Anda di halaman 1dari 6

wwwww e-ISSN: 2550-0813 | p-ISSN: 2541-657X | Vol 9 No 5 Tahun 2022 Hal.

: 1517-1522
-

NUSANTARA: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial


available online http://jurnal.um-tapsel.ac.id/index.php/nusantara/index

DAMPAK DAN PENANGANAN TINDAK KEKERASA


SEKSUAL PADA RANAH PERSONAL1

Maurizka Khoirunnisa, Usep Dayat, Kariena Febriantin

Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik,

Universitas Singaperbangsa Karawang

Abstrak

Kekerasan seksual merupakan suatu tindak kejahatan yang berhubungan dengan seksualitas
seseorang. Faktor Kejiwaan atau keadaan diri yang tidak normal dari seseorang dapat mendorong
seseorang melakukan kejahatan. Misalnya, nafsu seks yang abnormal dapat menyebabkan pelaku
melakukan pemerkosaan terhadap korban anak-anak dengan tidak menyadari keadaan diri
sendiri. Anak/remaja yang mempunyai pengalaman trauma dapat mengalami serangan panik
ketika dihadapkan/menghadapi sesuatu yang mengingatkan mereka pada trauma. Serangan
panik meliputi perasaan yang kuat atas ketakutan atau tidak nyaman yang menyertai gejala fisik
dan psikologis. Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatifddeskriptif, dengan tujuan
memberi gambaran secara menyeluruh mengenai Dampak dan Penanganan Tindak Kekerasa
Seksual pada Ranah Personal. Kekerasan seksual sendiri menjadi momok yang menakutkan.
Korban tindak kejahatan seksual memaknai bahwa tindakan kekerasan seksual sebagai tindakan
yang sangat menyakitkan. Dalam penanganan tindak Kekerasan Seksual harus menjadi perhatian
khusus, bukan hanya dari pihak berwajib saja, namun seluruh lapisan masyarakat harus memiliki
kepedulian terhadap kasus tindak kekerasan seksual. Lingkung memiliki andil penting dalam
mencegah terjadinya kejahatan seksual.

Kata Kunci: Kekerasan Seksual, Korban Kekerasan. Kekerasan Seksual Ranah Personal.

*Correspondence Address : Khoirunnisamaurizka@gmail.com


DOI : 10.31604/jips.v9i5.2022.1517-1522
© 2022UM-Tapsel Press
1517
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 9 (5) (2022): 1517-1522

PENDAHULUAN di usia kecil maupun dewasa keatas.


Kekerasan seksual menjadi Masa remaja dianggap mulai pada saat
suatu momok menakutkan bagi para anak secara seksual menjadi matang dan
korbannya. Namun, seringkali korban berakhir saat mencapai usia matang
tindak kekerasan seksual enggan untuk secara hukum. Berdasarkan data
menyuarakan hak-haknya karena CATAHU 2020, terdapat 2.262 kasus
terhalang dengan stigma buruk korban kekerasan seksual di usia 13-18
kedepannya. Tindak pelecehan seksual tahun. Serta 652 pelaku kekerasan
disikapi sebagai suatu hal yang biasa. seksual pada ranah personal di usia 13-
Apabila kita mengacu pada 18 tahun. Usia Remaja sangat rentan
tindak Pelecehan Seksual, bukan semata- terhadap pengaruh perilaku negatif
mata mengenai tindak kekerasan seksual kenakalan remaja. Catatan Kekerasan
yang mengarah pada tindakan kejahatan terhadap Perempuan (CATAHU) 2020
pemerkosaan dan lain sebagainya. menyebutkan, pelaku kekerasan
Menurut Komnas Perempuan, pelecehan seksual di ranah personal terbanyak
seksual bisa merujuk pada tindakan yang dilaporkan selama tiga tahun
bernuansa seksual yang disampaikan berturut-turut adalah pacar, yaitu
melalui kontak fisik maupun non-fisik, sebanyak 1.320 kasus. Kekerasan
yang menyasar pada bagian tubuh seksual terbanyak selanjutnya dilakukan
seksual atau seksualitas seseorang. oleh ayah kandung sebanyak 618 kasus
(Laurent et al., 2019) dan ayah tiri/angkat sebanyak 469
Apabila menelaah lebih jauh, kasus.
tindakan Pelecehan Seksual mengarah Setiap tahun kasus kekerasan
pada tindakan yang lebih luas lagi. Salah seksual mengalami peningkatan, bahkan
satunya Fenomena Catcalling. Tindakan anak-anak bahkan balita yang menjadi
Catcalling biasanya dilakukan melalui sasaran para pelaku kekerasan seksual.
ekspresi verbal. Menurut (Hidayat & Banyaknya kasus kekerasan seksual
Setyanto, 2020) menyatakan bahwa yang terjadi di lingkungan terdekat.
pelaku Catcalling melakukan aksinya Tindak kekerasan seksual di ranah
dalam bentuk nada seperti suara personal harus menjadi perhatian bagi
kecupan, atau dengan komentar- seluruh lapisan masyarakat. Anak-anak
komentar yang mengarah pada bentuk yang merupakan korban kekerasan
tubuh atau secara kalimat mungkin tidak sering merasa bahwa mereka berbeda
melecehkan tetapi dikatakan dengan dengan orang lain, terdapat beberapa
tujuannya melecehkan, misalnya salam. korban yang marah oada tubuhnya
Ada juga yang terang-terangan akibat penganiayaan yang dialami.
mengatakan hal yang vulgar mengenai (Zahirah et al., 2019)
korban. Menurut (Noviana, 2015)
Maraknya kasus pelecehan menyatakan bahwa Trauma akibat
seksual pada remaja menjadi fokus kekerasan seksual pada anak akan sulit
penting yang harus diperhatikan. dihilangkan jika tidak secepatnya
Meskipun banyak terjadi, kasus-kasus ditangani oleh ahlinya. Anak yang
pelecehan seksual masih belum mendapat kekerasan seksual, dampak
ditanggapi serius oleh masyarakat jangka pendeknya akan mengalami
ataupun pihak yang berwenang. Sebab mimpi-mimpi buruk, ketakutan yang
pelecehan seksual biasanya tidak berlebihan pada orang lain, dan
meninggalkan bekas fisik pada korban. konsentrasi menurun yang akhirnya
Pelecehan sering terjadi di akan berdampak pada kesehatan.
kalangan remaja, walaupun tidak Ketidakberdayaan korban saat
menutup kemungkinan terjadi pada anak menghadapi tindakan kekerasan seksual
1518
Maurizka Khoirunnisa, Usep Dayat, Kariena Febriantin
Dampak Dan Penanganan Tindak Kekerasa Seksual Pada Ranah Personal ………………………….(Hal 1517-1522)

di masa kanakkanak, tanpa disadari Tabel 1. Pelaku Kekerasan


digeneralisasi dalam persepsi mereka Seksual Ranah Personal dalam
bahwa tindakan atau perilaku seksual CATAHU 2020
bisa dilakukan kepada figur yang lemah
atau tidak berdaya.

METODE PENELITIAN Pacar


Dalam penelitian ini, peneliti
Ayah Kandung
menggunakan metode penelitian
kualitatifddeskriptif, dengan tujuan Ayah Tiri
memberi gambaran secara menyeluruh
mengenai Dampak dan Penanganan Paman
Tindak Kekerasa Seksual pada Ranah
Personal. Pemilihan metode ini Suami
diharapkan dapat menjadi pemecahan
masalah yang lebih mendalam 0 500 1000 1500

berdasarkan fakta-fakta yang ada


sebagaimana realitanya. Sumber: CATAHU Komnas Perempuan, 2020
Dalam proses pengumpulan
data, peneliti mencari referensi melalui Berdasarkan data grafik diatas
studi pustaka, yaitu pengumpulan data menyatakan bahwa pelaku kekerasan
yang diperoleh dari literatur-literatur seksual di ranah personal terbanyak
seperti buku, jurnal, dan pendapat para yang dilaporkan selama tiga tahun
ahli yang memiliki relevansi dengan berturut-turut adalah pacar, yaitu
masalah yang diteliti. sebanyak 1.320 kasus. Kekerasan
seksual terbanyak selanjutnya dilakukan
HASIL DAN PEMBAHASAN oleh ayah kandung sebanyak 618 kasus
Kekerasan Seksual merupakan dan ayah tiri/angkat sebanyak 469
suatu tindak kriminal yang melibatkan kasus. Apabila tindak kekerasan seksual
tindak seksualitas. Menurut Maryarakat tidak ditangani secara serius dapat
Pemantau Peradilan Indonesia menimbulkan dampak sosial yang luas di
(MaPPIFHUI, 2018) menyebutkan bahwa masyarakat. Penyembuhan trauma
kekerasan seksual adalah perbuatan psikis akibat kekerasan seksual haruslah
merendahkan, menghina, menyerang mendapat perhatian besar dari semua
dan/atau tindakan terhadap tubuh yang pihak yang terlibat.
terkait dengan nafsu perkelaminan, Tindak Kejahatan Seksual yang
hasrat seksual seseorang, dan/atau terjadi di ranah personal dipengaruhi
fungsi reproduksi, secara paksa, oleh beberapa faktor. Berikut beberapa
bertentangan dengan kehendak faktor yang mempengaruhi seseorang
seseorang. nekat untuk melakukan tindak kejahatan
Kekerasan Seksual mengalami seksual yang dikutip dalam artikel
peningkatam setiap tahunnya. (Kayowuan Lewoleba & Helmi Fakhrazi,
Kekerasan seksual dapat terjadi kepada 2020) menyatakan bahwa Faktor
siapa saja. Banyaknya kasus kekerasan Kejiwaan atau keadaan diri yang tidak
seksual yang terjadi di lingkungan normal dari seseorang dapat mendorong
terdekat. Seperti data CATAHU Komnas seseorang melakukan kejahatan.
Perempuan yang dikutip dalam artikel Misalnya, nafsu seks yang abnormal
Datadoks. (Jayani, 2020) dapat menyebabkan pelaku melakukan
pemerkosaan terhadap korban anak-
anak dengan tidak menyadari keadaan
1519
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 9 (5) (2022): 1517-1522

diri sendiri. Selain itu, rasa balas dendam mendapat kekerasan seksual, akan
yang terpendam. Pelaku tindak pidana mengalami mimpi-mimpi buruk,
kekerasan seksual terhadap anak-anak ketakutan yang berlebihan pada orang
terdorong ingin balas dendam dan lain, dan konsentrasi menurun yang
dipengaruhi apa yang pernah di akhirnya akan berdampak pada
alaminya saat menjadi korban, kemudian kesehatan. Ketidakberdayaan korban
ada motivasi untuk merasakan kembali saat menghadapi tindakan kekerasan
apa yang pernah dirasakan sebelumya. seksual di masa kanakkanak, tanpa
disadari digeneralisasi dalam persepsi
Dampak dari Kekerasan mereka bahwa tindakan atau perilaku
Seksual bagi korban seksual bisa dilakukan kepada figur yang
Kebanyakan korban yang lemah atau tidak berdaya. (Noviana,
mengalami kekerasan seksual 2015)
merasakan kriteria psychological Korban tindak kejahatan seksual
disorder yang disebut post-traumatic selalu merasa disisihkan dan merasa
stress disorder (PTSD), dengan gejala- sendiri sendiri. Hal tersebut berkaitan
gejala berupa ketakutan yang intens dengan stigma buruk tentang pelecehan
terjadi, kecemasan yang tinggi, dan seksual di masyarakat, seharusnya
emosi yang kaku setelah peristiwa korban butuh dukungan dari lingkungan
traumatis. atau sosialnya. Namun mereka seringkali
gangguan stres pascatrauma adalah merasa sendiri dan terpisah. Karena
gangguan mental yang muncul setelah perasaan mereka tersebut, penderita
seseorang mengalami atau menyaksikan kesulitan untuk berhubungan dengan
peristiwa yang tidak orang lain dan mendapatkan
menyenangkan. Korban tindak pertolongan.
kejahatan seksual memaknai tindakan
kekerasan seksual sebagai tindakan yang Penangan Tindak Kekerasan
sangat menyakitkan dan merupakan Seksual
kejahatan yang sangat meninggalkan Dalam penanganan tindak
bekas yang sangat mendalam bagi Kekerasan Seksual harus menjadi
korbannya. (Purbararas, 2018) perhatian khusus, bukan hanya dari
Anak/remaja yang mempunyai pihak berwajib saja, namun seluruh
pengalaman trauma dapat mengalami lapisan masyarakat harus memiliki
serangan panik ketika kepedulian terhadap kasus tindak
dihadapkan/menghadapi sesuatu yang kekerasan seksual. Lingkung memiliki
mengingatkan mereka pada trauma. andil penting dalam mencegah
Serangan panik meliputi perasaan yang terjadinya kejahatan seksual. Kejahatan
kuat atas ketakutan atau tidak nyaman seksual masih menjadi masalah yang
yang menyertai gejala fisik dan cukup serius dan ini merupakan masalah
psikologis. Sedangkan kekerasan seksual sosial yang meresahkan masyarakat.
yang dilakukan oleh anggota keluarga Angka kekerasan seksual terhadap anak
adalah bentuk inses, dan dapat setiap tahun mengalami peningkatan.
menghasilkan dampak yang lebih serius Kondisi ini menuntut adanya
dan trauma psikologis jangka panjang, perlindungan terhadap anak.
terutama dalam kasus inses orangtua. Dikutip dalam artikel (Darmini,
(Dirgayunita, 2016) 2021) menyatakan bahwa persoalan
Traumatik akibat tindak mengenai kejahatan seksual semakin
kejahatan seksual pada korban akan sulit berkembang terus hingga sekarang,
dihilangkan jika tidak secepatnya dapat dikatakan tidak ada perubahan
ditangani oleh ahlinya. korban yang yang berarti meski struktur dan budaya
1520
Maurizka Khoirunnisa, Usep Dayat, Kariena Febriantin
Dampak Dan Penanganan Tindak Kekerasa Seksual Pada Ranah Personal ………………………….(Hal 1517-1522)

masyarakat berkembang menuju ke arah ataupun pihak yang berwenang. Korban


modern. Citra terhadap perempuan tindak kejahatan seksual memaknai
nyaris tidak berubah. Bahkan dunia bahwa tindakan kekerasan seksual
pendidikan memberikan sumbangan sebagai tindakan yang sangat
terhadap terjadinya kekerasan karena menyakitkan dan merupakan kejahatan
melanggengkan ketidakseimbangan yang sangat meninggalkan bekas yang
hubungan kekuasaan dalam keluarga, sangat mendalam bagi korbannya.
suami-istri, orang tua-anak, guru-murid, Seluruh lapisan masyarakat harus
atasan-bawahan. Negara dan Pemerintah ikutserta dalam menciptakan lingkungan
Republik Indonesia mempunyai yang sehat. Lingkungan yang baik bagi
kewajiban dan tanggung jawab untuk tumbuh kembang setiap individu
menghormati dan menjamin hak asasi didalamnya. Serta dapat menekan
setiap anak. jumlah terjadinya tindak kejahatan
Dalam regulasi yang diterapkan seksual yang semakin lama semakin
di Indonesia dikenal dengan berbagai tinggi jumlahnya.
jenis terminologi yang menjelaskan Saat ini terdapat sedikitnya
mengenai tindak pidana yang empat jenis undang-undang yang
berhubungan dengan kekerasan seksual. mengatur tindak pidana yang berkaitan
Paling tidak saat ini terdapat sedikitnya dengan tindak kejahatan seksual, yakni
empat jenis undang-undang yang Kitab Undang-undang Hukum Pidana
mengatur tindak pidana yang (KUHP), UU No 23 tahun 2002
berhubungan dengan kekerasan seksual, sebagaimana yang telah diubah dengan
yakni Kitab Undang-undang Hukum UU No 35 tahun 2014 tentang
Pidana (KUHP), UU No 23 tahun 2002 Perlindungan Anak, UU No 23 tahun
sebagaimana yang telah diubah dengan 2004 tentang Penghapuasan Kekerasan
UU No 35 tahun 2014 tentang dalam Rumah Tangga dan UU No 21
Perlindungan Anak, UU No 23 tahun tahun 2007 tentang Tindak Perdagangan
2004 tentang Penghapuasan Kekerasan Orang. Diharapkan bahwa korban tindak
dalam Rumah Tangga dan UU No 21 kejahatan seksual dapat merasakan
tahun 2007 tentang Tindak Perdagangan keadilan.
Orang. (Rahmawati & Eddyono, 2017)
Namun terlepas dari itu,
Masyarakat, Keluarga dan Orang Tua DAFTAR PUSTAKA
berkewajiban untuk memberikan Darmini. (2021). Peran Pemerintah
perlindungan dan menjamin Dalam Pencegahan Kekerasan Seksual Terhadap
Anak. Qawwam: Journal for Gender
terpenuhinya hak asasi manusia sesuai Mainstreaming, 15(1).
dengan tugas dan tanggung jawabnya.
Menciptakan lingkungan yang sehat Dirgayunita, A. (2016). Gangguan Stres
dapat meminimalisir terjadi tindak Pasca Trauma Pada Korban Pelecehan Seksual
kejahatan seksual. dan Pemerkosaan. Journal An-Nafs: Kajian
Penelitian Psikologi, 1(2), 185–201.
https://doi.org/10.33367/psi.v1i2.286
SIMPULAN
Kekerasan Seksual menjadi Hidayat, A., & Setyanto, Y. (2020).
momok menyeramkan ditengah Fenomena Catcalling sebagai Bentuk Pelecehan
kehidupan Masyarakat. Maraknya kasus Seksual secara Verbal terhadap Perempuan di
Jakarta. Koneksi, 3(2).
kejahatan seksual pada remaja menjadi https://doi.org/10.24912/kn.v3i2.6487
fokus penting yang harus diperhatikan.
Meskipun banyak terjadi, kasus-kasus Jayani, Dwi Hadya. (2020). Siapa Saja
tindak kejahatan seksual masih belum Pelaku Kekerasan Seksual di Lingkungan
ditanggapi serius oleh masyarakat Terdekat.

1521
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 9 (5) (2022): 1517-1522

(https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2
020/03/09/siapa-saja-pelaku-kekerasan-
seksual-di-lingkungan-terdekat) Diakses pada 15
Nov. 2021

Kayowuan Lewoleba, K., & Helmi


Fakhrazi, M. (2020). Studi Faktor-Faktor
Terjadinya Tindak Kekerasan Seksual Pada Anak-
Anak. Esensi Hukum, 2(1).
https://doi.org/10.35586/esensihukum.v2i1.20

Laurent, S. S., Aryanto, H., Christianna,


A., Studi Desain Grafis, P., Bahasa dan Seni, F., &
Negri Surabaya Jl Lidah Wetan, U. (2019).
Perancangan Kampanye Sosial Pencegahan
Pelecehan Seksual Terhadap Perempuan Remaja.
Jurnal DKV Adiwarna, 1(14).

MaPPIFHUI. (2018). Apa sih perbedaan


Kekerasan Seksual & Pelecehan Seksual?
Mappifhui.Org.
http://mappifhui.org/2018/10/30/serba-serbi-
kekerasan-seksual-terhadap-perempuan/

Noviana, I. (2015). Kekerasan Seksual


Terhadap Anak: Dampak dan Penanganannya
Child Sexual Abuse: Impact and Hendling. Sosio
Informa, 1(1).

Purbararas, E. D. (2018). Problema


Traumatik : Kekerasan Seksual Pada Remaja.
Timaiya, 2(1).

Rahmawati, M., & Eddyono, S. W.


(2017). Menuju Penguatan Hak Korban dalam
RUU Penghapusan Kekerasan Seksual. 1–70.
http://icjr.or.id/data/wp-
content/uploads/2017/06/Menuju-Penguatan-
Hak-Korban-dalam-RUU-Penghapusan-
Kekerasan-Seksual.pdf

Zahirah, U., Nurwati, N., & Krisnani, H.


(2019). DAMPAK DAN PENANGANAN
KEKERASAN SEKSUAL ANAK DI KELUARGA.
Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada
Masyarakat, 6(1).
https://doi.org/10.24198/jppm.v6i1.21793

1522

Anda mungkin juga menyukai