Anda di halaman 1dari 3

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


DIREKTORAT PERATURAN PERPAJAKAN I
JALAN GATOT SUBROTO NOMOR 40-42 JAKARTA 12190 TELEPON (021) 5250208; FAKSIMILE (021) 5736191; SITUS
www.pajak.go.id LAYANAN INFORMASI DAN PENGADUAN KRING PAJAK (021) 1500200 EMAIL pengaduan@pajak.go.id;
informasi@pajak.go.id

BRIEFSHEET
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 186/PMK.03/2022
TENTANG PEDOMAN PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN BAGI PENGUSAHA KENA
PAJAK YANG MELAKUKAN PENYERAHAN YANG TERUTANG PAJAK DAN PENYERAHAN
YANG TIDAK TERUTANG PAJAK

A. LATAR BELAKANG
1. Bahwa dalam kegiatan usahanya, Pengusaha Kena Pajak (PKP) dapat melakukan
penyerahan yang terutang pajak dan penyerahan yang tidak terutang pajak. Pada
prinsipnya, pajak masukan atas penyerahan yang terutang pajak, dapat dikreditkan.
Sementara itu, pajak masukan atas penyerahan yang tidak terutang pajak, tidak dapat
dikreditkan.
2. Dalam hal terdapat pajak masukan yang digunakan untuk melakukan penyerahan yang
terutang pajak dan penyerahan yang tidak terutang pajak, sedangkan pajak masukan
sehubungan dengan penyerahan yang terutang pajak tidak dapat diketahui dengan pasti,
pengkreditan pajak masukannya dihitung dengan menggunakan pedoman yang diatur
dalam Peraturan Menteri Keuangan.
3. Ketentuan mengenai pedoman pengkreditan pajak masukan tersebut telah diatur
sebelumnya dalam PMK-78/PMK.03/2010 sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan PMK 135/PMK.011/2014 (PMK-78/2010 dan perubahannya).
4. Dengan munculnya ketentuan Pasal 9A dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983
tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor
7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU PPN) yang mengatur
mengenai pemungutan dan penyetoran PPN menggunakan besaran tertentu, terdapat
penyerahan yang terutang pajak, tetapi pajak masukan yang berkenaan dengan
penyerahan tersebut tidak dapat dikreditkan.
5. Oleh karenanya, ketentuan mengenai pedoman pengkreditan pajak masukan
sebagaimana diatur dalam PMK-78/2010 dan perubahannya belum dapat menampung
perubahan aturan sebagaimana dimaksud dalam angka 4. Dengan demikian, PMK-
78/2010 dan perubahannya sudah tidak sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan
hukum di masyarakat sehingga perlu diganti.

B. TUJUAN KEBIJAKAN
1. Memberikan kepastian hukum bagi PKP terkait pengkreditan pajak masukan dalam hal
terdapat pajak masukan yang digunakan untuk melakukan penyerahan yang terutang
pajak dan penyerahan yang tidak terutang pajak.
2. Memberikan kejelasan terkait formula dan penghitungan pajak masukan yang dapat
dikreditkan yang sebelumnya telah diatur dalam PMK-78/2010 dan perubahannya.
3. Melaksanakan amanat Pasal 16G huruf e UU PPN.

C. POKOK-POKOK PENGATURAN
1. Pengaturan definisi mengenai:
a. Penyerahan yang Terutang Pajak dan Pajak Masukan yang Berkenaan dengan
Penyerahannya Dapat Dikreditkan adalah penyerahan barang atau jasa yang
2

sesuai dengan ketentuan UU PPN dikenai PPN yang pajak masukannya pada
dasarnya dapat dikreditkan.
b. Penyerahan yang Terutang Pajak dan Pajak Masukan yang Berkenaan dengan
Penyerahannya Tidak Dapat Dikreditkan adalah penyerahan barang atau jasa yang
sesuai dengan ketentuan UU PPN dikenai PPN namun pajak masukannya tidak dapat
dikreditkan karena PPN yang terutang atas penyerahan barang atau jasa tersebut
dipungut dan disetorkan oleh PKP dengan besaran tertentu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9A UU PPN.
c. Penyerahan yang Tidak Terutang Pajak adalah penyerahan barang atau jasa yang
tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4A UU
PPN dan yang dibebaskan dari pengenaan PPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal
16B UU PPN.
2. Dalam menghitung Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, Pengusaha Kena Pajak:
a. menghitung jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan berdasarkan perkiraan
dengan menggunakan pedoman pengkreditan Pajak Masukan dan melaporkan
perkiraan Pajak Masukan tersebut dalam surat pemberitahuan masa PPN;
b. menghitung kembali jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan berdasarkan
realisasi penyerahan dengan menggunakan pedoman pengkreditan Pajak Masukan;
dan
c. melakukan penyesuaian atas jumlah Pajak Masukan yang telah dikreditkan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a berdasarkan hasil penghitungan kembali
jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam huruf b.
3. Pengaturan mengenai formula pedoman penghitungan Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan sebagai pengejawantahan dari pengaturan dalam angka 2.
4. Pengaturan mengenai masa manfaat BKP dan/atau JKP untuk keperluan pedoman
penghitungan pajak masukan yang dapat dikreditkan, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. 1 (satu) tahun untuk BKP atau JKP yang masa manfaatnya tidak lebih dari 1 (satu)
tahun.
b. 4 (empat) tahun untuk BKP selain tanah dan/atau bangunan atau JKP, yang masa
manfaatnya lebih dari 1 (satu) tahun.
c. 10 (sepuluh) tahun untuk BKP berupa tanah dan/atau bangunan.
5. Pengaturan mengenai contoh penghitungan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan
dengan menggunakan pedoman pengkreditan Pajak Masukan serta kertas kerja
penghitungan.
6. Pengaturan mengenai ketentuan peralihan bagi PKP yang telah mengkreditkan Pajak
Masukan sesuai pedoman pengkreditan sebagaimana diatur dalam PMK-78/2010 dan
perubahannya tetapi masa manfaat Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak belum
berakhir, penghitungan kembali jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dan
penyesuaian jumlah Pajak Masukan yang telah dikreditkan mengikuti ketentuan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini.
7. Pencabutan PMK-78/PMK.03/2010 tentang Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak
Masukan bagi Pengusaha Kena Pajak yang Melakukan Penyerahan yang Terutang Pajak
dan Penyerahan yang Tidak Terutang Pajak sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan PMK-135/PMK.011/2014.
8. Saat berlakunya PMK-186/PMK.03/2022 pada tanggal diundangkan yaitu 12 Desember
2022.

D. PIHAK YANG MENDUKUNG DAN MENENTANG KONSEP KEBIJAKAN


1. Pihak yang mendukung konsep kebijakan yaitu seluruh anggota Panitia Antarkementerian
(PAK).
2. Pihak yang menentang konsep kebijakan sejauh ini belum teridentifikasi.
3

E. PIHAK-PIHAK YANG TERLIBAT DALAM PROSES PENYUSUNAN KEBIJAKAN


1. Kementerian Keuangan
a. Sekretariat Jenderal
b. Badan Kebijakan Fiskal
2. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
3. Sekretariat Kabinet

Ditandatangani secara elektronik


Hestu Yoga Saksama

Anda mungkin juga menyukai