Pertama, dari tinjauan mengenai perumusan Pancasila sebagai dasar negara ternyata bahwa
para pendiri negara atau pembentuk negara memegang peranan yang sangat besar sehingga
dari mereka kita warisi nilai-nilai kehidupan bangsa yang tiada taranya. Di dalam badan
penyelidik usaha persiapan kemerdekaan Indonesia atau kemudian di dalam panitia persiapan
kemerdekaan Indonesia, mereka bersama-sama merumuskan Pancasila sehingga nantinya
tercapai suatu kesepakatan seperti yang tercantum di dalam pembukaan UUD 1945.
Kedua, setiap kali menyebutkan dan membicarakan Pancasila, maka pangkal tolak dan orientasi
kita haruslah dari pembukaan UUD 1945 itu sendiri, karena rumusan itulah yang disepakati
oleh para pendiri negara atau para pembentuk negara kita pada masa lampau, Apa yang telah
diwariskan kepada generasi berikutnya merupakan kilauan cahaya milik bangsa yang kini
tinggal kita hayati bersama sehingga ia benar-benar dirasakan sebagai milik yang fungsional.
Ketiga, Seperti kita ketahui bersama, pada suatu masa Pancasila diletakkan sebagai payung
tempat orang menggantungkan dan mencantelkan kepentingan-kepentingannya sendiri dan ada
masanya Pancasila diletakkan sejajar dengan ajaran-ajaran lainnya demi menarik keuntungan
politik sekejap mata dengan mengorbankan prinsip dasar yang dikehendaki oleh Pembukaan
UUD 1945 dan ada masanya diadakan koreksi dan Pancasila ditegakkan. Dalam membangun
kembali atau mewujudkan rekonstruksi nasional Pancasila harus dihayati dan diamalkan.
Hanya dengan cara demikian, Pancsila akan tetap hidup di dalam dada kita dan dengan
demikian akan tebina ketahanan nasional di segala bidang kehidupan bangsa kita.
Masyarakat sekarang mengalami kurangnya pengetahuan dan pemahaman sekarang
terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara, berdasarkan hasil survei Kompas yang dirilis
pada tanggal 1 Juni 2008 yang menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang Pancasila
merosot secara tajam. 48,4 % responden berusia 17 sampai 29 tahun tidak mampu menyebutkan
sila-sila Pancasila secara benar dan lengkap dan 42,7 % salah menyebutkan sila-sila Pancasila.
Bahkan lebih parah lagi, 60% responden berusia 46 tahun ke atas salah menyebutkan sila-sila
Pancasila (Ali, 2009). Fenomena ini dinilai sangat memprihatinkan karena menunjukkan bahwa
semangat penerimaan masyarakat terhadap Pancasila sangat rendah.
Pentingnya Pancasila dibina dan dikembangkan dalam kehidupan bangsa Indonesia antara
lain dapat dikemukakan beberapa alasan atau tujuan, yaitu:
1) agar tidak terjadi salah pengidentifikasian Pancasila sebagai ideologi negara;
2) agar Pancasila tidak disalahgunakan untuk justifikasi kekuasaan oleh rezim tertentu;
3) agar nilai-nilai Pancasila dilaksanakan dengan baik dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.