. tokoh adat;
b. tokoh agama;
c. tokoh masyarakat;
d. tokoh pendidikan;
e. perwakilan kelompok tani;
f. perwakilan kelompok nelayan;
g. perwakilan kelompok perajin;
h. perwakilan kelompok perempuan;
i. perwakilan kelompok pemerhati dan pelindungan anak;
dan
j. perwakilan kelompok masyarakat miskin.
(4) Selain unsur masyarakat musyawarah perencanaan
pembangunan Desa dapat melibatkan unsur masyarakat lain
sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat.
(5) Rancangan RKP Desa memuat rencana penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
(6) Rancangan RKP Desa berisi prioritas program dan kegiatan
yang didanai:
a. pagu indikatif Desa;
b. pendapatan asli Desa;
c. swadaya masyarakat Desa;
d. bantuan keuangan dari pihak ketiga; dan
e. bantuan keuangan dari pemerintah daerah provinsi,
dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota.
(7) Prioritas, program dan kegiatan dirumuskan berdasarkan
penilaian terhadap kebutuhan masyarakat Desa yang
meliputi:
a. peningkatan kapasitas penyelenggaraan pemerintahan
Desa;
b. peningkatan kualitas dan akses terhadap pelayanan
dasar;
c. pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur dan
lingkungan berdasarkan kemampuan teknis dan sumber
daya lokal yang tersedia;
d. pengembangan ekonomi pertanian berskala produktif;
e. pemanfaatan teknologi tepat guna untuk kemajuan
ekonomi;
f. pendayagunaan sumber daya alam;
g. pelestarian adat istiadat dan sosial budaya Desa;
h. peningkatan kualitas ketertiban dan ketenteraman
masyarakat Desa berdasarkan kebutuhan masyarakat
Desa; dan
i. peningkatan kapasitas masyarakat dan lembaga
kemasyarakatan Desa.
(8) Hasil kesepakatan musyawarah perencanaan pembangunan
Desa dituangkan dalam berita acara.
(9) Kepala Desa mengarahkan Tim penyusun RPJM Desa
melakukan perbaikan dokumen Rancangan RKP Desa
berdasarkan hasil kesepakatan musyawarah perencanaan
pembangunan Desa.
(10) Rancangan RKP Desa menjadi lampiran Rancangan
peraturan Desa tentang RKP Desa.
(11) Kepala Desa menyusun Rancangan peraturan Desa tentang
RPJM Desa
(12) Rancangan peraturan Desa tentang RKP Desa dibahas dan
disepakati bersama oleh kepala Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa untuk ditetapkan menjadi peraturan
Desa tentang RKP Desa.

BAB III

TATA TERTIB DAN MEKANISME PENGAMBILAN KEPUTUSAN


MUSYAWARAH DESA

Pasal 4

(1) Musyawarah Desa diselenggarakan oleh Badan


Permusyawaratan Desa yang difasilitasi oleh Pemerintah
Desa.
(2) Musyawarah Desa diikuti oleh Pemerintah Desa, Badan
Permusyawaratan Desa, dan unsur masyarakat.
(3) Unsur masyarakat terdiri atas :
a. tokoh adat;
b. tokoh agama;
c. tokoh masyarakat;
d. tokoh pendidik;
e. perwakilan kelompok tani;
f. perwakilan kelompok perajin;
g. perwakilan kelompok perempuan;
h. perwakilan kelompok pemerhati dan perlindungan anak;
dan perwakilan kelompok masyarakat miskin.
(4) Musyawarah Desa dapat melibatkan unsur masyarakat lain
sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat.
(5) Setiap unsur masyarakat yang menjadi peserta Musyawarah
Desa melakukan pemetaan aspirasi dan kebutuhan
kelompok masyarakat yang diwakilinya sebagai bahan yang
akan dibawa pada forum Musyawarah Desa.
(6) Badan Permusyawaratan Desa bersama dengan Kepala Desa
mempersiapkan rencana Musyawarah Desa.
(7) Panitia Musyawarah Desa diketuai oleh Sekretaris Badan
Permusyawaratan Desa serta dibantu oleh anggota Badan
Permusyawaratan Desa, Kader Pemberdayaan Masyarakat
Desa (KPMD), unsur masyarakat, dan perangkat Desa.
(8) Keanggotaan panitia Musyawarah Desa bersifat sukarela.
(9) Susunan kepanitiaan Musyawarah Desa telah disesuaikan
dengan kondisi sosial budaya masyarakat.
(10) Jadwal kegiatan Musyawarah Desa berdasarkan ketentuan
sebagai berikut :
a. dapat diselenggarakan pada hari kerja maupun di luar
hari kerja;
b. dapat diselenggarakan pada siang hari maupun malam
hari; dan
c. tidak diselenggarakan pada hari raya keagamaan dan hari
kemerdekaan.
(11) Tempat penyelenggaraan Musyawarah Desa gedung balai
Desa, gedung pertemuan milik Desa, lapangan Desa, rumah
warga Desa dan/atau gedung sekolah yang ada di Desa, atau
tempat lainnya yang layak.
(12) Tempat penyelenggaraan Musyawarah Desa harus berada di
wilayah Desa.
(13) Tempat penyelenggaraan Musyawarah Desa disesuaikan
dengan kondisi obyektif Desa dan kondisi sosial budaya
masyarakat. Sarana/prasana pendukung berupa kendaraan
transportasi peserta, konsumsi dan alat konsumsi,
meja/kursi, tenda, pengeras suara, papan tulis, alat tulis
kantor (ATK).
(14) Sarana/prasana Musyawarah Desa disediakan melalui
swadaya gotong royong dengan mengutamakan
pendayagunaan sarana/prasarana yang sudah ada di Desa
sesuai dengan kondisi obyektif Desa dan sosial budaya
masyarakat.
(15) Dalam hal pendayagunaan sarana/prasarana tidak dapat
dilakukan secara swadaya gotong royong, Badan
Permusyawaratan Desa meminta Pemerintah Desa untuk
menyediakan pembiayaan.
(16) Badan Permusyawaratan Desa dengan difasilitasi oleh
Pemerintah Desa mempersiapkan Musyawarah Desa yang tak
terduga pada tahun anggaran berjalan sesuai dengan kondisi
obyektif sebagai penyebab diadakannya Musyawarah Desa.
(17) Badan Permusyawaratan Desa menyelenggarakan rapat
anggota untuk membahas dan menetapkan :
a. status urusan Desa termasuk hal yang bersifat strategis;
dan
b. rencana kegiatan dan RAB.
(18) Badan Permusyawaratan Desa mempersiapkan
penyelenggaraan Musyawarah Desa berdasarkan rencana
kegiatan dan RAB.
(19) Badan Permusyawaratan Desa menyampaikan surat kepada
Pemerintah Desa perihal fasilitasi penyelenggaraan
Musyawarah Desa yang meliputi :
a. penyiapan bahan pembahasan tentang hal bersifat
strategis yang akan dibahas dalam Musyawarah Desa;
dan
b. penyiapan biaya penyelenggaraan Musyawarah Desa.
(20) Badan Permusyawaratan Desa melakukan penyebarluasan
informasi kepada masyarakat Desa perihal hal strategis yang
akan dibahas dalam Musyawarah Desa.
(21) Badan Permusyawaratan Desa melakukan pemetaan aspirasi
dan kebutuhan masyarakat mengenai hal strategis yang akan
dibahas dalam Musyawarah Desa.
(22) Berdasarkan masukan aspirasi masyarakat Badan
Permusyawaratan Desa menyelenggarakan rapat anggota
untuk merumuskan pandangan resmi Badan
Permusyawaratan Desa.
(23) Pandangan resmi Badan Permusyawaratan Desa dituangkan
ke dalam berita acara tentang hasil rapat anggota Badan
Permusyawaratan Desa.
(24) Berita acara menjadi pandangan resmi Badan
Permusyawaratan Desa dalam pembahasan tentang hal yang
bersifat strategis di Musyawarah Desa.
(25) Pemerintah Desa memfasilitasi penyelenggaraan Musyawarah
Desa dengan mempersiapkan bahan pembahasan.
(26) Bahan pembahasan disusun dengan memperhatikan aturan
hukum yang berlaku, kebijakan pemerintah daerah
kabupaten, kondisi obyektif Desa dan aspirasi masyarakat
Desa.
(27) Bahan pembahasan dirumuskan dengan mempertimbangkan
keuntungan dan kerugian dalam rangka mewujudkan
pengarusutamaan perdamaian dan keadilan sosial.
(28) Dalam menyiapkan bahan pembahasan, Pemerintah Desa
dapat membentuk tim dan berkonsultasi dengan pakar atau
tenaga ahli dan/atau Pemerintah Daerah.
(29) Bahan pembahasan disampaikan Kepala Desa kepada Badan
Permusyawaratan Desa.

Pembentukan dan Penetapan Panitia.


(1) Badan Permusyawaratan Desa membentuk dan menetapkan
panitia Musyawarah Desa berdasarkan rencana kegiatan.
(2) Penetapan panitia Musyawarah Desa melalui surat
keputusan ketua Badan Permusyawaratan Desa yang
berlaku untuk waktu satu (1) tahun atau sesuai kebutuhan.

Penyiapan Jadwal Kegiatan, Tempat dan Sarana/Prasarana.


(1) Panitia Musyawarah Desa mempersiapkan jadwal kegiatan,
tempat dan sarana/prasarana Musyawarah Desa
berdasarkan rencana kegiatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 dan/atau Pasal 9.
(2) Badan Permusyawaratan Desa dapat mengubah rencana
jadwal kegiatan, tempat dan sarana/prasarana dengan tetap
berdasarkan swadaya gotong royong dan tanpa menambah
jumlah biaya penyelenggaraan kegiatan Musyawarah Desa
yang sudah disiapkan Pemerintah Desa.

Penyiapan Dana.
(1) Pemerintah Desa memfasilitasi Musyawarah Desa dengan
menyediakan dana penyelenggaraan kegiatan Musyawarah
Desa.
(2) Penyediaan dana penyelenggaraan Musyawarah Desa
berdasarkan Rencana Anggaran Biaya.
(3) Pendanaan berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa (APBDesa) yang terdiri atas :
a. pendanaan rutin; dan
b. pendanaan tak terduga.
(4) Pendanaan rutin telah direncanakan dan dipersiapkan oleh
Kepala Desa pada tahun anggaran sebelumnya melalui
mekanisme penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa
(RKP Desa).
(5) Pendanaan tak terduga direncanakan paling lambat 1 (satu)
minggu terhitung sebelum hari dan tanggal pelaksanaan
Musyawarah Desa.
(6) Kepala Desa membebankan pendanaan tak terduga dalam
dana cadangan APBDesa.
(7) Pendanaan penyelenggaraan Musyawarah Desa menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari belanja operasional Badan
Permusyawaratan Desa.
(8) Pelaporan dan pertanggungjawaban pengunaan dana
penyelenggaraan rapat diatur sesuai dengan aturan
perundang-undangan perihal Badan Permusyawaratan Desa.

Penyiapan Susunan Acara dan Media Pembahasan


(1) Panitia Musyawarah Desa mempersiapkan susunan acara
dan media pembahasan berdasarkan dokumen bahan
pembahasan yang dipersiapkan Pemerintah Desa dan
dokumen pandangan resmi Badan Permusyawaratan Desa.
(2) Penyiapan media pembahasan dapat berupa antara lain :
penggandaan dokumen, penyiapan ringkasan materi,
pembuatan media tayang, dan menuangkan materi
pembahasan melalui media pertunjukan seni budaya.
(3) Media pembahasan disusun secara swadaya gotong royong
dan sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat.

Pengundangan Peserta, Undangan, dan Pendamping.


(1) Peserta Musyawarah Desa berasal dari Pemerintah Desa,
Badan Permusyawaratan Desa, dan unsur masyarakat Desa
yang diundang secara resmi sebagai peserta Musyawarah
Desa.
(2) Undangan adalah mereka yang bukan warga Desa yang hadir
dalam Musyawarah Desa atas undangan Ketua Badan
Permusyawaratan Desa.
(3) Pendamping berasal dari satuan kerja perangkat daerah
kabupaten, camat, tenaga pendamping profesional, dan/atau
pihak ketiga yang hadir dalam Musyawarah Desa atas
undangan Ketua Badan Permusyawaratan Desa.
(4) Panitia Musyawarah Desa menetapkan jumlah peserta,
undangan dan pendamping Musyawarah Desa berdasarkan
rencana kegiatan dan RAB.
(5) Panitia Musyawarah Desa melakukan registrasi peserta
Musyawarah Desa yang terdiri dari Pemerintah Desa, Badan
Permusyawaratan Desa, dan unsur masyarakat.
(6) Unsur masyarakat diutamakan yang berkepentingan
langsung dengan materi Musyawarah Desa.
(7) Panitia Musyawarah Desa mempersiapkan undangan peserta
Musyawarah Desa secara resmi dan secara tidak resmi.
(8) Undangan resmi ditujukan kepada unsur masyarakat secara
perseorangan dan/atau kelompok masyarakat dengan
dibubuhi tanda tangan Sekretaris Badan Permusyawaratan
Desa selaku ketua panitia Musyawarah Desa.
(9) Undangan tidak resmi diumumkan secara terbuka melalui
media komunikasi yang ada di Desa, seperti : pengeras suara
di masjid, papan mengumuman, pesan singkat melalui
telepon seluler, surat elektronik (e-mail), situs laman (website)
Desa.
(10) Badan Permusyawaratan Desa menyampaikan undangan
Musyawarah Desa paling lambat 2 (dua) minggu terhitung
sebelum hari dan tanggal penyelenggaraan Musyawarah
Desa.
(11) Musyawarah Desa terbuka untuk umum dan tidak bersifat
rahasia, setiap warga Desa berhak untuk hadir sebagai
peserta Musyawarah Desa.
(12) Warga Desa yang mendapat informasi undangan secara tidak
resmi dan berkehendak hadir sebagai peserta, yang
bersangkutan harus mendaftarkan diri kepada panitia
Musyawarah Desa paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung
sebelum hari dan tanggal penyelenggaraan Musyawarah
Desa.
(13) Warga Desa sebagai peserta memiliki hak suara yang sama
dengan warga Desa yang diundang secara resmi dalam
pengambilan keputusan.
(14) Warga Desa yang hadir dalam Musyawarah Desa tetapi tidak
memberitahukan kehadirannya kepada panitia Musyawarah
Desa, terhadap yang bersangkutan tidak memiliki hak suara
dalam pengambilan keputusan.
(15) Dalam hal jumlah peserta melebihi rencana dan berdampak
pada masalah pembiayaan, panitia Musyawarah Desa
menggalang dukungan warga Desa untuk berswadaya gotong
royong memberikan sumbangan biaya penyelenggaraan
Musyawarah Desa.
(16) Kepala Desa, anggota Badan Permusyawaratan Desa dan
perangkat Desa berhalangan hadir harus memberitahukan
ketidakhadirannya dengan alasan yang benar.
(17) Dalam hal Kepala Desa berhalangan diwakilkan kepada
Sekretaris Desa atau Perangkat Desa yang ditunjuk secara
tertulis.
(18) Ketidakhadiran Kepala Desa, anggota Badan
Permusyawaratan Desa dan perangkat Desa diinformasikan
secara terbuka kepada peserta Musyawarah Desa.

Tata Cara Penyelenggaraan Musyawarah Desa


Pimpinan, Sekretaris dan Pemandu Acara Musyawarah Desa
(1) Ketua Badan Permusyawaratan Desa bertindak selaku
pimpinan Musyawarah Desa.
(2) Anggota BPD, unsur masyarakat dan/atau KPMD yang
merupakan bagian dari panitia Musyawarah Desa bertindak
selaku sekretaris Musyawarah Desa.
(3) Anggota BPD, unsur masyarakat dan/atau KPMD yang
merupakan bagian dari panitia Musyawarah Desa bertindak
selaku pemandu acara Musyawarah Desa.
(4) Dalam hal Ketua Badan Permusyawaratan Desa selaku
pimpinan Musyawarah Desa berhalangan hadir, posisi
pimpinan Musyawarah Desa dapat digantikan oleh wakil
ketua atau anggota Badan Permusyawaratan Desa lainnya.
(5) Dalam hal Ketua Badan Permusyawaratan Desa berhalangan
hadir, harus memberitahukan ketidakhadirannya dengan
alasan yang benar untuk selanjutnya diinformasikan kepada
peserta Musyawarah Desa.

Pendaftaraan Peserta
(1) Peserta yang hadir dalam kegiatan Musyawarah Desa
menandatangani daftar hadir yang telah disiapkan panitia.
(2) Musyawarah Desa dimulai dan dibuka oleh pimpinan
musyawarah, daftar hadir yang telah ditandatangani oleh 2/3
dari jumlah undangan ditetapkan sebagai peserta
Musyawarah Desa.
(3) Peserta Musyawarah Desa yang telah menandatangani daftar
hadir dapat meninggalkan tempat musyawarah berdasarkan
izin pimpinan musyawarah dan tidak mengganggu jalannya
musyawarah.

Penjelasan Susunan Acara.


(1) Sekretaris Badan Permusyawaratan Desa selaku ketua
panitia Musyawarah Desa membacakan susunan acara
sebelum Musyawarah Desa dipimpin oleh pimpinan
Musyawarah Desa.
(2) Sekretaris Badan Permusyawaratan Desa meminta
persetujuan seluruh peserta yang hadir perihal susunan
acara.
(3) Peserta musyawarah diberikan hak mengajukan keberatan
dan usulan perbaikan.
(4) Dalam hal susunan acara Musyawarah Desa telah disetujui
oleh peserta Musyawarah Desa, maka musyawarah
dilanjutkan dengan dipimpin oleh pimpinan Musyawarah
Desa.

Penundaan Kegiatan
(1) Pimpinan Musyawarah Desa melakukan penundaan acara
ketika jumlah peserta Musyawarah Desa yang ditentukan
belum tercapai atau terpenuhi sampai dengan batas waktu
untuk dilakukan pembukaan Musyawarah Desa.
(2) Pimpinan Musyawarah Desa mengumumkan pengunduran
waktu paling lama 3 (tiga) jam.
(3) Jika waktu pengunduran telah berakhir dan peserta
Musyawarah Desa yang hadir belum memenuhi ketentuan,
pimpinan Musyawarah Desa meminta pertimbangan dari
kepala desa atau pejabat yang mewakili, tokoh masyarakat
dan unsur pendamping desa yang hadir.
(4) Berdasarkan pertimbangan, pimpinan musyawarah
menentukan waktu untuk mengadakan musyawarah
berikutnya selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah waktu
musyawarah pertama.
(5) Dalam hal setelah dilakukan penundaaan penyelenggaraan
Musyawarah Desa yang kedua tetap dihadiri peserta yang
tidak mencapai ketentuan, pimpinan Musyawarah Desa tetap
melanjutkan kegiatan Musyawarah Desa dengan dihadiri oleh
peserta yang ada.

Penjelasan Materi Pembicaraan


(1) Dalam rangka penyampaian pemberian informasi secara
lengkap kepada peserta Musyawarah Desa, pimpinan
Musyawarah Desa melakukan hal sebagai berikut:
a. meminta Pemerintah Desa untuk menjelaskan pokok
pembicaraan dan/atau pokok permasalahan yang akan
dibahas berdasarkan bahan pembahasan yang sudah
disiapkan;
b. meminta Badan Permusyawaratan Desa untuk
menjelaskan pandangan resmi terhadap hal yang bersifat
strategis;
c. meminta unsur pemerintah daerah/kabupaten yang hadir
untuk menjelaskan pandangan resmi terhadap hal yang
bersifat strategis;
d. meminta pihak-pihak dari luar Desa yang terkait
dengan materi yang sedang dimusyawarahkan untuk
menyampaikan secara resmi kepentingan dan agendanya
terhadap hal yang bersifat strategis.
(2) Penyampaian informasi dapat dilakukan dengan
mendayagunakan media pembahasan yang disiapkan panitia
Musyawarah Desa.

Tata Cara Permusyawaratan


(1) Pimpinan Musyawarah Desa menjaga agar permusyawaratan
Desa berjalan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan
tentang Tata Tertib Musyawarah Desa.
(2) Pimpinan Musyawarah Desa hanya berbicara selaku
pimpinan musyawarah untuk menjelaskan masalah yang
menjadi pembicaraan, menunjukkan duduk persoalan yang
sebenarnya, mengembalikan pembicaraan kepada pokok
persoalan, dan menyimpulkan pembicaraan peserta
musyawarah.
(3) Dalam hal pimpinan Musyawarah Desa hendak berbicara
selaku peserta musyawarah, untuk sementara pimpinan
musyawarah diserahkan kepada wakil ketua atau anggota
Badan Permusyawaratan Desa.
(4) Pimpinan yang hendak berbicara selaku peserta Musyawarah
Desa berpindah dari tempat pimpinan ke tempat peserta
musyawarah.
(5) Peserta Musyawarah Desa tidak boleh diganggu selama
berbicara menyampaikan aspirasi.
(6) Pimpinan Musyawarah Desa dapat memperpanjang dan
menentukan lamanya perpanjangan waktu peserta yang
berbicara.
(7) Pimpinan Musyawarah Desa memperingatkan dan meminta
peserta yang berbicara untuk mengakhiri pembicaraan
apabila melampaui batas waktu yang telah ditentukan.
(8) Pimpinan Musyawarah Desa tidak dapat memberikan
kesempatan kepada peserta musyawarah yang melakukan
interupsi untuk meminta penjelasan tentang duduk
persoalan sebenarnya mengenai hal stratgeis yang sedang
dibicarakan.
(9) Peserta musyawarah yang sependapat dan/atau
berkeberatan dengan pendapat pembicara yang sedang
menyampaikan aspiranya dapat mengajukan aspirasinya
setelah diberi kesempatan oleh pimpinan Musyawarah Desa.
(10) Pimpinan Musyawarah Desa harus memberikan kesempatan
berbicara kepada pihak yang sependapat maupun pihak yang
berkeberatan.
(11) Pembicara dalam mengajukan aspirasinya tidak boleh
menyimpang dari pokok pembicaraan tentang hal yang
bersifat strategis.
(12) Apabila peserta menurut pendapat pimpinan Musyawarah
Desa menyimpang dari pokok pembicaraan, kepada yang
bersangkutan oleh pimpinan Musyawarah Desa diberi
peringatan dan diminta supaya pembicara kembali kepada
pokok pembicaraan.
(13) Pimpinan Musyawarah Desa memperingatkan pembicara
yang menggunakan kata yang tidak layak, melakukan
perbuatan yang mengganggu ketertiban acara musyawarah,
atau menganjurkan peserta lain untuk melakukan perbuatan
yang bertentangan dengan hukum.
(14) Pimpinan Musyawarah Desa meminta agar yang
bersangkutan menghentikan perbuatan dan/atau
memberikan kesempatan kepadanya untuk menarik kembali
kata yang tidak layak dan menghentikan perbuatannya.
(15) Dalam hal pembicara memenuhi permintaan pimpinan
Musyawarah Desa, kata yang tidak layak dianggap tidak
pernah diucapkan dan tidak dimuat dalam risalah atau
catatan Musyawarah Desa.
(16) Dalam hal pembicara tidak memenuhi peringatan, pimpinan
Musyawarah Desa melarang pembicara meneruskan
pembicaraan dan perbuatannya.
(17) Dalam hal larangan masih juga tidak diindahkan oleh
pembicara, pimpinan Musyawarah Desa meminta kepada
yang bersangkutan meninggalkan Musyawarah Desa.
(18) Dalam hal pembicara tersebut tidak mengindahkan
permintaan pembicara tersebut dikeluarkan dengan paksa
dari ruang Musyawarah Desa atas perintah pimpinan
Musyawarah Desa.
(19) Ruang Musyawarah Desa ruangan yang dipergunakan untuk
bermusyawarah, termasuk ruangan untuk undangan dan
pendamping.
(20) Pimpinan Musyawarah Desa dapat menutup atau menunda
Musyawarah Desa apabila berpendapat bahwa acara
Musyawarah Desa tidak mungkin dilanjutkan karena terjadi
peristiwa yang yang mengganggu ketertiban Musyawarah
Desa atau perbuatan yang menganjurkan peserta
Musyawarah Desa untuk melakukan tindakan yang
bertentangan dengan hukum.
(21) Dalam hal kejadian luar biasa, Pimpinan Musyawarah Desa
dapat menutup atau menunda acara Musyawarah Desa yang
sedang berlangsung dengan meminta persetujuan dari
peserta Musyawarah Desa.
(22) Lama penundaan Musyawarah Desa tidak boleh lebih dari 24
(dua puluh empat) jam.

Pendamping Desa
(1) Pimpinan Musyawarah Desa dapat meminta pendamping
Desa yang berasal dari satuan kerja perangkat daerah
kabupaten/kota, pendamping profesional dan/atau pihak
ketiga untuk membantu memfasilitasi jalannya Musyawarah
Desa.
(2) Pendamping Desa tidak memiliki hak untuk berbicara yang
bersifat memutuskan sebuah kebijakan publik terkait hal
strategis yang sedang dimusyawarahkan.
(3) Pendamping Desa melakukan tugas untuk :
a. memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang
pokok pembicaraan;
b. mengklarifikasi arah pembicaraan dalam Musyawarah
Desa yang sudah menyimpang dari pokok pembicaraan;
c. membantu mencarikan jalan keluar; dan
d. mencegah terjadinya konflik dan pertentangan antar
peserta yang dapat berakibat pada tindakan melawan
hukum.

Undangan, Peninjau dan Wartawan


(1) Undangan dapat berbicara dalam Musyawarah Desa atas
persetujuan pimpinan Musyawarah Desa, tetapi tidak
mempunyai hak suara dalam pengambilan keputusan
Musyawarah Desa.
(2) Undangan disediakan tempat tersendiri.
(3) Undangan harus menaati tata tertib Musyawarah Desa.
(4) Peninjau dan wartawan adalah mereka yang hadir dalam
Musyawarah Desa tanpa undangan Ketua Badan
Permusyawaratan Desa.
(5) Peninjau dan wartawan tidak mempunyai hak suara, hak
bicara, dan tidak boleh menyatakan sesuatu, baik dengan
perkataan maupun perbuatan.
(6) Peninjau dan wartawan mendaftarkan kehadiran dalam
Musyawarah Desa melalui panitia Musyawarah Desa.
(7) Peninjau dan wartawan membawa bukti pendaftaran
kehadiran dalam Musyawarah Desa.
(8) Peninjau menempati tempat yang sama dengan undangan.
(9) Wartawan menempati tempat yang disediakan.
(10) Peninjau dan wartawan harus menaati tata tertib
Musyawarah Desa.
(11) Pimpinan Musyawarah Desa menjaga agar ketentuan tata
tertib musyawarah tetap dipatuhi oleh undangan, peninjau
dan wartawan.
(12) Pimpinan Musyawarah Desa dapat meminta agar undangan,
peninjau, dan/atau wartawan yang mengganggu ketertiban
Musyawarah Desa meninggalkan ruang musyawarah dan
apabila permintaan itu tidak diindahkan, yang bersangkutan
dikeluarkan dengan paksa dari ruang musyawarah atas
perintah pimpinan Musyawarah Desa.
(13) Pimpinan Musyawarah Desa dapat menutup atau menunda
acara musyawarah apabila terjadi peristiwa yang
mengganggu ketertiban
(14) Lamanya penundaan acara musyawarah tidak boleh lebih
dari 24 (dua puluh empat) jam.

Risalah, Catatan dan Laporan Singkat


(1) Sekretaris Musyawarah Desa bertugas untuk menyusun
risalah, catatan dan laporan singkat Musyawarah Desa.
(2) Risalah adalah catatan Musyawarah Desa yang dibuat secara
lengkap dan berisi seluruh jalannya pembicaraan yang
dilakukan dalam pembahasan serta dilengkapi dengan
catatan tentang:
a. hal-hal strategis yang dibahas;
b. hari dan tanggal Musyawarah Desa;
c. tempat Musyawarah Desa;
d. acara Musyawarah Desa;
e. waktu pembukaan dan penutupan Musyawarah Desa;
f. pimpinan dan sekretaris Musyawarah Desa;
g. jumlah dan nama peserta Musyawarah Desa yang
menandatangani daftar hadir; dan
h. undangan yang hadir.
(3) Sekretaris Musyawarah Desa menyusun risalah untuk
dibagikan kepada anggota dan pihak yang bersangkutan
setelah acara Musyawarah Desa selesai.
(4) Risalah Musyawarah Desa terbuka dipublikasikan melalui
media komunikasi yang ada di desa agar diketahui oleh
seluruh masyarakat desa.
(5) Sekretaris Musyawarah Desa dengan dibantu tim perumus
menyusun catatan (notulensi) dan laporan singkat yang
ditandangani pimpinan atau sekretaris atas nama pimpinan
Musyawarah Desa yang bersangkutan.
(6) Catatan (notulensi) adalah catatan yang memuat pokok
pembicaraan, kesimpulan, dan/atau keputusan yang
dihasilkan dalam Musyawarah Desa serta dilengkapi dengan
risalah musyawarah.
(7) Laporan singkat memuat kesimpulan dan/atau keputusan
Musyawarah Desa.
(8) Tim perumus berasal dari peserta Musyawarah Desa yang
dipilih dan disepakati dalam Musyawarah Desa.

Penutupan Acara Musyawarah Desa


(1) Pimpinan Musyawarah Desa menutup rangkaian acara
Musyawarah Desa.
(2) Penutupan acara dilakukan oleh pimpinan sidang dengan
terlebih dahulu dilakukan penyampaian catatan sementara
dan laporan singkat hasil Musyawarah Desa.
(3) Sekretaris Musyawarah Desa menyampaikan catatan
sementara dan laporan singkat hasil Musyawarah Desa.
(4) Apabila seluruh peserta atau sebagian besar peserta yang
hadir dalam Musyawarah Desa menyepakati catatan
sementara dan laporan catatan sementara diubah menjadi
catatan tetap dan laporan singkat ditetapkan sebagai hasil
Musyawarah Desa.
(5) Catatan tetap dan laporan singkat ditandatangani oleh
pimpinan Musyawarah Desa, sekretaris Musyawarah Desa,
Kepala Desa, dan salah seorang wakil peserta Musyawarah
Desa.
(6) Apabila sudah tercapai keputusan Musyawarah Desa,
pimpinan Musyawarah Desa menutup secara resmi acara
Musyawarah Desa.

Mekanisme Pengambilan Keputusan


(1) Pengambilan keputusan dalam Musyawarah Desa pada
dasarnya dilakukan dengan cara musyawarah untuk
mufakat.
(2) Dalam hal cara pengambilan keputusan tidak terpenuhi,
keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.
Keputusan Berdasarkan Mufakat.
(1) Pengambilan keputusan berdasarkan mufakat dilakukan
setelah kepada peserta yang hadir diberikan kesempatan
untuk mengemukakan pendapat serta saran, yang kemudian
dipandang cukup untuk diterima oleh Musyawarah Desa
sebagai sumbangan pendapat dan pemikiran bagi perumusan
kesepakatan terkait hal bersifat strategis yang sedang
dimusyawarahkan.
(2) Untuk dapat mengambil keputusan pimpinan Musyawarah
Desa berhak untuk menyiapkan Rancangan keputusan yang
mencerminkan pendapat dalam Musyawarah Desa.
(3) Keputusan berdasarkan mufakat adalah sah apabila diambil
dalam Musyawarah Desa yang dihadiri oleh peserta sejumlah
2/3 dari jumlah undangan yang telah ditetapkan sebagai
peserta Musyawarah Desa dan atau disetujui oleh semua
peserta yang hadir.
(4) Keputusan berdasarkan mufakat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah sah apabila ditetapkan penyelenggaraan
Musyawarah Desa setelah dilakukan penundaan dan
disetujui oleh semua peserta yang hadir.

Keputusan Berdasarkan Suara Terbanyak


Keputusan berdasarkan suara terbanyak diambil apabila
keputusan berdasarkan mufakat sudah tidak terpenuhi karena
adanya pendirian sebagian peserta Musyawarah Desa yang tidak
dapat dipertemukan lagi dengan pendirian peserta Musyawarah
Desa yang lain.
(1) Pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak dapat
dilakukan secara terbuka atau secara rahasia.
(2) Pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak secara
terbuka dilakukan apabila menyangkut kebijakan.
(3) Pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak secara
rahasia dilakukan apabila menyangkut orang atau masalah
lain yang ditentukan dalam Musyawarah Desa.
(4) Keputusan berdasarkan suara terbanyak adalah sah apabila
diambil dalam Musyawarah Desa dihadiri dan disetujui oleh
separuh ditambah 1 (satu) orang dari jumlah peserta yang
hadir.
(5) Dalam hal sifat masalah yang dihadapi tidak tercapai dengan
1 (satu) kali pemungutan suara, mengusahakan agar
diperoleh jalan keluar yang disepakati atau melaksanakan
pemungutan suara secara berjenjang.
(6) Pemungutan suara secara berjenjang, dilakukan untuk
memperoleh 2 (dua) pilihan berdasarkan peringkat jumlah
perolehan suara terbanyak.
(7) Dalam hal telah diperoleh 2 (dua) pilihan, pemungutan suara
selanjutnya dilakukan sesuai dengan ketentuan.
(8) Pemberian suara secara terbuka untuk menyatakan setuju,
menolak, atau tidak menyatakan pilihan (abstain) dilakukan
oleh peserta Musyawarah Desa yang hadir dengan cara lisan,
mengangkat tangan, berdiri, tertulis, atau dengan cara lain
yang disepakati oleh peserta Musyawarah Desa.
(9) Penghitungan suara dilakukan dengan menghitung secara
langsung tiap-tiap peserta Musyawarah Desa.
(10) Peserta Musyawarah Desa yang meninggalkan acara dianggap
telah hadir dan tidak mempengaruhi sahnya keputusan.
(11) Dalam hal hasil pemungutan suara tidak memenuhi
ketentuan dilakukan pemungutan suara ulangan yang
pelaksanaannya ditangguhkan sampai Musyawarah Desa
berikutnya dengan tenggang waktu tidak lebih dari 24 (dua
puluh empat) jam.
(12) Dalam hal hasil pemungutan suara ulangan ternyata tidak
juga memenuhi ketentuan pemungutan suara menjadi batal.
(13) Pemberian suara secara rahasia dilakukan dengan tertulis,
tanpa mencantumkan nama, tanda tangan pemberi suara,
atau tanda lain yang dapat menghilangkan sifat kerahasiaan.
(14) Pemberian suara secara rahasia dapat juga dilakukan dengan
cara lain yang tetap menjamin sifat kerahasiaan.
(15) Dalam hal hasil pemungutan suara tidak memenuhi
ketentuan pemungutan suara diulang sekali lagi dalam
musyawarah saat itu juga.
(16) Dalam hal hasil pemungutan suara ulang tidak juga
memenuhi ketentuan pemungutan suara secara rahasia
menjadi batal. Setiap keputusan Musyawarah Desa, baik
berdasarkan musyawarah untuk mencapai mufakat maupun
berdasarkan suara terbanyak bersifat mengikat bagi semua
pihak yang terkait dalam pengambilan keputusan.

Tata Cara Penetapan Keputusan


(1) Hasil keputusan Musyawarah Desa dituangkan dalam Berita
Acara yang ditandatangani oleh Ketua Badan
Permusyawaratan Desa, Kepala Desa dan salah seorang
perwakilan peserta Musyawarah Desa.
(2) Berita acara dilampiri catatan tetap dan laporan singkat.
(3) Apabila Ketua Badan Permusyawaratan Desa berhalangan
sebagai pimpinan Musyawarah Desa Berita Acara
ditandatangani oleh pimpinan Musyawarah Desa.
(4) Apabila Kepala Desa berhalangan hadir dalam Musyawarah
Desa, Berita Acara ditandatangani oleh yang mewakili Kepala
Desa yang ditunjuk secara tertulis oleh Kepala Desa.

Tindak Lanjut Keputusan Musyawarah Desa


(1) Hasil Musyawarah Desa dalam bentuk kesepakatan yang
dituangkan dalam keputusan hasil musyawarah dijadikan
dasar oleh Badan Permusyawaratan Desa dan Pemerintah
Desa dalam menetapkan kebijakan Pemerintahan Desa.
(2) Penetapan kebijakan Pemerintahan Desa berupa Peraturan
Desa yang disusun oleh Kepala Desa bersama Badan
Permusyawaratan Desa.
(3) Badan Permusyawaratan Desa bersama Kepala Desa dalam
menyusun Peraturan Desa harus memastikan keputusan
hasil Musyawarah Desa menjadi dasar dalam penyusunan
Peraturan Desa.
(4) Badan Permusyawaratan Desa harus menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat desa dalam rangka
memastikan keputusan hasil Musyawarah Desa menjadi
dasar dalam penyusunan Peraturan Desa.

Penyelesaian Perselisihan
(1) Setiap perselisihan yang timbul dalam Musyawarah Desa
diselesaikan secara musyawarah serta dilandasi semangat
kekeluargaan.
(2) Apabila terjadi perselisihan di desa sebagai dampak dari
adanya ketidaksepakatan antarpeserta Musyawarah Desa
penyelesaiannya difasilitasi dan diselesaikan oleh camat atau
sebutan lain.
(3) Penyelesaian perselisihan bersifat final dan ditetapkan dalam
berita acara yang ditandatangani oleh para pihak dan pejabat
yang memfasilitasi penyelesaian perselisihan.

BAB IV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 4

Hal-hal lain yang belum cukup diatur dalam peraturan Desa ini akan
diatur oleh keputusan kepala desa.

Pasal 5

Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


Peraturan Desa ini dengan penempatannya dalam Lembaran Desa …
..................

Ditetapkan di Songga
pada tanggal 2 desember 2022
KEPALA DESA SONGGA

GUNTUR

Diundangkan di songga
pada tanggal 2 desember 2022
SEKRETARIS DESA SONGGA

DOREN

LEMBARAN DESA SONGGA NOMOR 1 TAHUN 2022

BERITA ACARA RAPAT

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA SONGGA


DAN
KEPALA DESA SONGGA

NOMOR 140/0/BPD SONGGA/1/2022


NOMOR : 140/01./2022

RANCANGAN PERATURAN DESA

Tentang

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA SONGGA


TAHUN 2023 - 2028

Pada hari ini se tanggal dua puluh lima bulan november tahun Dua
Ribu enam Belas bertempat di Kantor Desa songga di songga dalam
rapat tersebut dilaksanakan pembahasan Rancangan Peraturan Desa
tentang rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa songga
Tahun 2023-2028 dengan keputusan bahwa :

TELAH MENYETUJUI BERSAMA

Rancangan Peraturan Desa songga tentang Rencana Pembangunan


Jangka Menengah Desa songga Tahun 2023 - 2028

Demikian berita Acara Pembahasan Rancangan Peraturan Desa ini


kami buat dan ditandatangani bersama oleh Ketua Badan
Permusyawaratan Desa songga dan Kepala Desa songga Kecamatan
menyuke Kabupaten Landak untuk dapat dipertanggungjawabkan
bersama dan dipergunakan sebagaimana mestinya.
KETUA
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA KEPALA DESA SONGGA
SONGGA

SUHARTO GUNTUR

KATA PENGANTAR

Pembangunan yang efektif dalam mengatasi berbagai


permasalahan untuk menjawab kebutuhan dan tantangan
perkembangan masyarakat ditentukan oleh sejauh mana proses
pembangunan dapat meningkatkan kapasitas desa (sebutan lain
tentang desa) sehingga mencapai kemandirian dan kesejahteraan.
Keberhasilan membangun desa akan memberikan dampak yang
sangat besar terhadap keberhasilan pembangunan nasional
secara makro.
Cara pandang di atas akan menjadi acuan penting dalam
meningkatkan kapasitas masyarakat dan aparatur pemerintahan
desa songga pada proses pembangunan. Peningkatan daya
dukung dalam pengelolaan pembangunan yang mencakup antara
lain ,peraturan perundangan, pedoman teknis dan petunjuk
pelaksanaan, sistem pengelolaan pembangunan desa yang tepat
guna dan kemampuan desa dalam penyelenggaraan
pembangunan serta keberdayaan masyarakat maupun aparatur
pemerintahan desa dalam melaksanakan pembangunan menjadi
pedoman untuk melaksanakan aksi dalam membangun.
Perencanaan Pembangunan Desa yang dituangkan dalam
dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RJPM
Des.) desa songga merupakan dokumen yang menunjukan arah,
tujuan dan kebijakan pembangunan desa maka dalam
penyusunannya telah memperhatikan baik segi proses
penyusunan, kualitas dokumen maupun kesesuaiannya dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) DESA
SONGGA Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak ini disusun
oleh TIM penyusun RPJM Desa yang berdasarkan ketentuan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014 Bab II
tentang Perencanaan Pembangunan Desa adalah merupakan
kewajiban Kepala Desa dalam perencanaan pembangunan selama
6 (Enam) tahun mendatang. Penyusunan RPJM Desa ini
merupakan langkah awal bagi Pemerintahan Desa untuk
melakukan pengukuran kinerjanya dan merupakan integrasi
antara keahlian sumber daya manusia yang dimiliki dan sumber
daya lain agar mampu menjawab tuntutan perkembangan
lingkungan strategis.
RPJM Desa ini berisi visi, Misi, Strategi dan Kegiatan
Pemerintah Desa dari 2023 sampai dengan 2028 yang disusun
dengan memanfaatkan sebanyak-banyaknya aspirasi dari
masyarakat dalam upaya membangun desa yang lebih baik
dimasa yang akan datang.
Dalam penyusunan RPJM Desa ini segala masukan dan
saran dari semua pihak sangat diharapkan, agar penyusunan
RPJM Desa ini dapat dilakukan dengan baik dan secara optimal
mampu menjawab berbagai tantangan kedepan terutama dalam
meningkatkan pemberdayaan Perangkat Desa dan dalam
memberikan pelayanan secara proporsional kepada segenap
masyarakat Desa songga Kecamatan Kabupaten Landak.

songga, 2 desember 2022

KEPALA DESA SONGGA

GUNTUR
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
………………………………………………………................... i

DAFTAR ISI
……………………………………………………………….................... ii

BAB I PENDAHULUAN
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DESA
BAB III VISI DAN MISI
BAB IV TUJUAN DAN SASARAN
BAB V STRATEGI PEMBANGUNAN DESA
BAB VI ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DESA
BAB VII KEBIJAKAN UMUM
BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DESA
BAB IX PENUTUP

URUT LAMPIRAN – LAMPIRAN DOKUMEN RPJMDESA DAN


AN RKPDESA
Data rencana program dan kegiatan pembangunan yang
1
akan masuk ke Desa
2 Data Desa
3 2.1 Daftar sumber daya alam
4 2.2 Daftar sumber daya manusia
5 2.3 Daftar sumber daya pembangunan
6 2.4 Daftar sumber daya sosial budaya
Rekapitulasi usulan rencana kegiatan Desa dari dusun
7
dan/ atau kelompok masyarakat
8 3.1 Daftar gagasan Dusun/ Kelompok
9   3.1.a Sketsa Desa
10   3.1.b Kalender Musim
11   3.1.c Bagan Kelembagaan
12 Berita acara hasil pengkajian keadaan Desa
13 4.1 Laporan hasil pengkajian keadaan Desa
Berita acara penyusunan RPJM Desa melalui
14
musyawarah Desa
15 Rancangan RPJM Desa
Berita acara tentang hasil penyusunan Rancangan RPJM
16
Desa
Berita acara Penyusunan RPJM Desa melalui
17
Musrenbang Desa
18 Berita acara Penyusunan RKP Desa melalui Musrenbang
Desa
19 Pagu Indikatif Desa
Program dan Kegiatan Pembangunan yang masuk ke
20
Desa
21 Rencana RKP Desa
22 Lampiran Rencana RKP
23 12.1 Proposal Teknis
24 12.1.1 Gambar Rencana Prasarana
25 12.2 Rencana Anggaran Biaya (RAB)
26 12.3 Pemeriksaan Proposal Teknis RAB
27 Daftar Usulan RKP Desa
Berita Acara tentang Hasil penyusunan Rencana RKP
28
Desa
Berita Acara Rencana RKP Desa melalui Musrenbang
29
Desa
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes)
merupakan penjabaran visi dan misi desa yang dituangkan dalam
bentuk dokumen perencanaan pembangunan desa. Dokumen
RPJMDes ini dipandang penting sebagai pedoman Pemerintah Desa
bersama masyarakat untuk melakukan upaya-upaya terencana
dalam rangka mencapai kemajuan dan kesejahteraan yang lebih
baik pada masa enam tahun ke depan.
Berdasarkan Undang – undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama
lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal
usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan
berperan mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Landasan Pemikiran dalam pengaturan mengenai desa adalah
keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan
pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan pola pemikiran
dimaksud, dimana bahwa berwenang mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dan/atau dibentuk dalam sistem
Pemerintahan Nasional dan berada di Kabupaten/Kota, maka
sebuah desa diharuskan mempunyai perencanaan yang matang
berdasarkan partisipasi dan transparansi serta demokrasi yang
berkembang di desa, maka desa diharuskan mempunyai Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) dan Rencana
Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa).
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014
tentang Perencanaan Pembangunan Desa yang mengamanatkan,
bahwa setiap desa wajib untuk menyusun RPJMDes sebagai
perencanaan pembangunan untuk jangka Enam tahunan. Dengan
demikian, penyusunan RPJMDes ini merupakan pelaksanaan
amanat dari peraturan perundang-undangan tersebut.
Selain dari itu, agar setiap komponen desa dapat
berpartisipasi dalam pembangunan desa, maka dalam penyusunan
RPJMDes dilakukan secara partisipatif. Lebih lanjut diharapkan
pelaksanaan pembangunan Desa Songga dapat terlaksana dengan
lancar dan menyentuh kepentingan semua lapisan masyarakat
yang ada.
RPJM Desa Songga merupakan rencana strategis untuk
mencapai tujuan dan cita-cita desa. RPJM Desa tersebut nantinya
akan menjadi dokumen perencanaan yang akan menyesuaikan
perencanaan tingkat Kabupaten. Semangat ini apabila dapat
dilaksanakan dengan baik maka akan memiliki sebuah
perencanaan yang memberi kesempatan kepada desa untuk
melaksanakan kegiatan perencanaan pembangunan yang lebih
sesuai dengan prinsip-prinsip Pemerintahan yang baik (Good
Governance) seperti partisipasif, transparan dan akuntabilitas.
Oleh karena itu Pemerintahan Desa songga menyusun suatu
rencana jangka menengah Desa (RPJM Desa) yang mengacu pada
RPJMD Kabupaten Landak dan Renstra Kecamatan menyuke
dengan memperhatikan facktor-faktor lingkungan, internal
(dalam) maupun eksternal (luar), global, dan skala prioritas.
Dokumen RPJM Desa ini disusun merupakan komitmen dari
Pemerintah Desa dan seluruh Perangkat Desa dalam mencapai
Visi, Misi , Strategi dan Kegiatan Pemerintah Desa songga melalui
pelaksanaan program dan kegiatan yang dilaksanakan Tahun
2022-2028 dan seterusnya.

A. Maksud dan Tujuan Penyusunan RPJMDes.


Maksud disusunnya Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Desa (RPJM Desa) songga ini adalah :
1. Menyediakan dokumen Rencana Jangka Menengah Desa
yang merupakan sebuah kerangka atau kesatuan konsep,
prosedur dan alat yang direncanakan untuk Pemerintahan
Desa dan Perangkat Desa secara sistematis, terarah,
menyeluruh dan tanggap terhadap perubahan serta berpikir
dan bertindak strategis dalam melaksanakan tugas untuk
membantu mencapai tujuan Desa songga.
2. Sebagai pedoman dan bahan pertimbangan bagi Kades dan
Perangkat Desa dalam rangka meningkatkan kinerja
Pemerintah Desa.
3. Sebagai pedoman atau untuk mengetahui kebutuhan
pembangunan kedepan agar lebih terarah dan
terdokumentasikan.

Sedangkan tujuan dari penyusunan Rencana Pembangunan


Jangka Menengah Desa (RPJM Des) songga ini adalah :
1. Memberikan arah bagi seluruh Perangkat Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa songga dalam menyelenggarakan
tugas dan fungsinya yang ingin dicapai dalam periode RPJM
Desa.
2. Menyediakan acuan resmi bagi seluruh Perangkat Desa dan
BPD Desa songga untuk menyusun rencana kerja
Pemerintahan Desa serta penentuan pilihan-pilihan program
dan kegiatan tahunan Desa yang terarah dan terpadu disertai
dengan kerangka pembiayaan.
3. Mengoptimalkan partisipasi seluruh Perangkat Desa, Badan
Permusyawaratan Desa dan Lembaga Kemasyarakatan Desa
songga untuk meningkatkan kinerja dan mencapai tujuan
Desa.
4. Menetapkan komitmen kerja yang disepakati bersama antara
Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa, yang
dapat dijadikan sebagai tolok ukur kinerja desa dalam
melaksanakan tugas dan fungsi yang diemban yang nantinya
akan dilaporkan dalam bentuk laporan kinerja.

BAB II

GAMBARAN UMUM KEADAAN DESA

2.1. KONDISI DESA

2.1.1 SEJARAH DESA


Desa Songga Berasal Dari Kumang Dalam’p Yang
Artinya Hutan Rimba , Lalu Ada Kejadian Perkara
Pembakaran Permikiman Oleh Suku Cina
Menyebabkan Warga Transmigrasi Ketempat Yang
Baru Bernama Simpang So’gamaka Sampai Sekarang
Melekat Lah Nama Desa Soga. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 1989
Membentuk Salah Satu Pemerintah Desa Maka
Terbentuklah Desa Songga.

2.1.2 DEMOGRAFI
Desa Songga Terletak Di Kecamatan Menyuke
Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat Dengan
Batas Wilayah Sebelah Utara Desa Sidan Kabupaten
Landak, Sebelah Selatan Desa Tembawang Bale
Kecamatan Banyuke Hulu, Sebelah Timur Desa
Ansang Dan Sebelah Barat Desa Angkaras Kecamtan
Menyuke.
Luas Wilayah 40,27 Km2, Merupakan Wilayah Dataran
Rendah Dengan Wilayah Dekat Sungai Beberapa
Bagian Areal Perkebunan Penduduk Dan Persawahan
Serta Daratan Sebagai Tempat Hunian Warga.
Jumlah Penduduk Berjumlah 486 KK Dengan Jumlah
1.196 Jiwa Laki-Laki Dan 1.069 Jiwa Perempuan.
Dengan Persebaran Rumah Tangga Miskin Berjumlah
294 Kepala Keluarga. Rincian Penduduk Sebagai
Berikut : Dusun Menjalin Laki-Laki 132 Jiwa,
Perempuan 207 Jiwa, Dusun Selandang Laki-Laki 178
Jiwa, Perempuan 215, Dusun Baking Laki-Laki 230
Jiwa, Perempuan 270 Jiwa, Dusun Antong Laki Laki
186 Jiwa, Perempuian 215 Jiwa.
2.1.3 KEADAAN SOSIAL
Suku yang mendiami Desa songga nerupakan
mayoritas dari suku dayak dengan pola kehidupan
sosial satu kesatuan adat. Telah memiliki sistim
kepercayaan keagamaan yang diakui pemerintah.
Kultur bertani dengan pola aleatn (gotong royong
menggarap ladang) pola dominan yang masih
dilakukan oleh penduduk. Keadaan sosial dari tingkat
pendidikan masyarakat dapat disajikan dalam tabel
data pada tahun 2023 sebagai berikut :

No Tingkat Pendidikan Jumlah Prosentase


(%)
1 Sekolah Dasar 213
2 Sekolah Menengah Pertama 108
3 Sekolah Menengah Atas 112
4 Diploma II -
5 Diploma III 10
6 Strata 1 19
7 Starata II -

2.1.4. KEADAAN EKONOMI


Keadaan ekonomi penduduk desa songga dapat dilihat
dari prosentase pekerjaan yang pada umumnya
dilakukannya. Pekerjaan bertani masih merupakan
dominasi utama, yang hasil pertaniannya baru cukup
untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, gerakan
melalui 4 modernisasi pertanian belum sepenuhnya
dapat diterapkan pada pertanian. Perkebunan karet
rakyat sebagian kecil dimiliki oleh penduduk sebagai
hasil komoditas dan hasil ini belum dapat
meningkatkan hasil pendapatan yang cukup. Usaha
masyarakat di bidang perniagaan juga masih
didominasi oleh pengusaha kecil dengan modal
rendah. Sistim perkoperasian belum menjadi pola
ekonomi masyarakat. Pengasilan rata-rata penduduk
tahun 2010 berkisar antara dua puluh ribu rupiah
sampai dengan tiga puluh ribu rupiah per hari atau
enam ratus ribu rupiah per bulan.

Data demografis penduduk tahun 2017 berdasarkan mata


pencaharian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :
No Mata Pencaharian Penduduk Jumlah
1 PNS 10
2 Guru Swasta 32
3 Dosen -
4 ABRI/POLRI 1
5 Petani 1.553
6 Pedagang 40
7 Wiraswasta 7

2.1.5. HASIL PRODUKSI UNGGULAN DESA


Produksi unggulan desa pada sektor pertanian
bertumpu pada hasil tanaman pangan yang
produksinya masalah dalam skala keci untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga, sedangkan pada
sektor perkebunan masih bertumpu pada hasil latek
dari perkebunan karet dengan penghasilan rendah.

2.1.6. SOSIAL BUDAYA

2.1.6.1. Kegotong Royongan Masyarakat


Kegotongroyongan masyarakat dilakukan
masyarakat pada saat megerjakan sawah
(aleatn), mendirikan rumah, pesta
perkawinan, membantu warga pada saat
terjadi musibah. Kerja sama dalam
kegotongroyongan juga dilakukan terhadap
pekerjaan yang sifatnya umum, seperti
membangun jembatan, membuat saluran
irigasi atau parit pembuangan, mendirikan
tempat ibadah.

2.1.6.2. Adat Istiadat dan Tradisi Yang Berlaku


Adat istiadat maupun tradisi yang masih
dijunjung tinggi oleh masyarakat desa
songga berupa penghargaan kepada leluhur
mereka dengan melakukan prosesi tertentu
pada waktu dan kondisi yang telah
ditentukan. Bentuk semacam ini juga
diwujudkan dalam suatu kegiatan Naik
Dango (pesta syukur atas hasil panen) pada
waktu dan kondisi yang telah ditentukan.
Untuk menghargai norma kesusilaan di
masyarakat maka diatur hukum adat yang
dikenakan kepada pelanggaran norma
kesusilaan tersebut dengan membayar
sejumlah materi sesuai dengan
ketentuannya.

2.1.6.3. Kesenian
Kesenian tradisional yang masih menjadi
idola masyarakat disebut Jonggan. Ini
merupakan tarian yang lebih menekankan
pada pengertian persahabatan,
penghormatan, penyambutan tamu dan
mengutamakan nilai-nila sosial. Terjadi pada
saat pesta rakyat seperti gawai adat, acara
pernikahan, penyambutan orang-orang
besar.

2.2. PEMERINTAHAN DESA


2.2.1. Pembagian Wilayah Desa
Desa songga terbagi menjadi 4 Dusun, yaitu : Dusun
menjalin, Dusun selandang, Dusun baking, Dusun
antong Masing-masing dusun dikepalai oleh seorang
Kepala Dusun.

2.2.2. Struktur Pemerintahan Desa songga Tahun 2016


Struktur pemerintahan Desa songga terdiri dari :
1. Kepala Desa : GUNTUR
2. Sekretaris desa : ARRI BELTODEO
3. Kepala Urusan Umum : AGATA INTER
4. Kepala Urusan Pemerintahan : SUPARTO
5. Kepala Urusan Pembangunan : SORDANUS
6. Kepala Dusun menjalin : NOPIANTI
7. Kepala Dusun selandang : KUSGANDANA DONAT
8. Kepala Dusun baking : LUFFI ABUBI
9. Kepala Dusun antong : MELIA

Sebagai mitra kerja Kepala Desa, juga sudah


terbentuk Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM).

Disamping itu juga ada pengurus-pengurus Kelompok


PKK, Kelompok Petani di masing-masing Dusun.

2.3. SARANA DAN PRASARANA


2.3.1. Perhubungan
Transportasi masyarakat desa Songga pada umumnya
menggunakan jalan penghubung antar kecamatan
berupa jalan permanen dengan pengerasan aspal,
namun pada jalan antar dusun masih berupa jalan
setapak dan dasar tanah sebagian dusun telah
memperoleh pembangunan berupa telford. Fasilitas
kendaraan berupa angkutan umum, sepeda motor dan
sepeda manual.
2.3.2. Komunikasi
Sistim komunikasi jarak jauh di desa songga telah
memanfaatkan tehnologi informasi berupa
handphone, televisi dan radio. Hal ini telah dapat
memperlancar komunikasi masyarakat.
2.3.3. Penerangan
Jaringan Perusahaan Listrik Negara telah melalui desa
songga sehingga pemanfaatan penerangan warga
menggunakan jaringan listrik tersebut. Namun ada
sebagian warga yang menggunakan penerangan
seadanya dengan alasan ekonomi kurang mampu.
2.3.4. Perekonomian
Sistim pasar dalam perkembangan perokonomian desa
songga masih didominasi oleh para tengkulak (peraih)
karena belum ada kooperasi yang memadai, hal ini
belum dapat memacu pendapatan asli desa sehingga
pertumbuhan ekonomi desa berjalan lambat.
2.3.5. Kesehatan
Pelayanan kesehatan telah memanfaatkan fasilitas
standar pelayanan kesehatan oleh pemerintah yaitu
adanya Puskesmas Pembantu (Postu) dan pelayanan
bidan desa.
2.3.6. Pendidikan
Sarana pendidikan di desa songga terdapat sekolah
dasar negri sebanyak 1 unit dan sekolah paud 1 unit.
2.3.7. Kesenian tradisional yang masih idola masyarakat di
sebut jonggan. Ini merupakan tarian yang lebih
menekankan pada pengertian, persahabatan,
penghormatan, penyambutan tamu dan
mengutamakan nilai-nilai sosial. Terjadi pada pesta
rakyat seperti gawai adat, acara pernikahan dan
penyambutan orang- orang besar.
2.3.8. Sistem pertanian masih menggunakan cara tradisional
yaitu belum menggunakan teknologi dan irigasi yang
ada belum memadai sehungga mempengaruhi
produktivitas tanaman.

BAB III
VISI DAN MISI

Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa,


rencana program dan kegiatan pembangunan yang akan
dilaksanakan oleh Desa secara bertahap dan berkesinambungan
harus dapat mengantarkan tercapainya Visi dan Misi Desa.Visi-
Misi Desa songga disamping merupakan visi-misi Kepala Desa
terpilih, juga diintegrasikan dengan harapan bersama masyarakat
desa, dimana proses penyusunannya dilakukan secara partisipatif
mulai dari tingkat dusun sampai di tingkat desa. Adapun Visi-Misi
Desa songga adalah sebagai berikut :

1) VISI

Berdasarkan perkembangan situasi dan kondisi Desa songga


saat ini, dan terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa (RPJM-Desa), maka untuk pembangunan
Desa songga pada periode 6 (Enam) tahun ke depan (tahun
2023-2028), disusun visi sebagai berikut :

“Terwujudnya Peningkatan Pelayanan Terhadap Masyarakat


Untuk Kemajuan Desa Songga”

2) MISI
Untuk mewujudkan visi tersebut, maka misi yang akan
dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan pelayanan administrasi.
2. Peningkatan pelayanan sosial, budaya, agama dan adat
istiadat.
3. Peningkatan pelayanan pemuda dan olah raga.
4. Peningkatan pelayanan pembangunan fisik.
5. Peningkatan pelayanan dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawab terhadap masyarakat dalam
memutuskan persoalan sengketa dalam dan luar desa

BAB IV

TUJUAN, SASARAN DAN TOLOK UKUR KEBERHASILAN


A. Misi dan Tujuan

NO MISI NO TUJUAN

1 Meningkatkan 1 Mendukung program


pembangunan percepatan pemenuhan
infrastruktur. kebutuhan dasar
(Kesehatan, Pendidikan dan
Perekonomian)

2 Meningkatkan 1 Pencapaian derajat


pembangunan di bidang maksimal kesehatan
Kesehatan masyarakat untuk
meningkatkan angka
2 harapan hidup yang lebih
baik.

Pengelolaan pelayanan
kesehatan masyarakat
sesuai standar kehidupan
sehat.

3 Meningkatkan 1 Pelayanan pendidikan dasar


pembangunan di bidang dan pendidikan terapan
pendidikan untuk menunjang hidup dan
pekerjaannya.
2
Memberi kesempatan pada
setiap masyarakat untuk
memperoleh pendidikan
untuk meningkatkan harkat
3 dan martabatnya.

Memberikan keluasan
kepada masyarakat
4 berprestasi bidang ilmu
pengetahuan dan tehnologi

Meningkatkan sumber daya


manusia untuk
pembangunan bagi
kelangsungan masa depan
desa

4 Meningkatkan 1 Memacu pertumbuhan


pembangunan ekonomi ekonomi sektor pangan dan
perkebunan
2
Membangun sentra
pemasaran hasil produksi
3 pertanian dan perkebunan

Membangun pelayanan
modal masyarakat dengan
akses lembaga keuangan
mikro

5 Menciptakan tata kelola 1 Pembinaan perangkat desa


pemerintahan yang baik untuk mempersiapkan
(good governance) pelayanan masyarakat lebih
berdasarkan baik.
demokratisasi, 2
transparansi, penegakan Meingkatkan pola
hukum, berkeadilan, pengembangan
kesetaraan gender dan pemerintahan secara
mengutamakan demokratis, transparansi,
pelayanan kepada penegakan hukum, dan
masyarakat. pelayanan masyarakat labih
baik.

6 Mengupayakan 1 Reboisasi hutan dan


pelestarian sumber daya pemeliharaan hutan lindung
alam

2 Penyediaan lapangan
pekerjaan berbasis ramah
lingkungan
3
Pemanfaatan tehnologi tepat
guna

4 Pemanfaatan sumber daya


air untuk tenaga listrik dan
kebutuhan air bersih skala
desa

B. Sasaran Dan Indikator Keberhasilan


NO SASARAN NO INDIKATOR
KEBERHASILAN

1 Percepatan 1 Terpenuhinya kebutuhan


pembangunan tenaga medis desa
infrastruktur kesehatan
2 Terpenuhinya kebutuhan
Infrastruktur tempat
kesehatan masyarakat yang
layak
3
Masyarakat terdidik dengan
pola hidup sehat

4
Tercapainya program
lingkungan sehat

2 Percepatan 1 Masyarakat terlatih bidang


pembangunan kesehatan, pendidikan dan
infrastruktur Pendidikan perekonomian
2
Tempat dan kegiatan
pelatihan masyarakat dapat
ditingkatkan
pengelolaannya.

3 Percepatan 1 Membangun irigasi


pembangunan dibidan
pertanian 2 Membangun jalan area
pertanian

C. Strategi Dan Kebijakan

NO STRATEGI NO KEBIJAKAN

1 Memanfaatkan Tenaga 1
ahli dalam desa
BAB V
STRATEGI PEMBANGUNAN DESA

Prioritas kebijakan program pembangunan Desa songga yang


tersusun dalam RKP-Desa Tahun 2023 sepenuhnya didasarkan
pada berbagai permasalahan sebagaimana tersebut dalam
rumusan masalah. Sehingga diharapkan prioritas program
pembangunan yang akan dilaksanakan pada tahun 2023 nantinya
akan benar-benar berjalan secara efektif dan efisien untuk
menanggulangi permasalahan di masyarakat, terutama upaya
peningkatan keberpihakan pembangunan terhadap kebutuhan
hak-hak dasar masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan,
pendapatan dan lain sebagainya. Dengan demikian arah dan
kebijakan pembangunan desa secara langsung dapat berperan
aktif menanggulangi kemiskinan pada tingkat desa. Rumusan
prioritas kebijakan program pembangunan Desa songga secara
rinci dikelompokkan sebagai berikut :

A. PRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNAN SKALA DESA

Prioritas program pembangunan skala desa merupakan program


pembangunan yang sepenuhnya mampu dilaksanakan oleh desa.
Kemampuan tersebut dapat diukur dari ketersediaan anggaran
belanja desa, kewenangan desa dan secara teknis di lapangan,
tersedianya sumber daya yang ada di desa. Adapun program dan
kegiatan pembangunan tersebut meliputi :

Sifat
No. Uraian Lokasi Volume Manfaat
(B,R,L)
Pembangunan Desa songga Memperlancar
1. 1 unit B
kantor desa KBM
Desa songga Memperlancar
Gedung
2. 1 unit B pelayanan
polindes
kesehatan
Dsn. Menjalin,
Pengerasan
3. selandang, 1 paket B Memperlancar
jalan
baking, antong Transportasi
Jalan dan Memperlancar
4. Desa songga 2 paket B
jembatan Transportasi
Memperlancar
Aspal jalan dan Dsn baking,
5. 3 paket B ekonomi dan
listrik selandang,antong
transportasi
Pengaspalan, Dsn Memperlancar
6. jalan, selandang,baking 4 paket B transportasi
jembatan,irigasi antong
7. Hendtraktor Desa songga 10 unit B Mensejahterakan
power teser 10 unit masyarakat
500/tahun
bibit sawit bibit
500/tahun
karet,
Pembangunan Memperlancar
8. Dsn selandang 1 paket B
gedung SD KBM
Penambahan Memperlancar
9. Dsn baking 4 orang B
tenaga guru KBM
10 Pembangunan Pendalaman
Dsn selandang 1 unit B
. gereja rohani
11 Pendalaman
Dsn menjalin 1 unit R
. rohani
Pembangunan Memperlancar
12
jembatan Desa songga 4 unit B transportasi
.
gantung

BAB VI
ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DESA

Keuangan Desa merupakan semua hak dan kewajiban dalam


rangka penyelenggaraan pemerintahan desa yang dapat dinilai
dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang
berhubungan dengan hak dan kewajiban desa tersebut. Pengelolaan
keuangan desa merupakan keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, penganggaran, penatausahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan desa. Agar
pengelolaan keuangan desa lebih mencerminkan keberpihakan
kepada kebutuhan masyarakat dan sesuai peraturan perundang -
undangan, maka harus dikelola secara transparan, akuntabel,
partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran.
Agar kebijakan pengelolaan keuangan desa sesuai amanah
peraturan perundang-undangan yang berlaku, Pengelolaan
Keuangan Desa, serta untuk mencerminkan keberpihakan terhadap
kebutuhan riil masyarakat, setiap tahunnya Pemerintah Desa
bersama Badan Permusyawaratan Desa menetapkan Peraturan
Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa)
secara partisipatif dan transparan dengan proses penyusunannya
dimulai dari lokakarya desa, konsultasi publik dan rapat umum
BPD untuk penetapannya. APBDesa didalamnya memuat
pendapatan, belanja dan pembiayaan yang Dokumen RKP-Desa
songga Tahun 2016 sebesar Rp. 854.732.213,02 pengelolaannya
dimulai tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember tahun
bersangkutan.

A. PENDAPATAN

Pendapatan desa sebagaimana meliputi semua penerimaan


uang melalui rekening desa yang merupakan hak desa dalam 1
(satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh desa.
Perkiraan pendapatan desa disusun berdasarkan asumsi realisasi
pendapatan desa tahun sebelumnya dengan perkiraan peningkatan
berdasarkan potensi yang menjadi sumber Pendapatan Asli Desa,
Bagi Hasil, Bagian Dana Perimbangan, Bantuan keuangan dari
Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten, Hibah
dan Sumbangan Pihak Ketiga.

1.1 Pos Pendapatan Asli Desa


1.1.1 Hasil Usaha Desa
1.1.2 Hasil Kekayaan Desa
1.1.3 Hasil swadaya Masyarakat Rp. -
1.1.4 Hasil Partisipasi dan Gotong Royong
1.1.5 Pungutan Desa
1.1.6 Lain-lain Pendapatan Asli Desa yg sah

1.2 Pos Bagi Hasil


1.2.1 Bagi Hasil Pajak Kabupaten
1.2.2 Bagi Hasil PBB
1.2.3 Bagi Hasil Retribusi Kabupaten

1.3 Bagian Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah


(ADD) Rp. -
1.4 Pos Bantuan Pemerintah Propinsi /Pemerintah
1.4.1 Bantuan Keuangan Pemerintah melalui APBN Rp, -
1.4.2 Bantuan Keuangan Pemerintah Propinsi Rp. -
1.4.3 Bantuan Keuangan Pemerintah Kabupaten
1.5 Pos Hibah
1.6 Sumbangan Pihak Ketiga

JUMLAH PENDAPATAN Rp, -


Dokumen RKP-Desa songga Rp. 854.732.213,02 Tahun 2022

B. BELANJA
Belanja desa sebagaimana dimaksud meliputi semua pengeluaran
dari rekening desa yang merupakan kewajiban desa dalam 1 (satu)
tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali
oleh desa. Adapun asumsi Belanja Desa Tahun Anggaran 2022
adalah sebagai berikut :
2.1 Belanja Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
2.1.1 Pos Belanja Pegawai Rp. -
2.1.2 Pos Belanja Barang/jasa/Modal Rp. -
2.1.3 Pos Belanja Kegiatan Musyawarah dan Perencanaan
Desa Rp. -
2.2 Belanja Kegiatan Pelaksanaan Pembangunan Desa
2.2.1 Kegiatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar
2.2.2 Kegiatan Pembangunan Sarana/Prasarana Desa Rp.,-
2.3. Belanja Kegiatan Pembinaan Kemasyarakatan
2.3.4 Kegiatan Pembinaan Lembaga Kemasyarakatan Rp. -
2.3.5 Kegiatan Pembinaan Kerukunan Umat Beragama Rp. -
2.3.6 Belanja Pengadaan Sarana/Prasaranaolah Raga Rp. -
2.3.7 Belanja Kegiatan Pembinaan Lembaga Adat Rp. -
2.3.8.Belanja Kegiatan Pembinaan Kesenian dan Sosial
Budaya Rp. –

2.4. Belanja Kegiatan pembentukan dan peningkatan kapasitas


Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa
2.4.1.Belanja Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Rp. -

JUMLAH BELANJA Rp.,-

C. PEMBIAYAAN

Pembiayaan desa sebagaimana dimaksud meliputi semua


penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran
yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
BAB VII
KEBIJAKAN UMUM
Rumusan permasalahan yang cukup besar di tingkat desa, bukan
semata-mata disebabkan oleh internal desa, melainkan juga disebabkan
permasalahan makro baik di tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi
maupun pemerintah. Permasalahan yang terjadi akan semakin besar
manakala tidak pernah dilakukan identifikasi permasalahan sesuai
dengan sumber penyebab masalah beserta tingkat signifikasinya secara
partisipatif. Dalam penyusunan RKP-Desa Tahun 2023 didasarkan pada
4 (empat) analisia sebagai berikut :

A. BERDASARKAN EVALUASI PEMBANGUNAN TAHUN


SEBELUMNYA
Evaluasi hasil pembangunan tahun sebelumnya dilakukan melalui
analisa terhadap kesesuaian antara program dan kegiatan yang
terdapat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa ( APBDesa)
Tahun Anggaran 2023 dengan implementasi pelaksanaan
pembangunan tahun 2024. Dari hasil analisa tersebut diperoleh
beberapa catatan permasalahan sebagai
berikut :
1. Kegiatan yang dibiayai oleh APBDesa
a. Keberhasilan
- Pembangunan Fisik
1). Terbangunnya Rehabilitasi Kantor Desa songga dan
pemenuhan sarana/prasarana.
2). Terbangunnya perehaban balai dusun dan pemenuhan
sarana dan prasarana.

B. BERDASARKAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH


DESA (RPJM-Desa)
Berdasarkan Peraturan Desa songga Kecamatan menyuke
Kabupaten Landak Nomor 2 Tahun 2010 tentang RPJMDesa songga
Tahun 2023-2028, pada tahun 2023 prioritas masalah yang harus
dilaksanakan meliputi permasalahan-permasalahan sebagai berikut
:
1. Masalah Pengembangan Struktur dan Infrastruktur
2. Masalah Ekonomi
3. Masalah Sosial budaya
4. Masalah Peningkatan Kapasitas Masyarakat dan Sumber Daya
Alam.

C. BERDASARKAN PRIORITAS KEBIJAKAN SUPRA DESA


RKP-Desa sebagai satu kesatuan mekanisme perencanaan daerah
dalam proses penyusunannya harus juga memperhatikan prioritas
kebijakan pembangunan daerah, mulai dari evaluasi Renja
Kecamatan dan ataupun hasil evaluasi pelaksanaan RKP Daerah
tahun sebelumnya serta prioritas kebijakan daerah tahun
berikutnya. Masukan ini mutlak diperlukan agar RKP-Desa benar-
benar dapat mendorong terwujudnya visi-misi desa secara
menyeluruh.
Berdasarkan analisa kebijakan supra desa, maka pembangunan
tahun 2028 diprioritaskan pada kegiatan-kegiatan yang secara
efektif mampu mengurangi tingkat kemiskinan dan meningkatkan
pendapatan masyarakat melalui optimalisasi pembangunan sektor
perekonomian rakyat.

D. BERDASARKAN ANALISA KEADAAN DARURAT


Analisa keadaan darurat dilakukan untuk mengantisipasi
berbagai permasalahan yang timbul secara mendadak yang tidak
diharapkan kejadiannya, baik yang disebabkan oleh bencana alam
maupun sebabsebab lain yang apabila tidak segera diatasi akan
semakin menimbulkan masalah bagi masyarakat. Dari analisa
keadaan darurat tidak ditemukan kegiatan yang harus
dilaksanakan pada tahun 2023.

BAB VIII
PROGRAM PEMBANGUNAN DESA

1 BIDANG PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN DESA
Penyelenggaraan kegiatan Hasil yang ingin dicapai
Penetapan dan penegasan batas Peta wilayah desa
Desa teridentifikasi
Tersusunnya data demografi
tofografi statistik desa secara
Pendataan Desa/ Profil Desa aktual
Mengupayakan ruang
lingkup desa yang nyaman
Penyusunan tata ruang Desa dan asri
Terselenggara tata
Penyelenggaraan musyawarah kelolapemerintah yang
Desa demokratis
Sistim informasi
terselenggara secara
Pengelolaan informasi Desa transparan dan akuntabel
Penyelenggaraan perencanaan Tersusunnya secara strategis
Desa pembangunan desa
Penyelenggaraan evaluasi tingkat
Kinerja pemerintah desa
perkembangan pemerintahan
yang terkontrol
Desa
Terwujudnya secara strategis
Penyelenggaraan kerjasama antar pembangunan wilayah antar
Desa; desa
Pembangunan sarana dan Meningkat mutu pelayanan
prasarana kantor Desa masyarakat

 
BIDANG PELAKSANAAN
2
PEMBANGUNAN DESA
Kegiatan pemenuhan kebutuhan
Hasil yang ingin dicapai
dasar
Pengembangan pos kesehatan Peningkatan mutu
Desa dan Polindes pelayanan
Pengelolaan dan pembinaan Meningkatkan layanan dan
Posyandu pembinaan pola hidup sehat
Pembinaan dan pengelolaan Meningkatkan mutu
pendidikan anak usia dini. pendidikan anak sejak dini
Menyediakan pelayanan dan
Pembangunan dan pemeliharaan
kebutuhan masyarakat
sanitasi lingkungan
untuk lingkungan sehat
Pembangunan dan pengelolaan air Menyediakan kebutuhan air
bersih berskala Desa bersih masyarakat
Menumbuhkembangkan
kebiasaan membaca untuk
Taman bacaan masyarakat
meningkatkan pengetahuan
masyarakat
Menyediakan fasilitas belajar
Balai pelatihan/kegiatan belajar
untuk peningkatan
masyarakat
ketrampilan masyarakat
Menumbuhkan pentingnya
Pengembangan dan pembinaan
berbudaya seni sesuai
sanggar seni
kearifan lokal

Kegiatan pembangunan sarana


2.2. Hasil yang ingin dicapai
dan prasarana Desa
Menyediakan insfraktuktur
Pembangunan dan pemeliharaan
jalan untuk kemudahan
jalan Desa
masyarakat
Pembangunan dan pemeliharaan Penyediaan air
embung Desa penampungan
Pembangunan dan pemeliharaan Penyediaan air kebutuhan
irigasi tersier pertanian
Pembangunan dan pemeliharaan
Menyediakan kebutuhan
serta pengelolaan saluran untuk
ikan masyarakat
budidaya perikanan
Menyediakan tempat
Pengembangan sarana dan
pengolahan bahan baku
prasarana produksi di Desa
masyarakat
Pembangunan, dan pemeliharaan Tersusunnya tata ruang desa
prasarana lingkungan sehingga menjadi dea yang
permukiman masyarakat Desa indah dan sejuk

Kegiatan pengembangan potensi


2.3. Hasil yang ingin dicapai
ekonomi local
Pendirian dan pengembangan Pengadaan lembaga ekonomi
BUM Desa desa
Pembangunan dan pengelolaan Menciptakan sistim
pasar Desa dan kios Desa perekonomian desa
Pembangunan dan pengelolaan Mencukupkan kebutuhan
tempat pelelangan ikan milik Desa pangan
Pembangunan dan pengelolaan Mencukupkan kebutuhan
lumbung pangan Desa pangan
Pembuatan pupuk dan pakan Menyediakan pupuk ramah
organik untuk pertanian dan lingkungan dan
perikanan penghematan anggaran
Penyediaan bibit dan
Pengembangan benih local memudahkan sistim
pertanian
Pengembangan ternak secara Mencukupkan kebutuhan
kolektif pangan
Penyediaan tempat
Pengelolaan padang gembala
peternakan terpadu
Pengembangan teknologi tepat Menciptakan efisiensi dan
guna pengolahan hasil pertanian kemudahan produksi
dan perikanan pertanian
Percepatan pertumbuhan
Penguatan permodalan BUM Desa
modal usaha desa
Memaksimalkan kerja
Penggilingan padi
produksi pertanian
Menyediakan dan
Pembukaan lahan pertanian memaksimalkan lahan
pertanian
Menyediakan kecukupan
Kolam ikan dan pembenihan ikan
pangan

Kegiatan pemanfaatan sumber


2.4. daya alam dan lingkungan Hasil yang ingin dicapai
secara berkelanjutan
Peningkatan produksi galian
komoditas tambang batuan
c
Memaksimalkan
hutan milik Desa
pengelolaan hutan
Meningkatkan kebersihan
pengelolaan sampah
desa
Menciptakan kesejukan dan
Penghijauan
keindahan desa
Pembuatan terasering Menjaga bencana longsor
Mencegah pencemaran air
Perlindungan mata air
bersih
Memilihara kelestarian
Pembersihan daerah aliran sungai
habitat air

BIDANG PEMBINAAN
3 Hasil yang ingin dicapai
KEMASYARAKATAN
Menumbuhkan rasa
Kegiatan pembinaan lembaga
solidaritas warga masyarakat
kemasyarakatan
desa
Kegiatan penyelenggaraan Menjaga dan melestarikan
ketentraman dan ketertiban ketertiban
Menjaga toleransi sebagai
Kegiatan pembinaan kerukunan
warga yang memiliki
umat beragama
landasan sebagai pancasila
Menumbuhkembangkan
Kegiatan pengadaan sarana dan
prestasi warga bidang olah
prasarana olah raga
raga dan pemuda
Menjaga dan melestarikan
Kegiatan pembinaan lembaga adat
budaya dan kearifan lokal
Kegiatan pembinaan kesenian dan Menumbuhkan jiwa dan
sosial budaya masyarakat semangat seni

BIDANG PEMBERDAYAAN
4 Hasil yang ingin dicapai
MASYARAKAT
Mencapai kesempurnaan
Kegiatan peningkatan kualitas
dan kredibilitas perencanaan
proses perencanaan Desa
desa
Kegiatan pendukung kegiatan
Menumbuhkan kegiatan
ekonomi baik yang dikembangkan
usaha -usaha masyarakat
oleh BUM Desa maupun oleh
untuk peningkatan
kelompok usaha masyarakat Desa
perekonomian desa
lainnya
Kegiatan pembentukan dan Pengkaderan pemberdaya
peningkatan kapasitas Kader untuk masyarakat
Pemberdayaan Masyarakat Desa kepemimpinan desa
Kegiatan pengorganisasian Dukungan dan pembinaan
melalui pembentukan dan bagi pembentukan lembaga
fasilitasi paralegal untuk hukum masyarakat
memberikan bantuan hukum
kepada warga masyarakat Desa
Melakukan kegiatan
Kegiatan penyelenggaraan
penyadaran masyarakat
promosi kesehatan dan gerakan
akan pentingnya kehidupan
hidup bersih dan sehat
yang sehat
Melakukan kegiatan
Kegiatan dukungan terhadap
penyadaran masyarakat
kegiatan desa dan masyarakat
akan pentingnya memilihara
pengelolaan Hutan Desa dan
hutan dan menjaga
Hutan Kemasyarakatan
kelestarian
Meningkatnya ketrampilan
Kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat pada bidang dan
kelompok masyarakat kompetensinta masing-
masing
Mengangkat derajatdan
Peningkatan kapasitas kelompok
kemampuan kelompok
perempuan
perempuan
Menumbuh kembangkan
Peningkatan kapasitas kelompok usaha pertanian dengan
tani meningkatkan kompetensi
petani
Menumbuh kembangkan
Peningkatan kapasitas kelompok
usaha bidang kerajinan
pengrajin
tangan masyarakat
Kepedulian masyarakat
Peningkatan kapasitas kelompok
terhadap anak sebagai
pemerhati dan perlindungan anak
generasi bangsa
Meningkatkan dan
Peningkatan kapasitas kelompok membekali pemuda untuk
pemuda mengenali kompetensinya
masing-masing
Mempersiapkan masyarakat
Pelatihan teknologi tepat guna dan peningkatan produksi
melalui teknologi
Mempersiapkan
Pendidikan, pelatihan, dan
kepemimpinan desa agar
penyuluhan bagi kepala Desa,
memiliki kemampuan
perangkat Desa, dan Badan
menggerakan roda
Pemusyawaratan Desa;
pemerintahan desa
BAB IX
PENUTUP
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM
Desa) songga Tahun 2023 s/d 2028 yang telah disusun ini,
diharapkan dapat menyampaikan informasi data perencanaan
pembangunan yaang diprogramkan secara nasional sehingga arus
balik informasi yang diharapkan yaitu terwujudnya pembangunan
desa songga yang didukung oleh kebijakan pemerintah. Hal ini
dapat mengoptimalkan kinerja Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat di Desa songga.
Berhasil atau tidaknya suatu rencana pembangunan tidak
hanya tergantung pada proses perumusannya saja akan tetapi
lebih banyak dipengaruhi oleh pelaksanaannya oleh karena itu
dalam penyusunan rencana pembangunan jangka menengah desa
ini, Pemerintah Desa songga Kecamatan menyuke Kabupaten
Landak membutuhkan perhatian yang sangat serius dari seluruh
perangkat Desa, Badan Permusyawaratan Desa dan Lembaga
Masyarakat Desa yang ada pada pemerintahan Desa songga
termasuk dari masyarakat Desa songga
Bentuk perhatian dapat diwujudkan dalam sumbangan
pikiran atau saran saat perumusan maupun perbaikan sehingga
mempelancar pelaksanaannya agar rencana kerja yang telah
dirumuskan ini dapat diimplementasikan dengan baik sesuai
dengan harapan.
Demikian dokumen Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa songga dari tahun 2023 sampai dengan Tahun
2028 ini disusun sebagai dasar acuan bagi pemerintah Desa
dalam menyusun Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPD) yang
merupakan rencana program pembangunan tahunan yang akan
dilaksanakan dengan APBDes.

Anda mungkin juga menyukai