Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KEGAWAT DARURATAN PADA ASPEKSIA, HIPERBILIRUBIN DAN SEPSIS

DOSEN PENGAMPU : Yuliawati, S.Pd., M.Kes

DISUSUN OLEH :

NITA YULIANA 2115471055


TESYA AGUSTIN 2115471073
AFIFAH UMARO 2115471084
ALDELIA ZEFFELIN 2115471088

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KESEHATAN TANJUNG KARANG
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2022/2023
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. ASPIKSIA
1. Pengertian
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis. Bila proses ini
berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat
mempengaruhi fungsi organ vital lainnya.
Pada bayi yang mengalami kekurangan oksigen akan terjadi pernafasan yang cepat dalam
periode yang singkat. Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan berhenti, denyut jantung
juga mulai menurun, sedangkan tonus neuromuskular berkurang secara berangsur-angsur dan bayi
memasuki periode apnu yang dikenal sebagai apnu primer. Perlu diketahui bahwa kondisi
pernafasan megap-megap dan tonus otot yang turun juga dapat terjadi akibat obat-obat yang
diberikan kepada ibunya. Biasanya pemberian perangsangan dan oksigen selama periode apnu
primer dapat merangsang terjadinya pernafasan spontan.
Apabila asfiksia berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan megap-megap yang dalam,
denyut jantung terus menurun, tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terlihat lemas
(flaccid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apnu yang disebut
apnu sekunder. Selama apnu sekunder ini, denyut jantung, tekanan darah dan kadar oksigen di
dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak
akan menunjukkan upaya nafasan secara spontan. Kematian akan terjadi kecuali apabila resusitasi
dengan pernafasan buatan dan pemberian oksigen dimulai dengan segera.
Sangat penting untuk diperhatikan bahwa sebagai akibat hipoksia janin, janin dapat pulih
dari apnu primer ke apnu sekunder di dalam rahim. Urutan perkembangan apnu, termasuk apnu
primer dan apnu sekunder dapat dimulai intrauterin dan berkelanjutan sesudah bayi dilahirkan.
Dengan demikian bayi mungkin dilahirkan dalam apnu primer atau apnu sekunder.

2. Prinsip Umum
Saat dilahirkan bayi biasanya aktif dan segera sesudah tali pusat dijepit bayi menangis
yang merangsang pernafasan. Denyut jantung akan menjadi stabil pada frekuensi 120 sampai 140
per menit dan sianosis sentral menghilang dengan cepat. Akan tetapi beberapa bayi mengalami
depresi saat dilahirkan dengan menunjukkan gejala tonus otot yang menurun dan mengalami
kesulitan mempertahankan pernafasan yang wajar. Bayi-bayi ini dapat mengalami apnu atau
menunjukkan upaya pernafasan yang tidak cukup untuk kebutuhan ventilasi paru-paru. Kondisi ini
menyebabkan kurangnya pengambilan oksigen dan pengeluaran CO2.
3. Penyebab Asfiksia
Penyebab utama asfiksia yang terjadi di dalam rumah adalah:
a. sumbatan mekanis dari jalannya udara, seperti tercekik atau ketika sebuah kantung
plastik menutupi hidung dan mulut.
b. penggantian udara oleh beberapa bahan kimia lain, air seperti dalam keadaan
tenggelam, atau karbon monoksida, seperti dalam suatu garasi tertutup dengan mesin
mobil sedang hidup.
c. Kegagalan sistem syaraf untuk memulai pernafasan, seperti dalam keadaan tersengat
listrik.

4. Tanda Dan Gejala


a. bayi akan menunjukkan pernafasan megap-megap yang dalam
b. denyut jantung terus menurun
c. tekanan darah bayi juga mulai menurun
d. bayi akan terlihat lemas (flaccid)
e. warna kulit kebiruan
f. kejang

Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apnu yang disebut apnu
sekunder. Selama apnu sekunder ini, denyut jantung, tekanan darah dan kadar oksigen di dalam
darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan
menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi kecuali apabila resusitasi
dengan pernafasan buatan dan pemberian oksigen dimulai dengan segera.

5. Penanganan Asfiksia
Resusitasi Pada Bayi Baru Lahir
Sangat penting untuk disadari bahwa pada bayi yang mengalam apu sekunder, semakin lama
kita menunda upaya pernafasan buatan, semakin lama bayi memula pernafasan spontan Penundaan
dalain melakukan upaya pernafas bustan, walaupun singkat, dapat berakibat keterlambatan
pernafasan yang spontan dan teratur Perhatikanlah hatwa semakin lama bayi berada dalam apnu
sekunder, semakin besar kemungkinan terjadinya kerusakan otak.
Penyebab apa pun yang merupakan latar belakang depresi ini, segera sesudah tali pusat
dijepit, bayi yang mengalami depresi dan tidak mampu memulai pernafasan spontan yang memadai
akan mengalami hipoksia yang semakin berat dan secara pro gresif menjadi asfiksia. Resusitasi
yang efektif dapat merangsang pernafasan awal dan mencegah asfiksia progresif. Resusitasi
bertujuan memberikan ventilasi yang adekuat pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup
untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat-alat vital lainnya. Tindakan resusitasi
bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai
ABC resusitasi
a. Memastikan saluran nafas terbuka.
b. Memulai pernafasan.
c. Mempertahankan sirkulasi (peredaran) darah.

Bagian-bagian dari tatalaksana resusitasi yang dikaitkan dengan ABC resusitasi depat
dilihat di bawah ini.
a. Memastikan saluran nafas terbuka
1. Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi: bahu diganjal
2. Menghisap mulut, hidung dan kadang-kadang trakea.
3. Bila perlu, masukkan pipa endotrakeal (pipa ET) untuk memastikan saluran
pernafason terbuka.
b. Memulai pernafasan
1. Memakai rangsangan taktil untuk memulai pernafasan.
2. Memakai VTP, bila perlu seperti; Sungkup dan balon, atau Pipa ET dan balon,
3. Mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).
c. Mempertahankan sirkulasi darah
1. Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara:
2. Kompresi dada

B. SEPSIS
1. Pengertian
Istilah bakteremia bukan sinonim septisemia. Pada bakteremia, bakteria dapat dibiak dari
darah, dan dapat disertai atau tidak disertai penyakit pada anak. Pada septisemia, bakteremia
disertai dengan demam dan anak tampak sakit.

2. Tanda Dan Gejala


Manifestasi septisemia (sepsis) pada umumnya tidak khas dan sulit untuk dibatasi. Penemuan
klinis yang penting pada anak dengan sepsis adalah:
1. Demam, biasanya demam tinggi, mendadak, dan biasanya tidak responsif terhadap
antipiretik. Dapat disertai menggigil dan rigor.
2. Anak tampak sakit dan toksik. Penampakan pasien ini sulit dinyatakan dengan kata-kata.
Pasien sering iritabel, dan biasanya nampak sulit ditenangkan.
3. Napsu makan biasanya terganggu, dapat disertai muntah dan diare. Akibatnya anak
mungkin menderita dehidrasi.
4. Takikardia sering terjadi, yang tidak proporsional dengan demamnya.
5. Takipne dengan pernapasan yang dalam sering terlihat bila anak infeksi paru atau asidosis
metabolik.
6. Renjatan, Tekanan darah pada renjatan septik rendah. Perfusi ke alat vital menjadi buruk,
sering disertai asidosis metabolik dan starvasi jaringan. Koagulasi intravaskular diseminata
dan perdarahan adrenal dapat mengakibatkan sindrom klinis seperti purpura fulminans.
7. Pucat, Anak sering tampak pucat akibat perdarahan atau hemolisis intravaskular.
8. Rose spots biasanya bersifat sementara pada demam tifoid.
9. Hepatosplenomegali, Abdomen biasanya kembung. Dapat disertai pembesaran hati dan
atau limpa.

3. Pemeriksaan Penunjang
Radiografi pada dada seharusnya dilakukan sebagai evaluasi diagnostik dari bayi yang
merupakan sepsis dan tanda-tanda penyakit saluran pernapasan. Pemeriksaan labolatorium juga
perlu dilakukan untuk penetapan diagnosis. Pemeriksaan yang lain yang perlu dilakukan, antara
lain pemeriksaan C-Reactive protein (CRP) yang merupakan pemeriksaan protein yang
disentetis di hepatosit dan muncul pada fase akut bila terdapat kerusakan jaringan.

4. Penatalaksanaan
1. Menjaga kehangatan bayi untuk memastikan temperature Agar bayi tetap normal Suhu
tubuh harus dipantau secara teratur.
2. Perhatikan Cairan intravena Jika bayi mengalami perfusi yang kurang baik, maka saline
normal dengan10 ml / kg selama 5 sampai 10 menit. Dengan dosis yang sama 1 sampai
2 kali selama 30 sampai 45 menit berikutnya, jika perfusi terus menjadi buruk.
Dextrose(10%) 2 ml per kg pil besar dapat diresapi untuk memperbaiki hipoglikemia
yang adalah biasanya ada dalam sepsis neonatal dan dilanjutkan selama 2 hari atau
sampai bayi dapat memiliki feed oral.
3. Siapkan Terapi oksigen jika bayi bayi mengalami distres pernapasan atau sianosis
4. Siapkan Vitamin K 1 mg intra muskular harus diberikan untuk mencegah gangguan
perdarahan
5. Siapkan Oksigen diperlukan jika bayi tersebut apnea atau napas tidak memadai
6. Hindari Makanan secara enteral jika neonatus sangat sakit atau memiliki perut
kembung.
7. Lalu Langkah-langkah pendukung lainnya termasuk stimulasilembut fisik, aspirasi
nasigastric, pemantauan ketat dankonstan kondisi bayi dan perawatan ahli
C. HYPERBILIRUBIN
1. Pengertian
Definisi Hyperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar
nilainya lebih dari normal.

2. Patofisiologi
Pigmen kuning ditemukan dalam empedu yang terbentuk dari pemecahan hemoglobin oleh
kerja heme oksigenase, biliverdin reduktase, dan agen pereduksi nonenzimatik dalam sistern
retikuloendotelial. Setelah pemecahan hemoglobin, bilirubun tak terkonjugasi diambil oleh protein
intraselular "Y protein" dalam hati. Pengambilan tergantung pada aliran darah hepatik dan adanya
ikatan protein.
Bilirubin yang tak terkonjugasi dalam hati diubah atau terkonjugasi oleh enzim asam uridin
difosfoglukuronat uridin diphosphoglucuronic acid (UPGA) glukuronil transferase menjadi
bilirubin mono dan diglucuronida yang polar, larut dalam air (bereaksi direk). Bilirubin yang
terkonjugasi yang larut dalam air dapat dieliminasi melalui ginjal. Dengan konjugasi, bilirubin
masuk dalam empedu melalui membran kanalikular. Kemudian ke sistem gastrointestinal dengan
diaktifkan oleh bakteri menjadi urobilinogen dalam tinja dan urine. Beberapa bilirubin diabsorbsi
kembali melalui sirkulasi enterohepatik. Warna kuning dalam kulit akibat dari akumulasi pigmen
bilirubin yang larut lemak, tak terkonjugasi, nonpolar(bereaksi indirek).
Pada bayi dengan hyperbilirubinemia kemungkinan merupakan hasil dari difisiensi atau
tidak aktifnya glukuronil transferase. Rendahnya pengambilan dalam hepatik kemungkinan karena
penurunan protein hepatik sejalan dengan penurunan aliran darah hepatik. Jaundice yang terkait
dengan pemberian ASI merupakan hasil dari hambatan kerja glukoronil transferase oleh
pregnanediol atau asam lemak bebas yang terdapat dalam AS1. Terjadi 4 sampai 7 hari setelah
lahir. Dimana terdapat kenaikan bilirubin tak terkonjugasi dengan kadar 25 sampai 30 mg/dl
selama minggu ke 2 sampai ke 3.
Biasanya dapat mencapai usia 4 minggu dan menurun 10 minggu. Jika pemberian ASI
dilanjutkan, hyperbilirubinemia akan menurun berangsur angsur dapat menetap selama 3 sampai 10
minggu pada kadar yang lebih rendah. Jika pemberian ASI dihentikan, kadar bilirubin serum akan
turun dengan cepat, biasanya mencapai normal dalam beberapa hari. Penghentian ASI selama 1
sampai 2 hari dan penggantian ASI dengan formula mengakibatkan penurunan bilirubin serum
dengan cepat, sesudahnya pemberian ASI dapat dimulai lagi dan hyperbilirubin tidak kembali ke
kadar yang tinggi seperti sebelumnya. HanBilirubin yang patologis tampak ada kenaikan bilirubin
dalam 24 jam pertama kelahiran. Sedangkan untuk bayi dengan ikterus fisiologis muncul antara 3
sampai 5 hari sesudah lahir.
3. Etiologi
a. Peningkatan bilirubin dapat terjadi karena; polycetlietnia, isoimmun hemolytic disease,
kelainan struktur dan enzim sel darah merah, keracunan obat (hemolisis kimia: salisilat,
kortikosteroid, klorampenikol), hemolisis ekstravaskuler; cephalhematoma, ecchymosis.
b. Gangguan fungsi hati; defisiensi glukoronil transferase, obstruksi empedu/atresia biliari,
infeksi, masalah inetabolik; galaktosemia hypothyroidisme, jaundice ASI.
c. Bagaimana kebutuhan pola minum
d. Riwayat keluarga
e. Apakah anak sudah mendapat imunisasi hepatitis B

4. Komplikasi
a. Bilirubin encephalopathy (komplikasi serius).
b. Kernikterus; kerusakan neurologis; cerebral palsy, retardasi mental, hyperaktif, bicara
lambat, tidak ada koordinasi otot, dan tangisan yang melengking

5. Perencanaan
a. Bayi terbebas dari injury yang ditandai dengan serum bilirubin menurun tidak ada jaundice
refleks moro normal tidak terdapat sepsis, reflek hisap dan menelan baik
b. Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi yang ditandai dengan urine output
(pengeluaran urine) kurang dari 1 3 ml/ kg/jam, membran mukusa normal, ubun ubun tidak
cekung, temperatur dalam batas normal.
c. Bayi tidak menunjukkan adanya iritasi pada kulit yang ditandai dengan tidak terdapat rash,
dan tidak ada ruam makular eritematosa
d. Orang tua tidak tampak cemas yang ditandai dengan orang mengekspresikan perasaan dan
perhatian pada bayi dan aktif dalam partisipasi perawatan bayi
e. Orang tua memahami kondisi bayi dan alasan pengobatan, dan berpartisipasi dalam
perawatan bayi: dalam pemberian minum, mengganti popok
f. Bayi tidak mengalami injury pada mata tidak ada konjungtivitis yang ditandai dengan

Anda mungkin juga menyukai