Anda di halaman 1dari 3

D.

Dinamika dan Tantangan Pancasila dalam Sejarah Bangsa Indonesia


Pada masa pemerintahan Soekarno, terutama tahun 60-an NASAKOM lebih populer
daripada Pancasila, karena setelah Soekarno menyampaikan pidatonya tahun 1959 yang diberi
nama Manipol (Manifesto Politik), pada waktu itu Manipol dianggap sebagai pengamalan
Pancasila dengan Nasakomnya. Pada zaman pemerintahan Soeharto Pancasila dijadikan
pembenaran kekuasaan melalui penataran P4. Pada pemerintahan Reformasi dengan dihapusnya
P4 dan BP7 ada kecenderungan para pejabat tidak respek terhadap Pancasila dan seolah-olah
Pancasila tidak perlu dilaksanakan. Hal ini terbukti dengan banyaknya para pejabat yang
melakukan korupsi dalam melaksanakan kekuasaannya.
Tantangan terhadap Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara antara lain adalah
tidak menjadikan nilai Pancasila sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara melainkan menyimpang dari nilai-nilai Pancasila
misalnya krisis moral, penggunaan obat-obat terlarang (Narkoba), terorisme. Dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara sejak Orde Lama, Orde Baru, sampai zaman Reformasi sekarang nilai-
nilai Pancasila belum dilaksanakan sesuai dengan keinginan hidup bersama dan bernegara.
Sebagai contoh adalah, pada masa Orde Lama, pengangkatan Soekarno menjadi Presiden seumur
hidup, tidak dibolehkannya warganegara ikut mencalonkan Presiden setelah masa jabatan
presiden 5 tahun sehingga Soeharto sampai terpilih 7 kali yang akhirnya mengundurkan diri
karena tuntutan reformasi oleh hampir seluruh rakyat Indonesia. Pada masa kepemimpinan Orde
Reformasi pun banyak pejabat negara terkait tindak korupsi.
Pancasila sebagai sebuah sistem nilai menjadi sebuah perjalan panjang dalam proses
kristalisasi. Bahkan jauh sebelum bangsa Indonesia ada, masyarakat Nusantara telah
bertranformasi dari kehidupan nomaden kemudian munculnya kepercayaan tradisional,
selanjutnya munculnya kepercayaan Hindu dan Budha, pengaruh Islam, Pengaruh Eropa, serta
pengeruh perkembangan pemikiran-pemikiran Barat, Timur dan Islam sangat memperkaya
pengalaman bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia (masyarakat Nusantara) selama ribuan tahun
telah bertranformasi, dan menjadi wadah berbagai pemikiran yang ada di dunia. Sehingga, nilai-
nilai Pancasila dapat kita tilik dari tonggak-tonggak sejarah seperti yang dikemukakan oleh
Darmodihardjo seperti dalam Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Proses Kristalisasi Nilai-nilai Pancasila dalam Sejarah Bangsa Indonesia

TUHAN YANG MAHA ESA


1. Manusia Pertama
2. Bangsa Indonesia (Abad VII –XVI : Sriwijaya dan Majapahit)
3. Penjajahan Barat (Abad XVII-XX : Potugis, Belanda Inggris)
4. Perlawanan Fisik Bangsa Indonesia (Abad XVII –XX)
5. Kebangkitan Nasional (20 Mei 1908 : Budi Oetomo)
6. Persatuan Bangsa Indonesia (28 Oktober 1928 : Sumpah Pemuda)
7. Penjajahan Jepang (9-3-1942 : Belanda Menyerah)
8. Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (29-4-1945)
9. Mr. Muh. Yamin (29-Mei 1945 : Rumusan Pancasila 1 dan 2)
10. Ir. Soekarno (1 – Juni 1945 : Istilah Pancasila diperkenalkan,
Rumusan Ke-3)
11. Piagam Jakarta (22 Juni 1945) Rumusan ke-4
12. Piagam Jakarta diterima Badan Penyelidik (BPUPKI) 14 Juli 1945
13. Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) 9 Agustus 1945
14. Proklamasi Kemerdekaan (17 Agustus 1945)
15. Pengesahan Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945 (18
Agustus 1945: Rumusan 5)
16. Konstitusi RIS (27 Desemeber 1949 : Rumusan 6
17. UUDS 1950
18. Dekrit Presiden 5 Juli 1959
19. Kesaktian Pancasila (1 Oktober 1960 )
20 Surat Perintah Sebelas Maret (11 Mei 1966)
21 Sidang Umum MPRS IV (21 Juni 1966)
22 Sidang Istimewa MPRS (7 – 3 – 1967 )
23 Sidang Umum MPRS V (21 – 3 – 1968 )
24 Pelita I ( 1 – 4 – 1969 )
25 SU MPR (12 – 3 – 1973 : G.B.H.N. )
26 Pelita II (1 – 4 – 1974 s/d berakhirnya era Presiden Soeharto, pen)
27 Reformasi ( Mei 1998 ) (pen)
28 Amandemen I-IV (1999- 2002), pen
29 Pemilihan Presiden Secara Langsung (2004, 2009, 2014) (pen)
Menuju Masyarakat adil dan makmur materiil-Spirituil
berdasarkan Pancasila
Sumber: ( Darmodihardjo 1979 :91 ) dikembangkan oleh penulis

E. Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia untuk Masa Depan


Pancasila merupakan nilai dasar yang menjadi pijakan bagi seluruh warga negara Indonesia
dalam kehidupan sehari-hari yang harus dipertahankan di masa yang akan datang. Pancasila
menjadi nilai perekat dari keberagaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia agar Negara
Kesatauan Republik Indonesia tetap bertahan di tengah arus globalisasi yang menurut beberapa
ahli sangat mempengaruhi eksistensi negara bangsa (nation state).
Nilai-nilai Pancasila harus tetap dapat diwariskan sebagai langkah estafet mewariskan
negara kebangsaan Indonesia. Kegagalan mewariskan Pancasila merupakan kegagalan
mempertahankan keutuhan NKRI. Demi mengarahkan pembangunan dari segi human resources
generasi yang sedang duduk di bangku sekolah harus benar-benar dididik (dipersiapkan) sesuai
dengan pola zaman yang akan dihadapinya di masa mendatang dipersiapkan dengan pola zaman
tetapi bukan berarti menghilangkan nilai dasar (Pancasila) dan merubah standar nilai dasar. Nilai-
nilai Pancasila harus mampu dipahami dan dimaknai kebenarannya oleh setiap warga negara agar
negara Indonesia tetap eksis dalam pergaulan global.
Berikut ciri dari ideologi terbuka dalam Pancasila yaitu sebagai berikut:
1) Nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari
suatu kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat itu sendiri.
2) Merupakan hasil konsensus dari masyarakat yang berlandaskan kepada nilai-nilai dasar cita-
cita masyarakat.
3) Tidak hanya dibenarkan (pembenaran) tetapi memang dibutuhkan.
4) Isinya tidak operasional (menjadi operasional ketika sudah dijabarkan ke dalam perangkat
konstitusi dan peraturan perundangan).
5) Dapat digali kembali untuk menemukan apa implikasi bagi situasi atau zaman itu masing-
masing (Kaelan, 2013).
Ideologi Pancasila bersifat aktual, dinamis, antisipatif, dan senantiasa mampu
menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Keterbukaan ideologi Pancasila bukan berarti
mengubah nilai-nilai dasar Pancasila namun mengeksplisitkan wawasannya secara kongkrit,
sehingga memiliki kemampuan yang lebih tajam untuk memecahkan masalah-masalah baru dan
aktual (Kaelan, 2013).
Kacamata historis Pancasila yang dapat kita rujuk melalui pendapat Hamid Darmadi (2012)
yang memberikan kesimpulan sebagai berikut:

Pertama, dari tinjauan mengenai perumusan Pancasila sebagai dasar negara ternyata bahwa
para pendiri negara atau pembentuk negara memegang peranan yang sangat besar sehingga
dari mereka kita warisi nilai-nilai kehidupan bangsa yang tiada taranya. Di dalam badan
penyelidik usaha persiapan kemerdekaan Indonesia atau kemudian di dalam panitia persiapan
kemerdekaan Indonesia, mereka bersama-sama merumuskan Pancasila sehingga nantinya
tercapai suatu kesepakatan seperti yang tercantum di dalam pembukaan UUD 1945.
Kedua, setiap kali menyebutkan dan membicarakan Pancasila, maka pangkal tolak dan orientasi
kita haruslah dari pembukaan UUD 1945 itu sendiri, karena rumusan itulah yang disepakati
oleh para pendiri negara atau para pembentuk negara kita pada masa lampau, Apa yang telah
diwariskan kepada generasi berikutnya merupakan kilauan cahaya milik bangsa yang kini
tinggal kita hayati bersama sehingga ia benar-benar dirasakan sebagai milik yang fungsional.
Ketiga, Seperti kita ketahui bersama, pada suatu masa Pancasila diletakkan sebagai payung
tempat orang menggantungkan dan mencantelkan kepentingan-kepentingannya sendiri dan ada
masanya Pancasila diletakkan sejajar dengan ajaran-ajaran lainnya demi menarik keuntungan
politik sekejap mata dengan mengorbankan prinsip dasar yang dikehendaki oleh Pembukaan
UUD 1945 dan ada masanya diadakan koreksi dan Pancasila ditegakkan. Dalam membangun
kembali atau mewujudkan rekonstruksi nasional Pancasila harus dihayati dan diamalkan.
Hanya dengan cara demikian, Pancsila akan tetap hidup di dalam dada kita dan dengan
demikian akan tebina ketahanan nasional di segala bidang kehidupan bangsa kita.
Masyarakat sekarang mengalami kurangnya pengetahuan dan pemahaman sekarang
terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara, berdasarkan hasil survei Kompas yang dirilis
pada tanggal 1 Juni 2008 yang menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang Pancasila
merosot secara tajam. 48,4 % responden berusia 17 sampai 29 tahun tidak mampu menyebutkan
sila-sila Pancasila secara benar dan lengkap dan 42,7 % salah menyebutkan sila-sila Pancasila.
Bahkan lebih parah lagi, 60% responden berusia 46 tahun ke atas salah menyebutkan sila-sila
Pancasila (Ali, 2009). Fenomena ini dinilai sangat memprihatinkan karena menunjukkan bahwa
semangat penerimaan masyarakat terhadap Pancasila sangat rendah.
Pentingnya Pancasila dibina dan dikembangkan dalam kehidupan bangsa Indonesia antara
lain dapat dikemukakan beberapa alasan atau tujuan, yaitu:
1) agar tidak terjadi salah pengidentifikasian Pancasila sebagai ideologi negara;
2) agar Pancasila tidak disalahgunakan untuk justifikasi kekuasaan oleh rezim tertentu;
3) agar nilai-nilai Pancasila dilaksanakan dengan baik dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

Anda mungkin juga menyukai