Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PUASA

Di susun Oleh:

PROGRAM STUDI
FAKULTAS
UNIVERSITAS
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa, yang atas rahmat
dan bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Makalah ini merupakan hasil dari tugas mandiri bagi para mahasiswa, untuk belajar dan
mempelajari lebih lanjut tentang Ali Bin Abi Thalib. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk
menumbuhkan proses belajar mandiri kepada mahasiswa, agar kreativitas dan penguasaan materi
kuliah dapat optimal sesuai dengan yang diharapkan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan senantiasa menjadi sahabat dalam belajar
untuk meraih prestasi yang gemilang. Kritik dan saran dari dosen pengampu mata kuliah dan
juga teman-teman sangat kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan dalam belajar
pada masa mendatang.

Blitar,      Oktober 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Profil Khalifah Ali Bin Abi Tholib.......................................................................................3
B. Perkembangan Ilmu Pengetahuan.........................................................................................4
C. Konflik Negara Dan Perang Saudara....................................................................................5
BAB III PENUTUP.........................................................................................................................7
A. Kesimpulan...........................................................................................................................7
B. Saran.....................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................8

iii
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Puasa merupakan suatu tindakan menghindari makan, minum, serta segala hal lain yang
dapat memuaskan hasrat-hasrat psikis maupun fisik yang dilakukan pada masa tertentu.
Makna dan tujuannya secara umum adalah untuk menahan diri dari segala hawa nafsu,
merenung, mawas diri, dan meningkatkan keimanan terhadap Allah SWT. Salah satu
hikmah puasa ialah melatih manusia untuk meningkatkan kehidupan rohani. Nafsu jasmani
yang terdapat dalam diri tiap individu harus diredam, dikendalikan, dan diarahkan dengan
sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan yang mulia. Setiap orang yang menjalankan puasa
pada hakekatnya sedang memenjarakan dirinya dari berbagai nafsu jasmani. Puasa juga
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan taraf kehidupan, baik yang duniawi maupun
akhirat. Karena puasa telah dilakukan di setiap syariat agama.

Pada sebuah hadist dikatakan bahwa “Semua amal anak adam itu untuk dirinya sendiri,
kecuali puasa. Karena puasa itu dikerjakan untuk-Ku, maka Aku-lah yang akan member
balasannya”. Puasa merupakan salah satu bentuk ritual agama yang dapat meningkatkan
kualitas spiritual manusia dan sebagai wahana pensucian diri guna mendekatkan diri kepada
Allah SWT.

Pengaruh puasa bagi diri umat islam terutama ketika bulan Ramadhan dapat dirasakan oleh
fisik maupun jiwa. Hal ini dapat dilihat dari berbagai segi. Dalam segi kesehatan, justru
sangat bermanfaat. Kalaupun ada yang menemui permasalahan kesehatan pada saat
berpuasa, maka permasalahan itu muncul akibat yang bersangkutan tidak menjaga aturan
kesehatan dalam mengkonsumsi makanan.

Pembahasan mengenai ibadah puasa menarik untuk dikaji, mengingat ajaran ibadah puasa
terdapat dalam agama islam dan berlaku pada umat-umat terdahulu hingga sekarang.
Berdasarkan uraian di atas dan sebagai salah satu tugas fiqh, maka kami akan mengkaji
permasalahan seputar ibadah puasa.
http://santoson111.blogspot.com/2014/11/makalah-puasa.html

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengerian puasa?
2. Bagaimana kedudukan dan dalil tentang puasa?
3. Apa saja macam-macam puasa?
3

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perngertian puasa
2. Untuk mngetahui kedudukan dan dalil tentang puasa
3. Untuk mengetahui apa saja macam-macam puasa
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian puasa
Menurut bahasa puasa berarti “menahan diri”.Menurut syara’ ialah menahan diri dari
segala sesuatu yang membatalkanya dari mula terbit fajar hingga terbenam matahari,
karena perintah Allah semata- mata, serta disertai niat dan syarat-syarat tertentu.1
Sedangkan arti shaum menurut istilah syariat adalah menahan diri pada siang hari dari
hal-hal yang membatalkan puasa, disertai niat oleh pelakunya, sejak terbitnya fajar
sampai terbenamnya matahari. Artinya , puasa adalah penahanan diri dari syahwat
perut dan syahwat kemaluan, serta dari segala benda konkret yang memasuki rongga
dalam tubuh (seperti obat dan sejenisnya), dalam rentang waktu tertentu yaitu sejak
terbitnya fajar kedua (yaitu fajar shadiq) sampai terbenamnya matahari yang
dilakukan oleh orang tertentu yang dilakukan orang tertentu yngmemenuhi syarat
yaitu beragama islam, berakal, dan tidak sedang dalam haid dan nifas, disertai niat
yaitu kehendak hati untuk melakukan perbuatan secara pasti tanpa ada kebimbangan ,
agar ibadah berbeda dari kebiasaan.
B. Kedudukan dan dalil tentang puasa
puasa adalah salah satu rukun dari lima rukun Islam, dan ia adalah ibadah yang paling
utama dari ibadah-ibadah lainnya secara mutlak, karena Allah ‫ جل وعال‬telah
mengkhususkan puasa hanya untuk-Nya saja. Allah berfirman dalam hadits Qudsi:
“‫”… ُكلُّ َع َم ِل ا ْب ِن آ َد َم لَهُ ِإالَّ الصَّوْ َم فَِإنَّهُ لِ ْي َوَأنَا َأجْ ِزيْ بِ ِه‬
“Setiap amal anak Adam itu untuk dirinya sendiri, kecuali puasa, sesungguhnya ia
adalah untuk-Ku dan Aku akan memberikan (langsung) pahala atasnya…”
Puasa adalah ibadah individual yang tidak tampak secara eksternal, karena ia
merupakan rahasia antara seorang hamba dengan Rabb-nya yang tercermin di
dalamnya unsur pengawasan yang tulus dalam nurani setiap mukmin, karena tidak
akan ter-bersit pada dirinya keinginan untuk riya’ (dilihat oleh orang lain).
Mahabenar Allah Yang Mahaagung ketika berfirman, َ‫وْ ن‬fffُ‫“ لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّق‬Agar kalian
bertakwa.” Puasa akan menumbuhkan muraqabatullah (merasa diawasi oleh Allah)
5

dan rasa takut kepada-Nya pada diri seorang mukmin. Dengan demikian, dia tidak
akan menolak nafsu syahwatnya dan melawannya, kecuali karena dia merasa
senantiasa diawasi oleh Allah Azza wa Jalla dan takut kepada-Nya, padahal ada
kemungkinan baginya untuk makan dan minum tanpa diketahui oleh seorang pun,
namun dia mengetahui bahwa Allah Azza wa Jalla  melihatnya sehingga dia tunduk
patuh kepada perintah-Nya dan menahan diri karena-Nya. Yang demikian itu
merupakan tujuan mulia dan terhormat, namun kebanyakan manusia dengan
ketamakannya tidak mampu mencapainya. Nash al-Qur-an al-Karim telah
menetapkan pada akhir ayat puasa ini, َ‫وْ ن‬ffُ‫“ لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّق‬Agar kalian bertakwa,” tentang
beberapa keistimewaan dan hikmah puasa. Nash tersebut menerangkan bahwa ia
merupakan hikmah dan tujuan dari semua agama, dan ia merupakan keistimewaan
khusus dari banyak keistimewaan syari’at Islam lainnya. Hikmah dan tujuan itu
adalah takwa, yakni pemeliharaan diri dari kecenderungan dan hawa nafsunya, yang
juga sebagai gabungan perintah secara keseluruhan.
Allah ‫ تبارك وتعالى‬berfirman:
َ‫ب َعلَى الَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬
َ ِ‫صيَا ُم َك َما ُكت‬ َ ِ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ُكت‬
ِّ ‫ب َعلَ ْي ُك ُم ال‬
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu sekalian berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelummu agar kamu bertakwa.” [Al-
Baqarah/2: 183]
Allah Ta’ala juga berfirman:
َ ‫ت ْال ِج َّن َواِإْل ْن‬
‫س ِإاَّل لِيَ ْعبُدُو ِن‬ ُ ‫َو َما خَ لَ ْق‬
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah
kepada-Ku.” [Adz-Dzaariyat/51: 56]
“…Dan tampaklah tujuan yang besar dari puasa, yaitu takwa. Dengan demikian,
takwa adalah tujuan yang membangunkan apa yang ada di dalam hati, ia pula yang
menunaikan kewajiban dengan penuh ketaatan kepada Allah serta yang senantiasa
mengutamakan keridhaan-Nya. Takwa memelihara hati dari rusaknya puasa ka-rena
kemaksiatan, meskipun hal itu telah bergejolak di dalam hati. Orang-orang yang
dituju oleh ayat al-Qur-an tersebut akan menge-tahui kedudukan takwa di sisi Allah
serta beratnya ia di dalam timbangan-Nya, karena ia merupakan tujuan yang
senantiasa di-cari oleh ruh-ruh mereka. Puasa merupakan salah satu sarana dan jalan
6

yang menyampaikan kepadanya. Oleh karena itu, ayat-ayat di atas mengangkat takwa
di depan mata mereka sebagai tujuan dan sasaran yang mereka tuju dengan
menempuh jalan puasa: “Agar kalian bertakwa…”
Puasa merupakan salah satu rukun Islam yang tidak sempurna keislaman seseorang
kecuali dengannya. Dan ia merupakan amal yang dikhususkan oleh Allah Subhanahu
wa Ta’ala untuk diri-Nya di antara amal-amal anak Adam secara keseluruhan. Di
dalam bulan ini terdapat satu malam yang lebih utama dari seribu bulan dan
merupakan bulan yang dikhususkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan diturun-
kannya al-Qur-an. Dapat saya katakana : “Seandainya di dalam bulan puasa itu tidak
ada keutamaan kecuali hal-hal tersebut di atas, niscaya sudah cukup baginya dalam
memiliki kemuliaan dan kedudukan.”
Allah Ta’ala berfirman:
‫ت ِمنَ ْالهُد َٰى َو ْالفُرْ قَا ِن‬ ِ َّ‫ضانَ الَّ ِذي ُأ ْن ِز َل فِي ِه ْالقُرْ آنُ هُدًى لِلن‬
ٍ ‫اس َوبَيِّنَا‬ َ ‫َش ْه ُر َر َم‬
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur-an
sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang haq dan yang bathil)…” [Al-Baqarah/2: 185]
Dia Ta’ala juga berfirman:
ِ ‫لَ ْيلَةُ ْالقَ ْد ِر َخ ْي ٌر ِم ْن َأ ْل‬
‫ف َشه ٍْر‬
“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” [Al-Qadr/97: 3] Di dalam
Hasyiyahnya, Ibnu ‘Abidin mengatakan: “…Di dalam al-Iidhaah, beliau mengatakan,
‘Ketahuilah bahwa puasa itu merupakan rukun agama yang paling agung sekaligus
sebagai ketentuan hukum syari’at yang paling kuat. Dengannya, jiwa yang menyuruh
berbuat kejahatan ditundukan. Puasa terdiri dari rangkaian amalan hati dan
pencegahan dari makan, minum, dan berhubungan badan dalam sebagian hari. Dan ia
merupakan tabi’at yang paling bagus, hanya saja ia merupakan taklif (beban
kewajiban) yang paling berat bagi jiwa…’”
Referensi: https://almanhaj.or.id/16203-kedudukan-puasa-dalam-islam.html

C. Macam-macam puasa
Menurut hukum Islam, puasa sendiri dibagi menjadi empat macam mulai dari puasa
wajib, puasa sunah, puasa makruh dan puasa haram. Jadi, tak hanya puasa wajib yang
7

dijalankan saat bulan Ramadan saja, melainkan ada beberapa puasa lain yang bisa
dikerjakan pada bulan atau hari lain.

1. Puasa Ramadanom
Dimulai dari puasa wajib yang sudah menjadi ciri khas umat Muslim di bulan Ramadan. Puasa
ini dilakukan selama satu bulan penuh dan dilakukan oleh seluruh umat Muslim yang
sudah baligh.
Kewajiban umat Muslim untuk melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadan ini telah
tercantum dalam Alquran surat Al-baqarah ayat 183.

2. Puasa nazaria.com
Masih masuk dalam kategori puasa wajib, selanjutnya ada puasa nazar atau puasa yang
dilakukan karena sebuah janji. Nazar berarti sebuah janji, sehingga puasa yang dinazarkan
hukumnya adalah wajib dilaksanakan. 
Nazar yang sudah dibuat, sebaiknya harus ditepati dan dijalani dengan baik. 

3. Puasa KifaratExpress.co.uk
Puasa wajib yang terakhir yang perlu diketahui, yakni puasa Kifarat alias denda. Puasa ini
dimaksudkan untuk menggantikan dam atau denda atas pelanggaran yang hukumnya wajib. 
Ini biasanya dilakukan pada perempuan yang alami datang bulan saat puasa Ramadan. Puasa ini
sendiri bertujuan untuk menghapus dosa yang telah dilakukan. 

4. Puasa SyawalHlb-poland.global
Setelah mengetahui tiga jenis puasa wajib, selanjutnya ada puasa sunah yang bisa dikerjakan
pada bulan atau hari tertentu. Puasa sunah sendiri merupakan puasa yang jika dikerjakan
mendapat pahala, namun apabila tidak dikerjakan pun tak akan mendapatkan dosa.
Puasa sunah pertama, yakni puasa sunah dibulan Syawal. Puasa ini dilakukan setelah bulan
Ramadan. Puasa Syawal dilakukan selama enam hari di bulan Syawal.
Puasa ini dialkukan berturut dan dimulai dari hari kedua Syawal. Apabila tidak bisa
melakukannya secara berurutan, maka tak apa-apa. 

5. Puasa ArafahRukamen.com
Selanjutnya ada puasa sunah Arafah, puasa ini sangat dianjurkan bagi umat Muslim yang tidak
sedang berhaji. Namun bagi umat Muslim yang sedang berhaji, sebenarnya tidak ada keutaman
berpuasa terutama pada hari Arafah atau tanggal 9 Dzulhijjah.
Dalam hadis Muslim, puasa Arafah disebutkan memiliki keistimewaan yaitu akan
menghapuskan dosa-dosa pada tahun lalu serta dosa-dosa di tahun yang akan datang. 
8

6. Puasa TarwiyahMetro.co.uk
Jika puasa Arafah bertepatan dengan 9 Dzulhijjah, maka ada juga puasa sunah bernama
Tarwiyah. Puasa ini yang dilaksanakan di hari Tarwiyah yaitu tanggal 8 Dzulhijjah.
Dikisahkan Tarwiyah berasal dari kata tarawwa yang berarti membawa bekal air. Di mana pada
hari itu, para jamaah haji akan membawa banyak bekal air zam-zam untuk persiapan mereka
Arafah menuju Mina. 

7. Puasa DaudNona.my
Pernahkah kamu melihat seseorang berpuasa secara selang-seling, sehari puasa, sehari tidak?
Jika pernah, mungkin orang itu sedang melaksanakan puasa Daud. 
Sebab, puasa Daud adalah puasa yang dilakukan selang-seling. Puasa ini bertujuan untuk
meneladani puasanya Nabi Daud AS, bahkan puasa yang sangat disukai Allah SWT. 

8. Puasa Ayyamul BidhExpress.co.uk


Dalam ajaran agama Islam, umatnya disunahkan untuk berpuasa minimal tiga kali dalam
sebulan. Puasa ini diutamakan pada Ayyamul Bidh, yaitu pada hari ke 13, 14 dan 15 dalam bulan
Hijriyah. 
Ayyamul Bidh sendiri berarti hari putih. Sebab pada malam-malam tersebut bulan purnama
bersinar dengan sinar rembulannya yang berwarna putih.

9. Puasa AsyuraMvslim.com
Memasuki bulan Muharram, umat Muslim disunahkan memperbanyak puasa. Boleh dilakukan di
awal, pertengahan atau akhir bulan.
Namun, puasa sunah yang diutamakan pada hari Asyura ialah pada tanggal 10 di bulan
Muharram. Puasa ini dikenal dengan istilah Yaumu Asyura yang berarti hari pada tanggal
kesepuluh bulan Muharram.

10. Puasa Sya'banGoodhousekeeping.com


Selain bulan Ramadan paling dinantikan oleh umat Muslim, bulan Sya'ban juga memiliki
keistimewaan tersendiri lho! Pada bulan ini, umat Muslim dianjurkan mencari pahala sebanyak-
banyaknya.
Salah satunya, yakni dengan melaksanakan puasa pada awal pertengahan bulan Sya'ban.

11. Puasa sunah Senin dan KamisExpress.co.uk


Puasa sunah ini menjadi salah satu jenis puasa yang banyak dilaksanakan umat Muslim. Puasa
sunah ini dilakukan pada hari Senin dan Kamis. Puasa ini berawal ketika Rasulullah SAW
memerintahkan umatnya untuk selalu berpuasa di hari Senin dan Kamis.
Ini dikarenakan Senin merupakan hari kelahiran Rasulullah SAW, sedangkan Kamis merupakan
hari pertama Alquran diturunkan. Dari hari-hari tersebut, Rasulullah SAW memerintahkan
umatnya untuk melaksanakan puasa sunah satu ini.
9

Nah, itu dia macam-macam puasa dalam ajaran agama Islam yang perlu diketahui. Tak hanya
mengetahui, macam puasa di atas juga bisa dilakukan Mama sekeluarga di rumah agar mendapat
pahala Allah SWT.

https://www.popmama.com/life/relationship/ninda/macam-macam-puasa-dalam-ajaran-
agama-islam/11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Ali dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13 Rajab. Menurut
sejarawan, Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Muhammad, sekitar
tahun 599 Masehi atau 600 (perkiraan). Ali dilahirkan dari ibu yang bernama Fatimah
binti Asad, di mana Asad merupakan anak dari Hasyim, sehingga menjadikan Ali,
merupakan keturunan Hasyim dari sisi bapak dan ibu
2. Ilmu Nahwu yang dijadikan sebagai pedoman dasar dalam mempelajari bahasa Al-
Qur'an, maka orang-orang yang bukan berasal dari masyarakat Arab akan mendaptkan
kemudahan dalam membaca dan memahami sumber ajaran Islam.
3. Ali Bin Abi Thalib memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia
menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikit pun dalam pemerintahannya
yang dapat dikatakan stabil. Ali Bin Abi Thalib berhasil memadamkan pemberontakan
Zubair, Thalhah dan Aisyah, Ali bergerak dari Kufah menuju Damaskus dengan sejumlah
besar tentara. Pasukannya bertemu dengan pasukan Mu’awiyah di Shiffin. Pertempuran
terjadi di sini yang dikenal dengan nama perang shiffin.

B. Saran
1. Umat Islam hendaknya dalam memilih pimpinan Negara harus mengacu pada konsep
Islam, yang lebih mengutamakan konsep musyawarah bukan dengan pengambil alihan
kekuasaan atau kudeta.
2. Bagi pejabat atau bagi orang-orang yang memiliki kompetensi untuk menduduki jabatan
maka proses untuk menduduki jabatan itu hendaknya ditempuh secara konstitusional
tidak dengan melakukan makar atau pemberontakan yang menyebabkan terjadinya
pertumpahan darah. Tidak seperti peristiwa yang pernah terjadi yang sangat memilukan
bagi umat Islam yaitu perang Jamal, perang Shiffin dan perang Nahrawan.

7
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia, “Ali bin Abi Thalib”. 24 September 2021 https://id.wikipedia.org/wiki/Ali_bin_Abi


_Thalib ( diakses 5 oktober 2021)

Gudang ilmu administrasi, “ khalifah ali bin abi thalib “November 19, 2016
https://newilmuadministrasi.blogspot.com/2016/11/kata-pengantar-
assalamualaikum_19.html ( diakses 5 oktober 2021)

Decequeen , Keyra, “Makalah Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Islam pada Masa Khulafaur
Rasyidin “,© Decequeen 2021 https://doc.lalacomputer.com/makalah-pertumbuhan
ilmu-pengetahuan-islam-pada-masa-khulafaur-rasyidin/ ( diakses 6 oktober 2021)

Anda mungkin juga menyukai