BUPATSRAGEN
BUPATI SRAGEN
PROVINSI JAWA TENGAH
TENTANG
BUPATI SRAGEN,
MEMUTUSKAN:
Pasal I
Pasal 4a
Pasal 6
Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, maka:
1. Peraturan Bupati Sragen Nomor 13 Tahun 2016
tentang Sistem Akuntansi keuangan Badan Layanan
Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Soehadi Prijonegoro;
2. Keputusan Direktur RSUD dr. Soeratno Gemolong
Kabupaten Sragen Nomor 900/308/116/2016 tentang
Kebijakan Akuntansi pada Badan Layanan Umum
Daerah Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeratno
Gemolong; dan
3. Peraturan Bupati Nomor 77 Tahun 2017 tentang
Kebijakan Akuntansi Badan Layanan Umum Daerah
Unit Pelaksana teknis daerah Pusat Kesehatan
Masyarakat.
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal II
BUPATI SRAGEN,
Diundangkan di Sragen
pada tanggal 1-11-2020
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SRAGEN,
TATAG PRABAWANTO B.
BERITA DAERAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2020 NOMOR 66
LAMPIRAN II
PERATURAN BUPATI SRAGEN
NOMOR 6645 TAHUN 2020
TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT
ATAS PERATURAN BUPATI
SRAGEN NOMOR 45 TAHUN 2014
TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI
PEMERINTAH DAERAH
I. DEFINISI
Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BLUD adalah
instansi di lingkungan pemerintah daerah dan yang dibentuk untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang
dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan
dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktivitas.
Laporan Keuangan BLUD adalah bentuk pertanggungjawaban BLUD
yang disajikan dalam bentuk Laporan Realisasi Anggaran, Laporan
Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan
Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Catatan atas Laporan
Keuangan.
B. PERIODE PELAPORAN
Laporan keuangan BLUD disajikan paling kurang sekali dalam
setahun.
C. TEPAT WAKTU
Kegunaan laporan keuangan berkurang bilamana laporan tidak
tersedia bagi pengguna dalam suatu periode tertentu setelah tanggal
pelaporan. Faktor-faktor yang dihadapi seperti kompleksitas operasi
suatu BLUD bukan merupakan alasan yang cukup atas kegagalan
pelaporan yang tepat waktu.
VII. LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Laporan Realisasi Anggaran BLUD menyajikan informasi realisasi
pendapatan-LRA, belanja, surplus/defisit-LRA, pembiayaan, dan sisa
lebih/kurang pembiayaan anggaran yang masing-masing diperbandingkan
dengan anggarannya dalam satu periode.
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) BLUD paling kurang mencakup pos-
pos sebagai berikut:
1. Pendapatan-LRA;
2. Belanja;
3. Surplus/defisit-LRA;
4. Penerimaan pembiayaan;
5. Pengeluaran pembiayaan;
6. Pembiayaan neto; dan
7. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA/SiKPA).
Pendapatan BLUD yang dikelola sendiri dan tidak disetor ke Kas
Negara/Daerah merupakan pendapatan daerah.
Satuan kerja pemerintah yang menerapkan pola pengelolaan keuangan
BLUD diberikan fleksibilitas dalam rangka pelaksanaan anggaran,
termasuk pengelolaan pendapatan dan belanja, pengelolaan kas, dan
pengadaan barang/jasa. Salah satu bentuk fleksibilitas dalam pengelolaan
pendapatan adalah bahwa pendapatan dapat dikelola langsung untuk
membiayai belanjanya. Pendapatan yang dikelola langsung untuk
membiayai belanja tersebut berarti bahwa pendapatan BLUD tidak
disetorkan terlebih dahulu ke Kas Daerah. Setiap pendapatan dan belanja
dilaporkan kepada unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum
untuk mendapatkan persetujuan atau pengesahan.
Pendapatan-LRA pada BLUD diakui pada saat pendapatan kas yang
diterima BLUD diakui sebagai pendapatan oleh unit yang mempunyai
fungsi perbendaharaan umum.
Pemerintah dapat membuat mekanisme pengakuan pendapatan-LRA
BLUD sesuai dengan ketentuan yang berlaku di lingkup pemerintah
tersebut. Misalnya, pemerintah membuat mekanisme pengesahan
pendapatan-LRA BLUD yang disampaikan kepada Bendahara Umum
Daerah (BUD).
Dalam hal bendahara penerimaan pendapatan-LRA BLUD merupakan
bagian dari BUD, maka pendapatan-LRA BLUD diakui pada saat kas
diterima oleh bendahara penerimaan BLUD.
Akuntansi pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan asas bruto, yaitu
dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah
netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).
Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LRA bruto (biaya)
bersifat variable terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat
dianggarkan terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai, maka asas
bruto dapat dikecualikan.
Khusus untuk pendapatan dari Kerja Sama Operasi (KSO), diakui
berdasarkan asas neto dengan terlebih dahulu mengeluarkan bagian
pendapatan yang merupakan hak mitra KSO.
Penyetoran kas yang berasal dari pendapatan LRA BLUD tahun berjalan
dibukukan sebagai pengurang SiLPA pada BLUD penambah SiLPA pada
Pemerintah Daerah.
Penyetoran kas yang berasal dari pendapatan LRA BLUD tahun
sebelumnya dibukukan sebagai pengurang Saldo Anggaran Lebih pada
BLUD dan penambah SAL pada Pemerintah Daerah.
Pendapatan-LRA pada BLUD diklasifikasikan menurut jenis pendapatan.
Pendapatan-LRA pada BLUD merupakan pendapatan bukan pajak.
Termasuk pendapatan bukan pajak pada BLUD adalah:
1. Pendapatan layanan yang bersumber dari masyarakat;
2. Pendapatan layanan yang bersumber dari entitas akuntansi/entitas
pelaporan;
3. Pendapatan hasil kerja sama;
4. Pendapatan yang berasal dari hibah dalam bentuk kas; dan
5. Pendapatan BLUD lainnya.
Pendapatan layanan yang bersumber dari masyarakat sebagaimana
dimaksud adalah imbalan yang diperoleh dari jasa layanan yang diberikan
kepada masyarakat.
Pendapatan layanan yang bersumber dari entitas akuntansi/entitas
pelaporan sebagaimana dimaksud adalah imbalan yang diperoleh dari jasa
layanan yang diberikan kepada entitas akuntansi/entitas pelaporan yang
membawahi maupun yang tidak membawahinya.
Pendapatan hasil kerja sama sebagaimana dimaksud adalah perolehan
dari kerjasama operasional, sewa-menyewa, dan usaha lainnya yang
mendukung tugas dan fungsi BLUD.
Pendapatan yang berasal dari hibah dalam bentuk kas sebagaimana
dimaksud adalah pendapatan yang diterima dari masyarakat atau badan
lain berupa kas, tanpa adanya kewajiban bagi BLUD untuk menyerahkan
barang/jasa.
Pendapatan BLUD lainnya sebagaimana dimaksud antara lain berupa:
1. hasil penjualan kekayaan yang tidak dipisahkan;
2. jasa giro;
3. pendapatan bunga;
4. keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;
dan/atau
5. komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh BLUD.
Pendapatan Hibah berupa barang/jasa tidak dilaporkan pada LRA
karena pengakuan pendapatan berbasis kas. Pendapatan Hibah berupa
barang/jasa dilaporkan pada Laporan Operasional yang berbasis akrual.
Belanja pada BLUD diakui pada saat pengeluaran kas yang dilakukan
oleh BLUD disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan
umum.
Belanja pada BLUD diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis
belanja), organisasi, dan fungsi.
Klasifikasi ekonomi untuk BLUD, yaitu belanja pegawai, belanja barang,
dan belanja modal.
Selisih antara pendapatan-LRA dan belanja pada BLUD selama satu
periode pelaporan dicatat dalam pos Surplus/Defisit-LRA.
Transaksi pembiayaan dapat terjadi pada BLUD yang melakukan
transaksi perolehan pinjaman dan/atau investasi jangka panjang.
Penerimaan pembiayaan pada BLUD terjadi pada saat pinjaman jangka
panjang diterima dan/atau divestasi investasi jangka panjang
dilaksanakan. Sementara, pengeluaran pembiayaan pada BLUD terjadi
pada saat pelunasan pinjaman jangka panjang dan/atau pengeluaran
investasi jangka panjang.
Penerimaan pembiayaan pada BLUD diakui pada saat kas yang diterima
BLUD disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum.
Pengeluaran pembiayaan pada BLUD diakui pada saat pengeluaran
pembiayaan disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan
umum.
Penambahan pokok investasi yang berasal dari pendapatan BLUD
diakui sebagai pengeluaran pembiayaan.
Selisih lebih/kurang antara penerimaan dan pengeluaran pembiayaan
selama satu periode pelaporan dicatat dalam Pembiayaan Neto.
Selisih lebih/kurang antara realisasi pendapatan-LRA dan Belanja, serta
penerimaan dan pengeluaran pembiayaan selama satu periode pelaporan
dicatat dalam pos SiLPA/SiKPA.
Apabila BLUD menerima alokasi anggaran selain dari entitas
akuntansi/entitas pelaporan yang membawahinya, maka BLUD menyusun
LRA sesuai dengan entitas akuntansi/entitas pelaporan yang
mengalokasikan anggaran tersebut.
Alokasi anggaran yang diterima oleh BLUD sebagaimana dimaksud
adalah alokasi anggaran yang tidak terkait dengan imbalan jasa layanan
yang diberikan oleh BLUD kepada entitas pelaporan yang mengalokasikan
anggaran tersebut, misalnya alokasi anggaran untuk Dana Bergulir yang
diberikan oleh BUD kepada BLUD yang berada di bawah
kementerian/lembaga/pemerintah daerah/SKPD.
Contoh format LRA BLUD disajikan pada ilustrasi Peraturan Bupati ini.
Ilustrasi hanya merupakan contoh dan bukan merupakan bagian dari
standar. Tujuan ilustrasi ini adalah menggambarkan penerapan standar
untuk membantu dalam pelaporan keuangan.
IX. NERACA
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan
mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.
Neraca BLUD menyajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya
pos-pos berikut:
1. Kas dan setara kas;
2. Investasi jangka pendek;
3. piutang dari kegiatan BLUD;
4. persediaan;
5. Investasi jangka panjang;
6. aset tetap;
7. aset lainnya;
8. kewajiban jangka pendek;
9. kewajiban jangka panjang; dan
10. ekuitas.
Kas dan setara kas pada neraca BLUD merupakan kas yang berasal dari
pendapatan BLUD baik yang telah dan yang belum diakui oleh unit yang
mempunyai fungsi perbendaharaan umum.
Kas pada BLUD yang sudah dipertanggungjawabkan kepada unit yang
mempunyai fungsi perbendaharaan umum merupakan bagian dari Saldo
Anggaran Lebih.
Dalam rangka perhitungan saldo kas dengan catatan SALPA pada BLUD,
BLUD harus dapat mengidentifikasikan kas pada BLUD yang berasal dari
pendapatan yang telah diakui oleh unit yang mempunyai fungsi
perbendaharaan umum.
BLUD sesuai dengan karakteristiknya dapat mengelola kas yang bukan
milik BLUD dan/atau sisa kas dana investasi yang berasal dari
APBN/APBD.
Dana kas BLUD yang bukan milik BLUD diakui sebagai kas dan setara
kas.
Dana kas sebagaimana dimaksud antara lain:
1. Dana titipan pihak ketiga;
2. Uang jaminan; dan
3. Uang muka pasien rumah sakit.
Kas yang berasal dari sisa dana investasi APBD diakui sebagai aset
lainnya.
Penyetoran kas yang berasal dari pendapatan BLUD pada tahun
berjalan maupun tahun sebelumnya dibukukan sebagai pengurang ekuitas
pada BLUD penambah ekuitas pada Pemerintah Daerah.
Sesuai dengan peraturan perundangan-undangan, BLUD tidak dapat
melakukan investasi jangka panjang kecuali atas persetujuan Bupati.
Investasi jangka panjang dimaksud terdiri dari investasi permanen dan
investasi non permanen.
Investasi permanen pada BLUD, antara lain berbentuk penyertaan
modal.
Investasi non permanen pada BLUD, antara lain sebagai berikut:
1. Investasi pemberian pinjaman kepada pihak lain;
2. Investasi dalam bentuk dana bergulir;dan
3. Investasi non permanen lainnya.
Walaupun kepemilikan investasi pada BLUD ada pada BUD, tetapi
investasi tersebut tetap dilaporkan pada laporan keuangan BLUD.
Perlakuan pelaporan investasi ini selaras dengan status BLUD sebagai
entitas pelaporan, dimana seluruh sumber daya ekonomi yang digunakan
BLUD dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dalam melayani
masyarakat harus dilaporkan dalam laporan keuangan BLUD.
BUD sebagai pemilik investasi melaporkan juga investasi yang dicatat
oleh BLUD pada laporan keuangan BUD.
Contoh format Neraca BLUD disajikan dalam ilustrasi Peraturan Bupati
ini. Ilustrasi hanya merupakan contoh dan bukan merupakan bagian dari
standar. Tujuan ilustrasi ini adalah menggambarkan penerapan standar
untuk membantu dalam pelaporan keuangan.
X. LAPORAN OPERASIONAL
Laporan Operasional (LO) menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi
yang menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah
pusat/daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu
periode pelaporan.
Struktur Laporan Operasional BLUD mencakup pos-pos sebagai berikut:
1. Pendapatan-LO;
2. Beban;
3. Surplus/Defisit dari kegiatan operasional;
4. Kegiatan non operasional;
5. Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa;
6. Pos Luar Biasa; dan
7. Surplus/Defisit-LO.
BLUD menyajikan pendapatan-LO yang diklasifikasikan menurut
sumber pendapatan, yang terdiri atas:
1. Pendapatan dari alokasi APBD;
2. Pendapatan layanan yang bersumber dari masyarakat;
3. Pendapatan layanan yang bersumber dari entitas akuntansi/entitas
pelaporan;
4. Pendapatan hasil kerja sama;
5. Pendapatan yang berasal dari hibah dalam bentuk kas/barang/jasa;
dan
6. Pendapatan BLUD lainnya.
Rincian lebih lanjut sumber pendapatan disajikan pada Catatan atas
Laporan Keuangan.
BLUD menyajikan beban yang diklasifikasikan menurut klasifikasi jenis
beban. Klasifikasi lain yang dipersyaratkan menurut ketentuan
perundangan yang berlaku, disajikan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan.
Pendapatan-LO pada BLUD diakui pada saat:
1. Timbulnya hak atas pendapatan;
2. Pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya
ekonomi.
Pendapatan-LO pada BLUD yang diperoleh sebagai imbalan atas suatu
pelayanan yang telah selesai diberikan berdasarkan peraturan perundang-
undangan, diakui pada saat timbulnya hak untuk menagih imbalan.
Pendapatan-LO pada BLUD yang diakui pada saat direalisasi adalah hak
yang telah diterima oleh BLUD tanpa terlebih dahulu adanya penagihan.
Pendapatan-LO pada BLUD merupakan pendapatan bukan pajak.
Akuntansi pendapatan - LO dilaksanakan berdasarkan asas bruto, yaitu
dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah neto
nya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).
Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LO bruto (biaya)
bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat
dianggarkan terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai, maka asas
bruto dapat dikecualikan.
Khusus untuk pendapatan dari Kerja Sama Operasi (KSO), diakui
berdasarkan asas neto dengan terlebih dahulu mengeluarkan bagian
pendapatan yang merupakan hak mitra KSO.
Beban pada BLUD diakui pada saat:
1. timbulnya kewajiban;
2. terjadinya konsumsi aset; dan/atau
3. terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.
Saat timbulnya kewajiban adalah saat terjadinya peralihan hak dari
pihak lain ke BLUD tanpa diikuti keluarnya kas.
Yang dimaksud dengan terjadinya konsumsi aset adalah saat
pengeluaran kas kepada pihak lain yang tidak didahului timbulnya
kewajiban dan/atau konsumsi aset nonkas dalam kegiatan operasional
BLUD.
Terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa terjadi pada
saat penurunan nilai aset sehubungan dengan penggunaan aset
bersangkutan/berlalunya waktu. Contoh penurunan manfaat ekonomi atau
potensi jasa adalah penyusutan atau amortisasi.
Beban pada BLUD diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi.
Klasifikasi ekonomi untuk BLUD yaitu beban pegawai, beban barang,
beban penyisihan, dan beban penyusutan asset tetap/amortisasi.
Contoh format Laporan Operasional BLUD disajikan dalam ilustrasi
Peraturan Buapti ini. Ilustrasi merupakan contoh dan bukan merupakan
bagian dari standar. Tujuan ilustrasi ini adalah menggambarkan penerapan
standar untuk membantu dalam klarifikasi artinya.
B. AKTIVITAS INVESTASI
Aktivitas investasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas
yang ditujukan untuk perolehan dan pelepasan asset tetap serta
investasi lainnya, tidak termasuk investasi jangka pendek dan setara
kas.
Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas bruto dalam rangka perolehan dan pelepasan sumber
daya ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan dan mendukung
pelayanan BLUD kepada masyarakat di masa yang akan datang.
Arus masuk kas dari aktivitas investasi, antara lain terdiri atas:
1. Penjualan Aset Tetap;
2. Penjualan Aset Lainnya;
3. Penerimaan dari Divestasi; dan
4. Penjualan Investasi dalam bentuk Sekuritas.
Investasi yang dilakukan oleh BLUD dapat berasal dari pendapatan
BLUD dan APBN/APBD. Penerimaan dari Divestasi sebagaimana
dimaksud dan Penjualan Investasi dalam bentuk Sekuritas sebagaimana
dimaksud merupakan penerimaan dari divestasi dan penjualan investasi
yang berasal dari pendapatan BLUD dan investasi yang berasal dari
APBD.
Arus keluar kas dari aktivitas investasi, antara lain terdiri atas:
1. Perolehan Aset Tetap;
2. Perolehan Aset Lainnya;
3. Penyertaan Modal;
4. Pembelian Investasi dalam bentuk sekuritas; dan
5. Perolehan investasi jangka panjang lainnya;
Pengeluaran atas penyertaan modal, pembelian Investasi dalam
bentuk sekuritas dan perolehan Investasi jangka panjang lainnya
merupakan pengeluaran dari divestasi dan pembelian investasi yang
berasal dari pendapatan BLUD dan pengeluaran investasi yang berasal
dari APBD.
C. AKTIVITAS PENDANAAN
Aktivitas Pendanaan adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran
kas yang berhubungan dengan pemberian pinjaman jangka panjang
dan/atau pelunasan utang jangka panjang yang mengakibatkan
perubahan dalam jumlah dan komposisi pinjaman jangka panjang dan
utang jangka panjang.
Arus kas dari aktivitas pendanaan mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas yang berhubungan dengan perolehan atau pemberian
pinjaman jangka panjang.
Arus masuk kas dari aktivitas pendanaan, antara lain sebagai
berikut:
1. Penerimaan pinjaman; dan
2. Penerimaan dana dari APBD untuk diinvestasikan.
Sebagai bagian dari Pemerintah Pusat maupun pemerintah daerah
BLUD dapat memperoleh dana dari APBD untuk tujuan investasi
BLUD. Penerimaan dana dari APBD untuk diinvestasikan merupakan
penerimaan dana dari APBN/APBD yang disajikan sebagai dana kelolaan
BLUD dalam kelompok aset lainnya dan utang jangka panjang kepada
BUD pada neraca.
Dengan mengakui penerimaan dana tersebut sebagai utang, BLUD
harus mengakui penerimaan dana dalam arus masuk kas aktivitas
pendanaan. Sebaliknya, jika BLUD menyetor kembali dana investasi ke
BUN/BUD maka penyetoran dana investasi tersebut diakui sebagai
arus keluar kas dalam aktivitas pendanaan.
Arus keluar kas dari aktivitas pendanaan, antara lain sebagai
berikut:
1. Pembayaran pokok pinjaman; dan
2. Pengembalian investasi dana dari APBN/APBD ke BUD.
Pengembalian investasi dana dari APBN/APBD ke BUD merupakan
pengembalian investasi yang berasal dari APBN/APBD karena penarikan
dana investasi dari masyarakat.
D. AKTIVITAS TRANSITORIS
Aktivitas transitoris adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran
kas yang tidak termasuk dalam aktivitas operasi, investasi, dan
pendanaan.
Arus kas dari aktivitas transitoris mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas bruto yang tidak mempengaruhi pendapatan beban dan
pendanaan pemerintah. Arus kas dari aktivitas transitoris, antara lain
transaksi Perhitungan Fihak Ketiga (PFK). PFK menggambarkan kas
yang berasal dari jumlah dana yang diterima secara tunai untuk pihak
ketiga, misalnya potongan Pajak.
Arus masuk kas dari aktivitas transitoris, meliputi penerimaan PFK.
Arus keluar kas dari aktivitas transitoris, meliputi pengeluaran PFK.
Contoh format Laporan Arus Kas BLUD disajikan dalam ilustrasi
Peraturan Bupati ini. Ilustrasi hanya merupakan contoh dan bukan
merupakan bagian dari standar. Tujuan ilustrasi ini adalah
menggambarkan penerapan standar untuk membantu dalam pelaporan
keuangan.