Skripsi King Cahaya Islam
Skripsi King Cahaya Islam
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin jurusan Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir
Sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan Program Studi Strata Satu (S.1)
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S.Ag)
Disusun Oleh:
King Cahaya Islam
NIM: 14. 31. 0462
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin jurusan Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir
Sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan Program Studi Strata Satu (S.1)
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S.Ag)
Disusun Oleh:
King Cahaya Islam
NIM: 14. 31. 0462
i
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini adalah murni hasil karya sendiri. Apabila saya mengutip
dari karya orang lain, maka saya akan mencamtukan sumbernya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Apabila di kemudian hari terbukti atau dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan (plagiat), maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut sesuai dengan sanksi yang berlaku di lingkungan
Institut PTIQ dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
iii
iv
TANDA PENGESAHAN SKRIPSI
Ditulis oleh:
Telah selesai di bimbing oleh kami, dan menyetujui selanjutnya untuk dapat
diujikan.
Ansor Bahary, MA
Mengetahui:
Dekan Fakultas Ushuluddin
H. Andi Rahman, MA
v
vi
TANDA PENGESAHAN SKRIPSI
Disusun oleh:
TIM PENGUJI
No Nama Penguji Jabatan Dalam Tim Tanda Tangan
Jakarta, 2020
Mengetahui,
vii
viii
Moto
س ْن تُ ْم ِِلَنْ ُف ِس ُك ْم
َ َح
ْ س ْن تُ ْم أ ْ إِ ْن أ
َ َح
PERSEMBAHAN
✓ Skripsi ini
kupersembahkan kepada:
Kedua orang tuaku, adik,
dan keluarga yang telah
memberikan motivasi,
nasihat, dan doanya
kepada penulis.
✓ Seluruh teman-teman
yang telah memberikan
dorongan, semangat dan
doanya atas tersusunnya
skripsi ini.
✓ Seluruh pembaca di
dunia.
ix
x
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Berdasarkan keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan 0543/1987, tanggal 22
Januari 1988.
A. Konsonan Tunggal
Huruf
Nama Huruf Latin Keterangan
Arab
ا Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan
ب ba’ b be
ت ta’ t te
ج jim j je
د dal d de
ر ra’ r er
س sin s es
xi
ط ta’ t te (dengan titik di bawah)
غ gain g ge
ف fa’ f ef
ق qaf q qi
ك kaf k ka
ل lam l el
م mim m em
ن nun n en
و wau w we
ه ha’ h ha
ي ya’ Y ye
C. Ta’ Marbutah
1. Bila dimatikan ditulis h
هبة ditulis Hibah
جزية ditulis Jizyah
xii
Ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata bahasa Arab
yang sudah terserap kedalam bahasa Indonesia, seperti Shalat, Zakat
dan sebagainya. Kecuali dikehendaki lafal aslinya. Bila diikuti dengan
kata sandang “al” sertabacaan kedua itu terpisah, maka ditulis dengan
h.
كرمة االولياءditulis Karamah Al-Auliya’
2. Bila Ta’ Marbutah dibup dengan harakat, Fathah, Kasroh dan
Dhammah ditulis t زكاة اللفطرةditulis Zakatul Fitri
D. Vokal Pendek
َ Fathah ditulis a
َ Kasrah ditulis i
َ Dhammah ditulis u
E. Vokal Panjang
F. Vokal Rangkap
xiii
G. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan
Apostrof
xiv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan
Yang Maha Pencipta, Penguasa, Pengatur alam semesta beserta isinya yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi
Muhammad SAW dengan harapan penulis dan para pembaca skripsi
termasuk golongan yang mendapat syafaat Nabi Muhammad SAW di hari
perhitungan nanti.
Skripsi dengan judul “Fase Pendidikan Anak Menurut Al-Qur’an”
ini tuntas penulis selesaikan untuk mendapatkan kesimpulan fase-fase
perkembangan anak yang harus diisi dengan arahan menurut al-Qur’an.
penulis berharap skripsi ini menjadi titik awal untuk terus berkarya dalam
karya ilmiah maupun non ilmiah.
Selama penulisan skripsi ini tentunya banyak pihak yang telah
membantu dengan memberikan dorongan, semangat, motivasi, bimbingan
dan arahan baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat
penulis lupakan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada pihak yang telah
ikut berperan dalam penulisan skripsi ini.
Ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya penulis
sampaikan kepada yang terhormat:
1. Ayahanda Khusnin dan Ibunda Ety Awaliyah, kedua kakak dan adik serta
seluruh keluarga yang telah memberikan motivasi, nasihat, dorongan,
bantuan, dan doanya kepada penulis baik moril mau pun materil, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.
2. Bapak Rektor Institut PTIQ Jakarta, Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA.
Beserta seluruh staf rektorat Institut PTIQ Jakarta.
3. Bapak H. Andi Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Institut
PTIQ Jakarta.
4. Bapak Ansor Bahary, MA., selaku pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktunya untuk mengoreksi dan memberikan saran yang
konstruktif dalam penulisan skripsi ini sampai selesai.
5. Bapak Lukman Hakim, MA., selaku ketua Program Studi Ilmu Al-Qur’an
Dan Tafsir
xv
6. Bapak dosen di Fakultas Ushuluddin dan seluruh dosen Institut PTIQ
Jakarta yang telah memberikan ilmu kepada penulis yang tidak penulis
sebutkan satu-persatu, namun tidak mengurangi rasa hormat dan ta’dzim
penulis.
7. Segenap civitas akademik Institut PTIQ Jakarta.
8. Seluruh Dewan Kepengurusan Masjid Al-Hikmah yang senantiasa ikut
membantu dan memfasilitasi dalam penyususunan skripsi.
9. seluruh teman-teman Masjid Al-Hikmah dan saudara Mhd Syukron, yang
telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Seluruh teman-teman fakultas Ushuluddin angkatan 2014 yang
senantiasa memberikan motivasi, doa, dan dorongan kepada penulis.
11. Dan kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini
yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
Semoga semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam
penyelesaian skripsi ini dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang
berlipat ganda, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
pembacanya dalam upaya menggali hikmah yang terkandung dalam al-
Qur’an. Amin ya Rabbal Alamin
xvi
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................. i
Lembar Surat Pernyataan ............................................................................. iii
Lembar Persetujua ....................................................................................... v
Lembar Pengesahan Skripsi ......................................................................... vii
Moto Dan Persembahan ............................................................................... ix
Kata Pengantar ............................................................................................. ii
Daftar Isi ...................................................................................................... iv
Pedoman Transliterasi .................................................................................. xi
Abstraksi ...................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Pembatasan Dan Rumusan Masalah ....................................... 11
C. Tujuan Dan Manfaat Penilitian............................................... 11
D. Metodologi Penelitian............................................................. 11
E. Tinjauan Kepustakaan ............................................................ 12
F. Sistematika Penulisan ............................................................. 13
BAB II PENDIDIKAN DAN FASE PERKEMBANGAN ANAK ...... 15
A. PengertianPendidikan ............................................................. 15
B. Tujuan Pendidikan .................................................................. 25
C. Jenis Kelembagaan Pendidikan Anak..................................... 28
D. Fase Perkembangan Anak...................................................... 31
1. Masa Perkembangan Dalam Kandungan ........................... 31
2. Awal Proses Kelahiran....................................................... 31
3. Tumbuh Kembang Janin .................................................... 32
4. Perkembangan Masa Bayi.................................................. 34
5. Masa Anak Pra-Sekolah..................................................... 36
6. Masa Anak Sekolah (6-12 Tahun) ..................................... 38
BAB III TERM ANAK DAN PENDIDIKAN FASE
PERKEMBANGAN ANAK DALAM AL-QUR’AN
A. Fase Persiapan ........................................................................ 49
1. Pendidikan Pra Nikah ........................................................ 49
2. Mendoakan Untuk Kebaikan Anak.................................... 52
xvii
3. Menghindari Gangguan Setan Ketika Pembentukan
Nutfah ................................................................................ 55
4. Memberi Nama Yang Baik ................................................ 57
5. Menafkahi Anak Dari Hasil yang Halal............................. 59
B. Fase Permulaan ....................................................................... 61
1. Pendidikan Jasmanai Dan Rohani ...................................... 61
2. Pendidikan Dan Pengenalan Terhadap Al-Qur’an ............. 66
C. Fase Pertumbuhan................................................................... 68
1. Membiasakan Anak Mengucap Dzikkrullah (Pendidikan
Dasar Fitrah Manusia)........................................................ 68
2. Membiasakan Menutup Aurat Dan Tampil Indah ............. 73
D. Fase Pembelajaran .................................................................. 76
1. Pembelajaran Mengenal Berbagai Macam Ilmu ................ 76
2. Kasih Sayang ..................................................................... 77
3. Ibadah ................................................................................ 79
4. Bersabar Dan Memaafkan.................................................. 83
5. Berakhlak Mulia................................................................. 87
6. Penyejuk Hati ..................................................................... 90
7. Pendidikan Tauhid ............................................................. 92
8. Kedisiplinan ....................................................................... 99
9. Bersyukur Kepada Allah SWT .......................................... 101
10. Berhati-Hati Dalam Melakukan Sesuatu ........................... 102
11. Membiasakan Akhlak Terpuji............................................ 104
12. Pendidikan Dalam Keluarga .............................................. 106
BAB IV PENUTUP .................................................................................. 109
A. Kesimpulan ...................................................................................... 109
B. Saran ................................................................................................ 110
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 111
xviii
ABSTRAKSI
Allah SWT menurunkan Al-Qur’an adalah untuk menjadi petunjuk
kepada segala hamba yang tunduk dan menurut, yang sadar akan fungsi al-
Qur’an yakni menjadi pedoman hidup di dunia untuk keselamatan di dunia
dan akhirat. Al-Qur’an tidak hanya membahas berkaitan dengan ibadah saja
tetapi, al-Qur’an membahas segala aspek kehidupan. Karenanya al-Qur’an
harus menjadi kebutuhan primer bagi umat Islam atas hidupnya.
Dakwah dan pendidikan harus bermula dari rumah. Al-Qur’an
mengingatkan bahwa hendaklah kita mengajarkan kepada keluarga kita
perbuatan yang dengannya mereka dapat menjaga diri mereka dari api neraka
dan bawalah mereka kepada yang demikian ini melalui nasehat dan
pengajaran. hendaklah mengajarkan anak-anak dan menasehati mereka agar
menjadi anak-anak yang sholeh sehingga terhindar api neraka-Nya. Maka
para pendidik yaitu keluarga, orang tua, atau guru hendaklah menjadikan al-
Qur’an sebagai referensi utama dalam wawasan pendidikan anak.
Para pendidik anak yakni orang tua, guru, dan lainnya tentunya telah melihat
dan mengetahui perkembangan fase anak dari ia lahir hingga menuju usia
remaja. Setidaknya anak mengalami tiga fase di antaranya, fase permulaan
dimulai ketika ia lahir, fase pertumbuhan ketika anak berusia sekitar tiga
tahun sehingga sudah mulai tumbuh perkembangan fisik, dan fase
pembelajaran yaitu anak berusia sekitar enam tahun dan seterusnya sampai ia
menemukan usia remaja. Fase-fase ini menjadi penting bagi para pendidik
karena nantinya akan sangat berpengaruh untuk perkembangan anak menuju
tahap remaja dan kedewasaannya. Maka orang tua, guru dan elemen lainnya
harus mulai mempelajari dan mengamalkan nasehat-nasehat al-Qur’an
tentang pendidikan anak.
Penelitian ini ingin mengetahui tentang arahan al-Qur’an terhadap
fase pendidikan anak. adapun penelitian yang digunakan dalam skripsi ini
adalah mencari term-term anak dalam al-Qur’an dan mengambil unsur
pendidikan dalam ayat yang terdapat term anak tersebut. Dalam hal ini
penulis menggunakan metode tafsir maudhu’i. Penulis juga mengungkap
ayat-ayat al-Qur’an dengan corak tafsir tarbawi, yakni mencari ayat-ayat
yang berkaitan dengan pendidikan anak.
Metode pembahasan dalam penelitian ini menggunakan penelitian
kepustakaan (library research), yakni mengambil dan mengumpulkan
xix
berbagai data kepustakaan yang relevan dengan permasalahan yang diangkat
dalam penelitian.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa banyak ayat-ayat al-
Qur’an yang dapat diangkat hikmahnya untuk dijadikan panduan dalam fase
pendidikan anak. terdapat empat fase yang dilalui setiap anak dalam menuju
proses remaja yakni fase persiapan, fase permulaan, fase pertumbuhan, dan
fase pembelajaran. Merujuk kepada penjelasan al-Qur’an pada fase persiapan
diisi dengan pendidikan pra nikah, mendoakan untuk kebaikan anak,
menghindari gangguan setan ketika pembentukkan nutfah, memberi nama
yang baik, menafkahi anak dari hasil yang halal. Pada fase permulaan diisi
dengan pendidikan jasmani dan rohani serta pendidikan dan pengenalan
terhdap al-Qur’an. Fase pertumbuhan diisi dengan pendidikan pembiasaan
anak mengucap dzikrullah dan membiasakan menutup aurat dan tampil
indah. Fase pembelajaran diisi dengan pendidikan pembelajaran mengenal
berbagai hal, kasih sayang, ibadah, bersabar dan memaafkan, berakhlak
mulia, penyejuk hati, pendidikan tauhid, kedisiplinan, bersyukur kepada
Allah, berhati-hati dalam melakukan sesuatu, membiasakan akhlak terpuji,
dan pendidikan dalam keluarga. Keempat fase pendidikan anak tersebut yang
menjadi pembahasan dalam skripsi ini.
xx
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an merupakan warisan Nabi saw yang begitu penting bagi umat
Islam. Allah SWT menurunkan Al-Qur’an adalah untuk menjadi petunjuk
kepada segenap mereka yang suka berbakti. Menjadi penyuluh kepada segala
hamba yang tunduk dan patuh. Menjadi pedoman hidup dunia dan akhirat.1
Karenanya Al-Qur’an harus menjadi kebutuhan primer bagi umat Islam atas
hidupnya. Kalau manusia diibaratkan sebuah Handphone baru, maka al-
Qur’an adalah buku pedoman Handphone tersebut. Al-Qur’an memiliki
fungsi yang selalu dibutuhkan manusia dalam kehidupannya. Karena fungsi
al-Qur’an ialah sebagai pedoman atau petunjuk bagi umat manusia.
1
Abd. Rozak & Aminuddin, Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Mitra Wacana Media,
2010), cet_1, hal: 9
2
Ahmad Musgthafa Al Maraghi, Terj. Tafsir Al Maraghi, Oleh K. Anshori Umar
Sitanggal, Hery Noer Aly, Dkk, (Semarang: PT. Karya Toha Putrs Semarang, 1992), cet_2,
hal: 58
3
Ahmad Musgthafa Al Maraghi, Terj. Tafsir Al Maraghi, Oleh K. Anshori Umar
Sitanggal, Hery Noer Aly, Dkk., hal: 59
1
2
4
Achmad Rofi’i, Metode Rasulullah Dalam Pendidikan Karakter Perspektif Al-
Qur’an, (Disertasi Pasca Sarjana Program Studi Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir Institut
Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an Jakarta, 2018), hal: 278
5
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), Cetakan Ke-2, Jilid Ke-14, hal: 327
3
َاجنَا َوذُ ِريَّا ِتنَا قُ َّرةَ أَ ْعي ٍُن َوا ْج َع ْلنَا ِل ْل ُمتَّقِين
ِ َوالَّذِينَ َيقُولُونَ َربَّنَا هَبْ لَنَا ِم ْن أَ ْز َو
إِ َما ًما
“Dan orang-orang yang berkata, “ya tuhan kami, anugerahkanlah kepada
kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati(kami), dan
jadikanlah kami imam-imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. surat
al-furqan ayat 74).
Sifat dari orang-orang beriman sejati yaitu memberikan perhatian
khusus pada pendidikan dan pelatihan anak-anak dan keluarganya. Mereka
merasa sangat bertanggung jawab.8 Kapan dimulai pendidikan itu bagi
peserta didik menurut konsep al-Qur’an? Apabila ditelusuri ayat-ayat dan
hadis rasul, dapat dilihat bahwa batas awal pendidikan itu telah dimulai
sebelum kelahiran anak, sejak anak dalam rahim ibu. Bahkan ada yang
berpendapat sejak mencari jodoh, karena itulah diutamakan pasangan
dipandang dari sudut akhlak, bukan kecantikan/kegantengan, harta dan
keturunan, tetapi diutamakan agama seorang.9
Karena perjalanan manusia melalui tahapan-tahapan tertentu. Maka
pembahasan tentang pendidikannya harus difokuskan pada tahapan-tahapan
6
Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq Alu Syaikh, Terj. Lubaabut
Tafsir Min Ibni Katsir, Oleh M. Abdul Ghoffar, Dkk, (Bogor: Pustaka Imam Syafi’i, 2007),
cetakan ke-4, jilid ke-8, hal: 229
7
Ahmad Musthafa Al Maraghi, terj. Tafsir Al Maraghi, Oleh Bahrun Abu Bakar,
Dkk. (Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang, 1993), Cetakan Ke-2, Jilid Ke-28,
hal:261
8
Kamal Faqih Imani, Tafsir Nurul Qur’an, ( Jakarta: Penerbit Al Huda, 2007),
Cetakan Ke-1, Jilid Ke-12, hal: 149
9
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Perspektif Filsafat, (Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group, 2014), Cet_1, Hal: 116
4
10
Syafaruddin, Dkk. Ilmu Pendidikan Islam Melejitkan Potensi Budaya Umat, hal:
136
11
A. Fatih Syuhud, Pendidikan Islam Cara Membidik Anak Salih, Smart Dan
Pekerja Keras, (Pustaka Al-Khoirot, 2011),hal: 12
12
Halid Hanafi, Dkk. Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Grup Penerbitan CV
BUDI UTAMA, 2018), hal: 326
13
Syafaruddin, Dkk. Ilmu Pendidikan Islam Melejitkan Potensi Budaya Umat, hal:
136
5
14
A. Fatih Syuhud, Pendidikan Islam Cara Mendidik Anak Salih, Smart, Dan
Pekerja Keras, Hal: 12
15
Ubes Nur Islam, Mendidik Anak Dalam Kandungan Optimalisasi Potensi Anak
Sejak Dini, (Depok: Gema Insani, 2003), cet_1, hal: 15
16
Nurul Chomaria, Seputar Kehamilan, (Jakarta: PT Alex Media Komputindo,
2012), hal: 210
6
17
Syafaruddin, Dkk. Ilmu Pendidikan Islam Melejitkan Potensi Budaya Umat, Hal:
137
18
Uci Sanusi & Rudi Ahmad Suryadi, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Grup
Penerbitan CV Budi Utama, 2018), hal: 207
19
Sokhibul Ikhsan, Jurus Jitu Mendidik Anak Dalam Kandungan Secara Islami,
(Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, 2019), hal: 54
7
20
Syafaruddin, Dkk. Ilmu Pendidikan Islam Melejitkan Potensi Budaya Umat, hal:
139
21
Anggani Sudono, Sumber Belajar Dan Alat Permainan Untuk Pendidikan Usia
Dini, (Jakarta: PT Grasindo, 2000), cet_1, hal: 17
22
Syafaruddin, Dkk. Ilmu Pendidikan Islam Melejitkan Potensi Budaya Umat, hal:
140
23
Masganti Sit, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini, (Deopok: Kencana,
2017), hal: 13
8
24
Syafaruddin, Dkk. Ilmu Pendidikan Islam Melejitkan Potensi Budaya Umat, hal:
140
25
Jarot Wijanarko Dan Gideon Apit Sunanto, Berani Mendisiplin Anak Generasi
Milenial Sesuai Firman (Pemikiran James Dobson), (Jakarta: Keluarga Indonesia Bahagia),
hal: 35
26
A. Aziz Alimul Hidayat, Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan,
(Jakarta: Salemba Medika, 2008), hal: 9
27
Syafaruddin, Dkk. Ilmu Pendidikan Islam Melejitkan Potensi Budaya Umat, hal:
140-141
9
32
Syafaruddin, Dkk. Ilmu Pendidikan Islam Melejitkan Potensi Budaya Umat, Hal:
142
33
Dadan Suryana, Pendidikan Anak Usia Dini Stimulasi Dan Aspek Perkembangan
Anak, (Jakarta: Kencana, 2016), hal: 30
34
Syafaruddin, Dkk. Ilmu Pendidikan Islam Melejitkan Potensi Budaya Umat, Hal:
142
35
Herdina Indrijati, Psikologi Perkembangan Dan Pendidikan Anak Usia Dini
Sebuah Bunga Rampai, (Jakarta: Kencana, 2017), hal: 67
11
tidak hanya berfokus pada peran ayah melainkan juga peran keluarga dan
elemen lainnya.
3. Disertasi yang berjudul “Metode Rasulullah Dalam Pendidikan Karakter
Perspektif Al-Qur’an”, disertasi ini ditulis oleh Achmad Rofi’i mahasiswa
pasca sarjana Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an Program Studi
Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir pada tahun 2018. Pada disertasinya ini
membahas tentang metode, langkah-langkah, dan pembangunan karakter
Rasulullah dalam pendidikan karakter.
Pembahasan disertasi yang di tulis oleh Achmad Rofi’i ini
mempunyai kesamaan dengan skripsi yang saya tulis yakni membahas
tentang fase-fase dalam mendidik anak. Sedangkan yang menjadi
pembeda dengan skripsi yang saya teliti adalah disertasi Achmad Rofi’i
menitik beratkan pada penjelasan hadist-hadist. Ia menjelaskan dengan
melihat bagaimana rasulullah bertindak dalam membentuk karakter anak.
F. Sistematika Penulisan
Penulis menyusun naskah penelitian ini menjadi empat bab dan masing-
masing terdiri dari sub bab yang susunanya sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan
sistematika penulisan
BAB II : membahas tentang tinjauan umum yang berisikan pengertian
pendidikan dan fase perkembangan anak
BAB III : fase pendidikan anak menurut al-Qur’an
BAB IV : berisi tentang kesimpulan dan saran. Dengan memaparkan secara
singkat dari penelitian yang penulis lakukan dari rumusan
masalah dan sub-bab yang terakhir berisikan saran yang memuat
masukan atau rekomendasi bagi penelitian selanjutnya.
14
BAB II
PENDIDIKAN DAN FASE PERKEMBANGAN ANAK
A. Pengertian Pendidikan
Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat (1) pendidikan
diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.36
Undang-undang nomor 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pasal 1 misalnya, dijelaskan bahwa “pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan
pelatihan bagai peranannya di masa yang akan datang”. Dari sisni dapat
dipahami bahwa dalam kegiatan bimbingan, pengajaran, dan pelatihan
terkandung makna pendidikan.37
Pada rumusan ini terkandung beberapa hal yang perlu digarisbawahi
dan mendapat penjelasan lebih lanjut. Dengan usaha sadar dimaksudkan,
bahwa pendidikan diselenggarakan berdasarkan rencana yang matang,
mantap, jelas, lengkap, menyeluruh, berdasarkan pemikiran rasional-objektif.
Pendidikan tidak diselenggarakan secara tak sengaja, atau bersifat insidental
dan seenaknya.38 Dari sudut etimilogi pengertian pendidikan diwakili oleh
istilah taklim dan tarbiyah yang berasal dari kata dasar allama dan rabba
sebagaimana digunakan dalam al-Qur’an, sekalipun konotasi kata tarbiah
lebih luas karena mengandung arti memelihara, membesarkan, dan
mendidik, serta sekaligus mengandung makna mengajar (allama).39
Pendidikan mempunyai banyak istilah. Beberapa istilah yang sering
digunakan adalah rabba-yurobbi (mendidik), allama-yuallimu (memberi
ilmu), addaba-yuaddibu (memebrikan teladan dalam akhlak), dan darrasa-
36
Uci Sanusi Dan Rudi Ahmad Suryadi, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: CV
Budi Utama, 2018), cet_1, hal: 5
37
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektikan Pendidikan Agama
Islam Di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hal: 37
38
Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), hal:
2
39
Jusuf Amir Feisal, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Gema Insani Press,
1995), hal: 94
15
16
1. Rabba-Yurabbi
Kata tarbiyah merupakan masdar dari kata rabba yang berarti
mengasuh, mendidik, dan memelihara. Dalam Leksikologi Qur’an,
penunjukkan kata tarbiyah yang merujuk pada pengertian pendidikan
secara inplisif tidak ditemukan. Penunjukkan pada pengertian
pendidikan hanya dilihat dari istilah lain yang seakar dengan kata
tarbiyah. Antara lain adalah kata rab, rabbayani, murabbiy, dan
rabbaniy.41
40
Ridwan Abdullah Sani & Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter Mengmbangkan
Karakter Anak Yang Islami, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016), hal: 8
41
Halid Hanafi Dan La Adu, Ilmu Pendidikan Islam, hal: 40
42
Ridwan Abdullah Sani & Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter Mengmbangkan
Karakter Anak Yang Islami, hal: 9
17
2. Allama-Yuallimu
Kata ta’lim merupakan masdar dari kata allama yang berarti
pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian,
pengetahuan, dan keterampilan.44Ta’lim adalah pendidikan yang
penekanannya transfer of knowledge yang efektif dan efesien dengan
memperhatikan kebaruan (noberly).45Penunjukkan kata ta’lim pada
pengertian pendidikan sesuai dengan firman Allah yaitu:
43
Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2016), cet_1, hal: 3
44
Halid Hanafi, La Adu, Dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Grup Penerbitan
CV Budi Utama, 2018), cet_1, hal: 39
45
Sehat Sultoni Dalimunthe, Filsafat Pendidikan Islam Sebuah Bangunan Ilmu
Islamic Studies, (Yogyakarta: Cv Budi Utama, 2018), cet_1, hal: 133
18
3. Addaba-Yuaddibu
Kata ta’dib merupakan masdar dari addaba yang dapat diartikan
kepada proses pendidikan yang lebih tertuju pada pembinaan dan
penyempurnaan akhlak atau budi pekerti peserta didik.47 Teori ruang
lingkup filsafat pendidikan bisa dilihat dari apa yang dikemukakan
oleh M. Naquib Al-Attas bahwa dalam konferensi dunia tentang
pendidikan pertama di Jedah tahun 1977 bahwa pendidikan ada dalam
kandungan al-tarbiyah, al-ta’lim, dan al-ta’dib. Menurutnya al-
ta’diblah yang paling tepat untuk mewakili terjemahan dari
pendidikan, di mana dalam kandungannnya menghargai intelektualitas
manusia, bukan sekedar menekankan kasih sayang, dan pendidikan
46
Ridwan Abdullah & Sani Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter Mengmbangkan
Karakter Anak Yang Islami, hal: 10
47
Halid Hanafi, La Adu, Dkk., Ilmu Pendidikan Islam, hal: 41
19
4. Darrasa-Yudarrisu
Kata pendidik juga dapat diambil dari kata darrasa-yudarrisu.
Ism fail dari kata darrasa-yudarrisu adalah mudarris. Darrasa artinya
mengajar, tadarrusu dapat dimaknai dengan membaca dan menjamin
agar tidak lupa, berlatih dan menjamin sesuatu.50
Mudarris adalah orang yang memiliki kepekaan intelektual dan
informasi, memperbarui pengetahuan dan keahliannya secara
berkelanjutan, berusaha mencerdaskan peserta didik, memberantas
kebodohan, serta melatih keterampilan sesuai dengan bakat, minat dan
kemampuan peserta didik.51Tadris adalah pendidikan yang
penekanannya dalam repeat power. Dengan mengulang-ulang belajar,
sehingga apa yang dipelajari ada yang membekas dalam pikiran, hati,
48
Sehat Sultoni Dalimunthe, Filsafat Pendidikan Islam Sebuah Bangunan Ilmu
Islamic Studies, hal: 133
49
Ibnu Majah Abu Abdullah Muhammad Bin Yazid Al-Qazawini, Sunan Ibnu
Majah, (Daru Ihya Al-Kitab Al-Arabiyyah), Bab Adab, Birrul Walid Wal Ihsan Ilal Banat,
jilid ke-2, hal: 1209
50
Lalu Muhammad Nurul Wathoni, Hadis Tarbawi Analisis Komponen-Komponen
Pendidikan Perspektif Hadis,(Nusa Tenggara Barat: Forum Pemuda Aswaja, 2020), cet_1,
hal: 30
51
Ridwan Abdullah Sani & Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter Mengmbangkan
Karakter Anak Yang Islami, hal: 11
20
52
Sehat Sultoni Dalimunthe, Filsafat Pendidikan Islam Sebuah Bangunan Ilmu
Islamic Studies, hal: 133
53
Abu Daud Sulaiman, Sunan Abu Daud, (Al-Maktabah Al-Asriyyah: Bayrut),
Kitabu As-Sholah, Bab Fi Tsawabi Qiroatil Qur’an, jilid ke-2, hal: 71
54
Ridwan Abdullah Sani & Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter Mengmbangkan
Karakter Anak Yang Islami, hal: 12
21
55
Ridwan Abdullah Sani & Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter Mengmbangkan
Karakter Anak Yang Islami, hal: 12
56
Muhammad Ibnu Ismail Abu Abdullah Al-Bukhori Al-Ja’fi, Shohih Al-Bukhori,
(Daru At-Tuqi An-Najah, 1422 H), Kitabu Fadoilil Qur’an, Babu Khoyrukum Man
Taallama Al-Qur’an Wa Allamahu, jilid ke-6, hal: 192
57
Ridwan Abdullah Sani &Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter Mengmbangkan
Karakter Anak Yang Islami, hal: 12
22
62
Adi Sasono, Dkk. Solusi Islam Atas Problematika Umat (Ekonomi, Pendidikan,
Dan Dakwah), (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), hal: 122-123
63
M. Ngalim Purwanto Ilmu Pendidikan Teoretis Dan Praktis, (Bandung: Pt Remaja
Rosdakarya, 2014), hal: 3
64
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis Dan Praktis, hal: 3
24
B. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan adalah sebagai seperangkat hasil pendidikan yang
tercapai oleh peserta didik setelah diselenggarakannya kegiatan pendidikan.
Seluruh kegiatan pendidikan, yakni bimbingan pengajaran dan latihan
diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam konteks ini, tujuan
pendidikan merupakan suatu komponen sistem pendidikan yang menempati
kedudukan dan fungsi sentral. Itu sebabnya, setiap tenaga kependidikan perlu
65
Muhaimin Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektikan Pendidikan Agama
Islam Di Sekolah Hal: 37
66
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektikan Pendidikan Agama
Islam Di Sekolah, hal: 37
25
67
Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, hal: 4
68
Ridwan Abdullah Sani & Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter Mengmbangkan
Karakter Anak Yang Islami, hal: 14
69
Ridwan Abdullah Sani & Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter Mengmbangkan
Karakter Anak Yang Islami, hal: 14
26
70
Ridwan Abdullah Sani & Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter Mengmbangkan
Karakter Anak Yang Islami, hal: 14
27
71
Doni Koesoema A Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak Di Zaman Global,
(Jakarta: Kompas Grasindo, 2010), Hal: 66
72
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis Dan Praktis, hal: 19
73
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis Dan Praktis, hal: 20
28
nama yang bervariasi. Lembaga dikedua jalur ini saat ini banyak
bermunculan.74
Permulaan anak memasuki lingkungan sekolah, maka pada waktu
itulah permulaan anak mengenal sekolah. Anak akan mengenal sekolah
sebagai tempat berkumpulnya anak-anak dari berbagai latar belakang
kehidupan. Anak yang pada mulanya belum saling mengenal antara satu
dengan yang lainnya, beberapa hari kemudian sudah saling mengenal dalam
ruang lingkup pergaulan yang terbatas, hanya anak-anak tertentu yang
dikenal oleh anak, terutama anak-anak sekelasnya. Rasa kesendirian mulai
menjauhi anak dan berubah menjadi kehidupan sekolah yang menyenangkan.
Begitulah perubahan pergaulan sosial anak di sekolah.75
1. Taman Kanak-kanak
Taman Kanak-kanak (TK) merupakan salah satu lembaga
pendidikan anak usia dini pada jenjang formal. Berdasarkan Undang-
undang Nomor 2 Tahun 1089 dikemukakan beberapa ayat yang terkait
dengan penyelenggaraan TK di antaranya adalah sebagai berikut:76
a. Pasal 5 ayat 1 menyatakan bahwa “Taman kanak-kanak merupakan
salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang terdapat pada jalur
pendidikan sekolah.
b. Pasal 6 ayat 1 menyatakan bahwa “Taman Kanak-kanak merupakan
pendidikan prasekolah yang menyelenggarakan pendidikan dini
bagi anak usia 4 tahun sampai 6 tahun.
74
Anita Yus, Model Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana, 2011), cet_1,
hal: 1
75
Maliki, Bimbingan Konseling Di Sekolah Dasar Suatu Pendekatan Imajinatif,
(Jakarta: Kencana, 2016), cet_1, hal: 51
76
Ratnawilis, Buku Panduan Administrasi Kelas Bagi Guru Taman Kanak-Kanak
(TK), (Sidoarjo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2019), cet_1, hal: 1
29
2. Sekolah Dasar
Sekolah Dasar (SD) adalah bagian terpadu dari sistem
pendidikan nasional yang berlangsung selama 6 tahun di Sekolah
Dasar (SD) dan selama 3 tahun di sekolah lanjutan tingkat pertama
(SLTP) atau satuan pendidikan sederajat. Pada usia enam tahun, anak
memasuki jenjang pendidikan formal, dengan tanpa melalui
pendidikan prasekolah (Taman Kanak-kanak). Untuk menjelaskan apa
yang dikatakan dalam PP Nomor 28 Tahun 1992 tentang Pendidikan
Dasar, Bab IV F dalam kurikulum 1994/1995, dikatakan bahwa
perencanaan program bimbingan belajar dan bimbingan karier
ditekankan pada upaya bimbingan belajar tentang cara belajar,
memahami dunia kerja dan mengembangkan kemampuan untuk
membuat perencanaan serta kemampuan untuk mengambil keputusan.
Perencanaan bimbingan ditujukan pada persiapan siswa untuk
melanjutkan ke pendidikan menengah atau memasuki lapangan kerja.78
Masa usia sekolah dasar secara kronologis, siswa sekolah dasar
pada umumnya berusia 6 sampai 13 tahun atau sampai tiba saatnya
individu menjadi matang secara seksual. Masa sekolah harus diartikan
bahwa anak periode ini sudah menampakkan kepekaan untuk belajar.
Hal ini sesuai dengan sifat ingin tahu dari anak dengan makin
meluasnya daerah eksplorasi. Dalam satu permulaan periode
persekolahaan ini ialah sikap anak terhadap lingkungan (keluarga)
tidak egosentris, melainkan objektif dan empiris. Jadi telah ada sikap
intelektualitas. Inilah sebabnya periode ini disebut juga masa
intelektual atau masa keserasian bersekolah. Pada masa keserasian
bersekolah ini secara relatif anak-anak lebih mudah dididik daripada
sebelumnya.79
77
Ratnawilis, Buku Panduan Administrasi Kelas Bagi Guru Taman Kanak-Kanak
(TK), hal: 1
78
Maliki, Bimbingan Konseling Di Sekolah Dasar Suatu Pendekatan Imajinatif, hal:
52
79
Maliki, Bimbingan Konseling Di Sekolah Dasar Suatu Pendekatan Imajinatif, hal:
56
30
3. Madrasah Ibtidaiyah
Sejarah panjang pertumbuhan madrasah sejak pertumbuhan dan
perkembangannya yang diprakarsai masyarakat, kemudian diserap
dalam program pemerintah dengan berdirinya Kementrian Agama RI,
dan memperoleh pengakuan kesederajatan dengan sekolah umum
lainnya pada tahun 1974. Melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, posisi madrasah diakui
sama dengan sekolah umum, namun pengelolaan dan pembinaannya
tetap dibawah Kementrian Agama.81
Kurikulum madrasah ibtidaiyah (MI) yang memiliki beban lebih
berat dibandingkan dengan sekolah dasar di mana memiliki tambahan
mata pelajaran Bahasa Arab, Al-Qur’an Al-Hadis, Aqidah Akhlak,
Fiqih, dan Sejarah Kebudayaan Islam sebagai sebuah keharusan pada
sekolah yang bercirikan Islam. Dengan adanya tambahan mata
pelajaran tersebut, seharusnya ada penambahan jam belajar bagi siswa
madrasah antara 10-14 jam pelajaran dalam satu minggu. Sehingga
meskipun beban mata pelajaran pada madrasah itu lebih banyak,
namun dengan tersedianya waktu belajar yang cukup, maka lulusan
madrasah akan lebih unggul dalam bidang keagamaannya dan mampu
bersaing dalam meraih mutu pendidikan dalam bidang ilmu
80
Maliki, Bimbingan Konseling Di Sekolah Dasar Suatu Pendekatan Imajinatif, hal:
56-57
81
Dede Rosyada, Madrasah Dan Profesionalisme Guru Dalam Arus Dinamika
Pendidikan Islam Di Era Otonomi Daerah, (Depok: Kencana, 2017), cet_1, hal: 20
31
82
Dede Rosyada, Madrasah Dan Profesionalisme Guru Dalam Arus Dinamika
Pendidikan Islam Di Era Otonomi Daerah, hal: 24
83
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, hal: 126
84
Singgih D. Gunarsa Dan Yulia Singgih D. Gunarsih,Psikologi Perkembangan Anak
Dan Remaja, hal: 7
85
Saktiyono, Ipa Biologi Smp Dan Mts, (Esis, 2004), jilid ke2, hal: 22
86
Mikrajuddin, Saktiyono, Dkk. Ipa Terpadu Smp Dan Mts, (Esis, 2004), Hal: 22
87
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, hal: 127
32
88
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, hal: 127
89
Rachmat, Ringkasan Pengetahuan Alam Untuk Sekolah Dasar Dan Madrasah
Ibtidaiyah, (Grasindo), hal: 25
90
Windya Novita, Serba-Serbi Anak Yang Perlu Diketahui Seputar Anak Dari
Dalam Kandungan Hingga Masa Sekolah (Tinjauan Psikologis Dan Kedokteran), (Jakarta:
PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, 2007), hal: 3
91
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, hal: 128
92
Abdul Syukur Al-Azizi, Hadis-Hadis Sains, (Yogyakarta: Laksana, 2018), cet_1,
hal: 86-87
33
93
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, hal: 131
94
Herdina Indrijsti, Psikologi Perkembangan Dan Pendidikan Anak Usia Dini
Sebuah Bunga Rampai, (Jakarta: Kencana, 2016), cet_2, hal: 4
95
A. Aziz Alimul Hidayat, Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan
Kebidanan, (Jakarta: Penerbit Salemba Medika, 2008), hal: 15
34
96
Christiana Hari Soetjiningsih, Seri Psikologi Perkembangan Anak Sejak
Pembuahan Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir, (Jakarta: Kencana, 2012), cet_ke3, hal: 77
97
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, hal: 170
98
A. Aziz Alimul Hidayat, Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan
Kebidanan, hal: 20
35
99
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, hal: 171
100
Nia Nurdiansyah, Buku Pintar Ibu & Bayi Panduan Lengkap Merawat Buah Hati
Dan Menjadi Orangtua Cerdas, (Jakarta: Bukune, 2011), cet_1, hal 258
101
Singgih D. Gunarsa, Dkk. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, (Jakarta:
Gunug Mulia, 2008), hal: 8-9
102
Singgih D. Gunarsa, Dkk. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, hal: 9-10
36
103
Herdina Indrijati, Psikologi Perkembangan Dan Pendidikan Anak Usia Dini
Sebuah Bunga Rampai, hal: 27-28
37
104
Masnipal, Siap Menjadi Guru Dan Pengelola Paud Profesional (Pijakan
Mahasiswa, Guru & Pengelola TK/RA/KB/TPA), (Jakarta: Penerbit PT Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia, 2014), hal: 155-156
105
Singgih D. Gunarsa, Dkk. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, hal: 12-13
106
Singgih D. Gunarsa, Dkk. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, hal: 13
107
L. Prasetya, Joko Warwanto, Dkk., Dasar-Dasar Pendampingan Iman Anak,
(Kanisius: Yogyakarta, 2008), cet_2, hal: 16
108
Jatie K. Pudjibudojo, Dkk., Bunga Rampai Psikologi Perkembangan: Memahami
Dinamika Perkembangan Anak, Hal: 5
38
109
Singgih D. Gunarsa, Dkk. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, hal: 13
110
Encep Sudirjo Dan Muhammad Nur Alif, Pertumbuhan Dan Perkembangan
Motorik Konsep Perkembangan Dan Pertumbuhan Fisik Dan Gerak Manusia, (Sumedang:
UPI Sumedang Press, 2018), cet_1, hal: 9
111
Singgih D. Gunarsa, Dkk. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, hal: 13-14
39
112
Singgih D. Gunarsa, Dkk. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, hal: 14
113
Siti Muri’ah & Khusnul Wardan, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja,
hal: 14-15
114
Erwin Parengkuan, Alexander Sriewijono, Dkk., Talkinc Points For Parents
Menjadi Teman Berlatih Anak Untuk Mengenali Diri, Menggali Mimpi, Dan
Mengekspresikan Dirinya, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010),hal: 68
40
Pada masa akhir sekolah, karena tujuan utama masa ini adalah
diakui sebagai anggota dari suatu kelompok, maka biasanya anak-anak
cenderung lebih senang memilih aturan-aturan yang ditetapkan
kelompoknya dari pada apa-apa yang diatur oleh orang tuanya
(misalnya dalam cara berpakaian, berdandan, berbicara, bertingkah
laku dan sebagainya).115
Melalui pengasuhan di rumah dan pergaulan sosial sehari-hari
anak belajar bagaimana berinteraksi dengan orang lain, bagaimana ia
menemukan identitas diri dan peran jenis kelaminnya, bagaimana
melatih otonomi, sikap mandiri dan berinisiatif, bagaimana belajar
mengatasi kecemasan dan konflik secara tepat, bagaimana
mengembangkan moral dan kata hati yang benar dan serasi.116
115
Singgih D. Gunarsa, Dkk. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, hal: 15
116
Singgih D. Gunarsa, Dkk. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, hal: 15
41
42
BAB III
TERM ANAK DAN PENDIDIKAN FASE PERKEMBANGAN ANAK
DALAM AL-QUR’AN
الر ِج ِيم
َّ ان
ِ ط َّ س َّم ْيت ُ َها َم ْريَ َم َو ِإنِي أ ُ ِعيذُهَا ِبكَ َوذُ ِريَّتَ َها مِنَ ال
َ ش ْي َ َو ِإنِي
“Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon
perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada
(pemelihara) Engkau dari pada syaitan yang terkutuk.´(QS. Ali
Imran ayat 36).
2. Al-Ibnu
Kata ibnu merupakan bentuk mufrad (tunggal). Sedangkan
jamaknya adalah abnaa, secara harfiah berarti anak. tetapi juga bisa
bermakna orang seperti dalam kalimat ibnu sabil yang artinya orang
yang ada dalam perjalanan di jalan Allah. Istilah al-ibn menurut
Raghib al-Ashfahany dalam Mufrad Alfadzu Al-Qur’an, berasal dari
kata bana (membuat/membangun, menopang/membentuk.).
Penggunaanistilah ini berarti bahwa anak
dibentuk/dibangun/ditopang/dibuat oleh orang tuanya. Istilan ibnu ini
mengacu kepada pengertian anak ketika dikaitkan kapasitasnya
kepada orang tua baik dari segi keberadaannya, maupun tanggung
jawab dan kewajiban orang tua terhadapnya. Allah berfirman dalam
al-Qur’an:
علَ ْي ُك ْم ِإ ْذ أَ ْن َجا ُك ْم ِم ْن آ ِل ِ َّ َسى ِلقَ ْو ِم ِه ا ْذ ُك ُروا نِ ْع َمة
َ َّللا َ َو ِإ ْذ قَا َل ُمو
َ ِب َويُذَبِ ُحونَ أَ ْبنَا َء ُك ْم َويَ ْستَحْ يُونَ ن
سا َء ُك ْم ِ سو َء ْالعَذَا ُ سو ُمونَ ُك ْمُ َع ْونَ ي َ فِ ْر
)6( ع ِظي ٌمَ َوفِي ذَ ِل ُك ْم َب ََل ٌء ِم ْن َر ِب ُك ْم
117
Amirulloh Syarbini & Heri Gunawan, Mencetak Anak Hebat Ide Brilian Dari Al-
Qur’an Untuk Mencetak Anak Hebat, Yaitu Anak Yang Pintar, Shaleh, Berprestasi, Dan
Berakhlak Mulia, hal: 42
43
44
118
Amirulloh Syarbini & Heri Gunawan, Mencetak Anak Hebat Ide Brilian Dari Al-
Qur’an Untuk Mencetak Anak Hebat, Yaitu Anak Yang Pintar, Shaleh, Berprestasi, Dan
Berakhlak Mulia, hal: 43-44
119
Munirah & Muh.Arif, Wanita Muslimah Dan Pendidikan Anak Usia Dini,
(Padang: Balai Insan Cendekia Mandiri, 2020), cet_1, hal: 66
120
Elfan Fanhas Fatwa Khomaeny & Nur Hamzah, Metode-Metode Pembelajaran
Pendidikan Karakter Untuk Anak Usia Dini Menurut QS. Lukman: 12-19, (Tasikmalaya:
Edu Publisher, 2019), cet_1, hal: 18
45
3. Al-Waladu
Term al-walad dalam pengertian etimologi berarti sesuatu
yang dilahirkan. Kata tersebut merupakan perubahan bentuk dari
susunan kerja walada-yalidu-wiladatun-wiladan. Kata ini
dipergunakan untuk menunjukkan makna anak yang bersifat umum
atau kepada kelompok usia sebelum menginjak dewasa. Penggunaan
kata ini mencakup pengertian anak sebagai keturunan manusia
ataupun proses-proses secara keseluruhan yang dilaluinya masa-masa
perkembangan yang dimulai sejak lahir.121
Kata walad jamaknya aulad yang secara harfiah berarti anak-
anak. Allah berfirman dalam al-Qur’an:
121
Kaharuddin, Mencetak Generasi Anak Shaleh Dalam Hadis, (Yogyakarta:
Deepublish, 2018), cet_1, hal: 52-53
46
4. Al-Thiflu
Kata al-Thiflu merupakan bentuk mufrad (tunggal) dari
jamaknya athfal yang berarti anak kecil. Raghib Al-Ashfahany dalam
Mufradaat Alfaadzu Al-Qur’an, menyebut istilah al-thiflu diartikan
dengan al-waladu maadama naaiman (anak yang belum dewasa).
Dalam pengertian ini, anak adalah setiap orang yang belum dewasa.
Salah satu sebutan dalam al-Qur’an yang lebih dekat dengan
pengertian anak usia dini dalam pembahasan ini yakni thiflu. Istilah
ini disebut dalam al-Qur’an sebanyak empat kali, dua diantaranya
disebut pada dua ayat dalam surah yang sama, yakni QS. an-Nur ayat
31 dan 59. Salah satunya mengambil bentuk jamak athfal, yakni pada
ayat 30. Ayat-ayat lainnya yang mengambil bentuk tunggal thifl,
yakni QS. al-Hajj ayat 5, QS. Ghafir/mu’min ayat 67, dan QS. an-Nur
ayat 59.123
Kata thiflu (bentuk tunggal) yang ditunjukkan oleh ayat-ayat
tersebut di atas kesemuanya menunjuk pada pengertian anak usia dini
seperti yang terdapat pada QS. an-Nur ayat 31 yaitu, (atau anak-anak
yang belum mengerti tentang aurat wanita). Tema umum dari ayat
ini adalah batasan aurat wanita dewasa yang tidak boleh ditampakkan
di hadapan pria yang normal dan dewasa. Jika demikian maka yang
dimaksud thifl pada ayat ini adalah anak-anak yang masih usia dini
yang belum dewasa atau belum memahami seks.
Adapun kata athfal yang mengambil bentuk jamak, biasanya
menunjuk pada anak-anak yang telah mengetahui sekelumit
menyangkut seks/aurat. Karena itu dalam QS. an-Nur ayat 59
menggunakan bentuk jamak seperti pada ayat berikut:124
122
Amirulloh Syarbini & Heri Gunawan, Mencetak Anak Hebat Ide Brilian Dari Al-
Qur’an Untuk Mencetak Anak Hebat, Yaitu Anak Yang Pintar, Shaleh, Berprestasi, Dan
Berakhlak Mulia, hal: 44-45
123
Munirah & Muh. Arif, Wanita Muslimah Dan Pendidikan Anak Usia Dini, (Solok:
Balai Insan Cendekia Mandiri, 2020), cet_1, hal: 78
124
Munirah & Muh. Arif, Wanita Muslimah Dan Pendidikan Anak Usia Dini, cet_1,
hal: 79
47
طفَا ُل ِم ْن ُك ُم ْال ُحلُ َم فَ ْل َي ْستَأْ ِذنُوا َك َما ا ْستَأْذَنَ الَّذِينَ ِم ْن قَ ْب ِل ِه ْمْ َ َو ِإذَا َبلَ َغ ْاْل
)59( ع ِلي ٌم َح ِكي ٌم ُ َّ َّللا لَ ُك ْم آيَاتِ ِه َو
َ َّللا ُ َّ َكذَلِكَ يُبَيِ ُن
125
Amirulloh Syarbini & Heri Gunawan, Mencetak Anak Hebat Ide Brilian Dari Al-
Qur’an Untuk Mencetak Anak Hebat, Yaitu Anak Yang Pintar, Shaleh, Berprestasi, Dan
Berakhlak Mulia, hal: 45-46
126
Elfan Fanhas Fatwa Khomaeny Nur Hamzah, Metode-Metode Pembelajaran
Pendidikan Karakter Untuk Anak Usia Dini Menurut Q.S. Lukman : 12-19, (Tasikmalaya:
Edu Publisher, 2019), cet_1, hal: 17-18
127
Amirulloh Syarbini & Heri Gunawan, Mencetak Anak Hebat Ide Brilian Dari Al-
Qur’an Untuk Mencetak Anak Hebat, Yaitu Anak Yang Pintar, Shaleh, Berprestasi, Dan
Berakhlak Mulia, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, 2014), hal: 43
48
Ketika anak lahir dari perut seorang ibu, terdapat banyak hal yang
nantinya akan dilalui anak untuk tumbuh menjadi remaja lalu dewasa. Hal-
hal yang dilalui anak akan berdampak besar terhadap terjadinya proses
kedewasaan seseorang. Maka perlu melihat arahan dan pengajaran yang
49
A. Fase Persiapan
128
M. Thalib, 20 Perilaku Durhaka Orang Tua Terhadap Anak, (Bandung: Irsyad
Baitus Salam, 1996), hal: 16
50
129
Team Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, (Yogyakarta: PT
Dana Bhakti Wakaf, 1990), Jilid Ke-6, hal: 593
130
Team Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, Jilid Ke-6, hal:593
51
131
Abdurrahman Bin Nashir As-Sa’di, Terj. Tafsir Al-Karim Ar-Rahman Fi Tafsir
Kalam Al-Mannan Oleh Muhammad Iqbal, Dkk. (Jakarta: Darul Haq, 2016), Jilid Ke-5, hal:
80
132
Abdurrahman Bin Nashir As-Sa’di, Terj. Tafsir Al-Karim Ar-Rahman Fi Tafsir
Kalam Al-Mannan, Oleh Muhammad Iqbal, Dkk. Hal: 81
133
M. Thalib, 20 Perilaku Durhaka Orang Tua Terhadap Anak, hal: 17-18
134
Wahbah Az-Zuhaili, Terj. Tafsir Al-Munir Aqidah, Syariah, Dan Manhaj, Oleh
Abdul Hayyie Al-Kattani, Mujiburrahman Subadi, Dkk.Hal: 412
52
135
Wahbah Az-Zuhaili, Terj. Tafsir Al-Munir Aqidah, Syariah, Dan Manhaj Oleh
Abdul Hayyie Al-Kattani, Mujiburrahman Subadi, Dkk. Hal: 412
136
Wahbah Az-Zuhaili, Terj. Tafsir Al-Munir Aqidah, Syariah, Dan Manhaj, Oleh
Abdul Hayyie Al-Kattani, Mujiburrahman Subadi, Dkk.Hal: 412
137
M. Thalib, 20 Perilaku Durhaka Orang Tua Terhadap Anak, hal: 18
53
138
Sayyid Quthb, Terj. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Oleh As’ad Yasin, Dkk.Jilid ke-3,
hal: 96
139
Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq Aal As-Syeikh, Terj.
Lubabut Tafsir Min Ibnu Katsir, Oleh Abdul Ghaffar, jilid ke-2. Hal: 42
140
Ismail Haqqi Al-Buruswi, Terj. Tafsir Ruhul Bayan Oleh Syihabuddin,Oleh
Syihabuddin, hal: 366
54
141
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-Qur’an,
jilid Ke-2, hal: 101
142
Ismail Haqqi Al-Buruswi, Terj. Tafsir Ruhul Bayan Oleh Syihabuddin,Oleh
Syihabuddin, hal: 366
143
Team Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, jilid Ke-1, hal: 567
144
Aidh Al-Qarni, Terj.Tafsir Muyassar, Oleh Tim Penerjemah Qisthi Press,jilid ke-
1, hal: 253
55
147
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-Qur’an,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), jilid Ke-7, hal: 139-140
148
Husain Mazhahiri, Pintar Mendidik Anak Panduan Lengkap Bagi Orang Tua,
Guru, Dan Masyarakat Berdasarkan Ajaran Islam, ( Jakarta: PT Lentera Basritama, 1999),
hal: 36
149
Husain Mazhahiri, Pintar Mendidik Anak Panduan Lengkap Bagi Orang Tua,
Guru, Dan Masyarakat Berdasarkan Ajaran Islam, hal: 36
57
طنِي ُم َح َّر ًرا فَتَقَب َّْل ْ ب ِإنِي نَذَ ْرتُ لَكَ َما فِي َب ِ ام َرأَتُ ِع ْم َرانَ َر ْ ت ِ َِإ ْذ قَال
ض ْعت ُ َها
َ ب إِنِي َو ِ ت َر ْ َضعَتْ َها قَال َ س ِمي ُع ْالعَ ِلي ُم فَلَ َّما َوَّ ِمنِي إِنَّكَ أَ ْنتَ ال
َ ْس الذَّ َك ُر َك ْاْل ُ ْنثَى َو ِإنِي
س َّم ْيت ُ َها َم ْريَ َم َ ت َولَي ْ َضع ُ َّ أ ُ ْنثَى َو
َ َّللا أَ ْعلَ ُم بِ َما َو
الر ِج ِيم َّ ان ِ ط َ ش ْيَّ َو ِإنِي أ ُ ِعيذُهَا ِبكَ َوذُ ِريَّتَ َها مِنَ ال
َ َطيِبَةً ِإنَّك
س ِمي ُع َ ًب هَبْ ِلي ِم ْن َل ُد ْنكَ ذُ ِريَّة ِ عا زَ َك ِريَّا َربَّهُ َقا َل َر َ ُهنَالِكَ َد
َ َّ ب أَ َّن
َّللا ِ حْرا َ ص ِلي فِي ْال ِم َ ُ) فَنَا َدتْهُ ْال َم ََلئِ َكةُ َوه َُو قَائِ ٌم ي38( اء َ ال ُّد
ِ ع
َورا َونَ ِبيًّا مِن
ً ص ُ س ِيدًا َو َح ِ َّ َص ِد ًقا ِب َك ِل َم ٍة مِن
َ َّللا َو َ يُ َب ِش ُركَ ِب َي ْح َيى ُم
)39( َصا ِل ِحين
َّ ال
“Di sanalah Zakariyya berdoa kepada Tuhannya seraya
berkata: “Tuhanku, anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang anak
yang berkualitas. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa.
Kemudian para malaikat memanggilnya, ketika dia berdiri
melaksanakan shalat di mihrab, Allah menyampaikan kabar gembira
kepadamu dengan (kelahiran) Yahya, yang membenarkan sebuah
kalimat (firman) dari Allah, teladan, berkemampuan menahan diri
(dari hawa nafsu), dan seorang nabi di antara orang-orang saleh.”
(QS. Ali Imran ayat 38-39).
150
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-Qur’an,
jilid Ke-2, hal: 95
151
Team Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, jilid Ke-1, hal: 564
59
152
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-Qur’an,
Jilid Ke-2, hal: 102
153
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-Qur’an,
Jilid Ke-2, hal: 103
60
ب َو ََل تَأْ ُكلُوا أَ ْم َوالَ ُه ْم َ َوآتُوا ْاليَتَا َمى أَ ْم َوالَ ُه ْم َو ََل تَتَبَ َّدلُوا ْال َخ ِب
َّ يث ِب
ِ الط ِي
ً ِإلَى أَ ْم َوا ِل ُك ْم ِإنَّهُ َكانَ ُحوبًا َك ِب
يرا
ُ ط
َان مِن َ ش ْيَّ طهُ ال ُ َّالربَا ََل يَقُو ُمونَ إِ ََّل َك َما يَقُو ُم الَّذِي يَتَ َخبِ َالَّذِينَ يَأْ ُكلُون
ِ َّللا ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم
الربَا ِ ْال َم ِس ذَلِكَ بِأَنَّ ُه ْم قَالُوا إِنَّ َما ْالبَ ْي ُع ِمثْ ُل
ُ َّ الربَا َوأَ َح َّل
154
M. Thalib, 20 Perilaku Durhaka Orang Tua Terhadap Anak, hal: 28
155
M. Thalib, 20 Perilaku Durhaka Orang Tua Terhadap Anak, hal: 30
156
M. Thalib, 20 Perilaku Durhaka Orang Tua Terhadap Anak, hal: 29
61
157
Ridwan Abdullah Sani & Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter
Mengembangakan Karakter Anak Yang Islami, hal: 215
158
Ridwan Abdullah Sani & Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter
Mengembangakan Karakter Anak Yang Islami, hal: 216
62
َعة
َ ضا َ الر َّ ض ْعنَ أَ ْو ََل َده َُّن َح ْولَي ِْن َكا ِملَي ِْن ِل َم ْن أَ َرا َد أَ ْن يُ ِت َّم ِ َو ْال َوا ِل َداتُ ي ُْر
س إِ ََّل ُ َّوف ََل ت ُ َكل
ٌ ف نَ ْف ِ علَى ْال َم ْولُو ِد لَهُ ِر ْزقُ ُه َّن َو ِكس َْوت ُ ُه َّن بِ ْال َم ْع ُر َ َو
ث ِمثْ ُل ِ علَى ْال َو ِار َ ار َوا ِل َدة ٌ بِ َولَ ِدهَا َو ََل َم ْولُو ٌد لَهُ بِ َولَ ِد ِه َو
َّ ضَ ُ ُو ْس َع َها ََل ت
علَ ْي ِه َما َو ِإ ْن َ َاو ٍر فَ ََل ُجنَا َح ُ اض ِم ْن ُه َما َوتَش ٍ ع ْن ت ََر َ اَل ً ص َ ِذَلِكَ فَإِ ْن أَ َرا َدا ف
سلَّ ْمت ُ ْم َما آتَ ْيت ُ ْم َ ضعُوا أَ ْو ََل َد ُك ْم فَ ََل ُجنَا َح
َ علَ ْي ُك ْم إِذَا ِ أَ َر ْدت ُ ْم أَ ْن تَ ْست َْر
ير
ٌ ص َ َّ َّللا َوا ْعلَ ُموا أَ َّن
ِ ََّللا بِ َما تَ ْع َملُونَ ب َ َّ وف َواتَّقُوا ِ بِ ْال َم ْع ُر
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua
tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan
kewajiban ayah memberi makan dan Pakaian kepada para ibu dengan
cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan
Karena anaknya dan seorang ayah Karena anaknya, dan warispun
berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum
dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka
tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan
oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu
kepada Allah dan Ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang
kamu kerjakan.( QS. al-baqarah ayat 233).
ْ َوal-walidat dalam penggunaan al-Qur’an berbeda
Kata ُال َوا ِل َدات
dengan kata ummahat yang merupakan bentuk jamak dari kata umm.
63
159
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-
Qur’an,(Jakarta: Lentera Hati, 2002), jilid Ke-1, hal: 609
160
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddiqy, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nur,
(Jakarta: P.T. Pustaka Rizki Putra Semarang, 1995), hal: 399
64
dalam masa tersebut. Dalam masa itu boleh dikurangi dari dua tahun
apabila ibu bapak memandang maslahat.161
Allah mewajibkan kepada ibu menyusui bayinya, guna
membuktikan bahwa air susu ibu mempunyai pengaruh yang besar
kepada anak. Dari hasil pemeriksaan para ahli medis menunjukkan
bahwa air susu ibu tersusun dari sari pati yang benar-benar murni. Juga
air susu ibu merupakan makanan yang paling baik untuk bayi, dan
tidak disangsikan lagi oleh para ahli gizi. Di samping ibu dengan fitrah
kejadiannya memiliki rasa kasih sayang yang mendalam sehingga
penyusuan langsung dari ibu ini, berhubungan erat dengan
perkembangan jiwa dan mental anak. Dengan demikian kurang tepat
tindakan sementara para ibu yang tidak mau menyusui anaknya secara
langsung hanya karena kepentingan pribadinya, umpamanya untuk
memeihara kecantikan.162
Padahal hal ini bertentangan dengan fitrahnya sendiri dan secara
tidak langsung ia tidak membina dasar hubungan keibuan dengan
anaknya sendiri dalam bidang mental.163
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua
tahun penuh,” kewajiban bagi ibu-ibu adalah menyusui anak-anaknya
selama dua tahun penuh. “Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan
penyusuannya”, jika ibu-ibu ingin menyempurnakan penyusuan dan
tidak lebih dari itu. “Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian
kepada para ibu dengan cara ma’ruf,” kewajiban para ayah adalah
memberi nafkah kepada para ibu yang diceraikan, berupa memberi
pakaian secukupnya, agar mereka mau membantu ayah membesarkan
anak-anaknya.164
Ungkapan lafazh al-walidat, bukan al-muthallaqat atau an-nisa,
untuk memberikan rasa kasih sayang terhadap anak. Terjadinya
perceraian bukan berarti menghilangkan rasa keibuannya. Dalam ayat
Allah menyandarkan walad (anak) dengan kedua orangtuanya, dalam
firmannya: “walidun biwalidiha” dan “mauludun biwalidihi, untuk
161
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddiqy, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nur,hal:
399-400
162
Team Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, jilid ke-1, hal: 392
163
Team Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, jilid ke-1, hal: 392
164
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Terj. Shawatut Tafasir, Oleh Yasin, (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2011), jilid Ke-1, hal: 309
65
memohon belas kasihan kepadanya. Anak bukan orang asing bagi ayah
dan ibunya. Dan termasuk hak dari kedunya adalah memberikan rasa
kasih sayang kepada anaknya, dan tidak boleh ada persekutuan yang
berujung pada penderitaan anak.165
Ibu-ibu itu menysukan anak-anaknya dua tahun genap, bagi
orang yang menghendaki akan menyempurnakan susuan. Kewajiban
atas bapak memberi belanja ibu anaknya itu dan pakaiannya secara
ma’ruf. Tiadalah diberati seseorang, melainkan sekedar tenaganya.
Tiadalah melarat ibu karena anaknya, dan tiada pula (melarat) bapak
karena anaknya, dan terhadap warispun seperti demikian pula. Jika
kedua ibu bapak hendak menceraikan anaknya dari menyusui (sebelum
dua tahun) dengan kesukaan dan permusyarawatan antara keduanya,
maka tiada berdosa keduanya. Jika kamu menghendaki perempuan lain
menyusukan anakmu, maka tiada berdosa kamu bila kamu berikan
upahnya secara ma’ruf. Takutlah kepada Allah dan ketahuilah,
bahwasannya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.166
Ath-Thabari (923 M): Abu as-Sa’ib menceritakan kepada kami,
ia berkata: Hafish menceritakan kepada kami dari Asy-Sya’bani dari
Abu Adh-Dhuha dari Abu Abdurrahman dari Abdullah, ia berkata:
Anak yang telah disusui dua tahun atau dua tahun setelah disapih tidak
perlu disusui lagi.167
165
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Terj. Shawatut Tafasir, Oleh Yasin, hal: 314-315
166
Mahmud Yunus, Tafsir Qur’an Karim Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya
Agung, 1993), hal: 52
167
Muhammad Ahmad Isawi, Terj. Tafsir Ibnu Mas’ud, Oleh Ali Murtadho Syahudi,
(Jakarta: Pustaka Azzam, 2009),hal: 284
168
Ridwan Abdullah Sani & Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter
Mengembangkan Karakter Anak Yang Islami, hal: 286
66
Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu. (di waktu itu) kamu
tidak mengetahui seuatu pun. Dan Dia memberi kepadamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.169
169
Oemar Bakry, Tafsir Rahmat, (Jakarta: P.T. Mutiara, 1982), hal: 27
170
Jalaluddin Al-Mashalliy & Jalaluddin As-Suyuthi, Terj. Tafsur Jalalain, Oleh
Bahrum Abu Bakar, (Bandung: Sinar Baru, 1990), hal: 1099
171
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-Qur’an,
jilid ke-1, hal: 672
67
C. Fase Pertumbuhan
172
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-Qur’an,
jilid ke-1, hal: 673
68
173
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam Di Sekolah, hal: 16
174
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam Di Sekolah, hal: 18
69
175
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam Di Sekolah, hal: 17
70
176
Abdullah Yusuf Ali, Terj. Tafsir Yusuf Ali, Oleh Ali Audah, (Bogor: Pustaka
Litera Antarnusa, 2009), jilid Ke-1, hal: 387
71
177
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-Qur’an,
jilid ke-1, hal: 369
72
tanda keesaan Allah SWT pada kejadian mereka sendiri.178 Allah SWT
berfitman pada ayat lain:
178
Team Departemen Agama Republik Indonesia Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-
Qur’an, Al-Quran Dan Tafsirnya, (Jakarta: P.T Wihanikurop, 1991), jilid Ke-3, hal: 645
179
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-Qur’an,
jilid ke-1, hal: 370
73
اس التَّ ْق َوى ُ شا َو ِل َب ً س ْوآتِ ُك ْم َو ِري َ سا ي َُو ِاري َ َيا َبنِي آ َد َم قَ ْد أَ ْنزَ ْلنَا
ً علَ ْي ُك ْم ِل َبا
) يَا بَنِي آ َد َم ََل يَ ْفتِنَنَّ ُك ُم26( ََّللا لَعَلَّ ُه ْم يَذَّ َّك ُرون ِ َّ ت ِ ذَلِكَ َخي ٌْر ذَلِكَ ِم ْن آيَا
َ ُطا ُن َك َما أَ ْخ َر َج أَ َب َو ْي ُك ْم مِنَ ْال َجنَّ ِة َي ْن ِزع
َ ع ْن ُه َما ِل َبا
س ُه َما ِلي ُِر َي ُه َما َ ش ْي
َّ ال
َاطين ِ َشي َّ ْث ََل ت ََر ْونَ ُه ْم إِنَّا َجعَ ْلنَا ال ُ س ْوآتِ ِه َما إِنَّهُ يَ َرا ُك ْم ه َُو َوقَبِيلُهُ ِم ْن َحي َ
)27( َأَ ْو ِل َيا َء ِللَّذِينَ ََل يُؤْ ِمنُون
“Wahai anak cucu Adam, sesungguhnya Kami telah menyediakan
pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi
pakaian takwa, itulah yang lebih baik. Demikianlah sebagian tanda-
tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka ingat.” Wahai anak
cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana
halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga,
dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperkihatkan aurat
keduanya. Sesungguhnya, dia dan pengikutnya dapat melihat kamu
dari suatu tempay yang kamu tidak bisa melihat mereka.
Sesungguhnya, Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi
orang-orang yang tidak beriman.”( QS. al-A’raf ayat 26 dan 27).
Hai anak-anak Adam, yakni manusia putra putri Adam sejak
putra pertama hingga anak terakhir dari keturunannya, sesungguhnya
Kami Tuhan Yang Maha Kuasa anak terakhir dari keturunannya, telah
menurunkan kepada kamu pakaian, yakni menyiapkan bahan pakaian
untuk menutupi sauat-sauat kamu, yakni aurat lahiriah serta
kekurangan-kekurangan batiniah yang dapat kamu gunakan sehari-hari,
dan menyiapkan pula bulu, yakni bahan pakaian indah untuk
menghiasi diri kamu dan yang kamu gunakan dalam peristiwa-
peristiwa istimewa.180
Dari sini dapat dipahami dua fungsi dari sekian banyak fungsi
pakaian, pertama, sebagai penutup bagian-bagian tubuh yang dinilai
oleh agama dan dinilai oleh seseorang atau masyarakat sebagai buruk
bila dilihat, dan yang kedua, sebagai hiasan yang menambah keindahan
pemakainya. Ini memberi isyarat bahwa agama memberi peluang yang
180
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-Qur’an,
jilid ke-4, hal: 67-68.
74
181
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-Qur’an,
jilid ke-4, hal: 68
182
Wahbah Az-Zuhaili, Terj. Tafsir Al-Munir Aqidah, Syariah, Dan Manhaj, Oleh
Abdul Hayyie Al-Kattani, Mujiburrahman Subadi, Dkk. Jilid Ke-4, hal: 427
183
Wahbah Az-Zuhaili, Terj. Tafsir Al-Munir Aqidah, Syariah, Dan Manhaj, Oleh
Abdul Hayyie Al-Kattani, Mujiburrahman Subadi, Dkk. Jilid Ke-4, hal: 427-428
184
Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq Aal As-Syeikh, Terj.
Lubabut Tafsir Min Ibnu Katsir, Oleh Abdul Ghaffar, (Pustaka Imam Syafi’i. 2001), jilid
Ke-3, hal: 360
185
Wahbah Az-Zuhaili, Terj. Tafsir Al-Wasith, Oleh Muhtadi, Dkk. (Depok: Gema
Insani, 2012), jilid Ke-1, hal: 558
75
صيًّا
ِ ع ً َوبَ ًّرا بِ َوا ِل َد ْي ِه َولَ ْم يَ ُك ْن َجب
َ َّارا
“Dan sangat berbakti kepada kedua orang tuanya, dan dia
bukan orang yang sombong (bukan pula) orang yang durhaka.”(QS.
Maryam ayat 14).
Sekalipun Nabi Yahya bertemu dengan kedua orang tuanya
dalam kondisi tua dan lemah dan tidak pula mendapatkan kasih sayang
dari keduanya, namun Yahya sayang dan peduli kepada kedua orang
tuanya tersebut. Yahya tetap berbakti kepadakeduanya sekalipun yang
186
Wahbah Az-Zuhaili, Terj. Tafsir Al-Wasith, Oleh Muhtadi, Dkk. Jilid Ke-1, hal:
559
187
Abdurrahman Bin Nashir As-Sa’dim, Terj. Tafsir Al-Karim Ar-Rahman Fi Tafsir
Kalam Al-Mannan Oleh Muhammad Iqbak, Dkk. (Jakarta: Darul Haq, 2017), jilid Ke-3, hal:
15
188
Abdurrahman Bin Nashir As-Sa’di, Terj. Tafsir Al-Karim Ar-Rahman Fi Tafsir
Kalam Al-Mannan, Oleh Muhammad Iqbak, Dkk. Jilid Ke-3, hal: 21
76
189
Muhammad Mutawalli Sya’rawi, Terj. Tafsir Sya’rawi, Oleh Tim Terjemah Safir
Al-Azhar, Dkk. Jilid Ke-8, hal: 510
190
Wahbah Az-Zuhaili, Terj. Tafsir Al-Munir Aqidah, Syariah, Dan Manhaj, Oleh
Abdul Hayyie Al-Kattani, Mujiburrahman Subadi, jilid ke-6, Dkk.Hal: 450
77
191
Team Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, jilid ke-4, hal: 610-
611
192
Muhammad Mutawalli Sya’rawi, Terj. Tafsir Sya’rawi, Oleh Tim Terjemah Safir
Al-Azhar, Dkk. (Medan: Duta Azhar, 2008), jilid Ke-7, hal: 17
78
dari kata hirrah, yakni kucing, karena ketika itu yang bersangkutan
sedang bermain dengan seekor kucing.193
Perkataan ini juga dipahami bahwa sang anak masih kecil, belum
dan tidak memiliki jati diri/kepribadian yang terpisah dari sang ayah,
sehingga belum bisa menentukan apa yang sesuai dan tidak sesuai
baginya.
Ketika Yusuf dikejutkan dengan mimpi yang mengganggunya
serta merta dia berlindung kepada orang yang mencintainya yaitu sang
ayah, karena ayah adalah orang yang paling mampu untuk menghadapi
kesulitan menurut pandangan sang anak.194
Di sini Yakub AS berkata: hai anakku, janganlah kamu ceritakan
mimpimu itu kepada saudara-saudaramu. Sebagai ayah, Yakub AS
dapat dipercaya oleh anaknya. Tapi saudara Yusuf lainnya tidak dapat
dipercaya untuk menjaga keselamatannya. Jika Yusuf menceritakan
mimpinya kepada sang ayah, pasti sang ayah akan memberikan yang
terbaik bagi Yusuf dan memberinya petunjuk. Namun, apabila dia
menceritakan mimpi tersebut kepada saudaranya, rasa cemburu akan
membuat mereka iri terhadap Yusuf.195Dengan penuh kasih, dia, yakni
sang ayah, berkata, “Hai anakku sayang, janganlah engkau ceritakan
mimpimu ini kepada saudara-saudaramu karena, jika mereka
mengetahuinya, mereka akan membuat tipu daya, yakni gangguan,
terhadapmu, tipu daya besar yang tidak dapat engkau elakkan.”196
3. Ibadah
Shalat merupakan kewajiban bagi umat Islam. anak harus dididik
untuk mendirikan shalat. orang tua maupun guru harus sabar dan ikhlas
dalam mengajarkan anak untuk mendirikan shalat.197 sebagaimana
firman-Nya
193
M. Quraish Shihab, TafsirAl Misbah Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-Qur’an,
jilid ke-6, hal: 16.
194
Muhammad Mutawalli Sya’rawi, Terj. Tafsir Sya’rawi, Oleh Tim Terjemah Safir
Al-Azhar, Dkk. Jilid ke-7, hal: 17-18
195
Muhammad Mutawalli Sya’rawi, Terj. Tafsir Sya’rawi, Oleh Tim Terjemah Safir
Al-Azhar, Dkk. Jilid ke-7, hal: 18-19
196
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-Qur’an,
jilid ke-6, hal: 15
197
Ridwan Abdullah Sani &Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter
Mengembangakan Karakter Anak Yang Islami, hal: 277
79
201
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Terj. Tafsir Al-Qur’an Al-Aisar, Oleh Suratman, Dkk.
Jilid ke-4, hal: 119
202
Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq, Terj. Lubaabut Tasiir Min
Ibni Katsiir, Oleh M. Abdul Ghoffar & Abu Ihsan Al-Atsari, jilid ke-6, cet_4, hal: 404
81
203
Mahmud Yunus, Tafsir Qur’an Karim, (Jakarta: P.T. Hidakarya Agung, 1981)
cet_21, hal: 604
204
Jalaluddin Al-Mahalli & Jalaluddin As-Suyuti, Terj. Tafsir Jalalain, Oleh Bahrun
Abubakar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2006), jilid ke-2, cet_4, hal: 477
205
Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Singapura: Pustaka Nasional, 2003), jilid ke-7, cet_5,
hal: 5570
206
Team Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, jilid ke-7, hal: 643-
644
82
207
Ridwan Abdullah Sani &Muhammad Kadri Pendidikan Karakter
Mengenmbangakn Karakter Anak Yang Islami, hal: 318-319
83
ح
ٍ صا ِل َ ُْس ِم ْن أَ ْهلِكَ إِنَّه
َ ع َم ٌل
َ غي ُْر َ ح إِنَّهُ لَي
ُ قَا َل يَا نُو
"Allah berfirman: "Hai Nuh sesungguhnya dia bukanlah anak
engkau, sesungguhnya dia ini adalah mempunyai amalan yang tidak
shaleh (perbuatan yang tidak baik) (QS. Hud ayat 46).
Sebab itu si anak sudah dianggap orang lain, buka keluarga lagi.
Sikap istri-istri dan anak-anak yang demikian samalah dengan
memusuhi. Tetapi oleh karena mereka bukan musuh yang harus
ditentang dihadapi, Tuhan pun memberikan bimbingan bagaimana cara
mengahadapi mereka. Pertama hendaklah memberi maaf saja, kedua
anggap saja soal itu telah habis dan janganlah berputus asa, bimbinglah
mereka dengan dada lapang, moga-moga mereka akan tunduk juga
akhirnya kelak, sebab suami atau ayahnya menghadapi mereka dengan
bijaksana. Kalau mereka terlanjur berbuat tantangan, tetapi mereka
akhirnya tunduk dan patuh, maka segala kesalahan mereka yang telah
lalu itu hendaklah diampuni.209
Karena kadang-kadang terlalu jauh berbeda alam fikiran ayah
dengan anak. Tetapi asal saja seorang ayah mendidik putranya dengan
budi pekerti yang dapatdicontoh, ayah akan tetap menjadi kebanggaan
dari anaknya. Ilmu jiwa menunjukkan bahwa ayah yang budiman itu
dipandang sebagi favorit, yaitu orang yangdibanggakan oleh putranya.
Maka janganlah sampai anak itu menampak kekurangan budi pada
ayahnya, sehingga dia kehilangan pegangan.210
208
Hamka, Tafsir Al-Azhar, jilid ke-28, hal: 246
209
Hamka, Tafsir Al-Azhar, jilid ke-28, hal: 247
210
Hamka, Tafsir Al-Azhar, jilid ke-28, hal: 247
84
“Lalu Allah SWT pun menurunkan ayat, (حوا ْ َ) َو ِإ ْن تَ ْعفُوا َوت.
ُ َصف
Ibnu jarir meriwayatkan dari ‘Atha’ bin yasar, ia berkata, “surat at-
Taghabuun seluruhnya turun di mekah, kecuali ayat-ayat telah tersebut
ِ َيا أَ ُّي َها الَّذِينَ آ َمنُوا ِإ َّن ِم ْن أَ ْز َوyaitu ayat ini turun
ُ اج
di atas, ك ْم
menyangkut ‘Auf bin malik al-asyja’i. Ia adalah laki-laki yang
memiliki keluarga (istri) dan anak. Jika ia hendak pergi ikut berperang,
mereka pun menangisinya, lalu berkata, ‘kepada siapa kamu serahkan
kami?’ Ia pun terenyuh dan merasa kasihan sehingga akhirnya ia pun
mengurungkan keinginannya untuk pergi. Lalu turunlah ayat ini dan
ayat-ayat setelahnya sampai akhir surah di Madinah.”
Dalam sebuah riwayat dari Abdullah bin Abbas r.a., disebutkan,
ia berkata, “ada seorang laki-laki ingin berhijrah, lalu dihalang-halangi
oleh istrinya. Ia pun berkata, ‘sungguh demi Allah, jika Allah SWT
mengumpulkan antara aku dan kalian di Daarul Hijtah (Madinah),
niscaya aku akan melakukan begini dan begini’ Allah SWT pun
menyatukan mereka kembali di Madinah, lalu Allah SWT pun
menurunkan ayat ini.”211
Kita telah mengetahui bahwa sebab dan latar belakang turunnya
ayat ini adalah sejumlah orang dari penduduk Mekah masuk Islam dan
ingin berhijrah. Allah SWT pun memerintahkan mereka agar waspada
dan hati-hati terhadap istri-istri dan anak-anak mereka itu, jangan
sampai mereka menuruti semua kemauan istri dan anak-anak
tersebut.212
Karena ia (seseorang) merasa cinta dan sayang kepada istri dan
anaknya, supaya keduanya hidup mewah dan senang, ia tidak segan
berbuat yang dilarang agama, seperti korupsi dan lainnya,
menyebabkan ia rusak binasa. Oleh karena itu, ia harus berhati-hati,
penuh kesabaran menghadapi anak istri mereka. Jangan terlalu ditekan.
Sebaiknya mereka itu dimaafkan; tidak dimarahi tetap diampuni.213
211
Wahbah Az-Zuhaili, Terj. Tafsir Al-Munir Aqidah, Syariah, Dan Manhaj, Oleh
Abdul Hayyie Al-Kattani, Mujiburrahman Subadi, Dkk. ( Depok: Gema Insani, 2014), jilid
ke14, hal: 628
212
Wahbah Az-Zuhaili, Terj. Tafsir Al-Munir Aqidah, Syariah, Dan Manhaj Oleh
Abdul Hayyie Al-Kattani, Mujiburrahman Subadi, Dkk. Hal: 629
213
Team Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, jilid ke-10, hal: 192
85
ٌ ُغف
ور َر ِحي ٌم ْ ََوإِ ْن تَ ْعفُوا َوت
َ َّ صفَ ُحوا َوتَ ْغ ِف ُروا فَإِ َّن
َ َّللا
“Dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni
(mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
(At-Taghabun ayat 14).
Jika kalian memaafkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh
para istri dan anak-anak kalian dengan tidak menghukum mereka,
berlapang dada dengan tidak memarahi, mencela dan mencerca
mereka, serta menutup-nutupi kesalahan-kesalahan mereka sebagai
langkah persiapan untuk memaafkan mereka, sesungguhnya Allah
SWT Maha Pengampun terhadap dosa-dosa para hamba-Nya serta
Maha Penyayang kepada mereka, memperlakukan mereka dengan
perlakuan yang lebih baik dari apayang telah mereka lakukan.
Kemudian Allah memperjelas dan mempertegas permasalahannya
yang ada melalui firman-Nya yaitu:214
214
Wahbah Az-Zuhaili, Terj. Tafsir Al-Munir Aqidah, Syariah, Dan Manhaj, Oleh
Abdul Hayyie Al-Kattani, Mujiburrahman Subadi, Dkk. Hal: 629
215
Wahbah Az-Zuhaili, Terj. Tafsir Al-Munir Aqidah, Syariah, Dan Manhaj, Oleh
Abdul Hayyie Al-Kattani, Mujiburrahman Subadi, Dkk. Hal: 629
86
ضنَا لَ ُه ْم قُ َرنَا َء فَزَ يَّنُوا لَ ُه ْم َما بَيْنَ أَ ْيدِي ِه ْم َو َما خ َْلفَ ُه ْم
ْ ََّوقَي
“Dan kami tetapkan bagi mereka teman-teman (setan) yang
memuji-muji apa saja yang ada dihadapan dan dibelakang
mereka.”(QS. Fushshilat ayat 25).
5. Akhlak Mulia
Luqman memberi nasehat bahwa anak harus berbakti kepada
kedua orang tua. Sudah seharusnya kita memuliakan dan menghormati
orang tua karena keduanya yang memelihara kita, terutama ibu yang
telah mengandung kita dalam keadaan payah. Orang tua memiliki rasa
cinta dan kasih sayang terhadap anaknya. Perasaan tersebut dijadikan
Allah sebagai asas kehidupan psikis, sosial, dan fisik kebanyakan
makhluk hidup. Allah memerintahkan manusia untuk berbakti kepada
kedua orang tua, sebagimana ayat berikut:216
216
Ridwan Abdullah Sani & Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter
Mengembangkan Karakter Anak Yang Islami, hal: 168
87
َ ضى َربُّكَ أَ ََّل تَ ْعبُدُوا ِإ ََّل ِإيَّاهُ َو ِب ْال َوا ِل َدي ِْن ِإ ْح
سانًا َ ََوق
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya.(QS. al-Isra ayat 23).
217
Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Singapura: Pustaka Nasional, 2003), jilid ke-7, cet_5,
hal: 5566
218
Mahmud Yunus, Tafsir Qur’an Karim, cet_21 hal: 604
219
Jalaluddin Al-Mahalli & Jalaluddin As-Suyuti, Terj. Tafsir Jalalain, Oleh Bahrun
Abubakar, jilid ke-2, cet_4, hal: 476
220
Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq, Terj. Lubaabut Tasiir Min
Ibni Katsiir, Oleh M. Abdul Ghoffar & Abu Ihsan Al-Atsari, jilid ke-6, cet_4, hal: 402
221
Team Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, jilid ke-7, hal: 637
88
6. Penyejuk Hati
222
Jalaluddin Al-Mahalli & Jalaluddin As-Suyuti, Terj. Tafsir Jalalain, Oleh Bahrun
Abubakar, jilid ke-2, cet_4, hal: 476
223
Mahmud Yunus, Tafsir Qur’an Karim, cet_21 hal: 605
89
224
Team Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, jilid ke-7, hal: 33
225
Muhammad Mutawalli Sya’rawi, Terj. Tafsir Sya’rawi, Oleh Tim Terjemah Safir
Al-Azhar, Dkk. (Medan: Duta Azhar, 2008), jilid Ke-9, hal: 813
226
Muhammad Mutawalli Sya’rawi, Terj. Tafsir Sya’rawi, Oleh Tim Terjemah Safir
Al-Azhar, Dkk. Hal: 813
90
Demikian juga sifat baik, adab dan indah dijumpai dalam diri
anak, hingga ayah cukup bangga kepada anak-anaknya. Dia akan
melihat dalam diri anaknya sifat kesalehan dan kebaikan serta layak
sebagai penerus orang tuanya.
Jika anak dalam bentuk ini, tentu hal ini akan membahagiakan
orang tua di dunia dan di akhirat, karena anak shaleh tidak akan putus
pahala kebaikannya sampai kapan pun. Di akhirat mereka akan
dihimpun dalam rahmat-Nya:
7. Pendidikan Tauhid
Tauhid merupakan pegangan dan fondasi pokok yang sangat
menentukan bagi kehidupan manusia, serta merupakan landasan bagi
setiap amal yang dilakukan. Hanya amal yang dilandasi tauhid dan
sesuai dengan tuntunan Islam yang akan mengantarkan manusia
kepada kehidupan yang baik dan kebahagiaan yang hakiki di akhirat
nanti. Oleh sebab itu, ketauhidan harus diajarkan kepada anak sejak
dini agar ajaran ketauhidan dapat meresap ke dalam kalbu anak dan
menjadi dasar dalam kehidupan mereka. Jangan sampai orang tua
terlalu sibuk mengajarkan membaca, menulis, dan berhitung serta tidak
mau ketinggalan dalam mengajarkan komputer atau mengajarkan
bahasa asing kepada anak, sedangkan pengajaran tauhid kurang
diperhatikan. Orang tua harus menyakinkan anak bahwa tauhid
merupakan dasar dan fondasi agama yang berasal dari Allah228,
sebagaimana nasihat Luqman dalam firman-Nya yaitu:
229
Team Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, jilid ke-5, hal: 85
230
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-Qur’an,
jilid ke-6, hal: 387
92
231
Asnil Aidah Ritonga & Irwan Tafsir Tarbawi, (Bandung: Citapustaka Media,
2013), hal: 121
232
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Terj. Tafsir Al-Qur’an Al-Aisar Oleh Suratman, Dkk.
(Jakarta: Darus Sunnah Press, 2010), jilid Ke-4, hal: 117
233
Sayyid Quthb, Terj. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Oleh As’ad Yasin, Dkk. (Jakarta:
Gema Insani Press, 2004), jilid Ke-13, hal: 161-162
93
ظ ْل ٌم
ُ َالش ْركَ ل ِ َّ ي ََل ت ُ ْش ِر ْك ِب
ِ اّلِل ِإ َّن ُ ان َِل ْبنِ ِه َوه َُو يَ ِع
َّ َظهُ يَا بُن ُ َو ِإ ْذ قَا َل لُ ْق َم
ع ِظي ٌم َ
“Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di
waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
237
Aidh Al-Qarni, Terj. Tafsir Muyassar, Oleh Tim Penerjemah Qisthi Press,
(Jakarta: Qisthi Press, 2008), jilid Ke-2, hal: 382
238
Wahbah Az-Zuhaili, Terj. Tafsir Al-Munir Aqidah, Syariah, Dan Manhaj, Oleh
Abdul Hayyie Al-Kattani, Mujiburrahman Subadi, Dkk. Jilid Ke-7, hal: 250-251
239
Wahbah Az-Zuhailim Terj. Tafsir Al-Munir Aqidah, Syariah, Dan Manhajm Oleh
Abdul Hayyie Al-Kattani, Mujiburrahman Subadi, Dkk. Jilid ke-7, hal: 251
95
240
Mahmud Yunus, Tafsir Qur’an Karim, cet_21 hal: 604
241
Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq, Terj. Lubaabut Tasiir Min
Ibni Katsiir, Oleh M. Abdul Ghoffar & Abu Ihsan Al-Atsari, jilid ke-6, cet_4, hal: 400-401
242
Jalaluddin Al-Mahalli & Jalaluddin As-Suyuti, Terj. Tafsir Jalalain, Oleh Bahrun
Abubakar, jilid ke-2, cet_4, hal: 475
243
Hamka, Tafsir Al-Azhar, jilid ke-7, cet_5,hal: 5565-5566
244
Team Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, jilid ke-7, hal: 635
96
طفَ ْينَاهُ ِفي َ ص ْ سهُ َولَقَ ِد ا َ س ِفهَ نَ ْف َ ع ْن ِملَّ ِة ِإب َْرا ِه
َ يم ِإ ََّل َم ْن ُ َو َم ْن يَ ْرغ
َ َب
) ِإ ْذ قَا َل لَهُ َربُّهُ أَ ْس ِل ْم قَا َل130( َصا ِل ِحين َّ ال ُّد ْن َيا َو ِإنَّهُ ِفي ْاْل ِخ َر ِة لَمِنَ ال
ي
َّ ِوب َيا َبن ُ ُصى ِب َها ِإب َْرا ِهي ُم َبنِي ِه َو َي ْعق َّ ) َو َو131( َب ْال َعالَ ِمين ِ أَ ْسلَ ْمتُ ِل َر
)132( َطفَى لَ ُك ُم الدِينَ فَ ََل تَ ُموت ُ َّن ِإ ََّل َوأَ ْنت ُ ْم ُم ْس ِل ُمون
َ ص َ َّ ِإ َّن
ْ َّللا ا
“Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan
orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh kami Telah
memilihnya di dunia dan Sesungguhnya dia di akhirat benar-benar
termasuk orang-orang yang saleh. Ketika Tuhannya berfirman
kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk
patuh kepada Tuhan semesta alam". Dan Ibrahim Telah mewasiatkan
Ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim
berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah Telah memilih
agama Ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk
agama Islam".( QS. al-baqarah ayat 130-132).
Ibnu Uyainah berkata: diriwayatkan bahwa Abdullah Bin Sallam
pernah menyeru dua keponakannya yang bernama Salamah dan
Muhajir agar memeluk Islam. ia berkata kepada mereka, “Kalian sudah
tahu bahwa Allah Ta’ala berfirman di dalam Taurat, sesungguhnya
Aku akan mengutus seorang nabi yang bernama Ahmad dari keturunan
245
Team Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, jilid ke-7, hal: 635
97
8. Kedisiplinan
Menurut Yusuf al-Qardhawi, ciri-ciri yang menonjol di keluarga
Muslim tetaplah dominan kesetiaan, ketaatan, kasih sayang, dan
membina silaturahmi. Di samping itu dalam keluarga Muslim
mempunyai ciri-ciri menjaga akhlak mulia yang senantiasa mengikuti
tuntunan al-Qur’an dan hadis Rasulullah misalnya seorang penghuni
rumah tidak masuk kamar penghuni lainnya dalam rumah itu tanpa
izin, karena Allah SWT berfirman dalam surah an-Nur ayat 58 sebagai
berikut:249
246
Wahbah Az-Zuhaili, Terj. Tafsir Al-Munir Aqidah, Syariah, Dan Manhaj, Oleh
Abdul Hayyie Al-Kattani, Mujiburrahman Subadi, Dkk. Jilid Ke-1, hal: 255
247
Wahbah Az-Zuhaili, Terj. Tafsir Al-Munir Aqidah, Syariah, Dan Manhaj, Oleh
Abdul Hayyie Al-Kattani, Mujiburrahman Subadi, Dkk. Jilid ke-1, hal: 256
248
Team Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, jilid ke-1, hal: 240
249
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang Dan Diklat Departemen
Agama RI EtikaBerkeluarga, Bermasyarakat, Dan Berpolitik (Tafsir Al-Qur’an Tematik),
(Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2009), hal: 425
98
ت أَ ْي َمانُ ُك ْم َوالَّذِينَ لَ ْم َي ْبلُغُوا ْال ُحلُ َم ْ َيا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ِل َي ْستَأْ ِذ ْن ُك ُم الَّذِينَ َملَ َك
َضعُونَ ثِيَابَ ُك ْم مِن َ َجْر َو ِحينَ ت ِ َص ََلةِ ْالف َ ت ِم ْن قَ ْب ِل ٍ ث َم َّرا َ ِم ْن ُك ْم ثَ ََل
علَ ْي ُك ْم َو ََل
َ ْسَ ت لَ ُك ْم لَي
ٍ ع ْو َرا َ ث ِ ص ََلةِ ْال ِعش
ُ َاء ثَ ََل َ يرةِ َو ِم ْن بَ ْع ِد َ الظ ِهَّ
ُ َّ ض َكذَلِكَ يُبَ ِي ُن
َّللا ٍ علَى بَ ْع َ ض ُك ْم ُ علَ ْي ُك ْم بَ ْع
َ َط َّوافُون َ ح بَ ْع َده َُّن ٌ علَ ْي ِه ْم ُجنَا َ
ع ِلي ٌم َح ِكي ٌم َ َّللا
ُ َّ ت َو ِ لَ ُك ُم ْاْل َيا
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan
wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig di
antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari)
yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan
Pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya'.
(Itulah) tiga 'aurat bagi kamu[1047]. tidak ada dosa atasmu dan tidak
(pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu[1048]. mereka
melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian
(yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. dan
Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”(QS. An-Nur ayat 58).
Sekali lintas orang sudah melihat cahaya iman memancar dari
dalam rumah itu. Di sana dapat dilihat kedaulatan ayah sebagai
nahkoda dan ibu sebagai juru batu dan anak-anak sebagai anggota atau
awak kapal setia. Di dalam ayat ini diakui dan dijaga kehormatan
kepala-kepala rumah tangga itu. Dahulu diterangkan sopan-santun
orang lain akan masuk rumah. Sekarang diterangkan lagi sopan-santun
isi rumah di dalam rumahnya.
Adalah tiga waktu, yaitu sebelum sembahyang shubuh, dan siang
sehabis tergelincir matahari waktu zuhur dan selesai sembahyang isya.
Tiga waktu yang wajib disaktikan, demi kehormatan ibu bapak atau
anggota rumah tangga yang lain.Bertambah teratur hidup manusia
bertambah banyaklah peraturan sopan-santun yang harus dihargainya.
Barangkali ada pertanyaan, bukankah anak-anak itu belum
mukallaf? Mengapa kepada mereka diwajibkan minta izin masuk
kamar ayahnya?
99
250
Hamka Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: PT. Pustaka Panjimas, 1982), Jilid ke-18, hal:
227
251
Hamka, Tafsir Al-Azhar, jilid ke-18, hal: 227
252
Ridwan Abdullah Sani & Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter
Mengembangakan Karakter Anak Yang Islami, hal: 256
100
253
Jalaluddin Al-Mahalli & Jalaluddin As-Suyuti, Terj. Tafsir Jalalain, Oleh Bahrun
Abubakar, jilid ke-2, cet_4, hal: 475
254
Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq, Terj. Lubaabut Tasiir Min
Ibni Katsiir, Oleh M. Abdul Ghoffar & Abu Ihsan Al-Atsari, jilid ke-6, cet_4, hal: 399
255
Team Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, jilid ke-7, hal: 633
256
Hamka, Tafsir Al-Azhar, jilid ke-7, cet_5,hal 5552
101
ص ْخ َرةٍ أَ ْو فِيَ ي ِإنَّ َها ِإ ْن تَكُ ِمثْقَا َل َحبَّ ٍة ِم ْن خ َْر َد ٍل فَتَ ُك ْن فِيَّ َيَا بُن
ير ٌ َّللا لَ ِط
ٌ يف َخ ِب َ َّ َّللا ِإ َّن ِ ْض َيأ
ُ َّ ت ِب َها ِ ت أَ ْو فِي ْاْل َ ْر ِ اوا َ س َم َّ ال
257
Ridwan Abdullah Sani & Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter
Mengembangakan Karakter Anak Yang Islami, hal: 258
258
Jalaluddin Al-Mahalli & Jalaluddin As-Suyuti, Terj. Tafsir Jalalain, Oleh Bahrun
Abubakar, jilid ke-2, cet_4, hal: 476
259
Mahmud Yunus, Tafsir Qur’an Karim, cet_21 hal: 604
102
sebesar biji sawi itu, yang jauh tersembunyi di dalam batu, sehingga
tidak akan ada orang yang melihatnya ataupun mengetahuinya.260
“Niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya),” Allah
akan menghadirkannya pada hari kiamat ketika Dia mendirikan
timbangan keadilan serta membalasnya. Jika kebaikan, maka dia akan
dibalas dengan kebaikan dan jika keburukan, dia akan dibalas dengan
keburukan.261
Luqman mewasiatkan kepada anaknya agar selalu waspada
terhadap rayuan yang telah mengajak dan mempengaruhi manusia
melakukan perbuatan-perbuatan dosa. Apa yang dilakukan manusia,
sejak dari yang besar sampai yang sekecil-kecilnya, yang nampak dan
yang tidak nampak, yang terlihat dan yang tersembunyi baik di langit
maupun di bumi, pasti diketahui Allah. Karena itu Allah pasti akan
memberikan pembalasan yang setimpal dengan perbuatan manusia itu,
perbuatan baik akan dibalas dengan surga yang penuh kenikmatan,
sedang perbuatan jahat dan dosa akan dibalas dengan neraka yang
menyala-nyala. Pengetahuan Allah meliputi segala sesuatu yang tidak
ada sedikitpun yang luput dari pengetahun-Nya.262
260
Hamka, Tafsir Al-Azhar, jilid ke-7, cet_5,hal: 5569
261
Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq, Terj. Lubaabut Tasiir Min
Ibni Katsiir, Oleh M. Abdul Ghoffar & Abu Ihsan Al-Atsari, jilid ke-6, cet_4, hal: 404
262
Team Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, jilid ke-7, hal: 643
263
Ridwan Abdullah Sani & Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter
Mengembangkan Karakter Anak Yang Islami, hal: 175
103
َّللا ََل ي ُِحبُّ ُك َّل َ َّ ض َم َر ًحا ِإ َّنِ اس َو ََل ت َْم ِش فِي ْاْل َ ْر َ ُ َو ََل ت
ِ َّص ِع ْر َخ َّدكَ ِللن
ص ْوتِكَ إِ َّن أَ ْن َك َر
َ ض ِم ْن ْ ضُ ص ْد فِي َم ْشيِكَ َوا ْغ ِ ) َوا ْق18( ور ٍ ُم ْختَا ٍل فَ ُخ
ِ ص ْوتُ ْال َح ِم
)19( ير َ َت ل ْ َ ْاْل
ِ ص َوا
264
Mahmud Yunus, Tafsir Qur’an Karim, cet_21 hal: 605
265
Hamka, Tafsir Al-Azhar, jilid ke-7, cet_5,hal: 5572
266
Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq, Terj. Lubaabut Tasiir Min
Ibni Katsiir, Oleh M. Abdul Ghoffar & Abu Ihsan Al-Atsari, (Pustaka Imam Asy-Syafi’i,
2007) jilid ke-6, cet_4, hal: 404-405
104
267
Jalaluddin Al-Mahalli & Jalaluddin As-Suyuti, Terj. Tafsir Jalalain, Oleh Bahrun
Abubakar, jilid ke-2, cet_4, hal: 477-478
268
Team Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, jilid ke-7, hal: 645
269
Ridwan Abdullan Sani& Muhammad Kadri,Pendidikan Karakter
Mengembangkan Karakter Anak Yang Islami, hal: 194
105
270
Ridwan Abdullan Sani& Muhammad Kadri , Pendidikan Karakter
Mengembangkan Karakter Anak Yang Islami, hal: 195
271
Ridwan Abdullan Sani& Muhammad Kadri,Pendidikan Karakter
Mengembangkan Karakter Anak Yang Islami, hal: 195
106
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fase pendidikan anak menurut al-Qur’an dimulai pada fase
persiapan. Di antaranya yaitu ketika seseorang memilih pasangan yang baik
atau memahami pendidikan nikah sebelum ia memilih pasangannya,
mendoakan untuk kebaikan anak agar menjadi anak yang shalih dan qurrata
a’yun, menghindari gangguan setan ketika pembentukan nutfah sehingga
setan tidak ikut serta dalam pembentukan nutfah, memberi nama yang baik
agar menjadi doa yang baik bagi anak, dan menafkahi anak dari hasil yang
halal sehingga tidak ada sesuatu yang haram masuk ke dalam tubuhnya dan
bersatu dengan daging anak tersebut.
Fase pendidikan anak menurut al-Qur’an selanjutya adalah fase
permulaan. Hal-hal yang dilakukan pada fase ini di antaranya adalah
pendidikan jasmani dan rohani yakni, dengan memberikan ASI kepada anak
selama dua tahun sebagai nutrisi yang sangat baik untuk jasmani dan
kenyamanan yang diberikan oleh ibu kepada anak dan pendidikan dan
pengenalan terhadap al-Qur’an dengan cara memaksimalkan pendengaran
anak karena Allah telah membekalinya pendengaran ketika awal keluar dari
perut ibu.
Fase pendidikan anak menurut al-Qur’an selanjutnya adalah fase
pertumbuhan. Hal-hal yang harus dilakukan pada fase ini di antaranya adalah
membiasakan anak mengucap dzikrullah sebagai pendidikan dasar fitrah
manusia dan membiasakan menutup aurat serta tampil indah agar anak terus
memakai pakaian yang baik di manapun ia berada.
Fase pendidikan anak menurut al-Qur’an selanjutnya adalah fase
pembelajaran. Hal-hal yang harus dilakukan pada fase ini di antaranya
adalah memberikan pendidikan formal agar anak mengetahui berbagai
macam ilmu, memberikan perhatian dan kasih sayang sehingga anak
menjadikan orang tua sebagai tempat mengadu pertama curhatan anak,
pendidikan ibadah yakni selalu mengingatkan anak agar shalat, tidak
memarahi anak ketika ia bersalah atau bersabar dan memaafkan lebih
diutamakan dalam mengahadapi kesalahan yang dilakukan anak,
107
108
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis berharap sekurang-
kurangnya ada beberapa saran di antaranya:
1. Mencari ayat al-Qur’an yang menerangkan fase perkembangan anak.
2. Lebih banyak lagi isi fase pendidikan anak menurut al-Qur’an yang
dibahas dan dikaji.
3. Menerangkan term anak dalam perspektif al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Abdullah Yusuf, Terj. Tafsir YusufAli, Oleh Ali Audah, Bogor: Pustaka
Litera Antarnusa, 2009, jilid ke-1
Alu Syaikh, Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq, Terj.
Lubaabut Tafsir Min Ibni Katsir, Oleh M. Abdul Ghoffar, Dkk,
Bogor: Pustaka Imam Syafi’i, 2007, Cet_4, Jilid ke-2
......., Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq, Terj. Lubaabut
Tafsir Min Ibni Katsir, Oleh M. Abdul Ghoffar, Dkk, Bogor:
Pustaka Imam Syafi’i, 2007, Cet_4, Jilid ke-4
......., Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq, Terj. Lubaabut
Tafsir Min Ibni Katsir, Oleh M. Abdul Ghoffar, Dkk, Bogor:
Pustaka Imam syafi’i, 2007, Cet_4, Jilid ke-6
109
110
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jakarta: PT. Pustaka Panjimas, 1982, jilid ke-18
......., Tafsir Al-Azhar, Singapura: Pustaka Nasional, 2003, jilid ke-7, cet_5
Imani, Kamal Faqih, Tafsir Nurul Qur’an Jakarta: Penerbit Al Huda, 2007
Isawi, Muhammad Ahmad, Terj. Tafsir Ibnu Mas’ud, Oleh Ali Murtadho
Syahudi, Jakarta: Pustaka Azzam, 2009
Al-Jazairi, Abu Bakar Jabir, Terj. Tafsir Al-Qur’an Al-Aisar Oleh Suratman,
Dkk. Jakarta: Darus Sunnah Press, 2010, Jilid ke-4
111
Mikrajuddin, Saktiyono, Dkk. Ipa Terpadu Smp Dan Mts, Esis, 2004
Nurdiansyah, Nia , Buku Pintar Ibu & Bayi Panduan Lengkap Merawat
Buah Hati Dan Menjadi Orangtua Cerdas, Jakarta: Bukune, 2011,
cet_
Novita, Windya, Serba-Serbi Anak Yang Perlu Diketahui Seputar Anak Dari
Dalam Kandungan Hingga Masa Sekolah (Tinjauan Psikologis Dan
Kedokteran), Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok
Gramedia, 2007
Al-Qarni, Aidh, Terj. Tafsir Muyassar, Oleh Tim Penerjemah Qisthi Press,
Jakarta: Qisthi Press, 2008, jilid ke-1
......., Aidh, Terj. Tafsir Muyassar, Oleh Tim Penerjemah Qisthi Press,
Jakarta: Qisthi Press, 2008, jilid ke-2
Al-Qazawini, Ibnu Majah Abu Abdullah Muhammad Bin Yazid, Sunan Ibnu
Majah, Daru Ihya Al-Kitab Al-Arabiyyah
Quthb, Sayyid, Terj. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Oleh As’ad Yasin, Dkk.
Jakarta: Gema Insani Press, 2004, jilid ke-3
113
......., Sayyid, Terj. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Oleh As’ad Yasin, Dkk. Jakarta:
Gema Insani Press, 2004, jilid ke-13
......., Sayyid, Terj. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Oleh As’ad Yasin, Dkk. Jakarta:
Gema Insani Press, 2004, jilid ke-14
Rozak, Abd. Dan Aminuddin, Studi Ilmu Al-Qur’an, Jakarta: Mitra Wacana
Media, 2010
Saktiyono, Ipa Biologi Smp Dan Mts, Esis, 2004, jilid ke2
Sanusi, Uci & Rudi Ahmad Suryadi, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta:
CV Budi Utama, 2018, cet_1
114
Sunanto, Jarot Wijanarko & Gideon Apit, Berani Mendisiplin Anak Generasi
Milenial Sesuai Firman (Pemikiran James Dobson), Jakarta:
Keluarga Indonesia Bahagia
115
Syarbini, Amirulloh & Heri Gunawan, Mencetak Anak Hebat Ide Brilian
Dari Al-Qur’an Untuk Mencetak Anak Hebat, Yaitu Anak Yang
Pintar, Shaleh, Berprestasi, Dan Berakhlak Mulia, Jakarta: PT Elex
Media Komputindo Kelompok Gramedia, 2014
Syuhud, A. Fatih, Pendidikan Islam Cara Membidik Anak Salih, Smart Dan
Pekerja Keras, Pustaka Al-Khoirot, 2011
......., Mahmud, Tafsir Qur’an Karim, Jakarta: P.T. Hidakarya Agung, 1981
cet_21
......., Wahbah, Terj. Tafsir Al-Munir Aqidah, Syariah, Dan Manhaj, Ole
Abdul Hayyie Al-Kattani, Mujiburrahman Subadi, Dkk. Depok:
Gema Insani, 2014, Jilid ke-4
......., Wahbah, Terj. Tafsir Al-Munir Aqidah, Syariah, Dan Manhaj, Oleh
Abdul Hayyie Al-Kattani, Mujiburrahman Subadi, Dkk.
Depok: Gema Insani, 2014, Jilid ke-6
......., Wahbah, Terj. Tafsir Al-Munir Aqidah, Syariah, Dan Manhaj, Oleh
Abdul Hayyie Al-Kattani, Mujiburrahman Subadi, Dkk. Depok:
Gema Insani, 2014, Jilid ke-7
117
......., Wahbah, Terj. Tafsir Al-Munir Aqidah, Syariah, Dan Manhaj, Oleh
Abdul Hayyie Al-Kattani, Mujiburrahman Subadi, Dkk. Depok:
Gema Insani,2014, Jilid ke-14