Anda di halaman 1dari 28

SALINAN

BUPATSRAGEN
BUPATI SRAGEN
PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN BUPATI SRAGEN


NOMOR 66 TAHUN 2020

TENTANG

PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 45


TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SRAGEN,

Menimbang : a. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 44 Peraturan


Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018 tentang
Badan Layanan Umum Daerah, Laporan Keuangan
Badan Layanan Umum Daerah disusun sesuai Standar
Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual;
b. bahwa dalam rangka melaksanakan Peraturan
Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah, dalam hal kodefikasi akun dokumen
anggaran belum sesuai dengan Bagan Akun Stantar
(BAS), Pemerintah Daerah melakukan konversi dalam
penyajian Laporan Realisasi Anggaran;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, Peraturan Bupati
Sragen Nomor 13 Tahun 2016 tentang Sistem Akuntansi
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Soehadi Prijonegoro, Keputusan
Direktur RSUD dr. Soeratno Gemolong Kabupaten
Sragen Nomor 900/308/116/2016 tentang Kebijakan
Akuntansi pada Badan Layanan Umum Daerah Rumah
Sakit Umum Daerah dr. Soeratno Gemolong, dan
Peraturan Bupati Sragen Nomor 77 Tahun 2017 tentang
Kebijakan Akuntansi Badan Layanan Umum Daerah Unit
Pelaksana teknis daerah Pusat Kesehatan Masyarakat
sudah tidak sesuai dan perlu diubah;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu
menetapkan Peraturan Bupati tentang Perubahan
Keempat atas Peraturan Bupati Sragen Nomor 45 Tahun
2014 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang


Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam
Lingkungan Propinsi Jawa Tengah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 42);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4400);
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6573);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4502);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang
Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4575);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4614);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang
Pinjaman Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5219);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Hibah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5275);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 42, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6322);
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 310);
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011
tentang Pedoman Pemberian Bantuan Sosial dan Hibah
yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 123
Tahun 2018 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pemberian Bantuan Sosial dan Hibah yang
Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 15);
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013
tentang Penerapan Standar Akuntansi Berbasis Akrual
pada Pemerintah Daerah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 1425);
17. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 217/Pmk.05/2015
Tentang Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
Berbasis Akrual Nomor 13 Tentang Penyajian Laporan
Keuangan Badan Layanan Umum (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1818)
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 108 Tahun 2016
tentang Penggolongan dan Kodefikasi Barang Milik
Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 2083);
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018
Tentang Badan Layanan Umum Daerah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1213);
20. Peraturan Bupati Sragen Nomor 45 Tahun 2014 tentang
Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah (Berita Daerah
Kabupaten Sragen Tahun 2014 Nomor 45) sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Bupati Sragen Nomor 58 Tahun 2019 tentang Perubahan
Ketiga atas Peraturan Bupati Sragen Nomor 45 Tahun
2014 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah
(Berita Daerah Kabupaten Sragen Tahun 2019
Nomor 58);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS


PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 45 TAHUN 2014
TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH.

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Bupati Sragen Nomor


45 Tahun 2014 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah
Daerah (Berita Daerah Kabupaten Sragen Tahun 2014 Nomor
45) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Bupati Sragen Nomor 58 Tahun 2019 tentang
Perubahan Ketiga atas Peraturan Bupati Sragen Nomor 45
Tahun 2014 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah
(Berita Daerah Kabupaten Sragen Tahun 2019 Nomor 58)
diubah sebagai berikut:

1. Diantara Pasal 4 dan Pasal 5 disisipkan 1 (satu) Pasal


yakni Pasal 4a, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 4a

Khusus kebijakan akuntansi Badan Layanan Umum


Daerah diatur sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Bupati ini.

2. Ketentuan Pasal 6 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
BAB IV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 6
Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, maka:
1. Peraturan Bupati Sragen Nomor 13 Tahun 2016
tentang Sistem Akuntansi keuangan Badan Layanan
Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Soehadi Prijonegoro;
2. Keputusan Direktur RSUD dr. Soeratno Gemolong
Kabupaten Sragen Nomor 900/308/116/2016 tentang
Kebijakan Akuntansi pada Badan Layanan Umum
Daerah Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeratno
Gemolong; dan
3. Peraturan Bupati Nomor 77 Tahun 2017 tentang
Kebijakan Akuntansi Badan Layanan Umum Daerah
Unit Pelaksana teknis daerah Pusat Kesehatan
Masyarakat.
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal II

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya
dalam Berita Daerah Kabupaten Sragen.

Salinan sesuai dengan aslinya


a.n Sekretaris Daerah
Ditetapkan di Sragen
Asisten Pemerintahan dan kesra
u.b pada tanggal 1 – 11 – 2020
Kepala Bagian Hukum
Setda. Kabupaten Sragen

BUPATI SRAGEN,

Muh Yulianto, S.H., M.Si


Pembina Tk I
NIP. 19670725 199503 1 002
ttd dan cap

KUSDINAR UNTUNG YUNI SUKOWATI

Diundangkan di Sragen
pada tanggal 1-11-2020
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SRAGEN,

ttd dan cap

TATAG PRABAWANTO B.
BERITA DAERAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2020 NOMOR 66
LAMPIRAN II
PERATURAN BUPATI SRAGEN
NOMOR 6645 TAHUN 2020
TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT
ATAS PERATURAN BUPATI
SRAGEN NOMOR 45 TAHUN 2014
TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI
PEMERINTAH DAERAH

I. DEFINISI
Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BLUD adalah
instansi di lingkungan pemerintah daerah dan yang dibentuk untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang
dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan
dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktivitas.
Laporan Keuangan BLUD adalah bentuk pertanggungjawaban BLUD
yang disajikan dalam bentuk Laporan Realisasi Anggaran, Laporan
Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan
Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Catatan atas Laporan
Keuangan.

II. ENTITAS AKUNTANSI/ENTITAS PELAPORAN


BLUD adalah entitas pelaporan karena merupakan satuan kerja
pelayanan yang walaupun bukan berbentuk badan hukum yang mengelola
kekayaan negara/daerah yang dipisahkan, mempunyai karakteristik
sebagai berikut:
1. Pendanaan entitas tersebut merupakan bagian dari APBN/APBD;
2. Entitas tersebut dibentuk dengan peraturan perundang-undangan;
3. pimpinan entitas tersebut adalah pejabat yang diangkat atau ditunjuk;
4. entitas tersebut membuat pertanggungjawaban baik langsung kepada
entitas akuntansi/entitas pelaporan yang membawahinya dan secara
tidak langsung kepada wakil rakyat sebagai pihak yang menyetujui
anggaran;
5. mempunyai kewenangan dalam pengelolaan keuangan, antara lain
penggunaan pendapatan, pengelolaan kas, investasi, dan pinjaman
sesuai dengan ketentuan;
6. memberikan jasa layanan kepada masyarakat/pihak ketiga;
7. mengelola sumber daya yang terpisah dari entitas akuntansi/entitas
pelaporan yang membawahinya;
8. mempunyai pengaruh signifikan dalam pencapaian program pemerintah;
dan
9. laporan keuangan BLUD diaudit dan diberi opini oleh auditor eksternal.
Selaku penerima anggaran belanja pemerintah (APBN/APBD) yang
menyelenggarakan akuntansi, BLUD adalah entitas akuntansi, yang
laporan keuangannya dikonsolidasikan pada entitas akuntansi/entitas
pelaporan yang secara organisatoris membawahinya.

III. TUJUAN LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH


Laporan keuangan BLUD merupakan laporan yang terstruktur mengenai
posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh BLUD.
Tujuan umum laporan keuangan BLUD adalah menyajikan informasi
mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, saldo anggaran lebih, arus
kas, hasil operasi, dan perubahan ekuitas BLUD yang bermanfaat bagi para
pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi
sumber daya. Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan BLUD adalah
untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan
dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya
yang dipercayakan kepadanya, dengan:
1. menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi,
kewajiban, dan ekuitas BLUD;
2. menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya
ekonomi, kewajiban, dan ekuitas BLUD;
3. menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan
sumber daya ekonomi;
4. menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap
anggarannya;
5. menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai
aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya;
6. menyediakan informasi mengenai potensi BLUD untuk membiayai
penyelenggaraan kegiatan BLUD; dan
7. menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan
dan kemandirian BLUD dalam mendanai aktivitasnya.
IV. TANGGUNG JAWAB PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM
DAERAH
Tanggung jawab penyusunan dan penyajian laporan keuangan BLUD
berada pada pimpinan BLUD atau pejabat yang ditunjuk.

V. KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM


Komponen laporan keuangan BLUD terdiri atas:
1. Laporan Realisasi Anggaran;
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih;
3. Neraca;
4. Laporan Operasional;
5. Laporan Arus Kas;
6. Laporan Perubahan Ekuitas; dan
7. Catatan atas Laporan Keuangan.
Laporan keuangan BLUD memberikan informasi tentang sumber
daya ekonomi dan kewajiban BLUD pada tanggal pelaporan dan arus
sumber daya ekonomi selama periode berjalan. Informasi ini diperlukan
pengguna untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan ekonomi
BLUD dalam menyelenggarakan kegiatannya dimasa mendatang.

VI. STRUKTUR DAN ISI


A. PENDAHULUAN
Pernyataan Standar ini mensyaratkan adanya pengungkapan tertentu
pada lembar muka (on the face) laporan keuangan, mensyaratkan
pengungkapan pos-pos lainnya dalam lembar muka laporan keuangan
atau dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

B. PERIODE PELAPORAN
Laporan keuangan BLUD disajikan paling kurang sekali dalam
setahun.

C. TEPAT WAKTU
Kegunaan laporan keuangan berkurang bilamana laporan tidak
tersedia bagi pengguna dalam suatu periode tertentu setelah tanggal
pelaporan. Faktor-faktor yang dihadapi seperti kompleksitas operasi
suatu BLUD bukan merupakan alasan yang cukup atas kegagalan
pelaporan yang tepat waktu.
VII. LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Laporan Realisasi Anggaran BLUD menyajikan informasi realisasi
pendapatan-LRA, belanja, surplus/defisit-LRA, pembiayaan, dan sisa
lebih/kurang pembiayaan anggaran yang masing-masing diperbandingkan
dengan anggarannya dalam satu periode.
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) BLUD paling kurang mencakup pos-
pos sebagai berikut:
1. Pendapatan-LRA;
2. Belanja;
3. Surplus/defisit-LRA;
4. Penerimaan pembiayaan;
5. Pengeluaran pembiayaan;
6. Pembiayaan neto; dan
7. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA/SiKPA).
Pendapatan BLUD yang dikelola sendiri dan tidak disetor ke Kas
Negara/Daerah merupakan pendapatan daerah.
Satuan kerja pemerintah yang menerapkan pola pengelolaan keuangan
BLUD diberikan fleksibilitas dalam rangka pelaksanaan anggaran,
termasuk pengelolaan pendapatan dan belanja, pengelolaan kas, dan
pengadaan barang/jasa. Salah satu bentuk fleksibilitas dalam pengelolaan
pendapatan adalah bahwa pendapatan dapat dikelola langsung untuk
membiayai belanjanya. Pendapatan yang dikelola langsung untuk
membiayai belanja tersebut berarti bahwa pendapatan BLUD tidak
disetorkan terlebih dahulu ke Kas Daerah. Setiap pendapatan dan belanja
dilaporkan kepada unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum
untuk mendapatkan persetujuan atau pengesahan.
Pendapatan-LRA pada BLUD diakui pada saat pendapatan kas yang
diterima BLUD diakui sebagai pendapatan oleh unit yang mempunyai
fungsi perbendaharaan umum.
Pemerintah dapat membuat mekanisme pengakuan pendapatan-LRA
BLUD sesuai dengan ketentuan yang berlaku di lingkup pemerintah
tersebut. Misalnya, pemerintah membuat mekanisme pengesahan
pendapatan-LRA BLUD yang disampaikan kepada Bendahara Umum
Daerah (BUD).
Dalam hal bendahara penerimaan pendapatan-LRA BLUD merupakan
bagian dari BUD, maka pendapatan-LRA BLUD diakui pada saat kas
diterima oleh bendahara penerimaan BLUD.
Akuntansi pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan asas bruto, yaitu
dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah
netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).
Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LRA bruto (biaya)
bersifat variable terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat
dianggarkan terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai, maka asas
bruto dapat dikecualikan.
Khusus untuk pendapatan dari Kerja Sama Operasi (KSO), diakui
berdasarkan asas neto dengan terlebih dahulu mengeluarkan bagian
pendapatan yang merupakan hak mitra KSO.
Penyetoran kas yang berasal dari pendapatan LRA BLUD tahun berjalan
dibukukan sebagai pengurang SiLPA pada BLUD penambah SiLPA pada
Pemerintah Daerah.
Penyetoran kas yang berasal dari pendapatan LRA BLUD tahun
sebelumnya dibukukan sebagai pengurang Saldo Anggaran Lebih pada
BLUD dan penambah SAL pada Pemerintah Daerah.
Pendapatan-LRA pada BLUD diklasifikasikan menurut jenis pendapatan.
Pendapatan-LRA pada BLUD merupakan pendapatan bukan pajak.
Termasuk pendapatan bukan pajak pada BLUD adalah:
1. Pendapatan layanan yang bersumber dari masyarakat;
2. Pendapatan layanan yang bersumber dari entitas akuntansi/entitas
pelaporan;
3. Pendapatan hasil kerja sama;
4. Pendapatan yang berasal dari hibah dalam bentuk kas; dan
5. Pendapatan BLUD lainnya.
Pendapatan layanan yang bersumber dari masyarakat sebagaimana
dimaksud adalah imbalan yang diperoleh dari jasa layanan yang diberikan
kepada masyarakat.
Pendapatan layanan yang bersumber dari entitas akuntansi/entitas
pelaporan sebagaimana dimaksud adalah imbalan yang diperoleh dari jasa
layanan yang diberikan kepada entitas akuntansi/entitas pelaporan yang
membawahi maupun yang tidak membawahinya.
Pendapatan hasil kerja sama sebagaimana dimaksud adalah perolehan
dari kerjasama operasional, sewa-menyewa, dan usaha lainnya yang
mendukung tugas dan fungsi BLUD.
Pendapatan yang berasal dari hibah dalam bentuk kas sebagaimana
dimaksud adalah pendapatan yang diterima dari masyarakat atau badan
lain berupa kas, tanpa adanya kewajiban bagi BLUD untuk menyerahkan
barang/jasa.
Pendapatan BLUD lainnya sebagaimana dimaksud antara lain berupa:
1. hasil penjualan kekayaan yang tidak dipisahkan;
2. jasa giro;
3. pendapatan bunga;
4. keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;
dan/atau
5. komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh BLUD.
Pendapatan Hibah berupa barang/jasa tidak dilaporkan pada LRA
karena pengakuan pendapatan berbasis kas. Pendapatan Hibah berupa
barang/jasa dilaporkan pada Laporan Operasional yang berbasis akrual.
Belanja pada BLUD diakui pada saat pengeluaran kas yang dilakukan
oleh BLUD disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan
umum.
Belanja pada BLUD diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis
belanja), organisasi, dan fungsi.
Klasifikasi ekonomi untuk BLUD, yaitu belanja pegawai, belanja barang,
dan belanja modal.
Selisih antara pendapatan-LRA dan belanja pada BLUD selama satu
periode pelaporan dicatat dalam pos Surplus/Defisit-LRA.
Transaksi pembiayaan dapat terjadi pada BLUD yang melakukan
transaksi perolehan pinjaman dan/atau investasi jangka panjang.
Penerimaan pembiayaan pada BLUD terjadi pada saat pinjaman jangka
panjang diterima dan/atau divestasi investasi jangka panjang
dilaksanakan. Sementara, pengeluaran pembiayaan pada BLUD terjadi
pada saat pelunasan pinjaman jangka panjang dan/atau pengeluaran
investasi jangka panjang.
Penerimaan pembiayaan pada BLUD diakui pada saat kas yang diterima
BLUD disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum.
Pengeluaran pembiayaan pada BLUD diakui pada saat pengeluaran
pembiayaan disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan
umum.
Penambahan pokok investasi yang berasal dari pendapatan BLUD
diakui sebagai pengeluaran pembiayaan.
Selisih lebih/kurang antara penerimaan dan pengeluaran pembiayaan
selama satu periode pelaporan dicatat dalam Pembiayaan Neto.
Selisih lebih/kurang antara realisasi pendapatan-LRA dan Belanja, serta
penerimaan dan pengeluaran pembiayaan selama satu periode pelaporan
dicatat dalam pos SiLPA/SiKPA.
Apabila BLUD menerima alokasi anggaran selain dari entitas
akuntansi/entitas pelaporan yang membawahinya, maka BLUD menyusun
LRA sesuai dengan entitas akuntansi/entitas pelaporan yang
mengalokasikan anggaran tersebut.
Alokasi anggaran yang diterima oleh BLUD sebagaimana dimaksud
adalah alokasi anggaran yang tidak terkait dengan imbalan jasa layanan
yang diberikan oleh BLUD kepada entitas pelaporan yang mengalokasikan
anggaran tersebut, misalnya alokasi anggaran untuk Dana Bergulir yang
diberikan oleh BUD kepada BLUD yang berada di bawah
kementerian/lembaga/pemerintah daerah/SKPD.
Contoh format LRA BLUD disajikan pada ilustrasi Peraturan Bupati ini.
Ilustrasi hanya merupakan contoh dan bukan merupakan bagian dari
standar. Tujuan ilustrasi ini adalah menggambarkan penerapan standar
untuk membantu dalam pelaporan keuangan.

VIII. LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGARAN LEBIH


Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan informasi
kenaikan atau penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih BLUD menyajikan secara
komparatif dengan periode sebelumnya pos-pos berikut:
1. Saldo Anggaran Lebih awal;
2. Penggunaan Saldo Anggaran Lebih;
3. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan;
4. Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun Sebelumnya;
5. Lain-lain; dan
6. Saldo Anggaran Lebih Akhir.
Di samping itu BLUD menyajikan rincian lebih lanjut dari unsur-unsur
yang terdapat dalam Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih dalam
Catatan atas Laporan Keuangan.
Contoh format Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih BLUD
disajikan pada ilustrasi Peraturan Bupati ini. Ilustrasi hanya merupakan
contoh dan bukan merupakan bagian dari standar. Tujuan ilustrasi ini
adalah menggambarkan penerapan standar untuk membantu dalam
pelaporan keuangan.

IX. NERACA
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan
mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.
Neraca BLUD menyajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya
pos-pos berikut:
1. Kas dan setara kas;
2. Investasi jangka pendek;
3. piutang dari kegiatan BLUD;
4. persediaan;
5. Investasi jangka panjang;
6. aset tetap;
7. aset lainnya;
8. kewajiban jangka pendek;
9. kewajiban jangka panjang; dan
10. ekuitas.
Kas dan setara kas pada neraca BLUD merupakan kas yang berasal dari
pendapatan BLUD baik yang telah dan yang belum diakui oleh unit yang
mempunyai fungsi perbendaharaan umum.
Kas pada BLUD yang sudah dipertanggungjawabkan kepada unit yang
mempunyai fungsi perbendaharaan umum merupakan bagian dari Saldo
Anggaran Lebih.
Dalam rangka perhitungan saldo kas dengan catatan SALPA pada BLUD,
BLUD harus dapat mengidentifikasikan kas pada BLUD yang berasal dari
pendapatan yang telah diakui oleh unit yang mempunyai fungsi
perbendaharaan umum.
BLUD sesuai dengan karakteristiknya dapat mengelola kas yang bukan
milik BLUD dan/atau sisa kas dana investasi yang berasal dari
APBN/APBD.
Dana kas BLUD yang bukan milik BLUD diakui sebagai kas dan setara
kas.
Dana kas sebagaimana dimaksud antara lain:
1. Dana titipan pihak ketiga;
2. Uang jaminan; dan
3. Uang muka pasien rumah sakit.
Kas yang berasal dari sisa dana investasi APBD diakui sebagai aset
lainnya.
Penyetoran kas yang berasal dari pendapatan BLUD pada tahun
berjalan maupun tahun sebelumnya dibukukan sebagai pengurang ekuitas
pada BLUD penambah ekuitas pada Pemerintah Daerah.
Sesuai dengan peraturan perundangan-undangan, BLUD tidak dapat
melakukan investasi jangka panjang kecuali atas persetujuan Bupati.
Investasi jangka panjang dimaksud terdiri dari investasi permanen dan
investasi non permanen.
Investasi permanen pada BLUD, antara lain berbentuk penyertaan
modal.
Investasi non permanen pada BLUD, antara lain sebagai berikut:
1. Investasi pemberian pinjaman kepada pihak lain;
2. Investasi dalam bentuk dana bergulir;dan
3. Investasi non permanen lainnya.
Walaupun kepemilikan investasi pada BLUD ada pada BUD, tetapi
investasi tersebut tetap dilaporkan pada laporan keuangan BLUD.
Perlakuan pelaporan investasi ini selaras dengan status BLUD sebagai
entitas pelaporan, dimana seluruh sumber daya ekonomi yang digunakan
BLUD dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dalam melayani
masyarakat harus dilaporkan dalam laporan keuangan BLUD.
BUD sebagai pemilik investasi melaporkan juga investasi yang dicatat
oleh BLUD pada laporan keuangan BUD.
Contoh format Neraca BLUD disajikan dalam ilustrasi Peraturan Bupati
ini. Ilustrasi hanya merupakan contoh dan bukan merupakan bagian dari
standar. Tujuan ilustrasi ini adalah menggambarkan penerapan standar
untuk membantu dalam pelaporan keuangan.

X. LAPORAN OPERASIONAL
Laporan Operasional (LO) menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi
yang menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah
pusat/daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu
periode pelaporan.
Struktur Laporan Operasional BLUD mencakup pos-pos sebagai berikut:
1. Pendapatan-LO;
2. Beban;
3. Surplus/Defisit dari kegiatan operasional;
4. Kegiatan non operasional;
5. Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa;
6. Pos Luar Biasa; dan
7. Surplus/Defisit-LO.
BLUD menyajikan pendapatan-LO yang diklasifikasikan menurut
sumber pendapatan, yang terdiri atas:
1. Pendapatan dari alokasi APBD;
2. Pendapatan layanan yang bersumber dari masyarakat;
3. Pendapatan layanan yang bersumber dari entitas akuntansi/entitas
pelaporan;
4. Pendapatan hasil kerja sama;
5. Pendapatan yang berasal dari hibah dalam bentuk kas/barang/jasa;
dan
6. Pendapatan BLUD lainnya.
Rincian lebih lanjut sumber pendapatan disajikan pada Catatan atas
Laporan Keuangan.
BLUD menyajikan beban yang diklasifikasikan menurut klasifikasi jenis
beban. Klasifikasi lain yang dipersyaratkan menurut ketentuan
perundangan yang berlaku, disajikan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan.
Pendapatan-LO pada BLUD diakui pada saat:
1. Timbulnya hak atas pendapatan;
2. Pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya
ekonomi.
Pendapatan-LO pada BLUD yang diperoleh sebagai imbalan atas suatu
pelayanan yang telah selesai diberikan berdasarkan peraturan perundang-
undangan, diakui pada saat timbulnya hak untuk menagih imbalan.
Pendapatan-LO pada BLUD yang diakui pada saat direalisasi adalah hak
yang telah diterima oleh BLUD tanpa terlebih dahulu adanya penagihan.
Pendapatan-LO pada BLUD merupakan pendapatan bukan pajak.
Akuntansi pendapatan - LO dilaksanakan berdasarkan asas bruto, yaitu
dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah neto
nya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).
Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LO bruto (biaya)
bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat
dianggarkan terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai, maka asas
bruto dapat dikecualikan.
Khusus untuk pendapatan dari Kerja Sama Operasi (KSO), diakui
berdasarkan asas neto dengan terlebih dahulu mengeluarkan bagian
pendapatan yang merupakan hak mitra KSO.
Beban pada BLUD diakui pada saat:
1. timbulnya kewajiban;
2. terjadinya konsumsi aset; dan/atau
3. terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.
Saat timbulnya kewajiban adalah saat terjadinya peralihan hak dari
pihak lain ke BLUD tanpa diikuti keluarnya kas.
Yang dimaksud dengan terjadinya konsumsi aset adalah saat
pengeluaran kas kepada pihak lain yang tidak didahului timbulnya
kewajiban dan/atau konsumsi aset nonkas dalam kegiatan operasional
BLUD.
Terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa terjadi pada
saat penurunan nilai aset sehubungan dengan penggunaan aset
bersangkutan/berlalunya waktu. Contoh penurunan manfaat ekonomi atau
potensi jasa adalah penyusutan atau amortisasi.
Beban pada BLUD diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi.
Klasifikasi ekonomi untuk BLUD yaitu beban pegawai, beban barang,
beban penyisihan, dan beban penyusutan asset tetap/amortisasi.
Contoh format Laporan Operasional BLUD disajikan dalam ilustrasi
Peraturan Buapti ini. Ilustrasi merupakan contoh dan bukan merupakan
bagian dari standar. Tujuan ilustrasi ini adalah menggambarkan penerapan
standar untuk membantu dalam klarifikasi artinya.

XI. LAPORAN ARUS KAS


Laporan Arus Kas pada BLUD menyajikan informasi mengenai sumber,
penggunaan, perubahan kas, dan setara kas selama satu periode
akuntansi, dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan pada
BLUD.
Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas
operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris.
A. AKTIVITAS OPERASI
Arus masuk kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari:
1. Pendapatan dari alokasi APBN/APBD;
2. Pendapatan layanan yang bersumber dari masyarakat;
3. Pendapatan layanan yang bersumber dari entitas akuntansi/entitas
pelaporan;
4. Pendapatan hasil kerja sama;
5. Pendapatan yang berasal dari hibah dalam bentuk kas; dan
6. Pendapatan BLUD lainnya.
Arus keluar kas untuk aktivitas operasi terutama digunakan untuk:
1. Pembayaran Pegawai;
2. Pembayaran Barang;
3. Pembayaran Bunga; dan
4. Pembayaran Lain-lain/Kejadian Luar Biasa,

B. AKTIVITAS INVESTASI
Aktivitas investasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas
yang ditujukan untuk perolehan dan pelepasan asset tetap serta
investasi lainnya, tidak termasuk investasi jangka pendek dan setara
kas.
Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas bruto dalam rangka perolehan dan pelepasan sumber
daya ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan dan mendukung
pelayanan BLUD kepada masyarakat di masa yang akan datang.
Arus masuk kas dari aktivitas investasi, antara lain terdiri atas:
1. Penjualan Aset Tetap;
2. Penjualan Aset Lainnya;
3. Penerimaan dari Divestasi; dan
4. Penjualan Investasi dalam bentuk Sekuritas.
Investasi yang dilakukan oleh BLUD dapat berasal dari pendapatan
BLUD dan APBN/APBD. Penerimaan dari Divestasi sebagaimana
dimaksud dan Penjualan Investasi dalam bentuk Sekuritas sebagaimana
dimaksud merupakan penerimaan dari divestasi dan penjualan investasi
yang berasal dari pendapatan BLUD dan investasi yang berasal dari
APBD.
Arus keluar kas dari aktivitas investasi, antara lain terdiri atas:
1. Perolehan Aset Tetap;
2. Perolehan Aset Lainnya;
3. Penyertaan Modal;
4. Pembelian Investasi dalam bentuk sekuritas; dan
5. Perolehan investasi jangka panjang lainnya;
Pengeluaran atas penyertaan modal, pembelian Investasi dalam
bentuk sekuritas dan perolehan Investasi jangka panjang lainnya
merupakan pengeluaran dari divestasi dan pembelian investasi yang
berasal dari pendapatan BLUD dan pengeluaran investasi yang berasal
dari APBD.

C. AKTIVITAS PENDANAAN
Aktivitas Pendanaan adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran
kas yang berhubungan dengan pemberian pinjaman jangka panjang
dan/atau pelunasan utang jangka panjang yang mengakibatkan
perubahan dalam jumlah dan komposisi pinjaman jangka panjang dan
utang jangka panjang.
Arus kas dari aktivitas pendanaan mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas yang berhubungan dengan perolehan atau pemberian
pinjaman jangka panjang.
Arus masuk kas dari aktivitas pendanaan, antara lain sebagai
berikut:
1. Penerimaan pinjaman; dan
2. Penerimaan dana dari APBD untuk diinvestasikan.
Sebagai bagian dari Pemerintah Pusat maupun pemerintah daerah
BLUD dapat memperoleh dana dari APBD untuk tujuan investasi
BLUD. Penerimaan dana dari APBD untuk diinvestasikan merupakan
penerimaan dana dari APBN/APBD yang disajikan sebagai dana kelolaan
BLUD dalam kelompok aset lainnya dan utang jangka panjang kepada
BUD pada neraca.
Dengan mengakui penerimaan dana tersebut sebagai utang, BLUD
harus mengakui penerimaan dana dalam arus masuk kas aktivitas
pendanaan. Sebaliknya, jika BLUD menyetor kembali dana investasi ke
BUN/BUD maka penyetoran dana investasi tersebut diakui sebagai
arus keluar kas dalam aktivitas pendanaan.
Arus keluar kas dari aktivitas pendanaan, antara lain sebagai
berikut:
1. Pembayaran pokok pinjaman; dan
2. Pengembalian investasi dana dari APBN/APBD ke BUD.
Pengembalian investasi dana dari APBN/APBD ke BUD merupakan
pengembalian investasi yang berasal dari APBN/APBD karena penarikan
dana investasi dari masyarakat.

D. AKTIVITAS TRANSITORIS
Aktivitas transitoris adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran
kas yang tidak termasuk dalam aktivitas operasi, investasi, dan
pendanaan.
Arus kas dari aktivitas transitoris mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas bruto yang tidak mempengaruhi pendapatan beban dan
pendanaan pemerintah. Arus kas dari aktivitas transitoris, antara lain
transaksi Perhitungan Fihak Ketiga (PFK). PFK menggambarkan kas
yang berasal dari jumlah dana yang diterima secara tunai untuk pihak
ketiga, misalnya potongan Pajak.
Arus masuk kas dari aktivitas transitoris, meliputi penerimaan PFK.
Arus keluar kas dari aktivitas transitoris, meliputi pengeluaran PFK.
Contoh format Laporan Arus Kas BLUD disajikan dalam ilustrasi
Peraturan Bupati ini. Ilustrasi hanya merupakan contoh dan bukan
merupakan bagian dari standar. Tujuan ilustrasi ini adalah
menggambarkan penerapan standar untuk membantu dalam pelaporan
keuangan.

XII. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS


Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau
penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
Laporan Perubahan Ekuitas pada BLUD menyajikan paling kurang pos-
pos sebagai berikut:
1. Ekuitas awal;
2. Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan;
3. Koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas,
yang antara lain berasal dari dampak kumulatif yang disebabkan oleh
perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan mendasar,
misalnya:
a. koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang
b. terjadi pada periode-periode sebelumnya; dan
c. perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap.
4. Ekuitas akhir.
Di samping itu, BLUD menyajikan rincian lebih lanjut dari unsur-unsur
yang terdapat dalam Laporan Perubahan Ekuitas dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.
Contoh format Laporan Perubahan Ekuitas pada BLUD disajikan pada
ilustrasi Peraturan Bupati ini. Ilustrasi hanya merupakan contoh dan
bukan merupakan bagian dari standar. Tujuan ilustrasi ini adalah
menggambarkan penerapan standar untuk membantu dalam pelaporan
keuangan.

XIII. PENGGABUNGAN LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM KE


DALAM LAPORAN KEUANGAN ENTITAS AKUNTANSI/ENTITAS PELAPORAN
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan
Perubahan Ekuitas BLUD digabungkan pada laporan keuangan entitas
akuntansi/entitas pelaporan yang membawahinya.
Seluruh pendapatan, belanja, dan pembiayaan pada LRA BLUD
dikonsolidasikan ke dalam LRA entitas akuntansi/entitas pelaporan yang
membawahinya.
Sesuai dengan karakteristik entitas akuntansi/entitas pelaporan yang
tidak berstatus BLUD, unsur LRA entitas tersebut terdiri dari pendapatan
dan belanja serta tidak mempunyai unsur surplus/defisit dan SiLPA.
Dalam hal entitas akuntansi/pelaporan membawahi satuan kerja BLUD,
LRA konsolidasian entitas akuntansi/entitas pelaporan tersebut mengikuti
format LRA BLUD.
Laporan Arus Kas BLUD dikonsolidasikan pada Laporan Arus Kas unit
yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum.
Transaksi dalam Laporan Arus Kas BLUD yang dikonsolidasikan pada
Laporan Arus Kas unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum
adalah pendapatan, belanja, dan pembiayaan yang telah disahkan oleh unit
yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum.
Laporan Perubahan SAL BLUD tidak digabungkan pada laporan
keuangan entitas pelaporan yang membawahinya karena entitas pelaporan
tersebut tidak menyajikan Laporan Perubahan SAL termasuk pemerintah
daerah.
Laporan Perubahan SAL BLUD digabungkan dalam Laporan Perubahan
SAL Bendahara Umum Negara/Daerah dan entitas pelaporan yang
menyusun laporan keuangan konsolidasiannya.
Dalam rangka konsolidasian laporan keuangan BLUD ke dalam laporan
keuangan entitas yang membawahinya, perlu dilakukan eliminasi terhadap
akun-akun timbal balik (reciprocal accounts) seperti pendapatan, beban,
aset, dan kewajiban yang berasal dari entitas akuntansi/pelaporan dalam
satu entitas pemerintahan kecuali akun-akun pendapatan dan belanja
pada LRA yang berasal dari entitas akuntansi/pelaporan.

XIV. PENGHENTIAN SATUAN KERJA BADAN LAYANAN UMUM MENJADI


SATUAN KERJA BIASA

Sesuai ketentuan perundangan, pemerintah dapat mencabut status pola


pengelolaan keuangan BLUD pada satuan kerja kementerian
negara/lembaga/pemerintah daerah.
Dalam hal satuan kerja tidak lagi menerapkan pola pengelolaan
keuangan BLUD, maka satuan kerja tersebut menyusun laporan keuangan
selayaknya entitas akuntansi pemerintah lainnya, dan satuan kerja
tersebut harus menyusun laporan keuangan penutup per tanggal
pencabutan statusnya sebagai BLUD.

XV. TANGGAL EFEKTIF


Peraturan Bupati Sragen ini berlaku efektif untuk penyusunan dan
penyajian laporan keuangan Tahun Anggaran 2020.
BUPATI SRAGEN,

ttd dan cap

KUSDINAR UNTUNG YUNI SUKOWATI

Anda mungkin juga menyukai