Anda di halaman 1dari 271

PENGARUH MODUS BELAJAR DI KELAS, TIPE LOKUS

KENDALI, ETOS BELAJAR, KARAKTERISTIK TEMPAT


PRAKTIK KERJA PROFESI TERHADAP KAPABILITAS DAN
MINDSET ENTREPRENEURSHIP LULUSAN POLITEKNIK
KESELAMATAN TRANSPORTASI JALAN

DISERTASI

Oleh
SUYITNO
NIM 130551918243

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEJURUAN
JANUARI 2018

i
PENGARUH MODUS BELAJAR DI KELAS, TIPE LOKUS
KENDALI, ETOS BELAJAR, KARAKTERISTIK TEMPAT
PRAKTIK KERJA PROFESI, TERHADAP KAPABILITAS DAN
MINDSET ENTREPRENEURSHIP LULUSAN POLITEKNIK
KESELAMATAN TRANSPORTASI JALAN

DISERTASI
Diajukan kepada
Universitas Negeri Malang
untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan program Doktor
Pendidikan Kejuruan

Oleh
Suyitno
NIM 130551918243

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEJURUAN
JANUARI 2018

ii
iii
iv
v
ABSTRAK

Suyitno, 2017. Pengaruh Modus Belajar di Kelas, Tipe Lokus Kendali, Etos Belajar,
Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi terhadap Kapabilitas dan Mindset
Entrepreneurship Lulusan Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan. Program
Studi Pendidikan Kejuruan, Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang.
Pembimbing: (1) Prof. Dr. Amat Mukhadis, M.Pd. (II) Dr. Syarief Suhartadi,
M.Pd. (III) Dr. Eddy Sutadji, M.Pd.

Kata Kunci : modus belajar, tipe lokus kendali, etos belajar, karakteristik tempat praktik kerja
profesi, kapabilitas lulusan, mindset entrepreneurship.

Tujuan penelitian adalah menemukan, memverifikasi, dan menguji pengaruh


langsung: (1) modus belajar di kelas terhadap kapabilitas lulusan, (2) tipe lokus kendali
terhadap kapabilitas lulusan, (3) etos belajar terhadap kapabilitas lulusan, (4) karakteristik
tempat praktik kerja profesi terhadap kapabilitas lulusan, (5) modus belajar terhadap mindset
entrepreneurship lulusan, (6) tipe lokus kendali terhadap mindset entrepreneurship lulusan,
(7) etos belajar terhadap mindset entrepreneurship lulusan, (8) karakteristik tempat praktik
kerja profesi terhadap mindset entrepreneurship lulusan, (9) kapabilitas lulusan terhadap
mindset entrepreneurship lulusan dan (10) modus belajar, tipe lokus kendali, etos belajar dan
karakteristik tempat praktik kerja profesi terhadap kapabilitas dan mindset entrepreneurship
lulusan.

Penelitian ini menggunakan exploratory research dan descriptive research,


digunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei. Variabel-variabel yang terlibat
adalah variabel modus belajar di kelas, tipe lokus kendali, etos belajar, karakteristik tempat
praktik kerja profesi, kapabilitas lulusan, dan mindset entrepreneurship. Adapun sifat
hubungan antara variabel-variabel tersebut adalah variabel-variabel bebas berpengaruh
langsung dan tidak langsung terhadap variabel-variabel terikat. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh taruna PKTJ, program studi Diploma IV TKO sebanyak 109 taruna, Diploma
III PKB sebanyak 182 taruna dan Diploma IV MKTJ sebanyak 225 taruna dengan jumlah
total taruna sebanyak 516 orang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan proportional random sampling dengan anggapan populasi taruna dianggap
homogen. Sampel yang diambil untuk jumlah populasi 516 taruna sebanyak 230 orang taruna
diutamakan bagi yang sudah melaksanakan praktik kerja profesi untuk penentuan jumlah
sampel dari populasi tertentu yang dikembangkan rumus 10 kali jumlah variabel
parametriknya sebanyak 23 variabel. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan
kuesioner atau angket yang dibagikan kepada taruna yang sudah lulus yang dipilih sebagai
sampel.

Penelitian ini menggunakan analisis SEM (Structural Equation Modeling) dengan


program AMOS. Subjek penelitian ini adalah seluruh taruna PKTJ. Data yang dikumpulkan
melalui kuesioner yang diuji dengan menggunakan uji validitas dan reliabilitas intrumen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada pengaruh langsung dan signifikan modus
belajar di kelas terhadap kapabilitas lulusan, (2) ada pengaruh langsung dan signifikan tipe
lokus kendali terhadap kapabilitas lulusan, (3) ada pengaruh langsung dan signifikan etos
belajar terhadap kapabilitas lulusan, (4) ada pengaruh langsung dan signifikan karakteristik
tempat praktik kerja profesi terhadap kapabilitas lulusan, (5) ada pengaruh langsung dan
signifikan modus belajar terhadap mindset entrepreneurship lulusan, (6) ada pengaruh

vi
langsung dan signifikan tipe lokus kendali terhadap mindset entrepreneurship lulusan, (7) ada
pengaruh langsung dan signifikan etos belajar terhadap mindset entrepreneurship lulusan, (8)
ada pengaruh langsung dan signifikan karakteristik tempat praktik kerja profesi terhadap
mindset entrepreneurship lulusan, (9) ada pengaruh langsung dan signifikan kapabilitas
lulusan terhadap mindset entrepreneurship lulusan, dan (10) ada pengaruh langsung dan
signifikan antara modus belajar, tipe lokus kendali, etos belajar dan karakteristik tempat
praktik kerja profesi terhadap kapabilitas lulusan dengan mindset entrepreneurship.

Berdasarkan temuan penelitian di atas, ada beberapa hal yang perlu disampaikan:
(1) modus belajar yang dilakukan oleh dosen terhadap taruna di kelas dari aspek scientific
yakni dijelaskan dengan logika, interaksi yang baik antar dosen dengan taruna, mendorong
berpikir kritis, mendorong taruna agar mampu menerapkan sehingga respon taruna perlu
lebih meningkat, (2) perlu mengembangkan kegiatan yang memicu rasa percaya diri taruna
agar mampu menyelesaikan sesuatu hal tanpa harus mengharapkan keberhasilan dari pihak
luar sehingga dapat meningkatkan kapabilitas melalui kecakapan hard skill, soft skill maupun
jiwa kompetitif, (3) etos belajar yang baik tidak serta merta muncul dari individu taruna
melainkan harus di dukung dari pihak institusi sehingga menjadikan lulusan yang mempunyai
kapabilitas tinggi, dan (4) karakteristik tempat praktik kerja profesi menentukan kemampuan
akhir taruna karena melalui kegiatan tersebut mampu mengaktualisasikan kemampuan
sebagai ajang sinkronisasi kemampuan yang akan ditemui di tempat kerja sesungguhnya, (5)
temuan penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dan evaluasi dalam pengembangan
pembelajaran di institusi pendidikan pada umumnya.

vii
ABSTRACT

Suyitno, 2017. Effect of Classroom Learning Mode, Control Lecture Type, Learning Ethos,
Workplace Practices Characteristic of Profession to Capability and Mindset
Entrepreneurship Graduate of Polytechnic of Road Transport Safety. Vocational
Education Studies Program, Post-Graduate Program State University of Malang.
Counselor: (1) Prof. Dr. Amat Mukhadis, M.Pd. (II) Dr. Syarief Suhartadi, M.Pd. (III)
Dr. Eddy Sutadji, M.Pd.

Keywords: learning mode, type of locus of control, learning ethos, characteristics of


professional workplace, graduate capability, mindset entrepreneurship.

The objectives of the study were to find, verify, and test direct effects: (1) classroom
learning modes on graduates' capabilities, (2) type of locus control on graduate capability, (3)
learning ethos on graduate capability, (4) (5) the learning ethos of the entrepreneurship
mindset of graduates, (7) the learning ethos of the entrepreneurship mindset of graduates, (8)
the characteristics of the workplace of the profession to the entrepreneurship mindset of
graduates, (9) ) graduate capability to graduate entrepreneurship mindset and (10) mode of
learning, type of locus of control, study ethos and characteristics of professional workplace to
the capability and mindset of graduate entrepreneurship.

This research use exploratory research and descriptive research, used quantitative
approach with survey method. The variables involved are variables of classroom learning
mode, type of locus of control, study ethos, characteristics of professional workplace,
graduate capability, and entrepreneurship mindset. The nature of the relationship between
these variables is the independent variables directly and indirectly affect the dependent
variables. The population in this research are all cadets of PKTJ, Diploma IV TKO study
program is 109 cadets, Diploma III PKB 182 cadets and Diploma IV MKTJ 225 cadets with
total of cadets as many as 516 people. The sampling technique used in this study used
proportional random sampling with the assumption that the population of cadets is considered
homogeneous. Samples taken for the population number 516 cadets as many as 230 people
cadets are preferred for those who have been carrying out professional work practices for
determining the number of samples from a specific population that developed the formula 10
times the number of parametriknya variable as many as 23 variables. Data collection
techniques using questionnaires or questionnaires distributed to cadets who have passed the
selected as a sample.

This research uses SEM (Structural Equation Modeling) analysis with AMOS
program. The subject of this research is all cadets of PKTJ. Data collected through
questionnaires were tested using validity and intrument reliability test. The results showed
that: (1) there was a direct and significant influence of the classroom learning mode on the
graduates' capability, (2) there was a direct and significant influence of the locus type of
control on the graduate capability, (3) there was a direct and significant influence of the
learning ethos on the graduate capability, (5) there is a direct and significant influence of the

viii
mode of learning on the entrepreneurship mindset of graduates; (6) there is a direct and
significant influence on the type of locus of control on the entrepreneurship mindset of
graduates, (7) ) there is a direct and significant influence of the learning ethos on the
entrepreneurship mindset of graduates, (8) there is a direct and significant influence of the
characteristics of the professional workplace to the entrepreneurship mindset of graduates; (9)
there is a direct and significant influence of the graduate's capability to the entrepreneurship
mindset of graduates; there is a direct and significant influence between mode of study, type
of locus of control, study ethos and characteristics of professional workplace on the
capability of graduates with mindset entrepreneurship.
Based on the above research findings, there are several things that need to be
addressed: (1) learning mode conducted by lecturers to cadets in class from scientific aspect
that is explained by logic, good interaction among lecturer with cadets, encourages critical
thinking, encourages cadets to be able to apply so cadet response needs to be more improved,
(2) need to develop activities that trigger self-confidence cadets to be able to solve things
without having to expect success from outsiders so as to enhance capability through hard
skills skills, soft skills and competitive spirit, (3) a good learning ethic does not necessarily
arise from individual cadets but must (4) the characteristics of professional workplaces
determine the skills of the midshipmen as they are able to actualize the ability as a means of
synchronizing capabilities that will be encountered in the real workplace, (5) research
findings this is dapa t be considered and evaluated in the development of learning in
educational institutions in general.

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan

rahmat dan karunia-Nya sehingga disertasi dengan judul Pengaruh Modus Belajar

di Kelas, Tipe Lokus Kendali, Etos Belajar, Karakteristik Tempat Praktik Kerja

Profesi,terhadap Kapabilitas dan Mindset Entrepreneurship Lulusan Politeknik

Keselamatan Transportasi Jalan, pada program studi Pendidikan Kejuruan

Universitas Negeri Malang dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyampaikan penghargaan dan mengucapkan terima kasih

terutama kepada:

1. Prof. Dr. Amat Mukhadis, M.Pd, selaku Pembimbing I yang telah

meluangkan waktu pembimbing dengan tulus kesabaran, pengertian serta

kebapakan, memberikan gagasan dan petunjuk dengan penuh tanggung

jawab, demikian iklhas dan sabar memberikan semangat pada penulis untuk

bangkit menyelesaikan disertasi ini.

2. Dr. Syarif Suhartadi, M.Pd, selaku Pembimbing II yang telah tulus dan penuh

kesabaran yang tak henti-hentinya mengingat, mendorong dan membimbing

serta memberikan motivasi penulis untuk menyelesaikan disertasi ini.

3. Dr. Eddy Sutadji, M.Pd, selaku Pembimbing III yang telah memberikan

perhatian, motivasi, dan arahan dengan penuh kesabaran dan kesungguhan

hati hingga selesai penulisan disertasi ini.

4. Bapak Prof. Dr. Rofi’uddin, M.Pd, Rektor Universitas Negeri Malang.

5. Direktur Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan yang telah memberikan

fasilitas dan bantuan dalam penyelesaian disertasi ini.

x
6. Prof. Dr. I Nyoman Sudana Degeng, M.Pd, selaku Direktur Pascasarjana

Universitas Negeri Malang.

7. Prof. Dr. Ery Tri Djatmika R.W.W., M.A., M.Si, selaku Wakil Direktur I

Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Pascasarjana Universitas Negeri

Malang.

8. Dr. Purnomo, M.Pd, selaku Koordinator Program Studi Pendidikan Kejuruan

Pascasarjana Universitas Negeri Malang.

9. Para dosen, Kasubag Tata Usaha, dan Staf Pascasarjana Pendidikan Kejuruan

Universitas Negeri Malang.

10. Secara khusus ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada kedua orangtua

Ayah (alm) dan Ibu ku tercinta, kedua mertuaku (alm) tercinta, istriku Candra

Mulyastuti dan kedua anakku Angelina Pinkan Emerald dan Maxara Gerald

Mirreta serta kakak-kakakku. Semua perhatian, dukungan, cinta kasih, dan

rasa sayang yang sungguh mendalam merupakan energi yang sangat luar

biasa bagi penulis dalam menyelesaikan studi dan penyelesaian disertasi ini.

11. Berbagai Pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

memberikan arahan, motivasi dan dukungannya kepada penulis.

12. Semua dosen teman sejawat, mahasiswa, dan keluarga handai taulan yang

tidak dapat sebut namanya satu persatu pada kesempatan terbatan ini juga tak

lupa penulis sampaikan ucapan terima kasih atas segala bantuan, dukungan,

dan doa-doanya yang sangat tulus, kepada penulis.

Malang, Januari 2018


Penulis

Suyitno

xi
DAFTAR ISI

Halaman Judul ...........................................................................................................i


Lembar Persetujuan & Pengesahan Disertasi ............................................................iii
Lembar Persetujuan & Pengesahan Disertasi ............................................................iv
Pernyataan Keaslian Tulisan .....................................................................................v
Abstrak .......................................................................................................................vi
Abstract ......................................................................................................................viii
KATA PENGANTAR ...............................................................................................x
DAFTAR ISI ..............................................................................................................xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................xviii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................xix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ..........................................................................15
C. Tujuan Penelitian ...........................................................................16
D. Hipotesis Penelitian .......................................................................17
E. Kegunaan Penelitian ......................................................................18
F. Asumsi & Keterbatasan Penelitian ................................................20
G. Definisi Operasional Variabel .......................................................22

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Modus Belajar di Kelas .................................................................28


B. Tipe Lokus Kendali .......................................................................31
C. Etos Belajar ....................................................................................37
D. Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi ..................................53
E. Kapabilitas Lulusan .......................................................................63
F. Mindset Entrepreneurship .............................................................68
G. Penelitian Terdahulu yang Relevan ...............................................74
H. Kerangka Berfikir ..........................................................................81

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian.....................................................................88
B. Populasi dan Sampel Penelitian .....................................................89
C. Instrumen Penelitian ......................................................................90
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................92
E. Pengujian Validitas & Reliabilitas Instrumen ...............................93
F. Analisis Data ..................................................................................95

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian..............................................................106

xii
1. Deskripsi Variabel Modus Belajar...........................................106
2. Deskripsi Variabel Lokus Kendali...........................................108
3. Deskripsi Variabel Etos Belajar ...............................................109
4. Deskripsi Variabel Karakteristik Tempat Praktik Kerja
Profesi ......................................................................................110
5. Deskripsi Variabel Kapabilitas Lulusan ..................................112
6. Deskripsi Variabel Mindset Entrepreneurship Lulusan ..........114

B. Statistik Inferensial-Pengujian SEM..............................................115


C. Uji Validitas dan Reliabilitas Konstruk (Confirmatory Factor
Analysis) ......................................................................................117

1. Konstruk Modus Belajar .......................................................117


2. Konstruk Etos Belajar ...........................................................123
3. Konstruk Karakteristik TPKP ...............................................128
4. Konstruk Kapabilitas Lulusan dan Mindset
Entrerpreunership lulusan .....................................................134

D. Structural Equation Modelling (SEM) ..........................................140

1. Evaluasi Awal Terhadap Fit Model .........................................141


2. Evaluasi Validitas Konvergen .................................................143
3. Membaca Saran Modifikasi Model .........................................145
4. Fit Model dan Validitas Konstruk Pasca Perbaikan Model .....148

E. Pengujian Hipotesis .......................................................................152

1. Pengujian Hipotesis 1 ..............................................................152


2. Pengujian Hipotesis 2 ..............................................................152
3. Pengujian Hipotesis 3 ..............................................................153
4. Pengujian Hipotesis 4 ..............................................................153
5. Pengujian Hipotesis 5 ..............................................................154
6. Pengujian Hipotesis 6 ..............................................................154
7. Pengujian Hipotesis 7 ..............................................................155
8. Pengujian Hipotesis 8 ..............................................................155
9. Pengujian Hipotesis 9 ..............................................................156
10. Pengujian Hipotesis 10 ............................................................157

BAB V PEMBAHASAN

A. Pengaruh Modus Belajar di Kelas terhadap Kapabilitas lulusan ....158


B. Pengaruh Tipe Lokus Kendali terhadap Kapabilitas lulusan .........160
C. Pengaruh Etos Belajar terhadap Kapabilitas lulusan .....................164
D. Pengaruh Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi terhadap
Kapabilitas lulusan.........................................................................166
E. Pengaruh Modus Belajar di Kelas terhadap Mindset
Entrepreneurship lulusan...............................................................169
F. Pengaruh Tipe Lokus Kendali terhadap Mindset
Entrepreneurship lulusan...............................................................172

xiii
G. Pengaruh Etos Belajar terhadap Mindset Entrepreneurship ..........175
H. Pengaruh Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi terhadap
Mindset Entrepreneurship lulusan .................................................177
I. Pengaruh Kapabilitas terhadap Mindset Entrepreneurship ...........181
J. Pengaruh Modus Belajar di Kelas, Tipe Lokus Kendali, Etos
Belajar, Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi terhadap
Kapabilitas dan Mindset Entrepreneurship lulusan .......................182

BAB VI PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................................184
B. Saran ..............................................................................................188

DAFTAR RUJUKAN …………..……………………….…………….………… 192

LAMPIRAN-LAMPIRAN ……………………………..………......…………….. 198

xiv
DAFTAR TABEL
TABELbel: ............................................................................................................hal

1.1 Data Pengangguran Terbuka Indonesia .................................................4

2.1 Distribusi Kecerdasan IQ ......................................................................40

3.1 Distribusi Instrumen dan Butir untuk Ujicoba Instrumen ...................94

3.2 Distribusi Instrumen dan Butir untuk Ujicoba Instrumen ...................94

4.1 Indeks Modus Belajar ...........................................................................106

4.2 Deskripsi Modus Belajar Taruna/Taruni ..............................................107

4.3 Indeks Lokus Kendali ...........................................................................108

4.4 Deskripsi Lokus Kendali Taruna/Taruni ..............................................108

4.5 Indeks etos Belajar ................................................................................109

4.6 Deskripsi Etos Belajar Taruna / Taruni ................................................110

4.7 Indeks Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi ..............................110

4.8 Deskripsi Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi .........................112

4.9 Indeks Kapabilitas Lulusan ...................................................................112

4.10 Deskripsi Kapabilitas Lulusan ..............................................................113

4.11 Indeks Mindset Entrepreneurship Lulusan ...........................................114

4.12 Deskripsi Mindset Entrepreneurship Lulusan ......................................115

4.13 Regression Weights Konstruk Modus Belajar ......................................119

4.14 Standarized Regression Weights Konstruk Modus Belajar ..................119

4.15 Squared Multiple Correlations Konstruk Modus Belajar.....................120

4.16 Fit Model CMIN Konstruk Modus .......................................................121

4.17 Fit Model Baseline Comparisons Konstruk Modus Belajar .................122

4.18 Fit Model RMSEA Konstruk Modus Belajar .......................................122

4.19 Regression Weights Konstruk Etos Belajar ..........................................124

4.20 Standardized Regression Weights Konstruk Etos Belajar ....................125

4.21 Squared Multiple Correlations Konstruk Etos Belajar.........................125

xv
4.22 Model fit CMIN Konstruk Etos Belajar ..............................................127

4.23 Model Fit Baseline Comparisons Konstruk Etos Belajar .....................127

4.24 Model Fit RMSEA Konstruk Etos Belajar ...........................................128

4.25 Regression Weights Konstruk Karakteristik Tempat PKP ...................130

4.26 Standardized Regression Weights Konstruk Karakteristik Tempat


PKP .......................................................................................................130

4.27 Squared Multiple Correlations Konstruk Karakteristik Tempat PKP ..131

4.28 Model Fit CMIN Konstruk Karakteristik Tempat PKP ........................132

4.29 Model Fit Baseline Comparisons Konstruk Karakteristik Tempat


PKP .......................................................................................................133

4.30 Model Fit RMSEA Konstruk Konstruk Karakteristik Tempat PKP.....133

4.31 Regression Weights Konstruk Kapabilitas dan Mndset


Entrepreneurship lulusan ......................................................................135

4.32 Standardized Regression Weights Konstruk Kapabilitas dan Mndset


Entrepreneurship lulusan ......................................................................136

4.33 Squared Multiple Correlations Konstruk Kapabilitas dan Mndset


Entrepreneurship lulusan ......................................................................137

4.34 Model Fit CMIN Konstruk Kapabilitas dan Mndset


Entrepreneurship lulusan ......................................................................138

4.35 Model Fit Baseline Comparisons Konstruk Kapabilitas dan Mndset


Entrepreneurship lulusan ......................................................................139

4.36 Model Fit RMSEA Konstruk Kapabilitas dan Mndset


Entrepreneurship lulusan ......................................................................139

4.37 Model Fit CMIN Model Penelitian .......................................................142

4.38 Model Fit Baseline Comparisons Model Penelitian .............................142

4.39 Model Fit RMSEA Model Penelitian ...................................................142

4.40 Regression Weights Konstruk Model Penelitian ..................................143

4.41 Standardized Regression Weights Model Penelitian ............................144

4.42 Covariances Model Penelitian ..............................................................146

4.43 Model Fit CMIN Model Penelitian .......................................................148

xvi
4.44 Model Fit Baseline Comparisons Model Penelitian .............................149

4.45 Model Fit RMSEA Model Penelitian ...................................................149

4.46 Hasil Pengujian Kelayakan Model Confirmatory Factor Analysis ......151

xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar: .........................................................................................................hal
1.1 Pertumbuhan Transportasi dan Pertumbuhan PDB (%) ............................. 1

2.1 Indikator Modus Belajar di Kelas ..............................................................31

2.2 Perbandingan Internal dan Eksternal Locus of Control .............................33

2.3 Indikator Inspirasi dari Tipe Lokus Kendali .............................................36

2.4 Indikator Inspirasi dari etos Belajar ..........................................................52

2.5 Indikator Inspirasi dari Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi .........62

2.6 Dimensi Penunjang Kapabilitas Organisasi ..............................................66

2.7 Indikator Inspirasi dari Kapabilitas Lulusan .............................................67

2.8 Indikator Inspirasi dari Mindset Entrepreneurship ...................................73

2.9 Skema Kerangka Berfikir ..........................................................................79

2.10 Kerangka Matematis (Structural Equation Modelling) ............................85

4.1 Konstruk Modus Belajar ............................................................................116

4.2 Confirmatory Factor Analysis (CFA) Konstruk Modus Belajar ...............121

4.3 Konstruk Etos Belajar ................................................................................121

4.4 Confirmatory Factor Analysis (CFA) Konstruk Etos Belajar ...................126

4.5 Konstruk Karakteristik TPKP....................................................................127

4.6 Confirmatory Factor Analysis (CFA) Konstruk Karakteristik TPKP .......131

4.7 Konstruk Kapabilitas Lulusan dan Mindset Entrepreneurship .................132

4.8 Confirmatory Factor Analysis (CFA) Konstruk Kapabilitas Lulusan dan


Mindset Entrepreneurship .........................................................................138

4.9 Model Persamaan Structural Equation Modelling (SEM) ........................139

4.10 Model Persamaan (SEM) Penelitian Sebelum Perbaikan .........................146

4.11 Model Persamaan (SEM) Penelitian Pasca Perbaikan ..............................148

xviii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran-Lampiran

1. Surat Izin Penelitian

2. Surat Keterangan Penelitian

3. Uji Coba Instrumen Variabel

4. Hasil Uji Coba Instrumen

5. Surat Keterangan Validasi Instrumen

6. Instrumen Penelitian

7. Hasil Penelitian SEM

8. Sertifikat Bebas Plagiasi

9. Sertifikat Publikasi Jurnal Internasional

10. Riwayat Hidup

xix
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dalam menunjang

keberhasilan pembangunan terutama dalam mendukung kegiatan perekonomian

masyarakat dan perkembangan wilayah. Sistem transportasi yang ada

dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan mobilitas penduduk dan sumberdaya

lainnya yang dapat mendukung terjadinya pertumbuhan ekonomi di daerah ini

menyebabkan pengurangan konsentrasi tenaga kerja yang mempunyai keahlian

dan keterampilan pada wilayah tertentu, selain itu transportasi juga untuk

membuka peluang kegiatan perdagangan antar wilayah dan mengurangi

perbedaaan antar wilayah sehingga mendorong terjadinya pembangunan antar

wilayah. Pertumbuhan transportasi saat ini dinilai sudah cukup tinggi, melebihi

dari pertumbuhan PDB. Berikut ini adalah data pertumbuhan transportasi selama

tiga tahun terakhir :

Gambar 1.1. Pertumbuhan Transportasi dan Pertumbuhan PDB (%)


2

Sumber: Outlook Kementerian Perhubungan 2017

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa pertumbuhan transportasi

pada tahun 2014 sebesar 7,26 % lebih besar dari pertumbuhan PDB yaitu sebesar

5,02%, pada tahun 2015 pertumbuhan transportasi sebesar 7,66% dan

pertumbuhan PDB yaitu sebesar 7,66%, pertumbuhan transportasi pada tahun

2016 sebesar 7,66% lebih besar dari pertumbuhan PDB yaitu sebesar 5,00%.

Pertumbuhan transportasi tersebut mengancam pertumbuhan domestik bruto,

apalagi jika tidak berkeselamatan maka akan sangat berbahaya bagi kelangsungan

kesejahteraan masyarakat Indonesia pada umumnya. Kecelakaan transportasi

jalan mempunyai resiko yang besar, bahkan bisa melebihi korban perang.

Pertumbuhan transportasi yang berkeselamatan tersebut harus didukung oleh

kemampuan dan profesionalisme SDM, termasuk para lulusan sekolah

transportasi, oleh karena itu lulusan PKTJ sebagai sekolah di bidang keselamatan

transportasi jalan haruslah kapabel dan mempunyai Mindset Entrepreneurship,

yaitu pola pikir yang produktif, kreatif, inovatif. Mindset Entrepreneurship

berkaitan dengan kemampuan dari lulusan PKTJ untuk mengubah masalah yang

ditemuinya dan menjadi tantangan untuk merubah fenomona buruk yang ada.

Isu mengenai tenaga kerja yang siap pakai dengan kebutuhan lapangan

pekerjaan masih menjadi permasalahan krusial di Indonesia. Ketidak terserapan

tenaga kerja terjadi karena berbagai macam faktor, salah satunya adalah faktor

ketidaksesuaian kompetensi lulusan lembaga pendidikan dengan job pada

pekerjaan yang ada pada pengguna tenaga kerja yang ada yang berupa jenis

pekerjaan yang bersifat administratif. Agar mampu bersaing untuk mendapatkan


3

lapangan pekerjaan dibutuhkan sumber daya manusia yang kompeten dan

memiliki daya saing tinggi. Hal ini merupakan permasalahan serius yang perlu

dijadikan bahan pertimbangan terutama di dunia pendidikan pada jenjang

pendidikan diploma jenis Politeknik.

Kunci pokok pengembangan sumber daya manusia yang memiliki kualitas

baik dan kompeten adalah pendidikan yang berkualitas. Melalui pendidikan yang

diterapkan pada setiap jenjang pendidikan, peserta didik diberikan materi

pembelajaran yang membekalinya agar memiliki daya saing dalam dunia kerja.

Penyelesaian masalah tersebut adalah bagaimana agar mampu menghasilkan

peserta didik yang memiliki daya saing dalam dunia kerja. Menurut Isjoni (2008:3)

“pendidikan identik dengan output SDM, dan SDM yang berkualitas hanya dapat

berbentuk bilamana terdapat proses pendidikan yang berkualitas”.

Berdasarkan survei angkatan kerja nasional Badan Pusat Statistik

ditemukan data bahwa angka pengangguran terbuka di Indonesia hingga bulan

Agustus 2014 mencapai angka 7.244.905 orang, sedangkan dari jumlah

pengangguran tersebut berpendidikan Diploma I, II, III/ Akademi 193.517 orang

atau 3 %.

Tabel 1.1. Data Pengangguran Terbuka Indonesia


4

Pendidikan
Jumlah
Terakhir
Tidak/ belum 74.898
pernah sekolah
Belum/ tidak tamat 389.550
sekolah

SD 1.229.652

SLTP 1.566.838

SLTA umum 1.962.786

SLTA Kejuruan 1.332.521

Diploma I, II, III/ 193.517


akademi

Universitas 495.143

Total 7.244.905

(Sumber ; diolah dari http:// www.bps.go.id, 2014).

Berdasarkan data tersebut di atas bahwa lulusan diploma I. II. III/ akademi

masih banyak yang belum terserap menjadi tenaga kerja yang dikarenakan oleh

beberapa faktor. Pembangunan akan berhasil jika ditunjang oleh para entrepreneur

yang mampu membuka lapangan kerja, dikarenakan lapangan kerja yang dibuka

oleh pemerintah terbatas.

Pendidikan adalah agent of change (agen perubahan) mengingat persaingan

yang sangat ketat untuk dapat berkompetisi dalam dunia kerja harus dipenuhi oleh

tenaga kerja yang mempunyai kapabilitas. Melihat kondisi tersebut maka dunia

pendidikan terutama pendidikan vokasi harus mampu berperan aktif menyiapkan

sumber daya manusia terdidik yang mampu menjawab tantangan baik lokal,

regional, nasional, maupun internasional.


5

Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan sebagai pendidikan vokasi

dibawah Kementerian Perhubungan pada jenjang Diploma siap mencetak tenaga

terampil yang ahli di bidang keselamatan transportasi jalan, memiliki tiga program

studi yakni Diploma IV MKTJ (Manajemen Keselamatan Transportasi Jalan),

Diploma III PKB (Pengujian Kendaraan Bermotor) dan Diploma IV TKO (Teknik

Keselamatan Otomotif).

Tabel 1.2. Data Jumlah Taruna PKTJ

Tahun Prodi MKTJ Prodi PKB Prodi TKO

2011 64 62 22

2012 64 56, 26

2013 60 59 30

2014 48 49 25

2015 45 36 22

2016 74 54 34

Jumlah 355 316 159

Total 830

(Sumber: sub bag akademik PKTJ 2016)

Data jumlah lulusan PKTJ tiap program studi sejak tahun 2014 hingga

tahun 2016 yaitu seperti tabel berikut ini:

Tabel 1.3. Data Jumlah Lulusan PKTJ


6

Tahun Prodi MKTJ Prodi PKB Prodi TKO

2014 - 62 -

2015 64 56, 22

2016 60 59 26

Total 349

(Sumber ; sub bag akademik PKTJ 2016)

Data lulusan PKTJ yang terserap tiap program studi sejak tahun 2014

hingga tahun 2016 yaitu seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 1.4. Data Lulusan PKTJ yang Terserap

Tahun Prodi MKTJ Prodi PKB Prodi TKO

2014 - 62 -

2015 64 56, 22

2016 60 59 26

Jumlah 124 177 48

Total 349

Data tersebut di atas menyebutkan bahwa keterserapan lulusan hampir

100% di dunia kerja, namun demikian kompetensi pekerjaan yang dilakukannya

belum sesuai dengan yang telah dicapai di kampus melainkan irisan

kompetensinya masih relatif kecil dengan bidang keselamatan transportasi jalan

yakni kompetensi auditor, inspektor, investigator, dan penanggung jawab

keselamatan transportasi jalan. Hal ini membuktikan bahwa kapabilitas yang


7

dimiliki lulusan belum diterapkan sepenuhnya oleh dunia kerja dari segi

ketersediaan relevansi kompetensi di tempat kerja yang relevan dengan

kompetensi lulusan tersebut.

Berdasarkan data empirik yang diperoleh dari dokumen dan hasil

pengamatan mengenai kapabilitas dan mindset entrepreneurship lulusan dengan

menggunakan form penelusuran alumni Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan

yang terdiri dari alumni program studi D IV MKTJ, D III PKB, dan D IV TKO,

alumni menyebutkan bahwa setelah lulus dari PKTJ mayoritas mereka tidak

melanjutkan pendidikan, melainkan bekerja pada instansi swasta maupun

pemerintah. Adapun data terserapnya alumni di kementerian perhubungan sebesar

13%, dinas di Pemda 12%, BUMN/ BUMD sebesar 6%, swasta (jasa) 20%, swasta

(manufaktur) sebesar 18%, wiraswasta sebesar 21%, lainnya 10% (sumber: data

primer PKTJ).

Informasi jenis pekerjaan didapatkan dari relasi (senior alumni) yang

tersebar di wilayah seluruh Indonesia melalui ikatan alumni PKTJ (IKA PKTJ)

dan sistim kolegial yang membutuhkan tenaga kerja alumni keahlian keselamatan

transportasi. Alumni menganggap pekerjaan yang di tekuninya sekarang kurang

sesuai dengan harapan ketika pertama masuk PKTJ yakni sebagai seorang

regulator, auditor, inspektor, dan operator keselamatan di Kementerian

Perhubungan, sehingga pekerjaannya dirasakan kurang puas dengan awal

peminatannya. Secara umum mereka memilih pekerjaan dengan

mempertimbangkan unsur untuk mendapatkan pengalaman, dilanjutkan ingin


8

mendapatkan keterampilan, ingin mendapatkan pengetahuan dan keilmuan yang

sesuai, serta terakhir mendapatkan gaji yang memadai.

Kompetensi pekerjaan yang dilakukan menganggap tidak berhubungan

dengan mata kuliah yang dipelajari, namun kebutuhan sumber daya manusia

cukup tinggi tiap tahunnya. Keinginan berpindah pekerjaan selalu menjadi

permasalahan alumni disebabkan oleh ketidaksesuaian kompetensi maupun

perjanjian kerja antar waktu yang sudah berakhir.

Relevansi pendidikan dengan pekerjaan dapat dikatakan kurang

dikarenakan rumpun keselamatan transportasi berbeda dengan rumpun

perhubungan pada umumnya. Rumpun keselamatan transportasi menonjolkan 5

(lima) pilar keselamatan yakni pilar manajemen keselamatan, jalan yang

berkeselamatan, kendaraan yang berkeselamatan, post crash, dan penegakkan

hukum.

Pendapat mengenai penguasaan kompetensi atau kapabilitas sebagian besar

taruna mengatakan belum cukup penguasaan terhadap kemampuan teoritik,

komunikasi interpersonal, komunikasi tertulis, bahasa Inggris, bekerja dalam tim,

kepercayaan diri, dan kemampuan penerapan teknologi baru, namun penguasaan

kompetensi kepemimpinan, integritas, disiplin, loyalitas, dan berpikir kritis taruna

sudah baik. Telusur terhadap pola pikir entrepreneur taruna belum cukup baik, hal

ini terlihat dari kreativitas yang rendah, kemampuan pemecahan masalah yang

lemah, dan kematangan emosi yang belum terbentuk sehingga perlu langkah-

langkah demi penguatan.


9

Saran praktis untuk PKTJ dalam rangka meningkatkan kesesuaian antara

pendidikan dengan lapangan pekerjaan perlu peningkatkan kapabilitas lulusan dan

perlu lulusan yang memiliki jiwa dan pola pikir kewirausahaan. Lulusan

diharapkan akan mampu mengelola kapasitas diri mengenai kompetensi,

keterampilan, manajemen, dan sikap individu masing-masing serta berpola pikir

yang tahan banting, tekun, jujur, suka bekerja keras, semangat kerja yang kuat,

percaya diri yang tinggi, banyak terobosan, dan tidak mudah putus asa. Untuk itu

institusi PKTJ perlu mengevaluasi kualitas pelayanan dari berbagai standar

pendidikan yang ada seperti standar kurikulum, pembelajaran, dan suasana

akademik, serta standar mahasiswa dan lulusan.

Berdasarkan pengamatan perlu perbaikan komponen standar pendidikan

seperti tersebut diatas diantaranya tentang modus belajar taruna di kelas yang

dirasakan belum optimal, tipe lokus kendali yang cenderung eksternal masih

bergantung bukan pada diri sendiri, etos belajar yang tinggi namun masih belum

berpola pikir secara “thinking of out the box”, karakteristik tempat praktik kerja

profesi yang belum sinkron dari segi sarana praktik, sehingga mempengaruhi

kapabilitas lulusan baik dari segi kemampuan akademik maupun kemampuan

ketelitian pekerjaan serta interpersonal skills yang belum memadai.

Segala sistem pendidikan dikendalikan oleh pihak institusi dari mulai

bersikap, sarana dan prasarana belajar, suasana akademik, pola boardingschool,

yang cenderung membawa pola lokus kendali eksternal taruna. Hal ini terkait pada

usia berdirinya perguruan tinggi yang relatif muda baru pada tahap awal rencana

strategis jangka menengah lima tahunan pertama PKTJ yakni pada fase jati diri,
10

sehingga belum banyak hal yang dapat dikembangkan dalam proses pertumbuhan

pengelolaan pendidikan secara umum, sehingga diperlukan formula yang tepat

agar sistem pendidikan tercapai secara maksimal.

Kegiatan praktik kerja profesi merupakan metode pembelajaran taruna

PKTJ di semester 4 dan semester 6 bermaksud untuk mengenalkan taruna kepada

dunia kerja tentang ilmu yang diperoleh di kampus dengan mengaplikasikannya di

tempat kerja seperti dinas Perhubungan Kabupaten/Kota, Unit Pelaksana Teknis

Pengujian Kendaraan Bermotor, PT. Damri, PT. Pertamina, PT. Pertamina

Patraniaga, PT. PPLI, PT. Jasa Marga, PT. Pupuk Sriwijaya, Perusahaan

pengangkutan/logistik, PT. Angkasa Pura I, KNKT, kementerian PUPR, terminal

bus, dan beberapa perusahaan bus swasta lainnya.

Perubahan lingkungan pendidikan yang cepat dan dinamis dewasa ini

mendorong setiap institusi pendidikan untuk menyesuaikan diri dengan

kemampuan sumber daya manusianya. Kesenjangan akan kemampuan lulusan

(outcome) yang dihasilkan perguruan tinggi dengan harapan industri sebagai

pengguna lulusan di Indonesia merupakan penyebab utamanya, terlebih profil

pekerjaan yang masih dalam taraf penggalian dan penetapan merupakan aspek

yang harus digarap bersama antara PKTJ dengan dunia kerja pengguna lulusannya.

Taruna perlu dilatih menanggulangi permasalahan dunia kerja dan instansi

kerja, berlatih berpikir dan bekerja secara pragmatis dan profesional. Oleh karena

itu perlu adanya program praktik kerja profesi agar taruna mampu berlatih

menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang

dikuasainya. Praktik kerja profesi adalah kegiatan praktik di suatu lembaga atau
11

instansi yang relevan sebagai sarana untuk menerapkan konsep dan teori yang

dipelajari oleh taruna dalam pengembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap

kerja profesional.

Praktik kerja profesi merupakan suatu latihan yang dirancang secara

cermat untuk menciptakan suatu pengalaman kerja tertentu bagi taruna, yang

dilakukan dalam suasana belajar, dilatih mengenal dan menghayati lingkup

pekerjaan di lapangan guna adaptasi diri dengan lingkungan kerja dalam rangka

pemenuhan proses belajar agar lulusannya kelak memiliki kapabilitas yang tinggi

dan memiliki pola pikir entrepreneurship yang handal, sehingga pengguna

lulusannya akan merasakan kesesuaiannya (match) dengan kapabilitas calon

tenaga kerja yang akan direkrutnya.

Kapabilitas lulusan PKTJ merupakan hasil capaian taruna selama proses

pembelajaran dilakukan. Oleh karenanya, program studi berkewajiban untuk

memiliki strategi melalui kurikulum yng handal agar kapabilitas lulusan dapat

tercapai secara optimal yang dapat dipertanggungjawabkan baik isi, kelengkapan

deskripsi sesuai dengan ketentuan dalam SN DIKTI, serta kesetaraan level

kualifikasinya dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).

PKTJ yang berlokasi di Kota Tegal, Jawa Tengah memiliki area yang

sangat luas sekitar 7 Ha di kampus satu yang berlamatkan di Jalan Semeru no.3

Tegal dan 14 Ha di kampus dua yang beralamatkan di Jalan Abdul Syukur,

Margadana, Tegal dengan dukungan sarana prasarana serta fasilitas pendidikan

yang sangat lengkap, tanpa terkecuali penyediaan laboratorium bagi tarunanya.


12

PKTJ merupakan lembaga pendidikan tinggi di Indonesia yang diharapkan

mampu memberikan kontribusi penting dalam upaya peningkatan keselamatan

transportasi jalan, terutama penyediaan sumber daya manusia yang berkompeten

khusus di bidang keselamatan transportasi jalan. Sebab dengan sumber daya

manusia yang kompeten maka upaya pemerintah dalam mewujudkan pelayanan

transportasi yang handal, berdaya saing dan mempunyai nilai tambah menjadi

lebih mudah direalisasikan. Tanpa adanya penanganan aspek keselamatan

transportasi jalan, maka sektor transportasi jalan akan sangat sulit memainkan

peranannya sebagai urat nadi perekonomian. Sebaliknya, transportasi jalan tanpa

pelayanan aspek keselamatan transportasi jalan akan potensial menjadi hambatan

pembangunan sehingga berakibat pada beban perekonomian negara yang tinggi.

Manfaat lulusan PKTJ berorientasi pada bidang keselamatan transportasi

darat khususnya lalu lintas jalan yakni sebagai regulator keselamatan melalui

kebijakan-kebijakan yang mendukung, inspektor laik jalan kendaraan bermotor

sebagai penguji kendaraan bermotor, auditor keselamatan kendaraan dan jalan di

sebuah perusahaan yang memiliki transportasi dan pengelola jalan, serta

investigator terjadinya kecelakaan lalu lintas di Kementerian Perhubungan

(KNKT) agar kejadian kecelakaan yang sama tidak terulang kembali dengan

mengidentifikasi penyebab kecelakaan tersebut.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan

masalah sebagai berikut:

1. Pola pembelajaran yang dilaksanakan di institusi PKTJ masih berdasarkan

arah kurikulum yang belum terencana secara matang, cara belajar yang belum
13

memenuhi tuntutan kompetensi, bahan belajar masih tergantung pada

kemampuan pengajar dalam mengumpulkan bahan ajar yang dinilai masih

belum standar pengguna lulusan, sehingga belum memenuhi standar

kebutuhan dunia kerja.

2. Taruna masih menitikberatkan pada eksternal lokus yaitu keyakinan yang

berasal dari unsur luar yang menonjol dibandingkan dengan internal lokus

kendali. Hal ini terlihat dari hasil pooling taruna yang ada tentang jenis profesi

yang dipilih ketika lulus kelak, karena keyakinan berasal dari luar individu

cenderung lebih kuat dibandingkan keyakinan dalam upaya diri dari dalam

diri taruna sehingga keadaan ini cukup mengkhawatirkan. Kesempatan karir

yang berasal dari institusi dan dari luar institusi (senior) menjadi dorongan

utama tipe eksternal lokus dikembangkan.

3. Hal Etos Belajar para taruna sebagian besar dipengaruhi oleh faktor instrinsik

seperti perhatian, minat bakat, kecerdasan yang variatif dan faktor ektrinsik

meliputi alat dan metode pembelajaran serta kondisi lingkungan yang masih

disesuaikan kebutuhan kurikulum yang belum secara matang terencana, akan

berujung pada tingkat kapabilitas lulusan dan mindset entrepreneurship yang

bervariasi pula.

4. Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi yang selama ini terbatas pada

keinginan taruna yang belum secara mantap memilih bidang kerja,

menimbulkan keinginan taruna yang bervariatif pula dalam menentukan

karakteristik tempat Praktik Kerja Profesi tanpa mempertimbangkan

kapabilitas capaian kompetensi yang diharapkan setelah lulus kelak.


14

5. Kapabilitas lulusan PKTJ dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya cara

belajar, tipe keyakinan diri dari taruna (calon lulusan), semangat dan sikap

belajarnya, ciri-ciri tempat praktik kerja yang khas sehingga mampu

menerapkan pengetahuan, sikap dan keterampilan secara detail. Sedangkan

faktor-faktor yang dimaksud masih perlu dikembangkan dan dikuatkan dalam

hal memposisikan diri sebagai calon lulusan yang akan bertugas sebagai abdi

negara ataupun sebagai regulator bidang keselamatan transportasi jalan

khususnya di Kementerian Perhubungan.

6. Pola pikir taruna mengenai Entrepreneurship yang masih sangat perlu

dikembangkan terkait dengan masih sedikitnya pengetahuan tentang

entrepreneurship taruna karena hanya diberikan dibangku kuliah selama 1

semester di tingkat 4 dengan alokasi waktu 2 sks, sehingga sangat minim

informasi dan pola pikir tentang entrepreneurship. Pola ini masih dapat

diperoleh pada program PKP taruna yang dilaksanakan di semester V (lima)

dan VII (tujuh).

Berdasar pada latar belakang di atas, peneliti mengadakan penelitian dengan

judul “Pengaruh Modus Belajar di Kelas, Tipe Lokus Kendali, Etos Belajar,

Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi, terhadap Kapabilitas dan Mindset

Entrepreneurship Lulusan Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan “.

B. Rumusan Masalah
15

Berdasarkan pandangan latar belakang di atas maka dalam penelitian ini

disajikan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah modus belajar di kelas berpengaruh signifikan terhadap kapabilitas

lulusan Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan?

2. Apakah tipe lokus kendali berpengaruh signifikan terhadap kapabilitas lulusan

Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan?

3. Apakah etos belajar berpengaruh signifikan terhadap kapabilitas lulusan

Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan?

4. Apakah karakteristik tempat praktik kerja profesi berpengaruh signifikan

terhadap kapabilitas lulusan Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan?

5. Apakah modus belajar di kelas berpengaruh signifikan terhadap mindset

entrepreneurship lulusan Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan?

6. Apakah tipe lokus kendali berpengaruh signifikan terhadap mindset

entrepreneurship lulusan Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan?

7. Apakah etos belajar berpengaruh signifikan terhadap mindset

entrepreneurship lulusan Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan?

8. Apakah karakteristik tempat praktik kerja profesi berpengaruh signifikan

terhadap mindset entrepreneurship lulusan Politeknik Keselamatan

Transportasi Jalan?

9. Apakah kapabilitas lulusan berpengaruh signifikan terhadap mindset

entrepreneurship lulusan Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan?

10. Apakah modus belajar di kelas, tipe lokus kendali, etos belajar dan

karakteristik tempat praktik kerja profesi berpengaruh signifikan terhadap


16

kapabilitas dan mindset entrepreneurship lulusan Politeknik Keselamatan

Transportasi Jalan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian untuk

mendeskripsikan dan menguji pengaruh:

1. Modus Belajar di Kelas terhadap Kapabilitas Lulusan Politeknik Keselamatan

Transportasi Jalan.

2. Tipe Lokus Kendali terhadap Kapabilitas Lulusan Politeknik Keselamatan

Transportasi Jalan.

3. Etos Belajar terhadap Kapabilitas Lulusan Politeknik Keselamatan

Transportasi Jalan.

4. Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi terhadap Kapabilitas lulusan

Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan.

5. Modus Belajar terhadap Mindset Entrepreneurship Lulusan Politeknik

Keselamatan Transportasi Jalan.

6. Tipe Lokus Kendali terhadap Mindset Entrepreneurship Lulusan Politeknik

Keselamatan Transportasi Jalan.

7. Etos Belajar terhadap Mindset Entrepreneurship Lulusan Politeknik

Keselamatan Transportasi Jalan.

8. Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi terhadap Mindset

Entrepreneurship Lulusan Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan.


17

9. Kapabilitas Lulusan terhadap Mindset Entrepreneurship Lulusan Politeknik

Keselamatan Transportasi Jalan.

10. Kapabilitas Lulusan dengan Mindset Entrepreneurship terhadap Modus

Belajar, Tipe Lokus Kendali, Etos Belajar dan Karakteristik Tempat Praktik

Kerja Profesi Lulusan Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan.

D. Hipotesis Penelitian

1. Modus Belajar di Kelas berpengaruh signifikan terhadap Kapabilitas Lulusan

Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan.

2. Tipe Lokus Kendali berpengaruh signifikan terhadap Kapabilitas Lulusan

Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan.

3. Etos Belajar berpengaruh signifikan terhadap Kapabilitas Lulusan Politeknik

Keselamatan Transportasi Jalan.

4. Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi berpengaruh signifikan terhadap

Kapabilitas Lulusan Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan.

5. Modus Belajar di Kelas berpengaruh signifikan terhadap Mindset

Entrepreneurship Lulusan Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan.

6. Tipe Lokus Kendali berpengaruh signifikan terhadap Mindset

Entrepreneurship Lulusan Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan.

7. Etos Belajar berpengaruh signifikan terhadap Mindset Entrepreneurship

Lulusan Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan.


18

8. Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi berpengaruh signifikan signifikan

terhadap Mindset Entrepreneurship Lulusan Politeknik Keselamatan

Transportasi Jalan.

9. Kapabilitas Lulusan berpengaruh signifikan terhadap Mindset

Entrepreneurship Lulusan Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan.

10. Modus Belajar di Kelas, Tipe Lokus Kendali, Etos Belajar dan Karakteristik

Tempat Paktik Kerja Profesi berpengaruh signifikan terhadap Kapabilitas

Lulusan dan Mindset Entrepreneurship Lulusan Politeknik Keselamatan

Transportasi Jalan.

E. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan secara Teoretik

Penelitian yang dilakukan berguna untuk menambah dan memperkaya wawasan

pengetahuan bagi penulis secara teori. Hasil penelitian ini yaitu sebuah model

persamaan tentang pengaruh langsung dari modus belajar di kelas, tipe lokus

kendali, etos belajar, karakteristik tempat praktik kerja profesi terhadap

kapabilitas dan mindset entrepreneurship lulusan di Politeknik Keselamatan

Transportasi Jalan. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan

sumbangan pemikiran dalam pengelolaan dan pengembangan Institusi

Pendidikan pada lembaga pendidikan vokasi secara luas.

2. Kegunaan secara Praktis

a. Institusi Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan


19

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi

untuk menentukan perbaikan layanan pendidikan terhadap taruna melalui

pengendalian modus belajar di kelas maupun praktik di dunia kerja.

b. Bagi Dosen

Hasil Penelitian ini dapat berguna dalam melakukan modus pembelajaran

yang sesuai guna mendukung hasil pembelajaran di mata kuliah praktik

agar kapabilitas lulusannya tinggi yang memiliki mindset

entrepreneurship.

c. Bagi taruna/taruni PKTJ

Hasil penelitian ini dapat berguna untuk mengetahui etos belajar dan

lokus kendali taruna sehingga mampu melakukan verifikasi serta

pembenahan dalam pengelolaan internal diri taruna yang dikoordinasikan

melalui proses pembelajaran.

d. Bagi institusi pendidikan vokasi

Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai bahan evaluasi pengelolaan

pembelajaran agar memenuhi sarana praktik dan prasarana yang memadai

sesuai benchmark di tempat praktik kerja profesi guna meningkatkan

mutu pendidikan melalui praktik supaya kapabilitas dan mindset

entrepreneurship lulusannya dapat terwujud.

F. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian


20

Mukhadis (2016:93) menjelaskan bahwa representasi asumsi yang

digunakan dalam suatu kegiatan penelitian dijadikan acuan yang”tingkat

pengakuan kebenarannya” telah diterima secara umum dan tanpa harus dibuktikan

terlebih dahulu. Di dalam penelitian, asumsi/anggapan dasar sangat perlu untuk

dirumuskan secara jelas sebelum melangkah mengumpulkan data. 1. Asumsi

Penelitian

a. Kapabilitas saling berkaitan dengan sumber daya, strategi, dan keunggulan

kompetitif. Oleh karena itu dengan melihat kemampuan mengelola

kapasitas seseorang akan unggul dan mampu bersaing di dunia kerja.

b. Untuk membantu taruna menyelesaikan tugas pembelajaran harus dengan

cara yang tepat, perlu dikondisikan sesuai subyek kebutuhannya. Oleh

karena itu dengan melihat cara bagaimana taruna melakukan aktivitas

pembelajaran di kelas akan mempengaruhi hasil dari tujuan pembelajaran.

c. Perkembangan pembelajaran bahwa cara terbaik untuk belajar adalah

dengan melakukan, dengan berpartisipasi, dan aktif dalam suatu proses.

Oleh karena itu perlu adanya aktivasi sikap dan semangat taruna di dalam

kelas melalui kegiatan pembelajaran, partisipasi dalam diskusi, penemuan

ide dan gagasan yang produktif, serta kemampuan mengkomunikasikan

hasil analisa materi teori maupun percobaan praktik terlibat langsung

dalam suasana belajar.

d. Mindset entrepreneurship merupakan cerminan kegiatan pembelajaran di

kelas, praktik di industri dan etos belajar taruna sehari-hari yang akan
21

diterapkan melalui pelayanan pekerjaan dan cara bersikap menghadapi

permasalahan pekerjaannya kelak.

2. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian dimaksudkan supaya mampu dimanfaatkan

sebagai bahan pertimbangan dalam menafsirkan ataupun menggeneralisasikan

hasil-hasil penelitian.

a. Modus belajar di kelas merupakan model scientific yang mampu

mengkontribusi 30% pelaksanaan pembelajaran teori, yang seharusnya pada

pendidikan vokasi lebih menitik beratkan faktor belajar secara praktik yakni

sebesar 70 %.

b. Instrumen pengukuran variabel kapabilitas ini terbatas melalui angket yang

dibagikan pada calon lulusan, bukan kepada lulusan yang sudah bekerja. Data

ini berguna sebagai pendukung dari data yang telah diperoleh dari telusur

lulusan melalui angket tracer study yang telah dibagikan oleh pihak institusi

PKTJ dalam hal ini sub bagian akademik bekerja sama dengan tiap-tiap

program studi untuk telusur informasi baik kepada lulusan maupun pengguna

lulusannya.
22

G. Definisi Operasional Variabel

1. Modus belajar di Kelas

Education was viewed as an instrument for promoting social equality for

all backward communities (Wankhede, 2015). Pendidikan dipandang sebagai

alat untuk mempromosikan kesetaraan sosial bagi seluruh masyarakat.

Transactional learning reflects an underlying nature of the three learning

conditions. Interpersonal learning emphasizes a concurrent process of

communication; experiential learning focuses on a process of immersion;

simultaneous learning highlights parallel processes between doing and

learning. All point to the importance of learning and doing in the same

process of technology transactions, a process of transactional learning (Bao,

2000).

Modus belajar dalam benda-benda konkret atau enaktif yang dapat

dirasakan secara langsung melalui kegiatan praktik baik di laboratorium

maupun di industri, sedangkan tahap ikonik dengan menggunakan aspek

visual yang dapat ditunjukkan melalui peraga di laboratorium maupun

simulasi di kelas.

Modus belajar di kelas sebagai variabel bebas pertama, adalah total

skor yang diperoleh dari hasil pengukuran dengan menggunakan angket, yang

menggambarkan aktivitas diskusi dengan dosen, mengambil pengertian dari

diskusi, mencoba hasil diskusi melalui praktik, menganalisis hasil praktik

dibandingkan dengan teori yang diterima, kemudian menyampaikan hasil

akhir melalui komunikasi kepada teman sebaya dan dosen, yang dapat dilihat
23

dari dimensi: menanya, mengumpulkan informasi, eksperimen, menganalisa,

dan mengkomunikasikan,

Ada tujuh kiat belajar yang efektif dan efisien yaitu (a) buat suasana

belajar yang nyaman, (b) merangkum pokok pembelajaran, (c) belajar

bersama, (d) metode mempersingkat atau memodifikasi menyerupai nama

sesuatu, (e) belajar dengan praktik, (f) belajar rutin tapi jangan lama, dan (g)

mengerti bukan menghafal.

2. Lokus Kendali

Lokus kendali (locus of control) yang dianggap mempengaruhi etis

ataupun tidaknya suatu keputusan menyatakan bahwa lokus kendali

menilai pencapaian dari tiap-tiap individu berdasar pada penyebab internal

maupun eksternal. Lokus kendali eksternal menganggap bahwa pencapaian

merupakan hasil dari kondisi eksternal dan diluar kendali mereka. Singer

dan Singer (2001) mengatakan bahwa individu yang memiliki ciri lokus

kendali internal akan mengalami eskalasi lebih besar dibandingkan dengan

individu yang memiliki ciri lokus kendali eksternal.

Tipe lokus kendali taruna dalam melaksanakan proses belajar mengajar

dan tujuan akhir pembelajaran dapat diukur melalui tipe lokus kendali internal

dan tipe lokus kendali eksternal sejauh mana tingkat keyakinan diri dalam

menyelesaikan suatu masalah pembelajaran. Variabel ini dapat diukur melalui

tingkat keyakinan diri taruna dalam menyelesaikan permasalahan


24

pembelajaran sehingga akan mempengaruhi kapabilitas dan pola pikir

wirausaha lulusannya.

3. Etos Belajar

Etos belajar diyakini berdampak kuat terhadap prestasi dan hasil

belajar yang berkembang pada satu lingkungan akan melahirkan kegiatan

pembelajaran yang membuat semua warga lembaga pendidikan

memandang belajar merupakan sesuatu yang penting dan harus dilakukan

dalam hidupnya.

Variabel ini dapat diukur melalui sikap belajar yang positif seperti rasa

ingin tahu, menyukai tantangan, mandiri, berinisiatif tinggi supaya memiliki

etos belajar yang tinggi. Sikap-sikap positif tersebut disemangati oleh faktor

yang mempengaruhinya yakni intrinsik maupun ekstrinsik diantaranya faktor

kesehatan, perhatian, minat bakat, alat dan metode pembelajaran, serta kondisi

lingkungan. Semakin tinggi faktor yang mempengaruhinya, maka semakin

meningkat etos atau semangat belajarnya hingga menghasilkan kapabilitas

yang mumpuni dan pola pikir wirausaha yang baik.

4. Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi

Praktik Kerja Profesi adalah suatu bentuk pendidikan dengan cara

memberikan pengalaman belajar bagi taruna untuk berpartisipasi dengan tugas

langsung di dunia kerja sesungguhnya. Praktik Kerja Profesi memberi


25

kesempatan kepada taruna untuk mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah

diperoleh di kampus.

Adapun karakteristik atau ciri-ciri tempat Praktik Kerja Profesi tersebut

adalah: (a) memiliki tenaga terampil (man) di bidang teknis keselamatan

transportasi sesuai disiplin ilmu ke-program studi-an, (b) memiliki material

(materials) di bidang teknis keselamatan transportasi sesuai disiplin ilmu

program studi, (c) memiliki ilmu atau cara (methods) di bidang teknis

keselamatan transportasi sesuai disiplin ilmu ke-program studi-an, dan (d)

memiliki pasar (market) dan biaya (money) sebagai pengguna tetap produk

layanan di bidang teknis keselamatan transportasi sesuai disiplin ilmu

program studi dan kebutuhan operasional tempat Praktik Kerja Profesi.

Variabel diatas dapat diukur melalui karakteristik tempat praktik yang

memiliki tenaga ahli yang berkompeten dalam menyelesaikan masalah

pekerjaan, alat yang sesuai dengan kebutuhan pekerjaan yang tentunya paham

tentang bagaimana cara atau seperti apa alat tersebut dapat digunakan tanpa

menimbulkan efek kesalahan, biaya yang memadai untuk kegiatan operasional

akan mendukung tercapainya tujuan pekerjaan, serta pelanggan yang

menggunakan produk maupun jasa sebagai market atau pasar pengguna hasil

pekerjaannya.

Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi sebagai variabel bebas

keempat, adalah skor yang diperoleh dari hasil pengukuran dengan

menggunakan angket, yang secara operasional menggambarkan sejauhmana

karakteristik atau ciri-ciri khusus tempat praktik di dunia industri/ dunia usaha
26

yang mendukung profesi lulusannya kelak, dengan dimensi: tenaga ahli yang

kompeten, bahan praktik yang relevan, alat kerja yang memadai, memiliki

biaya operasional dan pengguna.

5. Kapabilitas Lulusan

Kapabilitas lulusan adalah suatu kemampuan individu untuk melakukan

atau mempelajari hal tertentu. Kapabilitas individu merujuk pada efisiensi

prosedur pemecahan masalah yang diterapkan dalam bidang tertentu,

kemampuan menerapkan pengetahuan dan menguasai teknologi.

Kapabilitas Lulusan sebagai variabel terikat pertama dalam definisi

operasionalnya, merupakan total skor melalui pengukuran dengan

menggunakan angket, pada taruna yang menggambarkan kemampuan taruna

terhadap hasil proses belajar selama di kampus ditandai dengan dimensi:

Kemahiran berat, kemahiran ringan, kemahiran kompetitif.

6. Mindset Entrepreneurship

Mindset Entrepreneurship Lulusan sebagai variabel terikat kedua dalam

definisi operasionalnya, merupakan total skor melalui pengukuran dengan

menggunakan angket, pada taruna yang menggambarkan pola pikir taruna

terhadap jiwa wirausaha dalam melakukan segala hal aktivitasnya yang

ditandai dengan dimensi: Orientasi pada kerja, jiwa kreatif, berfikir simple,
27

fokus, integritas, disiplin, mampu bersosialisasi, mampu mengambil

peluang, membangun jaringan.

Variabel ini mampu diukur dengan pola pikir wirausaha yang ditunjukkan

dengan sikap dan jiwa seorang wirausaha sukses melalui kegigihan, suka

tantangan, suka bekerja keras yang pada akhirnya membentuk pola pikir

orientasi kerja, fokus terhadap putusan yang diambil sehingga

membuahkan eksekusi yang tepat, berpikir singkat tanpa banyak

mempertimbangkan dan keragu-raguan, tidak menyia-nyiakan kesempatan,

dan mampu membuat jaringan kerja yang mampu mendukung kinerjanya.

Hal ini perlu dilakukan juga oleh pimpinan perguruan tinggi agar memiliki

pola pikir kewirausahaan yang berorientasi pada keuntungan materi semata

tetapi terlebih pada pengelolaan pendidikan secara komprehensif.


28

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Modus Belajar di Kelas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata modus berarti cara,

proses, bagaimana sesuatu berjalan (berlangsung), sedangkan belajar adalah

perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai

hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Kelas memiliki arti ruang

atau tempat belajar di suatu kegiatan belajar mengajar.

Modus Belajar yang digagas Jerome S. Bruner Belajar dalam

pandangan bruner merupakan proses aktif dalam menemukan hal yang baru

diluar informasi yang diberikan kepada dirinya. Anak dianggap sebagai insan

pemikir dan pencipta informasi. Ada tiga tahapan modus belajar menurut

Jerome S. Bruner yaitu :

1. Tahap Enaktif yaitu modus belajar yang secara aktif diperoleh dengan

bantuan benda-benda konkret (dapat dirasakan langsung). Anak akan

bersinggungan langsung dengan situasi nyata. Pada tahap ini anak belum

menggunakan imajinasinya yang bersifat abstrak.

2. Tahap Ikonik yaitu modus belajar dengan menggunakan aspek visual

seperti gambar, diagram. Anak mulai memanipulasinya dengan hadirnya

gambar atau diagram.


29

3. Tahap Simbolik yaitu modus belajar dengan menggunakan simbol baik

berupa verbal maupun nonverbal. Pada tahap ini anak sudah tidak

bergantung pada benda nyata.

Pada modus belajar ini menghendaki adanya implementasi secara

berurutan, artinya tahapan modus pertama dilaksanakan lebih awal.

Kemudian ketika dirasa cukup, maka beralih ke tahapan modus ikonik,

kemudian modus simbolik.

Kata belajar dalam konteks pembelajaran berarti (1) berusaha

memperoleh kepandaian atau ilmu, dan (2) berubah tingkah laku atau

tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.

Menurut Permendikbud Nomor 81 A tahun 2013, pembelajaran ada dua

yakni langsung dan tidak langsung. Pembelajaran langsung ialah proses

pendidikan di kelas yang menampakkan interaksi langsung dengan sumber

belajar berdasarkan silabus dan SAP. Aspek pengetahuan dan keterampilan

dikembangkan secara integratif. Bentuk interaksi langsung tersebut mengacu

pada pendekatan yang dikenal dengan sebutan pendekatan ilmiah, (scientific

approach). Taruna akan melakukan kegiatan pembelajaran di kelas melalui

membaca, mendengar, menyimak, melihat yang terintegrasi dalam modus

belajar menanya, mengumpulkan informasi, melakukan percobaan

(experiment), mengasosiasi atau menganalisis, dan mengkomunikasikan apa

yang sudah ditemukan. Pada modus ini akan menghasilkan kompetensi yang

ingin diharapkan oleh taruna yakni pengetahuan, kemampuan berpikir dalam

bersikap, dan keterampilan psikomotorik.


30

Proses pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang

menyangkut pengembangan nilai dan sikap. Aspek moral dan perilaku

dikembangkan secara integratif melalui kegiatan yang berlangsung di kelas,

kampus, dan masyarakat. Kampus merupakan sebuah komunitas pendidikan

tempat berlangsung interaksi sosial antar sivitas akademik sehingga proses

pengembangan nilai dan sikap di luar kelas dapat terlaksana.

Menurut Edgar Dale “Belajar yang paling baik adalah belajar melalui

pengalaman langsung” artinya bahwa belajar melalui penyelesaian suatu

masalah langsung atau praktik langsung akan lebih baik bagi daya nalar

peserta didik. Sejalan dengan pendapat John dewey bahwa “learning by

doing” artinya belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan dan bertindak

langsung dalam memecahkan masalah yang ada pada pekerjaan.

Berdasarkan pandangan para ahli di atas mengenai modus belajar di

kelas, maka peneliti beranggapan bahwa suatu cara melakukan interaksi

pembelajaran secara langsung, mengarahkan, menghidupkan, dan

menemukan pengalaman pembelajaran di dalam kelas, di luar informasi yang

telah diterimanya baik kemampuan kognitif, afektif maupun psikomotorik

yang sudah ditetapkan oleh insitusi. Interaksi pembelajaran yang tepat,

percaya diri yang kuat akan membentuk sikap belajar yang baik sehingga

kapabilitas lulusan akan meningkat dan pola pikir seorang entrepreneur yang

gigih dan suka bekerja keras akan dapat terwujud.

Hubungan antara variabel dan dimensi yang membentuknya tertuang

dalam model sebagai berikut:


31

X1

Di kelas
X2

X3 Di Laboratorium
Modus belajar

X4 Di industri

X5
Gambar 2.1
Indikator Modus Belajar di Kelas
Sumber : (SN-DIKTI, 2015), dikembangkan untuk penelitian ini.

Keterangan :
X1 : Menanya
X2 : Mengumpulkan informasi
X3 : Percobaan/ eksperimen
X4 : Menganalisa
X5 : Mengkomunikasikan

B. Tipe Lokus Kendali

1. Definisi Lokus Kendali (Locus of Control)

Lokus pengendalian yang merupakan kendali psikologi individu atas

pekerjaan mereka dan kepercayaan mereka terhadap keberhasilan diri.

Lokus pengendalian ini terbagi menjadi dua yaitu lokus pengendalian

internal yang mencirikan seseorang memiliki keyakinan bahwa mereka

bertanggung jawab atas perilaku kerja mereka di organisasi. Lokus


32

pengendalian eksternal yang mencirikan individu yang mempercayai

bahwa perilaku kerja dan keberhasilan tugas mereka lebih dikarenakan

faktor di luar diri yaitu organisasi.

Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian

(personility), yang didefinisikan sebagai keyakinan individu terhadap

mampu tidaknya mengontrol nasib (destiny). Robbins dan Judge (2007)

mendefinisikan lokus kendali sebagai tingkat dimana individu yakin

bahwa mereka adalah penentu nasib mereka sendiri. Internal adalah

individu yang yakin bahwa mereka merupakan pemegang kendali atas apa-

apa pun yang terjadi pada diri mereka, sedangkan eksternal adalah

individu yang yakin bahwa apapun yang terjadi pada diri mereka

dikendalikan oleh kekuatan luar seperti keberuntungan dan kesempatan.

Seseorang yang mempunyai internal locus of control akan

memandang dunia sebagai sesuatu yang dapat diramalkan, dan perilaku

individu turut berperan di dalamnya. Pada individu yang

mempunyai external locus of control akan memandang dunia sebagai

sesuatu yang tidak dapat diramalkan, demikian juga dalam mencapai

tujuan sehingga perilaku individu tidak akan mempunyai peran di

dalamnya.

Oleh karena itu dapat diketahui bahwa individu yang

mempunyai external locus of control diidentifikasikan lebih banyak

menyandarkan harapannya untuk bergantung pada orang lain dan lebih

banyak mencari dan memilih situasi yang menguntungkan, sedangkan


33

individu yang mempunyai internal locus of control diidentifikasikan lebih

banyak menyandarkan harapannya pada diri sendiri dan diidentifikasikan

juga lebih menyenangi keahlian dibanding situasi yang menguntungkan.

Locus of Control adalah sebagai tingkat dimana individu yakin

bahwa mereka adalah penentu nasib mereka sendiri. Internal adalah

individu yang yakin bahwa mereka merupakan pemegang kendali atas apa-

apa pun yang terjadi pada diri mereka, sedangkan eksternal adalah

individu yang yakin bahwa apapun yang terjadi pada diri mereka

dikendalikan oleh kekuatan luar seperti keberuntungan dan kesempatan.

Gambar 2.2. Perbandingan Internal dan Eksternal Locus of Control


(Kutanis et al. 2011)
34

The effects of the internal and external facets of locus of


control on individuals’ attitudes have been observed in the
studies. At the end of the study, it has been ascertained that
internal locus of control has a much bigger impact on
individuals than the external locus of control. (Kutanis et al.
2011).
2. Aspek Lokus Kendali (LOC)

“Based on the role played by internal LOC in treatment


outcomes, several strategies to develop internalised LOC
through psychological interventions will be discussed”.
(Raymond and Hayes, 2014).

Selain itu, penelitian terakhir telah mendesak untuk memasukkan

variabel baru yang secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi

interaksi orang tua dan anak di bidang lingkungan pendidikan. Dampak

langsung dari proses pendidikan dikaitkan dengan keyakinan, norma dan

nilai-nilai yang diperoleh dari orang tua mereka dan anggota keluarga,

sedangkan pengaruh tidak langsung terkait proses mediasi yang positif

atau negatif memotivasi anak-anak pengetahuan, keterampilan dan sikap

terhadap pendidikan yang diperoleh.

Lokus kendali internal memiliki aspek suka bekerja keras, memiliki

inisiatif yang tinggi selalu berusaha untuk menemukan pemecahan

masalah, selalu mencoba untuk berfikir seefektif mungkin, selalu

mempunyai persepsi bahwa usaha harus dilakukan jika ingin berhasil.

Sedangkan lokus kendali eksternal aspeknya adalah kurang memiliki

inisiatif, mudah meyerah kurang suka berusaha karena mereka percaya

bahwa faktor luarlah yang mengontrol, kurang mencari informasi,

mempunyai harapan bahwa ada sedikit korelasi antara usaha dan


35

kesuksesan, lebih mudah dipengaruhi dan tergantung pada petunjuk orang

lain.

3. Indikator Tipe Lokus Kendali

Lokus kendali eksternal menganggap bahwa pencapaian merupakan

hasil dari kondisi eksternal dan diluar kendali mereka. Singer dan Singer

(2001) mengatakan bahwa individu yang memiliki ciri lokus kendali

internal akan mengalami eskalasi lebih besar dibandingkan dengan

individu yang memiliki ciri lokus kendali eksternal.

Seseorang berlokus kendali internal akan mampu mengendalikan

situasi dan kondisi yang terjadi pada dirinya, tahan banting dengan

kompleksitas pekerjaan dan informasi eksternal yang rumit, menyukai

tantangan, penuh inisiatif dan kreatif, berjiwa leadership yang tinggi serta

memiliki semangat kerja dan motivasi kerja yang tinggi. Sedangkan

seseorang dengan lokus kendali eksternal lebih menyenangi pekerjaan

yang sifatnya rutin, statis, penuh kontrol dan minim hambatan. Sari (2015)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Individu

yang memiliki keyakinan bahwa nasib atau event-event dalam

kehidupannya berada dibawah kontrol dirinya, dikatakan individu tersebut

memiliki internal locus of control. Sementara individu yang memiliki

keyakinan bahwa lingkunganlah yang mempunyai kontrol terhadap nasib

atau event-event yang terjadi dalam kehidupannya dikatakan individu

tersebut memiliki external locus of control. Hasil yang dicapai locus of

control internal dianggap berasal dari aktivitas dirinya. Sedangkan pada


36

individu locus of control eksternal menganggap bahwa keberhasilan yang

dicapai dikontrol dari keadaan sekitarnya.

Berdasarkan uraian diatas, maka lokus kendali dalam penelitian ini

adalah unsur keyakinan taruna PKTJ dalam mengendalikan peristiwa-

peristiwa pengalamannya, apakah meyakini kemampuannya untuk

mengendalikannya atau meyakini bahwa itu terjadi di luar kendali dirinya.

Tipe internal lokus akan memperkuat pola pikir seorang entrepreneur

dikarenakan semangat yang tinggi akan keberhasilan diri, juga membentuk

sikap yang tangguh dalam menghadapi setiap permasalahan.

Penelitian berikutnya mengelompokan Indikator Tipe Lokus Kendali

dari dimensi yang telah dikemukakan Sari (2015). Hubungan antara

variabel dan dimensi yang membentuknya tertuang dalam model sebagai

berikut :

X6

Tipe Lokus Kendali


X7

Gambar 2.3
Indikator Inspirasi dari Tipe Lokus Kendali
Sumber : Sari (2015), dikembangkan untuk penelitian ini.

Keterangan :

X6 : Lokus Kendali Internal

X7 : Lokus Kendali Eksternal


37

C. Etos Belajar

1. Definisi Etos Belajar

Etos menurut KBBI adalah pandangan hidup yang khas dari suatu

golongan sosial. Menurut bahasa Yunani etos adalah sikap, kepribadian,

watak, karakter, semangat, serta keyakinan atas sesuatu dari seseorang atau

masyarakat.

When we develop schools our starting point should be what


we know about how people learn. It is common knowledge
that the best way to learn is by doing, by participating and
being active in the process. Many of the suggestions are
straightforward and may be seen as common sense or
standard practice. (Guldbaek, et al. 2011).

Titik awal untuk mengembangkan sekolah, kita harus menjadi apa

yang kita ketahui tentang bagaimana orang belajar. Perkembangan

pembelajaran tentang pengetahuan umum adalah cara terbaik untuk belajar

dengan melakukan, berpartisipasi dan aktif dalam proses.

“Our contribution to this study is that we explore the four


factors that affect students’ academic performance”
(Mushtaq and Khan, 2012).

Etos belajar adalah bentuk semangat yang tinggi yang ada pada diri

seseorang untuk terus berkeinginan belajar dalam hidupnya, artinya

seseorang memiliki keinginan untuk belajar dengan semangat yang tinggi

melalui sikap-sikap, watak, dan kepribadian belajar yang sudah terbentuk

karena pembiasaan, agar hasil yang diharapkan optimal.

Etos belajar yang baik tentu tidak serta merta muncul dalam diri

seseorang atau sekelompok orang, melainkan perlu penanaman nilai pada

diri seseorang mengenai pentingnya belajar, penanaman budaya belajar


38

perlu latihan dan pembiasaan agar sikap-sikap belajar yang baik menjadi

etos belajar dalam diri seseorang.

Berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor

internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Faktor-faktor

yang mempengaruhi Etos Belajar.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Etos Belajar

“A number of studies have been carried out to identify and


analyse the numerous factors that affect academic
performance in various centres of learning. Their findings
identify students’ effort, previous schooling” (Mlambo,
2011).

Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar

individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.

a) Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri

individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu yang meliputi

faktor fisiologis dan psikologis.

1) Faktor fisiologis

Faktor fisiologis adalah yang berhubungan dengan kondisi fisik

individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama,

keadaan tonus jasmani yang pada umumnya sangat mempengaruhi

aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan

memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu.

Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat

tercapainya hasil belajar yang maksimal. Cara untuk menjaga


39

kesehatan jasmani antara lain adalah: (a) menjaga pola makan yang

sehat dengan memperhatikan nutrisi yang masuk kedalam tubuh,

karena kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat

lelah, lesu, dan mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk belajar,

(b) rajin berolahraga agar tubuh selalu bugar dan sehat, (c) istirahat

yang cukup dan sehat.

Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada

tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama panca

indera yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas

belajar dengan baik pula dan merupakan pintu masuk bagi segala

informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia.

2) Faktor psikologis

Adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat

mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang

utama mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan taruna,

motivasi, minat, sikap dan bakat.

(a) Kecerdasan/intelegensi taruna

Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan

psiko-fisik dalam mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan

diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Kecerdasan

bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga

organ-organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan dengan

kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting


40

dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sebagai

organ pengendali tertinggi (executive control) dari hampir

seluruh aktivitas manusia.

Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling

penting dalam proses belajar taruna, karena itu menentukan

kualitas belajar taruna. Semakin tinggi intelegensi seorang

individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses

dalam belajar dan juga sebaliknya. Para ahli membagi tingkatan

IQ bermacam-macam, salah satunya adalah penggolongan

tingkat IQ berdasarkan tes Stanford-Biner yang telah direvisi

oleh Terman dan Merill sebagai berikut :

Tabel 2.1. Distribusi Kecerdasan IQ


No Tingkat Kecerdasan Klasifikasi
1 140 - 169 Amat Superior
2 120 – 139 Superior
3 110 - 119 Rata-rata tinggi
4 90 – 109 Rata-rata
5 80 – 89 Rata-rata rendah
Batas lemah
6 70 – 79
mental
7 20 - 69 Lemah mental
Pada Tabel 2.1 tersebut dapat diketahui terdapat tujuh

penggolongan tingkat kecerdasan manusia, yaitu: Sangat

superior, superior, rata-rata tinggi, rata-rata, rata-rata rendah,

batas lemah mental, dan lemah mental.


41

(b) Motivasi

Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi

keefektifan kegiatan belajar taruna dan mampu mendorong taruna

dalam melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi

mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang

aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap

saat (Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh

kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah

perilaku seseorang.

Dari sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu

motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah

semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan

dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang taruna yang

gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk

membaca karena membaca tidak hanya menjadi aktivitas

kesenangannya tetapi sudah mejadi kebutuhannya. Dalam proses

belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang efektif, karena

motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada

motivasi dari luar (ekstrinsik).

Menurut Hayinah (1992), yang termasuk dalam motivasi

intrinsik untuk belajar adalah:

(1) Dorongan ingin tahu dan ingin menyelisiki dunia yang

lebih luas, (2) Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada
42

manusia dan keinginan untuk maju, (3) Adanya keinginan untuk

mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang

penting, misalkan orang tua, saudara, guru, dan teman-teman, dan

(4) Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan

yang berguna bagi dirinya.

Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri

individu tetapi memberikan pengaruh terhadap kemauan untuk

belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orangtua,

dan lain sebagainya.

(c) Ingatan

Ingatan selalu didefinisikan sebagai kecakapan untuk

menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan. Kecakapan

menerima kesan sangat sentral peranannya dalam belajar. Melalui

kecakapan inilah, taruna mampu mengingat hal-hal yang

dipelajarinya. Dalam konteks pembelajaran, kecakapan ini dapat

dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya teknik pembelajaran

yang digunakan oleh pendidik. Secara teoritis, terdapat tiga aspek

yang berkaitan dengan berfungsinya ingatan, antara lain :

(1) menerima kesan, (2) menyimpan kesan, dan (3) memproduksi

kesan.

Teknik pembelajaran yang disertai dengan alat peraga

kesannya akan lebih dalam bagi taruna, disamping itu

pengembangan teknik pembelajaran yang mendayagunakan


43

“titian ingatan” juga lebih mengesankan bagi taruna, terutama

untuk material pembelajaran berupa rumus-rumus atau urutan-

urutan lambang tertentu.

Kemampuan reproduksi, yakni pengaktifan atau proses

produksi ulang hal-hal yang telah dipelajari, tidak kalah

menariknya untuk diperhatikan. Bagaimanapun, hal-hal yang

telah dipelajari, suatu saat, harus diproduksi untuk memenuhi

kebutuhan tertentu taruna, misalnya kebutuhan untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan dalam ujian, atau untuk merespon

tantangan-tantangan dunia sekitar. Dosen dapat mempertajam

kemampuan taruna melalui pemberian tugas-tugas

pembelajaran

(d) Minat

Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan

dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap

sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003) minat bukanlah istilah

yang popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya

terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan

perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.

Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya

dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh

terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat atau

bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks


44

belajar di kelas, seorang dosen perlu membangkitkan minat

taruna agar tertarik terhadap materi kuliah yang akan

diterimanya.

Untuk membangkitkan minat belajar tersebut, banyak cara

yang bisa digunakan oleh dosen, yaitu : (1) membuat materi

yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak

membosankan, baik dari bentuk buku materi, disain

pembelajaran yang membebaskan taruna menggali apa yang

dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar taruna (kognitif,

afektif, psikomotorik) sehingga taruna menjadi aktif, maupun

performansi guru yang menarik saat mengajar, dan (2) memilih

jurusan atau bidang studi, dalam hal ini, alangkah baiknya jika

jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh taruna sesuai

dengan minatnya.

(e) Sikap

Setiap proses belajar, sikap individu dapat mempengaruhi

keberhasilan proses belajarnya. Syah, (2003) menjelaskan sikap

adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa

kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara

yang relatif tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan

sebagainya, baik secara positif maupun secara negatif.

Sikap juga merupakan kemampuan memberikan penilaian

tentang sesuatu yang membawa diri sesuai dengan penilaian.


45

Adanya penilaian tentang sesuatu mengakibatkan terjadinya

sikap menerima, menolak, atau mengabaikan. Taruna

memperoleh kesempatan belajar, meskipun demikian taruna

dapat menerima, menolak, atau mengabaikan kesempatan

belajar tersebut.

Sikap taruna dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan

senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau

lingkungan sekitarnya.

(f) Bakat

Faktor psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar

adalah bakat. Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan

sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk

mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah,

2003). Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan

bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki seorang taruna

untuk belajar.

Bakat adalah kemampuan seseorang menjadi salah satu

komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang.

Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang

dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya

sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.

Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi

untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya


46

masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan sebagai

kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu

tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang

telah mempunyai bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap

informasi yang berhubungan dengan bakatnya.

(g) Konsentrasi Belajar

Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan

perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju

pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya.

Untuk memperkuat perhatian pada mata kuliah, dosen perlu

menggunakan bermacam-macam strategi belajar mengajar, dan

memperhitungkan waktu belajar serta istirahat.

(h) Rasa Percaya Diri

Menurut Lauther (2002:4) rasa percaya diri adalah suatu

sikap atau keyakinan atas kemampuan diri sendiri sehingga

dalam tindakannya untuk bertingkah laku sesuai harapannya,

bertanggung jawab dan tidak terpengaruh orang lain.

Ciri-cirinya adalah memiliki sikap toleransi, tidak

memerlukan dukungan orang lain dalam tugas dan dalam

mengambil keputusan, optimis, dinamis, dan dorongan prestasi

kuat, sedangkan dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat

timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses

belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap


47

pembuktian “ perwujudan diri “ yang diakui oleh dosen dan

teman-temannya. Semakin sering berhasil menyelesaikan tugas,

di kelas maka semakin besar pula memperoleh pengakuan dari

teman-teman dan selanjutnya rasa percaya dirinya semakin kuat.

b). Faktor eksternal

Selain karakteristik taruna atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor

eksternal juga dapat mempengaruhi proses belajar taruna dalam hal ini,

Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor-faktor eksternal yang

mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu

faktor lingkungan sosial dan nonsosial.

1) Lingkungan sosial

Lingkungan sosial sekolah, seperti dosen, karyawan, dan

teman-teman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar seorang

taruna. Hubungan harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi

bagi taruna untuk belajar lebih baik di kampus. Perilaku yang

simpatik dari dosen dan karyawan dapat menjadi teladan dan

pendorong bagi taruna dalam belajar.

Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat

tempat tinggal taruna akan mempengaruhi belajar taruna.

Lingkungan sosial masyarakat tidak dirasakan sepenuhnya oleh

taruna dikarenakan menggunakan sistem asrama (boarding school).

Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat

mempengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat


48

orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga,

semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar taruna.

Taruna dalam kesehariannya tidak secara langsung bersinggungan

dengan keluarga dikarenakan menggunakan sistem asrama (boarding

school).

2) Lingkungan non sosial.

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah:

(a) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak

panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau

tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang.

Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi aktivitas belajar taruna. Sebaliknya, bila

kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar taruna

akan terhambat.

(b) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat

digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung

sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olah raga

dan lain sebagainya. Kedua, software seperti kurikulum sekolah,

peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi dan lain

sebagainya.

(c) Faktor materi kuliah. Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan

usia perkembangan taruna begitu juga dengan metode mengajar

dosen, disesuaikan dengan kondisi perkembangan taruna.


49

Karena itu, agar dosen dapat memberikan kontribusi yang positif

terhadap aktivitas belajar taruna, maka harus menguasai materi

kuliah dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan

sesuai dengan kondisi taruna.

3. Indikator Etos Belajar

Dalam penelitian ini Menurut Slameto (2010), faktor-faktor yang

mempengaruhi etos belajar adalah sebagai berikut:

a). Faktor intrinsik

1). Kesehatan. Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta

bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan adalah

keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap

belajarnya. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah

mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu

mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar,

istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi, dan ibadah.

Secara metabolisme tubuh, kesehatan berpengaruh terhadap sikap

intrinsik seperti keaktifan dalam belajar, tanggung jawab, dan

pantang menyerah dalam menghadapi kesulitan belajar. Jika tingkat

kesehatan tinggi, maka etos belajar taruna pun baik, sebaliknya jika

tingkat kesehatan taruna rendah, maka etos belajar taruna menjadi

rendah. Hal ini terlihat pada sikap belajar taruna seperti: sikap aktif,

bertanggung jawab, dan pantang menyerah yang akan

mempengaruhi etos belajarnya.


50

2). Perhatian. Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang

dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju pada suatu objek atau

sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil yang baik, maka

taruna harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang

dipelajarinya. Bruner memilah menjadi 3 (tiga) cara agar perhatian

di kelas menjadi baik yaitu: (a) kontrol pikiran, melalui fokus hal

yang diperlukan, hilangkan segala yang mengganggu, motivasi

kepada diri sendiri, dan bertanya tentang materi kuliah kepada dosen,

(b) merubah kebiasaan, melalui persiapan yang cukup sebelum

masuk kelas, carilah lingkungan yang baik, berpartisipasi dalam

kelas, buatlah catatan materi di kelas, dan (c) menjaga kondisi tubuh,

melalui pola makan dan minum yang baik, istirahat cukup, latihan

terus menerus untuk memperhatikan. Semakin tinggi perhatian

taruna terhadap materi kuliah, maka semakin baik kemampuan

belajarnya sehingga kapabilitas lulusan semakin tinggi.

3). Minat. Minat adalah dorongan atau keinginan dalam diri seseorang

pada objek tertentu, yang diawali oleh perasaan senang dan sikap

positif. Minat dapat berubah tergantung pada kebutuhan fisik, sosial,

emosi, dan pengalaman, karena minat bukan bawaan dari lahir.

Semakin tinggi minat taruna dalam belajar, maka semakin baik hasil

belajarnya yang akan mempengaruhi kapabilitas lulusannya kelak.

4). Bakat. Menurut Higard adalah kemampuan untuk belajar.

Kemampuan itu baru terealisasi menjadi kecakapan yang nyata


51

sesudah belajar atau berlatih. Bakat itu mempengaruhi belajar, jika

bahan kuliah yang dipelajari sesuai dengan bakatnya, maka hasil

belajarnya lebih baik karena senang belajar, sehingga akan

mempengaruhi kapabilitas.

b). Faktor Ektrinsik

1). Alat dan Metode pelajaran. Alat dan metode pelajaran erat

hubungannya dengan cara belajar taruna, karena alat pelajaran yang

dipakai oleh dosen pada waktu mengajar dipakai pula oleh taruna

untuk menerima bahan yang diajarkan. Alat pelajaran yang lengkap

dan metode pembelajaran yang tepat akan meningkatkan kualitas

penerimaan materi kuliah, sehingga capaian pembelajaran dapat

diraih dan kapabiltas lulusannya menjadi baik.

2). Kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur

yang datang dari luar diri taruna. Lingkungan taruna, sebagaimana

juga lingkungan individu pada umumnya, ada tiga, yaitu

lingkungan keluarga, kampus, dan masyarakat. Dosen harus

berusaha mengelola kelas, menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan, menampilkan diri secara menarik, dalam rangka

membantu taruna termotivasi dalam belajar. Semakin kondusif

lingkungan belajarnya, maka semakin baik hasil pembelajaran yang

diperolehnya.
52

Etos belajar yang tinggi akan mendorong keingintahuan yang

semakin tinggi pula sehingga peluang untuk maju dan

berkapabilitas tinggi akan mudah diraih.

Penelitian berikutnya mengelompokan Indikator Etos Belajar dari

dimensi yang telah dikemukakan oleh Slameto (2010). Hubungan antara

variabel dan dimensi yang membentuknya tertuang dalam model:

X8

X9
Etos Belajar
X10

X11

X12
Gambar 2.4. Indikator Inspirasi dari Etos Belajar (Sumber : Slameto
(2010), dikembangkan untuk penelitian ini).

Keterangan :

X8 : Kesehatan

X9 : Perhatian

X10 : Minat dan Bakat

X11: Alat dan Metode Pengajaran

X12: Kondisi Lingkungan


53

D. Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi

1. Definisi Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi.

Karakteristik adalah sesuatu yang khas atau mencolok dari seseorang

ataupun sesuatu hal, sedangkan tempat adalah ruang yang digunakan untuk

melakukan sesuatu. Praktik kerja profesi adalah kegiatan taruna yang

dilakukan di masyarakat maupun di perusahaan atau instansi untuk

mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dan melihat relevansinya di

masyarakat maupun melalui jalur pengembangan diri dengan mendalami

bidang ilmu tertentu dan aplikasinya.

Global business trends are dramatically changing the settled


ways of organizing and working (Hernaus & Mikulić , 2014).
This study explored whether practical work is associated with
substantive gains in conceptual understanding, namely the
facts, laws and theories of science (Martindill&Wilson,2015).
Here we begin to see something of the range of views of and
strategies for student engagement in Higher Education
(Alsford, 2012).

Salah satu upaya peningkatan sumber daya manusia khususnya

dalam pendidikan tinggi adalah dengan melalui program Praktik Kerja

Profesi (PKP) yang merupakan sarana penting bagi pengembangan diri

serta kemandirian bagi lulusannya. Sebagai bahan evaluasi di bidang

akademik, khususnya untuk meningkatkan mutu pendidikan sehingga

didapat suatu keselarasan antara teori-teori yang diberikan dalam

kurikulum dalam kenyataan yang ada di lapangan kerja serta sarana untuk

menjalin hubungan erat antara kampus dengan instansi tempat praktik

kerja profesi.
54

Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi mempunyai arti bahwa

ciri-ciri khas suatu tempat pelaksanaan praktik taruna dalam

mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dan melihat relevansinya di

masyarakat di dunia usaha/dunia industri.

2. Aspek karakteristik tempat Praktik Kerja Profesi

Sugiyono (2012) menjelaskan unsur-unsur manajemen meliputi man

(tenaga SDM), methods (cara), materials (bahan), money (biaya),

machines (alat), dan Market (pasar).

“Kwo (2015) The limited effects of the conventional practicum


call for reconceptualization and reforms. Mentor and student-
teacher collaboration involves an asymmetry, in terms of
status, power and experience” (Cajkler and Wood, 2016).
“The strategy may have an important affective role, namely in
stimulating an enthusiasm for science” (Martindill & Wilson,
2015).
“A number of literatures exist in respect of the need for the
training and relevance of real estate education” (Oladokun,
2015).
Aspek kerja profesi yang menentukan keberhasilannya

antara lain adalah: efektivitas pelaksanaan Praktik Kerja

Profesi, pemahaman taruna terhadap dunia kerja, sikap

profesional taruna, dan keterampilan taruna dalam

melaksanakan Praktik Kerja Profesi.

a. Efektivitas pelaksanaan Praktik Kerja Profesi

Efektivitas berkaitan dengan ketercapaian tujuan, dalam hal ini

adalah tujuan yang diharapkan dengan pelaksanaan Praktik Kerja

Profesi dikatakan efektif jika dapat mencapai tujuan yang telah


55

dicanangkan dalam kurikulum. Adapun tujuan Praktik Kerja Profesi

adalah:

1) Memberikan pemahaman taruna terhadap aplikasi dunia kerja secara

nyata.

Untuk dapat terjun ke dunia kerja setelah lulus kuliah, setiap taruna

harus memiliki kesiapan dalam menghadapi keprofesionalan

pekerjaannya yang sesuai dengan bidang yang digelutinya. Banyak

sekali hal yang menjadi hambatan bagi seseorang yang belum

mengalami pengalaman kerja untuk terjun ke dunia pekerjaan,

seperti halnya ilmu pengetahuan yang diperoleh di kampus bersifat

statis (pada kenyataannya masih kurang adaptif atau kaku terhadap

kegiatan kegiatan dalam dunia kerja yang nyata), teori yang

diperoleh belum tentu sama dengan praktik kerja di lapangan, dan

keterbatasan waktu dan ruang yang mengakibatkan ilmu

pengetahuan yang diperoleh masih terbatas.

2) Meningkatkan keterampilan profesi taruna yang telah diperoleh di

kampus.

Praktik kerja profesi membantu menciptakan tenaga kerja yang

menguasai, terampil dan ahli karena industri suatu bangsa sangat

ditentukan oleh kualitas tenaga terampil yang terlibat langsung

dalam proses produksi dan yang mempunyai nilai ekonomis, sesuai

dengan kebutuhan pasar dengan education labor coefficient tinggi.


56

3) Menumbuhkan dan menambah kesadaran sikap profesional taruna

sebagai calon tenaga kerja professional.

Kehidupan modern seperti sekarang ini, kualitas kerja menjadi

prioritas sehingga keprofesionalan sangat dibutuhkan. Hanya orang-

orang dengan sikap dan kemampuan tertentu yang mampu bertahan.

Sementara pekerja yang tak bisa bersikap profesional harus siap

tersisih.

4) Melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan profesinya.

Profesi adalah pekerjaan atau bidang pekerjaan yang

menuntut pendidikan keahlian intelektual tingkat tinggi dan

tanggung jawab etis yang mandiri dalam praktiknya. Profesi

harus memiliki keahlian khusus. Keahlian itu tidak dimiliki oleh

profesi lain. Artinya, profesi itu pasti ditandai oleh adanya suatu

keahlian yang khusus untuk profesi itu. Keahlian itu diperoleh

dengan mempelajarinya secara khusus.

Untuk mencapai tujuan ini dipengaruhi oleh faktor intern yang

berasal dari diri taruna dan faktor ekstern yang ada di luar diri taruna.

Faktor yang berasal dari dalam diri taruna antara lain intelegensi, bakat,

minat, sikap dan sebagainya sedangkan yang berasal dari luar diri

taruna adalah dukungan tempat Praktik Kerja Profesi, dosen

pembimbing, pembimbing di lapangan, karyawan di tempat Praktik

Kerja Profesi, lingkungan kerja di tempat Praktik Kerja Profesi teman

sesama Praktik Kerja Profesi dan sebagainya.


57

b. Tempat Praktik Kerja Profesi sebagai unsur organisasi.

Tempat Praktik Kerja Profesi diartikan sebagai gambaran tentang

orang-orang yang bekerja, sebagai kelompok kerja yang antara lain

terdiri dari eksekutif bisnis, pejabat, pegawai kantor, guru, pengacara,

wartawan, dokter, ilmuwan, teknisi, petani, nelayan, mekanik, dan ahli

keselamatan. Pekerjaan mempunyai hubungan dengan kesatuan tugas-

tugas yang dilakukan dalam suatu kehidupan bersama lepas dari

organisasi kerja yang spesifik.

Informasi mengenai dunia kerja yang harus difahami oleh taruna

khususnya yang sedang melaksanakan Praktik Kerja Profesi adalah: (1)

jenis-jenis pekerjaan yang ada di lingkungannya, (2) jenis-jenis

pekerjaan yang dapat dimasuki oleh lulusan, (3) keuntungan-

keuntungan yang akan diperoleh dari setiap pekerjaan, (4) pengetahuan,

kecakapan, dan keterampilan yang diperlukan untuk setiap pekerjaan,

(5) kondisi dan masa depan dalam suatu pekerjaan, dan (6) syarat

khusus suatu pekerjaan.

Taruna yang akan melaksanakan Praktik Kerja Profesi akan lebih

memahami tempat kerja sebagai suatu organisasi yang meliputi unsur-

unsur manajemen sebagai bagian yang dibutuhkan dalam

pelaksanaannya. Adapun unsur-unsur manajemen tersebut antara lain:

(1) Man (manusia). Dalam manajemen faktor manusia adalah yang

paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan yang


58

melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada

proses kerja, sebab pada dasarnya adalah sebagai makhluk kerja.

(2) Materials (bahan). Materi terdiri dari barang setengah jadi (raw

material) dan bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang

lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat

menggunakan bahan atau materi sebagai suatu sarana, sebab materi dan

manusia tidak dapat dipisahkan tanpa materi tidak akan tercapai hasil

yang dikehendaki.

(3) Methods (metode). Dalam pelaksanaan kerja diperlukan metode

kerja. Suatu tata cara kerja yang baik akan memperlancar jalannya

pekerjaan. Sebuah metode dapat dinyatakan sebagai penetapan cara

pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai

pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang

tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu

diingat bahwa metode baik namun orang yang melaksanakan tidak

berpengalaman, maka hasilnya tidak akan memuaskan.

(4) Market (pasar) dan money (uang).

Penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi

merupakan faktor menentukan dalam perusahaan. Langkah yang

dilakukan agar dapat menguasai pasar, kualitas dan harga barang harus

sesuai dengan selera dan daya beli konsumen.

(5) Money (uang). Biaya diperlukan untuk operasional suatu organisasi

baik rutin maupun temporer demi berlangsungnya suatu kegiatan


59

organisasi. Tanpa biaya yang memadai sebuah kegiatan organisasi tidak

akan terlaksana dengan baik seperti halnya di tempat praktik kerja

profesi.

(6) Machine (alat). Semua unsur pekerjaan membutuhkan alat yang

tepat dan sesuai peruntukannya. Demikian halnya di tempat praktik

kerja profesi alat-alat praktik sangat dibutuhkan dalam menyelesaikan

tugas-tugas ringan maupun berat agar tercapai hasil pekerjaan yang

maksimal tanpa adanya unsur kesalahan yang berarti.

c. Sikap Profesional

Profesional merupakan penampilan dalam menjalankan jabatan

sesuai dengan tuntutan profesi. Orang yang mempunyai kemampuan

sesuai dengan tuntutan profesi. Jabatan profesional berbeda dengan non

profesional, perbedaannya adalah dalam penyelesaian pendidikan

melalui kurikulum, yaitu ada yang diatur universitas atau melalui

pengalaman praktik dan pemagangan atau campuran pemagangan dan

kuliah.

Jabatan profesional pendidikan melalui perguruan tinggi,

sedangkan jabatan non profesional pendidikan melalui pengalaman

praktik dan pemagangan.atau campuran pemagangan dan kuliah

diperuntukkan bagi jabatan yang non profesional. Sikap profesional ini

meliputi kompetensi profesional, personal dan sosial. Kompetensi

profesional menunjukkan penguasaan pengetahuan yang luas, sikap


60

profesional dan keterampilan yang sesuai dengan yang dibutuhkan

dalam dunia kerja.

d. Keterampilan

Menurut Nadler keterampilan merupakan kegiatan yang

memerlukan praktik atau dapat diartikan sebagai implikasi

(konsekuensi) atau akibat langsung dari aktivitas. Keterampilan

merupakan tindak lanjut dari pemahaman dan sikap, sampai batas

tertentu orang dapat memahami dan melakukan pekerjaan tersebut.

Kriteria orang yang terampil antara lain: segera melaksanakan

pekerjaan, melaksanakan pekerjaan dengan teliti, sopan dan ramah

dengan pihak lain, selalu mencari informasi yang berhubungan dengan

pekerjaan, berlatih diri. Pada umumnya keterampilan taruna akan

meningkat jika diberi kesempatan untuk berlatih.

Praktik Kerja Profesi akan dikatakan berhasil jika taruna

mengalami peningkatan dalam pemahaman terhadap dunia kerja,

keterampilan, dan kesadaran sikap profesional. Persiapan yang harus

dimiliki oleh taruna sebelum melaksanakan praktik kerja profesi

meliputi: menguasai materi dasar jurusan, belajar interaksi dengan

orang lain secara sopan, bertanya pada saat yang tepat, menghargai

atasan, tanggap terhadap pekerjaan, rajin dalam kehadirannya, dan

tertib dalam melaporkan pekerjaannya.


61

e. Indikator Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi

Pengukuran Praktik Kerja Profesi ditinjau pada:

1. Memiliki tenaga terampil (man) di bidang teknis keselamatan

transportasi sesuai disiplin ilmu program studi

2. Memiliki material (materials) di bidang teknis keselamatan transportasi

sesuai disiplin ilmu program studi

3. Memiliki alat (machine) dan ilmu atau cara (methods) di bidang teknis

keselamatan transportasi sesuai disiplin ilmu program studi. Ilmu

keahlian untuk menyelesaikan pekerjaan dengan alat yang benar dan

tepat.

4. Memiliki pasar (market) dan biaya (money) sebagai pengguna tetap

produk layanan di bidang teknis keselamatan transportasi sesuai disiplin

ilmu program studi dan kebutuhan operasional tempat Praktik Kerja

Profesi.

Berdasarkan beberapa kajian teori di atas disimpulkan bahwa

karakteristik tempat Praktik Kerja Profesi adalah ciri-ciri yang khas dari

suatu tempat kerja yang digunakan sebagai praktik dalam rangka

pengalaman belajar dalam wujud relevansi antara teori di kampus dengan

praktik di dunia kerja.

Melalui karakteristik dibidang teknis keselamatan transportasi jalan

yaitu yang meliputi tenaga ahli yang ada, bahan kerja yang digunakan, alat

yang dipakai, ilmu keahlian sebagai cara atau teknis, pengguna layanannya,

dan biaya operasional yang memadai akan diperoleh kemampuan lulusan


62

sebagai ahli keselamatan transportasi jalan yang handal dan mampu

bersaing di dunia kerja secara optimal. Tempat praktik kerja profesi akan

berkontribusi besar terhadap kapabilitas lulusannya ketika semua aspek

tersebut mendukung, semangat belajar Nampak pada keseriusan pada

penyeleseaian masalh praktik, sehingga mampu menambah percaya diri

lulusan serta pola pikir entrepreneurship lulusan secara natural akan

melekat pada diri lulusannya.

Hubungan antara variabel dan dimensi yang membentuknya tertuang

dalam model sebagai berikut :

X13

X14
Karakteristik tempat
X15 Praktik Kerja
X16

Gambar 2.5. Indikator Inspirasi dari Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi.
Sumber : Pott (2002), dikembangkan untuk penelitian ini.
Keterangan :

X13 : Memiliki tenaga ahli yang berkompeten

X14 : Memiliki bahan praktik kerja teknis yang relevan

X15 : Memiliki alat kerja teknis yang memadai

X16: Memiliki biaya operasional dan pasar pengguna


63

E. Kapabilitas Lulusan

1. Definisi Kapabilitas

Amir (2011:86) menjelaskan bahwa kapabilitas ialah kemampuan

mengeksploitasi baik secara sumber daya yang dimiliki dalam diri maupun

organisasi, serta potensi diri untuk menjalankan aktivitas ataupun

serangkaian aktivitas tertentu. Hal tersebut didukung oleh pendapat

Robbin yang mengartikan bahwa kemampuan merupakan sebuah kapasitas

yang dimiliki oleh tap-tiap individu untuk melaksanakan tugasnya,

sehingga diambil kesimpulan bahwa kemampuan merupakan suatu

penilaian atau ukuran dari apa yang dilakukan oleh orang tersebut.

Dari beberapa pendapat mengenai kapabilitas di atas, maka

disimpulkan bahwa kapabilitas merupakan ukuran kemampuan suatu

entitas (departemen, organisasi, orang, sistem) untuk meraih tujuan-

tujuannya, khususnya dalam hubungan dengan tugas secara keseluruhan.

Kapabilitas atau kemampuan adalah berasal dari kata dasar mampu

yang dalam hubungan dengan tugas dan pekerjaan berarti dapat melakukan

tugas, pekerjaan sehingga menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan

yang diharapkan.

Kapabilitas diartikan sebagai potensi untuk menjalankan aktivitas

tertentu atau serangkaian aktivitas. Terkadang istilah “kecakapan”

digunakan untuk merujuk pada kemampuan kita menjalankan aktvitas

fungsional, sementara “kapabilitas” dianggap bagaimana

mengkombinasikan berbagai kecakapan. Amir (2011:88).


64

Uraian di atas menjelaskan bahwa kemampuan merupakan sebuah

kapasitas yang dimiliki oleh tiap-tiap individu untuk melaksanakan

tugasnya, yakni kemampuan merupakan suatu penilaian atau ukuran dari

apa yang dilakukan oleh orang tersebut.

2. Faktor-faktor Pendukung Kapabilitas Lulusan

Menurut Sampurno (2011:50) Kapabilitas saling berkaitan dengan

sumber daya, strategi dan keunggulan kompetitif. Kualitas dan kapasitas

sumber daya organisasi sangat menentukan kapabilitas organisasi. Faktor

pendukung kapabilitas organisasi sendiri berupa sumber daya wujud

(tangible) dan sumberdaya nirwujud (intangible resources) dan sumber

daya manusia (human capital).

Assauri (2013:54) menjelaskan bahwa fondasi yang penting dari

kapabilitas adalah terletak pada keunikan dari keterampilan atau skills dan

knowledge dari karyawan dan pimpinan organisasi, serta keahlian

fungsional.

Menurut Leonard dan Barton dalam Kusumasari (2014:46) ada

empat dimensi yang saling berkaitan sebagai penunjang kapabilitas

organisasi. Pertama, dimensi pengetahuan dan keterampilan. Dimensi ini

merupakan dimensi yang paling sering dikaitkan dengan kemampuan yang

paling sesuai dengan pengembangan organisasi. Kedua, pengetahuan dan

keterampilan yang melekat pada sistem teknis. Ketiga, proses penciptaan

pengetahuan dan kontrol yang dipandu oleh sistem manajerial.


65

Dimensi keempat diwakili oleh nilai-nilai dan norma-norma yang

berkaitan dengan berbagai jenis pengetahuan yang terwujud dan melekat

dengan proses penciptaan dan pengendalian pengetahuan. Gambar

dibawah menunjukan bahwa kapabilitas adalah sistem pengetahuan

interdependen yang saling berhubungan.

Berbasis
System teknis pengetahuan dan
keterampilan System
manajerial

Nilai dan norma

Gambar 2.6. Dimensi Penunjang Kapabilitas Organisasi


3. Indikator Kapabilitas lulusan

Chayati et al (2012) secara khusus, kapabilitas yang perlu dimiliki

oleh lulusan dalam menghadapi era globalisasi dikelompokkan menjadi:

kemahiran berat, ringan, dan kompetitif, dengan uraian :

(a) Kemahiran berat difokuskan pada penguasaan lulusan terhadap

disiplin ilmu yang ditekuninya

Proses pembelajaran di perguruan tinggi lebih menitik beratkan pada

aspek kognitif. Hal ini dapat dilihat pada prestasi mahasiswa yang

ditunjukkan oleh indeks prestasi (IP). Indeks prestasi dibuat

berdasarkan hasil penilaian dari evaluasi dosen terhadap mahasiswa

dalam proses pembelajaran. Kemampuan mahasiswa yang ditunjukkan


66

berdasarkan indeks prestasi seperti inilah yang sering disebut sebagai

kemahiran berat (hard skill).

(b) Kemahiran ringan berkaitan dengan kemampuan kreativitas, inovasi,

penguasaan berbagai bahasa, komunikasi dan analisis.

Kemahiran ringan (soft skill) didefinisikan sebagai keterampilan lunak

(soft) yang digunakan dalam bekerjasama dengan orang lain, atau

dikatakan sebagai interpersonal skills. Kemahiran ringan merupakan

keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain

(interpersonal skills) dan keterampilan mengatur dirinya sendiri

(intrapersonal skills) yang mampu mengembangkan untuk kerja secara

maksimal.

(c) Kemampuan kompetitif berkaitan dengan mendapatkan keputusan

kerja, ketelitian dan bekerja sama dalam tim.

Untuk dapat memenangkan persaingan di dunia kerja, lulusan

perguruan tinggi tidak cukup hanya dibekali dengan kemampuan

akademik tinggi karena lulusan perguruan tinggi yang mampu meraih

Indeks Prestasi (IP) tinggi belum menjadi jaminan akan berhasil di dunia

kerja. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki adalah kemampuan

kompetitif yang berkaitan dengan kemampuan bekerjasama.

Kemampuan untuk bekerjasama tidak dapat diberikan hanya dalam

satu atau dua kali pembelajaran atau satu dua kali pelatihan. Kemampuan

ini harus dilatihkan dan dibiasakan setiap hari. Oleh karena itu institusi

pendidikan tinggi mempunyai peran sentral untuk membentuk kemampuan


67

bekerjasama ini dengan cara memberikan fasilitas bagi pengembangan

kemampuan kerja sama.

Berdasarkan beberapa kajian teori di atas dapat disimpulkan bahwa

kapabilitas adalah kemampuan yang dimiliki yang diartikan sebagai

potensi untuk menjalankan aktivitas tertentu atau serangkaian aktivitas

dengan seluruh sumber daya yang ada melalui pengetahuan, sikap dan

keterampilan secara menyeluruh, sedangkan kapabilitas lulusan adalah

kemampuan untuk menjalankan aktivitas pekerjaan di tempat kerja atau

serangkaian pekerjaan dengan sumber daya yang ada melalui pengetahuan,

sikap kerja dan keterampilan yang telah dimiliki dari dunia pendidikan.

Kapabilitas lulusan yang tinggi akan dipengaruhi oleh proses pengajaran

yang baik, semangat belajar diri taruna yang tinggi, dan percaya diri yang

matang.

Penelitian berikutnya mengelompokan indikator kapabilitas lulusan

dari dimensi yang telah dikemukakan oleh Chayati et al (2012). Hubungan

antara variabel dan dimensi pembentuknya tertuang dalam model berikut:

X17
Kapabilitas lulusan
X18

X19

Gambar 2.7. Indikator inspirasi dari Kapabilitas Lulusan


Sumber : Chayati et al (2012), dikembangkan untuk penelitian ini.
68

Keterangan :

X17 : Kemahiran Berat

X18 : Kemahiran Ringan

X19 : Kemampuan Kompetitif

F. Mindset Entrepreneurship

1. Definisi Mindset Entrepreneurship

a) Mindset

Mindset atau pola pikir menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

adalah bentuk yang menjadi ukuran tetap pikir adalah fondasi seluruh

tindakan seseorang.

Bagaimana seseorang mengambil keputusan, mengapa mengambil

keputusan tertentu dan bukan opsi lain, alasan-alasan apa saja yang

melatar belakangi keputusan kita semua dipengaruhi oleh pola pikir yang

terbentuk dalam pikiran kita.

Pola pikir sangat mempengaruhi tindakan seseorang. Berhasil atau

tidaknya seseorang dalam perjalanan hidupnya sangat dipengaruhi oleh

cara berpikir orang tersebut. Apabila ingin sukses, maka seseorang harus

mampu mengubah pola pikir dan menggunakannya secara maksimal sesuai

dengan tuntutan keadaan atau zaman yang sedang dihadapi. Apabila

seseorang tetap bertahan dengan pola pikir yang lama, maka orang tersebut

hanya akan berada dalam zona nyaman yang ketinggalan zaman serta tidak

mampu berkembang menuruti keadaan zaman yang baru.


69

Pertanyaannya apakah pola pikir itu dapat diubah? Jawabannya

adalah ‘bisa’. Pola pikir seseorang ada karena hasil dari sebuah proses

belajar (learning), atau pola pikir bisa diubah (unlearning), atau dibentuk

ulang (re-learning). Tentunya ini tergantung pada pribadi masing-masing.

Ada yang bisa berubah secara cepat, tetapi ada juga yang bisa berubah

secara perlahan.

b). Entrepreneurship

Hisrich & Peters (2002:10) mengemukakan tentang

entrepreneurship adalah: Entrepreneurship is the process of creating

something new with value by devoting the necessary time and effort,

assuming the accompanying financial, psychic, and social risks, and

receiving the resulting rewards of monetary and personal satisfaction and

independence.

Kewirausahaan dapat diartikan sebagai proses untuk menciptakan

sesuatu yang baru oleh nilai dengan mengabdikan waktu dan usaha yang

diperlukan, adanya asumsi keuangan yang menyertainya, psikis, risiko

sosial, dan mendapatkan penghargaan yang dihasilkan dari kepuasan

pribadi.

Frederick, Kuratko dan Hodgetts (2007:29) lebih lengkap

menambahkan definisi kewirausahaan adalah : Entrepreneurship is a

dynamic process of vision, change and creation. It requires an application

of energy and passion toward the creation and implementation of new

ideas and creative solution. Essential ingredients include the willingness


70

to take calculated risk – in terms of time, equity, or career, the ability to

formulate an effective venture team; the creative skill to marshal needed

resources; the fundamental skill of building a solid business plan; and,

finally, the vision to recognize opportunity where others see chaos,

contradiction, and confusion.

David Mc Clelland menyatakan ada sembilan karakteristik utama

yang terdapat pada diri seorang wirausaha yaitu : dorongan berprestasi,

bekerja keras, memperhatikan kualitas, sangat bertanggung jawab,

berorientasi pada imbalan, optimis, berorientasi pada hasil karya yang

baik, mampu mengorganisasikan, dan berorientasi pada uang.

Meredith juga mengemukakan enam ciri-ciri dan watak

kewirausahaan yaitu: (a) percaya diri wataknya keyakinan, ketidak

tergantungan dan optimis, (b) berorientasi pada tugas dan hasil wataknya

kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan, ketabahan,

tekad yang keras, mempunyai dorongan kuat, enerjik dan inisiatif, (c)

pengambilan resiko wataknya mampu untuk mengambil resiko yang wajar

dan suka tantangan, (d) kepemimpinan wataknya perilaku yang sebagai

pemimpin, bergaul dengan orang lain, menanggapi saran-saran dan kritik,

(e) keorisinilan wataknya inovatif dan kreatif serta fleksibel, dan (f)

berorientasi masa depan wataknya pandangan kedepan, perspektif.

Menurut Sandiago Uno “entrepreneurship itu mindset bukan

profesi tetapi suatu pola pikir”. Seorang entrepreneur dapat berprofesi

sebagai seorang karyawan swasta, PNS, karyawan, regulator, dan


71

sebagainya, namun karakter dan pola pikir tahan banting, tekun, jujur,

kerja keras, tidak mudah putus asa, semangat kerja keras, tidak setengah-

setengah, percaya diri, pantang menyerah, dan banyak terobosan untuk

menyelesaikan masalah. Karyawan yang memiliki pola pikir think outside

the box akan memiliki peluang sukses lebih besar dari pada yang tidak

memilikinya atau tidak berpola pikir entrepreneur.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa mindset

entrepreneurship merupakan pola pikir seseorang terhadap pemahaman

pentingnya suatu kemampuan dalam hal menciptakan kegiatan usaha atau

sesuatu yang baru. Kemampuan menciptakan memerlukan adanya

kreatifitas dan inovasi yang terus menerus untuk menemukan sesuatu yang

berbeda dari yang sudah ada sebelumnya, di mana ada beberapa aspek

yang menyertainya seperti psikis, resiko sosial, masalah keuangan dan

lainnya.

2. Aspek Mindset Entrepreneurship

Karena inti dari Mindset Entrepreneurship berakar dari kegigihan,

ketekunan, dan pantang menyerah. Menurut Mc Graith & Mac Millan

(2000), ada tujuh mindset entrepreneurship yaitu:

a) Action Oriented.

Wirausaha bukanlah seorang yang hanya bergelut dengan

pikiran, merenung atau menguji hipotesis, suka menunda-nunda, wait

and see, atau membiarkan sesuatu (kesempatan) berlalu begitu saja.


72

Prinsip yang mereka anut adalah see and do. Bagi mereka, risiko

bukanlah untuk dihindari, melainkan untuk dihadapi dan ditaklukkan.

b) Fokus pada eksekusi.

Melakukan tindakan dan merealisasikan apa yang dipikirkan

daripada menganalisis ide-ide baru. “Manusia dengan entrepreneurial

mindset mengeksekusi, yaitu melakukan tindakan dan merealisasikan

apa yang dipikirkan daripada menganalisis ide-ide baru sampai mati”.

c) Berpikir simple.

Melihat persoalan dengan jernih dan menyelesaikan masalah

satu demi satu secara bertahap.

d) Senantiasa berkreasi, mencari alternatif dan peluang baru.

Bagi mereka meraih keuntungan dengan menjaring pembeli

tidak hanya dapat dilakukan dengan menjalani bisnis baru atau

menjual produk berbeda, melainkan juga dapat dilakukan dengan

mengembangkan cara-cara penjualan yang inovatif. Mereka selalu

mau belajar hal baru, open-minded dan terbuka terhadap cara-cara

baru.

e) Memiliki integritas dalam mengejar peluang bisnis.

Kewirausahaan memerlukan pola pikir dimana peluang bukan hanya

dicari, melainkan diciptakan dan dibuka. Wirausaha merupakan

tempat investasi dan penuh resiko, maka seorang wirausaha harus

memiliki integritas dan disiplin yang tinggi terhadap apa yang sedang

ia kerjakan dengan tidak menyia-nyiakan peluang yang ada.


73

f) Mengambil peluang yang terbaik, paling potensial dan

menjanjikan.Mereka sangat adaptatif sehingga mampu melakukan

perubahan arah mengikuti peluang yang paling potensial dan terus

mencari cara terbaik untuk mewujudkannya.

g) Pandai bersosialisasi dan membangun jaringan.

Cenderung melibatkan orang lain dalam mewujudkan peluang, baik

dari dalam maupun dari luar organisasi. Mereka menjaga dan

menciptakan relasi hubungan dengan partner daripada bekerja

sendirian.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka disimpulkan

bahwa mindset entrepreneurship adalah pola pikir yang dimiliki

seseorang untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create

new and different) melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk

menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup. Pola pikir

seorang wirausaha tercermin dari lokus kendali internal dengan

kegigihan yang keras, suka tantangan, semangat yang tinggi, dan proses

pendidikan di ruang kelas maupun di tempat praktik kerja profesi.

Penelitian berikutnya mengelompokan Indikator Mindset

Entrepreneurship dari dimensi yang telah dikemukakan oleh Mc Graith &

Mac Millan (2000). Hubungan antara variabel dan dimensi yang

membentuknya tertuang dalam model sebagai berikut:


74

X20
Mindset
X21
Entrepreneurship
X22

X23

Gambar 2.8. Indikator Inspirasi dari Mindset Entrepreneurship


Sumber : Mc Graith & Mac Millan (2000), dikembangkan untuk penelitian ini.
Keterangan :

X20 : Orientasi kerja dan kreatif

X21 : Berfikir simple dan fokus pada eksekusi

X22 : Integritas dan disiplin tingi

X23 : Pandai bersosialisasi, mengambil peluang dan membangun jaringan

G. Penelitian Terdahulu yang Relevan

1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Michael Klebl. (2006)

menunjukkan bahwa pembatasan lingkup pembelajaran, keberhasilan

pelaksanaan IMS disain belajar yang lebih tinggi, membuktikan adanya

kemungkinan untuk mendukung skenario modus belajar teori dan praktik.

Pada penelitian ini pelaksanaan IMS mampu merubah kualitas

pembelajaran dengan modus belajar dalam praktik dan teori untuk hasil

yang lebih tinggi.

2. Menurut Phil (2010) dalam penelitian yang berjudul Andragogical

Methods and Readiness for the Correctional Ged Classroom. (a)


75

educational orientation. (b) andragogical component. (c) recommended in

adult education literature. (d) stablishing the best mood state for learning,

menyatakan bahwa perbaikan dalam etos pendidikan untuk membuat

perbedaan. Hal ini berarti evaluasi tentang semangat memajukan

pendidikan digunakan untuk membuat suatu hasil yang lebih baik dari

hasil sebelumnya, oleh karena itu diperlukan semangat tinggi dari institusi

yang bersangkutan untuk mengelola sebaik-baiknya.

3. Berdasarkan penelitian Mukhadis A. dengan judul pengaruh

pengorganisasian isi prosedural, locus of control, dan bakat berpikir

mekanik terhadap hasil dan transfer belajar di smk kota malang, bahwa :

….. (4) orientasi locus of control internal lebih unggul daripada locus of

control eksternal dalam hasil dan transfer belajar pengenalan pola dan

gabungan pengenalan pola dan urutan tindakan prosedural dalam

kelompok pebelajar yang memiliki bakat berpikir mekanik apapun.

Penelitian ini menunjukkan bahwa keyakinan akan kemampuan diri lebih

menonjol untuk siswa yang berbakat dalam melakukan pekerjaan secara

praktik.

4. Menurut Aaltje D. dan Wayong Ch. dalam penelitiannya yang berjudul

“Relevansi Pendidikan Sistem Ganda (PSG) Pada Sekolah Kejuruan

Dengan Kebutuhan Dunia Kerja”, agar PSG relevan bagi SMK kebutuhan

dunia kerja, maka pihak sekolah perlu : (a) memahami budaya kerja

industri yang dikemas dalam pola pembelajaran, (b) mengenalkan sekolah

dengan program keahlian yang ada pada dunia kerja (industri), (c)
76

melakukan promosi dengan menyebarkan brosur kedunia kerja yang

berisikan kompetensi-kompetensi yang dimiliki taruna, (d) mengundang

industri dan lembaga yang terkait dalam temu wicara untuk menginformasi

program dan sebagai jembatan untuk pelaksanaan prakerin dan rekruitmen.

Penelitian ini menunjukkan persiapan sekolah agar pelaksanaan program

praktik lapangan memiliki relevansi yang tinggi sehingga tercapai tujuan

program tersebut.

5. Berdasarkan penelitian Thomas and day (2014), dengan judul

Sustainability Capabilities, Graduate Capabilities, and Australian

universities. (a) skills in communication and cooperation, and (b) having

commitment to social justice and equity, bahwa kapabilitas perlu

dikembangkan yang akan mengarahkan untuk memasuki dunia kerja dan

keberlanjutan keahlian yang dimiliki. Artinya kemampuan mengelola

kapasitas sangat diperlukan di dunia kerja melalui pengembangan

kapabilitasnya demi tercapainya hasil pekerjaan yang optimal.

6. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Qosja dan Druga (2015)

menunjukkan bahwa : Faktor-faktor yang mempengaruhi jiwa

berwirausaha seseorang yakni motivasi berwirausaha, pengaruh dari orang

tua dan keluarga, sosial dan ekonomi. Artinya jiwa wirausaha banyak

faktor yang mempengaruhinya baik dari internal maupun eksternal.

7. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Aprilianty (2012)

menyatakan bahwa : minat berwirausaha relatif rendah (48,67%), potensi

kepribadian wirausaha memberi pengaruh cukup berarti terhadap minat


77

berwirausaha (27,3%), pengetahuan kewirausahaan berpengaruh berarti

terhadap minat berwirausaha (13,7%), lingkungan keluarga memberi

pengaruh yang berarti terhadap minat berwirausaha (22%). Terdapat

pengaruh secara bersama-sama antara potensi kepribadian wirausaha,

pengetahuan kewirausahaan, dan lingkungan keluarga sebesar 42,2 persen

terhadap. Hal ini berarti minat berwirausaha memiliki faktor penentu

diantaranya potensi kepribadian wirausaha, pengetahuan kewirausahaan,

dan lingkungan keluarga.

8. Siswanto Budi T. (2011) dalam penelitiannya yang berjudul

“Pengembangan Model Penyelenggaraan Work-Based Learning pada

Pendidikan Vokasi Diploma III Otomotif”.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) model WBL Rolling

Terpadu cocok digunakan dalam penyelenggaraan program work-based

learning Diploma III Otomotif untuk meningkatkan kualitas hasil belajar;

(2) luaran (output) dari model WBL Rolling Terpadu yaitu: pengetahuan

mekanik otomotif, sikap profesional, kesiapan mental kerja, dan

kemandirian mahasiswa pada kelas model lebih tinggi secara signifikan

dibanding kelas konvensional; (3) respon pengelola program dan

manajemen perusahaan terhadap model penyelenggaraan WBL Rolling

Terpadu dalam kategori tinggi, baik dalam konsep work-based learning,

penerapan dalam teknis penyelenggaraan, maupun persepsi mereka

tentang WBL, dan (4) dengan analisis regresi ganda, faktor-faktor

determinasi yang mempengaruhi kualitas hasil belajar WBL adalah:


78

kinerja manajemen pengelola, budaya organisasi mahasiswa, dan kualitas

pembelajaran WBL.

WBL Rolling Terpadu dapat dikembangkan sebagai alternatif

penyelenggaraan program praktik pengalaman industri pada Diploma III

Otomotif. Berdasarkan penelitian tersebut dijelaskan bahwa hubungan

pembelajaran berbasis kerja atau praktik kerja lapangan memiliki banyak

unsur manfaat diantaranya peningkatan kualitas, sikap professional yang

tinggi, kesiapan mental, dan respon pengguna lulusan tinggi yang diiringi

oleh tempat praktik yang relevan dan sesuai karakter keilmuan program

studi.

9. S. Bayu Wahyono (2014) dalam penelitiannya, “Etos Belajar Siswa

Sekolah Di Daerah Pinggiran”, bahwa etos belajar siswa Sekolah

Menengah Atas/Kejuruan (SMA/SMK) di daerah pinggiran ternyata

masih dalam kategori sedang cenderung rendah. Indikatornya adalah

bahwa dikalangan siswa sekolah pinggiran ditandai rendahnya minat

baca, kurang menyukai tantangan atau rendahnya watak kompetitif,

rendahnya kemandirian, tanggung jawab belajar yang tidak tinggi.

Letak teritorial cenderung memiliki hubungan signifikan terhadap

rendahnya etos belajar siswa di sekolah pinggiran dan terdapat hubungan

yang tidak linier antara persepsi positif terhadap belajar dengan praksis

belajar di kalangan siswa sekolah pinggiran.

10. Kapabilitas. Subramain D. (2013) dalam penelitiannya “Bringing Sen’s

capability approach to work and human resource practices”. Isu khusus


79

pendekatan kemampuan sebagai tolok ukur untuk menilai kebijakan

perusahaan dari perspektif gabungan pembangunan ekonomi dan

pembangunan manusia. Penelitian ini menjelaskan bagaimana perusahaan

berkontribusi dalam pengembangan kemampuan manusia yang

berkelanjutan di tempat kerja, artinya selain tanggung jawab perguruan

tinggi yang meluluskan, pengembangan kemampuan menjadi tanggung

jawab pihak pengguna lulusannya. Penelitian ini mnjelaskan bahwa

diperlukan kapabilitas dalam membekali lulusan agar memiliki spesifikasi

keterampilan yang dibutuhkan oleh dunia kerja dalam memecahkan

permasalahan pekerjaan yang membutuhkan kemampuan khusus.

11. Lokus Kendali. Klein J. dan Wasserstein M. (2016) dalam penelitiannya

yang berjudul “Predictive validity of the locus of control test in

selection of school administrators” Penelitian ini menguji hipotesis

bahwa pengalaman hidup dapat mengubah orientasi lokus kontrol.

(Literatur menganggap manajer sukses sebagai lokus kontrol internal,

menandakan bahwa mereka merasakan keberhasilan atau kegagalan

sebagai konsekuensi tindakan mereka sendiri.) Subjek adalah 112 kepala

sekolah negeri Israel yang memiliki otonomi terbatas, dalam sistem

terpusat. Total dari 39 diberi peringkat oleh atasan sebagai sangat sukses,

43 cukup sukses, dan 30 tidak berhasil.

Subyek diuji untuk lokus sifat kontrol dasar dan terkait pekerjaan.

Prinsipal yang berhasil memiliki orientasi dasar terhadap lokus kontrol

internal. Sehubungan dengan pekerjaan, bagaimanapun, mereka


80

cenderung lebih ke arah lokus kontrol eksternal daripada rekan yang

kurang sukses. Penulis menyimpulkan bahwa tes lokus kendali harus

dilengkapi dengan investigasi pengalaman sebelumnya dan terkini, dan

implikasi praktis.

12. Modus. Martindill D. dan Wilson E. dalam penelitiannya “Rhetoric or

reality? A case study into how, if at all, practical work supports learning

in the classroom”.

Data menunjukkan tiga alasan mengapa kerja praktik mendukung

pembelajaran siswa. Pertama, konsep belajar melalui kerja praktik

mendukung visualisasi konsep abstrak dan memberi stimulus untuk

mengingat kembali fakta-fakta kunci di kemudian hari. Kedua,

memberikan kesempatan tersendiri bagi siswa untuk bekerja sama, dengan

pihak yang terkait. Ketiga, atmosfir kelas yang kaya variasi langsung

dirasakan akibat tugas pembelajaran praktik, pembelajaran semi otonom

dan penemuan diri, memotivasi siswa secara intrinsik. Penelitian ini,

menanggapi kritik kerja praktik telah diterima, menyoroti strategi

mekanisme pendukung pembelajaran di kelas. Selain itu, bahwa cara

belajar kerja praktik perlu direncanakan secara efektif untuk

memaksimalkan capaian belajar oleh taruna.


81

H. Kerangka Berfikir

1. Pengaruh Modus Belajar di Kelas terhadap Kapabilitas Lulusan.

Modus belajar di kelas yang dilakukan antara dosen dan taruna

dalam suatu proses belajar mengajar secara langsung dapat mempengaruhi

kapabilitas lulusan karena semakin berkualitas modus belajar yang

dilakukan, maka semakin tinggi pula kapabilitas yang dicapai oleh lulusan.

2. Pengaruh Tipe Lokus Kendali terhadap Kapabilitas Lulusan.

Tipe lokus kendali berpengaruh langsung kepada taruna dalam

proses belajar mengajar untuk melakukan modus belajar di kelas, di

tempat Praktik Kerja Profesi maupun di laboratorium sebagai kegiatan

proses belajar mengajar mata kuliah praktik.

Kontribusi penting dari tipe lokus kendali dapat dipilah menjadi dua

bagian besar yaitu pertama, kontribusi terkait substansi lokus kendali

internal dan lokus kendali eksternal yang sebaiknya berimbang, dan

kontribusi yang terkait dengan pola pikir dan kualifikasi softskill yang

diperoleh di luar kelas misalnya dalam pergaulan dengan teman, senior

dan dosen, serta pengalaman organisasi dan belajar di lapangan menjadi

penting untuk dipertimbangkan terkait dengan menghubungkan antara tipe

lokus kendali yang dimiliki yang didukung oleh kemampuan para lulusan

dalam bekerja.

3. Pengaruh Etos Belajar terhadap Kapabilitas Lulusan.

Etos belajar dianggap relevan dengan kapabilitas lulusan sebagai

tools untuk mendukung kemampuan meraih prestasi belajar, hasil belajar


82

yang memuaskan dan kapabilitas lulusan ditunjukkan melalui meliputi

semangat berbagai mata kuliah yang merupakan bekal penguasaan ilmu

sebagai alat (tools) dalam mendukung kapabilitas dan keahlian yang

dimiliki oleh para lulusan. Mata kuliah yang dikategorikan memiliki

relevansi adalah mata kuliah yang dapat diaplikasikan secara langsung di

dunia kerja.

4. Pengaruh Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi terhadap

Kapabilitas Lulusan.

Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi merupakan aset penting

bagi upaya mengembangkan keterampilan komunikasi dan kerja dalam

kelompok. Pentingnya karakteristik tempat Praktik Kerja Profesi nampak

masih perlu ditingkatkan di kalangan manajemen dan program studi

taruna, sebab tempat Praktik Kerja Profesi yang mencirikan profesi

lulusan sangat berpengaruh terhadap kapabilitas lulusannya kelak. PKTJ

melalui Praktik Kerja Profesi telah membekalinya dengan pola pikir yang

sesuai dengan pola kerja profesi yang sangat diperlukan di dunia kerja

sebagai upaya menyesuaikan diri dengan lingkungan.

5. Pengaruh Modus Belajar di Kelas terhadap Mindset Entrepreneurship

Lulusan PKTJ.

Modus belajar di kelas yang diberikan kepada taruna dalam upaya

mengatasi ketidakpastian (uncertaintly) merupakan kunci untuk bertahan

di dunia kerja. Pengetahuan yang spesifik memiliki kecenderungan cepat

menjadi usang (obsolete), di sisi lain keterampilan umum yang bisa


83

digunakan untuk mengatasi masalah dalam konteks professional dan

ketidakpastian pasar kerja harus menjadi dasar sistem belajar mengajar di

pendidikan tinggi.

Oleh karena itu modus belajar di kelas perlu dilakukan untuk

mendukung proses belajar mengajar yang dilakukan di kelas untuk

berfikir orientasi kerja melalui mindset entrepreneurship sehingga

lulusan dikuatkan untuk menyongsong ketidakpastian dunia kerja.

6. Pengaruh Tipe Lokus Kendali terhadap Mindset Entrepreneurship.

Bergesernya anggapan bahwa pendidikan tinggi mempersiapkan

seseorang untuk bekerja menjadi mempersiapkan seseorang untuk hidup

lebih baik, karena kompetensi yang dibutuhkan untuk bekerja saat ini

begitu luas dan kompleks sehingga mempunyai hubungan langsung

dengan kebutuhan untuk kehidupan itu sendiri. Persyaratan kerja yang

baru tampak semakin universal sehingga secara langsung ataupun tidak

langsung memberikan kesempatan para lulusan untuk berperan sebagai

entrepreneur. Lokus kendali internal maupun eksternal yang seimbang

akan memperkuat mindset entrepreneurship lulusan.

7. Pengaruh Etos Belajar terhadap Mindset Entrepreneurship.

Etos untuk belajar sepanjang hidup; memiliki sensitifitas sosial dan

keterampilan komunikasi; mampu bekerja dalam kelompok bertanggung

jawab; menyiapkan diri untuk menghadapi kompetisi internasional;

memiliki pengetahuan di luar wilayah spesifik keahliannya; mengerti

bagaimana cara mengkombinasikan berbagai disiplin; dan kreatif akan


84

berpengaruh positif terhadap mindset entrepreneurship lulusan.

Kesuksesan lulusan secara horisontal dalam arti hubungan yang erat

antara bidang studi dan jenis pekerjaan atau tingginya utilisasi

pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan.

8. Pengaruh Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi terhadap Mindset

Entrepreneurship.

Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi memberikan manfaat

yang meliputi sekumpulan pencapaian (achievement) yaitu keterampilan,

pemahaman, dan atribut personal yang lebih memungkinan lulusan untuk

memperoleh pekerjaan dan sukses dalam pilihan kerjanya serta memberi

keuntungan bagi diri sendiri, tenaga kerja, masyarakat, dan ekonomi

secara keseluruhan.

Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi akan memberikan

pengaruh positif kepada taruna agar mendapat lebih banyak praktik di

lapangan dan lebih mengenal kenyataan di lapangan kerja sebagai transisi

memasuki dunia kerja melalui pola pikir kewirausahaannya yang

senantiasa dibutuhkan oleh lulusan ketika memasuki dunia kerja.

9. Pengaruh Kapabilitas Lulusan terhadap Mindset Entrepreneurship

Lulusan.

Seorang lulusan yang memiliki mindset kewirausahaan berusaha

keras dengan segala resiko untuk memajukan diri dipengaruhi oleh

individu yang memiliki kapabiltitas mumpuni, sehingga tidak mudah


85

menyerah bermodalkan kompetensi dan aspek-aspek yang melatar

belakangi kapabilitasnya tersebut.

10. Pengaruh Modus Belajar di Kelas, Tipe Lokus Kendali, Etos Belajar,

Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi terhadap Kapabilitas dan

Mindset Entrepreneurship Lulusan.

Cara belajar taruna di kelas yang baik dan tepat, keyakinan atau

rasa percaya diri individu yang menonjol untuk maju dan beprestasi yang

tinggi, sikap belajar yang konsisten dan kompetitif, kesesuaian tempat

Praktik Kerja Profesi yang digunakan untuk praktik taruna dengan

disiplin ilmu program studi masing-masing sesuai muatan kurukulum

cenderung mempengaruhi kapabilitas dan mindset entrepreneurship

lulusan.

Faktor tersebut dikarenakan oleh pengaruh dari seluruh sistem

yang terdapat dalam proses pembelajaran yang ada di kampus dan

disebabkan oleh faktor internal pribadi taruna sendiri yang merupakan

aspek potensial dalam mendukung kapabilitas dan mindset

entrepreneurship tersebut sehingga kemampuan lulusannya dan pola

pikir yang dimilikinya seperti halnya seorang entrepreneuer yang handal

dapat tercapai.

Berikut skema kerangka berfikir yang merupakan paradigma saling

mempengaruhi antara variabel-variabel bebas yang ada dalam penelitian

ini terhadap variabel–variabel terikatnya.


86

Modus Belajar
di Kelas

Tipe Lokus
Kendali
Kapabilitas Mindset
Lulusan Entrepreneurship
Lulusan

Etos Belajar

Karakteristik
Tempat Praktik
Kerja Profesi

Gambar 2.9. Skema Kerangka Berfikir.

Keterangan :

Garis pengaruh :
87

1 X1 x1.1

2 X2 x2.1
x3.1 Modus 1
3 X3 Pembelajaran
x4.1 (1) 1
4 X4 x5.1
y1.1 Y1 1
2 Kapabilitas y2.1
5 X5 Lulusan Y2 2
(1)
3 y3.1
x6.2 Y3 3
6 X6 Tipe Lokus
Kendali
x7.2 (2)
7 X7 4

x8.3
1
8 X8
5
9 X9 x9.3
Etos Belajar
x10.3 (3) y4.2 Y4 4
10 X10
x11.3 6
y5.2 Y5 5
11 X11
Midset y6.2
7 Enterpreunership Y6 6
(2) y7.2
12 X12 x12.4
y8.2 Y7 7
13 x13.4 8
X13
Karakteristik Y8 8
x14.4 (4) 2
14 X14
x15.4
15 X15

Gambar 2.10. Kerangka Matematis Model Analisis SEM (Structural Equation


Modelling).
88

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan exploratory research dan descriptive

research. Isi esensi dalam uraian rancangan penelitian adalah paparan tentang

rancangan yang dipilih sesuai dengan pendekatan penelitian yang digunakan

(Mukhadis, 2014:218). Dalam penelitian ini, digunakan pendekatan kuantitatif

dengan metode survei. dengan menggunakan angket sebagai alat pengumpul

datanya. It is concerned with the present and attempts to determine the

status of the phenomena under investigation (Y.K Singh, 2012:101).

Metode survei adalah upaya untuk menentukan status fenomena yang

sedang diselidiki. Pendekatan kuantitatif adalah metode penelitian secara

kuantitatif yang dapat diartikan sebagai metode penelitian berlandaskan pada

filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel

tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,

pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat

kuantitatif/ statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah

ditetapkan (Sugiyono, 2013a:14).

Variabel-variabel yang terlibat adalah variabel modus belajar di kelas,

tipe lokus kendali, etos belajar, karakteristik tempat praktik kerja profesi,

kapabilitas lulusan, dan mindset entrepreneurship. Adapun sifat hubungan


89

antara variabel-variabel tersebut adalah variabel-variabel bebas berpengaruh

langsung dan tidak langsung terhadap variabel-variabel terikat.

B. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk ditarik kesimpulannya. Berdasarkan

pengertian di atas maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh taruna

PKTJ, program studi Diploma IV TKO sebanyak 109 taruna, Diploma III

PKB sebanyak 182 taruna dan Diploma IV MKTJ sebanyak 225 taruna

dengan jumlah total taruna sebanyak 516 orang.

2. Sampel Penelitian
Sampel merupakan bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 2010:118). Populasi pada penelitian ini berjumlah 516

taruna dari seluruh taruna di PKTJ. Penelitian ini tidak dilakukan secara

penuh kepada seluruh populasi dalam penelitian, namun diteliti

berdasarkan jumlah sampel yang digunakan.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

proportional random sampling dengan anggapan populasi taruna dianggap

homogen. Sampel yang diambil untuk jumlah populasi 516 taruna

sebanyak 230 orang taruna diutamakan bagi yang sudah melaksanakan

praktik kerja profesi untuk penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu
90

yang dikembangkan rumus 10 kali jumlah variabel parametriknya

sebanyak 23 variabel.

C. Instrumen Penelitian
Pengembangan instrumen menjadi penting bila dikaitkan dengan upaya

untuk menghasilkan suatu alat ukur dalam proses pengumpulan data yang

berkualitas (Mukhadis, 2013:261). Instrumen penelitian adalah segala sesuatu

yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2013a:60).

Instrumen adalah alat pada waktu peneliti menggunakan sesuatu metode

(Arikunto, 1998:137). Terdapat dua instrumen yang akan dipakai dalam

penelitian ini yaitu instrumen pengumpulan data serta instrumen validasi dan

verifikasi ahli. Instrumen untuk pengumpulan data yang digunakan adalah

angket atau kuesioner.

Arikunto (1998:140) mengungkapkan bahwa “kuesioner adalah sejumlah

pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui”.

Validasi dan verifikasi ahli digunakan untuk judgement instrumen angket.

Criterion validity is usually established statistically by showing the

correlation of the instrument with other measures of the construct. Construk

validity Establishing this kind of validity is usually done by gathering data

around the construct and comparing it to the data generated by the

instrument. (Patricia D.M & James B.C 2012:193).


91

Reliability refers to the degree to which repeating the strategies

you use for gathering data will give you the same results. If

instruments cannot gather information in consistent ways, then they are

unreliable (Patricia D.M & James B.C 2012:192).

1. Instrumen Angket Penelitian

Kuesioner merupakan salah satu alternatif bentuk instrumen evaluasi

kelompok bentuk non tes yang paling banyak digunakan, terutama dalam

pelaksanaan evaluasi program. Alternatif bentuk instrumen jenis ini

memiliki beberapa kelebihan khususnya dalam kegiatan dalam

pengumpulan data yang melibatkan jumlah responden yang cukup besar

(Mukhadis, 2013:204).

Tingkat keefektifan dan efisiensi instrumen jenis ini sebagai alat

pengumpul data atau informasi yang banyak dijumpai dalam

penggunaannya adalah sangat tergantung pada tingkat kejelian dan

kecermatan dalam pemilihan dan penggunaan kata, pemilihan dan

penggunaan frase, pemilihan dan penggunaan istilah, atau kalimat yang

sesuai dengan karakteristik dari responden dan karakteristik dari informasi

yang diinginkan (Mukhadis, 2013:204).

Angket pada penelitian ini menggunakan skala Likert yang biasa

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan ataupun persepsi

responden (Sugiyono,2013a:134). Angket ini diberi 4 pilihan jawaban yaitu

untuk pernyataan adalah 4 (sangat sesuai), 3 (sesuai), 2 (tidak sesuai) dan 1

(sangat tidak sesuai). Skala tersebut dijadikan jawaban bagi instrumen


92

pernyataan. Instrumen variabel kapabilitas lulusan menggunakan angket

yang diberikan kepada calon lulusan dengan maksud agar mengetahui

tinggi rendahnya kapabilitas melalui indikator-indikator kemampuan hard

skill, soft skill dan kemampuan kompetitif sebagai pendukung data yang

diperoleh dari tracer study kepada para lulusan yang sudah bekerja dan data

dari pengguna lulusannya.

2. Instrumen Judgement

Angket oleh Ahli Skala yang digunakan pada instrumen ini adalah

rating scale. Skala tersebut memungkinkan data mentah berupa angka yang

ditafsirkan menjadi kategori atau kriteria. Angket untuk responden akan

dinilai oleh ahli bidang konten dan bidang konstruk dengan jawaban

penilaian yg berbeda. Akan diberikan empat jawaban pilihan yaitu, 4

(sangat sesuai). 3 (sesuai), 2 (tidak sesuai) 1 (sangat tidak sesuai).

D. Teknik Pengumpulan data


Setelah kegiatan pengembangan instrumen sesuai dengan variabel yang

dijadikan kajian. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner

atau angket yang dibagikan kepada taruna yang sudah lulus yang dipilih

sebagai sampel. Secara umum teknik pengumpulan data yang sering digunakan

dalam penelitian pendidikan dan pembelajaran dilihat dari jenis instrumennya

(Mukhadis A, 2016). Sumber datanya menggunakan sumber primer dan

skunder, sedangkan setting dilakukan di PKTJ.

Angket pada penelitian ini diberikan kepada taruna untuk mengetahui

pengaruh modus belajar di kelas, tipe lokus kendali, etos belajar, karakteristik
93

tempat praktik kerja profesi, terhadap kapabilitas dan mindset entrepreneurship

lulusan Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan.

Distribusi variabel instrumen, indikator, deskriptor dan butir soal untuk

angket penelitian sebagai berikut ; (a) variabel Modus Belajar di Kelas

memiliki lima indikator, lima deskriptor dan sepuluh butir soal, (b) variabel

Tipe Lokus Kendali memiliki dua indikator, dua deskriptor dan empat butir

soal, (c) variabel Etos Belajar memiliki lima indikator, lima deskriptor dan

sepuluh butir soal, (d) variabel Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi

memiliki empat indikator, empat deskriptor dan delapan butir soal, (e) variabel

Kapabilitas memiliki tiga indikator, tiga deskriptor dan enam butir soal, (f)

variabel Mindset Entrepreneurship memiliki empat indikator, empat deskriptor

dan delapan butir soal.

E. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Sebelum penelitian sesungguhnya dilakukan, instrumen penelitian

diujicoba terlebih dahulu. Uji coba instrumen dilakukan pada sampel peserta

uji coba terbatas dengan sejumlah 30 mahasiswa.

Butir instrumen tes yang berjumlah 52 butir ternyata layak digunakan. Ke

52 butir layak tersebut terdiri dari: (1) instrumen modus belajar dikelas (10

butir layak dari 10 butir), (2) instrumen lokus kendali (10 butir layak dari 10

butir), (3) instrumen etos kerja (10 butir layak dari 10 butir), (4) instrumen

karakteristik tempat Ppraktik kerja profesi (8 butir layak dari 8 butir), (5)

instrumen kapabilitas lulusan PKTJ (6 butir layak dari 6 butir), dan (6)
94

instrumen Mindset Entrepreneurship Lulusan PKTJ (8 butir layak dari 8 butir).

Distribusi instrumen dan jumlah butir untuk uji coba kecocokan model dan

pengambilan data eksperimen dapat di rangkum dalam tabel berikut :

Tabel 3.1. Distribusi Instrumen dan Butir untuk Ujicoba Instrumen

Jumlah Butir Tidak


No Variabel Valid
Indikator Pernyataan Valid
1 Modus Belajar di Kelas
5 10 10 -
(X1)
2. Lokus Kendali (X2) 2 10 10 -
3. Etos Kerja (X3) 5 10 10 -
4. Karakteristik Tempat
4 8 8 -
Praktik Kerja Profesi (X4)
5. Kapabilitas Lulusan (Y1) 3 6 6 -
6. Mindset Entrepreneurship
4 8 8 -
Lulusan (Y2)

Adapun rangkuman hasil analisis data ujicoba instrumen adalah sebagai


berikut :
Tabel 3.2. Distribusi Instrumen dan Butir untuk Ujicoba Instrumen

Tidak Nilai
No Variabel Aspek Valid
Valid Alfa
1 Modus Belajar di Kelas Menanya 1, 2 - 0,756
(X1) Mengumpulkan Informasi 3, 4 -

Percobaan/ Eksperimen 5, 6 -
Menganalisa 7, 8 -
Mengkomunikasikan 9, 10 -

2. Lokus Kendali (X2) Lokus Kendali Internal 1, 2, 0,783


-
3, 4, 5
Lokus Kendali Eksternal 6, 7,
8, 9, -
10
95

Tidak Nilai
No Variabel Aspek Valid
Valid Alfa
3. Etos Kerja (X3) Kesehatan 1, 2 - 0,777
Perhatian 3, 4 -
Minat dan Bakat 5, 6
Alat dan Metode
7, 8 -
Pengajaran
Kondisi Lingkungan 9, 10 -
4. Karakteristik Tempat Memiliki tenaga ahli yang 0,747
1, 2 -
Praktik Kerja Profesi (X4) berkompeten.
Memiliki bahan praktik
kerja teknis yang relevan. 3, 4 -

Memiliki alat kerja teknis


5, 6 -
yang memadai.
Memiliki biaya operasional
7, 8 -
dan pasar pengguna.
5. Kapabilitas Lulusan (Y1) Kemahiran Berat 1, 2 - 0,714
Kemahiran Ringan 3, 4 -
Kemampuan Kompetitif
5, 6 -

6. Mindset Entrepreneurship Orientasi kerja dan kreatif 1, 2 - 0,793


Lulusan (Y2) Berfikir simple dan fokus
3, 4 -
pada eksekusi
Integritas dan disiplin tinggi 5, 6 -
Pandai bersosialisasi,
mengambil peluang dan 7, 8 -
membangun jaringan

F. Analisis data
Analisis data dilakukan untuk menguji pengaruh Modus Belajar di

Kelas, Tipe Lokus Kendali, Etos Belajar, Karakteristik Tempat Praktik Kerja
96

Profesi terhadap Kapabilitas dan Mindset Entrepreneurship Lulusan Politeknik

Keselamatan Transportasi Jalan dengan menggunakan analisis SEM (Structural

Equation Modeling).

Selanjutnya data dan fakta dari angket yang terkumpul akan diuji dengan

teknik analisis data SEM. Tahapan analisis SEM sendiri setidaknya harus

melalui lima tahapan (Latan,2013:42), yaitu: 1. spesifikasi model; 2.

identifikasi model; 3. estimasi model; 4. evaluasi model; 5. modifikasi atau

respesifikasi model.

Analisis data adalah interpretasi untuk penelitian yang ditujukan untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian dalam rangka mengungkap

fenomena sosial tertentu. Analisis data adalah proses penyederhanaan data

kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan di implementasikan.

Teknik analisis digunakan untuk menginterpretasikan dan menganalisis

data. Sesuai dengan model yang dikembangkan dalam penelitian ini maka alat

analisis data yang digunakan adalah SEM (Structural Equation Modeling),

yang dioperasikan melalui program AMOS 22 (Hair et al, 1998; Ferdinand,

2006) . Menggunakan tahapan pemodelan dan analisis persamaan structural

menjadi 7 langkah, yaitu : (1) pengembangan model secara teoritis, (2)

menyusun diagram jalur, (3) mengubah diagram jalur menjadi persamaan

structural, (4) memilih matriks input untuk analisis data, (5) menilai identifikasi

model, (6) menilai Kriteria Goodness-of-Fit, dan (7) interpretasi estimasi

model.
97

Berikut ini penjelasan secara detail mengenai masing-masing tahapan :

1. Langkah 1 : Pengembangan Model Berdasarkan Teori

Langkah pertama dalam pengembangan model SEM adalah pencari

atau pengembangan sebuah model yang mempunyai justifikasi terpenting

yang kuat. Setelah itu, model tersebut divalidasi secara empirik melalui

populasi program SEM. SEM tidak dipakai untuk menghasilkan hubungan

kuasalitas, tetapi untuk membenarkan adanya kausalitas teoritis melalui

data uji empirik (Ferdinand, 2006). Model persamaan struktural

didasarkan pada hubungan kausalitas, dimana perubahan satu variabel

diasumsikan akan berakibat pada perubahan variable lainnya.

Kuatnya hubungan kausalitas antara 2 variabel yang diasumsikan

peneliti bukan terletak pada metode analisis yang dipilih namun terletak

pada justifikasi secara teoritis untuk mendukung analisis. Jadi jelas bahwa

hubungan antar variabel dalam model merupakan deduksi dari teori. Tanpa

dasar teoritis yang kuat SEM tidak dapat digunakan.

2. Langkah 2 & 3 : Menyusun Diagram Jalur dan Persamaan Struktural

Langkah berikutnya adalah menyusun hubungan kausalitas dengan

diagram jalur dan menyusun persamaan struktural. Ada 2 hal yang perlu

dilakukan yaitu menyusun model struktural yaitu dengan menghubungkan

antar konstruk laten baik endogen maupun eksogen menyusun suatu dan

menentukan model yaitu menghubungkan konstruk lahan endogen dan

eksogen. Persamaan struktural pada dasarnya dibangun dengan pedoman

sebagai berikut:
98

Variabel Endogen = Variabel Eksogen + Variabel Endogen + Error

Model Persamaan Struktural :

Kapabilitas Lulusan = γ1 Modus Pembelajaran + γ2 Tipe Lokus Kendali +

γ3 Etos Belajar + γ4 Tempat praktik kerja profesi

Mindset Entrepreneurship = γ1 Modus Pembelajaran + γ2 Tipe Lokus

Kendali + γ3 Etos Belajar + γ4 Tempat praktik kerja profesi

Sedangkan model pengukuran persamaan pada penelitian ini seperti

tabel berikut:

Konsep Eksogen Konsep Endogen

X1 : Modus Pembelajaran 1 + e1 Y1 : Kapabilitas Lulusan + e17

X2 : Modus Pembelajaran 2 + e2 Y1 : Kapabilitas Lulusan + e18

X3 : Modus Pembelajaran 3 + e3 Y1 : Kapabilitas Lulusan + e19

X4 : Modus Pembelajaran 4 + e4 Y2 : Mindset Enterpreunership + e20

X5 : Modus Pembelajaran 5 + e5 Y2 : Mindset Enterpreunership + e21

X6: Tipe Lokus Kendali 1 + e6 Y2 : Mindset Enterpreunership + e22

X7 : Tipe Lokus Kendali 2 + e7 Y2 : Mindset Enterpreunership + e23

X8 : Etos Belajar 1+ e8

X9: Etos Belajar 2+ e9

X10 : Etos Belajar 3+ e10

X11 : Etos Belajar 4+ e11


99

Konsep Eksogen Konsep Endogen

X12 : Etos Belajar 4+ e12

X13 : Tempat Praktik Kerja Profesi + e13

X14 : Tempat Praktik Kerja Profesi + e14

X15 : Tempat Praktik Kerja Profesi + e15

X16 : Tempat Praktik Kerja Profesi + e16

3. Langkah 4 : Memilih Jenis Input Matriks dan Estimasi Model yang

Diusulkan

Model persamaan struktural berbeda dari teknik analisis multivariate

lainnya. SEM hanya menggunakan data input berupa matrik varian atau

kovarian atau matrik korelasi. Data untuk observasi dapat dimasukkan

dalam AMOS, tetapi program AMOS akan merubah dahulu data mentah

menjadi matrik kovarian atau matrik korelasi. Analisis terhadap data

outline harus dilakukan sebelum matrik kovarian atau korelasi dihitung.

Teknik estimasi dilakukan dengan dua tahap, yaitu Estimasi Measurement

Model digunakan untuk menguji undimensionalitas dari konstruk-konstruk

eksogen dan endogen dengan menggunakan teknik Confirmatory Factor

Analysis dan tahap Estimasi Structural Equation Model dilakukan melalui

full model untuk melihat kesesuaian model dan hubungan kausalitas yang

dibangun dalam model ini.


100

4. Langkah 5 : Menilai Identifikasi Model Struktural

Selama proses estimasi berlangsung dengan program komputer,

sering didapat hasil estimasi yang tidak logis atau meaningless dan hal ini

berkaitan dengan masalah identifikasi model struktural. Problem

identifikasi adalah ketidakmampuan proposed model untuk menghasilkan

unique estimate.

Cara melihat ada tidaknya problem identifikasi adalah dengan melihat

hasil estimasi yang meliputi : a) Adanya nilai standar error yang besar

untuk 1 atau lebih koefisien. b) Ketidakmampuan program untuk invert

information matrix.c) Nilai estimasi yang tidak mungkin error variance

yang negatif. d).Adanya nilai korelasi yang tinggi (> 0,90) antar koefisien

estimasi. e) Jika diketahui ada problem identifikasi, ada tiga hal yang harus

dilihat: (1) Besarnya jumlah koefisien yang diestimasi relatif terhadap

jumlah kovarian atau korelasi, yang diindikasikan dengan nilai degree of

freedom yang kecil, (2) Digunakannya pengaruh timbal balik atau

respirokal antar konstruk (model non recursive) atau (3) Kegagalan dalam

menetapkan nilai tetap (fix) pada skala konstruk.

5. Langkah 6: Menilai Kriteria Goodness-of-Fit

Pada langkah ini dilakukan evaluasi terhadap kesesuaian model

melalui telaah terhadap kesesuaian model melalui telaah terhadap berbagai

criteria Goodness-of-Fit, urutannya adalah: a) Normalitas data, b)

Outliers, c) Multicollinearity dan singularity.


101

Beberapa indeks kesesuaian dan cut-off untuk menguji apakah sebuah

model dapat diterima atau ditolak adalah:

a. Likelihood Ratio Chi square statistic (X2)

Ukuran fundamental dari overall fit adalah likelihood ratio chi square

(X2). Nilai chi square yang tinggi relatif terhadap degree of freedom

menunjukkan bahwa matrik kovarian atau korelasi yang diobservasi

dengan yang diprediksi berbeda secara nyata ini menghasilkan probabilitas

(p) lebih kecil dari tingkat signifikasi (q). Sebaliknya nilai chi square yang

kecil akan menghasilkan nilai probabilitas (p) yang lebih besar dari tingkat

signifikasi (q) dan ini menunjukkan bahwa input matrik kovarian antara

prediksi dengan observasi sesungguhnya tidak berbeda secara signifikan.

Dalam hal ini peneliti harus mencari nilai chi square yang tidak signifikan

karena mengharapkan bahwa model yang diusulkan cocok atau fit dengan

data observasi.

Program AMOS 22 akan memberikan nilai chi square dengan

perintah \cmin dan nilai probabilitas dengan perintah \p serta besarnya

degree pf freedom dengan perintah \df.

b. Significaned Probability: untuk menguji tingkat signifikan model

1) RMSEA

RMSEA (The root Mean Square Error of Approximation), merupakan

ukuran yang mencoba memperbaiki kecenderungan statistik chi square

menolak model dengan jumlah sampel yang besar. Nilai RMSEA antara

0.05 sampai 0.08merupakan ukuran yang dapat diterima. Hasil uji


102

empiris RMSEA cocok untuk menguji model strategi dengan jumlah

sampel besar. AMOS memberikan RMSEA dengan perintah \rmsea.

2) GFI

GFI (Goodness of Fit Index), dikembangkan oleh Joreskog & Sorbon,

1984; dalam Ferdinand, 2006 yaitu ukuran non statistik yang nilainya

berkisar dari nilai 0 (poor fit) sampai 1.0 (perfect fit). Nilai GFI tinggi

menunjukkan fit yang lebih baik dan berapa nilai GFI yang dapat

diterima sebagai nilai yang layak belum ada standarnya, tetapi banyak

peneliti menganjurkan nilai-nilai diatas 90% sebagai ukuran Good Fit.

Program AMOS akan memberikan nilai GFI dengan perintah \gfi.

3) AGFI

AGFI (Adjusted Goodness of Fit Index) merupakan pengembangan dari

GFI yang disesuaikan dengan ratio degree of freedom untuk proposed

model dengan degree of freedom untuk null model. Nilai yang

direkomendasikan adalah sama atau > 0.90. Program AMOS akan

memberikan nilai AGFI dengan perintah \agfi.

4) CMIN / DF

Adalah nilai chi square dibagi dengan degree of freedom. Byrne, 1988;

dalam Imam Ghozali, 2008, mengusulkan nilai ratio ini < 2 merupakan

ukuran Fit. Program AMOS akan memberikan nilai CMIN / DF dengan

perintah \cmindf.
103

5) TLI

TLI (Tucker Lewis Index) atau dikenal dengan nunnormed fit index

(nnfi). Ukuran ini menggabungkan ukuran persimary kedalam indek

komposisi antara proposed model dan null model dan nilai TLI berkisar

dari 0 sampai 1.0. Nilai TLI yang direkomendasikan adalah sama atau >

0.90. Program AMOS akan memberikan nilai TLI dengan perintah \tli.

6) CFI

Comparative Fit Index (CFI) besar indeks tidak dipengaruhi ukuran

sampel karena sangat baik untuk mengukur tingkat penerimaan model.

Indeks sangat di anjurkan, begitu pula TLI, karena indeks ini relative

tidak sensitive terhadap besarnya sampel dan kurang dipengaruhi

kerumitan model nila CFI yang berkisar antara 0-1. Nilai yang

mendekati 1 menunjukan tingkat kesesuaian yang lebih baik.

c. Measurement Model Fit

Setelah keseluruhan model fit dievaluasi, maka langkah berikutnya

adalah pengukuran setiap konstruk untuk menilai uni dimensionalitas dan

reliabilitas dari konstruk. Uni dimensiolitas adalah asumsi yang melandasi

perhitungan realibilitas dan ditunjukkan ketika indikator suatu konstruk

memiliki acceptable fit satu single factor (one dimensional) model.

6. Langkah 7 : Interpretasi dan Modifikasi Model

Pada tahap selanjutnya model diinterpretasikan dan dimodifikasi.

Setelah model diestimasi, residual kovariansnya haruslah kecil atau


104

mendekati nol dan distribusi kovarians residual harus bersifat simetrik.

Batas keamanan untuk jumlah residual yang dihasilkan oleh model adalah

1%. Nilai residual value yang lebih besar atau sama dengan 2,58

diintrepretasikan sebagai signifikan secara statis menjamin uni

dimensionalitas tetapi mengasumsikan adanya uni dimensiolitas.

Peneliti harus melakukan uji dimensionalitas untuk semua multiple

indikator konstruk sebelum menilai reliabilitasnya. Pendekatan untuk

menilai measurement model adalah untuk mengukur composite reliability

dan variance extracted untuk setiap konstruk. Reliability adalah ukuran

internal consistency indikator suatu konstruk. Internal reliability yang

tinggi memberikan keyakinan bahwa indikator individu semua konsisten

dengan pengukurannya. Tingkat reliabilitas < 0.70 dapat diterima untuk

penelitian yang masih bersifat eksploratori.

Reliabilitas tidak menjamin adanya validitas. Validitas adalah ukuran

sampai sejauh mana suatu indikator secara akurat mengukur apa yang

hendak ingin diukur. Ukuran reliabilitas yang lain adalah variance

extracted sebagai pelengkap variance extracted > 0.50. pada tingkat 1%

dan residual yang signifikan ini menunjukan adanya prediction error yang

substansial untuk dipasang indikator.


105

Comparative fit Index

Goodness of Fit Indeks Cut-off


Value
Chi – Square
Probability
RMSEA
GFI
AGFI
CMIN / DF
TLI
CFI

Sumber: SEM dalam Penelitian Manajemen (Ferdinand, 2006)


106

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Sebelum dilakukan analisis data, deskripsi variabel hasil penelitian perlu

dilakukan. Deskripsi kuantitatif dilakukan dengan menggunakan menggunakan

program SPSS for windows. Dalam bab ini peneliti memaparkan hasil penelitian

berupa analisis data yang terdiri dari deskripsi data hasil penelitian, homogenitas

penelitian, dan pengujian penelitian.

A. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Deskripsi Variabel Modus Belajar

Tabel 4.1. Indeks Modus Belajar

Jawaban Responden Indeks


No Indikator
STS TS S SS (%)
1 Menanya 0,22 11,74 226,96 73,04 77,99
2 Menggumpulkan Informasi 1,96 25,22 176,09 106,96 77,55
3 Percobaan/Eksperimen 0,65 13,48 201,52 101,74 79,35
4 Menganalisa 0,87 18,26 196,96 97,39 78,37
5 Mengkomunikasikan 0,65 16,09 210,00 85,22 77,99
Rata-rata Indeks 78,25
Sumber : data primer, diolah, 2017

Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa dari rentang nilai indeks sebesar

10 – 100, rata-rata indeks variabel modus belajar adalah tinggi yakni

sebesar 78,25%. Hal ini menunjukkan bahwa responden berpendapat

modus belajar taruna/taruni PKTJ Kota Tegal dalam kategori tinggi.

Dalam tabel tersebut diketahui bahwa taruna/taruni dalam mengumpulkan

informasi menempati posisi terendah dalam variabel modus belajar, yakni


107

77,55%. Kemudian diikuti oleh menanya dan mengkomunikasikan

sebesar 77,99%, menganalisa memperoleh indeks sebesar 78,37% dan

yang tertinggi adalah percobaan / eksperimen dengan memperoleh nilai

indeks sebesar 79,35%. Hal ini menunjukkan bahwa kelima indikator

tersebut dapat dijadikan tolok ukur dari variabel modus belajar.

Pendapat dari responden yang indeks rata-ratanya tinggi ini disertai

oleh jawaban mereka atas pertanyaan terbuka yang terdapat pada Tabel

berikut:

Tabel 4.2. Deskripsi Modus Belajar Taruna/Taruni

Indeks dan
No Indikator Persepsi Responden
Interpretasi

1 Menanya 77,99 Taruna/i mengenal karakteristik


(Tinggi) materi pelajaran yang berimplikasi
pada penguasaan mata kuliah yang
sesuai program studi.

2 Menggumpulkan 77,55 Taruna/i melakukan pengumpulan


Informasi informasi yang disampaikan dosen
(Tinggi) dikelas, menguasai materi,
struktur, konsep dan pola pikir.

3 Percobaan/Eksperimen 79,35 Taruna/i menunjukkan semangat


mencoba dalam pembelajaran
(Tinggi)
praktik di laboratorium.

4 Menganalisa 78,37 Taruna/i mengikutsertakan peran


dalam menganalisa
(Tinggi)
permasalahan materi kuliah
dalam pembelajaran.

5 Mengkomunikasikan 77,99 Taruna/i mengkomunikasikan


materi keilmuan yang
(Tinggi)
mendukung mata pelajaran yang
diampu kepada dosen maupun
teman sebaya.
Sumber : data primer, diolah, 2017
108

2. Deskripsi Variabel Lokus Kendali

Tabel 4.3. Indeks Lokus Kendali

Jawaban Responden Indeks


No Indikator
STS TS S SS (%)
1 Lokus Kendali Internal 1,13 27,65 177,13 104,00 77,48
2 Lokus Kendali Eksternal 0,78 28,52 175,83 105,39 77,63
Rata-rata Indeks 77,55
Sumber : data primer, diolah, 2017

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari rentang nilai indeks sebesar 10 –

100, rata-rata indeks variabel lokus kendali adalah tinggi yakni sebesar

77,55%. Hal ini menunjukkan bahwa responden berpendapat lokus kendali

taruna/taruni PKTJ kategori tinggi. Dalam tabel tersebut diketahui bahwa

lokus kendali internal menempati posisi terendah dalam variabel lokus

kendali, yakni sebesar 77,48%. dan yang tertinggi adalah lokus kendali

eksternal dengan nilai indeks sebesar 77,63%. Hal ini menunjukkan

bahwa kedua indikator dapat dijadikan tolok ukur variabel lokus kendali.

Pendapat dari responden yang indeks rata-ratanya tinggi ini disertai

oleh jawaban atas pertanyaan terbuka yang terdapat pada tabel berikut:

Tabel 4.4. Deskripsi Lokus Kendali Taruna/Taruni

Indeks dan
No Indikator Persepsi Responden
Interpretasi

1 Lokus Kendali 77,48 Taruna/i mengendalikan


Internal kemampuan dirinya dalam
(Tinggi)
menyelesaikan masalah.

2 Lokus Kendali 77,63 Taruna/i mengendalikan


Eksternal kemampuan dirinya dari orang
(Tinggi) lain dalam penyelesaian masalah.

Sumber : data primer, diolah, 2017


109

3. Deskripsi Variabel Etos Belajar


Tabel 4.5. Indeks Etos Belajar

Jawaban Responden Indeks


No Indikator
STS TS S SS (%)

1 Kesehatan 2,17 36,09 189,78 66,09 73,53


2 Perhatian 0,65 16,96 208,04 86,09 77,93
3 Minat dan Bakat 0,00 13,04 196,30 112,17 80,38
4 Alat dan Model 1,74 36,96 184,57 73,04 74,08
Pengajaran
5 Kondisi Lingkungan 1,96 27,83 190,43 82,61 75,71
Rata-rata Indeks 76,33
Sumber : data primer, diolah, 2017

Tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa dari rentang nilai indeks sebesar

10 – 100, rata-rata indeks variabel Etos Belajar adalah tinggi yakni

sebesar 76,33%. Hal ini menunjukkan bahwa responden berpendapat Etos

Belajar taruna/taruni PKTJ dalam kategori tinggi. Dalam tabel tersebut

diketahui bahwa taruna/taruni dalam hal kesehatan menempati posisi

terendah dalam variabel etos belajar, yakni 73,53%. Kemudian diikuti

oleh alat dan model pengajaran memperoleh indeks sebesar 74,08%,

kondisi lingkungan memperoleh indeks sebesar 75,71%, indikator

perhatian memperoleh indeks sebesar 77,93% dan yang tertinggi adalah

indikator minat dan bakat memperoleh nilai indeks sebesar 80,38%. Hal

ini menunjukkan bahwa kelima indikator tersebut dapat dijadikan tolok

ukur dari variabel Etos Belajar.

Pendapat dari responden yang indeks rata-ratanya tinggi ini disertai

oleh jawaban mereka atas pertanyaan terbuka pada tabel berikut:


110

Tabel 4.6. Deskripsi Etos Belajar Taruna/Taruni

Indeks dan
No Indikator Persepsi Responden
Interpretasi

1 Kesehatan 73,53 Taruna/i menerima pelayanan


kesehatan di poliklinik (unit
(Tinggi) kesehatan) untuk mendukung
kebugaran dalam mengikuti
perkuliahan.

2 Perhatian 77,93 Taruna/i memperhatikan dosen


ketika proses perkuliahan
(Tinggi) berlangsung.

3 Minat dan Bakat 80,38 Taruna/i menunjukkan kesukaan


dan kemampuan diri yang dimiliki
(Tinggi) untuk menunjang perkuliahan.

4 Alat dan Metode 74,08 Taruna/i menerima pembelajaran


Pengajaran dengan menggunakan alat dan
(Tinggi) metode pengajaran yang
memadai dari dosen/ instruktur.

5 Kondisi Lingkungan 75,71 Taruna/i merasakan lingkungan


yang sejuk, nyaman untuk
(Tinggi) belajar.

Sumber : data primer, diolah 2017

4. Deskripsi Variabel Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi

Tabel 4.7. Indeks Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi

Jawaban Responden Indeks


No Indikator
STS TS S SS (%)

1 Memiliki Tenaga Ahli


1,09 15,22 185,22 118,26 79,95
yang Berkompeten
2 Memiliki Bahan Praktik
Kerja Teknis yang 0,65 16,52 188,48 113,04 79,67
Relevan
3 Memiliki Alat Kerja
0,43 14,78 195,65 107,83 79,67
Teknis yang Memadai
4 Memiliki Biaya
Operasional dan Pasar 2,61 30,87 170,87 100,00 76,09
Pengguna
Rata-rata Indeks 78,85
Sumber : data primer, diolah, 2017
111

Pada Tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa dari rentang nilai indeks

sebesar 10 – 100, rata-rata indeks variabel Karakteristik Tempat Praktik

Kerja Profesi adalah tinggi yakni sebesar 78,85%. Hal ini menunjukkan

bahwa responden berpendapat karakteristik tempat praktik kerja profesi

PKTJ Kota Tegal dalam kategori tinggi.

Dalam tabel tersebut diketahui bahwa taruna/taruni berpendapat

dalam memiliki biaya operasional dan pasar pengguna menempati posisi

terendah dalam variabel Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi, yakni

sebesar 76,09%. Kemudian berpendapat memiliki bahan praktik kerja

teknis yang relevan serta memiliki alat kerja teknis yang memadai dengan

memperoleh nilai indeks sebesar 79,67%, dan yang tertinggi adalah

indikator memiliki tenaga ahli yang berkompeten memperoleh nilai indeks

sebesar 79,95. Hal ini menunjukkan bahwa keempat indikator tersebut

dapat dijadikan tolok ukur dari variabel Karakteristik Tempat Praktik

Kerja Profesi

Pendapat dari responden yang indeks rata-ratanya tinggi ini juga

disertai dengan jawaban dari mereka atas pertanyaan terbuka pada angket

yang telah diberikan kepada para responden seperti yang terdapat pada

tabel berikut:
112

Tabel 4.8. Deskripsi Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi

Indeks dan
No Indikator Persepsi Responden
Interpretasi

1 Memiliki Tenaga Ahli 79,95 Tempat PKP memiliki tenaga ahli


yang Berkompeten teknis yang sesuai dengan bidang
(Tinggi)
ilmu yang diperoleh sebelumnya.

2 Memiliki Bahan 79,67 Tempat PKP memiliki bahan


Praktik Kerja Teknis untuk melakukan praktik yang
yang Relevan (Tinggi) sesuai dengan disiplin ilmu taruna.

3 Memiliki Alat Kerja 79,67 Tempat PKP memiliki alat


Teknis yang Memadai pendukung praktik yang memadai
(Tinggi)
sehingga taruna mampu
mengaplikasikan pengetahuan
melalui praktik kerja yang ada.

4 Memiliki Biaya 76,09 Tempat PKP memiliki anggaran


Operasional dan Pasar untuk operasional maupun
Pengguna (Tinggi)
pengembangan lembaga.

Tempat PKP mampu menyediakan


ketrampilan yang dibutuhkan oleh
pasar.

Sumber : data primer, diolah, 2017

5. Deskripsi Variabel Kapabilitas Lulusan

Tabel 4.9. Indeks Kapabilitas Lulusan

Jawaban Responden Indeks


No Indikator
STS TS S SS (%)
1 Kemahiran Berat 0,00 8,26 177,39 146,96 83,15
2 Kemahiran Ringan 0,00 10,87 195,00 118,26 81,03
3 Kemampuan Kompetitif 0,43 15,65 183,91 121,74 80,43
Rata-rata Indeks 81,54
Sumber : data primer, diolah, 2017

Pada tabel 4.9 menunjukkan bahwa dari rentang nilai indeks sebesar

10 – 100, rata-rata indeks variabel kapabilitas lulusan adalah tinggi yakni


113

sebesar 81,54%. Hal ini menunjukkan bahwa responden berpendapat

kapabilitas lulusan pada PKTJ dalam kategori tinggi. Dalam tabel tersebut

diketahui bahwa kemampuan kompetitif menempati posisi terendah dalam

variabel kapabilitas lulusan, yakni 80,43%. Kemudian diikuti oleh

kemahiran ringan memperoleh indeks sebesar 81,03%, dan yang tertinggi

adalah indikator kemahiran berat memperoleh nilai indeks sebesar 83,15%.

Hal ini menunjukkan bahwa ketiga indikator tersebut dapat dijadikan tolok

ukur dari variabel kapabilitas lulusan.

Pendapat dari responden yang indeks rata-ratanya tinggi ini disertai

oleh jawaban mereka atas pertanyaan terbuka yang terdapat pada tabel

berikut:

Tabel 4.10. Deskripsi Kapabilitas Lulusan

Indeks dan
No Indikator Persepsi Responden
Interpretasi

1 Kemahiran Berat 83,15 Lulusan menguasai keterampilan


sesuai dengan disiplin ilmu program
(Tinggi)
studi.

2 Kemahiran Ringan 81,03 Lulusan mendapatkan kemampuan


dalam penguasaan kecakapan
(Tinggi) inovasi, kreatif, trampil dalam
berbahasa dan analisa yang
dibutuhkan di tempat kerja.

3 Kemampuan 80,43 Lulusan mendapatkan kemampuan


Kompetitif dalam mengambil keputusan dalam
(Tinggi)
pekerjaan, ketelitian dan
kemampuan bekerja sama dalam
tim.

Sumber : data primer, diolah, 2017


114

6. Deskripsi Variabel Mindset Entrepreneurship Lulusan

Tabel 4.11. Indeks Mindset Entrepreneurship Lulusan

Jawaban Responden Indeks


No Indikator
STS TS S SS (%)

1 Orientasi Kerja dan 4,35 184,57 144,35


0,22 83,37
Kreatif
2 Berfikir Simpel dan
Fokus pada Eksekusi 0,22 9,57 192,39 123,48 81,41

3 Integritas dan Disiplin


Tinggi 0,22 6,52 186,52 137,39 82,66

4 Pandai Bersosialisasi
Mengambil Peluang dan
0,22 8,26 190,43 128,70 81,90
Membangun Jaringan

Rata-rata Indeks 82,34


Sumber : data primer, diolah, 2017

Pada Tabel 4.11 di atas menunjukkan bahwa dari rentang

nilai indeks sebesar 10 – 100, rata-rata indeks variabel mindset

entrepreneurship lulusan adalah tinggi yakni sebesar 82,34%. Hal

ini menunjukkan bahwa responden berpendapat Mindset

Entrepreneurship Lulusan pada PKTJ dalam kategori tinggi.

Dalam tabel tersebut diketahui bahwa indikator berfikir

simpel dan fokus pada eksekusi menempati posisi terendah dalam

variabel mindset entrepreneurship lulusan, yakni 81,41%,

kemudian diikuti oleh indikator pandai bersosialisasi mengambil

peluang dan membangun jaringan memperoleh indeks sebesar

81,90%, indikator integritas dan disiplin tinggi memperoleh indeks

sebesar 82,66%, dan yang tertinggi adalah indikator orientasi kerja

dan kreatif memperoleh nilai indeks sebesar 83,37%.


115

Hal ini menunjukkan bahwa keempat indikator tersebut dapat

dijadikan tolok ukur dari variabel mindset entrepreneurship

lulusan.

Pendapat dari responden yang indeks rata-ratanya tinggi ini disertai

oleh jawaban mereka atas pertanyaan terbuka yang terdapat pada Tabel

berikut:

Tabel 4.12. Deskripsi Mindset Entrepreneurship Lulusan

Indeks dan
No Indikator Persepsi Responden
Interpretasi

1 Orientasi Kerja dan 83,37 Lulusan mampu menghadapi resiko


Kreatif dan menaklukannya.
(Tinggi) Lulusan mampu mengembangkan hal
yang baru melalui berpikir terbuka.

2 Berfikir Simple dan 81,41 Lulusan mampu melihat persoalan


Fokus pada Eksekusi dengan jernih.
(Tinggi) Lulusan mampu melakukan tindakan
dari pada membuat ide-ide baru.

3 Integritas dan Disiplin 82,66 Lulusan mampu menunjukkan


Tinggi karakter yang kuat dan utuh
(Tinggi) Lulusan mampu bersikap disiplin
yang tinggi dalam menyikapi
sesuatu hal dengan tidak
menyianyiakan peluang.

4 Pandai Bersosialisasi, 81,90 Lulusan mampu melibatkan orang


mengambil Peluang lain dalam mewujudkan peluang.
dan Membangun (Tinggi) Lulusan mampu menjaga relasi
Jaringan dengan partner dari pada bekerja
sendiri.
Sumber : data primer, diolah, 2017

B. Statistic Inferencial - Pengujian SEM


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Structural

Equation Modelling (SEM), yang dilakukan melalui tujuh tahap sebagai berikut:
116

1. Pengembangan Model Berbasis Teori

Dalam pengembangan model teoritis untuk penelitian ini seperti terdiri

dari 23 dimensi yang dipakai untuk menguji apakah terdapat hubungan

kausalitas antara variabel Modus Belajar, Lokus Kendali, Etos Belajar dan

Karakteristik tempat praktik kerja profesi terhadap Kapabilitas Lulusan dan

Mindset Entrepreneurship.

2. Pengembangan Diagram Alur (Path Diagram)

Diagram alur untuk pengujian penelitian ini telah digambarkan dalam

Bab III pada Gambar 3.1, berdasarkan kerangka pemikiran teoritis pada Bab II

Gambar 2.1.

3. Konversi diagram alur ke dalam persamaan struktural dan spesifikasi model

pengukuran. Konversi model ke dalam bentuk persamaan struktural dan

spesifikasi model pengukuran telah dijelaskan dalam Bab III.

4. Pemilihan Matriks Input dan Estimasi Model

Untuk menguji hubungan kausalitas, input data yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu matriks varians/kovarians atau matriks korelasi untuk

keseluruhan estimasi. Ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah 230 Mahasiswa PKTJ. Pengolahan data dengan menggunakan program

komputer AMOS 22 dengan maximum likelihood estimation.

5. Menganalisis Kemungkinan Munculnya Masalah Identifikasi Model

Problem identifikasi model adalah problem mengenai ketidakmampuan

model yang dikembangkan untuk menghasilkan estimasi yang unik.

Mengamati gejala-gejala problem identifikasi antara lain : standard error pada


117

koefisien sangat besar, munculnya angka aneh misalnya varians error yang

negatif dan muncul korelasi yang sangat tinggi.

6. Evaluasi Kriteria Goodness-of-fit

Pengujian ketepatan model dilakukan melalui telaah terhadap kriteria

goodness-of-fit seperti dijelaskan dalam Bab III. Kriteria Indeks pengujian

kelayakan model (goodness of fit) seperti dalam Tabel. 3.3.

7. Interpretasi dan Modifikasi Model

Tahap ini dilakukan interpretasi model dan modifikasi model yang tidak

memenuhi syarat pengujian.

C. Uji Validitas dan Reliabilitas Konstruk (Confirmatory Factor Analysis)

Analisis ini ditujukan untuk mengungkapkan seberapa baik indikator-

indikator pengukuran mengukur sebuah konsep (konstruk) laten. Dengan

demikian ini erat kaitannya dengan penilaian validitas dan reliabilitas

instrumen pengukuran, termasuk unidimensionalitasnya.

Adapun terhadap model ini kita akan melakukan tahapan analisis

indentifikasi model, pemeriksaan data, yaitu uji normalitas dan outlier,

penilaian fit model (goodness dan fit), uji validitas konstruk yaitu validitas

konvergen dan reliabilitas serat respesifikasi model bilamana diperlukan.

1. Konstruk Modus Belajar

Model Konstruk Modus belajar yang terdiri dari 5 buah variabel

observed beserta error pengukurannya adalah sebagai berikut:


118

Gambar 4.1. Konstruk Modus Belajar

Identifikasi Model

Model pengukuran Modus Belajar terdiri dari 5 buah variabel

observed (indikator) sehingga p = 5. Banyaknya distinc samplemoment

(nilai unik) adalah ½ p(p + 1) = ½ * 5 * (5+1) = 15. Banyaknya parameter

yang akan diestimasi adalah k = 10, yaitu 5 buah loading faktor () dan 5

buah varian error (). Jadi, derajat bebas (df) model Profitabilitas adalah

15 - 10 = 5. Dengan db yang positif, maka syarat perlu sebagai model yang

identified telah terpenuhi.

Uji Validitas Konstruk

1) Signifikansi parameter dan loading faktor �

Pada panel navigasi Amos Output, folder Estimates ǀScalarsǀ

Regresssion Weights. Diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.13. Regression Weights Konstruk Modus Belajar


119

Estimate S.E. C.R. P Label


X1_1 <--- ModusBelajar 1,000
X1_2 <--- ModusBelajar 1,428 ,202 7,058 ***
X1_3 <--- ModusBelajar 1,319 ,178 7,414 ***
X1_4 <--- ModusBelajar 1,392 ,177 7,882 ***
X1_5 <--- ModusBelajar 1,224 ,171 7,143 ***

Pada kolom P. P-value 2 ekor (two-tailed) yang dihasilkan

untuk semua relasi ModusBelajar → X1_1 sampai dengan

ModusBelajar → X1_5 diperoleh Tiga buah asterik (***) pada kolom

P menunjukkan bahwaa p-value yang dihasilkan sangat kecil, yaitu

lebih kecil dari 0,001 yang artinya semua indikator Modus Belajar

dinyatakan signifikan sebagai pengukuran konstruk Modus Belajar.

Selanjutnya pada folder Estimates ǀ Scalaras ǀ Standardized

Regression Weights. Diperoleh hasil analisis sebagai berikut :

Tabel 4.14. Standardized Regression Weights Konstruk Modus Belajar

Estimate
X1_1 <--- ModusBelajar ,637
X1_2 <--- ModusBelajar ,635
X1_3 <--- ModusBelajar ,680
X1_4 <--- ModusBelajar ,753
X1_5 <--- ModusBelajar ,645

Indikator X1_1, X1_2, X1_3, X1_4, dan X1_5 mempunyai nilai

loading (kolom Estimnate) yang lebih besar dari 0,6, sehingga

kelimanya memenuhi validitas konvergen sebagai pengukur konstruk

Modus Belajar.
120

2) Reliabilitas Indikator

Pada analisis reliabilitas indikator, dapat dilihat pada folder

Estimates ǀ Scalars ǀ Squared Multiple Correlations. Dan diperoleh

sebagai berikut :

Tabel 4.15. Squared Multiple Correlations Konstruk Modus Belajar

Estimate
X1_5 ,416
X1_4 ,567
X1_3 ,462
X1_2 ,403
X1_1 ,405

Nilai reliabilitas indikator R2 ini merupakan kuadrat dari nilai

loading faktor. Indikator yang reliabel mempunyai nilai R2 lebih besar

dari 0,5. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa X1_4 dinyatakan

reliabel karena mempunyai nilai R2 yang lebih besar dari 0,50.

3) Reliabilitas konstruk

Nilai loading faktor � yang dihasilkan Tabel diatas akan

digunakan untuk menghitung koefisien reliabilitas komposit atau CR,

dan AVE. Error pengukuran � kita hitung dengan persamaan sebagai

berikut :

∑5�= �� = 0,405 + 0,403 + 0,462 + 0,567 + 0,416 = 2,629

∑5�= �� = 0,4052 + 0,4032 + 0,4622 + 0,5672 + 0,4162 = 1,176

∑5�= �� = (1 - 0,4052) + (1 - 0,4032) + (1 - 0,4622) + (1 - 0,5672) +

(1 - 0,4162) = 3,966
121

∑��= �� ,
�� = = = ,
∑��= �� + ∑��= �� , + ,

∑��= �� ,
��� = = = ,

Nilai CR yang dihasilkan hanya 0,635, lebih kecil dari batas

minimal CR yang disarankan, yaitu 0,70. Demikian juga dengan nilai

AVE yang hanya sebesar 0,235, lebih kecil dari nilai minimal yang

disarankan, yaitu 0,50. Nilai AVE yang kecil menunjukkan bahwa

lebih banyak error yang terdapat pada item-item indikator dari pada

varians yang dapat dijelaskan oleh konstruk laten Modus Belajar. Jadi,

baik menggunakan ukuran CR maupun AVE menunjukkan bahwa

reliabilitas konstruk tidak cukup baik.

Menilai Fit Model

Pada analisis Amos Output, folder Model Fit ǀ CMIN. Diperoleh:

Tabel 4.16. Fit Model CMIN Konstruk Modus Belajar

Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF


Default model 10 5,269 5 ,384 1,054
Saturated model 15 ,000 0
Independence model 5 277,502 10 ,000 27,750

Statistik chi-kuadrat (X2) yang dihasilkan sebesar 1,054 dengan P-

value 0,384. Karena p-value yang dihasilkan lebih besar (lebih besar dari α

= 5%), maka model dikatakan fit.

Selanjutnya, pada folder Model Fit ǀBaseline Comparisons

diperoleh:

Tabel 4.17. Fit Model Baseline Comparisons Konstruk Modus Belajar


122

NFI RFI IFI TLI


Model CFI
Delta1 rho1 Delta2 rho2
Default model ,981 ,962 ,999 ,998 ,999
Saturated model 1,000 1,000 1,000
Independence model ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

Indeks fit CFI yang dihasilkan nilainya sebesar 0,999. Karena CFI

lebih besar dari 0,90, maka ini juga mengindikasikan bahwa model fit.

Perhatikan pula indeks fit incremental lainnya yang semuanya bernilai di

atas 0,90.

Selanjutnya, pada folder Model Fit ǀRMSEA diperoleh:

Tabel 4.18. Fit Model RMSEA Konstruk Modus Belajar

Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE


Default model ,016 ,000 ,101 ,637
Independence model ,368 ,331 ,405 ,000

Nilai RMSEA yang dihasilkan sebesar 0,016. Karena nilai ini lebih

kecil dari 0,10, maka model dikatakan fit.

Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa model

terindentifikasi dan model dinyatakan fit berdasarkan indeks fit statistik

chi-kuadrat, CFI, maupun RMSEA.

Adapun model Profitabilitas setelah di analisis dengan

menggunakan metode Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan

program Amos Ver. 22 adalah sebagai berikut:


123

Gambar 4.2
Confirmatory Factor Analysis (CFA) Konstruk Modus Belajar

2. Konstruk Etos Belajar

Model Konstruk Etos Belajar yang terdiri dari 5 buah variabel

observed beserta error pengukurannya adalah sebagai berikut :

Gambar 4.3. Konstruk Etos Belajar

Identifikasi Model

Model pengukuran Liquiditas terdiri dari 5 buah variabel observed

(indikator) sehingga p = 5. Banyaknya distinc samplemoment (nilai unik)


124

adalah ½ p(p + 1) = ½ * 5 * (5+1) = 15. Banyaknya parameter yang akan

diestimasi adalah k = 10, yaitu 5 buah loading faktor () dan 5 buah

varian error (). Jadi, derajat bebas (df) model Liquiditas adalah 15 - 10 =

5. Dengan db yang positif, maka syarat perlu sebagai model yang

identified telah terpenuhi.

Uji Validitas Konstruk

1) Signifikansi parameter dan loading faktor �

Pada panel navigasi Amos Output, fold er Estimates ǀScalarsǀ

Regresssion Weights. Diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.19. Regression Weights Konstruk Etos Belajar

Estimate S.E. C.R. P Label


X3_1 <--- EtosBelajar 1,000
X3_2 <--- EtosBelajar ,754 ,113 6,681 ***
X3_3 <--- EtosBelajar ,647 ,108 5,996 ***
X3_4 <--- EtosBelajar 1,163 ,151 7,713 ***
X3_5 <--- EtosBelajar 1,203 ,159 7,567 ***

Pada kolom P. P-value 2 ekor (two-tailed) yang dihasilkan

untuk semua relasi EtosBelajar →X3_1 sampai dengan EtosBelajar

→ X3_5 diperoleh nilai sebesar dibawah 0,05 (α= 5%) yang artinya

semua indikator Etos Belajar dinyatakan signifikan sebagai

pengukuran konstruk Etos Belajar.

Selanjutnya pada folder Estimates ǀ Scalaras ǀ Standardized

Regression Weights. Diperoleh hasil analisis sebagai berikut:


125

Tabel 4.20. Standardized Regression Weights Konstruk Etos Belajar

Estimate
X3_1 <--- EtosBelajar ,583
X3_2 <--- EtosBelajar ,652
X3_3 <--- EtosBelajar ,569
X3_4 <--- EtosBelajar ,754
X3_5 <--- EtosBelajar ,701

Indikator X3_1 dan X3_3 mempunyai nilai loading (kolom

Estimnate) yang lebih kecil dari 0,6, sehingga keduanya tidak

memenuhi validitas konvergen sebagai pengukur konstruk Etos

Belajar.

2) Reliabilitas Indikator

Pada analisis reliabilitas indikator, dapat dilihat pada folder

Estimates ǀ Scalars ǀ Squared Multiple Correlations. Dan diperoleh

sebagai berikut :

Tabel 4.21. Squared Multiple Correlations Konstruk Etos Belajar

Estimate
X3_5 ,491
X3_4 ,569
X3_3 ,324
X3_2 ,426
X3_1 ,340

Nilai reliabilitas indikator R2 ini merupakan kuadrat dari nilai

loading faktor. Indikator yang reliabel mempunyai nilai R2 lebih besar

dari 0,5. Pada tabel 4.23 di atas dapat disimpulkan bahwa X3_4
126

dinyatakan reliabel karena nilai R2 yang lebih besar dari 0,50.

3) Reliabilitas konstruk

Nilai loading faktor � yang dihasilkan Tabel diatas akan

digunakan untuk menghitung koefisien reliabilitas komposit atau CR,

dan AVE. Error pengukuran � kita hitung dengan persamaan berikut:

∑5�= �� = 0,701 + 0,754 + 0,569 + 0,652 + 0,583 = 3,635

∑5�= �� = 0,7012 + 0,7542 + 0,5692 + 0,6522 + 0,5832 = 2,290

∑5�= �� = (1 - 0,7012) + (1 - 0,7542) + (1 - 0,5692) + (1 - 0,6522) +

(1 - 0,5832) = 2,851

∑��= �� ,
�� = = = ,
∑��= �� + ∑��= �� , + ,

∑��= �� ,
��� = = = ,

Nilai CR yang dihasilkan sebesar 0,823, lebih besar dari batas

minimal CR yang disarankan, yaitu 0,70. Sedangkan nilai AVE

diperoleh hanya sebesar 0,458, lebih kecil dari nilai minimal yang

disarankan, yaitu 0,50. Nilai AVE yang kecil menunjukkan bahwa

masih terdapat error yang terdapat pada item-item indikator dari pada

varians yang dapat dijelaskan oleh konstruk laten Etos Belajar.

Dengan demikian denmgan menggunakan ukuran CR menunjukkan

bahwa reliabilitas konstruk cukup baik.

Menilai Fit Model


127

Pada analisis Amos Output, folder Model Fit ǀ CMIN diperoleh:

Tabel 4.22. Model Fit CMIN Konstruk Etos Belajar

Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF


Default model 10 7,437 5 ,190 1,487
Saturated model 15 ,000 0
Independence model 5 257,939 10 ,000 25,794

Statistik chi-kuadrat (X2) yang dihasilkan sebesar 1,487 dengan P-

value 0,190. Karena p-value yang dihasilkan lebih besar (lebih besar dari α

= 5%), maka model dikatakan fit.

Selanjutnya, pada folder Model Fit ǀBaseline Comparisons.

Diperoleh:

Tabel 4.23. Model Fit Baseline Comparisons Konstruk Etos Belajar

NFI RFI IFI TLI


Model CFI
Delta1 rho1 Delta2 rho2
Default model ,971 ,942 ,990 ,980 ,990
Saturated model 1,000 1,000 1,000
Independence model ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

Indeks fit CFI yang dihasilkan nilainya sebesar 0,990. Karena CFI

lebih besar dari 0,90, maka ini juga mengindikasikan bahwa model

dinyatakan fit. Perhatikan pula indeks fit incremental lainnya yang

semuanya bernilai mendekati nilai 0,90.

Selanjutnya, pada folder Model Fit ǀRMSEA. diperoleh:

Tabel 4.24. Model Fit RMSEA Konstruk Etos Belajar


128

Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE


Default model ,050 ,000 ,119 ,428
Independence model ,354 ,317 ,392 ,000

Nilai RMSEA yang dihasilkan sebesar 0,050 Karena nilai ini lebih

kecil dari 0,10, maka model dikatakan fit.

Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa model

terindentifikasi, dan model dinyatakan fit berdasarkan indeks fit statistik

chi-kuadrat, CFI, maupun RMSEA.

Adapun model Etos Belajar setelah di analisis dengan

menggunakan metode Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan

program AMOS Ver. 22 adalah sebagai berikut:

Gambar 4.4
Confirmatory Factor Analysis (CFA) Konstruk Etos Belajar

3. Konstruk Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi

Model Konstruk Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi yang

terdiri dari 4 buah variabel observed beserta error pengukurannya adalah

sebagai berikut:
129

Gambar 4.5 Konstruk Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi

Identifikasi Model

Model pengukuran Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi

terdiri dari 4 buah variabel observed (indikator) sehingga p = 4.

Banyaknya distinc samplemoment (nilai unik) adalah ½ p(p + 1) = ½ * 4 *

(4+1) = 10. Banyaknya parameter yang akan diestimasi adalah k = 8, yaitu

4 buah loading faktor () dan 4 buah varian error (). Jadi, derajat bebas

(df) model Investasi adalah 10 - 8 = 2. Dengan db yang positif, maka

syarat perlu sebagai model yang identified telah terpenuhi.

Uji Validitas Konstruk

1) Signifikansi parameter dan loading faktor �

Pada panel navigasi Amos Output, folder Estimates ǀScalarsǀ

Regresssion Weights diperoleh hasil sebagai berikut:


130

Tabel 4.25. Regression Weights Konstruk Karakteristik TPKP

Estimate S.E. C.R. P Label


X4_1 <--- KarakteristikTPKP 1,000
X4_2 <--- KarakteristikTPKP 1,432 ,198 7,242 ***
X4_3 <--- KarakteristikTPKP 1,417 ,201 7,063 ***
X4_4 <--- KarakteristikTPKP 1,374 ,200 6,870 ***

Pada kolom P. P-value 2 ekor (two-tailed) yang dihasilkan

untuk semua relasi KarakteristikTPKP → X4_1 sampai dengan

Karakteristik TPKP→ X4_4 diperoleh nilai sebesar dibawah 0,05 (α=

5%) yang artinya semua indikator Karakteristik TPKP dinyatakan

signifikan sebagai pengukuran konstruk Karakteristik TPKP

Selanjutnya pada folder Estimates ǀ Scalaras ǀ Standardized

Regression Weights. Diperoleh hasil analisis sebagai berikut:

Tabel 4.26. Standardized Regression Weights Konstruk Karakteristik


TPKP

Estimate
X4_1 <--- KarakteristikTPKP ,579
X4_2 <--- KarakteristikTPKP ,783
X4_3 <--- KarakteristikTPKP ,728
X4_4 <--- KarakteristikTPKP ,690
Indikator X4_1 mempunyai nilai loading (kolom Estimnate)

yang lebih kecil dari 0,6, sehingga indikator X4_1 tidak memenuhi

validitas konvergen sebagai pengukur konstruk Karakteristik Tempat

Praktik Kerja Profesi.

2) Reliabilitas Indikator

Pada analisis reliabilitas indikator, dapat dilihat pada folder

Estimates ǀ Scalars ǀ Squared Multiple Correlations dapat diperoleh


131

hasil pada tabel berikut:

Tabel 4.27. Squared Multiple Correlations Konstruk Karakteristik TPKP

Estimate
X4_4 ,476
X4_3 ,531
X4_2 ,613
X4_1 ,335

Nilai reliabilitas indikator R2 ini merupakan kuadrat dari nilai

loading faktor. Indikator yang reliabel mempunyai nilai R2 lebih besar

dari 0,5. Dari tabel 4.29 di atas dapat disimpulkan bahwa X4_3 dan

X4_2 dinyatakan reliabel karena nilai R2 yang lebih besar dari 0,50.

3) Reliabilitas Konstruk

Nilai loading faktor � yang dihasilkan Tabel diatas akan

digunakan untuk menghitung koefisien reliabilitas komposit atau CR,

dan AVE. Error pengukuran � kita hitung dengan persamaan berikut:

∑5�= �� = 0,335 + 0,613 + 0,531 + 0,476 = 2,649

∑5�= �� = 0,3352 + 0,6132 + 0,5312 + 0,4762 = 0,997

∑5�= �� = (1 - 0,3352) + (1 - 0,6132) + (1 - 0,5312) + (1 - 0,4762)

= 3,003

∑��= �� ,
�� = = = ,
∑��= �� + ∑��= �� , + ,

∑��= �� ,
��� = = = ,

132

Nilai CR yang dihasilkan hanya 0,560, lebih kecil dari batas

minimal CR yang disarankan, yaitu 0,70. Demikian juga dengan nilai

AVE yang hanya sebesar 0,249, lebih kecil dari nilai minimal yang

disarankan, yaitu 0,50. Nilai AVE yang kecil menunjukkan bahwa

lebih banyak error yang terdapat pada item-item indikator dari pada

varians yang dapat dijelaskan oleh konstruk laten Karakteristik

Tempat Praktik Kerja Profesi. Jadi, baik menggunakan ukuran CR

maupun AVE menunjukkan bahwa reliabilitas konstruk cukup baik.

Menilai Fit Model


Pada analisis Amos Output, folder Model Fit ǀ CMIN diperoleh:

Tabel 4.28. Model Fit CMIN Konstruk Karakteristik TPKP

Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF


Default model 8 5,865 2 ,053 2,933
Saturated model 10 ,000 0
Independence model 4 228,683 6 ,000 38,114

Statistik chi-kuadrat (X2) yang dihasilkan sebesar 2,933 dengan P-

value 0,053. Karena p-value yang dihasilkan lebih besar (lebih besar dari α

= 5%), maka model dikatakan fit.

Selanjutnya, pada folder Model Fit ǀBaseline Comparisons

diperoleh:

Tabel 4.29. Model Fit Baseline Comparisons Konstruk Karakteristik


TPKP
133

NFI RFI IFI TLI


Model CFI
Delta1 rho1 Delta2 rho2
Default model ,974 ,923 ,983 ,948 ,983
Saturated model 1,000 1,000 1,000
Independence model ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

Indeks fit CFI yang dihasilkan nilainya sebesar 0,983. Karena CFI

lebih besar dari 0,90, maka ini juga mengindikasikan bahwa model fit.

Perhatikan pula indeks fit incremental lainnya yang semuanya bernilai

diatas 0,90.

Selanjutnya, pada folder Model Fit ǀRMSEA diperoleh:

Tabel 4.30. Model Fit RMSEA Konstruk Karakteristik TPKP

Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE


Default model ,099 ,000 ,196 ,138
Independence model ,433 ,386 ,482 ,000

Nilai RMSEA yang dihasilkan sebesar 0,099. Karena nilai ini lebih

kecil dari 0,10, maka model dikatakan fit. Pembahasan di atas ditarik

kesimpulan bahwa model terindentifikasi, dan model dinyatakan fit

berdasarkan indeks fit statistik chi-kuadrat, CFI, maupun RMSEA.

Adapun model Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi setelah

di analisis dengan menggunakan metode Confirmatory Factor Analysis

(CFA) dengan program AMOS Ver. 22 adalah sebagai berikut:


134

Gambar 4.6 Confirmatory Factor Analysis (CFA) Konstruk Karakteristik


Tempat Praktik Kerja Profesi

4. Konstruk Kapabilitas Lulusan dan Mindset Entrerpreneurship

Model Konstruk Kapabilitas Lulusan dan Mindset

Entrepreneurship adalah model pengukuran yang melibatkan dua buah

konstruk laten sekaligus yang terdiri dari 6 buah variabel observed beserta

error pengukurannya adalah sebagai berikut :

Gambar 4.7 Konstruk Kapabilitas Lulusan dan Mindset Entrepreneurship


135

Identifikasi Model

Model pengukuran dua konstruk laten Kapabilitas Lulusan dan

Mindset Entrepreneurship sekaligus yang terdiri dari 6 buah variabel

observed (indikator) sehingga p = 7. Banyaknya distinc samplemoment

(nilai unik) adalah ½ p(p + 1) = ½ * 7 * (7+1) = 28. Banyaknya parameter

yang akan diestimasi adalah k = 14, yaitu 7 buah loading faktor () dan 7

buah varian error (). Jadi, derajat bebas (df) model Kapabilitas Lulusan

dan Mindset Entrepreneurship adalah 28 - 14 = 14. Dengan db yang

positif, maka syarat perlu sebagai model yang identified telah terpenuhi.

Uji Validitas Konstruk

1) Signifikansi parameter dan loading faktor �

Pada panel navigasi AMOS Output, folder Estimates ǀScalarsǀ

Regresssion Weights diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.31. Regression Weights Konstruk Kapabilitas Lulusan dan Mindset


Enterpreunership Lulusan

Estimate S.E. C.R. P Label


Y1_3 <--- KapabilitasLulusan 1,136 ,185 6,124 ***
Y1_2 <--- KapabilitasLulusan 1,053 ,164 6,425 ***
Y1_1 <--- KapabilitasLulusan 1,000
Y2_3 <--- MindsetEntrepreneurship 1,617 ,240 6,735 ***
Y2_2 <--- MindsetEntrepreneurship 1,633 ,245 6,653 ***
Y2_4 <--- MindsetEntrepreneurship 1,475 ,227 6,489 ***
Y2_1 <--- MindsetEntrepreneurship 1,000

Pada kolom P. Nilai P *** (asterik) memiliki nilai 0,000. P-

value 2 ekor (two-tailed) yang dihasilkan untuk semua relasi

MindsetEntrepreneurship → Y2_1 sampai dengan KapabilitasLulusan


136

→ Y1_3 diperoleh nilai sebesar dibawah 0,05 (α= 5%) yang artinya

semua indikator Mindset Entrepreneurship dan Kapabilitas Lulusan

dinyatakan signifikan sebagai pengukuran konstruk Mindset

Entrepreneurship dan Kapabilitas Lulusan.

Selanjutnya pada folder Estimates ǀ Scalaras ǀ Standardized

Regression Weights. Diperoleh hasil analisis sebagai berikut:

Tabel 4.32. Standardized Regression Weights Konstruk Kapabilitas Lulusan


dan Mindset Entrepreneurship

Estimate
Y1_3 <--- KapabilitasLulusan ,626
Y1_2 <--- KapabilitasLulusan ,687
Y1_1 <--- KapabilitasLulusan ,565
Y2_3 <--- MindsetEntrepreneurship ,812
Y2_2 <--- MindsetEntrepreneurship ,783
Y2_4 <--- MindsetEntrepreneurship ,736
Y2_1 <--- MindsetEntrepreneurship ,497

Indikator Y2_1 dan Y1_1 mempunyai nilai loading (kolom

Estimnate) yang lebih kecil dari 0,6, sehingga keduanya tidak

memenuhi validitas konvergen sebagai pengukur konstruk latennya

yakni Mindset Entrepreneurship dan Kapabilitas Lulusan.

2) Reliabilitas Indikator

Pada analisis reliabilitas indikator, dapat dilihat pada folder

Estimates ǀ Scalars ǀ Squared Multiple Correlations. Dan diperoleh

sebagai berikut:
137

Tabel 4.33. Squared Multiple Correlations Konstruk Kapabilitas


Lulusan dan Mindset Entrepreneurship

Estimate
Y2_4 ,542
Y2_1 ,247
Y2_2 ,614
Y2_3 ,659
Y1_1 ,319
Y1_2 ,472
Y1_3 ,392

Nilai reliabilitas indikator R2 ini merupakan kuadrat dari nilai

loading faktor. Indikator yang reliabel mempunyai nilai R2 lebih besar

dari 0,5. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa indikator Y2_2,

Y2_3 dan Y2_4 Mindset Entrepreneurship dinyatakan reliabel karena

mempunyai nilai R2 yang lebih besar dari 0,50.

3) Reliabilitas Konstruk
Nilai loading faktor � yang dihasilkan Tabel diatas akan

digunakan untuk menghitung koefisien reliabilitas komposit atau CR,

dan AVE. Error pengukuran � kita hitung dengan persamaan sebagai

berikut :

∑5�= �� = 0,497 + 0,736 + 0,783 + 0,812 + 0,565 + 0,687 + 0,626

= 4,706

∑5�= �� = 0,4972 + 0,7362 + 0,7832 + 0,8122 + 0,5652 + 0,6872

+ 0,6262 = 3,244
138

∑5�= �� = (1 - 0,4972) + (1 - 0,7362) + (1 - 0,7832) + (1 - 0,8122) +

(1 - 0,5652) + (1 - 0,6872) + (1 - 0,6262) = 3,756

∑��= �� ,
�� = = = ,
∑��= �� + ∑��= �� , + ,

∑��= �� ,
��� = = = ,

Nilai CR yang dihasilkan sebesar 0,855, lebih besar dari batas

minimal CR yang disarankan, yaitu 0,70. Akan tetapi nilai AVE

diperoleh sebesar 0,463, lebih kecil dari nilai minimal yang

disarankan, yaitu 0,50. Nilai CR yang besar menunjukkan bahwa tidak

terdapat error pada item-item indikator dari pada varians yang dapat

dijelaskan oleh konstruk laten Mindset Entrepreneurship dan

Kapabilitas Lulusan. Jadi, dengan menggunakan ukuran CR

menunjukkan bahwa reliabilitas konstruk sangat baik.

Menilai Fit Model


Pada analisis Amos Output, folder Model Fit ǀ CMIN diperoleh:

Tabel 4.34. Model Fit CMIN Konstruk Kapabilitas Lulusan


dan Mindset Entrepreneurship

Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF


Default model 15 28,511 13 ,008 2,193
Saturated model 28 ,000 0
Independence model 7 465,776 21 ,000 22,180

Statistik chi-kuadrat (X2) yang dihasilkan sebesar 2,193 dengan P-

value 0,008. Karena p-value yang dihasilkan lebih kecil (lebih kecil dari α

= 5%), maka model dikatakan fit.


139

Selanjutnya, pada folder Model Fit ǀBaseline Comparisons

diperoleh:

Tabel 4.35. Model Fit Baseline Comparisons Konstruk Kapabilitas Lulusan


dan Mindset Entrepreneurship

NFI RFI IFI TLI


Model CFI
Delta1 rho1 Delta2 rho2
Default model ,939 ,901 ,966 ,944 ,965
Saturated model 1,000 1,000 1,000
Independence model ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

Indeks fit CFI yang dihasilkan nilainya sebesar 0,965. Karena CFI

lebih besar dari 0,90, maka ini juga mengindikasikan bahwa model fit.

Perhatikan pula indeks fit incremental lainnya yang semuanya bernilai

diatas 0,90.

Selanjutnya, pada folder Model Fit ǀRMSEA. diperoleh:

Tabel 4.36. Model Fit RMSEA Konstruk Kapabilitas Lulusan


dan Mindset Entrepreneurship

Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE


Default model ,078 ,038 ,117 ,110
Independence model ,327 ,302 ,353 ,000

Nilai RMSEA yang dihasilkan sebesar 0,078. Karena nilai lebih

kecil dari syarat fit yakni sebesar 0,10, maka model dikatakan fit.

Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa model

terindentifikasi, dan model dinyatakan fit berdasarkan indeks fit statistik

CFI, dan RMSEA.

Adapun model Mindset Entrepreneurship dan Kapabilitas Lulusan

setelah di analisis dengan menggunakan metode Confirmatory Factor


140

Analysis (CFA) dengan program AMOS Ver. 22 adalah sebagai berikut:

Gambar 4.8 Confirmatory Factor Analysis (CFA) Konstruk Kapabilitas


Lulusan dan Mindset Entrepreneurship

D. Structural Equation Model (SEM)

Uji kelayakan model keseluruhan dilakukan dengan menggunakan

analisis Structural Equation Model (SEM), yang sekaligus digunakan untuk

menganalisis hipotesis yang diajukan. Hasil pengujian model melalui SEM

adalah seperti yang ditampilkan dalam gambar berikut:


141

1 X1 x1.1

2 X2 x2.1
x3.1 Modus 1
3 X3 Pembelajaran
x4.1 (1) 1
4 X4 x5.1
y1.1 Y1 1
2 Kapabilitas y2.1
5 X5 Lulusan Y2 2
(1)
3 y3.1
x6.2 Y3 3
6 X6 Tipe Lokus
x7.2 Kendali
(2)
7 X7 4

x8.3
1
8 X8
5
9 X9 x9.3
Etos Belajar
x10.3 (3) y4.2 Y4 4
10 X10
x11.3 6
11
y5.2 Y5 5
X11
Midset y6.2
7 Enterpreunership Y6 6
(2) y7.2
12 X12 x12.4
y8.2 Y7 7
13 x13.4 8
X13
Karakteristik Y8 8
x14.4 (4) 2
14 X14
x15.4
15 X15

Gambar 4.9. Model Persamaan Structural Equation Modelling (SEM)

Ringkasan uji kelayakan model penelitian tersebut adalah sebagai

berikut :

1. Evaluasi Awal terhadap Fit Model

Pada analisis Amos Output, folder Model Fit ǀ CMIN diperoleh:


142

Tabel 4.37. Model Fit CMIN Model Penelitian

Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF


Default model 54 710,526 222 ,000 3,201
Saturated model 276 ,000 0
Independence model 23 2108,782 253 ,000 8,335

Statistik chi-kuadrat (X2) yang dihasilkan sebesar 3,201 dengan P-

value 0,000. Karena p-value yang dihasilkan lebih kecil (lebih kecil dari α

= 5%), maka model dikatakan belum cukup fit.

Selanjutnya, pada folder Model Fit ǀBaseline Comparisons

diperoleh:

Tabel 4.38. Model Fit Baseline Comparisons Model Penelitian

NFI RFI IFI TLI


Model CFI
Delta1 rho1 Delta2 rho2
Default model ,663 ,616 ,741 ,700 ,737
Saturated model 1,000 1,000 1,000
Independence model ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

Indeks fit CFI yang dihasilkan nilainya sebesar 0,737. Karena CFI

lebih kecil dari 0,90, maka ini juga mengindikasikan bahwa model belum

cukup fit. Perhatikan pula indeks fit incremental lainnya yang semuanya

bernilai di dibawah 0,90.

Selanjutnya, pada folder Model Fit ǀRMSEA. Diperoleh:

Tabel 4.39. Model Fit RMSEA Model Penelitian

Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE


Default model ,105 ,097 ,114 ,000
Independence model ,192 ,185 ,200 ,000
143

Nilai RMSEA yang dihasilkan sebesar 0,105. Karena nilai ini lebih

besar dari 0,10, maka model belum cukup dikatakan fit.

Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa model

terindentifikasi, dan model dinyatakan belum cukup fit berdasarkan indeks

fit statistik chi-kuadrat, CFI, maupun RMSEA.

2. Evaluasi Validitas Konvergen

Pada analisis berikutnya dapat dilihat pada Amos Output folder

Estimates ǀScalarsǀ Regresssion Weights diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.40. Regression Weights Model Penelitian

Estimate S.E. C.R. P Label


KapabilitasLulusan <--- ModusBelajar ,273 ,108 2,539 ,011
KapabilitasLulusan <--- LokusKendali ,078 ,034 2,304 ,021
KapabilitasLulusan <--- EtosBelajar -,003 ,078 -,042 ,967
KapabilitasLulusan <--- KarakteristikTPKP ,814 ,154 5,283 ***
MindsetEnterpreunership <--- ModusBelajar ,303 ,084 3,614 ***
MindsetEnterpreunership <--- LokusKendali ,099 ,027 3,671 ***
MindsetEnterpreunership <--- EtosBelajar -,043 ,050 -,854 ,393
MindsetEnterpreunership <--- KarakteristikTPKP ,415 ,097 4,262 ***
X1_1 <--- ModusBelajar 1,000
X1_2 <--- ModusBelajar 1,470 ,209 7,036 ***
X1_3 <--- ModusBelajar 1,344 ,183 7,328 ***
Y1_3 <--- KapabilitasLulusan 1,030 ,181 5,703 ***
Y1_2 <--- KapabilitasLulusan ,795 ,148 5,367 ***
Y1_1 <--- KapabilitasLulusan 1,000
Y2_3 <--- MindsetEntrepreneurship 1,529 ,261 5,866 ***
Y2_2 <--- MindsetEntrepreneurship 1,561 ,268 5,814 ***
X1_4 <--- ModusBelajar 1,419 ,182 7,799 ***
Y2_4 <--- MindsetEntrepreneurship 1,395 ,248 5,634 ***
Y2_1 <--- MindsetEntrepreneurship 1,000
X1_5 <--- ModusBelajar 1,260 ,177 7,118 ***
X2_1 <--- LokusKendali 1,000
X2_2 <--- LokusKendali 1,279 ,277 4,616 ***
X3_1 <--- EtosBelajar 1,000
X3_2 <--- EtosBelajar ,897 ,135 6,662 ***
144

Estimate S.E. C.R. P Label


X3_3 <--- EtosBelajar ,818 ,135 6,075 ***
X3_4 <--- EtosBelajar 1,204 ,167 7,196 ***
X3_5 <--- EtosBelajar 1,259 ,181 6,958 ***
X4_1 <--- KarakteristikTPKP 1,000
X4_2 <--- KarakteristikTPKP 1,482 ,203 7,314 ***
X4_3 <--- KarakteristikTPKP 1,397 ,203 6,899 ***
X4_4 <--- KarakteristikTPKP 1,457 ,209 6,970 ***

Tiga buah asterik (***) pada kolom P menjukkan bahwa p-value

yang dihasilkan sangat kecil (<0,001). Nilai p-value yang kecil

menunjukkan bahawa relasi antara variabel indikator dengan konstruk

latennya dinyatakan signifikan. Dengan demikian hanya ada 2 relasi yang

tidak signifikan, yaitu : EtosBelajar → KapabilitasLulusan dan EtosBelajar

→ MindsetEntrepreneurship.

Pada analisis berikutnya dapat dilihat pada Amos Output folder

Estimates ǀScalarsǀ Standardized Regresssion Weights diperoleh hasil

sebagai berikut:

Tabel 4.41. Standardized Regression Weights Model Penelitian

Estimate
KapabilitasLulusan <--- ModusBelajar ,230
KapabilitasLulusan <--- LokusKendali ,211
KapabilitasLulusan <--- EtosBelajar -,004
KapabilitasLulusan <--- KarakteristikTPKP ,739
MindsetEnterpreunership <--- ModusBelajar ,345
MindsetEnterpreunership <--- LokusKendali ,365
MindsetEnterpreunership <--- EtosBelajar -,064
MindsetEnterpreunership <--- KarakteristikTPKP ,510
X1_1 <--- ModusBelajar ,623
X1_2 <--- ModusBelajar ,640
X1_3 <--- ModusBelajar ,678
Y1_3 <--- KapabilitasLulusan ,595
Y1_2 <--- KapabilitasLulusan ,538
145

Estimate
Y1_1 <--- KapabilitasLulusan ,592
Y2_3 <--- MindsetEntrepreneurship ,758
Y2_2 <--- MindsetEntrepreneurship ,736
X1_4 <--- ModusBelajar ,752
Y2_4 <--- MindsetEntrepreneurship ,675
Y2_1 <--- MindsetEntrepreneurship ,464
X1_5 <--- ModusBelajar ,650
X2_1 <--- LokusKendali ,704
X2_2 <--- LokusKendali ,832
X3_1 <--- EtosBelajar ,584
X3_2 <--- EtosBelajar ,651
X3_3 <--- EtosBelajar ,567
X3_4 <--- EtosBelajar ,755
X3_5 <--- EtosBelajar ,702
X4_1 <--- KarakteristikTPKP ,561
X4_2 <--- KarakteristikTPKP ,785
X4_3 <--- KarakteristikTPKP ,696
X4_4 <--- KarakteristikTPKP ,709

Melalui hasil estimasi dapat diketahui bahwa masing-masing

indikatornya yang mempunyai nilai loading faktor (λ) nilai yang

diharapkan adalah diatas dari 0,5 dari konstruk latennya. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa sebagian indikator dinyatakan tidak memenuhi

validitas konvergen sebagai pengukur masing-masing konstruk latennya.

3. Membaca Saran Modifikasi Model

Perbaikan fit model dapat diupayakan dengan mengikuti saran

modifikasi (respesifikasi) model yang diberikan oleh AMOS pada Amos

Output folder Modification Indices ǀCovariances diperoleh hasil sebagai

berikut:
146

Tabel 4.42. Covariances Model Penelitian

M.I. Par Change


EtosBelajar <--> KarakteristikTPKP 85,586 ,219
LokusKendali <--> KarakteristikTPKP 73,030 ,511
LokusKendali <--> EtosBelajar 76,481 ,642
ModusBelajar <--> KarakteristikTPKP 54,326 ,133
ModusBelajar <--> EtosBelajar 73,630 ,190
ModusBelajar <--> LokusKendali 58,737 ,428
z1 <--> z2 12,045 ,049
e16 <--> EtosBelajar 14,179 ,129
e16 <--> LokusKendali 7,255 ,234
e16 <--> ModusBelajar 5,739 ,063
e14 <--> EtosBelajar 4,273 ,061
e14 <--> LokusKendali 7,498 ,205
e13 <--> e15 6,628 ,099
e12 <--> KarakteristikTPKP 5,665 ,072
e11 <--> LokusKendali 4,677 ,173
e10 <--> KarakteristikTPKP 4,295 ,055
e10 <--> LokusKendali 9,467 ,252
e10 <--> ModusBelajar 9,484 ,076
e9 <--> KarakteristikTPKP 8,264 ,069
e9 <--> LokusKendali 5,000 ,166
e9 <--> ModusBelajar 9,417 ,069
e8 <--> ModusBelajar 4,844 ,064
e8 <--> e12 4,910 -,106
e7 <--> KarakteristikTPKP 9,022 ,192
e7 <--> ModusBelajar 10,741 ,196
e6 <--> KarakteristikTPKP 24,887 ,300
e6 <--> EtosBelajar 44,096 ,491
e6 <--> ModusBelajar 14,234 ,212
e6 <--> e12 4,078 ,190
e6 <--> e9 6,106 ,185
e6 <--> e8 7,290 ,262
e5 <--> KarakteristikTPKP 15,094 ,100
e5 <--> EtosBelajar 9,506 ,097
e5 <--> LokusKendali 14,607 ,305
e5 <--> z1 4,647 ,059
147

M.I. Par Change


e23 <--> e7 8,126 -,224
e4 <--> EtosBelajar 4,972 ,064
e4 <--> LokusKendali 4,383 ,151
e4 <--> e13 11,467 ,110
e20 <--> e13 9,673 ,122
e20 <--> e10 7,348 -,104
e21 <--> e10 7,981 ,090
e22 <--> z1 7,984 ,066
e17 <--> e13 5,311 ,092
e17 <--> e9 6,345 ,089
e18 <--> z2 18,992 ,076
e18 <--> e13 8,121 -,102
e18 <--> e10 4,532 ,075
e18 <--> e9 5,469 -,074
e18 <--> e21 13,327 ,112
e19 <--> e9 6,935 -,096
e3 <--> z1 7,148 -,074
e3 <--> e19 9,230 -,119
e2 <--> EtosBelajar 4,534 ,080
e2 <--> e12 6,326 ,121
e2 <--> e10 12,368 ,148
e2 <--> e21 5,921 ,090
e1 <--> e10 4,902 -,066
e1 <--> e22 7,750 -,068

Berdasarkan hasil estimasi ini disarankan dengan memperhatikan

kolom baris pertama antara laten EtosBelajar dan Karakteristik Praktik

Kerja Profesi bernilai 85,586 menjadikan parameter bebas, maka akan

menurunkan ukuran ketidaksesuaian model (discrepancy) sekurang-

kurangnya sebesar 85,586.


148

Gambar 4.10 Model Persamaan (SEM) Penelitian Sebelum Perbaikan

4. Fit Model dan Validitas Konstruk Pasca Perbaikan Model

Setelah mengikuti saran perbaikan fit model yang diberikan oleh

AMOS maka hasil analisis Amos Output, folder Model Fit ǀ CMIN.

Diperoleh:

Tabel 4.43. Model Fit CMIN Model Penelitian

Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF


Default model 72 247,710 204 ,020 1,214
Saturated model 276 ,000 0
Independence model 23 2108,782 253 ,000 8,335

Statistik chi-kuadrat (X2) yang dihasilkan sebesar 1,214 dengan P-

value 0,020. Karena p-value yang dihasilkan lebih kecil (lebih kecil dari α
149

= 5%), maka model dikatakan masih belum cukup fit.

Selanjutnya, pada folder Model Fit ǀBaseline Comparisons

diperoleh:

Tabel 4.44. Model Fit Baseline Comparisons Model Penelitian

NFI RFI IFI TLI


Model CFI
Delta1 rho1 Delta2 rho2
Default model ,883 ,854 ,977 ,971 ,976
Saturated model 1,000 1,000 1,000
Independence model ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

Indeks fit CFI yang dihasilkan nilainya sebesar 0,976. Karena CFI

lebih besar dari 0,90, maka ini juga mengindikasikan bahwa model fit.

Perhatikan pula indeks fit incremental lainnya yang semuanya bernilai di

mendekati dan diatas 0,90.

Selanjutnya, pada folder Model Fit ǀRMSEA diperoleh:

Tabel 4.45. Model Fit RMSEA Model Penelitian

Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE


Default model ,033 ,014 ,047 ,983
Independence model ,192 ,185 ,200 ,000

Nilai RMSEA yang dihasilkan sebesar 0,033. Karena nilai ini lebih

kecil dari 0,10, maka model dikatakan fit.

Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa model

terindentifikasi, dan model dinyatakan cukup dikatakan fit berdasarkan

indeks fit statistik chi-kuadrat, CFI, maupun RMSEA.


150

Adapun model pasca modifikasi adalah sebagai berikut :

Gambar 4.11 Model Persamaan (SEM) Penelitian Pasca Perbaikan

Tabel 4.46 Hasil pengujian kelayakan Model Confirmatory Factor


Analysis
151

Goodness of Fit Hasil


Cut–off value Evaluasi Model
Indeks Analisis
Chi-square ≤ 272,16 247,710 Baik

Probability ≥ 0,05 0,204 Baik

RMSEA ≤ 0,08 0,033 Baik

GFI ≥ 0,90 0,902 Baik

AGFI ≥ 0,90 0,868 Marginal

TLI ≥ 0,95 0,971 Baik

CFI ≥ 0,95 0,976 Baik

CMIN/DF ≤ 2.00 1,214 Baik

Sumber : data primer, diolah, 2017

Hasil analisis pengolahan data terlihat bahwa semua konstruk yang

digunakan untuk membentuk sebuah model penelitian, pada proses analisis

full model SEM sudah memenuhi kriteria goodness of fit yang telah

ditetapkan. Ukuran goodness of fit yang menunjukkan kondisi yang fit hal

ini disebabkan oleh angka Chi-square sebesar 247,710 yang lebih kecil

dari cut-off value yang ditetapkan (272,16) dengan nilai probability 0,204

atau diatas 0,05, nilai ini menunjukkan adanya perbedaan antara matriks

kovarian sample dengan matriks kovarian populasi yang diestimasi.

Ukuran goodness of fit lain juga menunjukkan pada kondisi yang baik

yaitu TLI (0,971); CFI (0,976); CMIN/DF (1,214); RMSEA (0,033); GFI

(0,902) memenuhi kriteria goodness of fit. Sedangkan nilai dan AGFI

(0,868) masih berada dalam batas toleransi sehingga dapat diterima.


152

E. Pengujian Hipotesis

1. Pengujian Hipotesis 1: Terdapat Pengaruh Modus Belajar di Kelas

terhadap Kapabilitas Lulusan

Penelitian ini menghasilkan temuan yang ditunjukkan bahwa Modus

Belajar di kelas berpengaruh signifikan terhadap Kapabilitas Lulusan. Hal

ini ditunjukkan dari nilai parameter estimasi hubungan kedua variabel

tersebut diperoleh sebesar 1,536. Pengujian menunjukkan hasil yang

signifikan dengan nilai CR = 2,252 yang memenuhi syarat > 1.96 dengan

probabilitas = 0,024 yang memenuhi syarat probabilitas pengujian berada

dibawah 0,05. Dengan demikian hipotesis 1 yang menyatakan bahwa

“terdapat pengaruh Modus Belajar di Kelas terhadap Kapabilitas Lulusan”

terbukti kebenarannya.

2. Pengujian Hipotesis 2: Terdapat Pengaruh Tipe Lokus Kendali

terhadap Kapabilitas Lulusan

Penelitian ini menghasilkan temuan yang ditunjukkan bahwa Tipe

Lokus Kendali berpengaruh signifikan terhadap Kapabilitas Lulusan. Hal

ini ditunjukkan dari nilai parameter estimasi hubungan kedua variabel

tersebut diperoleh sebesar 0,331. Pengujian menunjukkan hasil yang tidak

signifikan dengan nilai CR = 1,287 yang tidak memenuhi syarat > 1.96

dengan probabilitas = 0,198 yang tidak memenuhi syarat probabilitas

pengujian berada diatas 0,05. Dengan demikian hipotesis 2 yang


153

menyatakan bahwa “terdapat pengaruh Tipe Lokus Kendali terhadap

Kapabilitas Lulusan” tidak terbukti kebenarannya.

3. Pengujian Hipotesis 3: Terdapat Pengaruh Etos Belajar terhadap

Kapabilitas Lulusan

Penelitian ini menghasilkan temuan yang ditunjukkan bahwa Etos

Belajar berpengaruh signifikan terhadap Kapabilitas Lulusan. Hal ini

ditunjukkan dari nilai parameter estimasi hubungan kedua variabel

tersebut diperoleh sebesar -2,849. Pengujian menunjukkan hasil yang

signifikan dengan nilai CR = -1,968 yang memenuhi syarat > 1.96

dengan probabilitas = 0,049 yang memenuhi syarat probabilitas pengujian

berada dibawah 0,05. Dengan demikian hipotesis 3 yang menyatakan

bahwa “terdapat pengaruh Etos Belajar terhadap Kapabilitas Lulusan”

terbukti kebenarannya.

4. Pengujian Hipotesis 4: Terdapat Pengaruh Karakteristik Tempat

Praktik Kerja Profesi terhadap Kapabilitas Lulusan

Penelitian ini menghasilkan temuan yang ditunjukkan bahwa

Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi berpengaruh signifikan

terhadap Kapabilitas Lulusan. Hal ini ditunjukkan dari nilai parameter

estimasi hubungan kedua variabel tersebut diperoleh sebesar -2,849.

Pengujian menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai CR = -1,968

yang memenuhi syarat > 1.96 dengan probabilitas = 0,049 yang


154

memenuhi syarat probabilitas pengujian berada dibawah 0,05. Dengan

demikian hipotesis 4 yang menyatakan bahwa “terdapat pengaruh

Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi terhadap Kapabilitas Lulusan”

terbukti kebenarannya.

5. Pengujian Hipotesis 5: Terdapat Pengaruh Modus Belajar di Kelas

terhadap Mindset Entrepreneurship Lulusan

Penelitian ini menghasilkan temuan yang ditunjukkan bahwa

Modus Belajar di Kelas berpengaruh signifikan terhadap Mindset

Entrepreneurship lulusan. Hal ini ditunjukkan dari nilai parameter estimasi

hubungan kedua variabel tersebut diperoleh sebesar 1,373. Pengujian

menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai CR = 4,488 yang

memenuhi syarat > 1,96 dengan probabilitas = 0,013 yang memenuhi

syarat probabilitas pengujian berada dibawah 0,05. Dengan demikian

hipotesis 5 yang menyatakan bahwa “terdapat pengaruh Modus Belajar di

kelas terhadap Mindset Entrepreneurship lulusan” terbukti kebenarannya.

6. Pengujian Hipotesis 6: Terdapat Pengaruh Tipe Lokus Kendali

terhadap Mindset Entrepreneurship Lulusan

Penelitian ini menghasilkan temuan yang ditunjukkan bahwa Tipe

Lokus Kendali berpengaruh signifikan terhadap Mindset Entrepreneurship

lulusan. Hal ini ditunjukkan dari nilai parameter estimasi hubungan kedua

variabel tersebut diperoleh sebesar 0,341. Pengujian menunjukkan hasil


155

yang tidak signifikan dengan nilai CR = 1,601 yang tidak memenuhi

syarat > 1,96 dengan probabilitas = 0,109 yang tidak memenuhi syarat

probabilitas pengujian berada diatas 0,05. Dengan demikian hipotesis 6

yang menyatakan bahwa “terdapat pengaruh Tipe Lokus Kendali terhadap

Mindset Entrepreneurship lulusan” tidak terbukti kebenarannya.

7. Pengujian Hipotesis 7: Terdapat Pengaruh Etos Belajar terhadap

Mindset Entrepreneurship Lulusan

Penelitian ini menghasilkan temuan yang ditunjukkan bahwa Etos

Belajar berpengaruh signifikan terhadap Mindset Entrepreneurship

lulusan. Hal ini ditunjukkan dari nilai Parameter estimasi hubungan

kedua variabel tersebut diperoleh sebesar -2,298. Pengujian menunjukkan

hasil yang signifikan dengan nilai CR = -1,983 yang memenuhi syarat >

1,96 dengan probabilitas = 0,047 yang memenuhi syarat probabilitas

pengujian berada dibawah 0,05. Dengan demikian hipotesis 3 yang

menyatakan bahwa “terdapat pengaruh Etos Belajar terhadap Mindset

Entrepreneurship lulusan” terbukti kebenarannya.

8. Pengujian Hipotesis 8: Terdapat Pengaruh Karakteristik Tempat

Praktik Kerja Profesi terhadap Mindset Entrepreneurship Lulusan

Penelitian ini menghasilkan temuan yang ditunjukkan bahwa

Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi berpengaruh signifikan

terhadap Mindset Entrepreneurship lulusan. Hal ini ditunjukkan dari nilai


156

Parameter estimasi hubungan kedua variabel tersebut diperoleh sebesar

1,321. Pengujian menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai CR =

2,291 yang memenuhi syarat > 1.96 dengan probabilitas = 0,022 yang

memenuhi syarat probabilitas pengujian berada dibawah 0,05. Dengan

demikian hipotesis 8 yang menyatakan bahwa “terdapat pengaruh

Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi terhadap Mindset

Entrepreneurship lulusan” terbukti kebenarannya.

9. Pengujian Hipotesis 9: Terdapat Pengaruh Kapabilitas Lulusan

terhadap Mindset Entrepreneurship Lulusan

Penelitian ini menghasilkan temuan yang ditunjukkan bahwa

Kapabilitas berpengaruh signifikan terhadap Mindset Entrepreneurship

lulusan. Hal ini ditunjukkan dari nilai parameter estimasi hubungan kedua

variabel tersebut diperoleh sebesar 0,730. Pengujian menunjukkan hasil

yang signifikan dengan nilai CR = 7,362 yang memenuhi syarat > 1.96

dengan probabilitas = 0,000 yang memenuhi syarat probabilitas pengujian

berada dibawah 0,05. Dengan demikian hipotesis 9 bahwa “terdapat

pengaruh Kapabilitas terhadap Mindset Entrepreneurship lulusan” terbukti

kebenarannya.
157

10. Pengujian Hipotesis 10: Terdapat Pengaruh Kapabilitas Lulusan

terhadap Mindset Entrepreneurship Lulusan

Penelitian ini menghasilkan temuan yang ditunjukkan bahwa Modus

Belajar di Kelas, Tipe Lokus Kendali, Etos Belajar, Karakteristik Tempat

Praktik Kerja Profesi tidak berpengaruh signifikan terhadap Kapabilitas

lulusan dan Mindset Entrepreneurship lulusan. Hal ini ditunjukkan dari

nilai parameter estimasi hubungan kedua variabel tersebut diperoleh

sebesar 0,370.

Pengujian menunjukkan hasil yang tidak signifikan dengan nilai CR

= 0,665 yang tidak memenuhi syarat > 1.96 dengan probabilitas = 0,506

tidak memenuhi syarat probabilitas pengujian dibawah 0,05. Dengan

demikian hipotesis 10 bahwa “terdapat pengaruh Modus Belajar di Kelas,

Tipe Lokus Kendali, Etos Belajar dan Karakteristik Tempat Praktik Kerja

Profesi berpengaruh terhadap Kapabilitas lulusan dan Mindset

Entrepreneurship lulusan” terbukti kebenarannya.


158

BAB V
PEMBAHASAN

Hasil penelitian seperti diuraikan pada bab IV akan dikemukakan pada bab

pembahasan ini. Pembahasan mencakup hasil analisis desktiptif dan analisis

statistik terhadap variabel dan analisis statistik terhadap variabel-variabel dalam

penelitian ini yaitu modus belajar di kelas, tipe lokus kendali, etos belajar,

karakteristik tempat praktik kerja profesi, kapabilitas lulusan dan mindset

entrepreneurship.

A. Pengaruh Modus Belajar di Kelas terhadap Kapabilitas Lulusan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Modus Belajar di kelas memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap Kapabilitas Lulusan Politeknik

Keselamatan Transportasi Jalan. Selain itu modus belajar di kelas memiliki

pengaruh yang positif terhadap kapabilitas lulusan Politeknik Keselamatan

Transportasi Jalan dengan demikian hipotesis pertama terbukti kebenarannya.

Hasil Confirmatory Factor Analysis (CFA) menunjukkan bahwa Modus

Belajar di Kelas lebih ditentukan oleh dimensi (indikator) yang memiliki

loading besar, yaitu mengumpulkan informasi. Kenyataan ini menunjukkan

bahwa mengumpulkan informasi telah dirasakan positif oleh taruna PKTJ.

Modus Belajar berupa percobaan/ eksperimen yang telah ditetapkan oleh

PKTJ dan telah dilaksanakan dapat mensinergikan materi teori dan praktik.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa Modus Belajar berpengaruh

terhadap Kapabilitas. Hasil penelitian ini merupakan justifikasi dari teori

Modus Belajar yang dikemukakan oleh Jerome S. Bruner. Menurut Jerome S.


159

Bruner, Modus Belajar merupakan proses aktif dalam menemukan hal yang

baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya. Anak/siswa dianggap

sebagai insan pemikir dan pencipta informasi, sehingga dengan proses aktif

dalam menemukan hal yang baru diluar informasi yang diberikan maka akan

meningkatkan kapabilitas.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh

Puspita dkk (2013), Maulidia (2016), Putri dkk (2016) dan Syarifah (2016)

yang membuktikan bahwa model pembelajaran berpengaruh terhadap

kemampuan siswa. Modus belajar berupa percobaan/eksperimen merupakan

cara yang paling efektif untuk mengukur pencapaian keahlian dasar dan

keahlian dalam memahami suatu materi dan konsep selama pembelajaran.

Pada indikator menanya, pendidik pada PKTJ berusaha melatih taruna

mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan

pertanyaan untuk membentuk sebuah pikiran kritis baik ketika berada di

kelas, di laboratorium maupun di tempat praktik.

Pada indikator mengumpulkan informasi, pendidik berusaha melatih

taruna mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang

lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan

informasi melalui berbagai cara yang dipelajari dan mengembangkan

kebiasaan belajar. Pada indikator mengkomunikasikan, pendidik melatih

taruna mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir

sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan

mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.


160

Hal ini sependapat dengan hasil studi dari pakar pendidikan (Jalal&

Mustafa, 2001), empat fungsi yang dimaksud adalah: guru sebagai pendidik,

guru sebagai pengajar, guru sebagai pelatih, dan guru sebagai pembimbing,

yang disimpulkan bahwa guru merupakan faktor kunci yang paling

menentukan dalam keberhasilan pendidikan dinilai dari prestasi belajar siswa

hasil dari proses belajar dan modus yang telah digunakan. Seiring pendapat

tersebut juga sesuai dengan pendapat Beatrice Avalos dalam judul

penelitiannya “Teacher Professional Development In Teaching And

Teacher Education From 2000–2010” yang mengatakan bahwa:

“Beginning to teach is now well recognised around the world as a

particular and complex stage of teacher learning (OECD, 2005)”.

Artinya pengakuan terbaru pengajaran yang baik sekarang di dunia

sebagian atau seluruh dimulai dari tahapan bagaiman guru melakukan

pengajarannya, yakni cara yang baik dan tepat akan menghasilkan prestasi

yang optimal sesuai yang diharapkan.

B. Pengaruh Tipe Lokus Kendali terhadap Kapabilitas Lulusan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Tipe Lokus Kendali tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kapabilitas lulusan Politeknik

Keselamatan Transportasi Jalan. Selain itu Tipe Lokus Kendali memiliki

pengaruh yang positif yang relatif kecil terhadap Kapabilitas Lulusan

Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan, dengan demikian hipotesis kedua

tidak terbukti kebenarannya.


161

Hasil Confirmatory Factor Analysis (CFA) menunjukkan bahwa Tipe

Lokus Kendali lebih ditentukan oleh dimensi (indikator) yang memiliki

loading besar, yaitu lokus kendali eksternal. Kenyataan ini menunjukkan

bahwa Lokus Kendali eksternal telah dirasakan positif oleh taruna PKTJ.

Diantara lokus kendali internal dan lokus kendali eksternal yang menjadi

indikator dalam penelitian ini, maka yang memberikan kontribusi dominan

terhadap Tipe Lokus Kendali adalah lokus kendali eksternal. Kenyataan ini

menunjukkan bahwa sebagian besar taruna PKTJ mempunyai tipe lokus

kendali ekternal. Dalam hal ini, para taruna mengendalikan kemampuan dirinya

dari orang lain dalam menyelesaikan masalah.

Lokus kendali eksternal menganggap bahwa pencapaian merupakan hasil

dari kondisi eksternal dan diluar kendali mereka. Singer dan Singer (2001)

mengatakan bahwa individu yang memiliki ciri lokus kendali internal akan

mengalami eskalasi lebih besar dibandingkan dengan individu yang memiliki

ciri lokus kendali eksternal. Ghufron dan Risnawita (2010) menjelaskan

orang yang mempunyai lokus kendali internal mempunyai keyakinan bahwa

apa yang terjadi pada dirinya, kegagalan dan keberhasilannya karena

pengaruh dirinya sendiri. Sedangkan orang yang mempunyai lokus kendali

eksternal mempunyai anggapan bahwa faktor-faktor yang ada diluar dirinya

akan mempengaruhi tingkah lakunya seperti kesempatan, nasib, dan

keberuntungan.

Temuan dari penelitian ini bahwa taruna di PKTJ mempunyai inisiatif

yang tinggi untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan melalui bantuan


162

teman. Taruna juga dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis karena

pengaruh teman dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.

Taruna menyukai tugas-tugas yang menantang demi kemajuan diri di masa

mendatang asalkan ada teman pendamping.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa Tipe Lokus Kendali tidak

berpengaruh terhadap Kapabilitas, karena cenderung memiliki lokus kendali

eksternal yang nantinya akan memperlemah kapabilitas, sehingga kapabilitas

lulusan saat ini tidak terpengaruhi oleh tipe lokus kendali yang dimilikinya.

Hasil penelitian ini merupakan justifikasi dari teori lokus kendali yang

dikemukakan oleh (Li et al, 2015) bahwa lokus kendali merupakan kendali

psikologi individu atas pekerjaan mereka dan kepercayaan mereka terhadap

keberhasilan diri.

Menurut Li et al, (2015 lokus kendali sebagai tingkat dimana individu

yakin bahwa mereka adalah penentu nasib mereka sendiri, sehingga dengan

keyakinan bahwa mereka adalah penentu keberhasilan mereka sendiri. Dalam

penelitian ini tipe lokus kendali yang dominan pada taruna adalah lokus

kendali eksternal, dimana taruna masih memerlukan orang lain untuk

memberi motivasi dan memiliki keyakinan bahwa lingkunganlah yang

mempunyai kontrol terhadap nasib yang terjadi dalam kehidupannya.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari A.Mukhadis yang berjudul

“Pengorganisasian Isi Pembelajaran Tipe Prosedural, Kajian Empirik pada

Latar SMK Rumpun Teknologi” bahwa orientasi locus of control internal

lebih unggul bila dibandingkan dengan orientasi locus of control eksternal


163

dalam hasil dan transfer belajar pengenalan pola dan gabungan pengenalan

pola dan urutan tindakan prosedural, pada kelompok pebelajar yang memiliki

kondisi bakat berpikir mekanik apapun, yang berarti bahwa lokus kontrol

internal dimiliki oleh seluruh siswa yang memiliki bakat berpikir mekanik

tinggi ataupun rendah karena cenderung bekerja dengan skill.

Kurt A. April dalam penelitiannya yang berjudul “Impact of Locus of

Control Expectancy on Level of Well-Being” menjelaskan bahwa:

“People with an internal locus of control believe that the

outcomes of their actions are a result of their own

personal efforts (Andrisani & Nestel, 1976), abilities (Carrim

et al., 2006), or permanent characteristics (Littunen &

Storhammar, 2000). They believe that hard work and

personal abilities lead to positive outcomes (Carrim et al.,

2006).”

Pengertian pendapat di atas bahwa seseorang dengan tipe lokus kendali

internal meyakini hasil kerjanya mereka adalah karena sendiri, atau karakter

tetapnya. Mereka meyakini kerja keras dan kemampuan personal

menentukan untuk hasil yang positif, yakni hanya karakter lokus kendali

internal yang mampu mencapai hasil yang optimal tanpa ketergantungan

dan mampu mengatur tingkat hasil yang dicapai sesuai kinerja yang

dilakukannya.
164

Begitu pula lulusan PKTJ meskipun orientasi pekerjaan sudah dijanjikan

tetapi seyogyanya keyakinan diri internal tidak seharusnya lemah karena akan

mempengaruhi semangat belajar dan proses mencari ilmu pengetahuan serta

keterampilan sebagai modal lulusannya kelak.

C. Pengaruh Etos Belajar terhadap Kapabilitas Lulusan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa etos belajar memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap kapabilitas lulusan Politeknik Keselamatan

Transportasi Jalan. Selain itu etos belajar memiliki pengaruh yang positif

terhadap kapabilitas lulusan Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan

dengan demikian hipotesis ketiga terbukti kebenarannya.

Hasil Confirmatory Factor Analysis (CFA) menunjukkan bahwa Etos

Belajar lebih ditentukan oleh dimensi (indikator) yang memiliki loading

besar, yaitu kondisi lingkungan. Kenyataan ini menunjukkan bahwa kondisi

lingkungan belajar telah dirasakan positif oleh taruna PKTJ. Kenyataan ini

menunjukkan bahwa taruna di PKTJ akan dapat menciptakan Etos Belajar

yang tinggi jika berada lingkungan yang mendukung.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa etos belajar berpengaruh

terhadap kapabilitas. Hasil penelitian ini merupakan justifikasi dari teori etos

belajar yang dikemukakan oleh (Wahyono, dkk) bahwa etos belajar

merupakan aspek evaluatif sebagai sikap mendasar terhadap diri dan dunia

mereka yang direfleksikan dalam kehidupannya untuk memperoleh berbagai

pengalaman baru.
165

Etos Belajar berkaitan dengan aspek evaluasi belajar dan pengukuran

sebuah hasil belajar, sehingga dengan aspek evaluatif sebagai sikap mendasar

terhadap diri dan dunia taruna yang direfleksikan dalam kehidupannya untuk

memperoleh berbagai pengalaman baru maka taruna berusaha untuk

meningkatkan kapabilitas.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh

Arsanty (2015) yang membuktikan bahwa etos belajar berpengaruh terhadap

kemampuan siswa dan Wahyono dkk hasil penelitian yang dilakukan oleh

(2014) yang menyimpulkan bahwa peningkatan etos belajar siswa diperlukan

untuk meningkatkan kemampuan siswa.

Etos belajar diperlukan agar lulusan PKTJ adalah lulusan yang

kapabel yang siap untuk memasuki dunia kerja. Peningkatan etos belajar

dilakukan dengan mendesain kegiatan pembelajaran yang menarik dan

interaktif. Suasana kelas yang kondusif dan saling mendukung akan

menciptakan kegiatan pembelajaran yang berkembang dan bermutu. Etos

belajar sangat penting dimiliki taruna dalam proses pembelajaran. Hal ini

dikarenakan etos merupakan kecenderungan yang menetap dalam diri

seseorang untuk menyukai dan memperhatikan sebuah kejadian tanpa

adanya paksaan dari orang lain.

Kegiatan yang didasari dengan etos akan lebih mendorong taruna

belajar lebih baik, sehingga akan meningkatkan hasil belajar dan diharapkan

menjadi lulusan yang kapabel. Etos belajar ini akan muncul jika taruna

merasa tertarik terhadap berbagai hal yang akan dipelajari, atau jika taruna
166

tersebut menyadari kaitan hal-hal yang akan dipelajarinya tersebut terhadap

pertumbuhan dan perkembangan pribadinya.

Akhimya dapat dikatakan bahwa belajar itu tiada lain adalah memperoleh

berbagai pengalaman baru (Kochhar, 1967: 27). Selanjutnya Kochhar

menegaskan bahwa belajar akan sukses jika memenuhi persyaratan, yaitu: 1)

Belajar merupakan sebuah kegiaan yang dibutuhkan oleh siswa; yakni siswa

merasa perlu akan belajar. Semakin kuat keinginan siswa untuk belajar, maka

akan semakin tinggi tingkat keberhasilannya; 2) Ada kesiapan untuk belajar;

yakni kesiapan siswa untuk memperoleh pengalaman baru, baik pengetahuan

maupun keterampilan.

D. Pengaruh Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi terhadap

Kapabilitas Lulusan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Karakteristik Tempat Praktik

Kerja Profesi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kapabilitas

Lulusan Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan. Selain itu tempat kerja

profesi memiliki pengaruh yang positif terhadap Kapabilitas Lulusan

Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan dengan demikian hipotesis

keempat terbukti kebenarannya.

Hasil Confirmatory Factor Analysis (CFA) menunjukkan bahwa

Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi lebih ditentukan oleh dimensi

(indikator) yang memiliki loading besar, yaitu memiliki bahan praktik.

Kenyataan ini menunjukkan bahwa karakteristik tempat kerja profesi telah


167

dirasakan positif oleh taruna PKTJ. Karakteristik Tempat Praktik Kerja

Profesi merupakan aset penting bagi upaya mengembangkan keterampilan

komunikasi dan kerja dalam kelompok.

Pentingnya Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi nampak masih

perlu ditingkatkan di kalangan manajemen dan program studi taruna, sebab

tempat Praktik Kerja Profesi yang mencirikan profesi lulusan sangat

berpengaruh terhadap Kapabilitas lulusannya kelak. PKTJ melalui Praktik

Kerja Profesi telah membekalinya dengan pola pikir yang sesuai dengan pola

kerja profesi yang sangat diperlukan di dunia kerja sebagai upaya

menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa Karakteristik Tempat Praktik

Kerja Profesi berpengaruh terhadap Kapabilitas. Praktik Kerja Profesi adalah

kegiatan siswa yang dilakukan di masyarakat maupun di perusahaan atau

instansi untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dan melihat relevansinya

di masyarakat maupun melalui jalur pengembangan diri dengan mendalami

bidang ilmu tertentu dan aplikasinya (Alsford, 2012). Sebenarnya belum ada

penelitian yang mengaitkan antara Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi

dengan Kapabilitas. Pada penelitian ini, peneliti membuktikan bahwa

Karakteristik Ttempat Praktik Kerja Profesi berpengaruh terhadap Kapabilitas

dan Mindset Entrepreneurship.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa Karakteristik Tempat Praktik

Kerja Profesi berpengaruh terhadap Kapabilitas dan Mindset

Entrepreneurship. Praktik Kerja Profesi adalah kegiatan siswa yang


168

dilakukan di masyarakat maupun di perusahaan atau instansi untuk

mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dan melihat relevansinya di masyarakat

maupun melalui jalur pengembangan diri dengan mendalami bidang ilmu

tertentu dan aplikasinya (Alsford, 2012).

Hasil penelitian ini merupakan justifikasi dari penelitian Suharyanti

(2015) yang membuktikan bahwa program kerja praktik berpengaruh

terhadap pengembangan soft skill dan penelitian yang dilakukan oleh

Murdayati (2014) yang membuktikan bahwa praktik kerja lapangan

berpengaruh terhadap kesiapan kerja.

Praktik kerja profesi dirancang sebagai proses penyiapan taruna agar

mempunyai kesiapan kerja setelah lulus dari sekolah. Kerjasama dengan

pihak lain seperti dunia industri dan dunia usaha sangat diperlukan untuk

mendukung kesiapan kerja taruna PKTJ. Praktik kerja profesi diharapkan

akan dapat memberikan ilmu pengetahuan kepada taruna tentang kondisi

dunia kerja yang sesungguhnya dan pelaksanaan kegiatan ini merupakan

suatu pelatihan bagi taruna untuk meningkatkan kemampuan baik dalam hal

pengetahuan maupun keterampilan yang sesuai dengan bidang keahlian,

dengan demikian bimbingan dari dunia usaha maupun dunia industri

sangatlah dibutuhkan, karena diharapkan akan terjadi transfer ilmu

pengetahuan dan keterampilan sehingga taruna akan lebih siap memasuki

dunia kerja.

Dunia usaha atau dunia industri yang dipilih sebagai tempat praktik

kerja profesi adalah yang memiliki karakteristik memiliki peralatan atau alat
169

belajar itu lengkap sehingga akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran

yang diberikan kepada taruna. Hal ini dikarenakan taruna langsung memakai

peralatan tersebut sehingga taruna dengan mudah menerima pelajaran dan

menguasainya, sehinga belajarnya akan mebih menyenangkan.

E. Pengaruh Modus Belajar di Kelas terhadap Mindset Entrepreneurship

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Modus Belajar di Kelas

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Mindset Entrepreneurship

lulusan Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan. Selain itu modus belajar

di kelas memiliki pengaruh yang positif terhadap Mindset Entrepreneurship

lulusan Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan dengan demikian hipotesis

kelima terbukti kebenarannya.

Hasil Confirmatory Factor Analysis (CFA) menunjukkan bahwa Modus

Belajar di Kelas lebih ditentukan oleh dimensi (indikator) yang memiliki

loading besar, yaitu mengumpulkan informasi. Kenyataan ini menunjukkan

bahwa mengumpulkan informasi telah dirasakan positif oleh taruna PKTJ.

Modus Belajar berupa percobaan/ eksperimen yang telah ditetapkan oleh

PKTJ dan telah dilaksanakan dapat mensinergikan materi kuliah teori dan

praktik.

Dosen PKTJ berusaha melatih taruna mengembangkan sikap teliti,

jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,

menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara

yang dipelajari dan mengembangkan kebiasaan belajar. Pada proses


170

pembelajaran, taruna mampu menyerap informasi dari proses belajar yang

sedang berlangsung dan menerapkan teori dan pengetahuan yang telah

diterima ke dalam praktik.

Modus Belajar merupakan proses bagaimana sebuah kegiatan

pembelajaran berlangsung yang disusun secara sistematis dan menarik yang

mencakup isi, materi, metode dan evaluasi yang dapat digunakan secara

mandiri untuk mencapai kompetensi yang diharapkan, dengan adanya modus

belajar yang baik akan dapat meningkatkan kemampuan berpikir secara kritis

dan inovarif pada taruna, sehingga taruna bisa percaya diri dan optimis yaitu

memiliki kepercayaan diri yang kuat, ketidaktergantungan terhadap orang lain

serta berorientasi pada tugas dan hasil yaitu kebutuhan untuk berprestasi,

berorientasi pada laba, ketekunan, ketabahan, tekad yang keras, mempunyai

dorongan kuat, enerjik dan inisiatif.

Hasil penelitian ini merupakan justifikasi dari penelitian Indrawati

(2017) dan Kusumastuti (2015) yang membuktikan bahwa model

pembelajaran berpengaruh terhadap Entrepreneurship.

Mindset Entrepreneurship taruna PKTJ berupa pola pikir taruna

terhadap pemahaman pentingnya suatu kemampuan dalam hal menciptakan

kegiatan usaha atau sesuatu yang baru. Kemampuan menciptakan

memerlukan adanya kreatifitas dan inovasi yang terus menerus untuk

menemukan sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada sebelumnya, di mana

ada beberapa aspek yang menyertainya seperti psikis, resiko sosial, masalah

keuangan dan lainnya. Kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang kreatif


171

dan inovatif diperoleh taruna ketika taruna memiliki modus belajar yang

tinggi.

Taruna yang memiliki modus belajar yang tinggi akan untuk berlatih

menerapkan konsep/keterampilan yang telah dipelajari, dan memberikan

umpan balik. Ketika mendapatkan materi yang merupakan konsep yang baru,

maka taruna akan menanyakan karakteristik-karakteristik dari konsep, aturan-

aturan pendefinisian, dan beberapa contoh. Jika materinya merupakan skill

baru, maka taruna akan menanyakan dan mengumpulkan informasi mengenai

langkah-langkah untuk memiliki skill tersebut dengan menyanyakan contoh

di setiap langkah.

Pendidik pada PKTJ mentransfer informasi materi atau skill yang baru,

baik secara lisan maupun visual, sehingga taruna akan dapat memiliki dan

mempelajari representasi visual sebagai referensi di awal pembelajaran.

Selain itu, Pendidik pada PKTJ juga menguji taruna dalam penguasaan

informasi materi atau skill sebelum beralih ke materi selanjutnya. Dalam

tahap ini, Pendidik pada PKTJ menuntun taruna melalui contoh-contoh

praktik dan langkah-langkah didalamnya. Cara yang paling efektif yaitu

dengan menyajikan contoh praktik secara transparan dan terbuka, sehingga

semua taruna bisa melihat bagaimana tahap-tahap praktik dilalui, dengan

demikian taruna akan memiliki mindset entreprenuership dengan selalu

berpikir kreatif dan inovatif .


172

F. Pengaruh Tipe Lokus Kendali terhadap Mindset Entrepreneurship

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Tipe Lokus Kendali tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Mindset Entrepreneurship

lulusan Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan. Selain itu tipe lokus

kendali memiliki pengaruh yang positif relatif kecil terhadap mindset

entrepreneurship Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan dengan

demikian hipotesis keenam tidak terbukti kebenarannya.

Hasil Confirmatory Factor Analysis (CFA) menunjukkan bahwa Tipe

Lokus Kendali lebih ditentukan oleh dimensi (indikator) yang memiliki

loading besar, yaitu lokus kendali eksternal. Kenyataan ini menunjukkan

bahwa lokus kendali eksternal telah dirasakan positif oleh taruna PKTJ.

Diantara lokus kendali intern dan lokus kendali ekstern yang menjadi

indikator dalam penelitian ini, maka yang memberikan kontribusi dominan

terhadap tipe lokus kendali adalah lokus kendali eksternal. Kenyataan ini

menunjukkan bahwa sebagian besar taruna PKTJ mempunyai tipe lokus

kendali ekternal. Dalam hal ini, para taruna mengendalikan kemampuan dirinya

dari orang lain dalam menyelesaikan masalah.

Mindset Entrepreneurship memberikan gambaran bahwa keempat

indikator Mindset Entrepreneurship yaitu orientasi kerja dan kreatif, berpikir

simple dan fokus pada eksekusi, integritas dan disiplin tinggi serta pandai

bersosialisasi, mengambil peluang dan membangun jaringan memberikan

kontribusi nyata bagi mindset entrepreneurship. Mindset entrepreneurship

yang baik adalah ketika taruna memiliki pola pikir terhadap pemahaman
173

pentingnya suatu kemampuan dalam hal menciptakan kegiatan usaha atau

sesuatu yang baru.

Kemampuan menciptakan memerlukan adanya kreatifitas dan inovasi

yang terus menerus untuk menemukan sesuatu yang berbeda dari yang sudah

ada sebelumnya, dimana ada beberapa aspek yang menyertainya seperti

psikis, resiko sosial, masalah keuangan dan lainnya.

Lokus kendali yang merupakan kendali dari taruna atas pekerjaan

mereka dan kepercayaan mereka terhadap keberhasilan diri. Lokus Kendali

taruna dalam keberhasilan pembelajaran ini terbagi menjadi dua yaitu lokus

pengendalian internal yang mencirikan seseorang memiliki keyakinan bahwa

mereka bertanggung jawab atas perilaku kerja mereka di organisasi dan lokus

kendali eksternal yang mencirikan individu yang mempercayai bahwa

perilaku kerja dan keberhasilan tugas mereka lebih dikarenakan faktor di luar

diri yaitu organisasi.

Lokus kendali pada taruna merupakan tingkat dimana taruna yakin

bahwa mereka adalah penentu nasib mereka sendiri. Lokus kendali internal

pada taruna adalah ketika taruna merasa yakin bahwa mereka merupakan

pemegang kendali atas apa-apa pun yang terjadi pada diri mereka, sedangkan

lokus kendali eksternal pada taruna adalah ketika taruna merasa yakin bahwa

apapun yang terjadi pada diri mereka dikendalikan oleh kekuatan luar seperti

keberuntungan dan kesempatan.


174

Adapun sejumlah bakat yang lazim dimiliki seseorang wirausaha

meliputi, kemauan dan rasa percaya diri, berani mengambil risiko, pekerja

keras, fokus pada sasaran, berani mengambil tanggungjawab, dan inovasi.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Veroza (2015)

yang membuktikan bahwa locus of control berpengaruh terhadap minat

berwirausaha dan penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2016) yang

membuktikan bahwa locus of control berpengaruh terhadap intensi

berwirausaha.

Taruna PKTJ lebih dominan memiliki tipe lokus kendali eksternal

daripada Tipe Lokus Kendali internal, sehingga mereka cenderung kurang

memiliki mindset entrepreneurship yang baik. Untuk memiliki Mindset

Entrepreneurship yang baik maka taruna harus memiliki ide atau visi yang

jelas, kemauan dan keberanian dalam menghadapi risiko. Apabila ada kesiapan

dalam menghadapi risiko, langkah selanjutnya adalah membuat perencanaan,

mengorganisasikan dan menjalankannya. Selain bekerja keras, agar usaha

tersebut berhasil, entrepreneurship harus mampu mengembangkan hubungan

baik dengan mitra usaha maupun pihak yang terkait dengan kepentingan usaha.

Tercatat bahwa para entrepreneurship memiliki sejumlah bakat yang

mampu mendukung terhadap kemandirian dan keberhasilannya. Apakah

keberhasilan seseorang entrepreneurship tersebut karena memiliki bakat yang

berdiri sendiri atau gabungan dari satu dua bakat, atau karena dukungan bakat

secara keseluruhan, belum ditemukan dari hasil penelitian.


175

G. Pengaruh Etos Belajar terhadap Mindset Entrepreneurship

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Etos Belajar memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap Mindset Entrepreneurship Politeknik

Keselamatan Transportasi Jalan. Selain itu Etos Belajar memiliki pengaruh

yang negatif terhadap mindset entrepreneurship Politeknik Keselamatan

Transportasi Jalan, dengan demikian hipotesis ketujuh terbukti kebenarannya.

Hasil Confirmatory Factor Analysis (CFA) menunjukkan bahwa Etos

Belajar lebih ditentukan oleh dimensi (indikator) yang memiliki loading

besar, yaitu kondisi lingkungan. Kenyataan ini menunjukkan bahwa kondisi

lingkungan belajar telah dirasakan positif oleh taruna PKTJ. Kenyataan ini

menunjukkan bahwa taruna di PKTJ akan dapat menciptakan Etos Belajar

yang tinggi jika berada lingkungan yang mendukung.

Lingkungan belajar taruna merupakan segala sesuatu yang disekeliling

taruna yang dapat mempengaruhi tingkah laku taruna secara langsung

maupun tidak langsung. Lingkungan belajar belajar taruna ini mencakup dua

hal utama, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial, kedua aspek

lingkungan tersebut dalam proses pembelajaran akan saling mendukung,

sehingga para taruna merasa nyaman di kampus dan mengikuti proses

pembelajaran secara sadar dan bukan karena tekanan ataupun keterpaksaan.

Lingkungan belajar di PKTJ sudah dirancang untuk memenuhi kenyamanan

para taruna ketika belajar.

Taruna merasa belajar dengan suasana sejuk sehingga penyampaian

informasi pembelajaran dapat terserap dengan baik, dan kegiatan belajar


176

berlangsung dengan suasana yang nyaman tidak ada gangguan dari manapun.

Adanya etos belajar yang tinggi akan menciptakan pola pikir untuk

menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different)

melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang

dalam menghadapi tantangan hidup.

Adanya Etos Belajar yang tinggi, taruna menyadari bahwa risiko

bukanlah untuk dihindari, melainkan untuk dihadapi dan ditaklukkan

melakukan tindakan dan merealisasikan apa yang dipikirkan daripada

menganalisis ide-ide dan mengembangkan pemecahan masalah yang inovatif.

Etos belajar yang tinggi menjadikan taruna PKTJ selalu mau belajar hal-hal

yang baru, open-minded dan terbuka terhadap cara-cara yang baru.

Hasil penelitian ini merupakan justifikasi dari penelitian Ermawati

(2015) yang membuktikan bahwa etos belajar berpengaruh terhadap minat

berwirausaha dan penelitian yang dilakukan oleh Kumalasari (2013) yang

membuktikan bahwa motivasi dan hasil belajar siswa SMK berpengaruh

terhadap minat berwirausaha.

Etos belajar yang berkembang pada satu lingkungan akan melahirkan

kegiatan pembelajaran yang membuat semua warga lembaga pendidikan

memandang belajar merupakan sesuatu yang penting dan harus dilakukan

dalam hidupnya. Etos belajar taruna PKTJ bahwa belajar sebagai sebuah

kebutuhan. Tanpa ditakut-takuti dengan batas nilai kelulusan, siswa telah

memiliki tradisi belajar. Etos belajar tak sekadar mempelajari apa yang

diberikan di kelas, tetapi juga akan memperkaya dan memperdalam ilmu,


177

pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan kecakapan lain di luar kelas atau

luar kampus.

Taruna memiliki rasa ingin tahu yang besar untuk belajar berbagai hal.

Motivasi internal dalam dirinya untuk senantiasa belajar memang begitu kuat,

sehingga hal tersebut dapat menciptakan suatu mindset tentang kreatifitas dan

inovasi yang perlu dimiliki oleh taruna.

Taruna PKTJ yang memiliki etos kerja yang tinggi akan memiliki ide

atau visi yang jelas, kemauan dan keberanian dalam menghadapi risiko.

Apabila ada kesiapan dalam menghadapi risiko, langkah selanjutnya adalah

membuat perencanaan, mengorganisasikan dan menjalankannya. Selain bekerja

keras, agar usaha tersebut berhasil, Taruna PKTJ mampu mengembangkan

hubungan baik dengan teman dan pengajar.

Tercatat bahwa para entrepreneur memiliki sejumlah bakat yang

mampu mendukung terhadap kemandirian dan keberhasilannya. Adapun

sejumlah bakat yang lazim dimiliki seseorang entrepreneur meliputi,

kemauan dan rasa percaya diri, berani mengambil risiko, pekerja keras, fokus

pada sasaran, berani mengambil tanggungjawab, dan inovasi.

H. Pengaruh Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi terhadap Mindset

Entrepreneurship Lulusan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Karakteristik Tempat Praktik

Kerja Profesi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Mindset

Entrepreneurship lulusan Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan. Selain


178

itu Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi memiliki pengaruh yang

positif terhadap Mindset Entrepreneurship lulusan Politeknik Keselamatan

Transportasi Jalan dengan demikian hipotesis kedelapan terbukti

kebenarannya.

Hasil Confirmatory Factor Analysis (CFA) menunjukkan bahwa

Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi lebih ditentukan oleh dimensi

(indikator) yang memiliki loading besar, yaitu memiliki bahan praktik.

Kenyataan ini menunjukkan bahwa Karakteristik Tempat Praktik Kerja

Profesi telah dirasakan positif oleh taruna PKTJ. Karakteristik Tempat

Praktik Kerja Profesi merupakan aset penting bagi upaya mengembangkan

keterampilan komunikasi dan kerja dalam kelompok.

Pentingnya Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi nampak masih

perlu ditingkatkan di kalangan manajemen dan program studi, sebab tempat

praktik kerja profesi yang mencirikan profesi lulusan sangat berpengaruh

terhadap Kapabilitas lulusannya kelak.

PKTJ melalui Praktik Kerja Profesi telah membekalinya dengan pola

pikir yang sesuai dengan pola kerja profesi yang sangat diperlukan di dunia

kerja sebagai upaya menyesuaikan diri dengan lingkungan. Karakteristik

tempat praktik kerja profesi merupakan aset penting bagi upaya

mengembangkan keterampilan komunikasi dan kerja dalam kelompok.

Pentingnya Karakteristik Ttempat Praktik Kerja Profesi nampak masih

perlu ditingkatkan di kalangan manajemen dan program studi taruna, sebab

tempat Praktik Kerja Profesi yang mencirikan profesi lulusan sangat


179

berpengaruh terhadap kapabilitas lulusannya kelak. PKTJ melalui Praktik

Kerja Profesi telah membekalinya dengan pola pikir yang sesuai dengan pola

kerja profesi yang sangat diperlukan di dunia kerja sebagai upaya

menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Hasil penelitian ini merupakan justifikasi dari penelitian Aprilianty

(2012) yang membuktikan bahwa praktek kerja lapangan berpengaruh

terhadap minat berwirausaha dan penelitian yang dilakukan oleh Putri (2016)

yang membuktikan bahwa pendidikan kewirausahaan berpengaruh terhadap

minat berwirausaha.

Praktik Kerja Profesi yang terprogram dengan baik, akan mampu

memberikan kontribusi terhadap perkembangan mindset entrepreneurship

lulusan Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan. Proses pembelajaran

bersinergi antara pengembangan hardskill dan softskill didunia industri inilah

merupakan embrio pembentukan mindset entrepreneurship taruna PKTJ

dimasa mendatang. Praktik Kerja Profesi sebagai aktifitas mendekatkan dunia

akademik dengan dunia kerja, agar kedua institusi ini dapat link and match.

Menciptakan mindset entrepreneurship bukan hal yang mudah bagi lembaga

pendidikan, karena manusia merupakan individu yang unik, namun demikian

harus selalu diupayakan agar lulusan PKTJ lebih siap bersaing didunia kerja.

Menumbuhkan mindset entrepreneurship pada taruna yaitu rasa ingin tahu,

fleksibilitas berfikir, kreatifitas, dan kemampuan berinovasi, yang pertama

harus dibentuk adalah “flexibility thinking” karena ini yang akan dorong
180

kreatifitas. Taruna tidak akan kreatif kalau taruna memiliki praktik kerja

profesi yang memiliki karakter yang dibutuhkan oleh taruna.

Aaltje D. Ch. Wayong mengatakan bahwa kemitraan

antara lembaga pendidikan dengan dunia usaha/industri

merupakan kunci pokok keberhasilan Pendidikan Sistem

Ganda (PSG) pada Sekolah Kejuruan, di mana penyelenggaraan

pendidikan dirancang, dilaksanakan dan dievaluasi bersama,

sehingga relevansi kompetensi lulusan terhadap tuntutan

pasar kerja meningkat. Indikator relevansi terkait dengan masa

tunggu mendapat pekerjaan, kesesuaian antara bidang keahlian

dan jenis pekerjaan dan keterserapan di dunia kerja Relevansi

Pendidikan Sistem Ganda (PSG) pada Sekolah Kejuruan

dengan Kebutuhan Dunia Kerja.

Pengertian di atas bahwa untuk menggali jiwa

entrepreneur lulusan perlu tempat praktik yang memadai

guna melatih kemampuan lulusannya kelak, yakni

melalui penetapan tempat praktik yang sesuai dari hasil

evaluasi bersama antar pihak institusi pendidikan dengan

pengguna lulusannya, sehingga lulusan segera mampu

bekerja dan terserap oleh pengguna lulusannya karena

telah memiliki kemampuan yang diharapkan.


181

I. Pengaruh Kapabilitas terhadap Mindset Entrepreneurship Lulusan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kapabilitas lulusan memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap Mindset Entrepreneurship lulusan

Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan. Selain itu kapabilitas lulusan

memiliki pengaruh yang positif terhadap mindset entrepreneurship

Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan dengan demikian hipotesis

kesembilan terbukti kebenarannya.

Hasil Confirmatory Factor Analysis (CFA) menunjukkan bahwa

kapabilitas lulusan lebih ditentukan oleh dimensi (indikator) yang memiliki

loading besar, yaitu memiliki kemahiran ringan. Kenyataan ini menunjukkan

bahwa taruna PKTJ mendapatkan kemampuan dalam penguasaan kecakapan

inovasi, kreatif, trampil dalam berbahasa dan analisa yang dibutuhkan di

tempat kerja. Menurut Drucker entrepreneur merupakan kemampuan untuk

menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and

different). Seorang entrepreneur harus dapat mengatur pola pikirnya atau

yang biasa disebut dengan mindset. Mindset untuk seorang entrepreneur

harus ditanamkan sejak dini karena mindset merupakan salah satu hal penting

bagi seorang entrepreneur yang membuat seseoranng dapat suksess. Mindset

awal yang harus dimiliki oleh seorang entrepreneur yang pertama adalah

berfikir positif karena dengan berfikir positif, dapat membentuk kepercayaan

diri serta dapat mengetahui kualitas dari diri sendiri untuk membangun

sebuah motivasi agar dapat lebih berkembang. Dengan berfikir positif dapat
182

lebih fokus untuk mencapai sebuah tujuan agar dapat melewati rintangan-

rintangan untuk menuju kesuksesan.

Seorang entrepreneur memiliki mindset bertanggung jawab terhadap

segala aspek yang terkait dengan apa yang telah dilakukan. Mindset atau cara

berfikir merupakan cara atau langkah dasar yang akan membawa kepada

tujuan, impian ataupun goal besar yang ingin dicapai. Seorang taruna yang

kapabel akan memiliki mindset dari yang salah menjadi yang lebih baik,

berfikir positif kreatif dan inovatif.

J. Pengaruh Modus Belajar di Kelas, Tipe Lokus Kendali, Etos Belajar,

Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi, terhadap Kapabilitas dan

Mindset Entrepreneurship Lulusan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Modus Belajar di Kelas, Tipe

Lokus Kendali, Etos Belajar, Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kapabilitas dan Mindset

Entrepreneurship lulusan Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan. Selain

itu kapabilitas lulusan memiliki pengaruh yang positif terhadap mindset

entrepreneurship lulusan Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan dengan

demikian hipotesis kesepuluh terbukti kebenarannya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Mallya, mengatakan bahwa

wirausaha merubah kepribadian dan perilaku, kepercayaan diri, kreatifitas,

menghitung resiko, rasa optimis, kepemimpinan merupakan tantangan seseorang

dalam berwirausaha.
183

“Studies on entrepreneurs have revealed that personality and

cultural or social factors are related to entrepreneurial

behaviour. Traits such as self confidence, creativity,

persistence, calculated risk taking capacity,

determination, need for achievement, individuality,

leadership, versatility, optimism and liking for challenges

characterize the entrepreneurial person.” (L. Surresh Mallya.

2011).”

Sependapat dengan Caecilia Vemmy dalam penelitianya yang berjudul

“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensi Berwirausaha Siswa SMK”

bahwa kemandirian berpengaruh positif dan signifikan terhadap intensi

berwirausaha pada siswa SMK Program Studi Keahlian Teknik Otomotif di

Kabupaten Tabalong-Kalimantan Selatan. Artinya intensi entrepreneur

dipengaruhi oleh jiwa kemandirian melalui lokus kendali internal, etos yang

tinggi yang masing-masing mempengaruhi kapabilitas dan mindset

entrepreneurship lulusan.

.
184

BAB VI
PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat diambil

simpulan sebagai berikut:

1. Modus Belajar di kelas berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Kapabilitas lulusan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Modus

Belajar di Kelas dapat mempengaruhi Kapabilitas Lulusan. Apabila

kualitas Modus Belajar di Kelas mengalami perbaikan, maka hal

tersebut akan menyebabkan Kapabilitas Lulusan lebih baik, begitu

pula sebaiknya.

2. Tipe Lokus Kendali berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Kapabilitas Lulusan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Tipe

Lokus Kendali dapat mempengaruhi Kapabilitas Lulusan. Apabila

Tipe Lokus Kendali internal lebih dominan, maka hal tersebut akan

menyebabkan Kapabilitas Lulusan lebih baik, tetapi jika tipe lokus

kendali eksternal, maka Kapabilitas Lulusan akan cenderung

rendah.

3. Etos Belajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kapabilitas

Lulusan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Etos Belajar dapat

mempengaruhi Kapabilitas Lulusan. Apabila Etos Belajar tinggi,

maka hal tersebut akan menyebabkan Kapabilitas Lulusan lebih

tinggi, begitu pula sebaliknya.


185

4. Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Kapabilitas Lulusan. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi

dapat mempengaruhi Kapabilitas Lulusan. Apabila Karakteristik

Tempat Praktik Kerja Profesi kuat, maka hal tersebut akan

menyebabkan Kapabilitas Lulusan lebih tinggi, begitu pula

sebaliknya.

5. Modus Belajar di kelas berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Mindset Entrepreneurship lulusan. Hasil tersebut menunjukkan

bahwa Modus Belajar di kelas dapat mempengaruhi Mindset

Entrepreneurship lulusan. Apabila Modus Belajar di kelas sesuai,

maka hal tersebut akan menyebabkan Mindset Entrepreneurship

lulusan lebih kuat, begitu pula sebaliknya.

6. Tipe Lokus Kendali berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Mindset Entrepreneurship lulusan. Hasil tersebut menunjukkan

bahwa Tipe Lokus Kendali dapat mempengaruhi Mindset

Entrepreneurship lulusan. Apabila Tipe Lokus Kendali internal

tinggi, maka hal tersebut akan menyebabkan Mindset

Entrepreneurship lulusan lebih kuat, tetapi jika tipe lokus kendali

internal rendah atau tipe lokus kendali eksternalnya yang tinggi,

maka hal tersebut akan menyebabkan Mindset Entrepreneurship

lulusan lemah.
186

7. Etos Belajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap Mindset

Entrepreneurship lulusan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Etos

Belajar dapat mempengaruhi Mindset Entrepreneurship lulusan.

Apabila Etos Belajar tinggi, maka hal tersebut akan menyebabkan

Mindset Entrepreneurship lulusan lebih kuat, begitu pula sebaliknya.

8. Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Mindset Entrepreneurship lulusan. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi

dapat mempengaruhi Mindset Entrepreneurship lulusan. Apabila

Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi kuat, maka hal tersebut

akan menyebabkan Mindset Entrepreneurship lulusan lebih kuat,

begitu pula sebaliknya.

9. Kapabilitas Lulusan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Mindset Entrepreneurship lulusan. Hasil tersebut menunjukkan

bahwa Kapabilitas Lulusan dapat mempengaruhi Mindset

Entrepreneurship lulusan. Apabila Kapabilitas Lulusan tinggi,

maka hal tersebut akan menyebabkan Mindset Entrepreneurship

lulusan lebih kuat, begitu pula sebaliknya.

10. Modus Belajar di Kelas, Tipe Lokus Kendali, Etos Belajar,

Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Kapabilitas dan Mindset Entrepreneurship

lulusan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa modus belajar di kelas,


187

tipe lokus kendali, etos belajar, Karakteristik Tempat Praktik Kerja

Profesi dapat mempengaruhi Mindset Entrepreneurship lulusan.

Apabila Modus Belajar di Kelas, Tipe Lokus Kendali, Etos Belajar,

Karakteristik Tempat Praktik Kerja Profesi tinggi, maka hal

tersebut akan menyebabkan Kapabilitas dan Mindset

Entrepreneurship lulusan lebih kuat, begitu pula sebaliknya.

Dari hasil penelitian yang dijelaskan dalam pembahasan dan

simpulan penelitian, maka didapatkan beberapa temuan penelitian

yaitu:

1. Tipe Lokus Kendali yang cenderung eksternal yang dilakukan

oleh taruna pada umumnya masih belum mampu memberikan

kontribusi yang signifikan terhadap kemampuan lulusan atau

keyakinan diri yang belum matang, sehingga kondisi tersebut

berdampak pada munculnya pengaruh yang tidak signifikan dari

tipe lokus kendali eksternal terhadap kapabilitas lulusan di

PKTJ.

2. Tipe Lokus Kendali yang cenderung eksternal yang dilakukan

oleh taruna pada umumnya masih belum mampu memberikan

kontribusi yang signifikan terhadap pola pikir wirausaha atau

keyakinan diri yang belum matang, sehingga kondisi tersebut

berdampak pada munculnya pengaruh yang tidak signifikan dari

tipe lokus kendali eksternal terhadap mindset entrepreneurship

lulusan di PKTJ.
188

B. Saran

Berdasarkan simpulan dan manfaat penelitian yang diperoleh dan

setelah mempelajari seluruh proses penelitian yang menyangkut modus

belajar, tipe lokus kendali, etos belajar, karakteristik tempat praktik kerja

profesi, kapabilitas dan mindset entrepreneurship, maka diajukan beberapa

saran untuk kepentingan operasional terutama untuk studi dalam bidang

kajian dan permasalahan yang sejenis sebagai berikut:

1. Berkaitan dengan terdapat pengaruh Modus Belajar terhadap

Kapabilitas Lulusan disarankan kepada institusi untuk lebih

memperhatikan proses pembelajaran di kelas supaya indikator-

indikator modus belajarnya secara keseluruhan dapat dilaksanakan

optimal. Cara belajar yang bagus akan menghasilkan hasil belajar yang

optimal dilihat dari tingkat daya serap pembelajaran tiap mata kuliah.

Langkah yang dilakukan yakni melalui evaluasi kelas dan melalui

kegiatan supervisi kelas oleh manajemen.

2. Berkaitan dengan terdapat pengaruh Tipe Lokus Kendali terhadap

Kapabilitas Lulusan, disarankan kepada taruna untuk lebih

meningkatkan keyakinan diri akan kemampuan baik hasil belajar

maupun kemampuan lulusannya kelak. Langkah yang dilakukan yakni

melalui kegiatan-kegiatan pengembangan diri yang dilakukan individu

taruna maupun program dari institusi PKTJ agar dapat menumbuhkan

motivasi, rasa percaya diri akan kemampuan yang dimilikinya.


189

3. Berkaitan dengan terdapat pengaruh Etos Belajar terhadap Kapabilitas

Lulusan, disarankan kepada taruna agar lebih meningkatkan semangat

belajarnya. Cara yang dilakukan yakni melalui peningkatan minat

belajar, karena minat akan membangkitkan semangat belajar dan

kapabilitas lulusan. Kondisi kesehatan yang prima dilakukan melalui

olah raga yang teratur, pola makan yang seimbang, dan kesempatan

diskusi keilmuan yang intensif baik dengan dosen maupun antar taruna

sendiri, dan kegiatan pemeriksaan kesehatan taruna secara berkala

sehingga mampu memicu semangat belajar lebih giat dan memperoleh

hasil pembelajaran yang maksimal.

4. Berkaitan dengan terdapat pengaruh Karakteristik Tempat Praktik

Kerja Profesi terhadap Kapabilitas Lulusan, disarankan kepada institusi

untuk lebih meningkatkan kualitas capaian praktik. Kualitas praktik

akan mempengaruhi kapabilitas lulusannya. Langkah yang dilakukan

yakni dengan pemilihan tempat praktik kerja profesi yang memiliki

sumber daya yang memadai, pengawasan atau monitoring yang

intensif dan evaluasi kegiatan yang terukur melalui kegiatan seminar

hasil praktik kerja profesi.

5. Berkaitan dengan terdapat pengaruh Modus Belajar di Kelas tehadap

Mindset Entrepreneurship Lulusan, disarankan kepada dosen agar

mampu mentransformasikan pola pikir wirausaha kepada taruna

melalui proses pembelajaran yang tepat. Langkah yang dilakukan

yakni melalui kegigihan dalam menyelesaikan tugas secara individu,


190

trouble shooting terhadap materi pembelajaran, dan diskusi kelompok

yang melatih memutuskan masalah secara kelompk dengan benar dan

tepat.

6. Berkaitan dengan terdapat pengaruh Tipe Lokus Kendali terhadap

Mindset Entrepreneurship Lulusan, disarankan kepada taruna agar

mampu meningkatkan percaya diri yang kuat agar pola pikir wirausaha

akan tercapai untuk bekal kelak di dunia kerja sesungguhnya.

Langkah yang dilakukan yaitu melatih kecenderungan berprestasi dan

prestasi belajar melalui proses belajar di kampus.

7. Berkaitan dengan terdapat pengaruh Etos Belajar terhadap Mindset

Entrepreneurship Lulusan, disarankan kepada taruna agar memiliki

etos yang tinggi terhadap proses belajar mengajar sehingga pola pikir

wirausaha akan tercapai. Langkah yang dilakukan yakni

melalui.latihan menyelesaikan permasalahan materi belajar yang

cenderung menggugah pola pikir yang tangguh, banyak terobosan, dan

ulet, yakni model trouble shooting di laboratorium praktik taruna yang

tentunya perlu adanya dukungan sarana dan prasarana yang memadai.

8. Berkaitan dengan terdapat pengaruh Karakteristik Tempat Praktik

Kerja Profesi tehadap Mindset Entrepreneurship Lulusan, disarankan

kepada institusi PKTJ agar tepat dalam memilih karakteristik tempat

praktik kerja profesi guna melatih taruna berpola pikir wirausaha yang

handal, tahan banting melalui kegiatan penjajakan tempat praktik.

Langkah yang dilakukan yaitu dengan telusur dan penjajakan tempat


191

praktik kerja profesi terkait disiplin keilmuan pada program studi yang

bersangkutan.

9. Berkaitan dengan terdapat pengaruh Kapabilitas terhadap Mindset

Entrepreneurship Lulusan, disarankan kepada taruna agar

meningkatkan kapabilitas guna menerapkan pola pikir wirausaha yang

dibutukan di dunia kerja. Langkah yang dilakukan yakni melalui

penerapan keahlian secara praktik maupun melalui kecakapan soft skill

individu dengan motivasi yang kuat, kreatif, produktif, inovatif dan

berpikir positif.

10. Berkaitan dengan terdapat pengaruh Modus Belajar di Kelas, Tipe

Lokus Kendali, Etos Belajar, Karakteristik Tempat Praktik Kerja

Profesi terhadap Kapabilitas dan Mindset Entrepreneurship Lulusan,

disarankan kepada agar meningkatkan kapabilitas guna menerapkan

pola pikir wirausaha yang dibutukan di dunia kerja melalui cara belajar

yang tepat, keyakinan yang tinggi akan kemampuan diri, semangat

yang tinggi, dan praktik di tempat praktik kerja profesi yang

berkarakter. Langkah yang dilakukan yaitu dengan belajar yang

terstruktur melalui cara belajar yang terencanakan oleh dosen, percaya

diri yang kuat, semangat belajar yang tinggi, pemanfaatan tempat

praktik kerja profesi yang optimal dalam pelaksanaan praktik agar

kemampuan secara hard skill, soft skill dan jiwa kompetitif, serta pola

pikir kreatif, gigih, jujur, dan cepat memutuskan masalah dengan cepat

dan tepat dapat tercapai.


192

DAFTAR RUJUKAN

Adesina, 2012. Emotional Intelligence, Locus of Control and Conflict


Handling Skills as Predictors of Non-Violent Behaviour among
University Students in SouthWestern Nigeria. Ife PsychologIA,
20(2), September 2012.

.Arikunto S. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan edisi 2, Bumi


Aksara, Jakarta.

Bafadal, I. 2004, Manajemen Perlengkapan Sekolah: Teori dan


Aplikasinya, Jakarta: PT Bumi Aksara.

Balmeo, Marilyn et. Al.2012. Exploring Major Predictors of Student


Satisfaction: An Input Towards a Learning-Friendly School
Environment. Saint Louis University, Philippines. The Asian
Conference on Education 2012.

Bao, Yongjian. 2000. Tacit Knowledge, Transactional Learning and


Contractual Arrangement: a Transactional Analysis of
Knowledge Acquisition in International Technology Transfer in
China. a Dissertation Presented to the Faculty of The Graduate
School University of Southern California.

Bayu A. B. 2016. Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan, Lingkungan


Pergaulan, Dukungan Orang Tua dan Motivasi Berwirausaha
Siswa Terhadap Jiwa Berwirausaha Siswa Kelas XII SMK Paket
Keahlian Teknik Pemesinan se-DIY, Tesis UNY, 2106.

Beddoe, L. 2013. A Profession of Faith’ or a Profession: Social Work,


Knowledge and Professional. New Zealand Sociology Volume 28
Issue 2 2013.

Bettencourt, M. 2014. E book. Supporting Student Learning Outcomes


Through Service Learning Foreign Language Annals, Vol. 48,
Iss. 3, pp. 473–490. © 2015 by American Council on the
Teaching of Foreign Languages. DOI: 10.1111/flan.12147

Biggerstaff, 2000. A Critique of the Model State Social Work Practice


act. Social Work; Mar 2000; 45, 2; ProQuest pg. 105.

Cathy, Collins B., Whitely, Cinnamon S., Sheri R., Reed K. L. dan
Cleveland M. D. (2009). Instructional Approaches that
193

significantly Increase Reading Comprehension. Journal of


Educational Psychology. Vol 01, 2626-281.

Chayati, I. 2012. Naskah Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan


Profil Teamwork Skill sebagai Gambaran Kemampuan
Kompetitif Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Boga
Dan Teknik Boga Angkatan Tahun 2009-2011. Fakultas Teknik.
Universitas Negeri Yogyakarta. Tahun 2012.

Cohen L., Manion L., & Morrison K, 2007. Research Method in


Education.Taylor & Francis e-Library, USA

Cunning, Doris Ann Stossel. 2005. Dissertation. Using Critical Incidents


to Identity Educational Assistants’ Perceptions of Effective Work
Relationships between Supervising Teachers and Educational
Assistants. Department of Education in Curriculum, Teaching and
Learning Ontario Institute for Studies in Education of the
University of Toronto.

Currie, C. Lyn. 2000. Facilitating Adult Learning: the Role of the


Academic Librarian. Published in: Reference Librarian v. 33,
nos. 69/70, Spring/Summer 2000, 219-231 © Haworth Press.

De jong, 2006. An exploration of the relationship between academic and


experimential learning approaches in vocational education.
British Journal of Educational Psychology; Mar 2006; 76,
ProQuest Professional Education pg. 155.

Dimyati dan Muldjiono 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT


Rineka Cipta.

Doherty, G. D. On Quality in Education University of Wolverhampton,


Wolverhampton, UK Vol. 16 Iss 3 pp. 255 - 265 Permanent link
to this document: http: //dx. doi.org/ 10.1108 /096848808
10886268. The Current issue www. Emerald insight .com/0968-
4883.htm

Hayes, Patricia L. Ed.D. 1991. Dissertation. Educational interpreters for


deaf students: Their responsibilities, problems, and concerns.
Faculty of Arts and Sciences in partial fulfillment of the
requirements for the degree of Doctor of Education University of
Pittsburgh.

Hill, D. C. 2012. E book. Learning Outcomes Perceptions About the


Influence of ABET Accreditation on OSH Education. Professional
Development Peer-Reviewed. E book. www.asse.org.
194

Huitt, W. 2009. Improving Student Achievement. Paper presented at the


3rd International City Break Conference sponsored by the Athens
Institute for Education and Research (ATINER), October 16-19,
Athens, Greece. Retrieved [date] from http: //www
.edpsycinteractive .org /papers/improving-school-
achievement.pdf.

Ketteridge. 2009. E Book. A Handbook for Teaching and Learning in


Higher Education Enhancing Academic Practice Third edition.
by Routledge 270 Madison Ave, New York, NY 10016.

Kuboni. 2013. The Preferred Learning Modes of Online Graduate


Students. AACE 2011 World Conference on e-Learning. Vol 14|
No 3.

Laura C. E. 2010. Effectiveness, inequality and ethos in three English


schools. www.emerald insight.com/0144-333X.htm

Lidija, B. D. Hisrich R. (2014),"Dynamic capabilities vs. innovation


capability: are they related?", Journal of Small Business and
Enterprise Development, Vol. 21 Iss 3 pp. 368 – 384

Lisa and Jill, 2014. Investigating the use of student perception data for
teacher reflection and classroom improvement. Learning Environ
Res (2014) 17:371–388 DOI 10.1007/s10984-014-9164-z.

Lope and Abdullah. 2009. Exploring The Entrepreneurial Mindset Of


Students: Implication For Improvement Of Entrepreneurial
Learning At University.
www.sosyalarastirmalar.com/cilt2/sayi8pdf/pihie_sani.pdf

Mahdjoubi & A-Rahman 2012. Effects of multimedia characteristics on


novice CAD learners’ practice performance. Architectural
Engineering And Design Management. 2012. Volume 8. 214–225

Matto and Goltzman, 2010. Integrating social neuroscience and social


work: Innovations for advancing practice-based research Social
Work; Apr 2010; 55, 2; ProQuest pg. 147.

Michael K. 2006. Usability of a Runtime Environment for the Use of IMS


Learning Design in Mixed Mode Higher Education Educational
Technology & Society, 9 (1), 146-157.

Mohammed. 2016. Attention Cueing and Activity Equally Reduce False


Alarm Rate in Visual-Auditory Associative Learning through
195

Improving Memory, PLOS ONE |


DOI:10.1371/journal.pone.0157680 June 17, 2016

Mohrman, K. 2015. E Book. Quality Assurance in Undergraduate


Education: Transformation of Higher Education Policy in China.
Published online: 09 Mar 2015; 345-375. Permanent link to this
document:http://dx.doi.org/10.1108/S1479-
3679(2011)0000015016.

Mukhadis, A. 2013. Evaluasi Program Pembelajaran Bidang Teknologi,


Cetakan Pertama, Bayumedia Publishing, Malang.

Mukhadis, A. 2014. Kiat Menulis Karya Ilmiah. Aditya Media


Publishing, Malang.

Mukhadis, A. 2016. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Aditya Media


Publishing, Malang.

Nasution, S., 2005, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung:


Tarsito.

Nadim A. & Seymour. 2010. Defining Entrepreneurial Activity:


Definitions Supporting Frameworks for Data Collection.
Statistics Directorate, OECD; Richard Seymour, The University
of Sydney, Australia

Nicholas G. R. 2012. Practice, Practice, Practice: Preliminary Findings


From an Evidence-Based Practice Funding Initiative at The Peter
and Elizabeth C. Tower Foundation RESULTS. The
FoundationReview 2012 Vol 4:2.

Norris, J. M. 2006, The Why (and How) of Assessing Student Learning


Outcomes in College Foreign Language Programs. The Modern
Language Journal, 90: 576–583.

Olssen, M. ,2004. Education Policy: Globalization, Citizenship and


Democracy. London: Sage Publications.

Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Tulis


Ilmiah, Edisi Kelima Cetakan kedua 2012, UM Press, Malang

Peng, P. J & Samah, Ainon J. A. 2006. Measuring Students’ Satisfaction


For Quality Education In A E-Learning University Unitar E-
JOURNAL Vol. 2, No. 1, January 2006
196

Potts, James D. 2002. A Dissertation. Automotive Youth Educational


Systems: How Formal Mentor Student Relationships Develop
High School Students’ Technical and Psychosocial Skills in
Workbased Educational Environments. A Dissertation Submitted
to the Temple University Graduate Board.

Saito, M. and Frank V. C, 2015. E. Book. Monitoring The Quality Of


Education: Exploration Of Concept, Methodology, And The Link
Between Research And Policy Published online: 08 Mar 2015; 3-
34.Permanent link to this
document:http://dx.doi.org/10.1108/S1479-
3679(2010)0000013004

Schwass, C.M, 2010. Dissertation. Assessing Student Learning


Outcomes In Aqip Accredited Community And Technical
Colleges. A Submitted to the Faculty of The Graduate College in
partial fulfillment of the requirements for the Degree of Doctor of
Philosophy Department of Educational Leadership, Research and
Technology. Western Michigan University Kalamazoo,
Michigan.

Sjøvoll and Pedersen. 2014. Entrepreneurial Mindsets In


Entrepreneurial Schools. European Scientific Journal September
2014 /SPECIAL/ edition Vol.1 ISSN: 1857 – 7881 (Print) e -
ISSN 1857- 7431.

Singh Y.K, 2012. Fundamental of Research Methodology and statistic.


Department of Education Mahatma Gandi Citrakoot Rural
University Chirakoot, New Delhi

Steensma and Groeneveld. 2010. Evaluating a training using the “four


levels model” www.emeraldinsight.com/1366-5626.htm.

Sudjana, N. 2009. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung:


Sinar Baru Algensindo,)

Sufiyyah, A. 2011. Pengaruh Kulaitas Layanan Akademik dan Birokrasi


terhadap Kepuasan Mahasiswa, Jurnal ISSN. Vol. 13 No. 2
September 2011, Hal. 85-93.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung

Sukmadinata, N. S. 2007. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung;


Remaja Rosda Karya.
197

Thomas and Day , 2014. Sustainability capabilities, graduate


capabilities, and Australian universities.
www.emeraldinsight.com/1467-6370.htm

Thune, C. 2001. European Network for Quality Assurance in Higher


Education. Helsinki: Multiprint.

Tindale, C. W, 2011. Character and Knowledge: Learning from the


Speech of Experts. Argumentation (2011) 25:341–353 DOI
10.1007/s10503-011-9224-9.

Tull And Freeman. 2011. Reframing Student Affairs Leadership: An


Analysis of Organizational Frames of Reference and Locus of
Control. Research In The Schools Mid-South Educational
Research Association 2011, Vol. 18, No. 1, 33-43.

Vandiver, B.A, 2011. The Impact Of School Facilities On The Learning


Environment by. Dissertation Presented in Partial Fulfillment Of
the Requirements for the Degree Doctor of Philosophy Capella
University

Vierma A. P, 2015. Peningkatan Pemahaman dengan Menggunakan


Metode Individualized Schema-Based Learning dan
Transactional Learning bagi Siswa. Seminar Psikologi &
Kemanusiaan © 2015 Psychology Forum UMM, ISBN: 978-979-
796-324-8.

Videka and Goldstein. 2012. 50 Years and the Future of Agency-Based


Clinical Social Work Practice: Introduction to the Special Issue.
Clin Soc Work J (2012) 40:119–126.

Wankhede, G. 2015. E. Book. Accessing Higher Education, Affirmative


Action and Structured Inequality: Indian Experience. Published
online: 08 Mar 2015; 321-343. Permanent link to this document:
http://dx.doi.org/10.1108/S1479-358X(2012)0000007017.

Weight, I. 2013. Exploring inter being and inter becoming as ethos


making. Journal of Integral Theory and Practice. 2013.8
(3&4).82-96

Wilcox, S. 1997. Dissertation. Educational Development In Higher


Education. degree of Doctor of Philosophy Department of Theory
and Policy Studies in Education Ontario Institute for Studies in
Education of the University of Toronto.
198

LAMPIRAN-LAMPIRAN
199
200
201

Uji Coba Instrumen Variabel

Uji coba instrumen tes dimaksudkan untuk mengetahui tingkat

validitas dan reliabilitas instrumen. Berdasarkan hasil perhitungan

tingkat validitas dan reliabilitas inilah butir-butir instrumen yang

dikembangkan atau diadaptasi oleh peneliti dipilih atau mungkin direvisi

sebelum digunakan sebagai alat ukur pada penelitian yang

sesungguhnya.

Instrumen pengukuran variabel yang diujicobakan adalah

instrumen tes awal / tes akhir Instrumen pengukuran variabel modus

belajar di kelas, instrumen variabel lokus kendali, instrumen variabel

etos belajar, instrumen variabel karakteristik tempat praktik kerja

profesi, instrumen variabel kapabilitas lulusan PKTJ, dan instrumen

mindset entrepreneurship lulusan PKTJ. Responden dalam pelaksanaan

uji coba ini adalah sebanyak 30 mahasiswa POLTEK Harber Kota

Tegal. Uji coba dilaksanakan pada bulan Desember 2016.

Validitas Tes

Suatu alat evaluasi disebut valid (absah) apabila alat tersebut

mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Oleh karena itu,

keabsahannya tergantung pada seberapa jauh ketepatan alat evaluasi itu

dalam melaksanakan fungsinya.

Menurut Mukhadis (2013: 228) Satu di antara karakteristik

keefektifan instrumen evaluasi yang paling penting yang dapat

digunakan sebagai bentuk jaminan terhadap kualitas instrumen yang

digunakan sebagai alat ukur dalam pengumpulan data atau informasi


202

adalah ditunjukkan dengan tingkat validitas instrumen. Instrumen yang

digunakan dalam kegiatan evaluasi dikatakan memiliki tingkat validitas

yang dalam kategori tinggi, apabila dilihat atau ditelaah dari sisi subtansi

sosok yang membangun suatu instrumen memang telah menunjukkan

keandalan dalam mengukur suatu ramah,

suatu konsep, suatu konstruk, suatu fenomena, suatu faktor, atau suatu

variabel yang seharusnya memang diukur dalam kegiatan evaluasi.

Hasil perhitungan validitas butir instrumen variabel Modus Belajar

di Kelas dari 10 butir soal, 10 butir soal terpilih dengan signifikan pada

α = 0,05. Disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Uji Coba Validitas Butir Soal Modus Belajar di Kelas

Scale Mean Scale Corrected Cronbach's


if Item Variance if Item-Total Alpha if Item Keterangan
Deleted Item Deleted Correlation Deleted
Pernyataan_1_MBK 27,633 19,137 0,396 0,821 Valid
Pernyataan_2_MBK 27,967 18,309 0,613 0,800 Valid
Pernyataan_3_MBK 27,767 18,875 0,419 0,819 Valid
Pernyataan_4_MBK 27,700 18,562 0,626 0,800 Valid
Pernyataan_5_MBK 27,600 19,421 0,460 0,815 Valid
Pernyataan_6_MBK 27,767 18,047 0,515 0,809 Valid
Pernyataan_7_MBK 27,600 18,248 0,628 0,799 Valid
Pernyataan_8_MBK 27,733 16,547 0,625 0,797 Valid
Pernyataan_9_MBK 27,833 18,764 0,472 0,813 Valid
Pernyataan_10_MBK 27,900 18,645 0,423 0,819 Valid

Hasil analisis uji validitas pertanyaan menunjukkan bahwa tidak ada nilai

dibawah R tabel 0,361 sehingga ke 10 pernyataan tersebut dapat digunakan

sebagai alat ukur instrumen Modus Belajar di Kelas.


203

Hasil analisis perhitungan validitas butir instrumen variabel Lokus Kendali

dari 10 butir soal, 10 butir soal terpilih dengan signifikan pada α = 0,05.

Disajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil Uji Coba Validitas Butir Soal Lokus Kendali

Scale Mean Scale Corrected Cronbach's


if Item Variance if Item-Total Alpha if Item Keterangan
Deleted Item Deleted Correlation Deleted

Pernyataan_1_LK 27,567 16,116 0,362 0,819 Valid


Pernyataan_2_LK 27,867 16,671 0,378 0,814 Valid
Pernyataan_3_LK 27,733 15,375 0,620 0,789 Valid
Pernyataan_4_LK 27,533 15,844 0,507 0,801 Valid
Pernyataan_5_LK 27,733 16,340 0,477 0,804 Valid
Pernyataan_6_LK 27,600 15,283 0,599 0,791 Valid
Pernyataan_7_LK 28,100 15,472 0,489 0,803 Valid
Pernyataan_8_LK 27,267 16,547 0,401 0,811 Valid
Pernyataan_9_LK 27,633 15,206 0,635 0,787 Valid
Pernyataan_10_LK 27,567 16,116 0,583 0,795 Valid

Hasil analisis uji validitas pertanyaan menunjukkan bahwa tidak ada nilai

dibawah R tabel 0,361 sehingga ke 10 pernyataan tersebut dapat digunakan

sebagai alat ukur instrumen Lokus Kendali.

Hasil analisis perhitungan validitas butir instrumen variabel Etos Belajar

dari 10 butir soal, 10 butir soal terpilih dengan signifikan pada α = 0,05.

Disajikan pada tabel 3.

Tabel 3. Hasil Uji Coba Validitas Butir Soal Etos Belajar

Scale Mean Scale Corrected Cronbach's


if Item Variance if Item-Total Alpha if Item Keterangan
Deleted Item Deleted Correlation Deleted

Pernyataan_1_EB 27,033 12,930 0,483 0,800 Valid


Pernyataan_2_EB 27,167 12,833 0,541 0,796 Valid
Pernyataan_3_EB 26,900 12,369 0,459 0,804 Valid
Pernyataan_4_EB 27,067 12,616 0,382 0,814 Valid
Pernyataan_5_EB 26,967 12,447 0,616 0,788 Valid
Pernyataan_6_EB 26,900 12,783 0,412 0,808 Valid
Pernyataan_7_EB 26,600 12,317 0,459 0,804 Valid
Pernyataan_8_EB 27,267 12,064 0,607 0,787 Valid
Pernyataan_9_EB 27,100 12,369 0,650 0,785 Valid
Pernyataan_10_EB 27,000 12,690 0,451 0,804 Valid
204

Hasil analisis uji validitas pertanyaan menunjukkan bahwa tidak ada nilai

dibawah R tabel 0,361 sehingga ke 10 pernyataan tersebut dapat digunakan

sebagai alat ukur instrumen Etos Belajar.

Hasil analisis perhitungan validitas butir instrumen variabel Karakteristik

Tempat Praktik Kerja Profesi dari 8 butir soal, 8 butir soal terpilih dengan

signifikan pada α = 0,05. Disajikan pada tabel 4.

Tabel 4. Hasil Uji Coba Validitas Butir Soal Karakteristik Tempat Praktek

Kerja Profesi

Scale Mean Scale Corrected Cronbach's


if Item Variance if Item-Total Alpha if Item Keterangan
Deleted Item Deleted Correlation Deleted

Pernyataan_1_KPP 22,300 9,872 0,520 0,739 Valid


Pernyataan_2_KPP 22,267 10,616 0,419 0,757 Valid
Pernyataan_3_KPP 22,400 8,731 0,624 0,718 Valid
Pernyataan_4_KPP 22,333 10,782 0,413 0,758 Valid
Pernyataan_5_KPP 22,000 10,690 0,538 0,742 Valid
Pernyataan_6_KPP 22,200 10,166 0,418 0,759 Valid
Pernyataan_7_KPP 22,300 11,045 0,432 0,756 Valid
Pernyataan_8_KPP 22,233 10,392 0,458 0,751 Valid

Hasil analisis uji validitas pertanyaan menunjukkan bahwa tidak ada nilai

dibawah R tabel 0,361 sehingga ke 8 pernyataan tersebut dapat digunakan

sebagai alat ukur instrumen Karakteristik Tempat Praktek Kerja Profesi.

Hasil analisis perhitungan validitas butir instrumen variabel Kapabilitas

Lulusan PKTJ dari 6 butir soal, 6 butir soal terpilih dengan signifikan pada α

= 0,05. Disajikan pada tabel 5.

Tabel 5. Hasil Uji Coba Validitas Butir Soal Kapabilitas Lulusan PKTJ

Scale Mean Scale Corrected Cronbach's


if Item Variance if Item-Total Alpha if Item Keterangan
Deleted Item Deleted Correlation Deleted

Pernyataan_1_KL 15,667 7,885 0,428 0,718 Valid


Pernyataan_2_KL 15,433 6,737 0,671 0,655 Valid
205

Pernyataan_3_KL 15,667 5,678 0,661 0,632 Valid


Pernyataan_4_KL 15,767 6,323 0,367 0,744 Valid
Pernyataan_5_KL 15,533 6,740 0,468 0,697 Valid
Pernyataan_6_KL 15,600 6,869 0,379 0,724 Valid

Hasil analisis uji validitas pertanyaan menunjukkan bahwa tidak ada nilai

dibawah R tabel 0,361 sehingga ke 6 pernyataan tersebut dapat digunakan

sebagai alat ukur instrumen Kapabilitas Lulusan PKTJ.

Hasil analisis perhitungan validitas butir instrumen Mindset

Entrepreneurship Lulusan dari 8 butir soal, 8 butir soal terpilih dengan

signifikan pada α = 0,05. Disajikan pada tabel 6.

Tabel 6. Hasil Uji Coba Validitas Butir Soal Mindset Entrepreneurship

Lulusan

Correct
Cronba
Scale Scale ed
ch's Keter
Mean if Variance Item-
Alpha if anga
Item if Item Total
Item n
Deleted Deleted Correla
Deleted
tion
Pernyataan_1_M
E 20,433 10,254 0,666 0,783 Valid
Pernyataan_2_M
E 20,467 11,913 0,507 0,806 Valid
Pernyataan_3_M
E 20,667 11,471 0,520 0,805 Valid
Pernyataan_4_M
E 20,500 12,397 0,537 0,804 Valid
Pernyataan_5_M
E 20,733 12,064 0,560 0,801 Valid
Pernyataan_6_M
E 20,667 11,126 0,449 0,823 Valid
Pernyataan_7_M
E 20,600 11,903 0,637 0,792 Valid
Pernyataan_8_M
E 20,667 11,885 0,583 0,797 Valid

Hasil analisis uji validitas pertanyaan menunjukkan bahwa tidak ada nilai

dibawah R tabel 0,361 sehingga ke 8 pernyataan tersebut dapat digunakan

sebagai alat ukur instrumen Mindset Entrepreneurship Lulusan.

Metode atau cara yang digunakan untuk menentukan validitas butir soal

adalah dengan mengoreksi tiap butir soal dengan skor total. Tolak ukur
206

untuk menginteeprestasikan derajat validitas digunakan kriteria menurut

Gulford (Suherman dan Sukjaya, 1990: 147).

Untuk mempermudah dan mempercepat proses perhitungan validasi maka

dalam penelitian ini menggunakan program SPSS.

Reliabilitas

Reliabilitas adalah ukuran yang menunjukkan bahwa alat ukur yang

digunakan dalam penelitian keperilakukan mempunyai keandalan sebagai

alat ukur, diantaranya diukur melalui konsistensi hasil pengukuran dari

waktu ke waktu jika fenomena yang diukur tidak berubah Harrison (dalam

Zulganef, 2006). Sementara itu, Scarvia B Anderson (1975) menyatakan

bahwa persyaratan bagi tes, yaitu validitas dan reliabilitas ini penting, dalam

hal ini validitas penting dan reliabilitas perlu, karena tes yang valid pasti

reliabel sebaliknya tes reliabel belum tentu valid.

Untuk mengetahui reliabel atau tindaknya butir soal penelitian ini maka

digunakan interitem Consistency Realibility atau yang dikenal dengan

metode Cronbach’s Coefficient Alpha. Ini merupakan uji koefisien

reliabilitas yang menunjukkan seberapa baik korelassi positif antara satu

item dengan lainnya.

Reliabilitas suatu tes adalah suatu tes evaluasi yang memberikan hasil tetap

sama. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Suherman dan Sukjaya

(1990: 167), “Reliabilitas suaatu alat ukur atau alat evaluasi dimaksudkan

sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama (konsisten, ajeg).

Hasil pengukuran itu tetap sama (relatif sama) jika pengukurannya diberikan
207

pada subyek yang sama meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, dan

tempat yang berbeda pula”. Tolok ukur untuk mengintepretasikan derajat

reliabilitas alat evaluasi Guilford (dalam Suherman dan Sukjaya, 1990:

177).

Uji Reliabel instrumen penelitian ini disajikan pada tabel 7 berikut :

Tabel 7. Hasil Uji Reliabel Instrumen

Cro Cronbach
nba 's Alpha
Ketera
Variabel ch's Based on
ngan
Alp Standardi
ha zed Items

0,8 Reliab
0,830
25 el
Modus Belajar Dikelas (X1)
0,8 Reliab
0,822
Lokus Kendali (X2) 18 el
0,8 Reliab
0,825
Etos Belajar (X3) 15 el
Karakteristik Tempat Praktik Kerja 0,7 Reliab
0,775
Profesi (X4) 72 el
0,7 Reliab
0,757
Kapabilitas Lulusan (Y1) 34 el
Mindset Entrepreneurship Lulusan 0,8 Reliab
0,834
(Y2) 22 el

Hasil angka reliabilitas hitung di atas rata-rata di atas angka 0,600 sehingga

bisa disimpulkan bahwa instrumen penelitian berada dalam kategori

reliabilitas tinggi dan sangat tinggi.


208

HASIL UJI COBA INSTRUMEN

Sebelum penelitian sesungguhnya dilakukan, instrumen penelitian di


ujicoba terlebih dahulu. Uji coba instrumen dilakukan pada sampel peserta
uji coba terbatas dengan sejumlah 30 mahasiswa.
Butir instrumen tes yang berjumlah 52 butir ternyata layak
digunakan. Ke 52 butir layak tersebut terdiri dari: (1) instrumen Modus
Belajar di Kelas (10 butir layak dari 10 butir), (2) instrumen Tipe Lokus
Kendali (10 butir layak dari 10 butir), (3) instrumen Etos Belajar (10 butir
layak dari 10 butir), (4) instrumen Karakteristik Tempat Praktik Kerja
profesi (8 butir layak dari 8 butir), (5) instrumen Kapabilitas Lulusan (6
butir layak dari 6 butir), dan (6) instrumen Mindset Entrepreneurship
lulusan (8 butir layak dari 8 butir).
Distribusi instrumen dan jumlah butir untuk uji coba kecocokan
model dan pengambilan data eksperimen dapat di rangkum dalam tabel
berikut:

Distribusi Instrumen dan Butir untuk Ujicoba Instrumen

Tidak
Jumlah Butir
No Variabel Valid Valid
Indikator Pernyataan

Modus Belajar Dikelas


1 5 10 10 -
(X1)

2. Lokus Kendali (X2) 2 10 10 -

3. Etos Kerja (X3) 5 10 10 -

Karakteristik Tempat
4. Praktik Kerja Profesi 4 8 8 -
(X4)
Kapabilitas Lulusan
5. 3 6 6 -
(Y1)
209

Mindset
6. Entrepreneurship 4 8 8 -
Lulusan (Y2)

Adapun rangkuman hasil analisis data ujicoba instrumen sebagai berikut:

Tidak Nilai Alfa


No Variabel Aspek Valid
Valid
1 Modus Belajar di Kelas Menanya 1, 2 - 0,756
(X1) Mengumpulkan Informasi
3, 4 -
Percobaan/ Eksperimen 5, 6 -
Menganalisa 7, 8 -
Mengkomunikasikan
9, 10 -
2. Lokus Kendali (X2) Lokus Kendali Internal 1, 2, 0,783
3, 4, -
5
Lokus Kendali Eksternal 6, 7,
8, 9, -
10
3. Etos Kerja (X3) Kesehatan 1, 2 - 0,777
Perhatian 3, 4 -
Minat dan Bakat 5, 6
Alat dan Metode
7, 8 -
Pengajaran
Kondisi Lingkungan 9, 10 -
4. Karakteristik Tempat Memiliki tenaga ahli yang 0,747
1, 2 -
Praktik Kerja Profesi berkompeten.
(X4) Memiliki bahan praktik
kerja teknis yang relevan. 3, 4 -

Memiliki alat kerja teknis yang


5, 6 -
memadai.
Memiliki biaya operasional dan
7, 8 -
pasar pengguna.
5. Kapabilitas Lulusan (Y1) Kemahiran Berat 1, 2 - 0,714
Kemahiran Ringan 3, 4 -
Kemampuan Kompetitif 5, 6 -
6. Mindset Orientasi kerja dan kreatif 1, 2 - 0,793
Entrepreneurship erfikir simple dan fokus pada
Lulusan (Y2) 3, 4 -
eksekusi
ntegritas dan disiplin tinggi 5, 6 -
andai bersosialisasi,
7, 8 -
mengambil peluang dan
210

membangun jaringan
211

INSTRUMEN PENELITIAN

PENGARUH MODUS BELAJAR DI KELAS, TIPE LOKUS


KENDALI, ETOS BELAJAR, KARAKTERISTIK TEMPAT
PRAKTIK KERJA PROFESI TERHADAP KAPABILITAS DAN
MINDSET ENTREPRENEURSHIP LULUSAN POLITEKNIK
KESELAMATAN TRANSPORTASI JALAN

SUYITNO

NIM 130551918243

PASCA SARJANA S3 PENDIDIKAN KEJURUAN

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

2017
212

KUESIONER

Kepada:
Yth. Taruna/ Taruni PKTJ
Prodi D IV MKTJ, D III PKB dan D IV TKO

Di Tegal

Dengan hormat,
Guna memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar
Pascasarjana Program
Doktor Pendidikan Kejuruan Universitas Negeri Malang,
dengan ini saya : Nama : Suyitno
NIM : 130551918243

Mahasiswa : Pascasarjana Universitas Negeri Malang


Program Studi
Pendidikan Kejuruan.
Mohon kesediaan Taruna/ Taruni PKTJ untuk mengisi kuesioner yang
terlampir. Adapun tujuan kuesioner tersebut adalah semata-mata untuk data
penelitian dalam rangka penyusunan disertasi saya yang berjudul : “Pengaruh
Modus Belajar di Kelas, Tipe Lokus Kendali, Etos Belajar, Karakteristik
Tempat Praktik Kerja Profesi terhadap Kapabilitas dan Mindset
Entrepreneurship Lulusan Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan”.
Saya mengharap dukungan Taruna/ Taruni dengan memberi jawaban
secara jujur dan benar. Jawaban Taruna/ Taruni sangat kami jamin
kerahasiaannya dan tidak akan berpengaruh pada prestasi belajar Taruna/
Taruni. Disamping digunakan untuk penelitian, kuesioner ini saya harapkan
dapat digunakan sebagai masukan untuk PKTJ Tegal.
Atas perhatian Taruna/ Taruni dan dukungannya saya ucapkan terima
kasih.
Hormat saya,
Peneliti,

Suyitno
213

I. Identitas Responden
1. Nomor Responden : (diisi oleh peneliti)
2. Nama Prodi :
3. Nama Taruna/i : (tidak diisi)
4. Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan* *(coret yang tidak perlu)
II. PETUNJUK
1. Mohon Taruna/i memberikan tanggapan atau jawaban terhadap
pertanyaan- pertanyaan yang tersedia dibawah ini sesuai dengan
kenyataan yang ada.
2. Jawaban dilakukan dengan memberi tanda silang (X) pada salah satu
dari empat Jawaban, dimana setiap pertanyaan memiliki 4 (empat)
pilihan jawaban yang disingkat sebagai berikut :
SS = Sangat Setuju atau Sangat Sesuai
S = Setuju atau Sesuai
TS = Tidak Setuju atau Tidak Sesuai
STS = Sangat Tidak Setuju atau Sangat Tidak Sesuai
214

1. Instrumen Penelitian tentang Modus


Belajar di Kelas.
Seberapa besar kesesuaian pelaksanaan modus belajar di kelas dilakukan di
PKTJ ?
Jawaban SS (sangat sesuai) telah melaksanakan sampai dengan 100%
Jawaban S (sesuai) telah melaksanakan sampai dengan 75%
Jawaban TS (tidak sesuai) telah melaksanakan sampai dengan 50%
Jawaban STS (sangat tidak sesuai) telah melaksanakan sampai
dengan 25%

No Pernyataan Jawaban
SS S TS STS
1. Proses pembelajaran membuat saya aktif
bertanya tentang materi yang kurang
dipahami pada mata kuliah yang sedang
saya ikuti.
2. Proses pembelajaran membuat saya aktif
mengeluarkan ide/ pendapat berdasarkan
pengalaman tentang materi yang di dis-
kusikan pada mata kuliah yang sedang
saya ikuti
3. Proses pembelajaran membuat saya
mampu menyerap informasi dari proses
belajar yang sedang berlangsung dan
menerapkan teori dan pengetahuan yang
telah diterima ke dalam praktik.
4. Proses pembelajaran membuat saya
mengharuskan memiliki buku paket,
modul/buku panduan dan referensi yang
relevan dengan mata kuliah yang
diajarkan.
5. Proses pembelajaran membuat saya
mampu mensinergikan materi kuliah
teori dan praktik
6. Proses pembelajaran membuat saya
dapat menerapkan teori dan pengalaman
belajar secara akurat ke dalam praktik
ketikamelakukan eksperimen atau per-
cobaan.
7. Proses pembelajaran membuat saya
dapat menganalisa hasil dari percobaan
praktik yang berhubungan dengan tema
pembelajarannya
8. Proses pembelajaran membuat saya
mampu memberikan pemecahan ma-
salah dari percobaan yang dilakukan
9. Proses pembelajaran membuat saya
dapat mengkomunikasikan hasil praktik
215

dari pembelajaran tersebut


10. Proses pembelajaran membuat saya un-
tuk mampu menyimpulkan pengalaman
belajarnya
216

1. Instrumen Penelitian tentang Modus


Belajar di Kelas.
Seberapa besar kesesuaian pelaksanaan modus belajar di kelas dilakukan di
PKTJ ?
Jawaban SS (sangat sesuai) telah melaksanakan sampai dengan 100%
Jawaban S (sesuai) telah melaksanakan sampai dengan 75%
Jawaban TS (tidak sesuai) telah melaksanakan sampai dengan 50%
Jawaban STS (sangat tidak sesuai) telah melaksanakan sampai
dengan 25%
No Pernyataan Jawaban
SS S TS STS
1. Proses pembelajaran membuat saya aktif
bertanya tentang materi yang kurang
dipahami pada mata kuliah yang sedang
saya ikuti.
2. Proses pembelajaran membuat saya aktif
mengeluarkan ide/ pendapat berdasarkan
pengalaman tentang materi yang di dis-
kusikan pada mata kuliah yang sedang
saya ikuti
3. Proses pembelajaran membuat saya
mampu menyerap informasi dari proses
belajar yang sedang berlangsung dan
menerapkan teori dan pengetahuan yang
telah diterima ke dalam praktik.
4. Proses pembelajaran membuat saya
mengharuskan memiliki buku paket,
modul/buku panduan dan referensi yang
relevan dengan mata kuliah yang
diajarkan.
5. Proses pembelajaran membuat saya
mampu mensinergikan materi kuliah
teori dan praktik
6. Proses pembelajaran membuat saya
dapat menerapkan teori dan pengalaman
belajar secara akurat ke dalam praktik
ketikamelakukan eksperimen atau per-
cobaan.
7. Proses pembelajaran membuat saya
dapat menganalisa hasil dari percobaan
praktik yang berhubungan dengan tema
pembelajarannya
8. Proses pembelajaran membuat saya
mampu memberikan pemecahan ma-
salah dari percobaan yang dilakukan
9. Proses pembelajaran membuat saya
dapat mengkomunikasikan hasil praktik
dari pembelajaran tersebut
217

10. Proses pembelajaran membuat saya un-


tuk mampu menyimpulkan pengalaman
belajarnya
218

1. Instrumen Penelitian tentang Tipe Lokus


Kendali.

Seberapa sesuai tingkat locus of control taruna dalam belajardi


kampus ?
Jawaban SS (sangat sesuai) telah merasa sesuai sampai
dengan 100 %
Jawaban S (sesuai) telah merasa sesuai sampai
dengan 75%
Jawaban TS (tidak sesuai) telah merasa sesuai
sampai dengan 50%
Jawaban STS (sangat tidak sesuai) telah merasa sesuai
sampai dengan 25%

No Pernyataan Jawaban
SS S TS STS
1 Taruna fokus terhadap tugas-tugas yang
diberikan kepadanya
2 Taruna antusias menerima tugas-tugas
yang diberikan kepadanya
3 Taruna dapat me-manage dan mengen-
dalikan dirinya pada saat ada permasa-
lahan pribadi.
4 Taruna dapat memahami kondisi yang
terjadi padanya
5 Taruna dapat menerima dan merasa
terbiasa menghadapi tugas-tugas yang
menurutnya rumit
6 Taruna mempunyai inisiatif yang tinggi
untuk menyelesaikan tugas-tugas yang
diberikan melalui bantuan teman
7 Taruna dapat mengembangkan kemam-
puan berpikir kritis karena pengaruh te-
man dalam menyelesaikan tugas-tugas
yang diberikan kepadanya
8 Taruna lebih kreatif ketika berkelompok
dalam mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan kepadanya.
9 Taruna berkomitmen untuk menyele-
saikan tugas-tugas yang diberikan kepa-
danya ketika teman yang lain sudah
mengerjakannya
10 Taruna menyukai tugas-tugas yang
menantang demi kemajuan diri di masa
mendatang asalkan ada teman yang men-
dampingi
2. Instrumen Penelitian tentang Etos
Belajar
219

Seberapa besar etos belajar taruna selama belajar di kampus ?.


Jawaban SS (sangat setuju) taruna memiliki semangat belajar hingga
100%
Jawaban S (setuju) taruna memiliki semangat belajar hingga 75%
Jawaban TS (tidak setuju) taruna memiliki semangat belajar hingga
50%
Jawaban STS (sangat tidak setuju) taruna memiliki semangat belajar
hingga 25%

No Pernyataan Jawaban
SS S TS
STS
1. Kampus memberikan pelayanan kese-
hatan secara rutin kepada taruna untuk
menunjang sikap belajar.
2. Kampus mengatur kegiatan olahraga
agar dari pengawasan pengasuh untuk
menunjang stamina belajar dengan
fasilitas yang memadai.
3. Selama mengikuti pembelajaran saya
berkonsentrasi penuh terhadap penje-
lasan dosen
4. Ketika materi kuliah yang disampaikan
tidak tercantum dalam buku teks saya
mencatat hal-hal penting yang dijelaskan
oleh dosen
5. Saya tertarik terhadap isi dan penyam-
paian materi yang disampaikan oleh do-
sen
6. Taruna dipacu melakukan stimulus
terhadap materi yang disukainya melalui
metode pembelajaran yang bervariasi
7. Alat belajar yang dimiliki oleh kampus
sangat memadai untuk kegiatan perku-
liahan.
8. Metode pembelajaran yang digunakan
oleh dosen mendapatkan respon baik dan
positif dari taruna
9. Saya belajar dengan suasana sejuk
sehingga penyampaian informasi pem-
belajaran dapat terserap dengan baik
10. Kegiatan belajar berlangsung dengan
suasana yang nyaman tidak ada
gangguan dari manapun
3. Instrumen Penelitian tentang Karakteristik Tempat Praktik Kerja
Profesi
Seberapa besar tercukupinya karakteristik tempat praktik kerja profesi
220

terhadap tujuan program studi?


Jawaban SS (sangat setuju) karakteristik telah tercukupi sampai dengan
100%.
Jawaban S (setuju) karakteristik telah tercukupi sampai dengan
75%.
Jawaban TS (tidak setuju) karakteristik telah tercukupi sampai dengan 50%.
Jawaban STS (sangat tidak setuju) karakteristik telah tercukupi sampai dengan
25%.

No Pernyataan Jawaban
SS S TS STS
1. Untuk menunjang peningkatan kompe-
tensinya, taruna mendapatkan pengala-
man belajar secara langsung dari tenaga
ahli yang kompeten di tempat PKP
2. Untuk dapat mengembangkan kompe-
tensi yang telah dimilikinya, taruna
mendapatkan tambahan wawasan
melalui komunikasi dengan pembimbing
senior di tempat praktik kerja profesi.
3. Taruna melaksanakan praktik kerja
profesi dengan menggunakan bahan
praktik yang relevan sesuai bidang
pekerjaan
4. Tempat praktik kerja profesi menggu-
nakan bahan praktik yang lengkap dan
optimal
5. Tempat praktik kerja profesi menggu-
nakan alat yang memadai dalam menun-
jang praktik
6. Alat yang tersedia di tempat PKP
mampu dioperasikan oleh taruna dalam
menyelesaikan pekerjaan
7. Setiap permasalahan pekerjaan yang
timbul karena faktor pembiayaan dapat
diselesaikan lebih mudah
8. Keterampilan yang diperoleh melalui
PKP mendapatkan respon positif oleh
pasar sehingga kesempatan untuk
mendapatkan pekerjaan menjadi lebih
luas
221

4. Instrumen Penelitian tentang Kapabilitas Lulusan


Seberapa besar tingkat kapabilitas lulusan?
Jawaban SS (sangat setuju) lulusan telah mampu sampai dengan 100%.
Jawaban S (setuju) lulusan telah mampu sampai dengan 75%.
Jawaban TS (tidak setuju) lulusan telah mampu sampai dengan 50%.
Jawaban STS (sangat tidak setuju) lulusan telah mampu sampai dengan 25%.

No Pernyataan Jawaban
SS S TS STS
1 Ilmu pengetahuan dan kompetensi yang
diperoleh taruna ketika lulus kelak mampu
diterapkan dalam dunia kerja
2 Ilmu pengetahuan dan kompetensi yang
diperoleh taruna ketika lulus kelak mampu
dikembangkan dalam dunia kerja sesuai
disiplin ilmu yang ditekuninya
3 Lulusan kelak mampu berinovasi di dunia
kerja dengan pengetahuan yang dikuasai-
dnya melalui ide-ide yang cemerlang
4 Lulusan memiliki nilai tambah melalui
pengembangan softskill yang dimiliki
sebelumnya dari kampus
5 Lulusan mempunyai keberanian mengam-
bil resiko dalam setiap keputusan yang
dilakukan bermodalkan softskill yang ada.
6 Lulusan bermodalkan softskill yang ada
kelak mampu memberikan solusi yang
tidak biasa sehingga dapat menyelesaikan
masalah dengan cepat dan tepat dalam tim
222

5. Instrumen Penelitian tentang Mindset


Entrepreneurship lulusan
Seberapa besar Mindset Entrepreneurship lulusan ?
Jawaban SS (sangat setuju) telah dilaksanakan sampai dengan
100%.
Jawaban S (setuju) telah dilaksanakan sampai dengan 75%.
Jawaban TS (tidak setuju) telah dilaksanakan sampai dengan 50%.
Jawaban STS (sangat tidak setuju) telah dilaksanakan sampai dengan 25%.

No Pernyataan Jawaban
SS S TS STS
1. Saya akan mampu bekerja dengan segala
kondisi yang ada dengan tujuan yang jelas
2. Saya akan mampu merencanakan strategi
untuk peluang yang ada supaya ancaman
mampu diminimalisir
3. Saya akan mampu menggunakan wewe-
nang yang ada untuk memutuskan ke-
bijakan tanpa menyalahi prosedur yang
ada
4. Saya akan menggunakan strategi dalam
bertindak dan cepat mengambil keputusan
dengan pertimbangan cermat
5. Saya akan selalu konsisten dengan visi,
misi dan integritasnya dalam organisasi
6. Saya akan memahami control pengenda-
lian mutu hasil pekerjaan dengan disiplin
tinggi
7. Saya akan mampu mensosialisasikan hasil
pekerjaan kepada dunia usaha/ dunia
industri
8. Saya akan selalu menggunakan jaringan
yang dimiliki untuk memasarkan hasil
pekerjaan yang dibutuhkan oleh pasar

TERIMA KASIH
223

KISI-KISI INSTRUMEN VARIABEL MODUS BELAJAR DI KELAS (X1)

No Aspek Indikator No. Butir Jumlah

1 Menanya Taruna/i mengenal karakteristik materi 1,2 2


pelajaran yang berimplikasi pada
penguasaan mata kuliah yang sesuai
program studi

2 Mengumpulkan Taruna/i melakukan pengumpulan 3, 4 2


Informasi informasi yang disampaikan dosen
dikelas, menguasai materi, struktur,
konsep dan pola pikir.

3 Percobaan/ Taruna/i menunjukkan semangat 5, 6 2


Eksperimen mencoba dalam pembelajaran praktik di
laboratorium

4 Menganalisa Taruna/i mengikutsertakan peran 7, 8 2


dalam menganalisa permasalahan
materi kuliah dalam pembelajaran.

5 Mengkomunikasikan Taruna/i mengkomunikasikan materi 9, 10 2


keilmuan yang mendukung mata
pelajaran yang diampu kepada dosen
maupun teman sebaya

Jumlah 10
224

KISI-KISI INSTRUMEN VARIABEL TIPE LOKUS KENDALI (X2)

No Aspek Indikator No. Butir Jumlah

1 Lokus Kendali Taruna/i mengendalikan kemampuan 1,2,3,4,5 5


Internal dirinya dalam menyelesaikan masalah

2 Lokus Kendali Taruna/i mengendalikan kemampuan 6,7,8.9.10 5


Eksternal dirinya dari orang lain dalam
menyelesaikan masalah.

Jumlah 10
225

KISI-KISI INSTRUMEN VARIABEL ETOS BELAJAR (X3)

No Aspek Indikator No. Butir Jumlah

1 Kesehatan Taruna/i menerima pelayanan 1,2 2


kesehatan di poliklinik (unit
kesehatan) untuk mendukung
kebugaran dalam mengikuti
perkuliahan

2 Perhatian Taruna/i memperhatikan dosen 3, 4 2


ketika proses perkuliahan
berlangsung

3 Minat dan Bakat Taruna/i menunjukkan kesukaan dan 5, 6 2


kemampuan diri yang dimiliki untuk
menunjang perkuliahan

4 Alat dan Metode Taruna/i menerima pembelajaran 7, 8 2


Pengajaran dengan menggunakan alat dan
metode pengajaran yang memadai
dari dosen/ instruktur

5 Kondisi Lingkungan Taruna/i merasakan lingkungan 9, 10 2


yang sejuk, nyaman untuk belajar

Jumlah 10
198

KISI-KISI INSTRUMEN VARIABEL KARAKTERISTIK TEMPAT PRAKTIK KERJA


PROFESI (X4)

No Aspek Indikator No. Butir Jumlah

1 Memiliki tenaga ahli Tempat PKP memiliki tenaga ahli 1,2 2


teknis yang sesuai dengan bidang ilmu
yang berkompeten ,
yang diperoleh sebelumnya

2 Memiliki bahan Tempat PKP memiliki bahan untuk 3, 4 2


praktik kerja teknis melakukan praktik yang sesuai
yang relevan dengan disiplin ilmu taruna

3 Memiliki alat kerja Tempat PKP memiliki alat pendukung 5, 6 2


teknis yang praktik yang memadai sehingga taruna
mampu mengaplikasikan pengetahuan
memadai melalui praktik kerja yang ada

4 Memiliki biaya Tempat PKP memiliki anggaran 7 1


operasional dan untuk operasional maupun
pengembangan lembaga
pasar pengguna
Tempat PKP mampu menyediakan
ketrampilan yang dibutuhkan oleh
pasar
8 1

Jumlah 8
199

KISI-KISI INSTRUMEN VARIABEL KAPABILITAS LULUSAN (Y1)

No Aspek Indikator No. Butir Jumlah

1 Kemahiran Berat Lulusan menguasai keterampilan sesuai 1,2 2


dengan disiplin ilmu program studi

2 Kemahiran Ringan Lulusan mendapatkan kemampuan 3, 4 2


dalam penguasaan kecakapan inovasi,
kreatif, trampil dalam berbahasa dan
analisa yang dibutuhkan di tempat
kerja

3 Kemampuan Lulusan mendapatkan kemampuan 5, 6 2


Kompetitif dalam mengambil keputusan dalam
pekerjaan, ketelitian dan kemampuan
bekerja sama dalam tim

Jumlah 6
200

KISI-KISI INSTRUMEN VARIABEL MINDSET ENTREPRENEURSHIP LULUSAN (Y2)

No Aspek Indikator No. Butir Jumlah

1 Orientasi kerja Lulusan mampu menghadapi resiko dan 1,2 2


menaklukannya
dan kreatif
Lulusan mampu mengembangkan hal yang
baru nelalui berpikir terbuka

2 Berfikir simple Lulusan mampu melihat persoalan dengan 3, 4 2


jernih.
dan fokus pada
eksekusi Lulusan mampu melakukan tindakan dari
pada membuat ide-ide aru.

3 Integritas dan Lulusan mampu menunjukkan karakter 5, 6 2


disiplin tinggi yang kuat, utuh

Lulusan mampu bersikap


disiplin yang tinggi dalam
menyikapi sesuatu hal dengan
tidak menyia-nyiakan peluang

4 andai bersosialisasi, Lulusan mampu melibatkan orang lain 7, 8 2


mengambil dalam mewujudkan peluang.

peluang dan Lulusan mampu menjaga relasi dengan


membangun partner dari pada bekerja sendiri.

jaringan

Jumlah 8
201

Analysis Summary

Date and Time

Date: 3 September 2017


Time: 22:19:27

Title

Model penelitian suyitno modifikasi: 3 September 2017 22:19

Notes for Group (Group number 1)

The model is recursive.


Sample size = 199
202

Variable Summary (Suyitno)

Your model contains the following variables (Suyitno)

Observed, endogenous variables


X1_1
X1_2
X1_3
Y1_3
Y1_2
Y1_1
Y2_3
Y2_2
Y2_1
X1_4
Y2_4
X1_5
X2_1
X2_2
X3_1
X3_2
X3_3
X3_4
X3_5
X4_1
X4_2
X4_3
X4_4
Unobserved, endogenous variables
KapabilitasLulusan
MindsetEnterpreunership
Unobserved, exogenous variables
ModusBelajar
e1
e2
e3
e18
e17
e19
e22
e21
e20
z1
z2
e4
e23
e5
e6
e7
203

LokusKendali
EtosBelajar
e8
e9
e10
e11
e12
KarakteristikTPKP
e13
e14
e15
e16

Variable counts (Suyitno)

Number of variables in your model: 54


Number of observed variables: 23
Number of unobserved variables: 31
Number of exogenous variables: 29
Number of endogenous variables: 25

Parameter Summary (Suyitno)

Weights Covariances Variances Means Intercepts Total


Fixed 31 0 0 0 0 31
Labeled 0 0 0 0 0 0
Unlabeled 25 18 29 0 0 72
Total 56 18 29 0 0 103
204

Assessment of normality (Suyitno)

Variable min max skew c.r. kurtosis c.r.


X4_4 3,000 8,000 -,065 -,374 ,104 ,298
X4_3 4,000 8,000 ,052 ,297 ,069 ,199
X4_2 4,000 8,000 ,032 ,184 -,219 -,630
X4_1 4,000 8,000 ,302 1,738 -,269 -,773
X3_5 2,000 8,000 -,508 -2,924 1,185 3,411
X3_4 4,000 8,000 -,139 -,798 ,099 ,286
X3_3 4,000 8,000 ,115 ,662 -,270 -,778
X3_2 5,000 8,000 ,311 1,788 -,251 -,722
X3_1 3,000 8,000 -,212 -1,219 ,639 1,839
X2_2 10,000 20,000 -,146 -,843 -,405 -1,167
X2_1 10,000 20,000 -,273 -1,572 -,319 -,920
X1_5 4,000 8,000 ,314 1,806 ,225 ,647
Y2_4 4,000 8,000 ,207 1,193 -,263 -,757
X1_4 4,000 8,000 -,252 -1,452 ,262 ,754
Y2_1 5,000 8,000 ,420 2,419 -,968 -2,787
Y2_2 3,000 8,000 -,092 -,531 ,569 1,638
Y2_3 5,000 8,000 ,272 1,569 -,890 -2,563
Y1_1 4,000 8,000 -,141 -,812 ,110 ,318
Y1_2 5,000 8,000 ,335 1,932 -,493 -1,420
Y1_3 4,000 8,000 -,068 -,391 -,073 -,211
X1_3 3,000 8,000 ,079 ,457 ,804 2,314
X1_2 3,000 8,000 -,040 -,232 -,160 -,460
X1_1 4,000 8,000 ,483 2,779 1,715 4,937
Multivariate 68,080 14,160
205

Observations farthest from the centroid (Mahalanobis distance) (Suyitno)

Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2


160 65,326 ,000 ,001
151 57,758 ,000 ,000
21 43,561 ,006 ,116
142 41,818 ,010 ,124
184 41,447 ,011 ,061
93 41,312 ,011 ,023
159 41,209 ,011 ,008
102 40,460 ,014 ,006
83 40,310 ,014 ,002
86 39,843 ,016 ,002
76 39,453 ,018 ,001
17 39,078 ,019 ,001
68 38,980 ,020 ,000
91 38,664 ,022 ,000
7 38,030 ,025 ,000
100 37,716 ,027 ,000
10 37,636 ,028 ,000
189 37,545 ,028 ,000
8 36,865 ,034 ,000
92 36,169 ,040 ,000
111 36,163 ,040 ,000
69 36,038 ,041 ,000
5 35,629 ,045 ,000
22 35,621 ,045 ,000
185 35,368 ,048 ,000
95 35,040 ,052 ,000
79 34,897 ,053 ,000
196 34,804 ,054 ,000
54 34,762 ,055 ,000
188 34,127 ,063 ,000
129 33,971 ,066 ,000
131 33,461 ,073 ,000
183 32,870 ,083 ,000
33 32,550 ,089 ,000
36 32,517 ,090 ,000
82 32,189 ,096 ,000
98 32,112 ,098 ,000
60 31,775 ,105 ,000
48 31,719 ,106 ,000
121 31,673 ,107 ,000
132 31,345 ,115 ,000
16 31,057 ,121 ,000
206

Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2


18 30,922 ,125 ,000
12 30,890 ,126 ,000
107 30,876 ,126 ,000
126 30,827 ,127 ,000
133 30,801 ,128 ,000
39 30,503 ,135 ,000
34 30,106 ,146 ,000
162 29,709 ,158 ,000
99 29,481 ,165 ,001
106 29,431 ,166 ,000
194 29,180 ,174 ,001
161 29,159 ,175 ,000
4 29,130 ,176 ,000
61 28,959 ,182 ,000
127 28,848 ,185 ,000
199 28,658 ,192 ,000
108 28,441 ,200 ,001
32 28,429 ,200 ,000
175 28,287 ,205 ,000
104 27,997 ,216 ,001
186 27,965 ,217 ,001
193 27,825 ,222 ,001
198 27,744 ,226 ,001
66 27,585 ,232 ,001
101 27,461 ,237 ,001
97 27,210 ,247 ,002
1 26,419 ,281 ,026
19 26,393 ,283 ,020
55 26,318 ,286 ,018
190 26,260 ,289 ,015
51 26,136 ,295 ,017
28 26,070 ,298 ,015
85 25,946 ,303 ,016
90 25,932 ,304 ,012
29 25,909 ,305 ,009
141 25,705 ,315 ,013
63 25,687 ,316 ,009
195 25,632 ,319 ,008
180 25,631 ,319 ,005
197 25,622 ,319 ,004
3 25,573 ,321 ,003
135 24,709 ,365 ,057
14 24,464 ,378 ,091
207

Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2


181 24,278 ,389 ,118
2 24,131 ,397 ,136
62 23,992 ,404 ,154
84 23,843 ,413 ,178
130 23,786 ,416 ,165
13 23,453 ,435 ,282
9 23,140 ,453 ,419
177 23,085 ,456 ,399
71 23,067 ,457 ,356
59 23,013 ,460 ,336
49 22,930 ,465 ,335
50 22,702 ,478 ,426
78 22,673 ,480 ,389
187 22,459 ,493 ,474
123 22,312 ,501 ,516

Notes for Model (Default model)

Computation of degrees of freedom (Default model)

Number of distinct sample moments: 276


Number of distinct parameters to be estimated: 72
Degrees of freedom (276 - 72): 204

Result (Default model)

Minimum was achieved


Chi-square = 247,710
Degrees of freedom = 204
Probability level = ,020
208

Estimates (Suyitno - Default model)

Scalar Estimates (Suyitno - Default model)

Maximum Likelihood Estimates

Regression Weights: (Suyitno - Default model)

Estimat Labe
S.E. C.R. P
e l
<-- ,02
KapabilitasLulusan ModusBelajar 1,536 ,682 2,252
- 4
<-- ,19
KapabilitasLulusan LokusKendali ,331 ,257 1,287
- 8
<-- 1,44 - ,04
KapabilitasLulusan EtosBelajar -2,849
- 8 1,968 9
<-- ,00
KapabilitasLulusan KarakteristikTPKP 2,183 ,789 2,767
- 6
MindsetEnterpreunersh <-- ,01
ModusBelajar 1,373 ,552 2,488
ip - 3
MindsetEnterpreunersh <-- ,10
LokusKendali ,341 ,213 1,601
ip - 9
MindsetEnterpreunersh <-- 1,15 - ,04
EtosBelajar -2,298
ip - 8 1,983 7
MindsetEnterpreunersh <-- ,02
KarakteristikTPKP 1,321 ,577 2,291
ip - 2
<--
X1_1 ModusBelajar 1,000
-
<--
X1_2 ModusBelajar 1,535 ,212 7,226 ***
-
<--
X1_3 ModusBelajar 1,326 ,183 7,232 ***
-
<--
Y1_3 KapabilitasLulusan 1,037 ,151 6,866 ***
-
<--
Y1_2 KapabilitasLulusan ,904 ,129 6,989 ***
-
<--
Y1_1 KapabilitasLulusan 1,000
-
<-- MindsetEnterpreuners
Y2_3 1,525 ,212 7,207 ***
- hip
<-- MindsetEnterpreuners
Y2_2 1,545 ,217 7,131 ***
- hip
<--
X1_4 ModusBelajar 1,445 ,182 7,927 ***
-
<-- MindsetEnterpreuners
Y2_4 1,424 ,205 6,933 ***
- hip
<-- MindsetEnterpreuners
Y2_1 1,000
- hip
X1_5 <-- ModusBelajar 1,372 ,181 7,561 ***
209

Estimat Labe
S.E. C.R. P
e l
-
<--
X2_1 LokusKendali 1,000
-
<--
X2_2 LokusKendali ,850 ,088 9,689 ***
-
<--
X3_1 EtosBelajar 1,000
-
<--
X3_2 EtosBelajar ,942 ,126 7,490 ***
-
<--
X3_3 EtosBelajar ,855 ,126 6,806 ***
-
<--
X3_4 EtosBelajar 1,025 ,130 7,862 ***
-
<--
X3_5 EtosBelajar 1,161 ,161 7,210 ***
-
<--
X4_1 KarakteristikTPKP 1,000
-
<--
X4_2 KarakteristikTPKP 1,454 ,188 7,725 ***
-
<--
X4_3 KarakteristikTPKP 1,375 ,191 7,201 ***
-
<--
X4_4 KarakteristikTPKP 1,549 ,211 7,333 ***
-

Standardized Regression Weights: (Suyitno - Default model)

Estimate
KapabilitasLulusan <--- ModusBelajar 1,154
KapabilitasLulusan <--- LokusKendali 1,015
KapabilitasLulusan <--- EtosBelajar -2,844
KapabilitasLulusan <--- KarakteristikTPKP 1,813
MindsetEnterpreunership <--- ModusBelajar 1,311
MindsetEnterpreunership <--- LokusKendali 1,330
MindsetEnterpreunership <--- EtosBelajar -2,915
MindsetEnterpreunership <--- KarakteristikTPKP 1,394
X1_1 <--- ModusBelajar ,606
X1_2 <--- ModusBelajar ,649
X1_3 <--- ModusBelajar ,650
Y1_3 <--- KapabilitasLulusan ,618
Y1_2 <--- KapabilitasLulusan ,636
Y1_1 <--- KapabilitasLulusan ,613
Y2_3 <--- MindsetEnterpreunership ,799
Y2_2 <--- MindsetEnterpreunership ,777
X1_4 <--- ModusBelajar ,744
Y2_4 <--- MindsetEnterpreunership ,740
210

Estimate
Y2_1 <--- MindsetEnterpreunership ,520
X1_5 <--- ModusBelajar ,690
X2_1 <--- LokusKendali ,866
X2_2 <--- LokusKendali ,680
X3_1 <--- EtosBelajar ,579
X3_2 <--- EtosBelajar ,677
X3_3 <--- EtosBelajar ,588
X3_4 <--- EtosBelajar ,635
X3_5 <--- EtosBelajar ,641
X4_1 <--- KarakteristikTPKP ,564
X4_2 <--- KarakteristikTPKP ,766
X4_3 <--- KarakteristikTPKP ,681
X4_4 <--- KarakteristikTPKP ,750

Covariances: (Suyitno - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label


ModusBelajar <--> LokusKendali ,493 ,089 5,527 ***
LokusKendali <--> EtosBelajar ,910 ,143 6,352 ***
EtosBelajar <--> KarakteristikTPKP ,240 ,045 5,287 ***
ModusBelajar <--> EtosBelajar ,204 ,038 5,338 ***
ModusBelajar <--> KarakteristikTPKP ,133 ,028 4,818 ***
LokusKendali <--> KarakteristikTPKP ,664 ,112 5,916 ***
e16 <--> KarakteristikTPKP -,005 ,014 -,372 ,710
e21 <--> e10 ,090 ,031 2,901 ,004
e18 <--> e13 -,094 ,034 -2,792 ,005
e17 <--> e5 ,086 ,037 2,322 ,020
e17 <--> e7 -,207 ,096 -2,154 ,031
e8 <--> e11 ,095 ,042 2,283 ,022
e11 <--> e12 ,137 ,044 3,141 ,002
e7 <--> ModusBelajar ,107 ,041 2,621 ,009
e20 <--> e6 ,144 ,071 2,046 ,041
e20 <--> e13 ,109 ,038 2,848 ,004
e23 <--> e7 -,206 ,076 -2,695 ,007
e2 <--> e20 -,036 ,042 -,864 ,388

Correlations: (Suyitno - Default model)

Estimate
ModusBelajar <--> LokusKendali ,663
LokusKendali <--> EtosBelajar ,921
EtosBelajar <--> KarakteristikTPKP ,897
ModusBelajar <--> EtosBelajar ,843
ModusBelajar <--> KarakteristikTPKP ,661
211

Estimate
LokusKendali <--> KarakteristikTPKP ,808
e16 <--> KarakteristikTPKP -,017
e21 <--> e10 ,242
e18 <--> e13 -,219
e17 <--> e5 ,192
e17 <--> e7 -,178
e8 <--> e11 ,169
e11 <--> e12 ,246
e7 <--> ModusBelajar ,157
e20 <--> e6 ,195
e20 <--> e13 ,214
e23 <--> e7 -,223
e2 <--> e20 -,064

Variances: (Suyitno - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label


ModusBelajar ,182 ,042 4,378 ***
LokusKendali 3,035 ,445 6,816 ***
EtosBelajar ,321 ,075 4,276 ***
KarakteristikTPKP ,222 ,054 4,096 ***
z1 ,021 ,043 ,485 ,628
z2 ,043 ,023 1,882 ,060
e1 ,315 ,035 8,940 ***
e2 ,589 ,068 8,673 ***
e3 ,438 ,050 8,670 ***
e18 ,388 ,047 8,232 ***
e17 ,535 ,063 8,457 ***
e19 ,562 ,066 8,466 ***
e22 ,263 ,036 7,279 ***
e21 ,312 ,041 7,633 ***
e20 ,540 ,057 9,427 ***
e4 ,307 ,040 7,762 ***
e23 ,334 ,042 8,009 ***
e5 ,377 ,045 8,353 ***
e6 1,009 ,234 4,310 ***
e7 2,546 ,300 8,498 ***
e8 ,638 ,068 9,433 ***
e9 ,338 ,037 9,092 ***
e10 ,445 ,047 9,422 ***
e11 ,499 ,054 9,251 ***
e12 ,622 ,067 9,226 ***
e13 ,478 ,051 9,284 ***
e14 ,331 ,042 7,893 ***
212

Estimate S.E. C.R. P Label


e15 ,485 ,056 8,740 ***
e16 ,432 ,052 8,229 ***

Matrices (Suyitno - Default model)

Total Effects (Suyitno - Default model)

Karakteri EtosB LokusK Modus MindsetEnter Kapabilita


stikTPKP elajar endali Belajar preunership sLulusan
MindsetEnter -
1,321 ,341 1,373 ,000 ,000
preunership 2,298
KapabilitasLul -
2,183 ,331 1,536 ,000 ,000
usan 2,849
X4_4 1,549 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
X4_3 1,375 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
X4_2 1,454 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
X4_1 1,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
X3_5 ,000 1,161 ,000 ,000 ,000 ,000
X3_4 ,000 1,025 ,000 ,000 ,000 ,000
X3_3 ,000 ,855 ,000 ,000 ,000 ,000
X3_2 ,000 ,942 ,000 ,000 ,000 ,000
X3_1 ,000 1,000 ,000 ,000 ,000 ,000
X2_2 ,000 ,000 ,850 ,000 ,000 ,000
X2_1 ,000 ,000 1,000 ,000 ,000 ,000
X1_5 ,000 ,000 ,000 1,372 ,000 ,000
-
Y2_4 1,881 ,486 1,955 1,424 ,000
3,271
X1_4 ,000 ,000 ,000 1,445 ,000 ,000
-
Y2_1 1,321 ,341 1,373 1,000 ,000
2,298
-
Y2_2 2,041 ,527 2,122 1,545 ,000
3,550
-
Y2_3 2,015 ,521 2,094 1,525 ,000
3,504
-
Y1_1 2,183 ,331 1,536 ,000 1,000
2,849
-
Y1_2 1,973 ,299 1,388 ,000 ,904
2,575
-
Y1_3 2,263 ,343 1,592 ,000 1,037
2,953
X1_3 ,000 ,000 ,000 1,326 ,000 ,000
X1_2 ,000 ,000 ,000 1,535 ,000 ,000
X1_1 ,000 ,000 ,000 1,000 ,000 ,000

Standardized Total Effects (Suyitno - Default model)


213

Karakteri EtosB LokusK Modus MindsetEnter Kapabilita


stikTPKP elajar endali Belajar preunership sLulusan
MindsetEnter -
1,394 1,330 1,311 ,000 ,000
preunership 2,915
KapabilitasLul -
1,813 1,015 1,154 ,000 ,000
usan 2,844
X4_4 ,750 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
X4_3 ,681 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
X4_2 ,766 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
X4_1 ,564 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
X3_5 ,000 ,641 ,000 ,000 ,000 ,000
X3_4 ,000 ,635 ,000 ,000 ,000 ,000
X3_3 ,000 ,588 ,000 ,000 ,000 ,000
X3_2 ,000 ,677 ,000 ,000 ,000 ,000
X3_1 ,000 ,579 ,000 ,000 ,000 ,000
X2_2 ,000 ,000 ,680 ,000 ,000 ,000
X2_1 ,000 ,000 ,866 ,000 ,000 ,000
X1_5 ,000 ,000 ,000 ,690 ,000 ,000
-
Y2_4 1,032 ,984 ,970 ,740 ,000
2,157
X1_4 ,000 ,000 ,000 ,744 ,000 ,000
-
Y2_1 ,724 ,691 ,681 ,520 ,000
1,515
-
Y2_2 1,084 1,034 1,019 ,777 ,000
2,266
-
Y2_3 1,114 1,063 1,048 ,799 ,000
2,329
-
Y1_1 1,112 ,623 ,707 ,000 ,613
1,744
-
Y1_2 1,153 ,646 ,734 ,000 ,636
1,809
-
Y1_3 1,120 ,627 ,713 ,000 ,618
1,757
X1_3 ,000 ,000 ,000 ,650 ,000 ,000
X1_2 ,000 ,000 ,000 ,649 ,000 ,000
X1_1 ,000 ,000 ,000 ,606 ,000 ,000

Direct Effects (Suyitno - Default model)

Karakteri EtosB LokusK Modus MindsetEnter Kapabilita


stikTPKP elajar endali Belajar preunership sLulusan
MindsetEnter -
1,321 ,341 1,373 ,000 ,000
preunership 2,298
KapabilitasLul -
2,183 ,331 1,536 ,000 ,000
usan 2,849
X4_4 1,549 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
214

Karakteri EtosB LokusK Modus MindsetEnter Kapabilita


stikTPKP elajar endali Belajar preunership sLulusan
X4_3 1,375 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
X4_2 1,454 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
X4_1 1,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
X3_5 ,000 1,161 ,000 ,000 ,000 ,000
X3_4 ,000 1,025 ,000 ,000 ,000 ,000
X3_3 ,000 ,855 ,000 ,000 ,000 ,000
X3_2 ,000 ,942 ,000 ,000 ,000 ,000
X3_1 ,000 1,000 ,000 ,000 ,000 ,000
X2_2 ,000 ,000 ,850 ,000 ,000 ,000
X2_1 ,000 ,000 1,000 ,000 ,000 ,000
X1_5 ,000 ,000 ,000 1,372 ,000 ,000
Y2_4 ,000 ,000 ,000 ,000 1,424 ,000
X1_4 ,000 ,000 ,000 1,445 ,000 ,000
Y2_1 ,000 ,000 ,000 ,000 1,000 ,000
Y2_2 ,000 ,000 ,000 ,000 1,545 ,000
Y2_3 ,000 ,000 ,000 ,000 1,525 ,000
Y1_1 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 1,000
Y1_2 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,904
Y1_3 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 1,037
X1_3 ,000 ,000 ,000 1,326 ,000 ,000
X1_2 ,000 ,000 ,000 1,535 ,000 ,000
X1_1 ,000 ,000 ,000 1,000 ,000 ,000

Standardized Direct Effects (Suyitno - Default model)

Karakteri EtosB LokusK Modus MindsetEnter Kapabilita


stikTPKP elajar endali Belajar preunership sLulusan
MindsetEnter -
1,394 1,330 1,311 ,000 ,000
preunership 2,915
KapabilitasLul -
1,813 1,015 1,154 ,000 ,000
usan 2,844
X4_4 ,750 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
X4_3 ,681 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
X4_2 ,766 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
X4_1 ,564 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
X3_5 ,000 ,641 ,000 ,000 ,000 ,000
X3_4 ,000 ,635 ,000 ,000 ,000 ,000
X3_3 ,000 ,588 ,000 ,000 ,000 ,000
215

Karakteri EtosB LokusK Modus MindsetEnter Kapabilita


stikTPKP elajar endali Belajar preunership sLulusan
X3_2 ,000 ,677 ,000 ,000 ,000 ,000
X3_1 ,000 ,579 ,000 ,000 ,000 ,000
X2_2 ,000 ,000 ,680 ,000 ,000 ,000
X2_1 ,000 ,000 ,866 ,000 ,000 ,000
X1_5 ,000 ,000 ,000 ,690 ,000 ,000
Y2_4 ,000 ,000 ,000 ,000 ,740 ,000
X1_4 ,000 ,000 ,000 ,744 ,000 ,000
Y2_1 ,000 ,000 ,000 ,000 ,520 ,000
Y2_2 ,000 ,000 ,000 ,000 ,777 ,000
Y2_3 ,000 ,000 ,000 ,000 ,799 ,000
Y1_1 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,613
Y1_2 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,636
Y1_3 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,618
X1_3 ,000 ,000 ,000 ,650 ,000 ,000
X1_2 ,000 ,000 ,000 ,649 ,000 ,000
X1_1 ,000 ,000 ,000 ,606 ,000 ,000

Indirect Effects (Suyitno - Default model)

Karakteri EtosB LokusK Modus MindsetEnter Kapabilita


stikTPKP elajar endali Belajar preunership sLulusan
MindsetEnter
,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
preunership
KapabilitasLul
,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
usan
X4_4 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
X4_3 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
X4_2 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
X4_1 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
X3_5 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
X3_4 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
X3_3 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
X3_2 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
X3_1 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
X2_2 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
X2_1 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
X1_5 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
-
Y2_4 1,881 ,486 1,955 ,000 ,000
3,271
X1_4 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
-
Y2_1 1,321 ,341 1,373 ,000 ,000
2,298
Y2_2 2,041 - ,527 2,122 ,000 ,000
216

Karakteri EtosB LokusK Modus MindsetEnter Kapabilita


stikTPKP elajar endali Belajar preunership sLulusan
3,550
-
Y2_3 2,015 ,521 2,094 ,000 ,000
3,504
-
Y1_1 2,183 ,331 1,536 ,000 ,000
2,849
-
Y1_2 1,973 ,299 1,388 ,000 ,000
2,575
-
Y1_3 2,263 ,343 1,592 ,000 ,000
2,953
X1_3 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
X1_2 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
X1_1 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

Standardized Indirect Effects (Suyitno - Default model)

Karakteri EtosB LokusK Modus MindsetEnter Kapabilita


stikTPKP elajar endali Belajar preunership sLulusan
MindsetEnter
,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
preunership
KapabilitasLul
,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
usan
X4_4 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
X4_3 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
X4_2 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
X4_1 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
X3_5 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
X3_4 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
X3_3 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
X3_2 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
X3_1 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
X2_2 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
X2_1 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
X1_5 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
-
Y2_4 1,032 ,984 ,970 ,000 ,000
2,157
X1_4 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
-
Y2_1 ,724 ,691 ,681 ,000 ,000
1,515
-
Y2_2 1,084 1,034 1,019 ,000 ,000
2,266
-
Y2_3 1,114 1,063 1,048 ,000 ,000
2,329
217

Karakteri EtosB LokusK Modus MindsetEnter Kapabilita


stikTPKP elajar endali Belajar preunership sLulusan
-
Y1_1 1,112 ,623 ,707 ,000 ,000
1,744
-
Y1_2 1,153 ,646 ,734 ,000 ,000
1,809
-
Y1_3 1,120 ,627 ,713 ,000 ,000
1,757
X1_3 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
X1_2 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
X1_1 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
218

Modification Indices (Suyitno - Default model)

Covariances: (Suyitno - Default model)

M.I. Par Change


e8 <--> e13 4,512 -,083
e4 <--> e13 9,034 ,090
e22 <--> e10 4,139 ,056
e17 <--> e9 4,361 ,068
e18 <--> z2 5,731 ,037
e18 <--> e9 4,992 -,063
e18 <--> e21 6,215 ,070
e19 <--> e9 4,747 -,074
e19 <--> e21 4,879 -,076
e3 <--> z1 4,983 -,056
e3 <--> e19 8,518 -,115
e2 <--> e12 4,248 ,093
e2 <--> e10 6,914 ,101
e1 <--> e10 5,128 -,063
e1 <--> e22 6,842 -,063

Variances: (Suyitno - Default model)

M.I. Par Change

Regression Weights: (Suyitno - Default model)

M.I. Par Change


X4_1 <--- X1_4 4,755 ,128
X3_3 <--- X1_2 5,221 ,107
X1_5 <--- Y1_3 4,609 ,104
X1_4 <--- X4_1 4,399 ,109
Y1_1 <--- X4_1 4,615 ,138
Y1_1 <--- X3_2 4,063 ,137
Y1_2 <--- X3_2 4,443 -,124
Y1_2 <--- Y2_2 5,132 ,119
Y1_3 <--- X1_3 4,181 -,132
X1_3 <--- Y1_3 6,396 -,132
X1_2 <--- X3_3 6,370 ,176
X1_1 <--- Y2_3 4,973 -,109
219

Minimization History (Default model)

Negative Smallest
Iteratio Diamete NTrie
eigenvalue Condition # eigenvalu F Ratio
n r s
s e
9999,00 2159,10 9999,00
0 e 20 -,774 0
0 8 0
1100,67
1 e 10 -,321 2,661 20 ,508
7
e
2 5 -,468 1,116 762,091 5 ,684
*
3 e 3 -,052 ,787 523,633 5 ,791
4 e 2 -,056 ,836 355,232 5 ,881
5 e 0 1557,892 1,011 289,929 7 ,841
6 e 0 10937,542 ,702 269,960 3 ,000
7 e 5 -,338 2,084 265,132 1 ,254
8 e 1 -,010 ,008 257,655 15 ,824
9 e 0 264503,484 ,353 249,584 21 ,932
10 e 0 495441,048 ,568 248,342 1 ,989
1382818,44
11 e 0 ,370 247,838 1 1,121
2
1972524,41
12 e 0 ,449 247,753 1 ,804
8
3835486,26
13 e 0 ,125 247,711 1 1,020
0
4202317,19
14 e 0 ,061 247,710 1 1,001
6
4188029,92
15 e 0 ,001 247,710 1 1,000
1
4272974,31
16 e 0 ,000 247,710 1 1,000
7
220

Model Fit Summary

CMIN

Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF


Default model 72 247,710 204 ,020 1,214
Saturated model 276 ,000 0
Independence model 23 2108,782 253 ,000 8,335

RMR, GFI

Model RMR GFI AGFI PGFI


Default model ,043 ,902 ,868 ,667
Saturated model ,000 1,000
Independence model ,421 ,250 ,181 ,229

Baseline Comparisons

NFI RFI IFI TLI


Model CFI
Delta1 rho1 Delta2 rho2
Default model ,883 ,854 ,977 ,971 ,976
Saturated model 1,000 1,000 1,000
Independence model ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

Parsimony-Adjusted Measures

Model PRATIO PNFI PCFI


Default model ,806 ,712 ,787
Saturated model ,000 ,000 ,000
Independence model 1,000 ,000 ,000

NCP

Model NCP LO 90 HI 90
Default model 43,710 8,060 87,561
Saturated model ,000 ,000 ,000
Independence model 1855,782 1712,976 2006,004

FMIN

Model FMIN F0 LO 90 HI 90
Default model 1,251 ,221 ,041 ,442
Saturated model ,000 ,000 ,000 ,000
Independence model 10,650 9,373 8,651 10,131

RMSEA
221

Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE


Default model ,033 ,014 ,047 ,983
Independence model ,192 ,185 ,200 ,000

AIC

Model AIC BCC BIC CAIC


Default model 391,710 411,572 628,828 700,828
Saturated model 552,000 628,138 1460,952 1736,952
Independence model 2154,782 2161,127 2230,528 2253,528

ECVI

Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI


Default model 1,978 1,798 2,200 2,079
Saturated model 2,788 2,788 2,788 3,172
Independence model 10,883 10,161 11,641 10,915

HOELTER

HOELTER HOELTER
Model
.05 .01
Default model 191 203
Independence model 28 29
222
223
224

RIWAYAT HIDUP

Suyitno, lahir 22 Juni 1976 di Sokaraja, Banyumas Jawa Tengah

Pendidikan Menengah diselesaikan di SMK Negeri 2 Purwokerto

dulu masih STM Negeri Purwokerto lulus tahun 1994. Melanjutkan

kuliah ke jenjang Sarjana (strata 1) tahun 1994 pada program studi

Pendidikan Teknik Mesin lulus pada tahun 1999. Pada tahun 2002

menikah dengan Candra Mulyastuti, S.Pd dan dikaruniai seorang

putri yaitu Angelina Pinkan Emerald dan seorang putra yaitu Maxara

Gerald Mirreta. Meniti karier sejak 2012 dengan mengampu materi kuliah
otomotif di Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan hingga saat ini. Pada tahun
2009 melanjutkan program Strata 2 Magister Pendidikan di UST Yogyakarta dan
lulus tahun 2012. Pada Tahun 2013 melanjutkan program doktor (S3) pada
program studi Pendidikan Kejuruan Universitas Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai