Anda di halaman 1dari 139

FASE PENDIDIKAN ANAK MENURUT AL-QUR’AN

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin jurusan Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir
Sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan Program Studi Strata Satu (S.1)
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S.Ag)

Disusun Oleh:
King Cahaya Islam
NIM: 14. 31. 0462

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QURAN JAKARTA
TAHUN AJARAN 2020 M/1441H
FASE PENDIDIKAN ANAK MENURUT AL-QUR’AN

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin jurusan Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir
Sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan Program Studi Strata Satu (S.1)
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S.Ag)

Disusun Oleh:
King Cahaya Islam
NIM: 14. 31. 0462

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QURAN JAKARTA
TAHUN AJARAN 2020 M/1441H

i
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : King Cahaya Islam


NPM : 14. 31. 0462
Jurusan : Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir
Fakultas : Ushuluddin
Judul Skripsi : Fase Pendidikan Anak Menurut Al-Qur’an

Menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini adalah murni hasil karya sendiri. Apabila saya mengutip
dari karya orang lain, maka saya akan mencamtukan sumbernya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Apabila di kemudian hari terbukti atau dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan (plagiat), maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut sesuai dengan sanksi yang berlaku di lingkungan
Institut PTIQ dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Jakarta, 28 januari 2021


Yang Membuat Pernyataan

King Cahaya Islam

iii
iv
TANDA PENGESAHAN SKRIPSI

FASE PENDIDIKAN ANAK MENURUT AL-QUR’AN


SKRIPSI

Diajukan kepada fakultas ushuluddin sebagai salah satu persyaratan


menyelesaikan Program Studi Strata Satu (S.1) untuk memperoleh Gelar
Sarjana (S.Ag)

Ditulis oleh:

KING CAHAYA ISLAM


NPM: 14. 31. 0462

Telah selesai di bimbing oleh kami, dan menyetujui selanjutnya untuk dapat
diujikan.

Jakarta, 10 maret 2020


Menyetujui:
Pembimbing

Ansor Bahary, MA

Mengetahui:
Dekan Fakultas Ushuluddin

H. Andi Rahman, MA

v
vi
TANDA PENGESAHAN SKRIPSI

FASE PENDIDIKAN ANAK MENURUT AL-QUR’AN

Disusun oleh:

Nama : King Cahaya Islam


Nomor Pokok Mahasiwa : 14. 31. 0462
Jurusan / Konsentrasi : Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir
Fakultas / Program : Ushuluddin

Telah diujikan pada sidang munaqasah pada tanggal: 2 Juni 2020

TIM PENGUJI
No Nama Penguji Jabatan Dalam Tim Tanda Tangan

1 H. Andi Rahman MA. Penguji I

2 Luqman Hakim MA. Penguji II

Jakarta, 2020

Mengetahui,

Dekan fakultas ushuluddin


Institut PTIQ jakarta,

H. Andi Rahman M.A

vii
viii
Moto

‫س ْن تُ ْم ِِلَنْ ُف ِس ُك ْم‬
َ ‫َح‬
ْ ‫س ْن تُ ْم أ‬ ْ ‫إِ ْن أ‬
َ ‫َح‬

“Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat bagi diri


kalian sendiri”
(QS. Al-Isra ayat 7)

PERSEMBAHAN
✓ Skripsi ini
kupersembahkan kepada:
Kedua orang tuaku, adik,
dan keluarga yang telah
memberikan motivasi,
nasihat, dan doanya
kepada penulis.
✓ Seluruh teman-teman
yang telah memberikan
dorongan, semangat dan
doanya atas tersusunnya
skripsi ini.
✓ Seluruh pembaca di
dunia.

ix
x
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Berdasarkan keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan 0543/1987, tanggal 22
Januari 1988.

A. Konsonan Tunggal
Huruf
Nama Huruf Latin Keterangan
Arab
‫ا‬ Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

‫ب‬ ba’ b be

‫ت‬ ta’ t te

‫ث‬ sa’ s es (dengan titik di atas)

‫ج‬ jim j je

‫ح‬ ha’ h ha (dengan titik di bawah)

‫خ‬ kha’ kh Kadan ha

‫د‬ dal d de

‫ذ‬ zal z zet (dengan titik di atas)

‫ر‬ ra’ r er

‫ز‬ zai z zet

‫س‬ sin s es

‫ش‬ syim sy Es dan ye

‫ص‬ sad s es (dengan titik di bawah)

‫ض‬ dad d de (dengan titik di bawah

xi
‫ط‬ ta’ t te (dengan titik di bawah)

‫ظ‬ za’ z zet (dengan titik di bawah)

‫ع‬ ‘ain ‘ Koma terbalik di atas

‫غ‬ gain g ge

‫ف‬ fa’ f ef

‫ق‬ qaf q qi

‫ك‬ kaf k ka

‫ل‬ lam l el

‫م‬ mim m em

‫ن‬ nun n en

‫و‬ wau w we

‫ه‬ ha’ h ha

‫ء‬ hamzah ‘ apostrof

‫ي‬ ya’ Y ye

B. Konsonan Rangkap Karena Syaddah Ditulis Rangkap

‫متعقّد ين‬ ditulis Muta’aqqidin


‫عدّة‬ ditulis ‘iddah

C. Ta’ Marbutah
1. Bila dimatikan ditulis h
‫هبة‬ ditulis Hibah
‫جزية‬ ditulis Jizyah

xii
Ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata bahasa Arab
yang sudah terserap kedalam bahasa Indonesia, seperti Shalat, Zakat
dan sebagainya. Kecuali dikehendaki lafal aslinya. Bila diikuti dengan
kata sandang “al” sertabacaan kedua itu terpisah, maka ditulis dengan
h.
‫كرمة االولياء‬ditulis Karamah Al-Auliya’
2. Bila Ta’ Marbutah dibup dengan harakat, Fathah, Kasroh dan
Dhammah ditulis t ‫ زكاة اللفطرة‬ditulis Zakatul Fitri
D. Vokal Pendek
َ Fathah ditulis a
َ Kasrah ditulis i
َ Dhammah ditulis u

E. Vokal Panjang

‫ جاهلية‬Fathah + Alif ditulis A Jahiliyyah

‫ يسعى‬Fathah + ya ditulis a Yas’a

‫ كرمي‬Kasrah + ya ditulis I Karim

‫ فروض‬Dhammah + wa ditulis u Furud

F. Vokal Rangkap

‫ بينكم‬Fathah + yamati ditulis aiBainakum

‫ قول‬Fathah + wamati ditulis au Qaulun

xiii
G. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan
Apostrof

‫أأنتم‬ ditulis A’antum

‫أع ّدت‬ ditulis U’iddat

‫لئن شكرت‬ ditulis La’innsyakartum

H. Kata sandang Alif + Lam


1. Bila diikuti Huruf Qamariyah
‫القران‬ ditulis Al-Qur’an

‫القياس‬ dituis Al-Qiyas

2. Bila diikuti Huruf Syamsiyah dengan menggandakan huruf syamsiyah


yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf (el)_nya.
‫السماء‬ ditulis As-Sama’

‫الشمس‬ ditulis As-Syams

I. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat

‫ذوي الفلروض‬ ditulis zawi Al-Furud

‫اهل السنة‬ ditulis Ahl As-Sunnah

xiv
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan
Yang Maha Pencipta, Penguasa, Pengatur alam semesta beserta isinya yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi
Muhammad SAW dengan harapan penulis dan para pembaca skripsi
termasuk golongan yang mendapat syafaat Nabi Muhammad SAW di hari
perhitungan nanti.
Skripsi dengan judul “Fase Pendidikan Anak Menurut Al-Qur’an”
ini tuntas penulis selesaikan untuk mendapatkan kesimpulan fase-fase
perkembangan anak yang harus diisi dengan arahan menurut al-Qur’an.
penulis berharap skripsi ini menjadi titik awal untuk terus berkarya dalam
karya ilmiah maupun non ilmiah.
Selama penulisan skripsi ini tentunya banyak pihak yang telah
membantu dengan memberikan dorongan, semangat, motivasi, bimbingan
dan arahan baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat
penulis lupakan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada pihak yang telah
ikut berperan dalam penulisan skripsi ini.
Ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya penulis
sampaikan kepada yang terhormat:
1. Ayahanda Khusnin dan Ibunda Ety Awaliyah, kedua kakak dan adik serta
seluruh keluarga yang telah memberikan motivasi, nasihat, dorongan,
bantuan, dan doanya kepada penulis baik moril mau pun materil, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.
2. Bapak Rektor Institut PTIQ Jakarta, Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA.
Beserta seluruh staf rektorat Institut PTIQ Jakarta.
3. Bapak H. Andi Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Institut
PTIQ Jakarta.
4. Bapak Ansor Bahary, MA., selaku pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktunya untuk mengoreksi dan memberikan saran yang
konstruktif dalam penulisan skripsi ini sampai selesai.
5. Bapak Lukman Hakim, MA., selaku ketua Program Studi Ilmu Al-Qur’an
Dan Tafsir

xv
6. Bapak dosen di Fakultas Ushuluddin dan seluruh dosen Institut PTIQ
Jakarta yang telah memberikan ilmu kepada penulis yang tidak penulis
sebutkan satu-persatu, namun tidak mengurangi rasa hormat dan ta’dzim
penulis.
7. Segenap civitas akademik Institut PTIQ Jakarta.
8. Seluruh Dewan Kepengurusan Masjid Al-Hikmah yang senantiasa ikut
membantu dan memfasilitasi dalam penyususunan skripsi.
9. seluruh teman-teman Masjid Al-Hikmah dan saudara Mhd Syukron, yang
telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Seluruh teman-teman fakultas Ushuluddin angkatan 2014 yang
senantiasa memberikan motivasi, doa, dan dorongan kepada penulis.
11. Dan kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini
yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
Semoga semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam
penyelesaian skripsi ini dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang
berlipat ganda, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
pembacanya dalam upaya menggali hikmah yang terkandung dalam al-
Qur’an. Amin ya Rabbal Alamin

Jakarta, 28 Januari 2021

King Cahaya Islam

xvi
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................. i
Lembar Surat Pernyataan ............................................................................. iii
Lembar Persetujua ....................................................................................... v
Lembar Pengesahan Skripsi ......................................................................... vii
Moto Dan Persembahan ............................................................................... ix
Kata Pengantar ............................................................................................. ii
Daftar Isi ...................................................................................................... iv
Pedoman Transliterasi .................................................................................. xi
Abstraksi ...................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Pembatasan Dan Rumusan Masalah ....................................... 11
C. Tujuan Dan Manfaat Penilitian............................................... 11
D. Metodologi Penelitian............................................................. 11
E. Tinjauan Kepustakaan ............................................................ 12
F. Sistematika Penulisan ............................................................. 13
BAB II PENDIDIKAN DAN FASE PERKEMBANGAN ANAK ...... 15
A. PengertianPendidikan ............................................................. 15
B. Tujuan Pendidikan .................................................................. 25
C. Jenis Kelembagaan Pendidikan Anak..................................... 28
D. Fase Perkembangan Anak...................................................... 31
1. Masa Perkembangan Dalam Kandungan ........................... 31
2. Awal Proses Kelahiran....................................................... 31
3. Tumbuh Kembang Janin .................................................... 32
4. Perkembangan Masa Bayi.................................................. 34
5. Masa Anak Pra-Sekolah..................................................... 36
6. Masa Anak Sekolah (6-12 Tahun) ..................................... 38
BAB III TERM ANAK DAN PENDIDIKAN FASE
PERKEMBANGAN ANAK DALAM AL-QUR’AN
A. Fase Persiapan ........................................................................ 49
1. Pendidikan Pra Nikah ........................................................ 49
2. Mendoakan Untuk Kebaikan Anak.................................... 52

xvii
3. Menghindari Gangguan Setan Ketika Pembentukan
Nutfah ................................................................................ 55
4. Memberi Nama Yang Baik ................................................ 57
5. Menafkahi Anak Dari Hasil yang Halal............................. 59
B. Fase Permulaan ....................................................................... 61
1. Pendidikan Jasmanai Dan Rohani ...................................... 61
2. Pendidikan Dan Pengenalan Terhadap Al-Qur’an ............. 66
C. Fase Pertumbuhan................................................................... 68
1. Membiasakan Anak Mengucap Dzikkrullah (Pendidikan
Dasar Fitrah Manusia)........................................................ 68
2. Membiasakan Menutup Aurat Dan Tampil Indah ............. 73
D. Fase Pembelajaran .................................................................. 76
1. Pembelajaran Mengenal Berbagai Macam Ilmu ................ 76
2. Kasih Sayang ..................................................................... 77
3. Ibadah ................................................................................ 79
4. Bersabar Dan Memaafkan.................................................. 83
5. Berakhlak Mulia................................................................. 87
6. Penyejuk Hati ..................................................................... 90
7. Pendidikan Tauhid ............................................................. 92
8. Kedisiplinan ....................................................................... 99
9. Bersyukur Kepada Allah SWT .......................................... 101
10. Berhati-Hati Dalam Melakukan Sesuatu ........................... 102
11. Membiasakan Akhlak Terpuji............................................ 104
12. Pendidikan Dalam Keluarga .............................................. 106
BAB IV PENUTUP .................................................................................. 109
A. Kesimpulan ...................................................................................... 109
B. Saran ................................................................................................ 110
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 111

xviii
ABSTRAKSI
Allah SWT menurunkan Al-Qur’an adalah untuk menjadi petunjuk
kepada segala hamba yang tunduk dan menurut, yang sadar akan fungsi al-
Qur’an yakni menjadi pedoman hidup di dunia untuk keselamatan di dunia
dan akhirat. Al-Qur’an tidak hanya membahas berkaitan dengan ibadah saja
tetapi, al-Qur’an membahas segala aspek kehidupan. Karenanya al-Qur’an
harus menjadi kebutuhan primer bagi umat Islam atas hidupnya.
Dakwah dan pendidikan harus bermula dari rumah. Al-Qur’an
mengingatkan bahwa hendaklah kita mengajarkan kepada keluarga kita
perbuatan yang dengannya mereka dapat menjaga diri mereka dari api neraka
dan bawalah mereka kepada yang demikian ini melalui nasehat dan
pengajaran. hendaklah mengajarkan anak-anak dan menasehati mereka agar
menjadi anak-anak yang sholeh sehingga terhindar api neraka-Nya. Maka
para pendidik yaitu keluarga, orang tua, atau guru hendaklah menjadikan al-
Qur’an sebagai referensi utama dalam wawasan pendidikan anak.
Para pendidik anak yakni orang tua, guru, dan lainnya tentunya telah melihat
dan mengetahui perkembangan fase anak dari ia lahir hingga menuju usia
remaja. Setidaknya anak mengalami tiga fase di antaranya, fase permulaan
dimulai ketika ia lahir, fase pertumbuhan ketika anak berusia sekitar tiga
tahun sehingga sudah mulai tumbuh perkembangan fisik, dan fase
pembelajaran yaitu anak berusia sekitar enam tahun dan seterusnya sampai ia
menemukan usia remaja. Fase-fase ini menjadi penting bagi para pendidik
karena nantinya akan sangat berpengaruh untuk perkembangan anak menuju
tahap remaja dan kedewasaannya. Maka orang tua, guru dan elemen lainnya
harus mulai mempelajari dan mengamalkan nasehat-nasehat al-Qur’an
tentang pendidikan anak.
Penelitian ini ingin mengetahui tentang arahan al-Qur’an terhadap
fase pendidikan anak. adapun penelitian yang digunakan dalam skripsi ini
adalah mencari term-term anak dalam al-Qur’an dan mengambil unsur
pendidikan dalam ayat yang terdapat term anak tersebut. Dalam hal ini
penulis menggunakan metode tafsir maudhu’i. Penulis juga mengungkap
ayat-ayat al-Qur’an dengan corak tafsir tarbawi, yakni mencari ayat-ayat
yang berkaitan dengan pendidikan anak.
Metode pembahasan dalam penelitian ini menggunakan penelitian
kepustakaan (library research), yakni mengambil dan mengumpulkan

xix
berbagai data kepustakaan yang relevan dengan permasalahan yang diangkat
dalam penelitian.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa banyak ayat-ayat al-
Qur’an yang dapat diangkat hikmahnya untuk dijadikan panduan dalam fase
pendidikan anak. terdapat empat fase yang dilalui setiap anak dalam menuju
proses remaja yakni fase persiapan, fase permulaan, fase pertumbuhan, dan
fase pembelajaran. Merujuk kepada penjelasan al-Qur’an pada fase persiapan
diisi dengan pendidikan pra nikah, mendoakan untuk kebaikan anak,
menghindari gangguan setan ketika pembentukkan nutfah, memberi nama
yang baik, menafkahi anak dari hasil yang halal. Pada fase permulaan diisi
dengan pendidikan jasmani dan rohani serta pendidikan dan pengenalan
terhdap al-Qur’an. Fase pertumbuhan diisi dengan pendidikan pembiasaan
anak mengucap dzikrullah dan membiasakan menutup aurat dan tampil
indah. Fase pembelajaran diisi dengan pendidikan pembelajaran mengenal
berbagai hal, kasih sayang, ibadah, bersabar dan memaafkan, berakhlak
mulia, penyejuk hati, pendidikan tauhid, kedisiplinan, bersyukur kepada
Allah, berhati-hati dalam melakukan sesuatu, membiasakan akhlak terpuji,
dan pendidikan dalam keluarga. Keempat fase pendidikan anak tersebut yang
menjadi pembahasan dalam skripsi ini.

xx
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an merupakan warisan Nabi saw yang begitu penting bagi umat
Islam. Allah SWT menurunkan Al-Qur’an adalah untuk menjadi petunjuk
kepada segenap mereka yang suka berbakti. Menjadi penyuluh kepada segala
hamba yang tunduk dan patuh. Menjadi pedoman hidup dunia dan akhirat.1
Karenanya Al-Qur’an harus menjadi kebutuhan primer bagi umat Islam atas
hidupnya. Kalau manusia diibaratkan sebuah Handphone baru, maka al-
Qur’an adalah buku pedoman Handphone tersebut. Al-Qur’an memiliki
fungsi yang selalu dibutuhkan manusia dalam kehidupannya. Karena fungsi
al-Qur’an ialah sebagai pedoman atau petunjuk bagi umat manusia.

َ‫ْب ِفي ِه هُدًى ِل ْل ُمتَّقِين‬ ُ ‫ذَلِكَ ْال ِكت‬


َ ‫َاب ََل َري‬
“Kitab (al-qur’an ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka
yang bertaqwa.”(QS. Al-Baqarah ayat 2).
Al-huda atau petunjuk, jika dikaitkan dengan para muttaqin berarti
menunjukkan pengertian jalan yang lurus. Sebab, yang ada bukan hanya al-
huda, tetapi adanya pertolongan atau kekuatan untuk melaksanakan hukum-
hukum al-Qur’an. adapun pengertian al-huda untuk selain muttaqin hanya
mengandung pengertian sebagai petunjuk menuju kebaikan, sekalipun
mereka tidak memanfaatkan hidayah ini, atau menggunakan penuntun yang
terkandung di dalamnya.2
Sebagian orang ada yang tidak mau mengambil hidayah al-Qur’an
sebagai panutan hidup mereka. Namun demikian, tidak berarti bahwa al-
Qur’an itu bukan merupakan petunjuk yang benar. Sebab, matahari itu tetap
matahari sekalipun orang-orang yang buta tidak melihat sinarnya. Madu
tetap manis rasanya, sekalipun orang sedang sakit tak dapat merasakan
manisnya madu.3

1
Abd. Rozak & Aminuddin, Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Mitra Wacana Media,
2010), cet_1, hal: 9
2
Ahmad Musgthafa Al Maraghi, Terj. Tafsir Al Maraghi, Oleh K. Anshori Umar
Sitanggal, Hery Noer Aly, Dkk, (Semarang: PT. Karya Toha Putrs Semarang, 1992), cet_2,
hal: 58
3
Ahmad Musgthafa Al Maraghi, Terj. Tafsir Al Maraghi, Oleh K. Anshori Umar
Sitanggal, Hery Noer Aly, Dkk., hal: 59

1
2

Imam Syafi’i (204 H) berkata, tidak ada satupun kejadian yang


menimpa kepada penganut agama Allah, kecuali di dalam kitab Allah (al-
Qur’an) terdapat petunjuk menuju jalan yang lurus di dalamnya.4 Islam
bukan hanya sekedar sholat atau berkaitan pada rutinitas ibadah, namun
segala aspek ada dalam Islam, di antaranya yaitu metode atau pedoman
pendidikan anak yang baik.
Al-Qur’an telah memerintahkan kita agar mendidik anak-anak
menjadi sholeh sehingga bisa menjadi penolong dari api neraka,
sebagaimana firman-Nya,

‫علَ ْي َها‬ َ ‫اس َو ْال ِح َج‬


َ ُ ‫ارة‬ ُ َّ‫َارا َوقُو ُدهَا الن‬ ً ‫س ُك ْم َوأَ ْه ِلي ُك ْم ن‬
َ ُ‫َيا أَ ُّي َها الَّذِينَ آ َمنُوا قُوا أَ ْنف‬
َ‫َّللا َما أَ َم َرهُ ْم َويَ ْفعَلُونَ َما يُؤْ َم ُرون‬
َ َّ َ‫صون‬ ٌ ‫َم ََلئِ َكةٌ ِغ ََل‬
ُ ‫ظ ِش َدا ٌد ََل يَ ْع‬
“Hai orang-orang yang beriman, periharalah dirimu dan keluargamu dari
api nerak yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah
terrhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim ayat 6)
Ayat enam di atas menggambarkan bahwa dakwah dan pendidikan
harus bermula dari rumah. Ayat di atas walau secara redaksional tertuju
kepada kaum pria (ayah), tetapi itu bukan berarti hanya tertuju kepada
mereka. Ayat ini tertuju kepada perempuan dan lelaki (ibu dan ayah)
sebagaimana ayat-ayat yang serupa (misalnya ayat yang memerintahkan
berpuasa) yang juga tertuju kepada lelaki dan perempuan. Ini berarti kedua
orang tua bertanggung jawab terhadap anak-anak.5
Mujahid mengatakan: “bertakwalah kepada Allah dan berpesanlah
kepada keluarga kalian untuk bertakwa kepada Allah.” Sedangkan Qatadah
mengemukakan: “yakni, hendaklah engkau menyuruh mereka berbuat taat
kepada Allah dan mencegah mereka durhaka kepada-Nya. Dan hendaklah
engkau menjalankan perintah Allah kepada mereka dan perintahkan mereka
untuk menjalakannya serta membantu mereka dalam menjalankannya. Jika

4
Achmad Rofi’i, Metode Rasulullah Dalam Pendidikan Karakter Perspektif Al-
Qur’an, (Disertasi Pasca Sarjana Program Studi Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir Institut
Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an Jakarta, 2018), hal: 278
5
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), Cetakan Ke-2, Jilid Ke-14, hal: 327
3

engkau melihat mereka berbuat maksiat kepada Allah, peringatkan dan


cegahlah mereka.6
Dalam Tafsir al-Maraghi (1364 H) dijelaskan, hendaklah kamu
mengajarkan kepada keluargamu perbuatan yang dengannya mereka dapat
menjaga diri mereka dari api neraka. Bawalah mereka kepada yang demikian
ini melalui nasehat dan pengajaran.7Hendaklah mengajarkan anak-anak dan
menasehati mereka agar menjadi anak-anak sholeh sehingga terhindar dari
api neraka-Nya. Mendidik anak dengan melalui fase yang sesuai dengan
yang diajarkan al-Qur’an dengan harap menjadikan anak-anak sebagai
qurrata a’yun.

َ‫اجنَا َوذُ ِريَّا ِتنَا قُ َّرةَ أَ ْعي ٍُن َوا ْج َع ْلنَا ِل ْل ُمتَّقِين‬
ِ ‫َوالَّذِينَ َيقُولُونَ َربَّنَا هَبْ لَنَا ِم ْن أَ ْز َو‬
‫إِ َما ًما‬
“Dan orang-orang yang berkata, “ya tuhan kami, anugerahkanlah kepada
kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati(kami), dan
jadikanlah kami imam-imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. surat
al-furqan ayat 74).
Sifat dari orang-orang beriman sejati yaitu memberikan perhatian
khusus pada pendidikan dan pelatihan anak-anak dan keluarganya. Mereka
merasa sangat bertanggung jawab.8 Kapan dimulai pendidikan itu bagi
peserta didik menurut konsep al-Qur’an? Apabila ditelusuri ayat-ayat dan
hadis rasul, dapat dilihat bahwa batas awal pendidikan itu telah dimulai
sebelum kelahiran anak, sejak anak dalam rahim ibu. Bahkan ada yang
berpendapat sejak mencari jodoh, karena itulah diutamakan pasangan
dipandang dari sudut akhlak, bukan kecantikan/kegantengan, harta dan
keturunan, tetapi diutamakan agama seorang.9
Karena perjalanan manusia melalui tahapan-tahapan tertentu. Maka
pembahasan tentang pendidikannya harus difokuskan pada tahapan-tahapan
6
Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq Alu Syaikh, Terj. Lubaabut
Tafsir Min Ibni Katsir, Oleh M. Abdul Ghoffar, Dkk, (Bogor: Pustaka Imam Syafi’i, 2007),
cetakan ke-4, jilid ke-8, hal: 229
7
Ahmad Musthafa Al Maraghi, terj. Tafsir Al Maraghi, Oleh Bahrun Abu Bakar,
Dkk. (Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang, 1993), Cetakan Ke-2, Jilid Ke-28,
hal:261
8
Kamal Faqih Imani, Tafsir Nurul Qur’an, ( Jakarta: Penerbit Al Huda, 2007),
Cetakan Ke-1, Jilid Ke-12, hal: 149
9
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Perspektif Filsafat, (Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group, 2014), Cet_1, Hal: 116
4

tersebut, yang biasanya disebut dengan periodesasi pendidikan. Adapun


tahapan-tahapan pendidikan yang dimaksud adalah: pendidikan sebelum
kelahiran (pra konsepsi dan pasca konsepsi), pendidikan setelah kelahiran
(pendidikan bayi, anak-anak, remaja dan dewasa).10
1. Pendidikan Sebelum Kelahiran (Tarbiyah Qabla Al-Wiladah)
Pendidikan sebelum kelahiran menurut Islam harus dimulai dari sejak
sebelum terciptanya janin. Yakni bahwa penciptaan janin harus berasal
dari pasangan yang sah. Bukan hubungan perzinahan (QS. Al-Isra ayat
32). Dalam melakukan hubungan biologis, hendaknya dimulai dengan
doa, setidaknya dengan baca bismillah. Setelah terjadinya proses nuthfah
(sperma), berlanjut menjadi alaqah dan kemudian mudghah (segumpal
daging) (QS. Al-Mu’minun ayat 12-14). Maka dimulailah kehidupan
seorang anak dalam rahim.11
a. Masa Pra Konsepsi
Pernikahan yang baik dilandasi keinginan untuk memelihara
keturunan, tempat menyamaikan bibit iman, melahirkan kelurga sehat
serta memenuhi dorongan rasa aman, sejahtera dan sakinah, penuh
mawaddah dan rahmah. Ketika seorang pria memilih seorang wanita
tentu dengan harapan wanita tersebut dapat dijadikan teman hidup
sekaligus teman dalam bekerja sama menuju kehidupan rumah tangga
bahagia. Hal yang sama juga berlaku untuk seorang wanita
membutuhkan calon suami yang nantinya mampu menjadi teman hidup
yang baik dalam menaungi kehidupan rumah tangga yang
bahagia.12Oleh karena itu pemilihan pasangan sebelum nikah pun
menjadi kepedulian utama dalam rancangan pendidikan anak.13 Maka
bagaimana konsep al-Qur’an mengarahkan untuk memilih jodoh agar
nantinya berdampak baik kedepannya untuk memulai fase pendidikan
anak?
Pendidikan sebelum kelahiran menurut al-Qur’an harus dimulai
sejak sebelum terciptanya janin, yakni bahwa penciptaan janin harus

10
Syafaruddin, Dkk. Ilmu Pendidikan Islam Melejitkan Potensi Budaya Umat, hal:
136
11
A. Fatih Syuhud, Pendidikan Islam Cara Membidik Anak Salih, Smart Dan
Pekerja Keras, (Pustaka Al-Khoirot, 2011),hal: 12
12
Halid Hanafi, Dkk. Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Grup Penerbitan CV
BUDI UTAMA, 2018), hal: 326
13
Syafaruddin, Dkk. Ilmu Pendidikan Islam Melejitkan Potensi Budaya Umat, hal:
136
5

berasal dari pasangan yang sah. Bukan hubungan perzinahan. Dalam


melakukan hubungan biologis hendaknya dimulia dengan doa,
setidaknya dengan bismillah. Setelah terjadinya proses nutfah,
berlanjut menjadi alaqah dan kemudian mudghah (segumpal daging)
sebagaimana dalam surat al-Mu’minun ayat 12-14.14
Pada fase ini sangatlah rentan terhadap pendidikan anak, di mana
fase pembentukan nutfah, setan sudah ikut campur dalam menyesatkan
calon anak. Bagaimana al-Qur’an memperingatkan kita akan fase ini?
b. Masa Pasca Konsepsi
Pada periode masa kehamilan telah diyakini sekaligus dibuktikan
dengan adanya berbagai fakta empiris dan ilahiah bahwa terdapat suatu
kondisi khas dalam pertumbuhan bayi pralahir (bayi yang dalam masa
kangdungan ibunya), yaitu adanya proses kemajuan potensi instrumen
jasmani dan rohani. Kondisi yang khas ini sudah mulai tumbuh dan
berkembang dengan baik, sehingga ketika stimulasi otak dan latihan
intelektual untuk bayi dalam kandungan dilakukan, ia sudah potensial
dapat menerima stimulasi atau sensasi yang diberikan orang tuanya.15
Masa di dalam kandungan (sebelum kelahiran) ini sangat penting
karena merupakan awal kehidupan. Pada masa itu hubungan janin
sangat erat dengan ibunya. Ibu merupakan kunci keberhasilan
pendidikan sebelum lahir. Usahakan sesering mungkin merespon
gerakan janin dengan mengelus ketika janinnya bergerak. Hal ini akan
membiasakan janin belajar adanya sebab-akibat. Dari perilaku yang ia
timbulkan dengan respons yang ia terima akan membekas bahwa
perilaku sedikit pun darinya akan mendatangkan efek tertentu, yang
akan berbalik kepadanya.16 Untuk itu sang ibu berkewajiban
memelihara kandungannya, antara lain dengan memakan makanan
yang bergizi, menghindari benturan-benturan, menjaga emosinya dari
perasaan sedih yang berlarut-larut atau marah yang meluap-luap,
menjauhi minuman keras, merokok, dan berbagai jenis makanan yang
janin sebagai anak yang sehat jasmani dan rohaninyasetelah lahir,

14
A. Fatih Syuhud, Pendidikan Islam Cara Mendidik Anak Salih, Smart, Dan
Pekerja Keras, Hal: 12
15
Ubes Nur Islam, Mendidik Anak Dalam Kandungan Optimalisasi Potensi Anak
Sejak Dini, (Depok: Gema Insani, 2003), cet_1, hal: 15
16
Nurul Chomaria, Seputar Kehamilan, (Jakarta: PT Alex Media Komputindo,
2012), hal: 210
6

sebagai kondisi dasar yang sangat besar pengaruhnya bagi proses


pendidikan selanjutnya.17
Semasa anak dalam kandungan sudah dapat mulai dididik.
Sebetulnya pendapat semacam ini sudah dipunyai oleh nenek moyang
kita. Banyak pantangan-pantangan yang harus dijalani sewaktu seorang
ibu sedang mengandung seperti dilarang membuat tali (sampul),
membenci orang, dan sebagainya. Adapun maksudnya supaya anak
yang dikandungnya nanti tidak ada kesulitan-kesulitan dalam waktu
melahirkan dan perasaan benci kepada orang lain dapat menyebabkan
anak yang dikandungnya nanti mempunyai watak yang suka marah.18
Pengertian pendidikan jika ditinjau dari aspek bahasa arab sama
pengertiannya dengan tarbiyah. Selanjutnya istilah dalam kandungan
berarti sama dengan istilah qabl, sedangkan lahir sama dengan kata
maulid. Tarbiyah qobla al-maulid yang artinya pendidikan sebelum
kelahiran tersebut dikaitkan dengan pengertian pendidikan
sebagaimana yang telah dijelaskan terdahulu berarti sama artinya
dengan usaha sadar orang tua untuk mendidik anak yang masih dalam
kandungan atau masih dalam perut ibunya.19Bagaimana arahan al-
Qur’an terhadap proses pendidikan yang dapat dilakukan oleh orang
tua pada fase ini ?.
2. Pendidikan Setelah Kelahiran (Tarbiyah Ba’da Al-Wiladah)
Pendidikan pra-konsepsi merupakan pendidikan pendahuluan yang
dilakukan orang tua kepada anaknya. Kemudian setelah anak itu lahir,
baru diterapkan pendidikan biasa melalui belajar. Beberapa fase yang
dilewati dalam pendidikan setelah kelahiran diantaranya:
a. Pendidikan Bayi
Secara kronologis (menurut urutan waktu), masa bayi (infancy
atau babyhood) berlangsung sejak seorang individu manusia dilahirkan
dari rahim ibunya sampai kira-kira berumur dua tahun. Selama rentang
waktu itu, kehidupan bayi biasanya sangat tergantung terhadap bantuan
dan pemeliharaan pihak lain terutama ibu yang memiliki peran yang

17
Syafaruddin, Dkk. Ilmu Pendidikan Islam Melejitkan Potensi Budaya Umat, Hal:
137
18
Uci Sanusi & Rudi Ahmad Suryadi, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Grup
Penerbitan CV Budi Utama, 2018), hal: 207
19
Sokhibul Ikhsan, Jurus Jitu Mendidik Anak Dalam Kandungan Secara Islami,
(Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, 2019), hal: 54
7

sangat besar sejak dari memberi makan, membersihkan tempat dan


pakaian, memandikan, menidurkan, menimang-nimang, mengendong
dan menyusui semuanya hampir dilakukan oleh ibu. Semua itu
mempunyai arti sendiri bagi pendidikannya.20
Beberapa hal yang terjadi pada anak usia 0-2 tahun di antaranya
terjadi masa penyerapan total: perkenalan dan pengalaman panca
indera/sensorik dan perkembangan bahasa.21
22
Pada usia 0-3 tahun anak-anak menunjukkan perkembangan
mental yang sulit didekati dan dipengaruhi orang dewasa. Pada usia ini
anak-anak mengalami kepekaan yang kuat terhadap keteraturan,
misalnya jika dia biasa melihat sesuatu diletakkan di atas meja, maka
dia akan menangis atau memindahkan barang tersebut ke tempat
semula, jika dia melihat barang tersebut terletak di tempat lain.23 Pada
fase ini anak sudah mulai mengenal sentuhan tangan orang
disekitarnya seperti orang tua terutama si ibu. Bagaimana perspektif al-
qur’an untuk mengisi pendidikan pada fase ini?.
b. Pendidikan Kanak-Kanak (Early Childhood)
Masa kanak-kanak (early childhood) adalah masa perkembangan
berikutnya, yakni dari usia 2 tahun hingga anak berusia 5 atau 6 tahun
dan sering disebut dengan masa estetika, masa indera dan masa
menentang orang tua. Disebut estetika karena pada masa itu
merupakan saat terjadinya perasaan keindahan dimana mereka senang
dengan sesuatu yang indah dan berwarna warni. Disebut masa-masa
indera, karena inderanya berkembang pesat dan merupakan kelanjutan
dari perkembangan berikutnya. Sehingga dia senang mengadakan
eksplorasi. Kemudian disebut masa menentang, karena dipengaruhi
oleh menonjolnya perkembangan berbagai aspek fisik-psikis di satu
pihak, di sisi lain belum berfungsinya kontrol akal dan moral. Dari segi
fisik, anak sudah relatif kuat dan lincah dan tidak lagi banyak
bergantung kepada orang lain sehingga dia berani kepada orang tua,

20
Syafaruddin, Dkk. Ilmu Pendidikan Islam Melejitkan Potensi Budaya Umat, hal:
139
21
Anggani Sudono, Sumber Belajar Dan Alat Permainan Untuk Pendidikan Usia
Dini, (Jakarta: PT Grasindo, 2000), cet_1, hal: 17
22
Syafaruddin, Dkk. Ilmu Pendidikan Islam Melejitkan Potensi Budaya Umat, hal:
140
23
Masganti Sit, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini, (Deopok: Kencana,
2017), hal: 13
8

sedangkan dari segi psikis harus dilihat bahwa kenakalan anak


berkaitan erat dengan berkembangnya sifat dinamis, kreatif dan puas
dengan sesuatu yang telah ada. Kegiatan seperti ini wajar bahkan
sangat penting bagi keperluan kehidupannya kelak. Karena kepesatan
fungsi indera yang belum didukung oleh perkembangan akal yang
cukup, akan membuat anak sering melakukan aktifitas.24
Anak usia mulia 6 tahun otak kirinya mulia berkembang, mulai
berpikir logis, lingkungan mulai memberikan pengaruh sekitar 30%
dan orang tua atau keluarga 70%. Anak mulai mengenal angka, konsep
nilai dan uang.25Masa anak terjadi perkembangan yang cepat dalam
aspek sifat, sikap, minat, dan penyesuaian dengan lingkungan, dalam
hal ini keluarga dan teman sebaya.26 Menyadari perkembangan anak
pada fase ini, maka perlakuan kita hendaknya tetap, tidak ada
kegoncangan. Karena kegoncangan akan menyebabkan kebingungan
dan keraguan pada anak. Anak pada masa ini cenderung untuk mencari
mana yang boleh dan mana yang tidak. Tugas orangtua sebagai
pendidik adalah membimbing anak membiasakan untuk mengingat
kebesaran dan nikmat Allah serta semangat mencari dalil dalam
mngesakan Allah melalui tanda-tanda kekuasaan-Nyaserta
membiasakan anak-anak untuk mewaspadai penyimpangan-
penyimpangan yang kerap membiasakan dampak negatif terhadap
anak, misalnya tayangan film, berita-berita dusta, atau gejala
kehidupan lain yang tersalurkan melalui media informasi.27
Apa yang harus dibiasakan oleh anak pada fase ini menurut
perspektif al-Qur’an? sehingga dewasanya anak mempunyai karakter
yang tidak rapuh oleh hal-hal positif maupun negatif yang
dihadapinya?
c. Pendidikan Kanak-kanak (Late Childhood)

24
Syafaruddin, Dkk. Ilmu Pendidikan Islam Melejitkan Potensi Budaya Umat, hal:
140
25
Jarot Wijanarko Dan Gideon Apit Sunanto, Berani Mendisiplin Anak Generasi
Milenial Sesuai Firman (Pemikiran James Dobson), (Jakarta: Keluarga Indonesia Bahagia),
hal: 35
26
A. Aziz Alimul Hidayat, Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan,
(Jakarta: Salemba Medika, 2008), hal: 9
27
Syafaruddin, Dkk. Ilmu Pendidikan Islam Melejitkan Potensi Budaya Umat, hal:
140-141
9

Masa anak-anak (late childhood) berlangsung antara usia 6 sampai


12 tahun dengan ciri-ciri utama sebagai berikut: 1) memiliki dorongan
untuk keluar dari rumah dan memasuki kelompok sebaya (peer group);
2) keadaan fisik yang kemungkinan atau mendorong anak memasuki
dunia permainan dan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan
jasmani; 3) memiliki dorongan mental untuk memasuki dunia konsep,
logika, simbol dan komunikasi yang luas.28
Masa kanak-kanak akhir dari usia 12-15 tahun. Tahap ini
merupakan transisi antara masa anak-anak dan dewasa. Mereka telah
memiliki kekuatan fisik dan kemampuan kognitif yang substansial
sehingga mampu mengerjakan tugas-tugas yang bersifat teoritis dan
verbal.29
Martin Luther (1546 M) menunjukkan perlunya sekolah. Ia
menekankan bahwa sekolah digunakan sebagai sarana untuk mengajar
anak membaca. Marthin Luther berkeyakinan bahwa keluarga sebagai
institusi yang paling penting untuk membuat dasar pendidikan dan
perkembangan bagi anak. dua pandangan ini menunjukkan bahwa
Luther menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dalam
hidup anak. tanpa pendidikan anak tidak akan mendapatkan bekal bagi
hidupnya kelak. Agar anak memperoleh bekal yang maksimal, sekolah
dan keluarga perlu bermitra. Keluarga dan sekolah perlu dijadikan
sarana religius dan penegak moral.30
Pada masa usia sekolah ini anak sudah berhubungan dengan
temannya dalam kelompok bermain yang dapat dimanfaatkan untuk
menanamkan pendidikan Islam, seperti rekreasi bersama untuk
memperkenalkan keindahan alam ciptaan tuhan, kerja kelompok dalam
rangka berpartisipasi dalam sosial keagamaan, dan sebagainya.31
Metode pendidikan yang diberikan harus disesuaikan dengan
perkembangan jiwa anak. Materi kurikulum dan metodenya pun harus
tepat sesuai dengan perkembangan kecerdasan dan psikis anak pada
umumnya. Metode-metode yang dapat dilakukan untuk mereka antara
28
Noer Rohmah, Psikologi Pendidikan, (Surabaya: CV Jakad Media Publishing,
2020), hal: 60
29
Masganti Sit, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini, hal: 15
30
Anita Yus, Model Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: Prenadamedia Group,
2011), cet_1, hal: 1-2
31
Syafaruddin, Dkk. Ilmu Pendidikan Islam Melejitkan Potensi Budaya Umat, Hal:
142
10

lain metode keteladanan, pembiasaan dan latihan, kemudian secara


berangsur-angsur diberikan penjelasan secara logis maknawi.32
Pada masa ini anak sudah mulai mengenal tuhan melalui bahasa
yaitu dari kata-kata orang yang berada di lingkungannya yang pada
mulanya diterima secara acuh tak acuh tetapi lambat laun tanpa
disadarinya akan masuklah pemikiran tentang tuhan dalam
pembentukan kepribadiannya dan menjadi objek pengalaman agamis.
Pada usia ini juga berkembangnya sifat sosial, yang memungkinkan
anak bergaul dengan orang dewasa dan teman sebagainya. Adapun
pokok-pokok mengenai perkembangan dan pendidikan anak usia dini
yaitu bahwa proses belajar anak berlangsung paling baik ketika mereka
berinteraksi dengan orang lain, baik bekerja sendiri maupun bersama-
sama dengan teman sebaya dan orang dewasa. Dalam setiap proses
perkembangan anak sangat didukung oleh luasnya perkembangan
sosial anak-anak tersebut.33 Untuk itu orangtua harus berusaha mencari
guru yang berakhlak baik dan taat beribadah serta memilih teman
sebaya yang seagama karena sangat besar pengaruhnya bagi
pertumbuhan dan perkembangan jiwa keagamaan.34Apa saja materi
yang harus ditanam pada fase ini menurut al-Qur’an? sebab fase ini
adalah fase transisi menuju remaja atau fase akhir dari pendidikan anak
yang mana mempengaruhi perkembangan remaja nantinya.
Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya dapat berkembang
optimal dan menikmati masa-masa pendidikannya. Setiap orangtua
juga mengharapkan anak berkembang secara fisik dan dan psikologis
sesuai dengan tahap perkembangannya sehingga mencapai hasil yang
optimal. Dengan demikian, memberikan pendidikan yang terbaik bagi
anak-anak merupakan harapan setiap orangtua.35
Melihat psikologi perkembangan anak yang begitu penting untuk
dilalui dengan sesuatu pendidikan yang baik, yang mana akan

32
Syafaruddin, Dkk. Ilmu Pendidikan Islam Melejitkan Potensi Budaya Umat, Hal:
142
33
Dadan Suryana, Pendidikan Anak Usia Dini Stimulasi Dan Aspek Perkembangan
Anak, (Jakarta: Kencana, 2016), hal: 30
34
Syafaruddin, Dkk. Ilmu Pendidikan Islam Melejitkan Potensi Budaya Umat, Hal:
142
35
Herdina Indrijati, Psikologi Perkembangan Dan Pendidikan Anak Usia Dini
Sebuah Bunga Rampai, (Jakarta: Kencana, 2017), hal: 67
11

menentukan masa depan anak nantinya, maka penulis tertarik untuk


membahas fase pendidikan anak menurut al-Qur’an.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Mengingat jumlah tema-tema pendidikan di dalam al-Qur’an sangat
banyak, maka pembatasan masalah dalam kajian ini dibatasi pada pendidikan
anak yang ditawarkan oleh al-Qu’ran. Pada skripsi ini setidaknya bisa
menjawab rumusan masalah yaitu Bagaimana penafsiran ayat-ayat al-Qur’an
tentang fase pendidikan anak
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Setelah mengetahui batasan dan rumusan masalah, sekiranya penulis
dapat menerangkan beberapa tujuan yang bisa bermanfaat bagi penulis dan
yang membaca pada umumnya, juga bisa menjadi pedoman bagi para orang
tua yang ingin mengenalkan fase pendidikan anak perspektif al-Qur’an
terhadap anak-anaknya. Di antara tujuan penulisan adalah:
1. Menemukan ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan pendidikan anak.
2. Memahami fase mendidik anak dalam al-Qur’an.
3. Menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an tentang fase pendidikan ana
D. Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini terdiri dari:
1. Sumber Data
Penulis berusaha mencari dan meneliti semua yang berkaitan dengan
tema yang penulis angkat dengan menggunakan metode kepustakaan (library
research methode). Metode kepustakaan penulis lakukan dengan mencari
data terkait dengan tema pendidikan anak di dalam kitab-kitab tasir.
Selanjutnya mencari data-data ilmu pengetahuan mengenai fase
perkembangan anak.
2. Analisis Data
Dalam menggunakan analisis data, penulis menggunakan metode
deskriptif-analitis, yang memaparkan masalah yang berkaitan dengan tema,
kemudian penulis menganalisa secara mendalam pembahasan tersebut
terhadap buku-buku yang berkaitan dengan tema. Setelah semuanya
terkumpul, penulis melakukan pemahaman secara detail dan mendalam
disertai dengan analisis yang sangat objektif agar dapat diketahui bagaimana
12

pendapat para mufassir dalam menafsirkan al-Qur’an sehingga bisa diambil


corak tafsir tarbawi.
E. Tinjauan Kepustakaan
Karya tulis yang membahas tentang pendidikan anak baik berupa buku,
jurnal, atau tugas akademik sudah banyak dan mudah untuk ditemukan.
Berbagai karya tersebut sudah banyak tersebar mulai dari perpustakaan-
perpustakaan, toko buku, internet dan lainnya. Skripsi yang membahas
tentang pendidikan anak antara lain:
1. Skripsi berjudul “Peranan Orang Tua Terhadap Penanaman Akhlak Anak
Usia Dini” skripsi ini ditulis oleh Masolehatul Abadiah mahasiswi jurusan
Pendidikan Guru Raudhatul Athfal Fakultas Tarbiyah Institut Perguruan
Tinggi Ilmu Al-Qur’an Jakarta pada tahun 2012. Skripsi membahas
tentang peran orang tua terhadap anak, hubungan penanaman akhlak usia
dini dengan peran orang tua, dan metode-metode penanaman akhlak anak
usia dini.
Pembahasan skripsi yang ditulis oleh Masolehatul Abadiah ini
mempunyai kesamaan dengan skripsi yang akan saya teliti dari segi
pembahasan yaitu upaya-upaya yang harus dilakukan orang tua dalam
menanamkan akhlak anak usia dini.Sedangkan yang menjadi pembeda
dengan skripsi penulis adalah dari segi perspektif penulis. Penulis
membahas skripsi ini menitik beratkan pada perspektif al-Qur’an sedang
skripsi yang ditulis Masolehatul Abadiah meninjau dari berbagai
perspektif baik dari Al-Qur’an maupun dari ilmu-ilmu pasti seperti ilmu
biologi.
2. Skripsi yang berjudul “Peran Ayah Dalam Mendidik Karakter Disiplin
Anak Di Zaman Millenial”, skripsi ini ditulis oleh Taufiq Hidayat
mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Di Institut
Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an Jakarta pada tahun 2018. Pada
skripsinya ini membahas tentang pola asuh dan strategi ayah dalam
mendidik karakter anak di zaman millenial.
Pembahasan skripsi yang ditulis oleh Taufiq Hidayat ini mempunyai
kesamaan dengan skripsi yang saya akan teliti dari segi pembahasan yaitu
upaya-upaya yang harus dilakukan dalam mendidik anak dan skripsi ini
menyinggung permasalahan millenial yang juga dibahas di skripsi.
Sedangkan yang menjadi pembeda dengan skripsi penulis adalah skripsi
Taufiq Hidayat hanya berfokus terhadap peranan ayah sedang penulis
13

tidak hanya berfokus pada peran ayah melainkan juga peran keluarga dan
elemen lainnya.
3. Disertasi yang berjudul “Metode Rasulullah Dalam Pendidikan Karakter
Perspektif Al-Qur’an”, disertasi ini ditulis oleh Achmad Rofi’i mahasiswa
pasca sarjana Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an Program Studi
Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir pada tahun 2018. Pada disertasinya ini
membahas tentang metode, langkah-langkah, dan pembangunan karakter
Rasulullah dalam pendidikan karakter.
Pembahasan disertasi yang di tulis oleh Achmad Rofi’i ini
mempunyai kesamaan dengan skripsi yang saya tulis yakni membahas
tentang fase-fase dalam mendidik anak. Sedangkan yang menjadi
pembeda dengan skripsi yang saya teliti adalah disertasi Achmad Rofi’i
menitik beratkan pada penjelasan hadist-hadist. Ia menjelaskan dengan
melihat bagaimana rasulullah bertindak dalam membentuk karakter anak.
F. Sistematika Penulisan
Penulis menyusun naskah penelitian ini menjadi empat bab dan masing-
masing terdiri dari sub bab yang susunanya sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan
sistematika penulisan
BAB II : membahas tentang tinjauan umum yang berisikan pengertian
pendidikan dan fase perkembangan anak
BAB III : fase pendidikan anak menurut al-Qur’an
BAB IV : berisi tentang kesimpulan dan saran. Dengan memaparkan secara
singkat dari penelitian yang penulis lakukan dari rumusan
masalah dan sub-bab yang terakhir berisikan saran yang memuat
masukan atau rekomendasi bagi penelitian selanjutnya.
14
BAB II
PENDIDIKAN DAN FASE PERKEMBANGAN ANAK

A. Pengertian Pendidikan
Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat (1) pendidikan
diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.36
Undang-undang nomor 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pasal 1 misalnya, dijelaskan bahwa “pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan
pelatihan bagai peranannya di masa yang akan datang”. Dari sisni dapat
dipahami bahwa dalam kegiatan bimbingan, pengajaran, dan pelatihan
terkandung makna pendidikan.37
Pada rumusan ini terkandung beberapa hal yang perlu digarisbawahi
dan mendapat penjelasan lebih lanjut. Dengan usaha sadar dimaksudkan,
bahwa pendidikan diselenggarakan berdasarkan rencana yang matang,
mantap, jelas, lengkap, menyeluruh, berdasarkan pemikiran rasional-objektif.
Pendidikan tidak diselenggarakan secara tak sengaja, atau bersifat insidental
dan seenaknya.38 Dari sudut etimilogi pengertian pendidikan diwakili oleh
istilah taklim dan tarbiyah yang berasal dari kata dasar allama dan rabba
sebagaimana digunakan dalam al-Qur’an, sekalipun konotasi kata tarbiah
lebih luas karena mengandung arti memelihara, membesarkan, dan
mendidik, serta sekaligus mengandung makna mengajar (allama).39
Pendidikan mempunyai banyak istilah. Beberapa istilah yang sering
digunakan adalah rabba-yurobbi (mendidik), allama-yuallimu (memberi
ilmu), addaba-yuaddibu (memebrikan teladan dalam akhlak), dan darrasa-

36
Uci Sanusi Dan Rudi Ahmad Suryadi, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: CV
Budi Utama, 2018), cet_1, hal: 5
37
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektikan Pendidikan Agama
Islam Di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hal: 37
38
Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), hal:
2
39
Jusuf Amir Feisal, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Gema Insani Press,
1995), hal: 94

15
16

yudarrisu (memberikan pengetahuan). Berikut ini disajikan pengertian istilah


tersebut yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadis.40

1. Rabba-Yurabbi
Kata tarbiyah merupakan masdar dari kata rabba yang berarti
mengasuh, mendidik, dan memelihara. Dalam Leksikologi Qur’an,
penunjukkan kata tarbiyah yang merujuk pada pengertian pendidikan
secara inplisif tidak ditemukan. Penunjukkan pada pengertian
pendidikan hanya dilihat dari istilah lain yang seakar dengan kata
tarbiyah. Antara lain adalah kata rab, rabbayani, murabbiy, dan
rabbaniy.41

‫يرا‬ َ ‫ار َح ْم ُه َما َك َما َربَّ َيا ِني‬


ً ‫ص ِغ‬ ْ ‫ب‬ َّ َ‫ض لَ ُه َما َجنَا َح الذُّ ِل مِن‬
ِ ‫الر ْح َم ِة َوقُ ْل َر‬ ْ ‫َو‬
ْ ‫اخ ِف‬

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh


kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu
kecil".) QS. al-Isra ayat 24).

Ism fa’il dari rabba-yurabbi adalah murabbi. Kata murabbi


sendiri lebih berorientasi pada pemeliharaan, baik pemeliharaan yang
bersifat jasmani maupun ruhani. Oleh sebab itu, dalam hal ini proses
pemeliharaan bisa dikaitkan dengan pemeliharaan Allah terhadap
makhluk-Nya. Pemeliharaantersebut terlihat juga dalam proses
pemeliharaan orang tua dalam membesarkan anaknya mulai dari lahir
sampai dewasa. Orang tua memberikan pelayanan secara penuh agar
anaknya tumbuh dengan fisik yang sehat, memiliki kepribadian dan
akhlak yang terpuji. Orang tua memelihara anak dengan menyediakan
makanan agar anak menjadi sehat, menyediakan pakaian agar anak
dapat menutup aurat, dan menghindarkan segala bahaya agar anak
merasa aman.42

40
Ridwan Abdullah Sani & Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter Mengmbangkan
Karakter Anak Yang Islami, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016), hal: 8
41
Halid Hanafi Dan La Adu, Ilmu Pendidikan Islam, hal: 40
42
Ridwan Abdullah Sani & Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter Mengmbangkan
Karakter Anak Yang Islami, hal: 9
17

Kata Rabb juga dinisbahkan kepada nama Allah yang berarti


Allah menjadi pendidik dan sekaligus pemelihara bagi seluruh
makhluk-Nya. Perhatikan firman berikut.

َ‫ب ْالعَالَ ِمين‬ ِ َّ ِ ‫ْال َح ْم ُد‬


ِ ‫ّلِل َر‬
“Segala puji bagi Allah, Tuhan (Rabb) seluruh alam. (QS. Al-
Fatihan ayat 2)

Kata Rabb yang terdapat pada ayat pertama surah Al-Fatihah


ayat satu sebagaimana dikemukakan para ahli adalah dari kata tarbiyah
yang berarti pendidikan. Imam al-Maraghi ketika menafsirkan ayat
tersebut menyatakan, bahwa Rabb adalah al-sayyid, al-murabbi al-
ladzi yasusu man yurobbihi wa yudabbiru syu’unahu, yang artinya
sebagai pemelihara dan pendidik yang membimbing orang yang
dididiknya dan memikirkan keadaan perkembangannya. Dilihat dari
segi kandungannya, pendidik yang diberikan Allah kepada umat
manusia itu terbagi dua. Pertama, pendidikan yang bersifat fisik
keduniaan (kholqiyah) yang ditandai dengan pertumbuhan fisik hingga
menjadi dewasa, pendidikan jiwa dan akalnya. Kedua, pendidikan
agama dan akhlak yang disampaikan kepada setiap individu yang dapat
mendorong manusia mencapai tingkat kesempurnaan akal dan kesucian
jiwanya.43

2. Allama-Yuallimu
Kata ta’lim merupakan masdar dari kata allama yang berarti
pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian,
pengetahuan, dan keterampilan.44Ta’lim adalah pendidikan yang
penekanannya transfer of knowledge yang efektif dan efesien dengan
memperhatikan kebaruan (noberly).45Penunjukkan kata ta’lim pada
pengertian pendidikan sesuai dengan firman Allah yaitu:

43
Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2016), cet_1, hal: 3
44
Halid Hanafi, La Adu, Dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Grup Penerbitan
CV Budi Utama, 2018), cet_1, hal: 39
45
Sehat Sultoni Dalimunthe, Filsafat Pendidikan Islam Sebuah Bangunan Ilmu
Islamic Studies, (Yogyakarta: Cv Budi Utama, 2018), cet_1, hal: 133
18

ِ ‫علَى ْال َم ََلئِ َك ِة فَقَا َل أَ ْنبِئُونِي بِأ َ ْس َم‬


‫اء‬ َ ‫ض ُه ْم‬ َ ‫علَّ َم آ َد َم ْاْل َ ْس َما َء ُكلَّ َها ث ُ َّم‬
َ ‫ع َر‬ َ ‫َو‬
َ‫صا ِدقِين‬َ ‫َهؤ ََُل ِء ِإ ْن ُك ْنت ُ ْم‬

“Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)


seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu
berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
mamang benar orang-orang yang benar!"(QS. Al-Baqarah ayat 31).

Ayat tersebut menjelaskan tentang pengajaran kepada Nabi


Adam as setelah beliau diciptakan oleh Allah. Nabi Adam diajarkan
oleh Allah nama-nama benda yang dapat dicapai oleh kekuatan
manusia, baik dengan panca indra maupun akal. Jadi, Allah
memberikan ilmu kepada Adam agar mengetahui apa yang sebelumnya
tidak diketahuinya. Berdasarkan ayat tersebut, sebutan muallim lebih
sesuai diberikan kepada seorang pendidik yang mentransfer atau
memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik tentang sesuatu
yang tidak mereka ketahui sebelumnya. Seorang muallim mengajari
peserta didik mulai dari mereka tidak tahu tentang sesuatu sampai
mereka memahaminya.46

3. Addaba-Yuaddibu
Kata ta’dib merupakan masdar dari addaba yang dapat diartikan
kepada proses pendidikan yang lebih tertuju pada pembinaan dan
penyempurnaan akhlak atau budi pekerti peserta didik.47 Teori ruang
lingkup filsafat pendidikan bisa dilihat dari apa yang dikemukakan
oleh M. Naquib Al-Attas bahwa dalam konferensi dunia tentang
pendidikan pertama di Jedah tahun 1977 bahwa pendidikan ada dalam
kandungan al-tarbiyah, al-ta’lim, dan al-ta’dib. Menurutnya al-
ta’diblah yang paling tepat untuk mewakili terjemahan dari
pendidikan, di mana dalam kandungannnya menghargai intelektualitas
manusia, bukan sekedar menekankan kasih sayang, dan pendidikan

46
Ridwan Abdullah & Sani Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter Mengmbangkan
Karakter Anak Yang Islami, hal: 10
47
Halid Hanafi, La Adu, Dkk., Ilmu Pendidikan Islam, hal: 41
19

dalam term ini khusus untuk manusia.48Istilah adab dapat ditemukan


dalam hadis berikut:
‫س ِعي ُد ْب ُن‬ َ ‫َّاش َح َّدثَنَا‬ٍ ‫عي‬َ ‫ي ْب ُن‬ َ ‫ي َح َّدثَنَا‬
ُّ ‫ع ِل‬ ِ ‫َّاس ب ُْن ْال َو ِلي ِد‬
ُّ ‫الد َم ْش ِق‬ ُ ‫َح َّدثَنَا ْال َعب‬
‫َس بْنَ َمالِكٍ يُ َح ِدث ُ َع ْن‬َ ‫س ِم ْعتُ أَن‬ َ ‫ان‬ ِ ‫ث ب ُْن النُّ ْع َم‬ ُ ‫ار‬ِ ‫ارةَ أَ ْخ َب َر ِني ْال َح‬
َ ‫ع َم‬ُ
49
‫سلَّ َم قَا َل أَ ْك ِر ُموا أَ ْو ََل َد ُك ْم َوأَحْ ِسنُوا أَ َدبَ ُه ْم‬َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللا‬ ِ َّ ‫سو ِل‬
َ ‫َّللا‬ ُ ‫َر‬
“Telah menceritakan kepada kami Al 'Abbas bin Al Walid Ad Dimasyqi
telah menceritakan kepada kami Ali bin 'Ayyasy telah menceritakan
kepada kami Sa'id bin 'Umarah telah mengabarkan kepadaku Al
Harits bin An Nu'man saya mendengar Anas bin Malik dari Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Muliakanlah anak-
anak kalian dan perbaikilah tingkah laku mereka."(HR. Ibnu majah
No: 3661).

4. Darrasa-Yudarrisu
Kata pendidik juga dapat diambil dari kata darrasa-yudarrisu.
Ism fail dari kata darrasa-yudarrisu adalah mudarris. Darrasa artinya
mengajar, tadarrusu dapat dimaknai dengan membaca dan menjamin
agar tidak lupa, berlatih dan menjamin sesuatu.50
Mudarris adalah orang yang memiliki kepekaan intelektual dan
informasi, memperbarui pengetahuan dan keahliannya secara
berkelanjutan, berusaha mencerdaskan peserta didik, memberantas
kebodohan, serta melatih keterampilan sesuai dengan bakat, minat dan
kemampuan peserta didik.51Tadris adalah pendidikan yang
penekanannya dalam repeat power. Dengan mengulang-ulang belajar,
sehingga apa yang dipelajari ada yang membekas dalam pikiran, hati,

48
Sehat Sultoni Dalimunthe, Filsafat Pendidikan Islam Sebuah Bangunan Ilmu
Islamic Studies, hal: 133
49
Ibnu Majah Abu Abdullah Muhammad Bin Yazid Al-Qazawini, Sunan Ibnu
Majah, (Daru Ihya Al-Kitab Al-Arabiyyah), Bab Adab, Birrul Walid Wal Ihsan Ilal Banat,
jilid ke-2, hal: 1209
50
Lalu Muhammad Nurul Wathoni, Hadis Tarbawi Analisis Komponen-Komponen
Pendidikan Perspektif Hadis,(Nusa Tenggara Barat: Forum Pemuda Aswaja, 2020), cet_1,
hal: 30
51
Ridwan Abdullah Sani & Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter Mengmbangkan
Karakter Anak Yang Islami, hal: 11
20

dan sikap para penuntut ilmu.52Kata mudarris terkandung dalam hadis


berikut:
‫ع ْن أَ ِبي‬ َ ‫ع ْن ْاْل َ ْع َم ِش‬ َ َ‫ش ْي َبةَ َح َّدثَنَا أَبُو ُم َعا ِو َية‬
َ ‫ان ب ُْن أَ ِبي‬ ُ ‫عثْ َم‬ ُ ‫َح َّدثَنَا‬
‫سلَّ َم قَا َل َما ا ْجتَ َم َع‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللا‬ َ ِ ‫ع ْن النَّ ِبي‬ َ َ‫ع ْن أَ ِبي ه َُري َْرة‬ َ ‫ح‬ ٍ ‫صا ِل‬ َ
‫سونَهُ بَ ْينَ ُه ْم إِ ََّل‬ َ ‫َّللا َويَتَ َد‬
ُ ‫ار‬ ِ َّ ‫َاب‬َ ‫َّللا تَعَالَى يَتْلُونَ ِكت‬ِ َّ ‫ت‬ ِ ‫ت ِم ْن بُيُو‬ ٍ ‫قَ ْو ٌم فِي بَ ْي‬
ُ َّ ‫الر ْح َمةُ َو َحفَّتْ ُه ْم ْال َم ََلئِ َكةُ َوذَ َك َرهُ ْم‬
‫َّللا‬ َّ ‫غ ِشيَتْ ُه ْم‬ َ ‫س ِكينَةُ َو‬
َّ ‫علَ ْي ِه ْم ال‬
َ ‫ت‬ ْ َ‫نَزَ ل‬
53‫ن ع ْنده‬
ُ َ ِ ْ ‫ِفي َم‬
“Telah menceritakan kepada Kami Utsman bin Abu Syaibah telah
menceritakan kepada Kami Abu Mu'awiyah dari Al A'masy dari Abu
Shalih dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
beliau bersabda: "Tidaklah sebuah kaum berkumpul di dalam rumah
diantara rumah-rumah Allah ta'ala, membaca kitab Allah, dan saling
mempelajarinya diantara mereka melainkan akan turun kepada
mereka ketenangan, mereka diliputi rahmat, serta dikelilingi malaikat,
dan Allah menyebut-nyebut mereka diantara malaikat yang ada di
sisiNya." (HR. Abu Daud no: 1455)
Mendidik adalah menyempurnakan, membersihkan, menyucikan,
serta membawakan hati manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah
karena tujuan pendidikan Islam yang utama adalah upaya untuk
mendekatkan diri kepada-Nya.54Jika dilihat dari sudut pandang
tersebut, tugas pendidik menjadi sangat berat. Artinya, pendidik harus
mampu membawa manusia (peserta didik) menjadi manusia yang
dapat melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari sesuai dengan al-
Qur’an dan sunah Rasulullah, menjadi manusia yang mempunyai ilmu
pengetahuan, serta memiliki sikap dan akhlak yang baik. Untuk dapat
mewujudkan hal tersebut, seorang pendidik terlebih dahulu harus
mempunyai kemampuan, serta menguasai sikap dan ilmu pengetahuan
yang baik. Kemampuan utama yang dibutuhkan oleh pendidik adalah

52
Sehat Sultoni Dalimunthe, Filsafat Pendidikan Islam Sebuah Bangunan Ilmu
Islamic Studies, hal: 133
53
Abu Daud Sulaiman, Sunan Abu Daud, (Al-Maktabah Al-Asriyyah: Bayrut),
Kitabu As-Sholah, Bab Fi Tsawabi Qiroatil Qur’an, jilid ke-2, hal: 71
54
Ridwan Abdullah Sani & Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter Mengmbangkan
Karakter Anak Yang Islami, hal: 12
21

pendidik harus mampu memberikan pendidikan dan pengajaran yang


sesuai dengan sabda Rasulullah saw berikut.55
‫ع ْلقَ َمةُ ْب ُن َم ْرثَ ٍد‬ َ ‫ش ْع َبةُ قَا َل أَ ْخ َب َرنِي‬ ُ ‫ج ب ُْن ِم ْن َها ٍل َح َّدثَنَا‬ ُ ‫َح َّدثَنَا َح َّجا‬
‫ي‬َ ‫ض‬ ِ ‫عثْ َمانَ َر‬ ُ ‫ع ْن‬ َ ِ ‫سلَ ِمي‬ ُّ ‫الر ْح َم ِن ال‬
َّ ‫ع ْب ِد‬َ ‫ع ْن أَ ِبي‬ َ َ‫ع َب ْي َدة‬
ُ َ‫س ْع َد بْن‬ َ ُ‫س ِم ْعت‬ َ
َ‫سلَّ َم قَا َل َخي ُْر ُك ْم َم ْن تَعَلَّ َم ْالقُ ْرآن‬َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللا‬ َ ِ ‫ع ْن النَّبِي‬ َ ُ‫ع ْنه‬
َ ‫َّللا‬ُ َّ
‫ج‬ ُ ‫عثْ َمانَ َحتَّى َكانَ ْال َح َّجا‬ ُ ِ‫الر ْح َم ِن فِي ِإ ْم َرة‬ َّ ‫ع ْب ِد‬ َ ‫علَّ َمهُ قَا َل َوأَ ْق َرأَ أَبُو‬
َ ‫َو‬
56‫قعدِي هذَا‬
َ َ ْ ‫قَا َل َوذَاكَ الَّذِي أَ ْق َع َد ِني َم‬
“Telah menceritakan kepada kami Hajjaj bin Minhal Telah
menceritakan kepada kami Syu'bah ia berkata, Telah mengabarkan
kepadaku 'Alqamah bin Martsad Aku mendengar Sa'd bin Ubaidah
dari Abu Abdurrahman As Sulami dari Utsman radliallahu 'anhu, dari
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Orang yang
paling baik di antara kalian adalah seorang yang belajar Al Qur`an
dan mengajarkannya." Abu Abdirrahman membacakan (Al Qur`an)
pada masa Utsman hingga Hajjaj pun berkata, "Dan hal itulah yang
menjadikanku duduk di tempat dudukku ini."(HR. Bukhari no: 5027)
Selain menyatakan bahwa muslim yang terbaik adalah yang
mempelajari dan mengajarkan al-Qur’an, hadis tersebut juga
menjelaskan persyaratan bagi orang yang hendak memberikan
pengajaran kepada orang lain, yakni orang tersebut harus menguasai
atau membekali dirinya dengan ilmu yang akan diajarkan. Tentu saja,
ilmu yang paling bermanfaat adalah al-Qur’an. oleh sebab itu, untuk
dapat mengajarkan al-Qur’an harus terlebih dahulu belajar mengenai
al-Qur’an. hal inilah yang menjadi dasar bahwa setiap pendidik
berkewajiban untuk belajar dan membekali diri dengan ilmu
pengetahuan terutama ilmu yang akan diajarkan kepada peserta didik
agar mereka dapat memahami dan mendapatkan ilmu yang benar dari
pendidik.57

55
Ridwan Abdullah Sani & Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter Mengmbangkan
Karakter Anak Yang Islami, hal: 12
56
Muhammad Ibnu Ismail Abu Abdullah Al-Bukhori Al-Ja’fi, Shohih Al-Bukhori,
(Daru At-Tuqi An-Najah, 1422 H), Kitabu Fadoilil Qur’an, Babu Khoyrukum Man
Taallama Al-Qur’an Wa Allamahu, jilid ke-6, hal: 192
57
Ridwan Abdullah Sani &Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter Mengmbangkan
Karakter Anak Yang Islami, hal: 12
22

Pendidikan merupakan upaya yang dapat mempercepat


pengembangan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang
dibebankan padanya, karena hanya manusia yang dapat dididik dan
mendidik. Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan fisik,
mental, emosional, moral, serta keimanan dan ketakwaan manusia.58
Pada dasarnya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
bergantung pada dua unsur yang saling mempengaruhi, yakni bakat
yang dimiliki oleh peserta didik sejak lahir, dan lingkungan yang
mempengaruhi hingga bakat itu tumbuh dan berkembang. Kendatipun
dua unsur tersebut sama pentingnya, namun ada kemungkinan
pertumbuhan dan perkembangan itu disebabkan oleh bakat saja atau
pengaruh lingkungan saja.59
Pendidikan menurut John Dewey (1952 M) adalah proses
pembentukan kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional
ke arah alam dan sesama manusia. Tujuan pendidikan dalam hal ini
agar generasi muda sebagai penerus generasi tua dapat menghayati,
memahami, mengamalkan nilai-nilai atau norma-norma tersebut
dengan cara mewariskan segala pengalaman, pengetahuan,
kemampuan dan keterampilan yang melatarbelakangi nilai-nilai dan
norma-norma hidup dan kehidupan.60
Ki Hajar Dewantara (1959 M) menyatakan pendidikan adalah
daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, serta jasmani anak,
agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan
menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.61
Pendapat para pakar, dari mulai Jules Simon (1986 M),
pestalozzy (1827 M), Herbart Spencer (1903), John Dewey (1952 M),
M.J. Langeveld (1989), Ki Hadjar Dewantara (1959 M), dan
sebagainya. Dalam mendefinisikan pendidikan sangatlah beragam. Hal
ini bisa dimaklumi mengingat berbedanya latar belakang mereka dan
orientasi/tujuan yang dimaksud. Namun demikian, mereka sepakat
bahwa obyek dari pendidikan itu adalah manusia, dilaksanakan secara
58
Udin Syaefudin & Abin Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan Suatu
Pendekatan Komprehensif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), hal: 6
59
Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, hal: 3
60
Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Kritis
Multidimensional, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2015), hal: 67
61
Amos Neolaka Dan Grace Amialia A. Neolaka, Landasan Pendidikan Dasar
Pengenalan Diri Sendiri Menuju Perubahan Hidup, (Depok: Kencana, 2017), cet_1, hal: 11
23

sengaja dan penuh tanggung jawab, serta memiliki tujuan yang


jelas.Hal itu dapatlah disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu
usaha secara disengaja untuk mempersiapkan anak didik dengan
menumbuhkan kekuatan kepribadiannya baik jasmani maupun rohani
dengan menggunakan ala-alat pendidikan yang baik agar kelak
menjadi manusia dewasa yang bermanfaat bagi dirinya, masyrakatnya,
serta dapat hidup bahagia.62
Sebelum kita tinjau lebih lanjut apa yang dimaksud dengan
pendidikan, terlebih dahulu perlu kiranya diterangkan dua istilah yang
hampir sama bentuknya,yaitu paedagogie dan paedagogiek.
Paedagogie artinya, pendidikan, sedangkan paedagogiek berarti ilmu
pendidikan.63
Paedagogik atau ilmu pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang
menyelidiki, menentukan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik.
Pedagogik berasal dari kata Yunani paedagogia yang berarti pergaulan
dengan anak-anak. Paedagogos ialah seorang pelayan atau bujang pada
zaman Yunani Kuno yang pekerjaannya mengantar dan menjemput
anak-anak ke dan dari sekolah. Juga di rumahnya, anak-anak tersebut
selalu dalam pengawasan dan penjagaan dari para paedagogos itu. jadi,
nyatalah bahwa pendidikan anak-anak jadi, nyatalah bahwa pendidikan
anak-anak Yunani Kuno sebagian besar diserahkan kepada paedagogos
itu.Paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya
membimbing, memimpin). Perkataan paedagogos yang mulanya
berarti “rendah” (pelayan, bujang), sekarang dipakai untuk pekerjaan
yang mulia. Paedagog (pendidik atau ahli didik) ialah seseorang yang
tugasnya membimbing anak dalam pertumbuhannya agar dapat berdiri
sendiri.64
Di kalangan penulis Indonesia, istilah pendidikan biasanya lebih
diarahkan pada peminaan watak, moral, sikap atau kepribadian, atau
lebih mengarah pada efektif, sementara pengajaran lebih diarahkan
pada pengusaan ilmu pengetahuan atau menonjolkan dimensi kognitif
dan psikomotor. Kajian lainnya berusaha membandingkan dua istilah

62
Adi Sasono, Dkk. Solusi Islam Atas Problematika Umat (Ekonomi, Pendidikan,
Dan Dakwah), (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), hal: 122-123
63
M. Ngalim Purwanto Ilmu Pendidikan Teoretis Dan Praktis, (Bandung: Pt Remaja
Rosdakarya, 2014), hal: 3
64
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis Dan Praktis, hal: 3
24

di atas dengan istilah ta’dib, sebagaimana yang dikemukakan oleh


Syed Naquib Al-Attas (1980 M). Dari hasil kajiannya ditemukan
bahwa istilah ta’dib lebih tepat untuk digunakan dalam konteks
pendidikan Islam, dan kurang setuju terhadap penggunaan istilah
tarbiyah dan ta’lim.65Di kalangan masyarakat Indonesia akhir-akhir
ini, istilah “pendidikan” mendapatkan arti yang sangat luas. Kata-kata
pendidikan, pengajaran, bimbingan dan pelatihan, sebagai istilah-
istilah teknis tidak lagi dibeda-bedakan oleh masyarakat kita, tetapi
ketiga-tiganya lebur menjadi satu pengertian baru tentang
pendidikan.66
Pengertian pendidikan bahkan lebih diperluas cakupannya
sebagai aktivitas dan fenomena. Pendidikan sebagai aktivitas berarti
upaya yang secara sadar dirancang untuk membantu seseorang atau
sekelompok orang dalam mengembangkan pandangan hidup
(bagaimana orang akan menjalani dan memanfaatkan hidup dan
kehidupannya), sikap hidup, dan keterampilan hidup baik yang bersifat
manual (petunjuk praktis) maupun mental dan sosial. Sedangkan
pendidikan sebagai fenomena adalah peristiwa perjumpaan antara dua
orang atau lebih yangdampaknya ialah berkembangnya suatu
pandangan hidup, sikap hidup atau keterampilan hidup pada salah satu
atau beberapa pihak. Dalam konteks pendidikan Islam, berarti
pandangan hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup tersebut harus
bernafaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam yang
bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah/ Al-Hadis.

B. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan adalah sebagai seperangkat hasil pendidikan yang
tercapai oleh peserta didik setelah diselenggarakannya kegiatan pendidikan.
Seluruh kegiatan pendidikan, yakni bimbingan pengajaran dan latihan
diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam konteks ini, tujuan
pendidikan merupakan suatu komponen sistem pendidikan yang menempati
kedudukan dan fungsi sentral. Itu sebabnya, setiap tenaga kependidikan perlu

65
Muhaimin Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektikan Pendidikan Agama
Islam Di Sekolah Hal: 37
66
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektikan Pendidikan Agama
Islam Di Sekolah, hal: 37
25

memahami dengan baik tujuan pendidikan, supaya berupaya melaksanakan


tugas dan fungsinya untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditentukan.67
Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang bertujuan
mempersiapkan manusia Indonesia menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berikut ini dijabarkan tujuan
pendidikan yang diajarkan dalam al-Qur’an.

1. Menyiapkan setiap pribadi muslim untuk dapat beribadah kepada


Allah. Segala sesuatu yang dilakukan harus diniatkan hanya kepada
Allah menjadi ibadah kepada-Nya. Allah menyatakan bahwa dasar dari
penciptaan manusia itu sendiri adalah untuk selalu beribadah kepada-
Nya, sebagaimana ayat berikut.68
ِ ‫س ِإ ََّل ِل َي ْعبُد‬
‫ُون‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِج َّن َو‬
َ ‫اْل ْن‬
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.”(QS. Adz-Zariyat ayat 56).

2. Menjadikan seluruh ilmu yang dimiliki sebagai landasan untuk berpikir


tentang kekuasaan Allah. Dalam hal ini, hendaknya manusia senantiasa
menjadikan ilmu yang diperoleh untuk lebih mendekatkan dirinya
kepada Allah. Buya Syarif Maarif pernah berkata, “Terasalah
kekecilan diri ini berhadapan dengan luas dan dalamnya lautan jelajah
ilmu yang hendak dilayari.” Ungkapan ini sungguh memberikan
gambaran bahwa ilmu yang kita milliki seberapa pun banyaknya, tidak
akan sebanding dengan besarnya lautan ilmu. Sementara itu, lautan
ilmu adalah sebagian kecil dari tanda kekuasaan Allah. Allah
mengetahui apa pun yang ada di langit dan di bumi, sebagaimana
dinyatakan dalam ayat berikut.69

67
Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, hal: 4
68
Ridwan Abdullah Sani & Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter Mengmbangkan
Karakter Anak Yang Islami, hal: 14
69
Ridwan Abdullah Sani & Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter Mengmbangkan
Karakter Anak Yang Islami, hal: 14
26

َ‫ب ِإ َّن ذَلِك‬ ِ ‫اء َو ْاْل َ ْر‬


ٍ ‫ض ِإ َّن ذَلِكَ فِي ِكتَا‬ ِ ‫س َم‬ َ َّ ‫أَلَ ْم تَ ْعلَ ْم أَ َّن‬
َّ ‫َّللا َي ْعلَ ُم َما فِي ال‬
‫ير‬ ِ َّ ‫علَى‬
ٌ ‫َّللا يَ ِس‬ َ

“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah


mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya
yang demikian itu terdapat dalam sebuah Kitab (Lauh mahfuzh).
Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.”(QS. al-Hajj
ayat 70).

Patut kita sadari bahwa ilmu yang dimiliki oleh makhluk


sangatlah tidak sebanding dengan ilmu Allah, sebagaimana firman
Allah dalam ayat berikut.70

َ ‫ش َج َرةٍ أَ ْق ََل ٌم َو ْالبَح ُْر يَ ُم ُّدهُ ِم ْن بَ ْع ِد ِه‬


‫س ْب َعةُ أَ ْب ُح ٍر‬ َ ‫ض ِم ْن‬ ِ ‫َولَ ْو أَنَّ َما فِي ْاْل َ ْر‬
‫يز َح ِكي ٌم‬ ٌ ‫ع ِز‬ َ َّ ‫َّللا ِإ َّن‬
َ ‫َّللا‬ ْ ‫َما نَ ِف َد‬
ِ َّ ُ‫ت َك ِل َمات‬

“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut


(menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah
(kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat
Allah[1183]. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana."(QS. Luqman ayat 27).
Tujuan pendidikan juga sebagai motivator bagi individu. Pendidikan
bukan sekedar menjadi orientasi secara kelembagaan, melainkan juga
menjadi motivasi bagi setiap individu yang terlibat di dalam dunia
pendidikan. Tanpa ada tujuan yang jelas, pendidikan tidak akan
menghasilkan pribadi yang cerdas dan dewasa, sebab mereka tidak tahu ke
mana dan untuk apa itu, tujuan pendidikan yang jelas akanmeningkatkan

70
Ridwan Abdullah Sani & Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter Mengmbangkan
Karakter Anak Yang Islami, hal: 14
27

motivasi individu dalam menghayati tugas-tugasnya sesuai dengan


kedudukannya di dalam lembaga pendidikan.71
Tujuan pendidikan berhubungan erat dengan tujuan dan pandangan
hidup si pendidik sendiri. Bahwa mendidik itu diperlukan suatu syarat yang
mutlak: si pendidik sendiri harus telah memiliki (mempersatukan diri
dengan) norma-norma yang tertentu sehingga ia dapat disebut orang yang
berkepribadian. Segala yang diperbuatnya terhadap anak, dalam keadaan
yang demikian oleh pendidik, baru dapat dikatakan mempunyai tujuan
sendiri yang tegas di dalam hidupnya. Seorang pendidik tidak akan tahu ke
mana anak akan dibawanya (dididik) jika tidak mengetahui jalan hidupnya:
ingatlah kata-kata yang terkenal dalam pedagogik “Pendidik tidak dapat
memebrikan sesuatu kepada anak didiknya, kecuali hanya apa yang ada
padanya”. Seorang ayah yang ateis, umpamanya, tidak mungkin mendidik
anaknya agar berbakti dan taat kepada perintah-perintah Tuhan.72Seorang
guru yang miskin perasaan sosialnya, tidak akan mampu memasukkan
perasaan sosial yang sebenarnya kepada anak didiknya. Seorang ibu yang
berperasaan lemah lembut dan kasih sayang, tentu akan lebih mudah
mendidik anak-anaknya menjadi orang yang berperasaan halus dan cinta
sesama manusia daripada seorang ibu yang kasar dan keras tingkah lakunya,
dan sebaginya.73
C. Jenis Kelembagaan Pendidikan Anak
Masa emas (golden age) perkembangan, ialah masa usia dini (masa
lahir sampai delapan tahun) sebagai saat kritis dalam rentang perkembangan
telah dipahami oleh banyak orang tua dan masyarakat. Dampaknya adalah
pendidikan anak usia dini (PAUD) mengalami perkembangan pesat. Hal ini
ditandai dengan terus bertambahnya jumlah lembaga PAUD dijalur formal
dan nonformal. Pada jalur formal terdapat Taman Kanak-kanak (TK) dan
Raudatul Atfal (RA). Pada jalur nonformal terdapat kelompok bermain
(KB/Kober), taman penitipan anak (TPA) dan PAUD sejenis lainnya dengan

71
Doni Koesoema A Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak Di Zaman Global,
(Jakarta: Kompas Grasindo, 2010), Hal: 66
72
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis Dan Praktis, hal: 19
73
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis Dan Praktis, hal: 20
28

nama yang bervariasi. Lembaga dikedua jalur ini saat ini banyak
bermunculan.74
Permulaan anak memasuki lingkungan sekolah, maka pada waktu
itulah permulaan anak mengenal sekolah. Anak akan mengenal sekolah
sebagai tempat berkumpulnya anak-anak dari berbagai latar belakang
kehidupan. Anak yang pada mulanya belum saling mengenal antara satu
dengan yang lainnya, beberapa hari kemudian sudah saling mengenal dalam
ruang lingkup pergaulan yang terbatas, hanya anak-anak tertentu yang
dikenal oleh anak, terutama anak-anak sekelasnya. Rasa kesendirian mulai
menjauhi anak dan berubah menjadi kehidupan sekolah yang menyenangkan.
Begitulah perubahan pergaulan sosial anak di sekolah.75

1. Taman Kanak-kanak
Taman Kanak-kanak (TK) merupakan salah satu lembaga
pendidikan anak usia dini pada jenjang formal. Berdasarkan Undang-
undang Nomor 2 Tahun 1089 dikemukakan beberapa ayat yang terkait
dengan penyelenggaraan TK di antaranya adalah sebagai berikut:76
a. Pasal 5 ayat 1 menyatakan bahwa “Taman kanak-kanak merupakan
salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang terdapat pada jalur
pendidikan sekolah.
b. Pasal 6 ayat 1 menyatakan bahwa “Taman Kanak-kanak merupakan
pendidikan prasekolah yang menyelenggarakan pendidikan dini
bagi anak usia 4 tahun sampai 6 tahun.

Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 28


menyatakan bahwa Taman Kanak-kanak sebagai salah satu lembaga
pendidikan anak usia dini yang terdapat di jalur formal. Makna formal
dapat juga diartikan bahwa TK harus memenuhi beberapa persyaratan
dalam menyelenggarakan pendidikannya, seperti kurikulum yang

74
Anita Yus, Model Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana, 2011), cet_1,
hal: 1
75
Maliki, Bimbingan Konseling Di Sekolah Dasar Suatu Pendekatan Imajinatif,
(Jakarta: Kencana, 2016), cet_1, hal: 51
76
Ratnawilis, Buku Panduan Administrasi Kelas Bagi Guru Taman Kanak-Kanak
(TK), (Sidoarjo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2019), cet_1, hal: 1
29

berstruktur, tenaga pendidik (guru), tata administrasi, serta sarana dan


prasarana.77

2. Sekolah Dasar
Sekolah Dasar (SD) adalah bagian terpadu dari sistem
pendidikan nasional yang berlangsung selama 6 tahun di Sekolah
Dasar (SD) dan selama 3 tahun di sekolah lanjutan tingkat pertama
(SLTP) atau satuan pendidikan sederajat. Pada usia enam tahun, anak
memasuki jenjang pendidikan formal, dengan tanpa melalui
pendidikan prasekolah (Taman Kanak-kanak). Untuk menjelaskan apa
yang dikatakan dalam PP Nomor 28 Tahun 1992 tentang Pendidikan
Dasar, Bab IV F dalam kurikulum 1994/1995, dikatakan bahwa
perencanaan program bimbingan belajar dan bimbingan karier
ditekankan pada upaya bimbingan belajar tentang cara belajar,
memahami dunia kerja dan mengembangkan kemampuan untuk
membuat perencanaan serta kemampuan untuk mengambil keputusan.
Perencanaan bimbingan ditujukan pada persiapan siswa untuk
melanjutkan ke pendidikan menengah atau memasuki lapangan kerja.78
Masa usia sekolah dasar secara kronologis, siswa sekolah dasar
pada umumnya berusia 6 sampai 13 tahun atau sampai tiba saatnya
individu menjadi matang secara seksual. Masa sekolah harus diartikan
bahwa anak periode ini sudah menampakkan kepekaan untuk belajar.
Hal ini sesuai dengan sifat ingin tahu dari anak dengan makin
meluasnya daerah eksplorasi. Dalam satu permulaan periode
persekolahaan ini ialah sikap anak terhadap lingkungan (keluarga)
tidak egosentris, melainkan objektif dan empiris. Jadi telah ada sikap
intelektualitas. Inilah sebabnya periode ini disebut juga masa
intelektual atau masa keserasian bersekolah. Pada masa keserasian
bersekolah ini secara relatif anak-anak lebih mudah dididik daripada
sebelumnya.79

77
Ratnawilis, Buku Panduan Administrasi Kelas Bagi Guru Taman Kanak-Kanak
(TK), hal: 1
78
Maliki, Bimbingan Konseling Di Sekolah Dasar Suatu Pendekatan Imajinatif, hal:
52
79
Maliki, Bimbingan Konseling Di Sekolah Dasar Suatu Pendekatan Imajinatif, hal:
56
30

Dalam mencapai tujuan pendidikan nasional di atas, tujuan


umum pendidikan Sekolah Dasar memberikan bekal kemampuan dasar
kepada peserta didik, yaitu:
a. Mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota
masyarakat, warga negara, dan anggota umat manusia.
b. Mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan
menengah.
Adapun tujuan khusus pendidikan di Sekolah Dasar, yaitu
memberikan bekal dan persiapan kepada murid untuk melanjutkan
pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi (tujuan pendidikan ini
merupakan ciri khas atau karakteristik murid Sekolah Dasar, selain
tujuan yang merupakan kekhususan adalah peserta didik).80

3. Madrasah Ibtidaiyah
Sejarah panjang pertumbuhan madrasah sejak pertumbuhan dan
perkembangannya yang diprakarsai masyarakat, kemudian diserap
dalam program pemerintah dengan berdirinya Kementrian Agama RI,
dan memperoleh pengakuan kesederajatan dengan sekolah umum
lainnya pada tahun 1974. Melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, posisi madrasah diakui
sama dengan sekolah umum, namun pengelolaan dan pembinaannya
tetap dibawah Kementrian Agama.81
Kurikulum madrasah ibtidaiyah (MI) yang memiliki beban lebih
berat dibandingkan dengan sekolah dasar di mana memiliki tambahan
mata pelajaran Bahasa Arab, Al-Qur’an Al-Hadis, Aqidah Akhlak,
Fiqih, dan Sejarah Kebudayaan Islam sebagai sebuah keharusan pada
sekolah yang bercirikan Islam. Dengan adanya tambahan mata
pelajaran tersebut, seharusnya ada penambahan jam belajar bagi siswa
madrasah antara 10-14 jam pelajaran dalam satu minggu. Sehingga
meskipun beban mata pelajaran pada madrasah itu lebih banyak,
namun dengan tersedianya waktu belajar yang cukup, maka lulusan
madrasah akan lebih unggul dalam bidang keagamaannya dan mampu
bersaing dalam meraih mutu pendidikan dalam bidang ilmu

80
Maliki, Bimbingan Konseling Di Sekolah Dasar Suatu Pendekatan Imajinatif, hal:
56-57
81
Dede Rosyada, Madrasah Dan Profesionalisme Guru Dalam Arus Dinamika
Pendidikan Islam Di Era Otonomi Daerah, (Depok: Kencana, 2017), cet_1, hal: 20
31

pengetahuan umumnya yaitu, matematika, sains, dan lainnya, sehingga


memiliki daya saing yang kuat dalam meraih kesempatan studi lanjut,
pada tingkat lokal, nasional, dan global.82

D. Fase Perkembangan Anak

1. Masa Perkembangan Dalam Kandungan


Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu
menstruasi terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan). Istilah
medis untuk wanita hamil ialah gravida, adapun manusia di dalamnya
disebut embrio (minggu-minggu awal) dan kemudian janin (sampai
kelahiran). Seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya disebut
primigravida atau gravida 1. Seorang wanita yang belum pernah hamil
dikenal sebagai gravida 0.83

2. Awal Proses Kehamilan


Masa pralahir merupakan masa yang berlangsung sejak konsepsi
(betemunya sel telur dan sperma) sampai anak lahir.84 Pembuahan
terjadi karena bertemunya ovum (sel telur) dengan sperma (sel kelamin
jantan) akan menghasilkan zigot. Selanjutnya, zigot segera tumbuh dan
memasuki rongga rahim.85 Setelah empat hingga enam hari (akhir
minggu pertama) setelah pembuahan, zigot akan tumbuh membentuk
embrio.86
Kurang lebih sekitar 7-10 hari setelah pembuahan, sel telur yang
telah dibuahi akan masuk dan menempel di selaput dalam rahim. Pada
sekitar hari kelima, sel telur yang telah dibuahi dan keluar dari indung
telur sudah berbentuk sebagai satu garis. Pertama yang terbentuk ialah
saraf. Perkembangan berikutnya terbagi dua yaitu otak dan sumsum.
Segera setelah ini cikal bakal organ tubuh yang penting seperti jantung,
pembuluh darah, oto, sudah mulai terbentuk.87

82
Dede Rosyada, Madrasah Dan Profesionalisme Guru Dalam Arus Dinamika
Pendidikan Islam Di Era Otonomi Daerah, hal: 24
83
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, hal: 126
84
Singgih D. Gunarsa Dan Yulia Singgih D. Gunarsih,Psikologi Perkembangan Anak
Dan Remaja, hal: 7
85
Saktiyono, Ipa Biologi Smp Dan Mts, (Esis, 2004), jilid ke2, hal: 22
86
Mikrajuddin, Saktiyono, Dkk. Ipa Terpadu Smp Dan Mts, (Esis, 2004), Hal: 22
87
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, hal: 127
32

Di lain pihak, plasenta (ari-ari) yang berfungsi menyelimuti janin


selama proses kehamilan juga sudah mulai terbentuk. Sampai usia
kehamilan tiga minggu ini janin masih belum dapat dideteksi. Pada
saat Ini kepala bayi masih tampak seperti ekor saja.88

3. Tumbuh Kembang Janin


Masa perkembangan embrio sejak saat pembuahan hingga saat
kelahiran disebut masa kehamilan, masa kehamilan selama sembilan
bulan. Setelah tampak sebagai manusia di dalam rahim disebut janin.89
a. Tahap Perkembangan Janin
1) Tahap Pra Embrionik
Pada masa ini hasil dari peleburan sel telur dan sel sperma
terbentuk noktah yang disebut zigot. Zigot akan membelah diri
dan membenamkan diri pada rahim.90
2) Masa Embrionik
Masa embrio berlangsung dari perkembangan minggu
keempat hingga minggu kedelapan dan merupakan masa
terbentuk jaringan dan sistem organ dari masing-masing lapisan
madigah. Sebagi akibat perbentukan organ, maka cicri-ciri utama
bentuk tubuh mulia jelas terlihat.91
3) Tahap Fetus
Tahap ketiga yang berlangsung sejak kehamilan bulan
kedelapan dan berakhir hingga masa kelahiran, disebut sebagai
fetus. Ciri khusus pada tahapan ini adalah terlihatnya fetus yang
sudah menyerupai manusia, dengan wajah, kedua tangan, dan
kakinya. Meskipun pada awalnya memiliki panjang 3 cm, ke
semua organnya telah tampak. Tahap ini berlangsung selama
kurang lebih 30 pekan, dan perkembangan berlanjut hingga
pekan kelahiran.92

88
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, hal: 127
89
Rachmat, Ringkasan Pengetahuan Alam Untuk Sekolah Dasar Dan Madrasah
Ibtidaiyah, (Grasindo), hal: 25
90
Windya Novita, Serba-Serbi Anak Yang Perlu Diketahui Seputar Anak Dari
Dalam Kandungan Hingga Masa Sekolah (Tinjauan Psikologis Dan Kedokteran), (Jakarta:
PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, 2007), hal: 3
91
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, hal: 128
92
Abdul Syukur Al-Azizi, Hadis-Hadis Sains, (Yogyakarta: Laksana, 2018), cet_1,
hal: 86-87
33

b. Masa Perkembangan Janin


Perkembangan janin dimulai dari awal bulan ketiga hingga
akhir kehidupan rahim janin dikenal sebagai masa janin. Selama
bulan ketiga wajah semakin menyerupai manusia. Pada akhir bulan
kesembilan kepala telah mendapat ukuran-ukran lingkaran terbesar
pasa semua bagian tubuh. Pada saat berakhir, berat badan janin
3.000-3.400 g. PBB-nya kira-kira 36 ons, dan PPT kira-kira 50 cm,
ciri-cirinya jelas, dan testis seharusnya telah ada dalam skrotum.93
Di dalam rahim ternyata janin bisa belajar, merasa, dan
mengetahui perbedaan antara terang dan gelap, bayi pralahir mampu
memperhatikan suara ibu, ayah, saudara, kakek, dan nenek atau
mendengar suara musik, merasa sentuhan di perut ibu, bahkan
merasakan perubahan emosi sang ibu. Jani telah bereaksi terhadap
dari luar dimulai sejak awal kehidupannya yang ditunjukkan dengan
kemampuan janin mengadakan tingkah laku spontan atau perilaku
berulang (habituasi), seperti menghisap jari maupun bereaksi
terhadap suara-suara dari luar perut ibunya.94

4. Perkembangan Masa Bayi


Masa bayi ini dibagi menjadi dua tahap perkembangan. Tahap
pertama antara usia 1-12 bulan. Pertumbuhan dan perkembangan pada
masa ini dapat berlangsung secara terus-menerus, khususnya dalam
peningkatan susunan saraf. Tahap kedua usia 1-2 tahun. Kecepatan
pertumbuhan pada masa ini mulai menurun dan terdapat percepatan
pada perkembangan motorik.95
Aspek-aspek yang berkembang pada masa bayi sebagai berikut:
a. Fisik
Pertumbuhan fisik dalam ukuran, berat badan, dan perbedaan
ciri fisik secara bertahap bekerja dari atas ke bawah, contohnya dari
kepala ke kaki, leher ke bahu, ke batang tubuh bagian tengah, dan

93
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, hal: 131
94
Herdina Indrijsti, Psikologi Perkembangan Dan Pendidikan Anak Usia Dini
Sebuah Bunga Rampai, (Jakarta: Kencana, 2016), cet_2, hal: 4
95
A. Aziz Alimul Hidayat, Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan
Kebidanan, (Jakarta: Penerbit Salemba Medika, 2008), hal: 15
34

seterusnya. Pola yang sama terjadi di daerah kepala, yaitu bagian


atas kepala (mata dan otak) tumbuh lebih cepat dari pada bagian di
bawahnya seperti janggut. Demikian pula perkembangan sensorik
dan motorik. Contohnya, bayi melihat objek sebelum dapat
mengendalikan tubuhnya, dan menggunakan tangan jauh sebelum
dapat merangkak dan berjalan.96
b. Psikologis
Secara psikologis, pada masa bayi terjadi pembentukan pola-
pola fundamentalis dan kebiasaan mengenali wajah orang-orang
yang berarti bagi dirinya. Mulai merasakan sentuhan oleh orang-
orang tertentu. menurut piaget, anak hingga umur kurang lebih 2
tahun belum tampak adanya mediasi dalam arti aktivitas pikir yang
intern. Semua tingkah laku anak harus dipikir sebagi hal yang
diterima secara sensori dan suatu reaksi yang motorik saja. Oleh
karena itu, Piaget membedakan dua tahap perkembangan intelegensi
pada manusia yaitu sensori motor (sejak lahir sampai dua tahun) dan
tahap konseptual (usia dua tahun sampai dewasa).97
c. Motorik
Perkembangan motorik kasar pada usia ini dimulai dengan
kemampuan mengangkat kepala saat tengkurap, mencoba duduk
sebentar dengan ditopang, mampu duduk dengan kepala tegak, jatuh
terduduk dipangkuan ketika disokong pada posisi berdiri, kontrol
kepala sempurna, mengangkat kepala sambil berbaring terlentang,
berguling dari telentang ke miring, posisi lengan dan tungkai kurang
fleksi, dan berusaha untuk merangkak.98
d. Perkembangan Bicara
Sebelum mampu berbicara, bayi lebih dahulu dapat mengerti
apa yang dikatakan tanpa bereaksi dengan kata hanya dengan
ekspresi dan gerakan. Oleh karena itu, mimik dan eksprsi bayi juga
dapat dimengerti setelah usia tiga bulan. Menurut Terman dan
Merril, rata-rata bayi dapat bereaksi terhadap perintah-perintah pada
usia kurang lebih dua tahun. Rata-rata bayi belajar meyampaikan

96
Christiana Hari Soetjiningsih, Seri Psikologi Perkembangan Anak Sejak
Pembuahan Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir, (Jakarta: Kencana, 2012), cet_ke3, hal: 77
97
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, hal: 170
98
A. Aziz Alimul Hidayat, Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan
Kebidanan, hal: 20
35

kebutuhan-kebutuhan dan keinginan pada usia tahun-tahun pertama


yang disebut dengan komunikasi prabicara. Bentuk-bentuk pra
bicara ini antara lain: menangis, berceloteh, isyarat, dan ungkapan-
ungkapan emosi.99
e. Perkembangan Emosi
Ketika lahir, emosi bayi ditunjukkan dalam bentuk yang
sangat sederhana dan cenderung tidak bisa dibedakan. Seiring
dengan bertambahnya usia, reaksi emosional bayi mulai dapat
dibedakan dan muncul karena berbagai jenis rangsangan.100Pada
bayi terdapat pola emosi tertentu yang bersifat umum seperti
kemarahan (menjerit, meronta, menendang, mengibaskan tangan,
memukul), rasa ingin tahu tentang mainan baru.
Masa bayi ini banyak disebut-sebut sebagai berlangsung dari
saat bayi lahir sampai berumur 2 tahun. Untuk masa ini adalah lebih
penting mengetahui bagaimana proses bayi itu lahir dari pada kapan
atau jam berapa bayi tiu lahir karena dengan mengetahui proses
kelahiran tersebut dapat diketahui sedikit banyak tentang status
perkembangan anak ini untuk dapat menentukan tindak lanjut,
misalnya apakah bayi lahir dengan bantuan alat-alat (seperti
forceps, vacum dan lain-lain), apakah bayi langsung menangis,
adalah gejala-gejala tertentu seperti bayi berwarna kuning, gerakan
anggota badan bayi tertentu dan seterusnya.101
Beberapa ciri di bawah ini merupakan manifestasi dari adanya
proses perkembangan pada bayi:102
1) Adanya perkembangan fisik nampak dari makin bertambahnya
ukuran panjang dan berat badan bayi.
2) Perkembangan motorik nampak dari adanya respon bayi terhadap
rangasang berupa gerakan seluruh tubuh dan refleks-refleks ini
perlu ada antara lain digunakan untuk perlindungan, untuk
mencari sumber makanan, dan untuk memulai mengamati dunia.
Keterampilan motorik terjadi secara bertahap mulai dari

99
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, hal: 171
100
Nia Nurdiansyah, Buku Pintar Ibu & Bayi Panduan Lengkap Merawat Buah Hati
Dan Menjadi Orangtua Cerdas, (Jakarta: Bukune, 2011), cet_1, hal 258
101
Singgih D. Gunarsa, Dkk. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, (Jakarta:
Gunug Mulia, 2008), hal: 8-9
102
Singgih D. Gunarsa, Dkk. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, hal: 9-10
36

mengangkat kepala, dada, telungkup, merangkak, duduk, berdiri,


berjalan dan seterusnya.
3) Perkembangan berpikir (kognitif) pada bayi ditandai oleh
penyaratan rasa ingin tahu.
4) Pada masa ini pula terjadi permulaan dari perkembangan bicara.
5) Perkembangan emosi dan sosial: mula-mula emosi tenang atau
senang dan terangsang timbul sehubungan dengan rangsangan
fisik (misalnya bayi kenyang dan merasa nyaman nampak tubuh
mengendor, tidur nyenyak, berceloteh, dan tertawa).

5. Masa Anak Pra-Sekolah


Masa ini disebut juga masa kanak-kanak awal, terbentang antara
umur 2-6 tahun, beberapa ciri perkembangan pada masa ini adalah:

a. Perkembangan motorik: dalam uraian ini akan difokuskan pada


perkembangan anak usia di bawah lima tahun atau disebut juga anak
usia dini. Dimulai pada usia 0 sampai 3 tahun yang
perkembangannya cukup cepat, pertambahan berat badan yang
perbandingannya sangat signifikan. Pada masa ini anak belajar
tengkurap, duduk, merangkak, berdiri, dan berjalan. Anak belajar
memegang benda dengan tangannya, memindahkan satu benda dari
satu tangan ke tangan yang lain serta memanipulasi benda yang ada
di sekitarnya. Pada usia 3-5 tahun, anak menjadi halus dan lebih
terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak-anak terlihat
lebih cepat dalam berlari dan pandai meloncat serta mampu
menjaga keseimbangan badannya.103

b. Perkembangan bahasa dan berpikir pada anak usia 2 sampai 6 tahun


sebagai berikut:
1. Membaca pura-pura dengan melihat gambar.
2. Bisa meniru semua kata yang diucapkan mengerti perkataan
orang lain.
3. Sudah bisa mengucapkan empat kata
4. Suka berceloteh menyebut nama anggota keluarga

103
Herdina Indrijati, Psikologi Perkembangan Dan Pendidikan Anak Usia Dini
Sebuah Bunga Rampai, hal: 27-28
37

5. Sudah mulai mengerti pembicaraan orang lain


6. Fantasi berbicara sendiri di telepon
7. Senang mendengar cerita
8. Pada umur terakhir umur tahun amak sudah bisa bicara
dengan orang dewasa lancar, bisa membaca sendiri.104

c. Perkembangan sosial: dunia pergaulan anak menjadi bertambah


luas. Keterampilan dan penguasaan dalam bidang fisik, motorik,
mental, emosi, sudah lebih meningkat.105Anak makin ingin untuk
melakukan bermacam-macam kegiatan. Pada masa ini anak
dihadapkan pada tuntunan sosial dan susunan emosi baru. Bila
orang tua atau lingkungan memberi cukup kebebasan dan
kesempatan untuk melakukan kegiatan, mereka mau menjawab
pertanyaan anak dan tidak menghambat fantasi dan kreasi dalam
bermain, dalam diri anak akan berkembang Inisiatif, sebaliknya,
karena pada masa ini mulai juga terpupuk kata hati, maka bila
ajaran moral dan disiplin ditanamkan terlalu keras dan kaku, pada
anak akan timbul perasaan bersalah, (menurut Erikson terjadi krisis
antara inisiatif dengan rasa bersalah).106

Siapakah yang disebut anak-anak? Dalam buku Psikologi


Perkembangan, diberikan dua kategori dengan batasan usia yang jelas,
yaitu: awal masa kanak-kanak, usia 2-6 tahun, dan akhir masa kanak-
kanak, 6-10 atau 12 tahun.107
Di atas itu semua, anak juga mulai belajar etika dan etiket, yakni
persoalan benar-salah, baik-buruk, kepantasan (sopan-santun), serta
keindahan. Anak mulai belajar bersosialisasi saat berinteraksi dengan
orang-orang di luar keluarga inti.108

104
Masnipal, Siap Menjadi Guru Dan Pengelola Paud Profesional (Pijakan
Mahasiswa, Guru & Pengelola TK/RA/KB/TPA), (Jakarta: Penerbit PT Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia, 2014), hal: 155-156
105
Singgih D. Gunarsa, Dkk. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, hal: 12-13
106
Singgih D. Gunarsa, Dkk. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, hal: 13
107
L. Prasetya, Joko Warwanto, Dkk., Dasar-Dasar Pendampingan Iman Anak,
(Kanisius: Yogyakarta, 2008), cet_2, hal: 16
108
Jatie K. Pudjibudojo, Dkk., Bunga Rampai Psikologi Perkembangan: Memahami
Dinamika Perkembangan Anak, Hal: 5
38

6. Masa Anak Sekolah (Umur 6-12 Tahun)


Tahap usia ini disebut juga sebagai kelompok (gangage), di
mana anak mulai mengalihkan perhatian dan hubungan intim dalam
keluarga ke kerjasama antar teman dan sikap-sikap terhadap kerja atau
belajar.109
Akhir masa kanak-kanak atau masa anak sekolah ini berlangsung
dari umur 6 tahun sampai umur 12 tahun. Selanjutnya masa kanak-
kanak akhir atau masa anak sekolah ini dinamakan dengan masa
intelektual, di mana anak-anak telah siap untuk mendapatkan
pendidikan di sekolah dan perkembangannya berpusat pada aspek
intelek. Masa ini juga disebut sebagai masa timbulnya sense of
accomplishment di mana anak-anak pada masa ini merasa siap untuk
menerima tuntutan yang dapat timbul dari orang lain dan
melaksanakan dan menyelesaikan tuntutan itu. kondisi inilah kiranya
yang menjadikan anak-anak masa ini memasuki masa keserasian untuk
bersekolah.110
Pada masa anak sekolah ini, anak-anak membandingkan dirinya
dengan teman-temannya di mana ia mudah sekali dihinggapi ketakutan
akan kegagalan dan ejekan teman. Bila pada masa ini ia sering gagal
dan merasa cemas, akan tumbuh rasa rendah diri, sebaliknya bila ia
tahu tentang bagaimana dan apa yang perlu dikerjakan dalam
menghadapi tuntunan masyarakatnya dan ia berhasil mengatasi
masalah dalam hubungan teman dan prestasi sekolahnya, akan timbul
motivasi yang tinggi terhadap karya dengan lain perkataan terpupuklah
“industry”.111 Dengan memasuki dunia sekolah dan masyarakat, anak-
anak dihadapkan pada tuntutan sosial yang baru, yang menyebabkan
timbulnya harapan-harapan atas diri sendiri (self-expectation) dan
aspirasi-aspirasi baru, dengan lain perkataan akan muncul lebih banyak
tuntutan dari lingkungan maupun dari dalam anak sendiri yang
kesemuanya ingin dipenuhi.

109
Singgih D. Gunarsa, Dkk. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, hal: 13
110
Encep Sudirjo Dan Muhammad Nur Alif, Pertumbuhan Dan Perkembangan
Motorik Konsep Perkembangan Dan Pertumbuhan Fisik Dan Gerak Manusia, (Sumedang:
UPI Sumedang Press, 2018), cet_1, hal: 9
111
Singgih D. Gunarsa, Dkk. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, hal: 13-14
39

Beberapa ketrampilan yang perlu dimiliki anak pada fase ini


meliputi antara lain:112
a. Ketrampilan menolong diri sendiri misalnya dalam hal mandi,
berdandan, makan, sudah jarang atau bahkan tidak perlu ditolong
lagi.
b. Ketrampilan bantuan sosial: anak mampu membantu dalam tugas-
tugas rumah tangga seperti menyapu, memberikan rumah, mencuci
dan sebagainya. Partisipasi mereka akan menumpuk perasaan diri
berguna dan sikap kerja-sama.
c. Ketrampilan sekolah: meliputi penguasaan dalam hal akademik dan
non akademik (misalnya menulis, mengarang, matematika, melukis,
menyanyi, prakarya dan sebagainya).
d. Ketrampilan bermain: meliputi ketrampilan dalam berbagai jenis
permainan seperti antara lain main bola, mengendarai sepeda,
sepatu roda, catur, bulu tangkis dan lain-lain.

Usia 6-12 tahun disebut sebagai periode sekolah bahasa ibu


karena pada periode ini anak baru mampu menghayati setiap
pengalaman dengan pengertian bahasa sendiri atau bahasa ibu. Bahasa
ibu dipakai sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan orang lain
yaitu untuk mendapatkan impresi dari luar berupa pengasuh, sugesti
serta transmisi cultural dari orang dewasa juga dipakai untuk
mengekspresikan kehidupan batinnya kepada orang lain.113
Pada jenjang usia 6-12 tahun, anak biasanya baru mengenal tiga
lingkungan di luar dirinya, yaitu lingkungan kelurga, lingkungan
teman-teman, dan lingkungan luar rumah (sekolah, taman bermain, dan
sebagainya). Dunia pertemenan merupakan dunia kedua di luar orang
tua yang sangat penting bagi pertumbuhan anak. untuk itu orang tua
perlu berupaya mendorong anak agar mampu membentuk pertemanan
yang baik dan sehat.114

112
Singgih D. Gunarsa, Dkk. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, hal: 14
113
Siti Muri’ah & Khusnul Wardan, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja,
hal: 14-15
114
Erwin Parengkuan, Alexander Sriewijono, Dkk., Talkinc Points For Parents
Menjadi Teman Berlatih Anak Untuk Mengenali Diri, Menggali Mimpi, Dan
Mengekspresikan Dirinya, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010),hal: 68
40

Pada masa akhir sekolah, karena tujuan utama masa ini adalah
diakui sebagai anggota dari suatu kelompok, maka biasanya anak-anak
cenderung lebih senang memilih aturan-aturan yang ditetapkan
kelompoknya dari pada apa-apa yang diatur oleh orang tuanya
(misalnya dalam cara berpakaian, berdandan, berbicara, bertingkah
laku dan sebagainya).115
Melalui pengasuhan di rumah dan pergaulan sosial sehari-hari
anak belajar bagaimana berinteraksi dengan orang lain, bagaimana ia
menemukan identitas diri dan peran jenis kelaminnya, bagaimana
melatih otonomi, sikap mandiri dan berinisiatif, bagaimana belajar
mengatasi kecemasan dan konflik secara tepat, bagaimana
mengembangkan moral dan kata hati yang benar dan serasi.116

115
Singgih D. Gunarsa, Dkk. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, hal: 15
116
Singgih D. Gunarsa, Dkk. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, hal: 15
41
42

BAB III
TERM ANAK DAN PENDIDIKAN FASE PERKEMBANGAN ANAK
DALAM AL-QUR’AN

Pembahasan tentang anak tidak lepas dari pembicaraan mengenai


pendidikan anak. oleh karena itu, untuk mengetahui bimbingan atau petunjuk
al-Qur’an tentang anak dapat menelusuri ayat-ayat al-Qur’an yang berkenaan
dengan objek maupun aktivitas anak.
Siapa yang disebut anak itu? Untuk menjawab pertanyaan ini kita
dapat merujuknya pada al-Qur’an. Jika kita mencoba memperhatikan ayat-
ayat al-Qur’an dengan saksama, maka kita akan menemukan beberapa istilah
anak di dalamnya. Dalam al-Qur’an istilah anak diungkapkan dengan
beberapa istilah di antaranya adalah:
1. Al-Dzurriyyah
Kata al-dzurriyyah secara harfiyah (bahasa) diartikan sebagai
anak, cucu, atau keturunan.117 Allah berfirman dalam al-Qur’an:

‫الر ِج ِيم‬
َّ ‫ان‬
ِ ‫ط‬ َّ ‫س َّم ْيت ُ َها َم ْريَ َم َو ِإنِي أ ُ ِعيذُهَا ِبكَ َوذُ ِريَّتَ َها مِنَ ال‬
َ ‫ش ْي‬ َ ‫َو ِإنِي‬
“Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon
perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada
(pemelihara) Engkau dari pada syaitan yang terkutuk.´(QS. Ali
Imran ayat 36).

2. Al-Ibnu
Kata ibnu merupakan bentuk mufrad (tunggal). Sedangkan
jamaknya adalah abnaa, secara harfiah berarti anak. tetapi juga bisa
bermakna orang seperti dalam kalimat ibnu sabil yang artinya orang
yang ada dalam perjalanan di jalan Allah. Istilah al-ibn menurut
Raghib al-Ashfahany dalam Mufrad Alfadzu Al-Qur’an, berasal dari
kata bana (membuat/membangun, menopang/membentuk.).
Penggunaanistilah ini berarti bahwa anak
dibentuk/dibangun/ditopang/dibuat oleh orang tuanya. Istilan ibnu ini
mengacu kepada pengertian anak ketika dikaitkan kapasitasnya
kepada orang tua baik dari segi keberadaannya, maupun tanggung
jawab dan kewajiban orang tua terhadapnya. Allah berfirman dalam
al-Qur’an:
‫علَ ْي ُك ْم ِإ ْذ أَ ْن َجا ُك ْم ِم ْن آ ِل‬ ِ َّ َ‫سى ِلقَ ْو ِم ِه ا ْذ ُك ُروا نِ ْع َمة‬
َ ‫َّللا‬ َ ‫َو ِإ ْذ قَا َل ُمو‬
َ ِ‫ب َويُذَبِ ُحونَ أَ ْبنَا َء ُك ْم َويَ ْستَحْ يُونَ ن‬
‫سا َء ُك ْم‬ ِ ‫سو َء ْالعَذَا‬ ُ ‫سو ُمونَ ُك ْم‬ُ َ‫ع ْونَ ي‬ َ ‫فِ ْر‬
)6( ‫ع ِظي ٌم‬َ ‫َوفِي ذَ ِل ُك ْم َب ََل ٌء ِم ْن َر ِب ُك ْم‬

117
Amirulloh Syarbini & Heri Gunawan, Mencetak Anak Hebat Ide Brilian Dari Al-
Qur’an Untuk Mencetak Anak Hebat, Yaitu Anak Yang Pintar, Shaleh, Berprestasi, Dan
Berakhlak Mulia, hal: 42

43
44

“Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya,


ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia menyelamatkan kamu dari
(Fir’aun dan) pengikut-pengikutnya, mereka menyiksa kamu dengan
siksa yang pedih, mereka menyembelih anak-anak laki-lakimu,
membiarkan hidup anak-anak perempuanmu; dan pada yang
demikian itu ada cobaan yang besar dari Tuhanmu.” (QS. Ibrahim
ayat 6).118
Demikian juga kata bunayya yang terambil dari kata ibny
adalah patron yang menggambarkan kemungilan. Pemungilan
tersebut menggambarkan kasih sayang, sebagaimana Luqman
menyeru kepada anaknya dalam ayat 13 dari surah Luqman yang
berbunyi: ya bunayya la tusyrik billah/wahai anakku, janganlah
engkau mempersekutukan Allah.119
Anak adalah organisme manusia yang dihasilkan dari seorang
ibu yang merupakan hasil dari reproduksi baik ia laki-laki ataupun
perempuan. Bahwa ia memiliki nasab biologis. Hanya agak berbeda
jika al-Qur’an menggunakan istilah ibn (anak) dan dzurriyyah
(keturunan, anak, cucu), ia dimaknai tetapi tidak harus dari satu
keturunan biologis yang sama.
Sebagaimana contoh pada firman Allah pada QS. An-Nisa
ayat 9, bahwa kata dzurriyyah bukan hanya berkonotasi anak biologis
tetapi semua anak.120

‫علَ ْي ِه ْم فَ ْليَتَّقُوا‬ ِ ً‫ش الَّذِينَ لَ ْو ت ََر ُكوا ِم ْن خ َْل ِف ِه ْم ذُ ِريَّة‬


َ ‫ضعَافًا خَافُوا‬ َ ‫َو ْليَ ْخ‬
َ ‫َّللا َو ْل َيقُولُوا قَ ْو ًَل‬
‫سدِي ًدا‬ َ َّ
“Dan hendaklah takut kepada Allah, orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu

118
Amirulloh Syarbini & Heri Gunawan, Mencetak Anak Hebat Ide Brilian Dari Al-
Qur’an Untuk Mencetak Anak Hebat, Yaitu Anak Yang Pintar, Shaleh, Berprestasi, Dan
Berakhlak Mulia, hal: 43-44
119
Munirah & Muh.Arif, Wanita Muslimah Dan Pendidikan Anak Usia Dini,
(Padang: Balai Insan Cendekia Mandiri, 2020), cet_1, hal: 66
120
Elfan Fanhas Fatwa Khomaeny & Nur Hamzah, Metode-Metode Pembelajaran
Pendidikan Karakter Untuk Anak Usia Dini Menurut QS. Lukman: 12-19, (Tasikmalaya:
Edu Publisher, 2019), cet_1, hal: 18
45

hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka


mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. An-Nisa ayat 9).

3. Al-Waladu
Term al-walad dalam pengertian etimologi berarti sesuatu
yang dilahirkan. Kata tersebut merupakan perubahan bentuk dari
susunan kerja walada-yalidu-wiladatun-wiladan. Kata ini
dipergunakan untuk menunjukkan makna anak yang bersifat umum
atau kepada kelompok usia sebelum menginjak dewasa. Penggunaan
kata ini mencakup pengertian anak sebagai keturunan manusia
ataupun proses-proses secara keseluruhan yang dilaluinya masa-masa
perkembangan yang dimulai sejak lahir.121
Kata walad jamaknya aulad yang secara harfiah berarti anak-
anak. Allah berfirman dalam al-Qur’an:

ِ ‫َو ْال َوا ِل َداتُ ي ُْر‬


‫ض ْعنَ أَ ْو ََل َده َُّن َح ْولَي ِْن َكا ِملَي ِْن ِل َم ْن أَ َرا َد أَ ْن يُتِ َّم‬
ِ ‫علَى ْال َم ْولُو ِد لَهُ ِر ْزقُ ُه َّن َو ِكس َْوت ُ ُه َّن ِب ْال َم ْع ُر‬
‫وف‬ َ ‫عةَ َو‬َ ‫ضا‬َ ‫الر‬ َّ

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua


tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan ,
dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu
dengan cara ma’ruf.” (. Al-Baqarah ayat 233).

Raghib al-ashfahany (1108 M) dalam Mufradat Alfadzu Al-


Qur’an, mendefinisikan al-walad maupun al-mauluud (yang
dilahirkan). Dari kata ini muncul istilah untuk bapak dengan sebutan
waalid, ibu waalidah dan kedua orang tua disebut waalidain. Maka
dalam pengertian ini, anak adalah setiap orang yang terlahir ke dunia.
Ketika belum lahir, belum disebut anak. atau dalam bahasa lain, anak
dengan istilah ini adalah anak secara umum. Selanjutnya dijelaskan
bahwa istilah ini mengacu kepada pengertian bahwa anak adalah
setiap manusia yang terlahir ke dunia melalui proses

121
Kaharuddin, Mencetak Generasi Anak Shaleh Dalam Hadis, (Yogyakarta:
Deepublish, 2018), cet_1, hal: 52-53
46

kelahiran/persalinan. Dalam hal ini adanya anak disebut juga karena


adanya orang tua.122

4. Al-Thiflu
Kata al-Thiflu merupakan bentuk mufrad (tunggal) dari
jamaknya athfal yang berarti anak kecil. Raghib Al-Ashfahany dalam
Mufradaat Alfaadzu Al-Qur’an, menyebut istilah al-thiflu diartikan
dengan al-waladu maadama naaiman (anak yang belum dewasa).
Dalam pengertian ini, anak adalah setiap orang yang belum dewasa.
Salah satu sebutan dalam al-Qur’an yang lebih dekat dengan
pengertian anak usia dini dalam pembahasan ini yakni thiflu. Istilah
ini disebut dalam al-Qur’an sebanyak empat kali, dua diantaranya
disebut pada dua ayat dalam surah yang sama, yakni QS. an-Nur ayat
31 dan 59. Salah satunya mengambil bentuk jamak athfal, yakni pada
ayat 30. Ayat-ayat lainnya yang mengambil bentuk tunggal thifl,
yakni QS. al-Hajj ayat 5, QS. Ghafir/mu’min ayat 67, dan QS. an-Nur
ayat 59.123
Kata thiflu (bentuk tunggal) yang ditunjukkan oleh ayat-ayat
tersebut di atas kesemuanya menunjuk pada pengertian anak usia dini
seperti yang terdapat pada QS. an-Nur ayat 31 yaitu, (atau anak-anak
yang belum mengerti tentang aurat wanita). Tema umum dari ayat
ini adalah batasan aurat wanita dewasa yang tidak boleh ditampakkan
di hadapan pria yang normal dan dewasa. Jika demikian maka yang
dimaksud thifl pada ayat ini adalah anak-anak yang masih usia dini
yang belum dewasa atau belum memahami seks.
Adapun kata athfal yang mengambil bentuk jamak, biasanya
menunjuk pada anak-anak yang telah mengetahui sekelumit
menyangkut seks/aurat. Karena itu dalam QS. an-Nur ayat 59
menggunakan bentuk jamak seperti pada ayat berikut:124

122
Amirulloh Syarbini & Heri Gunawan, Mencetak Anak Hebat Ide Brilian Dari Al-
Qur’an Untuk Mencetak Anak Hebat, Yaitu Anak Yang Pintar, Shaleh, Berprestasi, Dan
Berakhlak Mulia, hal: 44-45
123
Munirah & Muh. Arif, Wanita Muslimah Dan Pendidikan Anak Usia Dini, (Solok:
Balai Insan Cendekia Mandiri, 2020), cet_1, hal: 78
124
Munirah & Muh. Arif, Wanita Muslimah Dan Pendidikan Anak Usia Dini, cet_1,
hal: 79
47

َ‫طفَا ُل ِم ْن ُك ُم ْال ُحلُ َم فَ ْل َي ْستَأْ ِذنُوا َك َما ا ْستَأْذَن‬


ْ َ ‫َو ِإذَا َبلَ َغ ْاْل‬

“Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur baligh, maka


hendaklah mereka meminta izin, seperti orang-orang yang sebelum
mereka meminta izin.”

Istilah yang hampir dengan istilah al-thiflu adalah al-


shabiyyu. Istilah al-shabiyyu digunakan untuk sebutan bagi setiap
orang yang belum dewasa, dalam hal ini ditandai dengan mimpi
basah (man lam yablugh al-huluma). Istilah al-thiflu ditemukan
dalam al-Qur’an hanya satu kali, yaitu dalam QS. An-Nuur ayat 59
sebagai berikut:

‫طفَا ُل ِم ْن ُك ُم ْال ُحلُ َم فَ ْل َي ْستَأْ ِذنُوا َك َما ا ْستَأْذَنَ الَّذِينَ ِم ْن قَ ْب ِل ِه ْم‬ْ َ ‫َو ِإذَا َبلَ َغ ْاْل‬
)59( ‫ع ِلي ٌم َح ِكي ٌم‬ ُ َّ ‫َّللا لَ ُك ْم آيَاتِ ِه َو‬
َ ‫َّللا‬ ُ َّ ‫َكذَلِكَ يُبَيِ ُن‬

“Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur bailgh, maka


hendaklah mereka meminta izin, seperti orang-orang yang sebelum
mereka meminta izin, demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya,
dan Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nuur
ayat 59).125

Dalam al-Qur’an, kita menemukan beberapa istilah yang merujuk


kepada anak. berbagai term yang ada dalam al-Qur’an yang merujuk kepada
kata anak adalah term al-walad, al-mawlud, al-thifl,dzurriyyah126, danal-
ibnu.127

125
Amirulloh Syarbini & Heri Gunawan, Mencetak Anak Hebat Ide Brilian Dari Al-
Qur’an Untuk Mencetak Anak Hebat, Yaitu Anak Yang Pintar, Shaleh, Berprestasi, Dan
Berakhlak Mulia, hal: 45-46
126
Elfan Fanhas Fatwa Khomaeny Nur Hamzah, Metode-Metode Pembelajaran
Pendidikan Karakter Untuk Anak Usia Dini Menurut Q.S. Lukman : 12-19, (Tasikmalaya:
Edu Publisher, 2019), cet_1, hal: 17-18
127
Amirulloh Syarbini & Heri Gunawan, Mencetak Anak Hebat Ide Brilian Dari Al-
Qur’an Untuk Mencetak Anak Hebat, Yaitu Anak Yang Pintar, Shaleh, Berprestasi, Dan
Berakhlak Mulia, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, 2014), hal: 43
48

Dalam Mu’jam Al-Mufahros disebutkan bahwa jumlah ayat yang


memuat kata al-walad adalah 30 ayat. Kata al-mawludberjumlah 3 ayat. Kata
al-thifl berjumlah 4 ayat. Kata dzurriyyah berjumlah 32 ayat. Kata al-ibnu
berjumlah 33 ayat. Kata bunayya berjumlah 6 ayat.
Banyaknya jumlah dan surat yang memuat kata-kata dan bentuknya
dari term anak dalam al-Qur’an menunjukkan besarnya perhatian al-Qur’an
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan anak. Dengan kata lain,
sebenarnya persoalan anak sangat diperhatikan oleh al-Qur’an.
Mengingat demikian banyaknya jumlah ayat yang harus ditelusuri,
dalam kesempatan ini, tidak memungkinkan untuk meneliti dan membahas
ayat-ayat itu seluruhnya. Oleh karena itu, penulis mengklasifikasikan dan
memilih beberapa ayat yang dianggap dapat mewakili dan menjelaskan
petunjuk al-Qur’an tentang pendidikan anak. Untuk itu, penulis akan
memfokuskan pembahasan terhadap ayat-ayat yang memuat fase pendidikan
anak.
Ada 31 ayat yang tersebar dalam 14 surat yang memuat arahan
pendidikan anak terhadap fase perkembangan anak sebagai berikut,
1. Surat al-Baqarah ayat: 132 dan 233.
2. Surat Ali Imaran ayat: 35, 36, dan 38, 39.
3. Surat an-Nisa ayat: 2.
4. Surat al-A’raf ayat: 26, 27, 31, dan 172.
5. Surat Ibrahim ayat: 35 dan 37.
6. Surat Yusuf ayat: 5.
7. Surat al-Isra ayat: 64.
8. Surat al-Kahf ayat: 30.
9. Surat Luqman ayat: 12-19.
10. Surat al-Furqan ayat: 74.
11. Surat ath-Thur ayat: 21.
12. Surat as-Saffat ayat: 113.
13. Surat an-Nur ayat: 58.
14. Surat at-Taghaabun ayat: 14-15.

Ketika anak lahir dari perut seorang ibu, terdapat banyak hal yang
nantinya akan dilalui anak untuk tumbuh menjadi remaja lalu dewasa. Hal-
hal yang dilalui anak akan berdampak besar terhadap terjadinya proses
kedewasaan seseorang. Maka perlu melihat arahan dan pengajaran yang
49

dijelaskan dalam al-Qur’an sehingga dapat berhati-hati dalam mengisi fase-


fase yang dilalui oleh anak.

A. Fase Persiapan

1. Pendidikan Pra Nikah


Sering kali orang tidak memperhatikan tanggung jawabnya
terhdap anak-anaknya sebelum anak-anak itu lahir. Pada saat seorang
laki-laki atau perempuan memilih pasangan hidupnya sebagai suami
istri sudah diperingatkan oleh Allah agar tidak memilih yang
akhlaknya rusak atau yang beragama syirik atau kafir.128 Perhatikan
firman Allah,

‫ان أَ ْو‬ َّ ‫الزانِي ََل يَ ْن ِك ُح ِإ ََّل زَ انِيَةً أَ ْو ُم ْش ِر َكةً َو‬


ٍ َ‫الزانِيَةُ ََل يَ ْن ِك ُح َها ِإ ََّل ز‬ َّ
ََ ‫علَى ْال ُمؤْ ِمنِين‬ َ َ‫ُم ْش ِركٌ َو ُح ِر َم ذَلِك‬

”Pezina laki-laki tidak boleh menikah kecuali dengan pezina


perempuan, atau dengan perempuan musyrik; dan pezina perempuan
tidak boleh menikah kecuali dengan pezina laki-laki atau dengan laki-
laki musyrik; dan yang demikian itu diharamkan bagi orang-orang
mukmin."(QS. An-Nur ayat 3).
Diriwayatkan oleh Mujahid dan Ata bahwa pada umumnya
orang-orang Muhajirin yang datang dari Mekah ke Madinah adalah
orang-orang miskin yang tidak mempunyai harta dan karib kerabat.
Sedang pada waktu itu di Madinah banyak perempuan-perempuan tuna
susila yang menyewakan dirinya, sehingga penghidupannya agak
lumayan dibanding dengan orang-orang yang lain. Dipinturumah
perempuan-perempuan tersebut. Ada tanda-tanda untuk
memperkenalkan dirinya. Maka berdatanglah laki-laki hidung belang

128
M. Thalib, 20 Perilaku Durhaka Orang Tua Terhadap Anak, (Bandung: Irsyad
Baitus Salam, 1996), hal: 16
50

memasuki rumah mereka yang kesemuanya itu tidak lain hanyalah


laki-laki pezina dan orang-orang musyrik.129
Melihat kehidupan perempuan tuna susila itu mempunyai
kelebihan harta, maka timbullah keinginan sebagian dari orang-orang
muslim yang miskin itu untuk mengawini perempuan-perempuan
tersebut, supaya penghidupannya menjadi bercukupan.130 Keinginan
mereka itu, seakan-akan direstui oleh Nabi Muhammad saw, maka
turunlah ayat ini sebagai teguran untuk tidak melaksanakan
keinginannya itu.
Allah mengabarkan bahwa seorang lelaki yang berzina tidak
boleh menikani wanita yang berzina kecuali wanita yang berzina.
Kondisi lelaki itu sejalan dengan seluk-beluk wanita Atau (menikahi)
seorang wanita musyrik

129
Team Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, (Yogyakarta: PT
Dana Bhakti Wakaf, 1990), Jilid Ke-6, hal: 593
130
Team Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, Jilid Ke-6, hal:593
51

(yang menyekutukan Allah), tidak mengimani Hari Kebangkitan


maupun Pembalasan, tidak konsisten dengan perintah Allah.131
Melihat kandungan kejelekaannya yang sangat besar, juga pada
perbuatan perzinaan terkandung sebagian dari minimnya kecemburuan
(dari pasangan), serta menasabkan anak-anak yang bukan berasal dari
suaminya, dan keadaan suami pezina yang tidak menjaga kehormatan
istrinya karena sibuk dengan pelacur lain termasuk sebagian yang
membuatnya diharamkan.132
Kasus seperti yang terjadi pada zaman Rasulullah ini tidak saja
kita lihat sebagai suatu kisah sejarah dan ketentuan hukum syari’at
saja, tetapi sisi lain yang bersangkutan dengan pembinaan dan
tanggung jawab terhadap keturunan anak kita, harus diperhatikan juga
seorang laki-laki atau perempuan yang karena alasan kesenangan dunia
memilih istri atau suami yang akhlaknya sudah jelas rusak atau
agamanya tidak islam, sebenarnya telah melakukan tindakan merusak
agama calon anaknya yang kelak akan hidup di bawah naungan
keluarganya.133
Ayat ini menjelaskan adanya unsur perasaaan kecocokan,
keserasian, kesepahaman, mutual understanding, dan kedekatan di
antara kedua belah pihak, laki-laki dan perempuan. Akhir-akhir ini,
kita sering mendengar para artis dan para pelaku dunia seni dan dunia
hiburan lainnya tidak menikah melainkan dengan orang yang seprofesi.
Sebab unsur cemburu menurut persepsi dan pandangan mereka harus
dihilangkan agar kedua belah pihak masih bisa tetap melanjutkan
aktivitasnya. Jika tidak, maka pernikahan yang ada terancam hancur
dan putus.134
Sebagaimana laki-laki yang baik-baik merasa tidak cocok
melainkan dengan perempuan yang baik-baik. Begitu pula sebaliknya,
perempuan yang baik-baik tidak terima jika suami-nya berperilaku
amoral, bejat, nakal, menerobos batasan-batasankehormatan, dan

131
Abdurrahman Bin Nashir As-Sa’di, Terj. Tafsir Al-Karim Ar-Rahman Fi Tafsir
Kalam Al-Mannan Oleh Muhammad Iqbal, Dkk. (Jakarta: Darul Haq, 2016), Jilid Ke-5, hal:
80
132
Abdurrahman Bin Nashir As-Sa’di, Terj. Tafsir Al-Karim Ar-Rahman Fi Tafsir
Kalam Al-Mannan, Oleh Muhammad Iqbal, Dkk. Hal: 81
133
M. Thalib, 20 Perilaku Durhaka Orang Tua Terhadap Anak, hal: 17-18
134
Wahbah Az-Zuhaili, Terj. Tafsir Al-Munir Aqidah, Syariah, Dan Manhaj, Oleh
Abdul Hayyie Al-Kattani, Mujiburrahman Subadi, Dkk.Hal: 412
52

kesucian diri.135Bahkan barangkali dalam masalah ini perempuan lebih


sensitif dan protektif daripada laki-laki, dan terkadang juga sebaliknya.
Patokannya dalam hal ini adalah tingkatan kesadaran keberagamaan,
moral, sensitivitas, dan ghirah keagamaan yang kuat untuk menjaga
batasan-batasan dan kehormatan diri, jauh dari pandangan menjadikan
hubungan antara laki-laki dan perempuan hanya semata-mata
hubungan fisik napsu birahi belaka, sebagaimana yang umum berlaku
pada hari ini di kalangan para pengikut paham materiralisme yang
tidak mengenal agama, di mana mereka menghapus kata kehormatan
dan kesucian diri dari kamus moral dan nilai-nilai, baik di timur
maupun barat.
َ‫علَى ْال ُمؤْ ِمنِين‬
َ َ‫َو ُح ِر َم ذَلِك‬
Dan diharamkan bagi orang-orang
Mukmin menikah dengan perempuan pezina atau menikahkan
perempuan Mukminah baik-baik dengan laki-laki pezinah. Yang
dimaksud dengan pengharaman di sini adalah melihat hal itu sebagai
sesuatu yang tidak pantas dan seharusnya dihindari. Pengertian di sini
diungkapkan dengan kata-kata “diharamkan” sebagai bentuk
mubalaghah atau insentifikasi serta memberikan penekanan lebih agar
benar-benar menghindari dan menjauhi hal itu. sebab hal tersebut
merupakan perbuatan menyerupai orang-orang fasik, berpotensi
memunculkan tuduhan dan penilaian miring, omongan yang tidak baik,
merusak citra nasab, dan berbagai dampak negatif lainnya.136
Sedikit orang yang menyadari bahwa seorang calon ayah atau ibu
telah berbuat durhaka terhadap anak keturunannya karena memilih
pasangan suami atau istri yang menyalahi petunjuk-petunjuk Islam.137

2. Mendoakan Untuk Kebaikan Anak


Orang tua bukan hanya merawat dan mendidik anak-anaknya,
namun juga agar orang tua senantiasa berserah diri kepada Allah untuk
memohon diberikan anak yang shaleh, anak yang berakhlak baik
segaimana yang dicontohkan oleh Nabi Zakariyya as.

135
Wahbah Az-Zuhaili, Terj. Tafsir Al-Munir Aqidah, Syariah, Dan Manhaj Oleh
Abdul Hayyie Al-Kattani, Mujiburrahman Subadi, Dkk. Hal: 412
136
Wahbah Az-Zuhaili, Terj. Tafsir Al-Munir Aqidah, Syariah, Dan Manhaj, Oleh
Abdul Hayyie Al-Kattani, Mujiburrahman Subadi, Dkk.Hal: 412
137
M. Thalib, 20 Perilaku Durhaka Orang Tua Terhadap Anak, hal: 18
53

Inilah Zakariyya, seorang tua renta dengan istrinya yang mandul


dan tak pernah melahirkan selama masa mudanya. Di dalam hati
Zakariyya bangkitlah keinginan fitrahnya yang dalam untuk
mendapatkan keturuan sebagai pengganti dan penerus tugasnya, ketika
ia melihat di depannya ada Maryam si putri shalehah yang terus
mendapat rezeki (dari Tuhan). Maka, menghadaplah ia kepada Tuhan-
nya, bermunajat dan memohon kepada-Nya agar berkenan memberinya
anak keturunan yang bagus dari sisi-Nya.138Ketika Zakariya as melihat
bahwa Allah telah memberikan rizki kepada Maryam berupa buah-
buahan musim hujan pada musim kemarau dan buah-buahan masa
musim kemarau pada musim hujan, maka pada saat itu ia berkeinginan
keras untuk mendapatkan seorang anak meskipun sudah tua, tulang-
tulangnya sudah mulai rapuh dan rambutnya pun telah memutih,
sedang istrinya sendiri juga sudah tua dan bahkan mandul. Namun
demikian ia tetap memohon kepada Rabbnya dengan suara memelas
seraya berdoa:139

َ َ‫ط ِي َبةً ِإنَّك‬


‫س ِمي ُع‬ َ ً‫ب هَبْ ِلي ِم ْن لَ ُد ْنكَ ذُ ِريَّة‬
ِ ‫عا زَ َك ِريَّا َربَّهُ قَا َل َر‬
َ ‫هُنَالِكَ َد‬
‫اء‬
ِ ‫ع‬َ ‫ال ُّد‬
“Di sanalah Zakariyya berdoa kepada Tuhannya seraya
berkata: “Tuhanku, anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang anak
yang berkualitas. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa.” (QS.
Ali Imran ayat 38).

َ‫ب هَبْ ِلي ِم ْن لَ ُد ْنك‬


ِ ‫عا زَ َك ِريَّا َربَّهُ قَا َل َر‬
(Zakariyya berdoa َ ‫َد‬
kepada Rabb-nya: “Ya Rabbi, berilah aku dari sisi-Mu), yakni berilah
aku anak semata-mata dari kekuasaan-Mu tanpa perantara yang
biasanya.140Zakariyya berdoa kepada Tuhannya seraya berkata: “
Tuhanku...., Pemelihara dan Pembimbingku anugerahilah aku dari sisi
Engkau, yang aku tidak tahu bagaimana caranya sebabagaimana
dipahami dari kata ( َ‫ )لَ ُد ْنك‬ladunka bukan indaka seorang anak yang

138
Sayyid Quthb, Terj. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Oleh As’ad Yasin, Dkk.Jilid ke-3,
hal: 96
139
Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq Aal As-Syeikh, Terj.
Lubabut Tafsir Min Ibnu Katsir, Oleh Abdul Ghaffar, jilid ke-2. Hal: 42
140
Ismail Haqqi Al-Buruswi, Terj. Tafsir Ruhul Bayan Oleh Syihabuddin,Oleh
Syihabuddin, hal: 366
54

berkualitas. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar, yakni Maha


Pengambul doa.141
ً‫طيِبَة‬
َ ً‫ذُ ِريَّة‬
(keturunan yang baik), yakni anak yang shaleh,
diberkahi, taqwa, diridhai, dan meridhai. Dzurriyyatan artinya
keturunan. Ia dapat dipakai untuk menunjukkan satu keturunan atau
banyak keturunan, baik keturunan laki-laki maupun perempuan. Yang
dimaksud dzurriyyah di sini ialah seorang anak lelaki. Maksud baik
ialah anak yang perilakunya dan akhlaknya dianggap baik dan si anak
tidak memiliki sesuatu pun yang dianggap buruk dan cacat.142
Walaupun dia (Nabi Zakariyya) mengetahui bahwa istrinya
adalah seorang perempuan yang mandul lagi sudah tua, namun dia
tetap mengharapkan anugerah dari Allah SWT di dalam Mihrab tempat
Maryam beribadah, Zakaria memanjatkan do’a kepada Allah, semoga
Dia berkenan menganugerahkan kepadanya seorang keturunan yang
saleh, lagi taat mengabdi kepada Tuhan. Doa yang timbul dari lubuk
hati yang tulus dan penuh kepercayaan kepadakasih sayang Allah Yang
Maha Mendengar lagi memperkenankan segala doa, segera dikabulkan
Allah.143
Tatkala Zakariyya AS melihat karamah ini dan menyaksikan
tanda ini secara langsung dia pun merendahkan diri dihadapan Rabb-
nya, untuk berdoa memohon kepada-Nya agar memberinya anak yang
shaleh dari istrinya yang mandul lagi lanjut usia. Sebab, melihat
karamah yang berikan Allah SWT kepada Maryam, yaitu
mendatangkan makanan tanpa susah payah, Zakariya pun ingin
mendapatkan anak yang luar biasa, karena tidak ada kemustahilan yang
menghalangi kekuasaan Allah Yang Maha Esa, dan tidak ada
kepayahan dalam segala kehendaknya.144

3. Menghindari Gangguan Setan Ketika Pembentukan Nutfah

141
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-Qur’an,
jilid Ke-2, hal: 101
142
Ismail Haqqi Al-Buruswi, Terj. Tafsir Ruhul Bayan Oleh Syihabuddin,Oleh
Syihabuddin, hal: 366
143
Team Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, jilid Ke-1, hal: 567
144
Aidh Al-Qarni, Terj.Tafsir Muyassar, Oleh Tim Penerjemah Qisthi Press,jilid ke-
1, hal: 253
55

Setelah menikah pasangan akan melakukan suatu hubungan


untuk mendapatkan anak. Namun setiap suami dan istri agar berhati-
hati dalam melakukan proses pembentukan nutfah. Karena ditakutkan
setan akan ikut campur dan mengganggu prosesnya, sehingga hal yang
tidak baik terjadi pada proses fase pendidikan ini. Sebagaimana
firman-Nya.

َ ْ‫ص ْوتِكَ َوأَ ْجلِب‬


َ‫علَ ْي ِه ْم بِ َخ ْيلِكَ َو َر ِجلِك‬ َ ِ‫ط ْعتَ ِم ْن ُه ْم ب‬ َ َ‫َوا ْستَ ْف ِز ْز َم ِن ا ْست‬
‫ورا‬
ً ‫غ ُر‬ُ ‫ان ِإ ََّل‬ َ ‫ش ْي‬
ُ ‫ط‬ َّ ‫َار ْك ُه ْم فِي ْاْل َ ْم َوا ِل َو ْاْل َ ْو ََل ِد َو ِع ْدهُ ْم َو َما يَ ِع ُدهُ ُم ال‬
ِ ‫َوش‬
“Dan perdayakanlah siapa saja di antara mereka yang engkau
(iblis) sanggup dengan suaramu (yang memukau), kerahkanlah
pasukanmu terhadap mereka, yang berkuda dan yang berjalan kaki,
dan bersekutulah dengan mereka pada harta dan anak-anak lalu
berjanjilah kepada mereka.” Padahal setan itu hanya menjanjikan
tipuan belaka kepada mereka.”( QS. Al-Isra ayat 64).
“Dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak”
ungkapan dalam ayat ini menggambarkan secara umum persekutuan
yang terjalin antara Iblis dengan para pengikutnya, dalam masalah
harta dan anak, yang keduanya merupakan pilar yang sangat penting
dalam kehidupan manusia.145
Iblis, dalam hal ini, telah mendapatkan izin untuk menggunakan
segala cara dan sarana yang dimilikinya.146
Thahir Ibn Asyur (1973 M) dan Thabathaba’i (1981 M)
memahami perserikatan setan dengan manusia pada harta benda dan
anak-anak adalah keterlibatannya dalam memanfaatkan harta dan anak-
anak itu, seperti perolehan harta dengan cara haram atau perolehannya
dengan cara halal tetapi pemanfaatannya dengan cara haram. Demikian
juga anak yang dilahirkan tidak melalui pernikahan yang sah atau anak
yang sah tetapi tidak dididik oleh orangtuanya dengan baik dan benar.
Ada lagi yang berpendapat bahwa setan dapat menampakkan diri
sebagai pasangan seseorang, lalu ia berhubungan dengan pasangannya
sehingga anak yang lahir adalah hasil dari hubungan setan bersama
145
Sayyid Quthb, Terj. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Oleh As’ad Yasin, Dkk.jilid ke-14,
hal: 123
146
Sayyid Quthb Terj. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Oleh As’ad Yasin, Dkk.jilid ke-14,
hal: 123
56

manusia. Karena itu, menurut penganut pendapat ini, Nabi SAW


menganjurkan bagi pasangan suami istri untuk berdoa saat akan
melakukan hubungan seks dengan memohon kepada Allah, Allahumma
janibna Asy-Syaithan wa jannib asyasyaithana amma razaqtana ya
Allah, jauhkanlah kami dari setan, dan jauhkanlah pula setan dari
rezeki yang Engkau anugerahkan kepada Kami (yakni hubungan seks
itu).147
Ayat yang mulia ini berbicara dengan ungkapan-ungkapan yang
indah tentang bentuk-bentuk penyesatan setan. Mengenai kemitraan
setan dalam harta, anda akan temui berbagai macam bentuknya dalam
kehidupan nyata, di antaranya hubungan riba, menimbun harta untuk
menaikkan harga, mengurangi timbangan, memperdaya manusia dalam
barang-barang mereka, dan menentukan harga yang amat mahal, serta
menipu dalam hubungan perdagangan dan ekonomi.148
Bentuk-bentuk seperti ini adalah hingga pada mengumpulkan
harta haram, dan setan turut serta dengan manusia pada hartanya yang
haram. Jika nutfah terbentuk dari makanan haram, maka setan akan
menyertai manusia pada anak-anaknya.
Tetapi riwayat-riwayat tentang keturutsertaan setan pada anak-
anak tidak terbatas pada makna ini saja, namun terdapat juga bentuk-
bentuk lain, seperti lalainya manusia dari mengingat Allah dan tidak
dimulainya praktek seksual dengan basmalah.149

4. Memberi Nama Yang Baik


Hak seorang anak terhadap orang tua adalah memperoleh nama
yang baik. Hal ini sebagai mana dijelaskan dalam kisah istri Imran
dalam firman-Nya yaitu,

147
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-Qur’an,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), jilid Ke-7, hal: 139-140
148
Husain Mazhahiri, Pintar Mendidik Anak Panduan Lengkap Bagi Orang Tua,
Guru, Dan Masyarakat Berdasarkan Ajaran Islam, ( Jakarta: PT Lentera Basritama, 1999),
hal: 36
149
Husain Mazhahiri, Pintar Mendidik Anak Panduan Lengkap Bagi Orang Tua,
Guru, Dan Masyarakat Berdasarkan Ajaran Islam, hal: 36
57

‫طنِي ُم َح َّر ًرا فَتَقَب َّْل‬ ْ ‫ب ِإنِي نَذَ ْرتُ لَكَ َما فِي َب‬ ِ ‫ام َرأَتُ ِع ْم َرانَ َر‬ ْ ‫ت‬ ِ َ‫ِإ ْذ قَال‬
‫ض ْعت ُ َها‬
َ ‫ب إِنِي َو‬ ِ ‫ت َر‬ ْ َ‫ضعَتْ َها قَال‬ َ ‫س ِمي ُع ْالعَ ِلي ُم فَلَ َّما َو‬َّ ‫ِمنِي إِنَّكَ أَ ْنتَ ال‬
َ ‫ْس الذَّ َك ُر َك ْاْل ُ ْنثَى َو ِإنِي‬
‫س َّم ْيت ُ َها َم ْريَ َم‬ َ ‫ت َولَي‬ ْ َ‫ضع‬ ُ َّ ‫أ ُ ْنثَى َو‬
َ ‫َّللا أَ ْعلَ ُم بِ َما َو‬
‫الر ِج ِيم‬ َّ ‫ان‬ ِ ‫ط‬ َ ‫ش ْي‬َّ ‫َو ِإنِي أ ُ ِعيذُهَا ِبكَ َوذُ ِريَّتَ َها مِنَ ال‬

“(ingatlah), ketika istri 'Imran berkata: "Ya Tuhanku,


Sesungguhnya Aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam
kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul
Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya
Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui". Maka
tatkala istri 'Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: "Ya Tuhanku,
Sesunguhnya Aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah
lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki
tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya Aku Telah menamai
dia Maryam dan Aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak
keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang
terkutuk."( QS. ali imran ayat 35-36).
Sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan dan
Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu. Demikian ayat ini
segera menegaskan pengetahuan Allah walau tanpa disampaikan oleh
istri ‘Imran dan lanjut ibu yang melahirkan itu anak laki-laki tidaklah
seperti anak perempuan. Maksudnya, anak perempuan menurut tradisi
kami tidak dapat bertugas di rumah suci, karena itu, aku tidak dapat
memenuhi nazarku. Namun demikian, aku harap anakku ini menjadi
seorang perempuan yang taat kepada-Mu, karena itu sesungguhnya aku
telah menamai dia Maryam, yakni seorang yang taat, dengan harapan
kiranya nama itu benar-benar sesuai dengan kenyataan dan oleh karena
itu pula aku sadar bahwa kedurhakaan disebabkan oleh gangguan dan
rayuan setan maka aku mohon perlindungan untuknya secara terus-
menerus, sebagaimana dipahami dari bentuk kata kerja masa kini yang
digunakannya untuk memohon perlindungan itu dan semoga dia
dewasa dan panjang umur sehingga memperoleh anak keturunan, serta
58

keturunannya juga kumohonkan kepada-Mu perlindungan dari


gangguan dan rayuan setan yang terkutuk.”150
Ayat ini menunjukkan bahwa ibu boleh menazarkan anaknya,
dan boleh mengambil manfaat dengan anaknya itu untuk dirinya
sendiri. Pada ayat ini terdapat pula pelajaran, yaitu hendaknya kita
berdoa kepada Allah agar anak kita menajdi seorang yang rajin
beribadah dan berguna bagi agamanya, seperti doa Zakariyya yang
dikisahkan oleh Allah dalam al-Qur’an.151

َ َ‫طيِبَةً ِإنَّك‬
‫س ِمي ُع‬ َ ً‫ب هَبْ ِلي ِم ْن َل ُد ْنكَ ذُ ِريَّة‬ ِ ‫عا زَ َك ِريَّا َربَّهُ َقا َل َر‬ َ ‫ُهنَالِكَ َد‬
َ َّ ‫ب أَ َّن‬
‫َّللا‬ ِ ‫حْرا‬ َ ‫ص ِلي فِي ْال ِم‬ َ ُ‫) فَنَا َدتْهُ ْال َم ََلئِ َكةُ َوه َُو قَائِ ٌم ي‬38( ‫اء‬ َ ‫ال ُّد‬
ِ ‫ع‬
َ‫ورا َونَ ِبيًّا مِن‬
ً ‫ص‬ ُ ‫س ِيدًا َو َح‬ ِ َّ َ‫ص ِد ًقا ِب َك ِل َم ٍة مِن‬
َ ‫َّللا َو‬ َ ‫يُ َب ِش ُركَ ِب َي ْح َيى ُم‬
)39( َ‫صا ِل ِحين‬
َّ ‫ال‬
“Di sanalah Zakariyya berdoa kepada Tuhannya seraya
berkata: “Tuhanku, anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang anak
yang berkualitas. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa.
Kemudian para malaikat memanggilnya, ketika dia berdiri
melaksanakan shalat di mihrab, Allah menyampaikan kabar gembira
kepadamu dengan (kelahiran) Yahya, yang membenarkan sebuah
kalimat (firman) dari Allah, teladan, berkemampuan menahan diri
(dari hawa nafsu), dan seorang nabi di antara orang-orang saleh.”
(QS. Ali Imran ayat 38-39).

Menyambut doa yang tulus itu, Allah memerintahkan malaikat


Jibril untuk menyampaikan kepada Zakariyya dan karena ini adalah
perintah Allah dan yang diperintah adalah malaikat maka segera para
malaikat memanggilnya, yakni Zakariyya yang ketika itu dia sedang
beridiri melakukan shalat di mihrab. Ucap malaikat, “Sesungguhnya
Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran seorang putramu yang
akan bernama Yahya, yakni “yang hidup”, dan menjadi pembenar

150
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-Qur’an,
jilid Ke-2, hal: 95
151
Team Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, jilid Ke-1, hal: 564
59

kalimat yang datang dari Allah, yakni membenarkan dan memercayai


kerasulan Isa AS atau membenarkan kitab suci, dan menjadi panutan,
lagi sangat berkemampuan menahan diri dari hawa nafsu, sampai-
sampai beliau tidak menikah bukan karena sakit atau tidak normal, dan
seorang nabi yang termasuk dalam kelompok orang-orang saleh yang
kesalehannya mencapai puncak yang amat tinggi.152
Penyampaian malaikat bahwa anak yang akan dianugerahkan itu
adalah Yahya (yang hidup) memberi isyarat bahwa sang anak akan
hidup dengan kehidupan yang abadi. Kehidupan abadi dimaksud
adalah bahwa anak ini akan tumbuh berkembang sesuai dengan
tuntutan Ilahi, dan akan mati syahid, sehingga di samping nama
baiknya selalu dikenang dalam kehidupan dunia ini, dia juga akan
hidup terus-menerus di sisi Allah swt. dalam keadaan penuh nikmat
dan kebahagiaan.153
5. Menafkahi Anak Dari Hasil Yang Halal

‫س‬َ ْ‫سحْتَ لَ ِبئ‬ ِ ‫اْلثْ ِم َو ْالعُد َْو‬


ُّ ‫ان َوأَ ْك ِل ِه ُم ال‬ ِ ْ ‫ارعُونَ فِي‬ َ ُ‫يرا ِم ْن ُه ْم ي‬
ِ ‫س‬ ً ِ‫َوت ََرى َكث‬
‫اْلثْ َم‬
ِ ْ ‫ع ْن قَ ْو ِل ِه ُم‬
َ ‫ار‬ ُ َ‫الربَّانِيُّونَ َو ْاْل َ ْحب‬
َّ ‫) لَ ْو ََل يَ ْن َهاهُ ُم‬62( َ‫َما َكانُوا يَ ْع َملُون‬
)63( َ‫صنَعُون‬ َ ْ‫َوأَ ْك ِل ِه ُم السُّحْتَ لَبِئ‬
ْ َ‫س َما َكانُوا ي‬

“Dan kamu akan melihat banyak di antara mereka (orang


yahudi) berlomba dalam berbuat dosa, permusuhan, dan memakan
yang haram. Sungguh, sangat buruk apa yang mereka perbuat.
Mengapa para ulama dan para pendeta mereka tidak melarang
mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram?
Sungguh, sangat buruk apa yang mereka perbuat.”( QS. Al-Maidah
ayat 62-63).
Ayat di atas menjelaskan bahwa orang-orang yahudi biasa
melakukan perbuatan yang haram, kemudian uang hasil perbuatannya
tersebut dimakan. Sedangkan di dunia ini orang yang badannya diberi

152
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-Qur’an,
Jilid Ke-2, hal: 102
153
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-Qur’an,
Jilid Ke-2, hal: 103
60

konsumsi makanan yang haram, jiwanya akan apriori terhadap agama,


sehingga pikiran dan hatinya tersesat, yang berakibat mengabaikan
Allah dan Rasul-Nya.154
Secara lebih luas Allah telah memperingatkan larangan ini dalam
QS. an-nisa ayat 2

‫ب َو ََل تَأْ ُكلُوا أَ ْم َوالَ ُه ْم‬ َ ‫َوآتُوا ْاليَتَا َمى أَ ْم َوالَ ُه ْم َو ََل تَتَبَ َّدلُوا ْال َخ ِب‬
َّ ‫يث ِب‬
ِ ‫الط ِي‬
ً ‫ِإلَى أَ ْم َوا ِل ُك ْم ِإنَّهُ َكانَ ُحوبًا َك ِب‬
‫يرا‬

“Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah dewasa)


harta mereka, janganlah kamu menukar yang baik dengan yang buruk,
dan janganlah kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sungguh,
(tindakan menukar dan memakan) itu adalah dosa yang besar.”

Perhatikanlah kedua ayat diatas bagaimana akibat kejiwaan yang


dialami oleh orang-orang yang mengisi perutnya dengan makanan dan
minuman dari hasil yang haram.155 Nafkah hasil riba dengan jelas
disebutkan merusak jiwa dan pikiran yang bersangkutan, lebih-lebih
akhlak dan akidah agamanya.
Membina dan menumbuhkan jiwa keagamaan pada anak-anak
atau manusia pada umumnya sangat berkaitan erat dengan makanan
dan minuman yang masuk kedalam rongga perutnya. Agama telah
menetapkan larangan unutk mendapatkan nafkah dengan cara-cara
yang haram. Karena makanan yang diperoleh dari usaha yang haram
akan merusak akhlak dan jiwa agama seseorang. Hal ini diperingatkan
oleh Allah terhadap orang yang memakan riba seperti tersebut dalam
QS. al-baqarah ayat 275.156

ُ ‫ط‬
َ‫ان مِن‬ َ ‫ش ْي‬َّ ‫طهُ ال‬ ُ َّ‫الربَا ََل يَقُو ُمونَ إِ ََّل َك َما يَقُو ُم الَّذِي يَتَ َخب‬ِ َ‫الَّذِينَ يَأْ ُكلُون‬
ِ ‫َّللا ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم‬
‫الربَا‬ ِ ‫ْال َم ِس ذَلِكَ بِأَنَّ ُه ْم قَالُوا إِنَّ َما ْالبَ ْي ُع ِمثْ ُل‬
ُ َّ ‫الربَا َوأَ َح َّل‬

154
M. Thalib, 20 Perilaku Durhaka Orang Tua Terhadap Anak, hal: 28
155
M. Thalib, 20 Perilaku Durhaka Orang Tua Terhadap Anak, hal: 30
156
M. Thalib, 20 Perilaku Durhaka Orang Tua Terhadap Anak, hal: 29
61

ِ َّ ‫ف َوأَ ْم ُرهُ ِإلَى‬


‫َّللا َو َم ْن‬ َ ‫ظةٌ ِم ْن َر ِب ِه فَا ْنتَ َهى فَلَهُ َما‬
َ َ‫سل‬ َ ‫فَ َم ْن َجا َءهُ َم ْو ِع‬
َ‫ار هُ ْم فِي َها خَا ِلدُون‬ ِ َّ‫اب الن‬
ُ ‫ص َح‬ْ َ‫عا َد فَأُولَئِكَ أ‬ َ
“Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila.
Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama
dengan riba. Padahal, Allah telah menghalalkan jual-beli dan
mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat peringatan dari
Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu
menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barangsiapa
mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di
dalmnya.”
B. Fase Permulaan

1. Pendidikan Jasmani Dan Rohani


Pasa masa awal kelahiran sampai anak berumur 2 tahun, kasih
sayang ditunjukkan oleh ibu dengan memberikan Air Susu Ibu (ASI)
kepada anak. Pemberian ASI memiliki banyak manfaat bagi anak,
salah satunya anak akan menjadi lebih sehat karena beberapa alasan
berikut:157
a. ASI merupakan nutrisi yang sempurna karena komposisi zat gizinya
lengkap dan seimbang.
b. ASI mengandung zat kekebalan yang membantu meningkatkan
daya tahan tubuh bayi.
c. ASI adalah asupan makanan yang steril.
d. ASI dapat tersedia setiap saat sehingga sangat praktis dan ekonomis.
e. Penelitian juga menunjukkan bahwa bayi yang memperoleh ASI
pada umumnya terhindar dari risiko obesitas pada anak yang terkait
dengan berbagai penyakit.
Selain manfaat dari segi kesehatan, pemberian ASI juga
memberikan manfaat dari segi psikologis sebagai berikut:158

157
Ridwan Abdullah Sani & Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter
Mengembangakan Karakter Anak Yang Islami, hal: 215
158
Ridwan Abdullah Sani & Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter
Mengembangakan Karakter Anak Yang Islami, hal: 216
62

a. Pemberian ASI dapat mempererat ikatan emosional antara anak


dengan ibu sehingga berdampak positif bagi perkembangan
psikologis.
b. Perkembangan mental yang positif dan kasih sayang antara anak
dengan ibu dapat terjadi akibat sentuhan dan kontak mata ketika
menyusui. Jika bayi disusui, akan tumbuh kepercayaan dalam
dirinya bahwa ia disayangi. Hal tersebut dapat menjadi salah satu
pencegah efektif bagi seorang anak untuk berperilaku merusak atau
agresif ketika beranjak dewasa.
Perintah untuk memberikan ASI kepada anak terdapat dalam
ayat berikut:

َ‫عة‬
َ ‫ضا‬ َ ‫الر‬ َّ ‫ض ْعنَ أَ ْو ََل َده َُّن َح ْولَي ِْن َكا ِملَي ِْن ِل َم ْن أَ َرا َد أَ ْن يُ ِت َّم‬ ِ ‫َو ْال َوا ِل َداتُ ي ُْر‬
‫س إِ ََّل‬ ُ َّ‫وف ََل ت ُ َكل‬
ٌ ‫ف نَ ْف‬ ِ ‫علَى ْال َم ْولُو ِد لَهُ ِر ْزقُ ُه َّن َو ِكس َْوت ُ ُه َّن بِ ْال َم ْع ُر‬ َ ‫َو‬
‫ث ِمثْ ُل‬ ِ ‫علَى ْال َو ِار‬ َ ‫ار َوا ِل َدة ٌ بِ َولَ ِدهَا َو ََل َم ْولُو ٌد لَهُ بِ َولَ ِد ِه َو‬
َّ ‫ض‬َ ُ ‫ُو ْس َع َها ََل ت‬
‫علَ ْي ِه َما َو ِإ ْن‬ َ ‫َاو ٍر فَ ََل ُجنَا َح‬ ُ ‫اض ِم ْن ُه َما َوتَش‬ ٍ ‫ع ْن ت ََر‬ َ ‫اَل‬ ً ‫ص‬ َ ِ‫ذَلِكَ فَإِ ْن أَ َرا َدا ف‬
‫سلَّ ْمت ُ ْم َما آتَ ْيت ُ ْم‬ َ ‫ضعُوا أَ ْو ََل َد ُك ْم فَ ََل ُجنَا َح‬
َ ‫علَ ْي ُك ْم إِذَا‬ ِ ‫أَ َر ْدت ُ ْم أَ ْن تَ ْست َْر‬
‫ير‬
ٌ ‫ص‬ َ َّ ‫َّللا َوا ْعلَ ُموا أَ َّن‬
ِ َ‫َّللا بِ َما تَ ْع َملُونَ ب‬ َ َّ ‫وف َواتَّقُوا‬ ِ ‫بِ ْال َم ْع ُر‬
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua
tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan
kewajiban ayah memberi makan dan Pakaian kepada para ibu dengan
cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan
Karena anaknya dan seorang ayah Karena anaknya, dan warispun
berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum
dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka
tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan
oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu
kepada Allah dan Ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang
kamu kerjakan.( QS. al-baqarah ayat 233).
ْ ‫ َو‬al-walidat dalam penggunaan al-Qur’an berbeda
Kata ُ‫ال َوا ِل َدات‬
dengan kata ummahat yang merupakan bentuk jamak dari kata umm.
63

Kata ummahat digunakan untuk menunjuk kepada para ibu kandung,


sedang kata al-walidat maknanya adalah para ibu, baik ibu kandung
maupun bukan. Itu berarti bahwa al-Qur’an sejak dini telah
menggariskan bahwa air susu ibu, baik ibu kandung maupun bukan,
adalah makanan terbaik buat bayi hingga usia dua tahun. Namun
demikian, tentunya air susu ibu kandung lebih baik daripada selainnya.
Dengan menyusu pada ibu kandung, anak merasa lebih tenteram sebab,
menurut penelitian ilmuan, ketika itu bayi mendengar suara detak
jantung ibu yang telah dikenalnya secara khusu sejak dalam perut.
Detak jantung itu berbeda antara seorang wanita dan wanita yang
lain.159
Lazim atas para ibu, baik yang telah ditalak ataupun yang tidak
ditalak, menyusui anak-anaknya selama dua tahun yang sempurna
tidak lebih. Waktu itu boleh dikurangi kalau kedua ibu bapak itu
memandang mashlahat. Hal ini terserah kepada ijtihad mereka.
Menyusui anak wajib atas para ibu, mengingat, bahwa susu ibu
seutama-utama susu. Semua dokter berpendapat demikian. Anak itu
terbentuk dari darah si ibu di kala si anak itu dalam kandungan. Setelah
anak lahir darah itu berpindah kepada susu yang menjadi makanan
anaknya. Susu ibulah yang sangat sesuai untuk makanan si anak.160
Segolong ulama berpendapat, bahwa menyusui anak, bukan
kewajiban si ibu, terkecuali kalau anak tidak mau menyusu kepada
orang lain, atau ayah tak sanggup membiayai orang lain, atau tak
diperoleh orang yang menyusuinya.
Paham yang dapat diperoleh dari ayat ini ialah bahwa ayat ini
menetapkan bahwasannya di antara hak para ibu, ialah menyusui anak-
anaknya.
Perkataan yang sempurna sesudah perkataan dua tahun, untuk
menguatkan jangka waktu dua tahun. Hikmah membataskan dua tahun
dalam memberi susu, untuk memelihara kepentingan bayi. Susu itulah
makanan yang sangat sesuai bagi anak. Selain dari pada itu, si anak
menghajati perhatian yang sempurna yang diperoleh selain dari ibu

159
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-
Qur’an,(Jakarta: Lentera Hati, 2002), jilid Ke-1, hal: 609
160
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddiqy, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nur,
(Jakarta: P.T. Pustaka Rizki Putra Semarang, 1995), hal: 399
64

dalam masa tersebut. Dalam masa itu boleh dikurangi dari dua tahun
apabila ibu bapak memandang maslahat.161
Allah mewajibkan kepada ibu menyusui bayinya, guna
membuktikan bahwa air susu ibu mempunyai pengaruh yang besar
kepada anak. Dari hasil pemeriksaan para ahli medis menunjukkan
bahwa air susu ibu tersusun dari sari pati yang benar-benar murni. Juga
air susu ibu merupakan makanan yang paling baik untuk bayi, dan
tidak disangsikan lagi oleh para ahli gizi. Di samping ibu dengan fitrah
kejadiannya memiliki rasa kasih sayang yang mendalam sehingga
penyusuan langsung dari ibu ini, berhubungan erat dengan
perkembangan jiwa dan mental anak. Dengan demikian kurang tepat
tindakan sementara para ibu yang tidak mau menyusui anaknya secara
langsung hanya karena kepentingan pribadinya, umpamanya untuk
memeihara kecantikan.162
Padahal hal ini bertentangan dengan fitrahnya sendiri dan secara
tidak langsung ia tidak membina dasar hubungan keibuan dengan
anaknya sendiri dalam bidang mental.163
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua
tahun penuh,” kewajiban bagi ibu-ibu adalah menyusui anak-anaknya
selama dua tahun penuh. “Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan
penyusuannya”, jika ibu-ibu ingin menyempurnakan penyusuan dan
tidak lebih dari itu. “Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian
kepada para ibu dengan cara ma’ruf,” kewajiban para ayah adalah
memberi nafkah kepada para ibu yang diceraikan, berupa memberi
pakaian secukupnya, agar mereka mau membantu ayah membesarkan
anak-anaknya.164
Ungkapan lafazh al-walidat, bukan al-muthallaqat atau an-nisa,
untuk memberikan rasa kasih sayang terhadap anak. Terjadinya
perceraian bukan berarti menghilangkan rasa keibuannya. Dalam ayat
Allah menyandarkan walad (anak) dengan kedua orangtuanya, dalam
firmannya: “walidun biwalidiha” dan “mauludun biwalidihi, untuk

161
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddiqy, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nur,hal:
399-400
162
Team Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, jilid ke-1, hal: 392
163
Team Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, jilid ke-1, hal: 392
164
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Terj. Shawatut Tafasir, Oleh Yasin, (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2011), jilid Ke-1, hal: 309
65

memohon belas kasihan kepadanya. Anak bukan orang asing bagi ayah
dan ibunya. Dan termasuk hak dari kedunya adalah memberikan rasa
kasih sayang kepada anaknya, dan tidak boleh ada persekutuan yang
berujung pada penderitaan anak.165
Ibu-ibu itu menysukan anak-anaknya dua tahun genap, bagi
orang yang menghendaki akan menyempurnakan susuan. Kewajiban
atas bapak memberi belanja ibu anaknya itu dan pakaiannya secara
ma’ruf. Tiadalah diberati seseorang, melainkan sekedar tenaganya.
Tiadalah melarat ibu karena anaknya, dan tiada pula (melarat) bapak
karena anaknya, dan terhadap warispun seperti demikian pula. Jika
kedua ibu bapak hendak menceraikan anaknya dari menyusui (sebelum
dua tahun) dengan kesukaan dan permusyarawatan antara keduanya,
maka tiada berdosa keduanya. Jika kamu menghendaki perempuan lain
menyusukan anakmu, maka tiada berdosa kamu bila kamu berikan
upahnya secara ma’ruf. Takutlah kepada Allah dan ketahuilah,
bahwasannya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.166
Ath-Thabari (923 M): Abu as-Sa’ib menceritakan kepada kami,
ia berkata: Hafish menceritakan kepada kami dari Asy-Sya’bani dari
Abu Adh-Dhuha dari Abu Abdurrahman dari Abdullah, ia berkata:
Anak yang telah disusui dua tahun atau dua tahun setelah disapih tidak
perlu disusui lagi.167

2. Pendidikan Dan Pengenalan Terhadap Al-Qur’an


Pendidikan dasar yang penting untuk diajarkan oleh orang tua
kepada anak sejak usia dini adalah membaca al-Qur’an. Hendaklah
pendidikan yang pertama untuk anak adalah mengajarkan al-Qur’an
sebelum dipersiapkan fisik dan akalnya, agar sejak dini dia mengucap
bahasa arab asli dan meresap pada dirinya nilai-nilai iman.168
Bahwasannya Allah telah membekali manusia ketika keluar dari
perut ibunya berupa pendengaran, penglihatan, dan akal sehingga bisa

165
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Terj. Shawatut Tafasir, Oleh Yasin, hal: 314-315
166
Mahmud Yunus, Tafsir Qur’an Karim Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya
Agung, 1993), hal: 52
167
Muhammad Ahmad Isawi, Terj. Tafsir Ibnu Mas’ud, Oleh Ali Murtadho Syahudi,
(Jakarta: Pustaka Azzam, 2009),hal: 284
168
Ridwan Abdullah Sani & Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter
Mengembangkan Karakter Anak Yang Islami, hal: 286
66

memperkenalkan al-Qur’an terutama melalui pendengaran,


sebagaimana firman-Nya,

‫ش ْيئًا َو َجعَ َل لَ ُك ُم‬ َ َ‫ون أ ُ َّم َهاتِ ُك ْم ََل تَ ْعلَ ُمون‬


ِ ‫ط‬ُ ُ‫َّللا أَ ْخ َر َج ُك ْم ِم ْن ب‬
ُ َّ ‫َو‬
َ‫ار َو ْاْل َ ْفئِ َدةَ لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُك ُرون‬
َ ‫ص‬َ ‫س ْم َع َو ْاْل َ ْب‬
َّ ‫ال‬
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibu-ibu kamu dalam
keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia menjadikan bagi
kamupendengaran,penglihatan-penglihatan, dan aneka hati agar kamu
bersyukur.”(Qs. An-Nahl Ayat 78)

Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu. (di waktu itu) kamu
tidak mengetahui seuatu pun. Dan Dia memberi kepadamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.169

َ َ‫ون أ ُ َّم َهاتِ ُك ْم ََل تَ ْعلَ ُمون‬


‫ش ْيئًا َو َج َع َل‬ (dan ِ ‫ط‬ُ ُ‫َّللا أَ ْخ َر َج ُك ْم ِم ْن ب‬
ُ َّ ‫َو‬
Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu pun) jumlah kalimat La Ta’lamuna sayian
َّ ‫َو َج َع َل لَ ُك ُم ال‬
berkedudukan menjadi Hal atau kalimat keterangan‫س ْم َع‬
(dan Dia memberi kalian pendengaran) lafaz As-Sam’u bermakna
jamak sekalipun lafaznya Mufrad‫ار‬
َ ‫ص‬َ ‫َو ْاْل َ ْب‬ َ‫َو ْاْل َ ْفئِ َدة‬ (penglihatan dan
ُ ‫( لَعَلَّ ُك ْم تَ ْش‬agar kalian bersyukur) kepada-Nya atas
hati) kalbu َ‫ك ُرون‬
hal-hal tersebut, oleh karenanya kalian beriman kepada-Nya.170
Dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan-
penglihatan, dan aneka hatisebagai bekal dan alat-alat untuk meraih
pengetahuan agar kamu bersyukur dengan menggunakan alat-alat
tersebut sesuai dengan tujuan Allah menganugerahkannya kepada
kamu. Ayat di atas menggunakan kata as-sam‘/pendengaran dengan
bentuk tunggal dan menempatkannya sebelum kata al-abshar/
penglihatan-penglihatan yang berbentuk jamak serta al-af’idah/aneka
hati yang juga berbentuk jamak.171

169
Oemar Bakry, Tafsir Rahmat, (Jakarta: P.T. Mutiara, 1982), hal: 27
170
Jalaluddin Al-Mashalliy & Jalaluddin As-Suyuthi, Terj. Tafsur Jalalain, Oleh
Bahrum Abu Bakar, (Bandung: Sinar Baru, 1990), hal: 1099
171
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-Qur’an,
jilid ke-1, hal: 672
67

Tercakup dalam pengertiannya potensi meraih ilham dan


percikan cahaya Ilahi. Didahulukannya kata pendengaran atas
penglihatan merupakan perurutan yang sungguh tepat karena memang
ilmu kedokteran modern membuktikan bahwa indra pendengaran
berfungsi mendahului indra penglihatan.
Ia mulai tumbuh pada diri seorang bayi pada pekan-pekan
pertama. Sedangkan, indra penglihatan baru bermula pada bulan ketiga
dan menjadi sempurna menginjak bulan keenam. Adapun kemampuan
akal dan mata hati yang berfungsi membedakan yang baik dan buruk,
ini berfungsi jauh sesudah kedua indra tersebut di atas. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa perurutan penyebutan indra-indra
pada ayat di atas mencerminkan tahap perkembangan fungsi indra-
indra tersebut. Selanjutnya, dipilihnya bentuk jamak untuk penglihatan
dan hati karena yang didengar selalu saja sama, baik oleh seorang
maupun banyak orang dan dari arah mana pun datangnya suara. Ini
berbeda dengan apa yang dilihat. Posisi tempatberpijak dan arah
pandang melahirkan perbedaan. Demikian juga hasil kerja akal dan
hati. Hati manusia sekali senang sekali susah, sekali benci dan sekali
rindu, tingkat-tingkatnya berbeda-beda walau objek yang dibenci dan
dirindui sama. Hasil penalaran akal pun demikian. Ia dapat berbeda,
boleh jadi ada yang sangat tepat, dan boleh jadi juga merupakan
kesalahan fatal. Kepala sama berambut, tetapi pikiran berbeda-beda.
Firman-Nya di atas menunjuk kepada alat-alat pokok yang
digunakan guna meraih pengetahuan. Yang alat pokok pada objek yang
bersifat material adalah mata dan telinga, sedang pada objek yang
bersifat immaterial adalah akal dan hati.172

C. Fase Pertumbuhan

1. Membiasakan Anak Mengucap Dzikrullah (pendidikan dasar fitrah


manusia)
Ditinjau dari segi bahasa, fitrah berarti: “ciptaan, sifat tertentu
yang mana setiap yang maujud disifati dengannya pada awal masa

172
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-Qur’an,
jilid ke-1, hal: 673
68

penciptaannya, sifat pembawaan manusia (yang ada sejak lahir), agama


atau as-Sunnah.173
Fitrah manusia itu cukup banyak macamnya. Ada baiknya di sini
hendak dikemukakan yang terpenting di antaranya, yaitu174:
a. Fitrah beragama: fitrah ini merupakan potensi bawaan yang
mendorong manusia untuk selalu pasrah, tunduk dan patuh kepada
Tuhan yang menguasai dan mengatur segala aspek kehidupan
manusia, dan fitrah ini merupakan sentral yang mengarahkan dan
mengontrol perkembangan fitrah-fitrah lainnya.
b. Fitrah berakal budi: fitrah ini merupakan potensi bawaan yang
mendorong manusia untuk berfikir dan berdzikir dalam memahami
tanda-tanda keagungan Tuhan yang ada di alam semesta, berkreasi
dan berbudaya, serta memahami persoalan dan tantangan hidup
yang dihadapinya dan berusaha memecahkannya.
c. Fitrah kebersihan dan kesucian: fitrah ini mendorong manusia untuk
selalu komitmen terhadap kebersihan dan kesucian diri dan
lingkungannya.
d. Fitrah bermoral/berakhlak: fitrah ini mendorong manusia untuk
komitmen terhadap norma-norma atau nilai-nilai dan aturan yang
berlaku.
e. Fitrah kebenaran: fitrah ini mendorong manusia untuk selalu
mencari mencari dan mencapai kebenaran.
f. Fitrah kemerdekaan: fitrah ini mendorong manusia untuk bersikap
bebas/merdeka, tidak terbelenggu dan tidak mau diperbudak oleh
sesuatu yang lain kecuali oleh keinginannya sendiri dan
kecintaannya kepada kebaikan.
g. Fitah keadilan: fitrah ini mendorong manusia untuk berusaha
menegakkan keadilan di muka bumi.
h. Fitrah persamaan dan persatuan: fitrah ini mendorong manusia
untuk mewujudkan persamaan hak serta menentang diskriminasi
ras, etnik, bahasa, dan sebaginya, dan berusaha menjalin kesatuan
dan persatuan di muka bumi.

173
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam Di Sekolah, hal: 16
174
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam Di Sekolah, hal: 18
69

i. Fitrah individu: fitrah ini mendorong manusia untuk bersikap


mandiri, bertanggung jawab atas segala tindakan yang dilakukan,
mempertahankan harga diri dan kehormatannya, serta menjaga
keselamatan diri dan hartanya.
j. Fitrah sosial: mendorong manusia untuk hidup bersama,
bekerjasama, bergotong royong, saling membantu dan sebagainya.
k. Fitrah seksual: mendorong seseorang untuk mengembangkan
keturunan (berkembang biak), melanjutkan keturunan, dan
mewariskan tugas-tugas kepada generasi penerusnya.
l. Fitrah ekonomi: mendorong manusia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya melalui aktivitas ekonomi.
m. Fitrah politik: mendorong manusia untuk berusaha menyusun suatu
kekuasaan dan institusi yang mampu melindungi kepentingan
bersama.
n. Fitrah seni: mendorong manusia untuk menghargai dan
mengembangkan kebutuhan seni dalam kehidupannya, dan fitrah-
fitrah lainnya.
Potensi fitrah harus ditumbuhkembangkan secara terpadu oleh
manusia dan diaktualkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam
kehidupan individu maupun sosialnya.175
Pada fitrah berakal budi, fitrah ini bisa diaplikasikan terhadap
anak-anak yakni dengan membiasakan anak-anak mengucap atau
mengganti kata-kata kebiasaan dengan dzikrullah. Ayat tentang fitrah
sebagai berikut,

َ ‫ور ِه ْم ذُ ِريَّتَ ُه ْم َوأَ ْش َه َدهُ ْم‬


‫علَى‬ ِ ‫ظ ُه‬ ُ ‫َو ِإ ْذ أَ َخذَ َربُّكَ ِم ْن بَنِي آ َد َم ِم ْن‬
َ ‫ش ِه ْدنَا أَ ْن تَقُولُوا َي ْو َم ْال ِق َيا َم ِة ِإنَّا ُكنَّا‬
‫ع ْن‬ َ ‫أَ ْنفُ ِس ِه ْم أَلَ ْستُ ِب َر ِب ُك ْم قَالُوا َبلَى‬
َ‫َهذَا غَافِلِين‬
“Dan ketika Tuhanmu mengeluarkan dari putra-putra Âdam dari
punggung mereka keturunan mereka dan Dia mempersaksikan mereka
atas diri mereka ‘Bukankah Aku Tuhan kamu?’ Mereka menjawab:
‘Betul! Kami telah menyaksikan’. (Kami lakukan yang demikian itu)
agar di Hari Kiamat kamu tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya kami

175
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam Di Sekolah, hal: 17
70

adalah orang-orang yang lengah terhadap ini’ atau kamu


mengatakan: ‘Sesungguhnya orang-orang tua kami telah
mempersekutukan (Tuhan) sebelum ini, sedang kami adalah anak-anak
keturunan sesudah mereka. Maka, apakah Engkau akan
membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat?’ Dan
demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu agar mereka
kembali.”)QS. Al-A’raf Ayat 172(.
Ayat ini menimbulkan perbedaan pendapat dalam penafsirannya.
Adakah yang dimaksud bahwa setiap orang dalam keturunannya Adam
kehadirannya terpisah dari masa Adam yang dahulu, dan bahwa suatu
ikatan janji diambil dari mereka semua, yang terikat sesuai dengan
pribadi masing-masing? Sebenarnya pertanyaan ini tidak perlu ada.
Kata-kata menurut teks dalam ayat itu ditujukan kepada keturunan
anak-anak Adam, yakni kepada semua umat manusia, yang sudah lahir
dan yang belum, tanpa batas waktu. Benih Adam meneruskan
kehadiran Adam, dan mewariskan peninggalan rohaninya. Umat
manusia yang demikian mempunyai segi kebersamaan, manusia sendiri
oleh Allah telah diberi kekuatan dan kemampuan tertentu, yang dengan
memiliki itu, dipihak kita, kita dapat mewujudkan kewajiban-
kewajiban rohani tersendiri, yang secara ikhlas harus dilaksanakan, dan
kewajiban-kewajiban ini dari segi hukum dapat dianggap timbul
sebagai akibat perjanjian yang berlaku. Dalam ayat sebelumnya isyarat
itu ditujukan kepada perjanjian yang berlaku terhadap kaum yahudi.
Sekarang kita melihat perjanjian itu yang berlaku untuk seluruh umat
manusia. Karena misi Rasulullah meliputi seluruh dunia.
Cara ini membuat perjanjian itu sudah lengkap. Kita mengakui
bahwa Allah adalah pencipta, Tuhan semesta alam, oleh karena itu kita
mengakui adanya kewajiban kita kepada-Nya. Kalau kita sudah
memberikan kesaksian mengenai diri kita sendiri, maka kewajiban itu
dengan sendirinya menjadi tanggungan kita, sebab ini terbawa oleh
kodrat kita sendiri yang masih bersih dan belum ternodai.176
Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan dari putra-putra
Adam masing-masing dari punggung, yakni sulbi orangtua, mereka

176
Abdullah Yusuf Ali, Terj. Tafsir Yusuf Ali, Oleh Ali Audah, (Bogor: Pustaka
Litera Antarnusa, 2009), jilid Ke-1, hal: 387
71

kemudian meletakkannya di rahim ibu-ibu mereka sampai akhirnya


menjadikannya keturunan mereka manusia sempurna, dan Dia, yakni
Allah, mempersaksikan mereka putra-putra Adam itu atas diri mereka
sendiri, yakni meminta pengakuan mereka masing-masing melalui
potensi yang dianugerahkan Allah kepada mereka, yakni akal mereka,
juga melalui penghamparan bukti keesaan-Nya di alam raya dan
pengutusan para nabi seraya berfirman: “Bukankah Aku Tuhan
Pemelihara kamu dan yang selalu berbuat baik kepada
kamu?”Mereka menjawab: “Betul! kami menyaksikan bahwa Engkau
adalah Tuhan Kami dan menyaksikan pula bahwa Engkau Maha Esa.”
Seakan-akan ada yang bertanya: “Mengapa Engkau lakukan demikian,
Wahai Tuhan?” Allah menjawab: “Kami lakukan yang demikian itu
agar di Hari Kiamat nanti kamu, wahai yang mengingkari keesaan-
Ku, tidak mengatakan: Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang
lengah terhadap ini yakni keesaan Tuhan karena tidak adanya bukti-
bukti tentang keesaan Allah SWT” atau agar kamu tidak mengatakan
seandainya tidak ada rasul yang Kami utus atau tidak ada bukti-bukti
itu bahwa “Sesungguhnya orang-orang tua kami telah
mempersekutukan Tuhan sebelum ini, yakni sejak dahulu, sedang kami
tidak mempunyai pembimbing selain mereka sehingga kami mengikuti
mereka saja karena kami ini adalah anak-anak keturunan yang datang
sesudah mereka. Maka, apakah wajar, wahai Tuhan, Engkau akan
menyiksa dan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang tua
kami yang sesat?” Dan demikianlah Kami menjelaskan dengan
terperinci dan beraneka ragam ayat-ayat itu, yakni bukti-bukti keesaan
Kami dan semua tuntunan Kami agar mereka kembali kepada
kebenaran dan kembali kepada fitrah mereka.177
Pada ayat ini Allah SWT bermaksud untuk menjelaskan kepada
manusia, bahwa hakekat kejadian manusia itu didasari atas
kepercayaan kepada Allah Yang Maha Esa. Sejak manusia itu
dilahirkan dari sulbi orang tua mereka, ia sudah menyaksikan tanda-

177
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-Qur’an,
jilid ke-1, hal: 369
72

tanda keesaan Allah SWT pada kejadian mereka sendiri.178 Allah SWT
berfitman pada ayat lain:

‫علَ ْي َها ََل‬


َ ‫اس‬َ َّ‫ط َر الن‬ َ َ‫َّللا الَّتِي ف‬ِ َّ َ‫ط َرت‬ ْ ِ‫ِين َحنِيفًا ف‬ِ ‫فَأَقِ ْم َوجْ َهكَ ِللد‬
َ‫اس ََل يَ ْعلَ ُمون‬ ِ َّ‫َّللا ذَلِكَ الدِينُ ْالقَيِ ُم َولَ ِك َّن أَ ْكثَ َر الن‬
ِ َّ ‫ق‬ ِ ‫تَ ْبدِي َل ِلخ َْل‬
“Maka hendaklah mukamu dengan lurus kepada agama Allah:
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut
fitrahnya itu, tidak ada perobahan bagi ciptaan Allah”(QS. Ar-Ruum
ayat 30).
Allah mempersaksikan mereka tentang keesaan-Nya melalui
potensi yang mereka miliki serta bukti-bukti keesaan yang Dia
hamparkan. Selanjutnya, karena kata mengambil dikaitkan dengan
putra-putri keturunan Adam AS, itu berarti masing-masing mereka,
orang perorang secara berdiri sendiri, telah diambil kesaksiannya
menyangkut keesaan Allah swt. dan mengakuinya sehingga setiap
orang pada hakikatnya memiliki pengetahuan serta fitrah yang
mengandung pengakuan akan keesaan itu.179
Ayat ini menjelaskan tentang adanya fitrah yakni potensi tauhid
dimana manusia bisa dengan secara tiba-tiba mengingat-Nya. Maka
perlu anak-anak ini dilatih untuk mengucap dzikrullah yang ketika ia
nantinya Allah beri ujian, maka ia dengan tak sengaja
mengucapdzikrullah seperti astagfirullah,subhanallah dan lainnya.

2. Membiasakan Menutup Aurat Dan Tampil Indah


Bahwasannya orang tua perlu mengajarkan kepada anak untuk
selalu menutup aurat juga menghiasi anak-anaknya supaya indah
dipandang juga anak-anak tersebut timbul percaya diri terhadap
lingkungan sekitar. Semisal disisiri rambutnya dan dipakaikan bedak
agar lebih manis dan sebagainya. Anjuran menutup aurat dan memakai
perhiasan atau sesuatu yang membuat lebih indah terdapat dalam
firman-Nya yaitu,

178
Team Departemen Agama Republik Indonesia Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-
Qur’an, Al-Quran Dan Tafsirnya, (Jakarta: P.T Wihanikurop, 1991), jilid Ke-3, hal: 645
179
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-Qur’an,
jilid ke-1, hal: 370
73

‫اس التَّ ْق َوى‬ ُ ‫شا َو ِل َب‬ ً ‫س ْوآتِ ُك ْم َو ِري‬ َ ‫سا ي َُو ِاري‬ َ ‫َيا َبنِي آ َد َم قَ ْد أَ ْنزَ ْلنَا‬
ً ‫علَ ْي ُك ْم ِل َبا‬
‫) يَا بَنِي آ َد َم ََل يَ ْفتِنَنَّ ُك ُم‬26( َ‫َّللا لَعَلَّ ُه ْم يَذَّ َّك ُرون‬ ِ َّ ‫ت‬ ِ ‫ذَلِكَ َخي ٌْر ذَلِكَ ِم ْن آيَا‬
َ ُ‫طا ُن َك َما أَ ْخ َر َج أَ َب َو ْي ُك ْم مِنَ ْال َجنَّ ِة َي ْن ِزع‬
َ ‫ع ْن ُه َما ِل َبا‬
‫س ُه َما ِلي ُِر َي ُه َما‬ َ ‫ش ْي‬
َّ ‫ال‬
َ‫اطين‬ ِ َ‫شي‬ َّ ‫ْث ََل ت ََر ْونَ ُه ْم إِنَّا َجعَ ْلنَا ال‬ ُ ‫س ْوآتِ ِه َما إِنَّهُ يَ َرا ُك ْم ه َُو َوقَبِيلُهُ ِم ْن َحي‬ َ
)27( َ‫أَ ْو ِل َيا َء ِللَّذِينَ ََل يُؤْ ِمنُون‬
“Wahai anak cucu Adam, sesungguhnya Kami telah menyediakan
pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi
pakaian takwa, itulah yang lebih baik. Demikianlah sebagian tanda-
tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka ingat.” Wahai anak
cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana
halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga,
dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperkihatkan aurat
keduanya. Sesungguhnya, dia dan pengikutnya dapat melihat kamu
dari suatu tempay yang kamu tidak bisa melihat mereka.
Sesungguhnya, Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi
orang-orang yang tidak beriman.”( QS. al-A’raf ayat 26 dan 27).
Hai anak-anak Adam, yakni manusia putra putri Adam sejak
putra pertama hingga anak terakhir dari keturunannya, sesungguhnya
Kami Tuhan Yang Maha Kuasa anak terakhir dari keturunannya, telah
menurunkan kepada kamu pakaian, yakni menyiapkan bahan pakaian
untuk menutupi sauat-sauat kamu, yakni aurat lahiriah serta
kekurangan-kekurangan batiniah yang dapat kamu gunakan sehari-hari,
dan menyiapkan pula bulu, yakni bahan pakaian indah untuk
menghiasi diri kamu dan yang kamu gunakan dalam peristiwa-
peristiwa istimewa.180
Dari sini dapat dipahami dua fungsi dari sekian banyak fungsi
pakaian, pertama, sebagai penutup bagian-bagian tubuh yang dinilai
oleh agama dan dinilai oleh seseorang atau masyarakat sebagai buruk
bila dilihat, dan yang kedua, sebagai hiasan yang menambah keindahan
pemakainya. Ini memberi isyarat bahwa agama memberi peluang yang

180
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-Qur’an,
jilid ke-4, hal: 67-68.
74

cukup luas untuk memperindah diri dan mengekspresikan


keindahan.181
Allah swt menganugerahi hamba-hamba-Nya pakaian dan
pakaian indah yang diciptakan untuk mereka. Libas menutup aurat.
Risya apa yang dijadikan memperindah. Yang pertama adalah dharurat
(kebutuhan primer) dan yang kedua termasuk takammulat dan tahsinat
(pelengkap, kebutuhan sekunder, dan tersier). 182
Wahai anak Adam, ingatlah nikmat Allah kepada kalian dan
kepada bapak kalian, Adam, sebelumnya, yakni kebutuhan agama dan
dunia yang Aku penuhi untuk kalian, seperti pakaian dan pakaian indah
untuk menutup aurat, menikmati perhiasan dan keindahan, serta
menjaga diri dari panas dan dingin. Maka penurunan pakaian dari
langit adalan menciptakannya, memproduksi bahannya, seperti katun,
wool, bulu unta, sutra, bulu burung yang dikehendaki oleh kebutuhan
manusia.183
Allah memberikan kemurahan kepada hamba-hamba-Nya, yaitu
berupa penciptaan pakaian dan perhiasan bagi mereka. Kata libas
dalam ayat tersebut berarti menutup penutup aurat. Sedangkan kata
risya berarti sesuatu yang digunakan untuk menghiasi diri.184
Pakaian bagi manusia adalah tampilan yang identik dengan
peradaban, kemajuan, dan tanda penghormatan terhdap orang lain.
Allah swt menganugerahkan pakaian bagi umat manusia dengan
mengadakan berbagai macam pakaian untuk menutupi aurat dan cacat,
dan berbagai macam bulu serta wol yang dapat dijadikan sebagai
pakaian yang nyaman dan menghangatkan.185
Sesungguhnya nikmat pakaian, baju, dan kesenangan menikmati
perhiasan serta keindahan, dan keterlindungan dari panas serta dingin,
termasuk nikmat yang paling besar pada umat manusia. Ini merupakan

181
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-Qur’an,
jilid ke-4, hal: 68
182
Wahbah Az-Zuhaili, Terj. Tafsir Al-Munir Aqidah, Syariah, Dan Manhaj, Oleh
Abdul Hayyie Al-Kattani, Mujiburrahman Subadi, Dkk. Jilid Ke-4, hal: 427
183
Wahbah Az-Zuhaili, Terj. Tafsir Al-Munir Aqidah, Syariah, Dan Manhaj, Oleh
Abdul Hayyie Al-Kattani, Mujiburrahman Subadi, Dkk. Jilid Ke-4, hal: 427-428
184
Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq Aal As-Syeikh, Terj.
Lubabut Tafsir Min Ibnu Katsir, Oleh Abdul Ghaffar, (Pustaka Imam Syafi’i. 2001), jilid
Ke-3, hal: 360
185
Wahbah Az-Zuhaili, Terj. Tafsir Al-Wasith, Oleh Muhtadi, Dkk. (Depok: Gema
Insani, 2012), jilid Ke-1, hal: 558
75

karunia Allah bagi hamba-hamba-Nya karena Dia melindungi mereka


dengan mengadakan berbagai macam pakaian dan barang sehingga
mereka dapat terlindungi dari pandangan buruk.186
Allah memberi nikmat kepada mereka dengan apa yang Dia
sediakan untuk mereka berupa pakaian pokok dan pakaian lain yang
tujuannya adalah keindahan.187
Sebaiknya kita juga mendisiplinkan anak-anak agar
menggunakan pakaian bagus ketika hendak ke masjid. Yakni tutuplah
auratmu pada waktu shalat, karena menutupnya adalah perhiasan bagi
tubuh sebagaimana membukanya berarti membiarkan tubuh dalam
keadaan buruk dan tidak pantas.188 Sebagaimana firmanya-nya,

‫يَا بَنِي آ َد َم ُخذُوا ِزينَتَ ُك ْم ِع ْن َد ُك ِل َمس ِْج ٍد‬


“Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang bagus pada
setiap (memasuki) masjid.”(QS. al-A’raf ayat 31).
D. Fase pembelajaran

1. Pembelajaran Mengenai Berbagai Ilmu

‫صيًّا‬
ِ ‫ع‬ ً ‫َوبَ ًّرا بِ َوا ِل َد ْي ِه َولَ ْم يَ ُك ْن َجب‬
َ ‫َّارا‬
“Dan sangat berbakti kepada kedua orang tuanya, dan dia
bukan orang yang sombong (bukan pula) orang yang durhaka.”(QS.
Maryam ayat 14).
Sekalipun Nabi Yahya bertemu dengan kedua orang tuanya
dalam kondisi tua dan lemah dan tidak pula mendapatkan kasih sayang
dari keduanya, namun Yahya sayang dan peduli kepada kedua orang
tuanya tersebut. Yahya tetap berbakti kepadakeduanya sekalipun yang

186
Wahbah Az-Zuhaili, Terj. Tafsir Al-Wasith, Oleh Muhtadi, Dkk. Jilid Ke-1, hal:
559
187
Abdurrahman Bin Nashir As-Sa’dim, Terj. Tafsir Al-Karim Ar-Rahman Fi Tafsir
Kalam Al-Mannan Oleh Muhammad Iqbak, Dkk. (Jakarta: Darul Haq, 2017), jilid Ke-3, hal:
15
188
Abdurrahman Bin Nashir As-Sa’di, Terj. Tafsir Al-Karim Ar-Rahman Fi Tafsir
Kalam Al-Mannan, Oleh Muhammad Iqbak, Dkk. Jilid Ke-3, hal: 21
76

mendidik dan mengajarinya adalah Allah langsung. Dia tidak pernah


menyakiti hati keduanya, dia tetap santun dan patuh.189
2. Kasih Sayang

‫علَى ِإ ْخ َوتِكَ فَ َي ِكيدُوا لَكَ َك ْيدًا ِإ َّن‬


َ َ‫ص ُرؤْ َياك‬ ْ ‫ص‬ُ ‫ي ََل تَ ْق‬ َّ َ‫قَا َل َيا بُن‬
‫عدُو ُم ِبي ٌن‬
َ ‫ان‬
ِ ‫س‬ ِ ْ ‫طانَ ِل‬
َ ‫ْل ْن‬ َ ‫ش ْي‬
َّ ‫ال‬
“Dia (ayahnya) berkata, “Wahai anakku! Janganlah engkau
ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu, mereka akan
membuat tipu daya (untuk membinasakan)mu. Sungguh, setan itu
musuh yang jelas bagi manusia.”( QS. yusuf ayat: 5)
Kisahkan wahai Muhammad kepada kaummu tentang kisah Nabi
Yusuf ketika dia berkata kepada ayahnya (Ya’qub), “sesungguhnya
aku bermimpi dalam tidurku melihat sebelas bintang, matahari, dan
bulan semuanya bersujud kepadaku.” Sujud di sini adalah sujud
penghormatan, menundukkan kepala dan tunduk tawadhu. Bukan
sujud sebagai ibadah. Disandarkan sifat fi’il yang tidak berakal dengan
sifat yang berakal (sujud) untuk menunjukkan bahwa hal tersebut
merupakan mimpi ilham dan bukan mimpi buah tidur belaka. Ibnu
Abbasa berkata bahwa mimpi para nabi adalah wahyu. Yang dimaksud
sebelas bintang adalah saudara-saudara Yusuf yang berjumlah sebelas
orang. Arti bintang adalah saudara-saudaranya. Sedangkan matahari
dan bulan adalah ayah dan ibunya.190Oleh sebab itu berkatalah Nabi
Ya’kub AS kepada anaknya: “Hai anakku jangan sekali-kali engkau
beritahukan apa yang engkau lihat dalam mimpi itu, karena kalau
mereka sampai mengetahuinya, mereka akan mengerti ta’bir mimpi itu
dan mereka akan iri dan dengki terhadapmu. Aku melihat bahwa
mimpi itu bukan sembarang mimpi. Mimpimu itu adalah sebagai ilham
dari Allah bahwa engkau di belakang hari akan menjadi orang besar
dan berpengaruh dan manusia akan tunduk patuh kepadamu termasuk
saudara-saudaramu dan aku beserta ibumu. Aku tidak dapat menjamin
bahwa saudara-saudaramu tidak akan melakukan tindakan-tindakan

189
Muhammad Mutawalli Sya’rawi, Terj. Tafsir Sya’rawi, Oleh Tim Terjemah Safir
Al-Azhar, Dkk. Jilid Ke-8, hal: 510
190
Wahbah Az-Zuhaili, Terj. Tafsir Al-Munir Aqidah, Syariah, Dan Manhaj, Oleh
Abdul Hayyie Al-Kattani, Mujiburrahman Subadi, jilid ke-6, Dkk.Hal: 450
77

buruk terhadapmu karena memang manusia ini selalu diperdayakan


oleh setan semenjak dari Adam AS, sampai sekarang dan tetap akan
memperdayakannya sampai hari kiamat agar mereka tersesat dari jalan
yang benar dan tetap akan membujuk dan merayunya untuk rela
melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan agama dan
perikemanusiaan.191
Saat al-Qur’an menghadirkan pernyataan seorang ayah kepada
anaknya, maka pernyataan itu hadir dalam bentuk ‫ يَا بُنَي‬yang
merupakan khitab tahnin/sapaan yang mengandung kasih sayang yang
menunjukkan kedekatan hati. Kata ‫ يَا بُنَي‬adalah bentuk tasghir dari
kata ibn. Bentuk lain perkataan sang ayah kepada anaknya, adalah
dalam bentuk ibnii seperti yang disebutkan dalam firman Allah tentang
Nuh yang berbicara tentang anaknya yang memilih kekufuran daripada
iman: (QS Hud ayat 45) maka kata ‫ ََي بُنَي‬dengan rasa sayang yang
terkandung di dalamnya akan memberikan banyak manfaat bagi kita
dalam hal-hal yang akan datang berupa sikap Yusuf dan sikap ayahnya
terhadapnya.192
Perkataan Yakub kepada Yusuf: “‫ ”يَا بُنَي‬dipahami bahwa Yusuf
AS saat itu masih kecil. Yakub adalah asl/ayah sedangkan Yusuf
adalah far’u/anak. Asal sesuatu selalu memiliki kasih sayang penuh
terhadap cabangnya. Kata bunayya adalah bentuk tasghir/perkecilan
dari kata ibni/anakku. Bentuk itu antara lain digunakan untuk
menggambarkan kasih sayang karena kasih sayang biasanya tercurah
kepada anak, apalagi yang masih kecil. Kesalahan-kesalahannya pun
ditoleransi, paling tidak atas dasar ia dinilai masih kecil. Perkecilan itu
juga digunakan untuk menggambarkan kemesraan seperti antara lain
ketika Nabi Muhammad SAW menggelari salah seorang sahabat beliau
dengan nama Abu Hurairah. Kata hurairah adalah bentuk perkecilan

191
Team Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, jilid ke-4, hal: 610-
611
192
Muhammad Mutawalli Sya’rawi, Terj. Tafsir Sya’rawi, Oleh Tim Terjemah Safir
Al-Azhar, Dkk. (Medan: Duta Azhar, 2008), jilid Ke-7, hal: 17
78

dari kata hirrah, yakni kucing, karena ketika itu yang bersangkutan
sedang bermain dengan seekor kucing.193
Perkataan ini juga dipahami bahwa sang anak masih kecil, belum
dan tidak memiliki jati diri/kepribadian yang terpisah dari sang ayah,
sehingga belum bisa menentukan apa yang sesuai dan tidak sesuai
baginya.
Ketika Yusuf dikejutkan dengan mimpi yang mengganggunya
serta merta dia berlindung kepada orang yang mencintainya yaitu sang
ayah, karena ayah adalah orang yang paling mampu untuk menghadapi
kesulitan menurut pandangan sang anak.194
Di sini Yakub AS berkata: hai anakku, janganlah kamu ceritakan
mimpimu itu kepada saudara-saudaramu. Sebagai ayah, Yakub AS
dapat dipercaya oleh anaknya. Tapi saudara Yusuf lainnya tidak dapat
dipercaya untuk menjaga keselamatannya. Jika Yusuf menceritakan
mimpinya kepada sang ayah, pasti sang ayah akan memberikan yang
terbaik bagi Yusuf dan memberinya petunjuk. Namun, apabila dia
menceritakan mimpi tersebut kepada saudaranya, rasa cemburu akan
membuat mereka iri terhadap Yusuf.195Dengan penuh kasih, dia, yakni
sang ayah, berkata, “Hai anakku sayang, janganlah engkau ceritakan
mimpimu ini kepada saudara-saudaramu karena, jika mereka
mengetahuinya, mereka akan membuat tipu daya, yakni gangguan,
terhadapmu, tipu daya besar yang tidak dapat engkau elakkan.”196
3. Ibadah
Shalat merupakan kewajiban bagi umat Islam. anak harus dididik
untuk mendirikan shalat. orang tua maupun guru harus sabar dan ikhlas
dalam mengajarkan anak untuk mendirikan shalat.197 sebagaimana
firman-Nya

193
M. Quraish Shihab, TafsirAl Misbah Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-Qur’an,
jilid ke-6, hal: 16.
194
Muhammad Mutawalli Sya’rawi, Terj. Tafsir Sya’rawi, Oleh Tim Terjemah Safir
Al-Azhar, Dkk. Jilid ke-7, hal: 17-18
195
Muhammad Mutawalli Sya’rawi, Terj. Tafsir Sya’rawi, Oleh Tim Terjemah Safir
Al-Azhar, Dkk. Jilid ke-7, hal: 18-19
196
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-Qur’an,
jilid ke-6, hal: 15
197
Ridwan Abdullah Sani &Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter
Mengembangakan Karakter Anak Yang Islami, hal: 277
79

َ‫علَ ْي َها ََل نَسْأَلُكَ ِر ْزقًا نَ ْح ُن ن َْر ُزقُك‬ َ ‫ص‬


َ ‫ط ِب ْر‬ َّ ‫َوأْ ُم ْر أَ ْهلَكَ ِبال‬
ْ ‫ص ََل ِة َوا‬
‫َو ْالعَاقِبَةُ ِللتَّ ْق َوى‬
“Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan shalat dan
sabar dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu,
Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di
akhirat) adalah bagi orang yang bertaqwa.”( QS. Thaha ayat 132).
Pembinaan anak dalam beribadah dianggap sebagai
penyempurnaan dari pembinaan akidah. Karena nilai ibadah yang
didapat oleh anak akan dapat menambah keyakinan akan kebenaran
ajarannya. Atau dalam istilah lain semakin tinggi nilai ibadah yang ia
miliki, akan semakin tinggi pula keimanannya. Maka bentuk ibadah
yang dilakukan anak bisa dikatakan sebagai cerminan atau bukti nyata
dari akidahnya.198
Diriwayatkan pula oleh Malik dan Baihaqi dari Aslam, di antara
adat kebiasaan Umar bin Khattab ialah dia selalu melakukan shalat
malam sekuat tenaganya sampai hampir waktu fajar tiba. Kemudian
beliau membangunkan keluarganya dan memrintahkannya suapa
mereka melakukan shalat, dengan membaca ayat ini.199
Masa kecil anak bukanlah masa pembebanan atau pemberian
kewajiban, tapi merupakan masa persiapan, latihan, dan pembiasaan.
Sehingga ketika mereka sudah memasuki masa dewasa, yaitu pada saat
mereka mendapatkan kewajiban dalam beribadah, segala jenis ibadah
yang Allah wajibkan dapat mereka lakukan dengan penuh kesadaran
dan keikhlasan, karena sebelumnya mereka sudah terbiasa melakukan
ibadah-ibadah tersebut.200

‫ع ِع ْن َد َب ْيتِكَ ْال ُم َح َّر ِم‬


ٍ ‫غي ِْر ذِي زَ ْر‬ َ ‫َربَّنَا ِإنِي أَ ْس َك ْنتُ ِم ْن ذُ ِريَّتِي ِب َوا ٍد‬
َ‫ار ُز ْق ُه ْم مِن‬ ِ َّ‫ص ََلةَ فَاجْ عَ ْل أَ ْفئِ َدةً مِنَ الن‬
ْ ‫اس تَ ْه ِوي إِلَ ْي ِه ْم َو‬ َّ ‫َربَّنَا ِليُ ِقي ُموا ال‬
َ‫ت لَعَلَّ ُه ْم يَ ْش ُك ُرون‬
ِ ‫الثَّ َم َرا‬
198
Muhammad Nur Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung:
Penerbit Al Bayan, 1997), hal:150
199
Team Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, Jilid ke-6, hal: 237
200
Muhammad Nur Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, hal: 151
80

“Ya Tuhan kami, Sesungguhnya Aku Telah menempatkan


sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-
tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan
kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka
jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri
rezkilah mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan mereka
bersyukur.” ) QS. Ibrahim ayat 37).
Firman-Nya, ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku
orang-orang yang tetap mendirikan shalat. karena shalat merupakan
tujuan hidup dan padanya terdapat zikir serta ungkapan rasa syukur
kepada Allah. Maka ketika seorang hamba mendirikan shalat lalu
melaksanakannya sesuai dengan syarat dan rukunnya maka dia
termasuk orang-orang yang berdzikir dan bersyukur. Tetapi jika dia
meninggalkannya maka dia termasuk orang-orang yang lalai dan
termasuk orang-orang kafir. Kemudian Ibrahim sangat berharap
kepada Tuhannya agar mengabulkan doanya dan meminta ampunan
bagi dirinya dan kedua orang tuanya serta orang-orang yang beriman
pada hari dimana manusia berdiri untuk dihisab sebagai amal
perbuatannya, dan itulah hari kiamat.201

‫علَى َما‬ ْ ‫ع ِن ْال ُم ْن َك ِر َوا‬


َ ‫صبِ ْر‬ ِ ‫ص ََلةَ َوأْ ُم ْر بِ ْال َم ْع ُر‬
َ َ‫وف َوا ْنه‬ َّ ‫ي أَقِ ِم ال‬
َّ َ‫يَا بُن‬
ِ ‫ع ْز ِم ْاْل ُ ُم‬
‫ور‬ َ ‫صابَكَ ِإ َّن ذَلِكَ ِم ْن‬ َ َ‫أ‬
“(Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan
yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan
Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”(QS.
Luqman ayat 17).
“Hai anakku, dirikanlah shalat,” yaitu dengan menegakkan
batas-batasnya, melakukan fardhu-fardhunya dan menetapkan waktu-
waktunya.202 Tegakkanlah sembahyang! Suruhlah memperkuat yang
ma’ruf dan laranglah memperbuat yang munkar. Sabarlah atas cobaan

201
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Terj. Tafsir Al-Qur’an Al-Aisar, Oleh Suratman, Dkk.
Jilid ke-4, hal: 119
202
Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq, Terj. Lubaabut Tasiir Min
Ibni Katsiir, Oleh M. Abdul Ghoffar & Abu Ihsan Al-Atsari, jilid ke-6, cet_4, hal: 404
81

yang menimpa engkau.203 Disebabkan amar ma’ruf dan nahi munkar-


mu itu. “Sesungguhnya yang demikian itu,” hal yang telah disebutkan
itu “termasuk hal-hal yang ditetapkan untuk diamalkan,” karena
mengingat hal-hal tersebut merupakan hal-hal yang wajib.204
Inilah modal hidup diberikan Luqman kepada anaknya dan
dibawakan menjadi modal pula bagi kita semua, disampaikan oleh
Muhammad kepada ummatnya. Untuk memperkuat pribadi dan
meneguhkan hubungan dengan Allah, untuk memperdalam rasa syukur
kepada Tuhan atas nikmat dan perlindungan-Nya yang selalu kita
terima, dirikanlah sembahyang. Dengan sembahyang kita melati lidah,
hati dan seluruh anggota badan selalu ingat kepada Tuhan.205
Pada ayat ini Luqman mewasiatkan kepada anaknya:
a. selalu mendirikan shalat dengan sebaik-baiknya, sehingga shalat itu
diridai Allah.
b. Berusaha mengajak manusia mengerjakan perbuatan-perbuatan baik
yang diridai Allah dan berusaha agar manusia tidak mengerjakan
perbuatan-perbuatan dosa, beusaha membersihkan jiwa dan
mencapai keberuntungan.
c. Selalu bersabar terhadap segala macam cobaan yang menimpa,
akibat dari mengajak manusia berbuat baik dan meninggalkan
perbuatan yang mungkar, baik cobaan itu dalam bentuk kesenangan
dan kemegahan, maupun dalam bentuk kesengsaraan206
d. Menjauhi akhlak sombong

4. Bersabar Dan Memaafkan


Tantangan dari anak mungkin timbul dari sifat dan karakter yang
dimilikinya. Hal tersebut dikarenakan setiap anak memiliki
kepribadian dan perkembangan jiwa yang berbeda. Orang tua harus
mengenal dan memahami sifat dan karakter anak. Orang tua juga harus
cermat dalam menyikapi perubahan sikap, perilaku, maupun perasaan

203
Mahmud Yunus, Tafsir Qur’an Karim, (Jakarta: P.T. Hidakarya Agung, 1981)
cet_21, hal: 604
204
Jalaluddin Al-Mahalli & Jalaluddin As-Suyuti, Terj. Tafsir Jalalain, Oleh Bahrun
Abubakar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2006), jilid ke-2, cet_4, hal: 477
205
Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Singapura: Pustaka Nasional, 2003), jilid ke-7, cet_5,
hal: 5570
206
Team Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, jilid ke-7, hal: 643-
644
82

anak.207 Selain itu, orang tua sebaiknya berhati-hati dalam bertindak


terhadap anak yang terkadang membuat resah orang tua. Bahkan anak
juga bisa membuat orang tua menjadi lalai akan perintah Allah SWT.
Yang harus dilakukan adalah memaafkan anak tersebut. Sebagaimana
dalam firman-Nya,

َ ‫اج ُك ْم َوأَ ْو ََل ِد ُك ْم‬


‫عد ًُّوا لَ ُك ْم فَاحْ ذَ ُروهُ ْم َوإِ ْن‬ ِ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا إِ َّن ِم ْن أَ ْز َو‬
‫) ِإنَّ َما أَ ْم َوالُ ُك ْم‬14( ‫ور َر ِحي ٌم‬ ٌ ُ‫غف‬ َ َّ ‫صفَ ُحوا َوتَ ْغ ِف ُروا فَإِ َّن‬
َ ‫َّللا‬ ْ َ‫تَ ْعفُوا َوت‬
)15( ‫ع ِظي ٌم‬ ٌ َ‫َّللا ِع ْن َدهُ أ‬
َ ‫جْر‬ ُ َّ ‫َوأَ ْو ََل ُد ُك ْم فِ ْتنَةٌ َو‬
“wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di antara
istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka
berhati-hatilah kamu terhadapmereka, dan jika kamu maafkan dan
kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha
Pengampun, Maha Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan anak-
anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah pahala yang
besar. (QS. at-Taghaabun ayat 14-18).
Tirmidzi, Hakim, dan Ibnu Jarir meriwayatkan dari Abdullah bin
Abbas r.a., bahwa ia berkata, “firman Allah ini ( ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا إِ َّن‬
ِ ‫) ِم ْن أَ ْز َو‬
‫اج ُك ْم‬ turun berkaitan dengan sejumlah orang dari penduduk
mekah. Mereka masuk Islam, lalu istri-istri dan anak-anak mereka
tidak mau jika mereka tinggalkan untuk menyusul Rasulullah ke
Madinah. Namun pada akhirnya mereka pun datang juga ke Madinah.
Ketika datang kepada Rasulullah, mereka melihat ternyata orang-orang
(yang lebih dulu berhijrah sebelum mereka) telah mengalami kemajuan
yang pesat dalam memiliki pemahaman tentang agama. Mereka pun
ingin menghukum istri-istri dan anak-anak mereka itu (karena telah
membuat mereka terlambat dalam berhijrah).
Pada pangkal ayat diterangkan dengan memakai min, yang
berarti daripada, artinya setengah daripada, tegasnya bukanlah semua
istri atau semua anak jadi musuh hanya kadang-kadang atau pernah
ada. Hasil dari sikap mereka telah merupakan suatu musuh yang

207
Ridwan Abdullah Sani &Muhammad Kadri Pendidikan Karakter
Mengenmbangakn Karakter Anak Yang Islami, hal: 318-319
83

menghambat cita-cita seorang mukmin sebagai suami atau sebagai


ayah. Contoh dari istri yang jadi musuh suami akan kita temukan kelak
pada akhir surat at-Tahrim, surat 66, yaitu istri-istri dari dua orang
Nabi, Nabi Nuh dan Nabi Luth, lain sikap suami mereka lain pula
pekerjaan mereka. Contoh permusuhan dari pihak anak bertemu pula
pada Nabi Nuh, ketika salah seorang dari anaknya tidak suka ikut
beliau menaiki bahtera yang telah disediakan, sehingga anak itu turut
tenggelam, sampai Tuhan memberikan keputusan kepada Nabi Nuh, 208

‫ح‬
ٍ ‫صا ِل‬ َ ُ‫ْس ِم ْن أَ ْهلِكَ إِنَّه‬
َ ‫ع َم ٌل‬
َ ‫غي ُْر‬ َ ‫ح إِنَّهُ لَي‬
ُ ‫قَا َل يَا نُو‬
"Allah berfirman: "Hai Nuh sesungguhnya dia bukanlah anak
engkau, sesungguhnya dia ini adalah mempunyai amalan yang tidak
shaleh (perbuatan yang tidak baik) (QS. Hud ayat 46).
Sebab itu si anak sudah dianggap orang lain, buka keluarga lagi.
Sikap istri-istri dan anak-anak yang demikian samalah dengan
memusuhi. Tetapi oleh karena mereka bukan musuh yang harus
ditentang dihadapi, Tuhan pun memberikan bimbingan bagaimana cara
mengahadapi mereka. Pertama hendaklah memberi maaf saja, kedua
anggap saja soal itu telah habis dan janganlah berputus asa, bimbinglah
mereka dengan dada lapang, moga-moga mereka akan tunduk juga
akhirnya kelak, sebab suami atau ayahnya menghadapi mereka dengan
bijaksana. Kalau mereka terlanjur berbuat tantangan, tetapi mereka
akhirnya tunduk dan patuh, maka segala kesalahan mereka yang telah
lalu itu hendaklah diampuni.209
Karena kadang-kadang terlalu jauh berbeda alam fikiran ayah
dengan anak. Tetapi asal saja seorang ayah mendidik putranya dengan
budi pekerti yang dapatdicontoh, ayah akan tetap menjadi kebanggaan
dari anaknya. Ilmu jiwa menunjukkan bahwa ayah yang budiman itu
dipandang sebagi favorit, yaitu orang yangdibanggakan oleh putranya.
Maka janganlah sampai anak itu menampak kekurangan budi pada
ayahnya, sehingga dia kehilangan pegangan.210

208
Hamka, Tafsir Al-Azhar, jilid ke-28, hal: 246
209
Hamka, Tafsir Al-Azhar, jilid ke-28, hal: 247
210
Hamka, Tafsir Al-Azhar, jilid ke-28, hal: 247
84

“Lalu Allah SWT pun menurunkan ayat, (‫حوا‬ ْ َ‫) َو ِإ ْن تَ ْعفُوا َوت‬.
ُ َ‫صف‬
Ibnu jarir meriwayatkan dari ‘Atha’ bin yasar, ia berkata, “surat at-
Taghabuun seluruhnya turun di mekah, kecuali ayat-ayat telah tersebut
ِ ‫ َيا أَ ُّي َها الَّذِينَ آ َمنُوا ِإ َّن ِم ْن أَ ْز َو‬yaitu ayat ini turun
ُ ‫اج‬
di atas, ‫ك ْم‬
menyangkut ‘Auf bin malik al-asyja’i. Ia adalah laki-laki yang
memiliki keluarga (istri) dan anak. Jika ia hendak pergi ikut berperang,
mereka pun menangisinya, lalu berkata, ‘kepada siapa kamu serahkan
kami?’ Ia pun terenyuh dan merasa kasihan sehingga akhirnya ia pun
mengurungkan keinginannya untuk pergi. Lalu turunlah ayat ini dan
ayat-ayat setelahnya sampai akhir surah di Madinah.”
Dalam sebuah riwayat dari Abdullah bin Abbas r.a., disebutkan,
ia berkata, “ada seorang laki-laki ingin berhijrah, lalu dihalang-halangi
oleh istrinya. Ia pun berkata, ‘sungguh demi Allah, jika Allah SWT
mengumpulkan antara aku dan kalian di Daarul Hijtah (Madinah),
niscaya aku akan melakukan begini dan begini’ Allah SWT pun
menyatukan mereka kembali di Madinah, lalu Allah SWT pun
menurunkan ayat ini.”211
Kita telah mengetahui bahwa sebab dan latar belakang turunnya
ayat ini adalah sejumlah orang dari penduduk Mekah masuk Islam dan
ingin berhijrah. Allah SWT pun memerintahkan mereka agar waspada
dan hati-hati terhadap istri-istri dan anak-anak mereka itu, jangan
sampai mereka menuruti semua kemauan istri dan anak-anak
tersebut.212
Karena ia (seseorang) merasa cinta dan sayang kepada istri dan
anaknya, supaya keduanya hidup mewah dan senang, ia tidak segan
berbuat yang dilarang agama, seperti korupsi dan lainnya,
menyebabkan ia rusak binasa. Oleh karena itu, ia harus berhati-hati,
penuh kesabaran menghadapi anak istri mereka. Jangan terlalu ditekan.
Sebaiknya mereka itu dimaafkan; tidak dimarahi tetap diampuni.213

211
Wahbah Az-Zuhaili, Terj. Tafsir Al-Munir Aqidah, Syariah, Dan Manhaj, Oleh
Abdul Hayyie Al-Kattani, Mujiburrahman Subadi, Dkk. ( Depok: Gema Insani, 2014), jilid
ke14, hal: 628
212
Wahbah Az-Zuhaili, Terj. Tafsir Al-Munir Aqidah, Syariah, Dan Manhaj Oleh
Abdul Hayyie Al-Kattani, Mujiburrahman Subadi, Dkk. Hal: 629
213
Team Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, jilid ke-10, hal: 192
85

Kemudia Allah SWT memerintahkan untuk memaafkan para istri


dan anak-anak tersebut,

ٌ ُ‫غف‬
‫ور َر ِحي ٌم‬ ْ َ‫َوإِ ْن تَ ْعفُوا َوت‬
َ َّ ‫صفَ ُحوا َوتَ ْغ ِف ُروا فَإِ َّن‬
َ ‫َّللا‬
“Dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni
(mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
(At-Taghabun ayat 14).
Jika kalian memaafkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh
para istri dan anak-anak kalian dengan tidak menghukum mereka,
berlapang dada dengan tidak memarahi, mencela dan mencerca
mereka, serta menutup-nutupi kesalahan-kesalahan mereka sebagai
langkah persiapan untuk memaafkan mereka, sesungguhnya Allah
SWT Maha Pengampun terhadap dosa-dosa para hamba-Nya serta
Maha Penyayang kepada mereka, memperlakukan mereka dengan
perlakuan yang lebih baik dari apayang telah mereka lakukan.
Kemudian Allah memperjelas dan mempertegas permasalahannya
yang ada melalui firman-Nya yaitu:214

َ ‫َّللا ِع ْن َدهُ أَج ٌْر‬


‫ع ِظي ٌم‬ ُ َّ ‫ِإنَّ َما أَ ْم َوالُ ُك ْم َوأَ ْو ََل ُد ُك ْم فِتْنَةٌ َو‬
“sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan
(bagimu), dan di sisi Allah pahala yang besar,” (At-Taghabuun ayat
15).
Sesungguhnya harta dan anak tidak lain hanyalah ujian dan
cobaan. Terkadang mungkin harta dan anak-anak kalian mendorong
kalian melakukan hal yang haram, tidak menunaikan hak Allah SWT,
melakukan perbuatan maksiat dan dosa. Sesungguhnya di sisi Allah
SWT ada pahala yang agung bagi orang yang lebih memprioritaskan
dan lebih mengutamakan ketaatan kepada Allah SWT dan
meninggalkan maksiat terhadap-Nya yang kemaksiatan itu dipicu oleh
rasa cinta kepada harta dan anaknya.215

214
Wahbah Az-Zuhaili, Terj. Tafsir Al-Munir Aqidah, Syariah, Dan Manhaj, Oleh
Abdul Hayyie Al-Kattani, Mujiburrahman Subadi, Dkk. Hal: 629
215
Wahbah Az-Zuhaili, Terj. Tafsir Al-Munir Aqidah, Syariah, Dan Manhaj, Oleh
Abdul Hayyie Al-Kattani, Mujiburrahman Subadi, Dkk. Hal: 629
86

Duduknya setan bisa dengan meniupkan bisikan dan godaan-


godaan, dan bisa juga dengan memprovokasinya untuk menuruti
kemauan istri, anak dan teman. Allah SWT berfirman,

‫ضنَا لَ ُه ْم قُ َرنَا َء فَزَ يَّنُوا لَ ُه ْم َما بَيْنَ أَ ْيدِي ِه ْم َو َما خ َْلفَ ُه ْم‬
ْ َّ‫َوقَي‬
“Dan kami tetapkan bagi mereka teman-teman (setan) yang
memuji-muji apa saja yang ada dihadapan dan dibelakang
mereka.”(QS. Fushshilat ayat 25).
5. Akhlak Mulia
Luqman memberi nasehat bahwa anak harus berbakti kepada
kedua orang tua. Sudah seharusnya kita memuliakan dan menghormati
orang tua karena keduanya yang memelihara kita, terutama ibu yang
telah mengandung kita dalam keadaan payah. Orang tua memiliki rasa
cinta dan kasih sayang terhadap anaknya. Perasaan tersebut dijadikan
Allah sebagai asas kehidupan psikis, sosial, dan fisik kebanyakan
makhluk hidup. Allah memerintahkan manusia untuk berbakti kepada
kedua orang tua, sebagimana ayat berikut:216

‫صالُهُ فِي‬ َ ‫سانَ ِب َوا ِل َد ْي ِه َح َملَتْهُ أ ُ ُّمهُ َو ْهنًا‬


َ ِ‫علَى َو ْه ٍن َوف‬ ِ ْ ‫ص ْينَا‬
َ ‫اْل ْن‬ َّ ‫َو َو‬
‫ير‬
ُ ‫ص‬ ِ ‫ي ْال َم‬ َّ َ‫عا َمي ِْن أَ ِن ا ْش ُك ْر ِلي َو ِل َوا ِل َديْكَ ِإل‬ َ
“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada
dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam
keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun]. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu,
Hanya kepada-Kulah kembalimu.”(QS. Luqman ayat 14).

“Dan Kami wasiatkan kepada manusia terhadap kedua ibu-


bapaknya.” (pangkal ayat 14). Wasiat kalau datang dari Allah sifatnya
ialah perintah. Tegasnya ialah bahwa Tuhan memerintahkan kepada
manusia agar mereka menghormati dan memuliakan kedua ibu-

216
Ridwan Abdullah Sani & Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter
Mengembangkan Karakter Anak Yang Islami, hal: 168
87

bapaknya.217 Adab sopan santun ini haruslah tiap-tiap ibu bapa


mengajarkan kepada anak-anaknya.218
“Ibunya telah mengandungnya,” dengan susah payah, “Dalam
keadaan lemah yang bertambah-tambah,” ia lemah karena
mengandung, lemah sewaktu mengeluarkan bayinya, dan lemah
sewaktu mengurus anaknya di kala bayi.219
“Mengandungnya sampai meyapihnya adalah tiga puluh bulan,”
(QS. Al-Ahqaaf ayat 15). Allah menyebutkan pendidikan seorang ibu,
kelelahan dan kesulitannya saat bergadang siang dan malam, agar
seorang anak dapat mengingat kebaikan yang diberikan ibunya.220
Allah memerintahkan kepada manusia agar berbakti kepada
kedua orang tuanya, dengan mencontoh dan melaksanakan haknya.
Pada ayat-ayat lain juga Allah memerintahkan yang demikian, firman-
Nya:

َ ‫ضى َربُّكَ أَ ََّل تَ ْعبُدُوا ِإ ََّل ِإيَّاهُ َو ِب ْال َوا ِل َدي ِْن ِإ ْح‬
‫سانًا‬ َ َ‫َوق‬
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya.(QS. al-Isra ayat 23).

Kemudian disebut pula dalam ayat ini sebab-sebab diperintahkan


berbuat baik kepada ibu, yaitu:221
a. Ibu mengandung seorang anak sampai ia dilahirkan, selama masa
mengandung itu ibu menahan dengan sabar penderitaan yang cukup
berat, mulai pada bulan-bulan pertama, kemudian kandungan itu
semakin lama semakin berat, dan ibu semakin lemah, sampai ia
melahirkan. Kemudian baru pulih kekuatannya setelah habis
nifasnya.

217
Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Singapura: Pustaka Nasional, 2003), jilid ke-7, cet_5,
hal: 5566
218
Mahmud Yunus, Tafsir Qur’an Karim, cet_21 hal: 604
219
Jalaluddin Al-Mahalli & Jalaluddin As-Suyuti, Terj. Tafsir Jalalain, Oleh Bahrun
Abubakar, jilid ke-2, cet_4, hal: 476
220
Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq, Terj. Lubaabut Tasiir Min
Ibni Katsiir, Oleh M. Abdul Ghoffar & Abu Ihsan Al-Atsari, jilid ke-6, cet_4, hal: 402
221
Team Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, jilid ke-7, hal: 637
88

b. Ibu menyusukan anaknya sampai masa dua tahun. Amat banyak


penderitaan dan kesukaran yang dialami ibu dalam masa menysukan
anak itu. hanyalah Allah yang mengetahui segala penderitaan itu.

‫ْس لَكَ بِ ِه ِع ْل ٌم فَ ََل ت ُ ِط ْع ُه َما‬


َ ‫علَى أَ ْن ت ُ ْش ِركَ بِي َما لَي‬ َ َ‫َوإِ ْن َجا َهدَاك‬
‫ي َم ْر ِجعُ ُك ْم‬ َّ َ‫ي ث ُ َّم ِإل‬ َ ‫سبِي َل َم ْن أَن‬
َّ َ‫َاب ِإل‬ َ ‫اح ْب ُه َما فِي ال ُّد ْنيَا َم ْع ُروفًا َواتَّبِ ْع‬ ِ ‫ص‬ َ ‫َو‬
َ‫فَأُن َِبئ ُ ُك ْم ِب َما ُك ْنت ُ ْم تَ ْع َملُون‬
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan
Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka
janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di
dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-
Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan
kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.” (QS. Luqman ayat 15.).

“Dan jika keduanya memaksakmu untuk mempersekutukan


dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu,” yakni
pengetahuan yang sesuai dengan kenyataannya. “Maka janganlah
kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan
cara yang ma’ruf,” yaitu dengan berbakti kepada keduanya dan
menghubungkan silaturahmi dengan keduanya.222
Allah menyuruh kamu, supaya berbuat baik kepada ibu bapa dan
menurut apa-apa perintahnya, tetapi jika keduanya menyuruh kamu,
suapaya kafir (mempersekutukan) Allah, maka janganlah kamu turut
perintahnya itu. Dalam pada itu hendaklah kamu bergaul dengan dia
menurut patutnya juga, dan tidak boleh kamu memusuhinya atau
durhaka kepadanya. Pendeknya perkataan ibu bapa itu, wajib diturut,
jika tida melanggar peraturan agama Islam.223

6. Penyejuk Hati

‫اجنَا َوذُ ِريَّاتِنَا قُ َّرةَ أَ ْعي ٍُن‬


ِ ‫َوالَّذِينَ يَقُولُونَ َربَّنَا هَبْ لَنَا ِم ْن أَ ْز َو‬
‫َوا ْج َع ْلنَا ِل ْل ُمتَّقِينَ ِإ َما ًما‬

222
Jalaluddin Al-Mahalli & Jalaluddin As-Suyuti, Terj. Tafsir Jalalain, Oleh Bahrun
Abubakar, jilid ke-2, cet_4, hal: 476
223
Mahmud Yunus, Tafsir Qur’an Karim, cet_21 hal: 605
89

“Dan orang-orang yang berkata, Ya Tuhan kami,


anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami
sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi
orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-furqan ayat 74)
Pada ayat ini Allah menerangkan di antara sifat hamba Allah
yang Maha Pengasih ialah mereka selalu bermunajat dan memohon
kepada Tuhan agar Dia menganugerahkan kepada mereka keturunan
yang baik-baik sehingga istri dan anak-anaknya itu benar-benar
menyenangkan hati dan menyejukkan perasaan mereka karena
keluarga mereka sendiri terdiri dari orang-orang yang saleh dan
bertakwa kepada Tuhan. Dengan demikian akan bertambah banyaklah
di muka bumi ini hamba-hamba Allah Yang Maha Pengasih Lagi
Maha Penyayang. Di samping itu mereka bermunajat kepada Tuhan
agar keturunannya (anak cucunya) di samping menjadi orang-orang
yang bertakwa seluruhnya mereka hendaknya menjadi penyeru
manusia kepada takwa menjadi pemimpin bagi orang-orang yang
bertakwa.224
Kata qurrotu/penyenang hati memiliki dua makna dasar.
Walaupun berbeda makna, tapi diakhir bertemu dalam satu makna.
Pertama, kata qurratunberartiketetapan, seperti orang yang menetap
dalam suatu tempat, kemudian diartikan juga dengan kesenangan .
kedua, artinya, sejuk dan dingin. Mata yang sejuk karena ia senang.
Mata yang panas sebagai bukti pemiliknya lagi sedih.225
Berikanlah kami keturunan selalu patuh dengan manhaj Allah
dan tidak melanggarnya, janganlah mereka membebani kami sesuatu
yang tidak sanggup kami berbuat dan ucap, karena bila anak dalam
kondisi melawan Allah pasti akan menjadi bencana bagi kedua orang
tuanya. Sebagai bukti orang yang selalu berbuat maksiat dan sering
melanggar kewajiban Allah, dia akan sedih jika anaknya melakukan
seperti perbuatannya.226

224
Team Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, jilid ke-7, hal: 33
225
Muhammad Mutawalli Sya’rawi, Terj. Tafsir Sya’rawi, Oleh Tim Terjemah Safir
Al-Azhar, Dkk. (Medan: Duta Azhar, 2008), jilid Ke-9, hal: 813
226
Muhammad Mutawalli Sya’rawi, Terj. Tafsir Sya’rawi, Oleh Tim Terjemah Safir
Al-Azhar, Dkk. Hal: 813
90

Demikian juga sifat baik, adab dan indah dijumpai dalam diri
anak, hingga ayah cukup bangga kepada anak-anaknya. Dia akan
melihat dalam diri anaknya sifat kesalehan dan kebaikan serta layak
sebagai penerus orang tuanya.
Jika anak dalam bentuk ini, tentu hal ini akan membahagiakan
orang tua di dunia dan di akhirat, karena anak shaleh tidak akan putus
pahala kebaikannya sampai kapan pun. Di akhirat mereka akan
dihimpun dalam rahmat-Nya:

‫ان أَ ْل َح ْقنَا بِ ِه ْم ذُ ِريَّتَ ُه ْم‬


ٍ ‫َوالَّذِينَ آ َمنُوا َواتَّبَ َعتْ ُه ْم ذُ ِريَّت ُ ُه ْم بِإِي َم‬
“orang-orang yang beriman, dan anak yang cucu mereka
mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu
mereka dengan mereka.”(QS. Ath-Thur ayat 21).227

7. Pendidikan Tauhid
Tauhid merupakan pegangan dan fondasi pokok yang sangat
menentukan bagi kehidupan manusia, serta merupakan landasan bagi
setiap amal yang dilakukan. Hanya amal yang dilandasi tauhid dan
sesuai dengan tuntunan Islam yang akan mengantarkan manusia
kepada kehidupan yang baik dan kebahagiaan yang hakiki di akhirat
nanti. Oleh sebab itu, ketauhidan harus diajarkan kepada anak sejak
dini agar ajaran ketauhidan dapat meresap ke dalam kalbu anak dan
menjadi dasar dalam kehidupan mereka. Jangan sampai orang tua
terlalu sibuk mengajarkan membaca, menulis, dan berhitung serta tidak
mau ketinggalan dalam mengajarkan komputer atau mengajarkan
bahasa asing kepada anak, sedangkan pengajaran tauhid kurang
diperhatikan. Orang tua harus menyakinkan anak bahwa tauhid
merupakan dasar dan fondasi agama yang berasal dari Allah228,
sebagaimana nasihat Luqman dalam firman-Nya yaitu:

َّ ِ‫ب ا ْجعَ ْل َهذَا ْالبَلَ َد ِآمنًا َوا ْجنُ ْبنِي َوبَن‬


‫ي أَ ْن نَ ْعبُ َد‬ ِ ‫َوإِ ْذ قَا َل إِب َْرا ِهي ُم َر‬
‫َام‬
َ ‫صن‬ْ َ ‫ْاْل‬
227
Muhammad Mutawalli Sya’rawi, Terj. Tafsir Sya’rawi, Oleh Tim Terjemah Safir
Al-Azhar, Dkk. Hal: 814.
228
Ridwan Abdullah Sani & Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter
Mengembangakan Karakter Anak Yang Islami, hal: 266-267
91

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: Ya Tuhanku,


jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku
beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.”( QS.
Ibrahim ayat 35).
Ibrahim berdoa agar ia dan keturunannya dihindarkan Allah
SWT dari perbuatan menyembah berhala, karena perbuatan itu
menyesatkan manusia dari jalan yang benar ke jalan yang salah.
Selanjutnya Ibrahim menerangkan barang siapa di antara anak cucunya
itu yang mengikutinya, yaitu beriman kepada Allah dengan sepenuh
hati. Memurnikan ketaatan dan ketundukan hanya kepada Allah
semata, itulah orang-orang yang mengikuti agamanya. Sebaliknya
barang siapa di antara anak cucu-cucunya itu yang tidak mengikuti
agamanya. Tidak mengikuti petunjuk Allah yang telah
disampaikannya, maka Allah Maha Pengampun Maha Kekal rahmat-
Nya, Maha Penerima Taubat dengan menununtun manusia ke jalan
yang benar.229
Nabi Ibrahim memanjatkan doa ini setelah melihat di daerah
sekitarnya terjadi penyembahan berhala-berhala. Beliau berhijrah
meninggalkan tempat tinggalnya di Ur negeri orang-orang Keldania
karena penduduknya menyembah berhala. Di Mesir pun beliau
menemukan hal serupa demikian juga di Palestina. Lalu, beliau
membawa istri dan anaknya berhijrah ke Jazirah Arab tepatnya
Mekkah sekarang dan di sana beliau menemukan orang-orang yang
masih hidup dengan sangat bersahaja dan nomad dan di sanalah beliau
menempatkan istri dan anaknya serta mengajarkan Tauhid.230
Menurut Tafsir At-Tabari, Allah SWT menegaskan kepada nabi
Muhamamad SAW: “Ingatlah wahai Muhammad, dan Ingatlah ketika
Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran
kepadanya, “Wahai anakku janganlah kamu mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezoliman
yang besar, itu termasuk nasihat yang agung. Menurut tafsir Ibnu
Katsir, Allah SWT menjelaskan wasiat Luqman kepada anaknya.
Luqman memiliki nama lengkap Luqman bin Anaqa bin Sadun,

229
Team Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, jilid ke-5, hal: 85
230
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-Qur’an,
jilid ke-6, hal: 387
92

sedangkan nama anaknya adalah Tsaran. Luqman mewanti-wanti


kepada anaknya agar berhati-hati dari sifat syirik. “Sesungguhnya
mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar,
yakni kezaliman yang paling besar.231
Firman-Nya, “Dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari
menyembah berhala pada perkataan Ibrahim ini terdapat ketetapan
tauhid yaitu menyembah hanya kepada Allah. Makna wajnubni
jauhkanlah aku dan anak-anak dan cucu-cucuku. Firman Allah, Ya
Tuhanku, sesunggguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan
kebanyakan daripada manusia. Ini merupakan alasan permintaan
terhadap Tuhannya agar ia dan anak keturunannya dijauhkan dari
menyembah berhala.232
Tampaklah dalam doa Ibrahim adanya penyerahan dirinya secara
total kepada Tuhan-Nya dan bermunajat kepada-Nya dalam perasaan
hatinya yang paling khusus. Ibrahim berdoa kepada Allah agar ia dan
anak keturunannya dijauhkan dari menyembah berhala, sembari
memohon pertolongan dan petunjuk kepada-Nya dengan doa ini.233Di
sini tidak dijelaskan, apakah doa Nabi Ibrahim ini dikabulkan, akan
tetapi pada tempat lain diterangkan bahwa doanya dikabulkan pada
sebagian dari anak keturunannya, sedang sebagian lainnya tidak. Hal
ini sebagaimana terdapat pada firman-Nya,
َ ‫علَى إِ ْس َحاقَ َو ِم ْن ذُ ِريَّتِ ِه َما ُم ْح ِس ٌن َو‬
‫ظا ِل ٌم ِلنَ ْف ِس ِه‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ‫ار ْكنَا‬َ َ‫َوب‬
‫ُمبِي ٌن‬
“Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq. Dan di
antara anak cucunya ada yang berbuat baik, dan ada (pula) yang
zhalim terhadap dirinya dengan nyata. (QS. As-Saffat ayat 113).

َ‫ع ِق ِب ِه لَ َعلَّ ُه ْم يَ ْر ِجعُون‬


َ ‫َو َج َعلَ َها َك ِل َمةً بَاقِيَةً فِي‬

231
Asnil Aidah Ritonga & Irwan Tafsir Tarbawi, (Bandung: Citapustaka Media,
2013), hal: 121
232
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Terj. Tafsir Al-Qur’an Al-Aisar Oleh Suratman, Dkk.
(Jakarta: Darus Sunnah Press, 2010), jilid Ke-4, hal: 117
233
Sayyid Quthb, Terj. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Oleh As’ad Yasin, Dkk. (Jakarta:
Gema Insani Press, 2004), jilid Ke-13, hal: 161-162
93

Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat tauhd itu kalimat yang kekal


pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid
itu.” (QS. az-Zukhruf ayat 28).234
Doa ini juga menampakkan adanya kenikmatan lain dari nikmat-
nikmat Allah. Yakni, nikmat dikeluarkannya hati dari berbagai
kegelapan dan kejahiliahan syirik kepada cahaya beriman bertauhid
kepada Allah. Maka, keluarlah hati itu dari kebingungan,
kebimbangan, dan kesesatan kepada pengetahuan, ketenangan,
stabilitas, dan ketenteraman. Dan, keluar dari ketundukan dan
merendahkan diri kepada berbagai tuhan, kepada ketundukkan yang
penuh kemuliaan dan keagungan terhadap Tuhan para hamba. Itulah
kenikmatan yang dimohonkan Ibrahim kepada Tuhannya untuk
mendapatkan penjagaan dari-Nya. Sehingga, Allah menjauhkan diri
Ibrahim dan anak keturunannya dari menyembah berhala.235
Ibrahim memanjatkan doa ini lantaran apa yang telah ia saksikan
dan ia ketahui. Yakni, banyaknya orang yang telah menjadi sesat sebab
berhala-berhala itu, baik orang-orang dalam generasinya maupun
generasi-generasi sebelumnya. Juga banyaknya orang yang memfitnah
dan terfitnah dengan berhala-berhala itu. mereka itu banyak jumlahnya.
Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah
menyesatkan kebanyakan dari manusia.”
Kemudian Ibrahim melanjutkan doanya. Ia berkata, “Orang yang
mengikuti jalanku dan tidak terfitnah dengan berhala-berhala itu, maka
ia termasuk golonganku, diidentifikasikan kepadaku, dan bertemu
denganku dalam ikatan keluarga yang besar, yakni ikatan akidah.”236
Ingatlah ketika Ibrahim AS berdoa kepada Rabb-nya setelah ia
menempatkan Ismail AS dan ibunya di kota Mekah, “Wahai Rabb, aku
memohon kepada-Mu agar menjadikan kota ini sebagai kota yang
aman. Orang yang tinggal di sini pun selalu merasa aman dan
terlindungi sehingga tidak merasa takut. Dan periharalah aku dan anak-
anakku dari penyembahan berhala. Sebab, dengan rasa aman,
234
Asy-Syanqithi, Terj. Tafsir Adhwa’ul Bayan Oleh Fathurazi, (Jakarta: Pustaka
Azzam, 2006), jilid ke-3, hal: 179
235
Sayyid Quthb, Terj. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Oleh As’ad Yasin, Dkk. Jilid ke-13,
hal: 162
236
Sayyid Quthb, Terj. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Oleh As’ad Yasin, Dkk. Jilid ke-13,
hal: 162
94

kehidupan menjadi tenang. Dan dengan iman, kehidupan dunia dan


akhirat pun menjadi baik.”237
Nabi Ibrahim berdoa memohon agar negeri Mekah dijadikan
sebagai negeri yang aman dan tenteram. Ibrahim juga berdoa agar
dirinya dan anak cucunya dijauhkan dari menyembah berhala. Ia
menempatkan sebagian keturunannya di dekat Baitul Haram agar
supaya mereka menyembah kepada-Nya semata dengan menegakkan
shalat yang merupakan ibadah yang paling mulia.238juga, bahwa ia
bersyukur kepada Allah swt atas karunian anak yang Dia limpahkan
kepadanya meskipun ia telah lanjut usia, yaitu Ismail dan Ishaq. Ia juga
memohon ampunan untuk dirinya, kedua orang tuanya, dan untuk
orang-orang mukmin pada hari perhitungan benar-benar terjadi.
‫ب ا ْجعَ ْل‬
ِ ‫َر‬
wahai Muhammad, sampaikanlah kepada kaummu
tentang kisah Nabi Ibrahim tatkala ia berdoa, “Ya Tuhanku, jadikanlah
Mekah sebagai negeri yang aman dan tenteram, tidak darah yang
bertumpah dan tidak ada seorang pun yang dizalimi di dalamnya.”
َّ ‫َوا ْجنُ ْبنِي َوبَ ِن‬
‫ي‬ dan jauhkanlah aku dan anak cucuku wahai
Tuhanku dari menyembah berhala, dan jadikanlan ibadah kami tulus
ikhlas murni hanya untuk Engkau berlandaskan pada manhaj tauhid.
Ini menjadi dalil bahwa setiap orang yang berdoa hendaknya berdoa
untuk dirinya, kedua orang tuanya, dan keturunannya.
Doa ini dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim tatkala ia
meninggalkan Hajar dan putranya Ismail yang masih bayi di Mekah
sebelum membangun Baitul Haram.239

‫ظ ْل ٌم‬
ُ َ‫الش ْركَ ل‬ ِ َّ ‫ي ََل ت ُ ْش ِر ْك ِب‬
ِ ‫اّلِل ِإ َّن‬ ُ ‫ان َِل ْبنِ ِه َوه َُو يَ ِع‬
َّ َ‫ظهُ يَا بُن‬ ُ ‫َو ِإ ْذ قَا َل لُ ْق َم‬
‫ع ِظي ٌم‬ َ
“Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di
waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu

237
Aidh Al-Qarni, Terj. Tafsir Muyassar, Oleh Tim Penerjemah Qisthi Press,
(Jakarta: Qisthi Press, 2008), jilid Ke-2, hal: 382
238
Wahbah Az-Zuhaili, Terj. Tafsir Al-Munir Aqidah, Syariah, Dan Manhaj, Oleh
Abdul Hayyie Al-Kattani, Mujiburrahman Subadi, Dkk. Jilid Ke-7, hal: 250-251
239
Wahbah Az-Zuhailim Terj. Tafsir Al-Munir Aqidah, Syariah, Dan Manhajm Oleh
Abdul Hayyie Al-Kattani, Mujiburrahman Subadi, Dkk. Jilid ke-7, hal: 251
95

mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah)


adalah benar-benar kezaliman yang besar".(QS. Luqman ayat 13).

Luqman adalah seorang yang arif bijaksana. Ia mendidik


anaknya dan memberikan pengajaran kepadanya.240Allah Ta’ala
berfirman mengabarkan tentang wasiat Luqman kepada putranya, yaitu
Luqman bin Anqa bin Sadun. Sedangkan nama putranya adalah
Tsaran. Allah telah menyebutkannya dengan sebaik-baik sebutan dan
diberikannya dia hikmah. Dia memberikan wasiat kepada putranya
yang merupakan orang yang paling dikasihi dan dicintainya, dan ini
hakikat dianugrahkannya ia dengan sesuatu yang paling utama. Untuk
itu pertama-tama dia memberikan wasiat untuk beribadah kepada Allah
Yang Mahaesa Yang tidak ada sekutu bagi-Nya. kemudian Dia
memperingatkan, “sesungguhnya, mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezhaliman yang besar,” yakni syirik adalah kezhaliman
terbesar.241
“Dan ingatlah242 tatkala Luqman berkata kepada putranya, di
kala dia mengajarinya.” (pangkal ayat 13). Yaitu bahwasannya inti
hikmat yang telah dikaruniakan oleh Allah kepada Luqman telah
disampaikannya dan diajarkannya kepada anaknya, sebagai pedoman
utama dalam kehidupan. “Wahai anakku! Janganlah engkau
persekutukan dengan Allah.” Artinya janganlah engkau
mempersekutukan Tuhan yang lain dengan Allah. Karena tidak ada
Tuhan selain Allah.243
Allah SWT. memperingatkan kepada Rasulullah SAW nasihat
yang pernah diberikan kepada puteranya, waktu ia memberi pelajaran
kepada kepada puteranya itu. nasihat itu ialah: “Wahai anakku,
janganlah engkau mempersekutukan sesuatu dengan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan Allah itu adalah kezaliman yang
sangat besar.244

240
Mahmud Yunus, Tafsir Qur’an Karim, cet_21 hal: 604
241
Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq, Terj. Lubaabut Tasiir Min
Ibni Katsiir, Oleh M. Abdul Ghoffar & Abu Ihsan Al-Atsari, jilid ke-6, cet_4, hal: 400-401
242
Jalaluddin Al-Mahalli & Jalaluddin As-Suyuti, Terj. Tafsir Jalalain, Oleh Bahrun
Abubakar, jilid ke-2, cet_4, hal: 475
243
Hamka, Tafsir Al-Azhar, jilid ke-7, cet_5,hal: 5565-5566
244
Team Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, jilid ke-7, hal: 635
96

Mempersekutukan Allah dikatakan kezaliman, karena perbuatan


itu berarti menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, yaitu
menyamakan sesuatu yang melimpahkan nikmat dan karunia itu. dalam
hal ini menyamakan Allah SWT sebagai sumber nikmat dan karunia
dengan patung-patung yang tidak dapat berbuat sesuatupun. Dikatakan
bahwa perbuatan itu adalah kezaliman yang besar, karena yang
disamakan itu ialah Allah Pencipta dan Penguasa semesta alam, yang
seharusnya semua makhluk mengabdi dan menghambakan diri kepada-
Nya.245
Dalam pendidikan tauhid anak juga harus ditanamkan untuk
berpegang teguh terhadap dinul islam sebagaimana nasehat Nabi
Ibrahim terhadap anaknya dalam firman-Nya,

‫طفَ ْينَاهُ ِفي‬ َ ‫ص‬ ْ ‫سهُ َولَقَ ِد ا‬ َ ‫س ِفهَ نَ ْف‬ َ ‫ع ْن ِملَّ ِة ِإب َْرا ِه‬
َ ‫يم ِإ ََّل َم ْن‬ ُ ‫َو َم ْن يَ ْرغ‬
َ ‫َب‬
‫) ِإ ْذ قَا َل لَهُ َربُّهُ أَ ْس ِل ْم قَا َل‬130( َ‫صا ِل ِحين‬ َّ ‫ال ُّد ْن َيا َو ِإنَّهُ ِفي ْاْل ِخ َر ِة لَمِنَ ال‬
‫ي‬
َّ ِ‫وب َيا َبن‬ ُ ُ‫صى ِب َها ِإب َْرا ِهي ُم َبنِي ِه َو َي ْعق‬ َّ ‫) َو َو‬131( َ‫ب ْال َعالَ ِمين‬ ِ ‫أَ ْسلَ ْمتُ ِل َر‬
)132( َ‫طفَى لَ ُك ُم الدِينَ فَ ََل تَ ُموت ُ َّن ِإ ََّل َوأَ ْنت ُ ْم ُم ْس ِل ُمون‬
َ ‫ص‬ َ َّ ‫ِإ َّن‬
ْ ‫َّللا ا‬
“Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan
orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh kami Telah
memilihnya di dunia dan Sesungguhnya dia di akhirat benar-benar
termasuk orang-orang yang saleh. Ketika Tuhannya berfirman
kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk
patuh kepada Tuhan semesta alam". Dan Ibrahim Telah mewasiatkan
Ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim
berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah Telah memilih
agama Ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk
agama Islam".( QS. al-baqarah ayat 130-132).
Ibnu Uyainah berkata: diriwayatkan bahwa Abdullah Bin Sallam
pernah menyeru dua keponakannya yang bernama Salamah dan
Muhajir agar memeluk Islam. ia berkata kepada mereka, “Kalian sudah
tahu bahwa Allah Ta’ala berfirman di dalam Taurat, sesungguhnya
Aku akan mengutus seorang nabi yang bernama Ahmad dari keturunan

245
Team Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, jilid ke-7, hal: 635
97

Isma’il. Barangsiapa beriman kepadanya maka ia telah mendapat


petunjuk, dan barangsiapa tidak beriman kepadanya maka ia terkutuk.”
Salamah lantas masuk Islam, sedangkan Muhajir enggan. Maka
turunlah ayat ini.246
Nabi Ibrahim AS menghendaki kebaikan bagi keturunannya,
maka dari itu ia mewasiatkan agama yang lurus kepada mereka. Begitu
pula yang dilakukan Nabi Yakub AS keduanya berkata kepada anak-
anak mereka, “Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini, agama
Islam, yang merupakan satu-satunya agama yang diterima Allah bagi
kalian, maka teguhlah kalian di atas Islam karena Allah, janganlah
kalian meninggalkannya, agar jangan sampai ketika kalian tiba-tiba
dijemput ajal kalian memeluk selain agama yang benar yang telah
dipilih Tuhan buat kalian.”247
Pada ayat ke-132 bahwasannya Ibrahim AS dan Ya’kub AS
berwasiat kepada putra-putranya, bahwa Allah SWT telah memilih
agama untuk mereka dan menganut agama itu selama-lamanya.248
Agama yang dimaksud itu dijelaskan oleh ayat selanjutnya yaitu;
“dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan memeluk agama
Islam.”

8. Kedisiplinan
Menurut Yusuf al-Qardhawi, ciri-ciri yang menonjol di keluarga
Muslim tetaplah dominan kesetiaan, ketaatan, kasih sayang, dan
membina silaturahmi. Di samping itu dalam keluarga Muslim
mempunyai ciri-ciri menjaga akhlak mulia yang senantiasa mengikuti
tuntunan al-Qur’an dan hadis Rasulullah misalnya seorang penghuni
rumah tidak masuk kamar penghuni lainnya dalam rumah itu tanpa
izin, karena Allah SWT berfirman dalam surah an-Nur ayat 58 sebagai
berikut:249

246
Wahbah Az-Zuhaili, Terj. Tafsir Al-Munir Aqidah, Syariah, Dan Manhaj, Oleh
Abdul Hayyie Al-Kattani, Mujiburrahman Subadi, Dkk. Jilid Ke-1, hal: 255
247
Wahbah Az-Zuhaili, Terj. Tafsir Al-Munir Aqidah, Syariah, Dan Manhaj, Oleh
Abdul Hayyie Al-Kattani, Mujiburrahman Subadi, Dkk. Jilid ke-1, hal: 256
248
Team Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, jilid ke-1, hal: 240
249
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang Dan Diklat Departemen
Agama RI EtikaBerkeluarga, Bermasyarakat, Dan Berpolitik (Tafsir Al-Qur’an Tematik),
(Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2009), hal: 425
98

‫ت أَ ْي َمانُ ُك ْم َوالَّذِينَ لَ ْم َي ْبلُغُوا ْال ُحلُ َم‬ ْ ‫َيا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ِل َي ْستَأْ ِذ ْن ُك ُم الَّذِينَ َملَ َك‬
َ‫ضعُونَ ثِيَابَ ُك ْم مِن‬ َ َ‫جْر َو ِحينَ ت‬ ِ َ‫ص ََلةِ ْالف‬ َ ‫ت ِم ْن قَ ْب ِل‬ ٍ ‫ث َم َّرا‬ َ ‫ِم ْن ُك ْم ثَ ََل‬
‫علَ ْي ُك ْم َو ََل‬
َ ‫ْس‬َ ‫ت لَ ُك ْم لَي‬
ٍ ‫ع ْو َرا‬ َ ‫ث‬ ِ ‫ص ََلةِ ْال ِعش‬
ُ ‫َاء ثَ ََل‬ َ ‫يرةِ َو ِم ْن بَ ْع ِد‬ َ ‫الظ ِه‬َّ
ُ َّ ‫ض َكذَلِكَ يُبَ ِي ُن‬
‫َّللا‬ ٍ ‫علَى بَ ْع‬ َ ‫ض ُك ْم‬ ُ ‫علَ ْي ُك ْم بَ ْع‬
َ َ‫ط َّوافُون‬ َ ‫ح بَ ْع َده َُّن‬ ٌ ‫علَ ْي ِه ْم ُجنَا‬ َ
‫ع ِلي ٌم َح ِكي ٌم‬ َ ‫َّللا‬
ُ َّ ‫ت َو‬ ِ ‫لَ ُك ُم ْاْل َيا‬
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan
wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig di
antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari)
yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan
Pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya'.
(Itulah) tiga 'aurat bagi kamu[1047]. tidak ada dosa atasmu dan tidak
(pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu[1048]. mereka
melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian
(yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. dan
Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”(QS. An-Nur ayat 58).
Sekali lintas orang sudah melihat cahaya iman memancar dari
dalam rumah itu. Di sana dapat dilihat kedaulatan ayah sebagai
nahkoda dan ibu sebagai juru batu dan anak-anak sebagai anggota atau
awak kapal setia. Di dalam ayat ini diakui dan dijaga kehormatan
kepala-kepala rumah tangga itu. Dahulu diterangkan sopan-santun
orang lain akan masuk rumah. Sekarang diterangkan lagi sopan-santun
isi rumah di dalam rumahnya.
Adalah tiga waktu, yaitu sebelum sembahyang shubuh, dan siang
sehabis tergelincir matahari waktu zuhur dan selesai sembahyang isya.
Tiga waktu yang wajib disaktikan, demi kehormatan ibu bapak atau
anggota rumah tangga yang lain.Bertambah teratur hidup manusia
bertambah banyaklah peraturan sopan-santun yang harus dihargainya.
Barangkali ada pertanyaan, bukankah anak-anak itu belum
mukallaf? Mengapa kepada mereka diwajibkan minta izin masuk
kamar ayahnya?
99

Jawabnya tentu jelas. Yaitu orang tuanya diwajibkan mendidik


anaknya menjunjung tinggi kehormatan orang tuanya.250
Dapat diambil lagi kesimpulan, anak kandungnya sendiri wajib
didik menghargai waktu yang aurat itu.Jangan sampai karena hal yang
kecil itu pengharapan anak kepada ayah atau bundanya akan
berkurang.251Dengan ditentukan tiga waktu yang tidak baik untuk
bertamu, hal ini membuat anak untuk disiplin agar berhati-hati dalam
penggunaan waktu.

9. Bersyukur Kepada Allah


Orang tua perlu mengajarkan anak untuk selalu bersyukur kepada
Allah dalam segala situasi. Anak perlu menyadari bahwa apa yang
diberikan oleh Allah adalah sesuatu yang terbaik bagi mereka. Dengan
kata lain, nikmat yang diterima dalam hidup merupakan pemberian
Allah yang tidak akan dapat dibayar dengan apa pun. Anak-anak perlu
mengetahui ayat-ayat al-Qur’an yang terkait dengan perlunya
mensyukuri nikmat Allah,252 sebagaimana ayat berikut.

ِ َّ ِ ‫َولَقَ ْد آتَ ْينَا لُ ْق َمانَ ْال ِح ْك َمةَ أَ ِن ا ْش ُك ْر‬


‫ّلِل َو َم ْن يَ ْش ُك ْر فَإِنَّ َما يَ ْش ُك ُر ِلنَ ْف ِس ِه َو َم ْن‬
‫غنِي َح ِمي ٌد‬ َ َّ ‫َكفَ َر فَإِ َّن‬
َ ‫َّللا‬
“Dan Sesungguhnya Telah kami berikan hikmat kepada Luqman,
yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan barangsiapa yang bersyukur
(kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya
sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya
Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".(QS. Luqman ayat 12).

Pada ayat berikut ini diterangkan nikmat-nikmat Allah yang tidak


nampak, berupa hamba-hamba-Nya seperti Luqman, yang dengan
pengetahuan itu ia telah sampai kepada kepercayaan yang benar dan
budi pekerti yang mulia, tanpa ada nabi yang menyampaikan dan

250
Hamka Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: PT. Pustaka Panjimas, 1982), Jilid ke-18, hal:
227
251
Hamka, Tafsir Al-Azhar, jilid ke-18, hal: 227
252
Ridwan Abdullah Sani & Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter
Mengembangakan Karakter Anak Yang Islami, hal: 256
100

Rasul-rasul yang diutus kepadanya. Oleh Luqman kepercayaan dan


budi pekerti yang mulia itu diajarkan kepada puteranya.
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Luqman
hikmah,” yaitu pemahaman tentang Islam, padahal dia bukan seorang
nabi dan tidak diberikan wahyu. Firman-Nya, “Dan sesungguhnya
telah Kami berikan kepada Luqman hikmah,” yaitu pemahaman,
pengetahuan dan ta’bir mimpi. “Yaitu bersyukurlah kepada Allah,”
atas hikmah yang telah dilimpahkan-Nya kepadamu.253Kami
memerintahkannya kepadanya untuk bersyukur kepada Allah atas apa
yang diberikan, dianugerahkan dan dihadiahkan oleh-Nya berupa
keutamaan yang hanya dikhususkan kepadanya, tidak kepada orang
lain yang sejenis dimasanya.254
Ayat ini menerangkan bahwa Allah menganugerahkan kepada
Luqman hikmah, yaitu perasaan yang halus, akal pikiran dan
pengetahuan yang dengan itu ia telah sampai kepada pengetahuan yang
hakiki dan jalan yang benar yang dapat menyampaikan kepada
kebahagiaan abadi. Karena itu ia bersyukur kepada Allah yang telah
memberinya nikmat itu. hal itu menunjukkan bahwa pengetahuan dan
ajaran-ajaran yang disampaikan Luqman itu bukanlah berasal dari
wahyu yang diturunkan Allah kepadanya, tetapi semata-mata
berdasarkan ilmu dan nikmat yang telah dianugerahkan Allah
kepadanya.255
Dalam mencari intisari al-Qur’an tidaklah penting bagi kita
mengetahui dari mana asal-usul Luqman. Al-Qur’an pun tidaklah
menonjolkan asal-usul. Yang penting adalah dasar-dasar hikmat yang
diwasiatkannya kepada putranya, yang mendapat kemuliaan demikian
tinggi, sampai dicatat menjadi ayat-ayat dari al-Qur’an, disebutkan
namanya dua kali, yaitu pada ayat 12 dan 13 dalam surat 31. Yang
diberi nama dengan namanya Luqman.256

10. Berhati-Hati Dalam Melakukan Sesuatu

253
Jalaluddin Al-Mahalli & Jalaluddin As-Suyuti, Terj. Tafsir Jalalain, Oleh Bahrun
Abubakar, jilid ke-2, cet_4, hal: 475
254
Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq, Terj. Lubaabut Tasiir Min
Ibni Katsiir, Oleh M. Abdul Ghoffar & Abu Ihsan Al-Atsari, jilid ke-6, cet_4, hal: 399
255
Team Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, jilid ke-7, hal: 633
256
Hamka, Tafsir Al-Azhar, jilid ke-7, cet_5,hal 5552
101

Anak harus diajarkan untuk berhati-hati dalam mengenal


perbuatan yang haram, makruh, dan syubhat. Ketiga perbuatan tersebut
sudah seharusnya dihindari, terutama perbuatan yang haram. Anak
harus memahami perilaku yang dilarang dalam ajaran Islam.257para
pendidik baik guru terutama orang tua harus selalu menanamkan
pemahaman bahwa Allah akan membalas perbuatan sekecil apapun
baik atau buruk yang dilakukan setiap manusia. Sebagaimana nasihat
Luqman terhadap anaknya dalam ayat berikut:

‫ص ْخ َرةٍ أَ ْو فِي‬َ ‫ي ِإنَّ َها ِإ ْن تَكُ ِمثْقَا َل َحبَّ ٍة ِم ْن خ َْر َد ٍل فَتَ ُك ْن فِي‬َّ َ‫يَا بُن‬
‫ير‬ ٌ ‫َّللا لَ ِط‬
ٌ ‫يف َخ ِب‬ َ َّ ‫َّللا ِإ َّن‬ ِ ْ‫ض َيأ‬
ُ َّ ‫ت ِب َها‬ ِ ‫ت أَ ْو فِي ْاْل َ ْر‬ ِ ‫اوا‬ َ ‫س َم‬ َّ ‫ال‬

“Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada


(sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di
langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya
(membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha
Mengetahui.”(QS. Luqman ayat 16).

“Wahai anakku! Perbuatan yang buruk itu258sesungguhnya jika


ada sesuatu.” (pangkal ayat 16). Yang dimaksud ialah sesuatu amalan,
sesuatu amal dan usaha, sesuatu jasa kebajikan; “sebesar biji sawi dari
dalam batu.” Semua amalanmu, meskipun sebesar zarrah, baik
ataupun jahat, niscaya akan dibalas Allah. 259Biji sawi adalah amat
halus. Kalau biji sawi itu terletak di dalam batu, sehingga tersembunyi,
tidak ada orang lain yang menampak; “ataupun di semua langit,”
terletak jauh di salah satu dari pada langit yang tujuh tingkat, “ataupun
di bumi,” tersembunyi entah di mana. Tidak ada orang yang tahu, tidak
ada orang yang peduli, karena sebesar biji sawi sangatlah halusnya;
“niscaya Allah akan mendatangkannya.” Maka amalan yang kecil

257
Ridwan Abdullah Sani & Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter
Mengembangakan Karakter Anak Yang Islami, hal: 258
258
Jalaluddin Al-Mahalli & Jalaluddin As-Suyuti, Terj. Tafsir Jalalain, Oleh Bahrun
Abubakar, jilid ke-2, cet_4, hal: 476
259
Mahmud Yunus, Tafsir Qur’an Karim, cet_21 hal: 604
102

sebesar biji sawi itu, yang jauh tersembunyi di dalam batu, sehingga
tidak akan ada orang yang melihatnya ataupun mengetahuinya.260
“Niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya),” Allah
akan menghadirkannya pada hari kiamat ketika Dia mendirikan
timbangan keadilan serta membalasnya. Jika kebaikan, maka dia akan
dibalas dengan kebaikan dan jika keburukan, dia akan dibalas dengan
keburukan.261
Luqman mewasiatkan kepada anaknya agar selalu waspada
terhadap rayuan yang telah mengajak dan mempengaruhi manusia
melakukan perbuatan-perbuatan dosa. Apa yang dilakukan manusia,
sejak dari yang besar sampai yang sekecil-kecilnya, yang nampak dan
yang tidak nampak, yang terlihat dan yang tersembunyi baik di langit
maupun di bumi, pasti diketahui Allah. Karena itu Allah pasti akan
memberikan pembalasan yang setimpal dengan perbuatan manusia itu,
perbuatan baik akan dibalas dengan surga yang penuh kenikmatan,
sedang perbuatan jahat dan dosa akan dibalas dengan neraka yang
menyala-nyala. Pengetahuan Allah meliputi segala sesuatu yang tidak
ada sedikitpun yang luput dari pengetahun-Nya.262

11. Membiasakan Akhlak Terpuji


Luqman memberi nasihat agar anaknya tidak sombong atas
sesuatu yang dimiliki karena pada hakikatnya segala sesuatu yang
dimiliki di dunia ini adalah milik Allah. Hidup dalam kehidupan
bermasyarakat akan aman jika tidak bersikao takabur, angkuh, dan
sombong. Orang yang sombong akan dibenci oleh orang lain dan ada
saja jalan untuk mendapat musibah. Masyarakat pada umumnya
enggan menolong orang sombong yang terkena musibah.263 Nasihat
Luqman terdapat pada firman-Nya yaitu,

260
Hamka, Tafsir Al-Azhar, jilid ke-7, cet_5,hal: 5569
261
Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq, Terj. Lubaabut Tasiir Min
Ibni Katsiir, Oleh M. Abdul Ghoffar & Abu Ihsan Al-Atsari, jilid ke-6, cet_4, hal: 404
262
Team Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, jilid ke-7, hal: 643
263
Ridwan Abdullah Sani & Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter
Mengembangkan Karakter Anak Yang Islami, hal: 175
103

‫َّللا ََل ي ُِحبُّ ُك َّل‬ َ َّ ‫ض َم َر ًحا ِإ َّن‬ِ ‫اس َو ََل ت َْم ِش فِي ْاْل َ ْر‬ َ ُ ‫َو ََل ت‬
ِ َّ‫ص ِع ْر َخ َّدكَ ِللن‬
‫ص ْوتِكَ إِ َّن أَ ْن َك َر‬
َ ‫ض ِم ْن‬ ْ ‫ض‬ُ ‫ص ْد فِي َم ْشيِكَ َوا ْغ‬ ِ ‫) َوا ْق‬18( ‫ور‬ ٍ ‫ُم ْختَا ٍل فَ ُخ‬
ِ ‫ص ْوتُ ْال َح ِم‬
)19( ‫ير‬ َ َ‫ت ل‬ ْ َ ‫ْاْل‬
ِ ‫ص َوا‬

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia


(karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan
angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam
berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk
suara ialah suara keledai.”(QS. Luqman ayat 18-19).

“Dan janganlah engkau palingkan muka engkau dari manusia.”


(pangkal ayat 18). Artinya, janganlah engkau berlaku sombong
terhadap manusia, karena biasanya orang yang sombong itu, bila ia
berhadapan dengan manusia ia memalingkan pipinya (mukanya),
seolah-olah ia tidak suka berhadapan dengan mereka, karena ia
berbangsa mulia, dan orang lain terpandang rendah olehnya.264Ini
adalah termasuk budi-pekerti, sopan-santun dan akhlak yang terpuji.
Yaitu kalau sedang bercakap berhadap-hadapan dengan seseorang,
hadapkanlah muka engkau kepadanya.265
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh,”
yaitu sombong, takabbur, otoriter dan (menjadi) pembangkang.
Janganlah engkau lakukan itu, dan jika engkau lakukan, Allah pasti
akan memurkaimu. Untuk itu dia berkata, “Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri,” yaitu
sombong dan bangga pada diri sendiri serta fakhuur, yaitu sombong
pada orang lain.266
“Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan,” ambillah sikap
pertengahan dalam berjalan, yaitu antara pelan-pelan dan berjalan
cepat, kamu harus tenang dan anggun. “Dan lunakkanlah

264
Mahmud Yunus, Tafsir Qur’an Karim, cet_21 hal: 605
265
Hamka, Tafsir Al-Azhar, jilid ke-7, cet_5,hal: 5572
266
Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq, Terj. Lubaabut Tasiir Min
Ibni Katsiir, Oleh M. Abdul Ghoffar & Abu Ihsan Al-Atsari, (Pustaka Imam Asy-Syafi’i,
2007) jilid ke-6, cet_4, hal: 404-405
104

rendahkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara, suara


yang paling jelek itu ialah suara keledai yakni pada permulaannya
adalah ringkikan, kemudian dususl oleh lengkingan-lengkingan yang
sangat tidak enak didengar.267
Ayat ini merupakan lanjutan wasiat Luqman kepada anaknya
agar anaknya berbudi pekerti yang baik, di antaranya yaitu:
a. Jangan sekali-kali bersifat angkuh dan sombong, suka membangga-
banggakan diri dan memandang rendah orang lain.
b. Hendaklah sederhana waktu berjalan, lemah lembut dalam
berbicara, sehingga orang yang melihat dan mendengarnya merasa
senang dan tenteram hatinya. Berbicara dengan sikap keras, angkuh
dan sombong itu dilarang Allah karena pembicaraan yang semacam
itu tidak enak didengar, menyakitkan hati dan telinga, seperti tidak
enaknya suara keledai.268

12. Pendidikan Dalam Keluarga


Pentingnya peranan keluarga dalam pendidikan awal setiap anak,
orang tua harus memberikan perhatian untuk pengajaran yang baik
kepada anak. Kepala keluarga berkewajiban untuk membawa
keluarganya menuju jalan kebenaran. Allah menyatakan dalam al-
Qur’an tentang kewajiban dan tanggung jawab keluarga yang
diamananhkan menjaga keturunannya dari api neraka. Pesan tersebut
wajib dilakukan oleh setiap orang tua sebagaimana dinyatakan dalam
surat At-Tahrim ayat 6. Oleh sebab itu, sebagai pendidik, orang tua
harus terlebih dahulu memperbaiki diri sendiri sebelum dapat
memperbaiki orang lain.269

َ ‫اس َو ْال ِح َج‬


ُ ‫ارة‬ ُ َّ‫َارا َوقُو ُدهَا الن‬ ً ‫س ُك ْم َوأَ ْه ِلي ُك ْم ن‬
َ ُ‫َيا أَيُّ َها ا َّلذِينَ آ َمنُوا قُوا أَ ْنف‬
‫َّللا َما أَ َم َرهُ ْم َويَ ْفعَلُونَ َما‬
َ َّ َ‫صون‬ ُ ‫ظ ِش َدا ٌد ََل يَ ْع‬ ٌ ‫علَ ْي َها َم ََلئِ َكةٌ ِغ ََل‬
َ
َ‫يُؤْ َم ُرون‬

267
Jalaluddin Al-Mahalli & Jalaluddin As-Suyuti, Terj. Tafsir Jalalain, Oleh Bahrun
Abubakar, jilid ke-2, cet_4, hal: 477-478
268
Team Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, jilid ke-7, hal: 645
269
Ridwan Abdullan Sani& Muhammad Kadri,Pendidikan Karakter
Mengembangkan Karakter Anak Yang Islami, hal: 194
105

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan


keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia
dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-
Tahrim ayat 6).

Pendidikan bagi anak akan dipengaruhi oleh lingkungan tempat


anak tumbuh besar, terutama dalam keluarga dan masyarakat di
lingkungan tempat tinggal. Pergaulan dengan teman sebaya juga sangat
memengaruhi kepribadian anak. Perlu diperhatikan bahwa saat ini
kemajuan Islam sangat ditakuti oleh orang kafir, mereka sangat takut
dengan pendidikan yang diberikan kepada anak dalam keluarga
muslim. Hal tersebut menyebabkan munculnya propaganda dan
rencana nonmuslim yang tanpa disadari mengarahkan setiap keluarga
Islam agar menjauhi ajaran Islam. bahkan, banyak orang Islam yang
akhirnya ikut mendukung propaganda yang diberikan oleh orang
kafir.270
Sebagai contoh, saat ini para perempuan seperti ibu rumah
tangga ingin mendapatkan kedudukan yang sama dengan laki-laki
sehingga para ibu berlomba-lomba untuk mengejar kariernya tanpa
menghiraukan anak dan keluarganya. Para ibu tersebut ada yang
bekerja tanpa mengenal waktu, bahkan bekerja hingga larut malam.
Hal tersebut menyebabkan kaum ibu meninggalkan anak mereka yang
masih kecil tanpa pendidikan yang cukup. Anak-anak yang kekurangan
kasih sayang dapat saja mencari pelarian untuk melampiaskan
keresahan dan permasalah yang mereka hadapi. Kurangnya perhatian
dari orang tua menyebabkan banyak ditemukan anak-anak yang mudah
stres dan mungkin saja menjadi anak yang tidak percaya diri.271

270
Ridwan Abdullan Sani& Muhammad Kadri , Pendidikan Karakter
Mengembangkan Karakter Anak Yang Islami, hal: 195
271
Ridwan Abdullan Sani& Muhammad Kadri,Pendidikan Karakter
Mengembangkan Karakter Anak Yang Islami, hal: 195
106
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Fase pendidikan anak menurut al-Qur’an dimulai pada fase
persiapan. Di antaranya yaitu ketika seseorang memilih pasangan yang baik
atau memahami pendidikan nikah sebelum ia memilih pasangannya,
mendoakan untuk kebaikan anak agar menjadi anak yang shalih dan qurrata
a’yun, menghindari gangguan setan ketika pembentukan nutfah sehingga
setan tidak ikut serta dalam pembentukan nutfah, memberi nama yang baik
agar menjadi doa yang baik bagi anak, dan menafkahi anak dari hasil yang
halal sehingga tidak ada sesuatu yang haram masuk ke dalam tubuhnya dan
bersatu dengan daging anak tersebut.
Fase pendidikan anak menurut al-Qur’an selanjutya adalah fase
permulaan. Hal-hal yang dilakukan pada fase ini di antaranya adalah
pendidikan jasmani dan rohani yakni, dengan memberikan ASI kepada anak
selama dua tahun sebagai nutrisi yang sangat baik untuk jasmani dan
kenyamanan yang diberikan oleh ibu kepada anak dan pendidikan dan
pengenalan terhadap al-Qur’an dengan cara memaksimalkan pendengaran
anak karena Allah telah membekalinya pendengaran ketika awal keluar dari
perut ibu.
Fase pendidikan anak menurut al-Qur’an selanjutnya adalah fase
pertumbuhan. Hal-hal yang harus dilakukan pada fase ini di antaranya adalah
membiasakan anak mengucap dzikrullah sebagai pendidikan dasar fitrah
manusia dan membiasakan menutup aurat serta tampil indah agar anak terus
memakai pakaian yang baik di manapun ia berada.
Fase pendidikan anak menurut al-Qur’an selanjutnya adalah fase
pembelajaran. Hal-hal yang harus dilakukan pada fase ini di antaranya
adalah memberikan pendidikan formal agar anak mengetahui berbagai
macam ilmu, memberikan perhatian dan kasih sayang sehingga anak
menjadikan orang tua sebagai tempat mengadu pertama curhatan anak,
pendidikan ibadah yakni selalu mengingatkan anak agar shalat, tidak
memarahi anak ketika ia bersalah atau bersabar dan memaafkan lebih
diutamakan dalam mengahadapi kesalahan yang dilakukan anak,

107
108

mengajarkan akhlak mulia kepadanya, mendoakan anak menjadi penyejuk


hati atau sedap dipandang, menanamkan pendidikan tauhid sejak usia dini,
melatih kedisiplinan anak, mengajarkan anak untuk bersyukur kepada Allah,
mengingatkan anak agar selalu berhati-hati dalam melakukan suatu apa pun
sebab ada Allah Maha Melihat yang memperhatikannya, menjauhi sifat
sombong seperti tidak angkuh ketika berjalan dan keluarga diharapkan agar
selalu membimbing juga menasehati anak-anaknya.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis berharap sekurang-
kurangnya ada beberapa saran di antaranya:
1. Mencari ayat al-Qur’an yang menerangkan fase perkembangan anak.
2. Lebih banyak lagi isi fase pendidikan anak menurut al-Qur’an yang
dibahas dan dikaji.
3. Menerangkan term anak dalam perspektif al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Abdullah Yusuf, Terj. Tafsir YusufAli, Oleh Ali Audah, Bogor: Pustaka
Litera Antarnusa, 2009, jilid ke-1

Alu Syaikh, Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq, Terj.
Lubaabut Tafsir Min Ibni Katsir, Oleh M. Abdul Ghoffar, Dkk,
Bogor: Pustaka Imam Syafi’i, 2007, Cet_4, Jilid ke-2

......., Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq, Terj. Lubaabut
Tafsir Min Ibni Katsir, Oleh M. Abdul Ghoffar, Dkk, Bogor:
Pustaka Imam Syafi’i, 2007, Cet_4, Jilid ke-4

......., Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq, Terj. Lubaabut
Tafsir Min Ibni Katsir, Oleh M. Abdul Ghoffar, Dkk, Bogor:
Pustaka Imam syafi’i, 2007, Cet_4, Jilid ke-6

Al-Azizi, Abdul Syukur, Hadis-Hadis Sains, Yogyakarta: Laksana, 2018,


cet_1

Bakry, Oemar, Tafsir Rahmat, Jakarta: P.T. Mutiara, 1982

Al-Buruswi, Ismail Haqqi, Terj. Tafsir Ruhul Bayan Oleh Syihabuddin,


Bandung: C.V. Diponegoro, 1996

Chomaria, Nurul, Seputar Kehamilan, Jakarta: PT Alex Media Komputindo,


2012

Dalimunthe, Sehat Sultoni, Filsafat Pendidikan Islam Sebuah Bangunan


Ilmu Islamic Studies, Yogyakarta: Cv Budi Utama, 2018, cet_1

Daulay, Haidar Putra, Pendidikan Islam Dalam Perspektif Filsafat, Jakarta:


Kencana Prenadamedia Group, 2014, Cet_1

Feisal, Jusuf Amir, Reorientasi Pendidikan Islam, Jakarta: Gema Insani


Press, 1995

Gunarsa, Singgih D., Dkk. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja,


Jakarta: Gunug Mulia, 2008

Hafizh, Muhammad Nur Abdul, Mendidik Anak Bersama Rasulullah,


Bandung: Penerbit Al Bayan, 1997

109
110

Hamalik, Oemar, Kurikulum Dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2015

Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jakarta: PT. Pustaka Panjimas, 1982, jilid ke-18

......., Tafsir Al-Azhar, Singapura: Pustaka Nasional, 2003, jilid ke-7, cet_5

.......,Tafsir Al-Azhar, Jakarta: PT. Pustaka Panjimas, 1982, jilid ke-28

Hamzah, Elfan Fanhas Fatwa Khomaeny Nur, Metode-Metode Pembelajaran


Pendidikan Karakter Untuk Anak Usia Dini Menurut Q.S.
Lukman : 12-19, Tasikmalaya: Edu Publisher, 2019, cet_1

Hanafi, Halid, La Adu, Dkk., Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Grup


Penerbitan CV Budi Utama, 2018, cet_1

Hidayat, A. Aziz Alimul, Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan


Kebidanan, Jakarta: Salemba Medika, 2008

Ikhsan, Sokhibul, Jurus Jitu Mendidik Anak Dalam Kandungan Secara


Islami,Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia,
2019

Imani, Kamal Faqih, Tafsir Nurul Qur’an Jakarta: Penerbit Al Huda, 2007

Indrijsti, Herdina, Psikologi Perkembangan Dan Pendidikan Anak Usia Dini


Sebuah Bunga Rampai, Jakarta: Kencana, 2016, cet_2

Isawi, Muhammad Ahmad, Terj. Tafsir Ibnu Mas’ud, Oleh Ali Murtadho
Syahudi, Jakarta: Pustaka Azzam, 2009

Ishaq, Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin, Terj. Lubaabut


Tasiir Min Ibni Katsiir, Oleh M. Abdul Ghoffar & Abu Ihsan Al-
Atsari, Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2007, jilid ke-6, cet_

Islam, Ubes Nur, Mendidik Anak Dalam Kandungan Optimalisasi Potensi


Anak Sejak Dini, Depok: Gema Insani, 2003, cet_1

Al-Ja’fi, Muhammad Ibnu Ismail Abu Abdullah Al-Bukhori, Shohih Al-


Bukhori, Daru At-Tuqi An-Najah, 1422 H

Jahja, Yudrik, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Prenadamedia, 2011

Al-Jazairi, Abu Bakar Jabir, Terj. Tafsir Al-Qur’an Al-Aisar Oleh Suratman,
Dkk. Jakarta: Darus Sunnah Press, 2010, Jilid ke-4
111

Kaharuddin, Mencetak Generasi Anak Shaleh Dalam Hadis, Yogyakarta:


Deepublish, 2018, cet_1

Koesoema A, Doni, Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak Di Zaman


Global, Jakarta: Kompas Grasindo, 2010

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang Dan Diklat


Departemen Agama RI EtikaBerkeluarga, Bermasyarakat, Dan
Berpolitik (Tafsir Al-Qur’an Tematik), Jakarta: Lajnah Pentashihan
Mushaf Al-Qur’an, 2009

Al-Mahalli, Jalaluddin & Jalaluddin As-Suyuti, Terj. Tafsir Jalalain, Oleh


Bahrun Abubakar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2006, jilid ke-
2, cet_4

Maliki, Bimbingan Konseling Di Sekolah Dasar Suatu Pendekatan


Imajinatif, Jakarta: Kencana, 2016, cet_1,

Al-Maraghi, Ahmad Musthafa terj. Tafsir Al Maraghi, Oleh Bahrun Abu


Bakar, Dkk. Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang, 1993,
cet_2, jilid ke-28

Al-Mashalliy, Jalaluddin Dan Jalaluddin As-Suyuthi, Terj. Tafsir Jalalain,


Oleh Bahrum Abu Bakar, Bandung: Sinar Baru, 1990

Masnipal, Siap Menjadi Guru Dan Pengelola Paud Profesional (Pijakan


Mahasiswa, Guru & Pengelola TK/RA/KB/TPA), (Jakarta: Penerbit
PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, 2014), hal: 155-
156

Mazhahiri, Husain, Pintar Mendidik Anak Panduan Lengkap Bagi Orang


Tua, Guru, Dan Masyarakat Berdasarkan Ajaran Islam, Jakarta:
PT Lentera Basritama, 1999

Mikrajuddin, Saktiyono, Dkk. Ipa Terpadu Smp Dan Mts, Esis, 2004

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektikan Pendidikan


Agama Islam Di Sekolah, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012

Muslich, Masnur, PendidikanKarakter Menjawab Tantangan Kritis


Multidimensional, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2015
112

Nata, Abuddin, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an, Jakarta:


Prenadamedia Group, 2016, cet_1

Neolaka, Amos Dan Grace Amialia A. Neolaka, Landasan Pendidikan


Dasar Pengenalan Diri Sendiri Menuju Perubahan Hidup, Depok:
Kencana, 2017, cet_1

Nurdiansyah, Nia , Buku Pintar Ibu & Bayi Panduan Lengkap Merawat
Buah Hati Dan Menjadi Orangtua Cerdas, Jakarta: Bukune, 2011,
cet_

Novita, Windya, Serba-Serbi Anak Yang Perlu Diketahui Seputar Anak Dari
Dalam Kandungan Hingga Masa Sekolah (Tinjauan Psikologis Dan
Kedokteran), Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok
Gramedia, 2007

Parengkuan, Erwin, Alexander Sriewijono, Dkk., Talkinc Points For Parents


Menjadi Teman Berlatih Anak Untuk Mengenali Diri, Menggali
Mimpi, Dan Mengekspresikan Dirinya, Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2010

Prasetya, L., Joko Warwanto, Dkk., Dasar-Dasar Pendampingan Iman


Anak, Kanisius: Yogyakarta, 2008, cet_2

Pudjibudojo, Jatie K. Dkk., Bunga Rampai Psikologi Perkembangan:


Memahami Dinamika Perkembangan Anak, Sidoarjo: Zifatama
Jawara, 2014

Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoretis Dan Praktis, Bandung: Pt


Remaja Rosdakarya, 2014

Al-Qarni, Aidh, Terj. Tafsir Muyassar, Oleh Tim Penerjemah Qisthi Press,
Jakarta: Qisthi Press, 2008, jilid ke-1

......., Aidh, Terj. Tafsir Muyassar, Oleh Tim Penerjemah Qisthi Press,
Jakarta: Qisthi Press, 2008, jilid ke-2

Al-Qazawini, Ibnu Majah Abu Abdullah Muhammad Bin Yazid, Sunan Ibnu
Majah, Daru Ihya Al-Kitab Al-Arabiyyah

Quthb, Sayyid, Terj. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Oleh As’ad Yasin, Dkk.
Jakarta: Gema Insani Press, 2004, jilid ke-3
113

......., Sayyid, Terj. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Oleh As’ad Yasin, Dkk. Jakarta:
Gema Insani Press, 2004, jilid ke-13

......., Sayyid, Terj. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Oleh As’ad Yasin, Dkk. Jakarta:
Gema Insani Press, 2004, jilid ke-14

Ratnawilis, Buku Panduan Administrasi Kelas Bagi Guru Taman Kanak-


Kanak (TK), Sidoarjo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2019, cet_1

Ritonga, Asnil Aidah Dan Irwan,Tafsir Tarbawi, Bandung: Citapustaka


Media, 2013

Rofi’i, Achmad, Metode Rasulullah Dalam Pendidikan Karakter Perspektif


Al- Qur’an,Disertasi Pasca Sarjana Program Studi Ilmu Al-
Qur’an Dan Tafsir Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an
Jakarta,

Rohmah, Noerm Psikologi Pendidikan, Surabaya: CV Jakad Media


Publishing, 2020

Rosyada,Dede, Madrasah Dan Profesionalisme Guru Dalam Arus Dinamika


Pendidikan Islam Di Era Otonomi Daerah, (Depok: Kencana,
2017), cet_1

Rozak, Abd. Dan Aminuddin, Studi Ilmu Al-Qur’an, Jakarta: Mitra Wacana
Media, 2010

As-Sa’dim, Abdurrahman Bin Nashir,Terj. Tafsir Al-Karim Ar-Rahman Fi


Tafsir Kalam Al-Mannan Oleh Muhammad Iqbak, Dkk. Jakarta:
Darul Haq, 2017, Jilid ke-3

......., Abdurrahman Bin Nashir,Terj. Tafsir Al-Karim Ar-Rahman Fi Tafsir


Kalam Al-Mannan Oleh Muhammad Iqbak, Dkk. Jakarta:
Darul Haq, 2017, Jilid ke-5

Saktiyono, Ipa Biologi Smp Dan Mts, Esis, 2004, jilid ke2

Sani, Ridwan Abdullah, Pendidikan Karakter Mengembangkan Karakter


Anak Yang Islami, Jakarta: Bumi Aksara, 2016, cet. ke_

Sanusi, Uci & Rudi Ahmad Suryadi, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta:
CV Budi Utama, 2018, cet_1
114

Sasono, Adi, Dkk. Solusi Islam Atas Problematika Umat (Ekonomi,


Pendidikan, Dan Dakwah), Jakarta: Gema Insani Press, 1998

Ash-Shabuni, Muhammad Ali,Terj. Shawatut Tafasir, Oleh Yasin, Jakarta:


Pustaka Al-Kautsar, 2011, Jilid ke-1

Ash-Shiddiqy, Teungku Muhammad Hasbi,Tafsir Al-Qur’anul Majid An-


Nur, Jakarta: P.T. Pustaka Rizki Putra Semarang, 199

Shihab, M. Quraish, Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-


Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002, cet_2, jilid ke- 1

......., M. Quraish, Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-


Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002, cet_2, jilid ke-

......., M. Quraish, Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-


Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002, cet_2, jilid ke- 4

......., M. Quraish, Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-


Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002, cet_2, jilid ke- 6

......., M. Quraish, Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-


Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002, cet_2, jilid ke- 7

Sit, Masganti, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini, Deopok: Kencana,


2017

Soetjiningsih, Christiana Hari, Seri Psikologi Perkembangan Anak Sejak


Pembuahan Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir, Jakarta:
Kencana, 2012, cet_3

Sudirjo, Encep & Muhammad Nur Alif, Pertumbuhan Dan Perkembangan


Motorik Konsep Perkembangan Dan Pertumbuhan Fisik Dan Gerak
Manusia,Sumedang: UPI Sumedang Press, 2018, cet_1

Sudono, Anggani, Sumber Belajar Dan Alat Permainan Untuk Pendidikan


Usia Dini, Jakarta: PT Grasindo, 2000, cet_1

Sulaiman, Abu Daud,Sunan Abu Daud, Al-Maktabah Al-Asriyyah: Bayrut

Sunanto, Jarot Wijanarko & Gideon Apit, Berani Mendisiplin Anak Generasi
Milenial Sesuai Firman (Pemikiran James Dobson), Jakarta:
Keluarga Indonesia Bahagia
115

Suryana, Dadan, Pendidikan Anak Usia Dini Stimulasi Dan Aspek


Perkembangan Anak, Jakarta: Kencana, 2016

Syaefudin, Udin Dan Abin Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan


Suatu Pendekatan Komprehensif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2014

Asy-Syanqithi, Terj. Tafsir Adhwa’ul Bayan Oleh Fathurazi, Jakarta: Pustaka


Azzam, 2006, Jilid ke-3

Syarbini, Amirulloh & Heri Gunawan, Mencetak Anak Hebat Ide Brilian
Dari Al-Qur’an Untuk Mencetak Anak Hebat, Yaitu Anak Yang
Pintar, Shaleh, Berprestasi, Dan Berakhlak Mulia, Jakarta: PT Elex
Media Komputindo Kelompok Gramedia, 2014

Sya’rawi, Muhammad Mutawalli, Terj. Tafsir Sya’rawi, Oleh Tim Terjemah


Safir Al-Azhar, Dkk. Medan: Duta Azhar, 2008, jilid ke-7

......., Muhammad Mutawalli,Terj. Tafsir Sya’rawi, Oleh Tim Terjemah Safir


Al-Azhar, Dkk. Medan: Duta Azhar, 2008, jilid ke-8

......., Muhammad Mutawalli,Terj. Tafsir Sya’rawi, Oleh Tim Terjemah Safir


Al-Azhar, Dkk. Medan: Duta Azhar, 2008, jilid ke-9

Syuhud, A. Fatih, Pendidikan Islam Cara Membidik Anak Salih, Smart Dan
Pekerja Keras, Pustaka Al-Khoirot, 2011

Team Departemen Agama Republik Indonesia Proyek Pengadaan Kitab Suci


Al-Qur’an, Al-Quran Dan Tafsirnya, Jakarta: P.T Wihanikurop,
1991, jilid ke-3

......., Al-Qur’an Dan Tafsirnya, Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf, 1990,


jilid ke-1

......., Al-Qur’an Dan Tafsirnya, Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf, 1990,


jilid ke-4

......., Al-Qur’an Dan Tafsirnya, Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf, 1990,


jilid ke-5

......., Al-Qur’an Dan Tafsirnya, Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf, 1990,


jilid ke-6
116

......., Al-Qur’an Dan Tafsirnya, Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf, 1990,


jilid ke-7

......., Al-Qur’an Dan Tafsirnya, Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf, 1990,


jilid ke-10

Thalib, M, 20 Perilaku Durhaka Orang Tua Terhadap Anak,


Bandung:Irsyad Baitus Salam, 1996

Yunus, Mahmud, Tafsir Qur’an Karim Bahasa Indonesia, Jakarta: PT.


Hidakarya Agung, 1993

......., Mahmud, Tafsir Qur’an Karim, Jakarta: P.T. Hidakarya Agung, 1981
cet_21

Yus, Anita, Model Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Prenadamedia


Group, 2011,cet_1

Wathoni, Lalu Muhammad Nurul, Hadis Tarbawi Analisis Komponen-


Komponen Pendidikan Perspektif Hadis, Nusa Tenggara Barat:
Forum Pemuda Aswaja, 2020, cet_

Az-Zuhaili, Wahbah, Terj. Tafsir Al-Wasith, Oleh Muhtadi, Dkk. Depok:


Gema Insani, 2012, Jilid ke-1

Az-Zuhaili, Wahbah, Terj. Tafsir Al-Munir Aqidah, Syariah, Dan Manhaj,


Oleh Abdul Hayyie Al-Kattani, Mujiburrahman Subadi, Dkk.
Depok: Gema Insani, 2014, Jilid ke-1

......., Wahbah, Terj. Tafsir Al-Munir Aqidah, Syariah, Dan Manhaj, Ole
Abdul Hayyie Al-Kattani, Mujiburrahman Subadi, Dkk. Depok:
Gema Insani, 2014, Jilid ke-4

......., Wahbah, Terj. Tafsir Al-Munir Aqidah, Syariah, Dan Manhaj, Oleh
Abdul Hayyie Al-Kattani, Mujiburrahman Subadi, Dkk.
Depok: Gema Insani, 2014, Jilid ke-6

......., Wahbah, Terj. Tafsir Al-Munir Aqidah, Syariah, Dan Manhaj, Oleh
Abdul Hayyie Al-Kattani, Mujiburrahman Subadi, Dkk. Depok:
Gema Insani, 2014, Jilid ke-7
117

......., Wahbah, Terj. Tafsir Al-Munir Aqidah, Syariah, Dan Manhaj, Oleh
Abdul Hayyie Al-Kattani, Mujiburrahman Subadi, Dkk. Depok:
Gema Insani,2014, Jilid ke-14

Anda mungkin juga menyukai