Anda di halaman 1dari 7

KEPALA DESA KARANGTENGAH

KECAMATAN JATIROGO KABUPATEN TUBAN

PERATURAN DESA KARANGTENGAH


NOMOR 3 TAHUN 2019 .

TENTANG
TRANSFORMASI BADAN KREDIT DESA (BKD) DESA KARANGTENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


KEPALA DESA KARANGTENGAH

Menimbang : a. bahwa modal awal BKD yang semula hanya berasal dari pinjaman,
sampai saat ini telah berkembang menjadi kekayaan BKD sendiri
yang dipupuk dari perolehan laba setiap tahunnya;
b. bahwa keberhasilan BKD mengembalikan pinjaman dan memupuk
modal sendiri, disebabkan oleh sistem operasional yang terus
menerus disempurnakan dengan pengawasan intensif yang
dilakukan oleh BRI karena perintah undang-undang;
c. bahwa keberhasilan sistem pengelolaan BKD saat ini perlu
dipertahankan dan ditingkatkan agar BKD semakin berkembang dan
membawa manfaat yang lebih besar;
d. bahwa keberadaan BKD saat ini diatur dengan Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan Nomor : 10/POJK.3/2016 dan Surat Edaran Otoritas
Jasa Keuangan Nomor : 19/SEOJK.03/2016;
e. bahwa agar keberadaan dan operasional BKD tidak dianggap liar dan
illegal, maka BKD harus menyesuaikan dengan ketentuan dimaksud;
f. bahwa dalam menyesuaikan terhadap ketentuan tersebut, harus
dipilih opsi yang tetap menjaga sistim operasional dan pengawasan
yang telah terbukti mampu membuat BKD tetap eksis selama
puluhan tahun;

Mengingat : a. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;


b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan
Mikro pasal 5 ayat (1) dan (2), pasal 8 huruf (b), pasal 28 ayat (1 s/d
5);
c. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pasal 87 ayat
(1) dan pasal 88 ayat (1) dan (2);
d. Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan
dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa pasal 7
ayat (1) dan (2), pasal 24 ayat (1) dan (2), pasal 25 huruf (e), pasal 8
huruf (a) dan (b), pasal 30 ayat (2);
e. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/POJK.03/2016 tentang
Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat dan Transformasi
Badan Kredit Desa yang diberikan status sebagai Bank Perkreditan
Rakyat;
f. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 12/POJK.05/2014 tentang
Perizinan Usaha dan Kelembagaan Lembaga Keuangan Mikro dan
diperbaharui dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
61/POJK.05/2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 12/POJK.05/2014 tentang Perizinan dan
Kelembagaan Lembaga Keuangan Mikro;
g. Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 19/SEOJK.03/2016
tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat dan
Transformasi Badan Kredit Desa yang diberikan status sebagai Bank
Perkreditan Rakyat.

Dengan Kesepakatan Bersama


BADAN PERMUSYAWARATAN DESA KARANGTENGAH
Dan
KEPALA DESA KARANGTENGAH

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DESA TENTANG TRANSFORMASI BADAN KREDIT DESA


(BKD) MENJADI UNIT USAHA BUMDES.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam peraturan Desa ini yang dimaksud dengan :


1. Desa adalah Desa dan Desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa,
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan / atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
2. Badan Kredit Desa yang selanjutnya disingkat BKD adalah Bank Desa, Lumbung Desa, atau Badan
Kredit Desa yang telah mendapat izin usaha dari Menteri Keuangan dan telah diberikan status
sebagai Bank Perkreditan Rakyat oleh Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.
3. Lembaga Keuangan Mikro yang selanjutnya disingkat LKM adalah lembaga keuangan yang
khusus didirikan untuk memberikan jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat,
baik melalui pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada anggota dan
masyarakat, pengelolaan simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha
yang tidak semata-mata mencari keuntungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro.
4. Peleburan BKD adalah proses peleburan 2 (dua) BKD atau lebih menjadi 1 (satu) LKM tanpa
proses pemberesan.
5. Pelaksana Operasional adalah karyawan BKD yang diangkat oleh pemilik BKD dan bertugas untuk
melaksanakan kegiatan operasional BKD.
6. Dewan Pengawas adalah karyawan BKD yang diangkat oleh pemilik BKD dan bertugas untuk
mengawasi pelaksanaan kegiatan operasional BKD.

BAB II
KEPEMILIKAN, PERMODALAN, STRUKTUR ORGANISASI, DAN KEPENGURUSAN

KEPEMILIKAN

Pasal 2
(1) BKD ditetapkan sebagai milik desa, namun dikelola secara terpisah sebagai salah satu Unit Usaha
BUMDes dan terpisah dari asset Desa lainnya.
(2) Kepemilikan BKD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diwakili oleh Kepala Desa dengan
memperhatikan pertimbangan Koordinator Pengurus BKD Kabupaten dalam pengambilan
keputusan.
(3) Kepala Desa sebagai pemilik sebagaimana ayat 1 mempunyai hak dalam menentukan arah
kebijakan pengelolaan BKD.

PERMODALAN

Pasal 3
(1) BKD dapat memperoleh tambahan modal dari:
a. penyertaan oleh Desa yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan;
b. sumbangan penduduk Desa; dan/atau
c. sumber-sumber lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Tambahan modal BKD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)harus memenuhi syarat :
a. tidak semata-mata untuk mendapatkan / mencari keuntungan; dan/atau
b. tidak berasal dari dan untuk pencucian uang.

STRUKTUR ORGANISASI

Pasal 4

Pembina
Dewan

Dewan
Pengawas

Ketua
Pelaksana Operasional

Pelaksana Operasional Pelaksana Operasional

KEPENGURUSAN
Pasal 5
Pengurus BKD terdiri dari Pelaksana Operasional dan Dewan Pengawas di tingkat Desa dengan surat
keputusan Kepala Desa dan di tingkat Kabupaten dengan Surat Keputusan Bupati.

Pasal 6
(1) Kegiatan operasional, pengelolaan keuangan dan segala macam perbuatan hukum BKD
dijalankan oleh Pelaksana Operasional.
(2) Pelaksana Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib berjumlah paling sedikit 2
(dua) orang, dimana salah satunya menjabat sebagai Ketua Pelaksana Operasional.
(3) Pelaksana Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertindak untuk dan atas nama BKD
baik di dalam maupun di luar pengadilan.
(4) Pelaksana Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang berasal dari JTU BKD
mempunyai masa jabatan hingga usia 58 tahun (sesuai surat keputusan Bupati).

Pasal 7

(1) Pelaksana Operasional memiliki tugas dan tanggung jawab paling sedikit untuk:
a. menjalankan kegiatan usaha BKD termasuk menyusun dan melaksanakan rencana tindak;
b. menjaga dan memelihara segala aset BKD;
c. membuat rencana kerja tahunan BKD;
d. melakukan pembukuan terhadap segala aktivitas transaksi BKD;
e. membuat laporan keuangan BKD;
f. bersama dengan Dewan Pengawas menyelesaikan setiap permasalahan dan kecurangan
yang terjadi di BKD;
g. memberikan perlindungan bagi Nasabah Penyimpan BKD;
h. menanggung segala kerugian BKD yang sepatutnya dapat dicegah oleh Pelaksana
Operasional atau kerugian yang diakibatkan karena Pelaksana Operasional melanggar
ketentuan peraturan perundang undangan termasuk ketentuan dalam Peraturan Desa ini;
i. mencegah terjadinya kecurangan dalam BKD; dan
j. menyampaikan laporan keuangan BKD kepada pemilik BKD paling sedikit 1 (satu) kali dalam
1 (satu) tahun melalui rapat dengan Pemerintah Desa bersama BPD dan Dewan Pengawas.

(2) Pelaksana Operasional memiliki kewenangan paling sedikit untuk:


a. Memberikan persetujuan atau penolakan pemberian kredit bagi penduduk Desa setempat;
b. memberikan perpanjangan waktu jatuh tempo bagi Nasabah Debitur yang mengajukan
permohonan perpanjangan waktu jatuh tempo dengan memperhatikan saran dan
mmasukan dari dewan Pengawas.
c. menetapkan besarnya tingkat suku bunga Kredit dan Simpanan;
d. memberikan persetujuan untuk menarik Simpanan; dan
e. mengangkat dan memberhentikan karyawan .

Pasal 8
Pelaksana Operasional dapat dibantu oleh karyawan sesuai dengan kebutuhan dan harus disertai
dengan uraian tugas terkait dengan tanggung jawab, pembagian peran, dan pembagian kerja lainnya
dengan mengutamakan penduduk setempat.

Pasal 9
(1) Pelaksana Operasional diperkenankan merangkap jabatan sebagai Pelaksana Operasional di BKD
lain.
(2) Dalam hal Pelaksana Operasional BKD merupakan perangkat Desa dimana BKD berkedudukan,
Pelaksana Operasional dimaksud tidak dapat merangkap sebagai Pelaksana Operasional di BKD
lain.
(3) Pelaksana Operasional BKD dilarang merangkap jabatan sebagai Dewan Pengawas.
(4) Pelaksana Operasional mempunyai masa jabatan hingga usia 58 tahun dan dapat diperpanjang
sesuai kebutuhan.

Pasal 10
(1) BKD wajib memiliki Dewan Pengawas yang berjumlah paling sedikit 2 (dua) orang dan paling
banyak sama dengan jumlah Pelaksana Operasional.
(2) Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :
a. Ex-Officio Kepala Desa; dan/atau
b. Pihak lain yang diangkat dan diberhentikan oleh pemilik BKD.
(3) Dewan Pengawas sebagaimana yang dimaksud ayat (1) yang berasal dari Mantri/ Koordinator
BKD mempunyai masa jabatan hingga usia 58 tahun (sesuai Surat Keputusan Bupati).

Pasal 11
(1) Dewan Pengawas memiliki tugas dan tanggung jawab paling sedikit untuk:
a. memberikan arahan kepada Pelaksana Operasional dalam melaksanakan pengurusan BKD;
b. memberikan saran dan pendapat mengenai masalah yang dianggap penting bagi
pengurusanBKD;
c. mengadakan rapat Dewan Pengawas untuk mengevaluasi kinerja Pelaksana Operasional
paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan;
d. melakukan pengawasan terhadap kinerja Pelaksana Operasional untuk mencegah
terjadinyakecurangan dalam pelaksanaan operasional BKD;
e. menyelesaikan setiap permasalahan dan kecurangan yang terjadi di BKD; dan
f. menanggung segala kerugian BKD yang sepatutnya dapat dicegah oleh Dewan Pengawas
atau kerugian yang diakibatkan karena Dewan Pengawas melanggar ketentuan peraturan
perundang-undangan termasuk ketentuan dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini.
(2) Dewan Pengawas memiliki kewenangan paling sedikit untuk:
a. menyelenggarakan rapat Dewan Pengawas untuk mengevaluasi kinerja BKD;
b. memeriksa pembukuan BKD;
c. melakukan pemeriksaan langsung terhadap operasional BKD;
d. meminta Pelaksana Operasional untuk menyampaikan laporan keuangan BKD; dan
e. meminta Pelaksana Operasional untuk merencanakan dan melaksanakan program
pengembangan dan transformasi BKD.

Pasal 12
(1) Dewan Pengawas diperkenankan merangkap jabatan sebagai Dewan Pengawas di BKD lain
(2) Dewan Pengawas tidak dapat merangkap jabatan sebagai Pelaksana Operasional
(3) Dewan Pengawas Ex-Officio Kepala Desa tidak dapat merangkap jabatan sebagai Dewan
Pengawas di BKD lain

Pasal 13
(1) Upah bagi Pelaksana Operasional dan Dewan Pengawas ditetapkan melalui rapat pemilik BKD
yang disesuaikan dengan kemampuan BKD.
(2) Kemampuan BKD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan setelah melalui perhitungan
dan pertimbangan bisnis yang memadai serta mengacu pada ketentuan perhitungan Dana Usaha
BKD.

Pasal 14
(1) Persyaratan untuk dapat diangkat sebagai Pelaksana Operasional dan Dewan Pengawas
meliputi:
a. memiliki integritas yang baik;
b. memiliki pengetahuan dalam hal penghimpunan dan penyaluran dana; dan
c. cakap melakukan perbuatan hukum.
(2) BKD harus memiliki paling sedikit 1 (satu) orang Pelaksana Operasional yang berpengalaman
dalam menangani operasional BKD.

Pasal 15
Pelaksana Operasional dan/atau Dewan Pengawas dapat diberhentikan dengan alasan:
a. meninggal dunia;
b. telah selesai masa tugas sebagaimana diatur dalam dokumen pengangkatan sebagai Pelaksana
Operasional atau Dewan Pengawas;
c. mengundurkan diri;
d. tidak melaksanakantugas dengan baik yang dapat menghambat kinerja BKD; dan/atau
e. melakukan tindakan tindakan penyimpangan yang merugikan keuangan BKD.
f. Pelaksana Operasional dan atau Dewan Pengawas yang melakukan tindakan (poin e) wajib
mengembalikan tanggungan dari kewajibannya.

BAB III
PELEBURAN, KEGIATAN USAHA, DAN BADAN HUKUM

PELEBURAN
Pasal 16

(1) BKD sebagai salah satu Unit Usaha BUMDesa, sepakat melakukan peleburan dengan BKD lain
dalam 1 (satu) wilayah Kabupaten Tuban menjadi 1 (satu) Koperasi.
(2) Tujuan dari peleburan BKD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah mempertahankan dan
meningkatkan sistem operasional dan pengawasan BKD yang terbukti membawa BKD tetap eksis
dalam waktu yang sangat lama.
(3) Tahapan peleburan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sbb. :
a. Bergabung dengan beberapa BKD lainnya membentuk Unit Usaha BUMDesa Bersama
dengan Badan Hukum Koperasi;
b. BUMDesa Bersama yang telah berbadan hukum, menggabungkan diri menjadi 1 (satu)
Koperasi.
KEGIATAN USAHA

Pasal 17
(1) Kegiatan usaha Koperasi meliputi jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat,
baik melalui Pinjaman atau Pembiayaan dalam usaha Skala mikro kepada anggota dan
masyarakat, pengelolaan Simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha.

(2) Pengelolaan dari hasil sebagaiman ayat 1 ada kontribusi terhadap Pemerintah Desa untuk
Pendapatan Desa yang besarannya disepakati bersama antara Pengurus BKD dengan Pemilik
BKD (Pemerintah Desa).
(3) Ketentuan mengenai suku bunga Pinjaman atau imbal basil Pembiayaan diatur dalam Peraturan
Pemerintah.

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 18

Peraturan desa ini mulai berlaku sejak tanggal .

Ditetapkan di : KARANGTENGAH
Pada tanggal :
KEPALA DESA KARANGTENGAH

SUNARDI RUSDIANA

Diundang di Desa Karangtengah


Pada tanggal
SEKRETARIS DESA KARANGTENGAH

(LUQMAN HAKIM)

LEMBARAN DESA KARANGTENGAH TAHUN 2019 NOMOR

Anda mungkin juga menyukai