Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Penelitian

Memasuki era globalisasi saat ini dengan ditandai oleh kemajuan ilmu dan

teknologi yang semakin hari begitu pesat perkembangannya sehingga

menyebabkan perubahan mendasar dalam berbagai bidang, baik politik,

ekonomi, budaya dan termasuk pendidikan. Tantangan mutakhir seperti ini

perlu diberi jawaban oleh lembaga pendidikan, terutama lembaga pendidikan

Islam dimana norma-norma agama senantiasa dijadikan sumber pegangan.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat kemudahan-

kemudahan bagi umat manusia di satu sisi, dan juga membawa kemelaratan

bagi umat manusia di sisi yang lain.1

Kemudahan-kemudahan itu berupa adanya penemuan-penemuan ilmiah

dalam berbagai bidang disiplin ilmu, seperti dalam bidang kedokteran,

dengan mudah para dokter mendeteksi berbagai penyakit yang menderita

pasiennya, dalam transportasi, telekomunikasi, dan media masa. Kemajuan

teknologi informasi bukanlah kemajuan yang dialogis karena informasi hanya

ditransformasikan searah. Ironisnya, mereka yang tidak mengikutinya akan

disebut ketinggalan zaman.2 Di samping itu, dunia pendidikan tidak mampu,

dan bahkan “gagal” menghalau semua aspek-aspek yang bersifat negatif

1
Syukri Syukri, “Budaya Sumang dan Implementasinya terhadap Restorasi Karakter Masyarakat
Gayo di Aceh,” MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman 41, no. 2 (2018): 406–27.
2
Ansar Salihin, Sulaiman Juned, dan Dharsono Dharsono, “Motif ukiran Kerawang Gayo pada
Rumah Adat Gayo di Kabupaten Aceh Tengah Provinsi Aceh,” Gorga Jurnal Seni Rupa 8, no. 1
(2019): 68–79.

1
2

tersebut. Karena dunia pendidikan berada pada tataran konseptual dan teoretis

belaka, bahkan anti realitas, tidak menyentuh realitas dan kebutuhan-

kebutuhan yang sedang dihadapi oleh masyarakat. Pendidikan menjadi pilar

sangat strategis dalam proses internalisasi dan sosialisasi nilai-nilai, karena

pendidikan bersentuhan langsung dengan aspek manusia, di dalamnya

terkandung kekuatan-kekuatan yang harus distimulasi, sehingga potensi-

potensi dimiliki berkembang secara optimal, terutama dalam menghadapi

berbagai bentuk tantangan di masa depan. Pendidikan juga merupakan salah

satu pilar utama dalam menentukan perubahan sosial, perubahan ke arah

kemajuan dan kesejahteraan hidup yang berkualitas. Pendidikan bertanggung

jawab atas terciptanya generasi bangsa yang paripurna, sebagaimana

tercantum dalam garis-garis besar haluan Negara, yaitu terwujudnya

masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing,

maju dan sejahtera dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.3

Dalam hal ini pendidikan Islamlah yang berperan aktif dalam proses

pembentukan manusia menjadi insan kamil. Karena pendidikan Islam

berdasarkan pada norma-norma dan nilai-nilai Islam untuk membimbing

tingkah laku manusia baik secara individu maupun secara sosial serta untuk

menumbuh kembangkan pola kepribadian manusia, melalui latihan kejiwaan,

otak, perasaan dan indera. Pertumbuhan aspek spiritual, intelektual, imajinasi,

jasmani, ilmiah dan bahasa sehingga dapat mendorong tercapainya

3
Achmad Patoni, Dinamika Pendidikan Anak (Jakarta: Bina Ilmu, 2017), 1.
3

kesempurnaan hidup dan tujuan akhir, yaitu merealisasikan sikap penyerahan

diri sepenuhnya kepada Allah SWT.4

Secara umum, pendidikan harus mampu menghasilkan manusia sebagai

individu dan anggota masyarakat yang sehat dan cerdas dengan; (1)

kepribadian kuat dan religius dalam menjunjung tinggi budaya luhur, (2)

kesadaran demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, (3)

kesadaran moral hukum dalam pelaksanaan sebuah aturan, dan (4) kehidupan

makmur sejahtera dalam kehidupan individu di masyarakat.5

Pendidikan juga merupakan usaha yang amat penting bagi masa depan

semua kalangan baik dari orang tua, guru maupun pemerintah yang pernah

memimpin Bangsa dan Negara ini. Dari kebijakan pendidikan nasional

diharapkan muncul generasi muda yang memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlakul karimah,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya. Masyarakat, agama dan bangsa

dan Negara. Pendidikan akhlak merupakan prinsip dasar moral dan

keutamaan sikap serta watak (tabiat) yang harus dimiliki dan dijadikan

kebiasaan oleh anak sejak masa pemula hingga ia menjadi seorang mukallaf,

yakni siap mengarungi kehidupan.6

Islam merupakan komponen penting yang turut membentuk dan mewarnai

corak kehidupan masyarakat Indonesia. Keberhasilan Islam menembus

kehidupan masyarakat Indonesia serta menjadikan dirinya sebagai agama


4
H. Langgulung,,Peralihan Paradigma Dalan Pendidikan Islam dan sains Sosial. (Jakarta: Gaya
Media Pratama. 2013),25.
5
Fasli Jalal dan Dedi Supriadi, Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah
(Yokyakarta: Aicita Karya Nusa, 2017), 67.
6
Abdullah Nashih Ulwan, (Tarbîyatul Aulad Fil Islam) Pendidikan Anak Dalam Islam, Terj. Arif
Rahman Hakim, Lc (Jakarta: PT. Pustaka Amani, 2016),177.
4

utama adalah prestasi luar biasa mengingat posisi geografi Indonesia yang

jauh dari wilayah asal Islam yaitu jazirah Arab. Karena jarak tersebut, tidak

ditemukan pada awal masuk dan dimulainya penyebaran Islam di Nusantara

suatu metode atau organisasi dakwah yang dianggap mapan dan efektif untuk

memperkenalkan Islam kepada masyarakat luas. Berkembangnya Islam yang

memengaruhi dimensi kehidupan masyarakat Indonesia sekaligus menjadi

titik awal lahirnya konsep pendidikan Islam di Indonesia.7

Masyarakat Gayo merupakan bagian integral dari bangsa Indonesia.

Masyarakat Gayo memiliki karakter dan nilai-nilai adat dan budaya yang

spesifik sebagaimana masyarakat Indonesia pada umumnya. Nilai-nilai adat

istiadat dan budaya Gayo, mereka jadikan sebagai hukum adat dalam

kehidupan sehari-hari.8

Gayo merupakan salah satu suku di Aceh, provinsi yang menerapkan

syariat Islam. Penerapan Syariat Islam ini selanjutnya dituangkan dalam

Qanun atau Undang-Undang. Qanun ini hukumnya bersifat tegas dan

memiliki sanksi berbeda apabila hanya menjadi hukum Syara‟ yang lebih

bersifat akhirat. Namun dalam hal ini Qanun adalah peraturan yang dibuat

oleh Pemerintah Daerah Aceh untuk melaksanakan Syariat Islam bagi

pemeluknya di Aceh.

Sistem budaya dalam masyarakat Gayo pada dasarnya bermuatan

pengetahuan, keyakinan, nilai, agama, norma, aturan, dan hukum yang

7
Umar, Eksistensi Pendidikan Islam di Indonesia Perspektif Sejarah Pendidikan Islam, Jurnal,
(Lentera Pendidikan, Vol. 19 No.16 Juni 2016),16-29.
8
Qanun Kabupaten Aceh Tengah Nomor 6 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja
(Sekretariat Majelis Adat Gayo Kabupaten Aceh Tengah tahun, 2015),138.
5

menjadi acuan bagi tingkah laku dalam kehidupan masyarakat. Pernyataan ini

sebagaimana diluaskan dalam peri mestike Gayo “Agama orom edet lagu zet

orom sifet, agama i beret sawan edet ken peger”. Karena itu, hukum adat

Gayo adalah aturan atau perbuatan yang bersendikan Syariat Islam dituruti,

dimuliakan, ditaati dan dilaksanakan secara konsisten (îstîqâmâh) dan

menyeluruh (kâffâh) dalam upaya membangun masyarakat Gayo.

Pembangunan masyarakat bersendikan nilai-nilai pendidikan agama pada

hakikatnya adalah bagaimana upaya membuat penduduk suatu negeri

(terutama kaum lemah dan kaum miskin) tidak hanya lebih produktif, tetapi

juga secara sosial lebih efektif dan lebih sadar diri.9

Dalam perspektif Islam, eksistensi nilai-nilai pendidikan Islam adalah

masalah yang aktual sepanjang sejarah manusia. Manusia terus membangun

untuk mencapai tarap kehidupan yang lebih baik dan sempurna. Setiap

bangsa, termasuk masyarakat Gayo terus berlomba untuk mengembangkan

kreasi mereka di bidang pembangunan dan kebudayaan, selaras dengan

fitrahnya yang hendak maju dan berkembang.

Secara normatif pendidikan Islam merupakan eksistensi dan refleksi

pemikiran Islam, sosialisasi, internalisasi, dan rekontruksi pemahaman ajaran

dan nilai-nilai Islam. Secara praktis pendidikan Islam bertujuan

mengembangkan kepribadian muslim yang memiliki kemampuan kognitif,

afektif, normatif,dan psikomotorik, yang kemudian ditidaklanjuti dalam cara

berfikir, bersikap, dan bertindak dalam kehidupannya.10

9
Rusdi Sufi, Gayo Sejarah dan Legenda. Banda Aceh, (Badan Arsip dan Perpustakaan 2013),26
10
Hamami, Tasman, Pemikiran Pendidikan Islam, (Yogyakarta: UIN Yogyakarta, 2006), 1.
6

Pendidikan Islam pada dasarnya lebih diorientasikan pada tataran

moral action, yakni agar masyarakat tidak hanya berhenti pada tataran

kompotensi (compotence), tetapi sampai memiliki kemauan (will), dan

kebiasaan dalam mewujudkan ajaran dan nilai-nilai agama tersebut dalam

kehidupan sehari–hari, untuk mendidik moral sampai pada tataran moral

action.11

Gayo mempunyai tuntuntan adat yang mengatur masyarakat untu

memiliki nilai nilai pendidikan islam. Penerapan tuntunan adat dan budaya

gayo pada masyarakat dapat meminimalisir penyimpangan prilaku tersebut.

Seyogyanya masyarakat gayo mengaplikasikan pedoman ini untuk

memepertahankan eksitensinya untuk memperoleh kesejahteraan.

Covid-19 yang lalu telah banyak membawa perubahan bagi

masyarakat seperti hubungan sosial, kebiasaan masyarakat atau adat dan

budaya yang dijadikan pedoman. di era new normal saat ini nilai-nilai

pendidikan dalam adat dan budaya masyarakat gayo perlu diperhatikan

eksistensinya.

Berdasarkan observasi awal yang peneliti amati pada umumnya masih

terjadi penyimpangan syariat di masyarakat Aceh pada umumnya dan

masyarakat Gayo pada khususnya adalah kasus pelanggaran-pelanggaran

syariat Islam yang bersinggungan dengan tataran moral action seperti tidak

memakai jilbab ketika di khalayak ramai, minuman keras, perbuatan mesum,

perjudian, berduaan lelaki dan perempuan bukan muhrim di tempat sunyi,

11
Muhaimin, asa-asa Pendidikan Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2014), 31.
7

(zina). Pelecehan seksual, fitnahh, menuduh seseorang melakukan perzinaan,

mencuri, membegal, membunuh dan kriminal lainnya.12

Fenomena tersebut menjadi catatan menarik untuk dikaji terkait

dengan eksistensi nilai-nilai pendidikan Islam dalam perkembangan

masyarakat Gayo. Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan mengambil permasalahan tentang “Eksistensi

Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Adat Dan Budaya Masyarakat Gayo

Di Era New Norma (Studi Kasus Desa Buntul Peteri Kecamatan Permata

Kabupaten Bener Meriah).”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana nilai-nilai pendidikan Islam dalam Adat dan Budaya Gayo di

Desa Buntul Peteri?

2. Bagaimana eksistensi penerapan adat Budaya Gayo di era new normal

dalam nilai-nilai pendidikan Islam di Buntul Peteri?

3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat penerapan adat dan budaya

Gayo di era new normal dalam nilai-nilai pendidikan Islam di Buntul

Peteri.?

C. Tujuan Penelitian

12
Observasi awal di Desa Buntul Peteri (pada tanggal 15-Mei-2022, jam 09:45 WIB)
8

Dalam setiap kegiatan yang dilakukan penentuan tujuan merupakan

hal yang sangat penting, karena tujuan yang jelas dapat menentukan arah atau

sasaran yang akan dicapai. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1) Untuk mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan islam dalam Adat dan

Budaya Gayo di Desa Buntul Peteri

1) Untuk menganalisis eksistensi penerapan Adat Budaya Gayo di era new

normal dalam nilai-nilai pendidikan Islam di Buntul Peteri..

2) Untuk menganalisis faktor pendudkung dan penghambat penerapan adat

dan Budaya Gayo di era new normal dalam nilai-nilai pendidikan Islam

di Buntul Peteri.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang akan dilakukan, diharapkan dapat bermanfaat

sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat menjadi sumbangsih bagi

perkembangan khazahan ilmu pengetahuan serta dapat menjadi

referensi dalam melaksanakan penelitian dikemudian hari, serta dapat

menambah teori yang berkenaan dengan pembinaan kehidupan dalam

masyarakat.

a. Menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan, serta bahan

bacaan dalam penerapan ilmu metode penelitian, khususnya

mengenai manfaat nilai-nilai pendidikan islam dalam Adat Gayo


9

b. Untuk memberi konstribusi sebagai bahan bacaan atau referensi

bagi masyarakat dan masyarakat kampus pada umumnya.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini menyangkut bidang kehidupan bermasyarakat, yaitu

nilai-nilai pendididikan Islam yang dapat menjadi acuan dalam

perkembangan masyarakat Gayo. Manfaat praktis penelitian ini adalah:

a. Bagi peneliti selanjutnya

Dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut serta perbandingan

bagi peneliti selanjutnya yang merasa tertarik untuk meneliti

tentang eksitensi nilai-nilai pendidikan islam dalam adat dan

budaya masyarakat gayo. Hasil penelitian ini akan memberikan

sumbangan dan pencerahan bagi para mahasiswa dalam

perkuliahan dalam bidang pendidikan dan penelitian lapangan.

b. Bagi masyarakat umum

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sarana informasi

kepada masyarakat umum untuk meningkatkan nilai-nilai budaya

gayo di dalam masyarakat Sebagai sarana penambah wawasan dan

pengetahuan dalam adat gayo.

c. Bagi Pemerintah

Dapat dijadikan acuan untuk menganalisis eksitensi nilai-nilai

pendidikan islam dalam adat dan budaya masyarakat gayo.


10

E. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Umar, 2016, dengan judul

Eksistensi Pendidikan Islam di Indonesia (Perspektif Sejarah Pendidikan

Nasional).13 Tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui Eksistensi

Pendidikan Islam di Indonesia ditinjau dari Perspektif Sejarah Pendidikan

Nasional. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Pendidikan Islam di

Indonesia pada. hakikatnya telah berlangsung sejak masuk dan

berkembangnya Islam ke negeri ini. Besarnya penerimaan masyarakat

terhadap Islam menjadikan agama ini sebagai patron kehidupan

masyarakat secara luas yang tentu diimbangi dengan proses belajar untuk

mengetahui dan memahami ajaran Islam, sekaligus menjadi bukti konkret

lahirnya pendidikan Islam. Bahkan, perlu dicatat bahwasannya

manifestasi pendidikan Islam sebagai sub sistem pendidikan nasional,

memiliki sejarah penting dalam pengembangan pendidikan Indonesia.

Kondisi tersebut, dapat diteaah dari eksistensi pendidikan Islam pada

masa penjajahan, masa kemerdekaan, sampai pada proses integrasi

pendidikan Islam ke dalam sistem pendidikan nasional. Dengan demikian,

pengembangan pendidikan di Indonesia, tidak terpisahkan dari

keberadaan pendidikan Islam yang mengakar dalam tradisi serta

ritualisasi keagamaan masyarakat muslim Indonesia.

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah

eksistensi pendidikan Islam. Perbedaannya adalah penelitian terdahulu

13
Umar, Eksistensi Pendidikan Islam di Indonesia (Perspektif Sejarah Pendidikan Islam), Jurnal,
Lentera Pendidikan,19 No.16 Juni 2016: 16-29
11

meninjaunya dari perspektif sejarah pendidikan nasional, sedangkan

penelitian ini dilihat dari perkembangan adat dan budaya masyarakat

Gayo.

Kedua Khaliq, Abdul, 2015, telah melakukan penelitian dengan judul

Pendidikan Agama Islam dalam Kebudayaan Masyarakat Kalang.14

Tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui Pendidikan Agama Islam

dalam Kebudayaan Masyarakat Kalang. Hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa Kalang merupakan salah satu sub-etnis Jawa yang secara

kebudayaan berbeda dengan Jawa. Penelitian ini membahas tentang

permasalahan bagaimana fungsi pendidikan agama Islam sebagai strategi

kebudayaan bagi masyarakat Kalang; dan bagaimana adaptasinya akibat

masuknya nilai-nilai Islam. Sebagai entitas budaya, Orang Kalang

mengkonstruksi identitas kebudayannya berdasarkan nilai-nilai budaya

yang diwarisi dari leluhurnya. Sistem kepercayaan Kalang mempunyai

kesejarahan teologis dengan agama Jawa purba (Kapitayan). Kepercayaan

ini melahirkan berbagai ritual Kalang seperti “gegalungan‟, “ewuha” dan

“obon”. Melalui pendidikan agama, anak-anak Kalang dapat mengenali

nilai-nilai baru (Islam). Konsekuensi dari bertemunya nilai-nilai

kebudayaan yang berbeda, paling tidak ada tiga kemungkinan yang terjadi,

sebagai respon orang Kalang terhadap nilai-nilai baru tersebut, yaitu

pertama; sistem nilai lama dimenangkan; kedua, sistem nilai baru

dimenangkan; ketiga, terjadinya kompromi.

14
Kholiq, Abdul, Umar, Pendidikan Agama Islam dalam Kebudayaan Masyarakat Kalang:Jurnal
at-Taqaddum,7, Nomor 2(2015): 327-345
12

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah

pendidikan Islam dan kebudayaan. Perbedaannya adalah penelitian

terdahulu meninjaunya dari pendidikan agama Islam di masyarakat

Kalang, sedangkan penelitian ini dilihat dari eksistensi pendidikan Islam

dalam perkembangan adat dan budaya masyarakat Gayo.

F. Sitematika Pembahasan

Tesis ini terdiri dari bab I sampai dengan bab V, yaitu dari bab

pendahuluan sampai dengan saran dalam bagian-bagian sebagai berikut:

Bab I: Pendahuluan, pada bab ini berisi tentang gambaran umum

mengenai penelitian ini yang berisi tentang latar belakang masalah,

pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian, kajian

terdahulu yang relevan dan sistematika pembahasan.

Bab II: Landasan teori, pada bab ini menyajikan teori yang

mendukung penelitian ini diantaranya tentang Nilai-Nilai Pendidikan

Islam dalam Adat dan Budaya Gayo,di dalam masyarakat

Bab III: Metode penelitian, diantaranya berisi tentang jenis

penelitian, waktu dan tempat penelitian, sumber data penelitian, teknik

pengumpulan data, tekhnik analisa data serta keabsahan data.

Bab IV: Hasil penelitian di pembahasan ini, hasil penelitian ini

merupakan jawaban dari rumusan masalah yang mengenai nilai-nilai

pendidikan Islam dalam adat dan budaya gayo, tingkat dan penerapan

adat Budaya Gayo diera new normal, serta faktor pendudukung dan
13

penghambat penerapan adat dan budaya Gayo di era new normal dalam

nilai-nilai pendidikan Islam di Bener meriah.

Bab V: Penutup, pada bab ini dimuat kesimpulan, saran-saran,

serta rekomendasi kepada pihak yang terkait.

Tesis ini juga dilengkapi dengan daftar pustaka serta lampiran yang terkait

dengan isi dan kelengkapan tesis.

Anda mungkin juga menyukai