Anda di halaman 1dari 11

Pencegahan Keterlambatan

Penanganan stroke akut


• Pencegahan penularan virus covid 19 dilakukan dengan menerapkan
protokol kesehatan
• mengidentifikasi calon potensial yang bisa menjadi kasus baru
khususnya memiliki faktor komorbid mempunyai kerentanan paling
tinggi untuk menjadi kasus baru
• Menjaga dan menurunkan penyakit komorbid dengan konsep dari
hulu ke hilir menjadi tantangan khusus pada pasa pandemic ini untuk
mengurangi kasus baru
• Komorbiditas penyakit kronis lainnya seperti penyakit jantung, ginjal,
diabetes, yang merupakan factor risiko stroke
• Stroke merupakan salah satu penyakit tidak menular yang terus
mengalami peningkatan di Indonesia.
• Peningkatan salah satu noncomunicable desease ini dapat
menyebabkan kerugian sosial ekonomi, biaya sistem kesehatan yang
tinggi suatu negara.
• Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 prevalensi stroke (permil)
berdasarkan diagnosis tertinggi terjadi di provinsi Kalimantan Timur
yaitu 14,1 %.
• Stroke merupakan suatu kegawatdaruratan medis yang memerlukan
penanganan yang cepat untuk mencegah terjadinya kematian dan
kecacatan.
• Untuk dapat memberikan penanganan yang cepat dan tepat pada
orang yang terserang stroke, waktu adalah hal yang utama (time is
brain)
• Semakin lama penanganan stroke ditunda semakin berat kerusakan
otak yang akan muncul.
• Karena itulah pengenalan awal gejala stroke, demi mempercepat
proses rujukan dan pengantaran pasien ke rumah sakit menjadi hal
yang sangat penting di dalam penanganan stroke
Permasalahan terkait pengenalan stroke
• kurangnya pemahaman terhadap pengenalan gejala stroke mengakibatkan
keterlambatan pengobatan.
• sebagian besar masyarakat menunjukkan kemampuan yang buruk
terhadap pengetahuan tanda peringatan stroke dan kesadaran untuk
menanggapi gejala stroke tersebut.
• banyak masyarakat yang tidak dapat mengenali salah satu faktor risiko
stroke dan tanda peringatan stroke.

• Berdasarkan penelitian tersebut dapat diamati bahwa kesadaran


masyarakat terkait stroke kurang optimal. Keterlambatan dari onset gejala
hingga pemberian pengobatan pada pasien stroke adalah hal yang paling
penting (golden periode)
• Identifikasi pasien stroke sedini mungkin sangat penting. Identifikasi
ini dapat membantu meningkatkan manajemen pra rumah sakit dan
ketepatan pengobatan
• Pemberian pengobatan yang lebih cepat dapat dicapai dengan
pengurangan waktu pasien dalam mengambil keputusan, peningkatan
identifikasi dini dan pemeriksaan yang cepat
• Kementrian Kesehatan RI telah menguraikan lima target capaian
dalam RPJM 2020-2040, terdapat target yang membutuhkan peran
masyarakat terkait PTM yaitu peningkatan pengendalian penyakit dan
penguatan gerakan masyarakat hidup sehat (Germas).
• Kehadiran komunitas dalam hal ini masyarakat dapat meningkatkan
pengetahuan dan faktor risiko stroke dalam mengurangi mortalitas
dan morbiditas.
• Pengenalan awal gejala stroke, demi mempercepat proses rujukan
dan pengantaran pasien ke rumah sakit menjadi hal yang sangat
penting di dalam penanganan stroke
• Mencegah keterlambatan penanganan pasien dengan stroke bukan hanya
ditekankan pada tenaga kesehatan. Penanganan tersebut juga harus dipahami
oleh seluruh individu yang mendapati kejadian tersebut. Kontribusi tersebut
sangat penting untuk mengurangi mortalitas dan morbiditas dari stroke.
• Peningkatan penanganan pra rumah sakit dapat dilakukan dengan melatih
penduduk setempat. Program-program lokal dapat membantu staf perawat untuk
bekerja dengan penolong pertama dan petugas kesehatan masyarakat. Kegiatan
meliputi peningkatan keterampilan kepada penduduk setempat untuk mengenali
penyakit dan melakukan pertolongan pertama. Kegiatan ini akan meningkatkan
kemampuan kapasitas lokal
• Pendidikan berbasis komunitas memiliki peran untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat sebagai penolong pertama menghadapi serangan stroke. Kesadaran
masyarakat dapat berkontribusi dalam meningkatkan kecepatan kedatangan di
rumah sakit setelah serangan.
• Penelitian yang kami lakukan tahun 2019 menunjukan hasil bahwa melalui pelatihan
deteksi dini stroke dapat meningkatkan perilaku masyarakat dalam berperan sebagai
penolongpertama.
• Pengaruh terbesar pada intensi atau niat seseorang dalam menjalankan perannya
sebagai penolong pertama adalah melalui norma subjektif.
• Norma subjektif ini didefinisikan lebih lanjut yaitu tekanan sosial yang dirasakan
seseorang untuk terlibat atau tidak terlibat sebagai penolong pertama serangan stroke
• Perasaan dan dukungan dari suatu komunitas merupakan pengaruh penting terhadap
kepuasan seorang penolong pertama dalam menjalankan perannya. Persepsi mengenai
keyakinan kemampuan kinerja mereka, perasaan memiliki dan terikat pada suatu tempat
dapat bermanfaat bagi penolong pertama
• Perasaan dan dukungan dari suatu komunitas merupakan pengaruh penting terhadap
kepuasan seorang penolong pertama dalam menjalankan perannya. Persepsi mengenai
keyakinan kemampuan kinerja mereka, perasaan memiliki dan terikat pada suatu tempat
dapat bermanfaat bagi penolong pertama.
Melalui temuan hasil penelitian ini, diharapkan
perawat khususnya wisudawan pada hari ini dapat
menjalankan peran sebagai
• Peran perawat sebagai pendidik dilakukan dengan meningkatkan
pengetahuan masyarakat ataupun kader terkait kasus kegawatan.
• Perawat sebagai koordinator melalui pengarahan, perencanaan dan
pengorganisasian peran kader sebagai penolong pertama di
komunitas.
• Peran sebagai kolaborator dilakukan bersama masyarakat dan kader
melalui diskusi dan identifikasi kasus kegawatan di komunitas.
• Peran ini tentunya sejalan dengan apa yang telah diberikan kepada
para wisadawan/I selama masa pendidikan yang tentunya telah
tertuang dalam misi STIKES Dirgahayu Samarinda, yaitu

• Menjalankan program studi yang memberi bekal hard skill maupun


soft skill pada alumni untuk berkontribusi bagi masyarakat dan
pengguna lulusan

Anda mungkin juga menyukai