PRAKTIKUM
COMPUTER NUMERICAL CONTROLLED (CNC)
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
MESIN FRAIS EMCO TU-3A
Gambar 1.1 Monitor Mesin CNC TU-3A (Lab CNC Undip, 2023)
2. Ragum
Fungsi dari ragum adalah untuk mencekam benda kerja.
Ragum
3. Arbor
Arbor berfungsi untuk mencekam pahat frais.
4. Motor Listrik
Motor listrik pada mesin CNC berfungsi menjalankan pahat serta memutar
pahat
Motor Listrik
5. Tempat Pahat
Tempat pahat berfungsi untuk meletakan jenis-jenis pahat yang hendak
digunakan untuk melakukan eksekusi benda kerja.
6. Perangkat Tambahan
Gambar 1.6 di bawah ini adalah perangkat tambahan yang digunakan untuk
mengonfigurasikan mesin CNC TU-3A, adapun perangkat tambahan
tersebut adalah sebagai berikut :
3
4
b i
c j
d k
l
e
m
f
g
7. Setelah setting nol,masukkan G-code dengan klik perintah file dan pilih load
G-Code.
8. Pastikan lintasan pahat sudah benar dengan melihat di kotak Job Display.
9. Jika terjadi error, maka hal tersebut menunjukkan adanya kesalahan pada
G-Code. Maka tampilan akan seperti di bawah ini.
10. Untuk membenarkan kesalahan G-Code, klik Edit G-code, setelah itu
cari di mana kesalahan G-Code dan kemudian benarkan kesalahan
tersebut.
11. Setelah G-Code sudah berhasil dimasukkan dan benar, maka tampilan akan
seperti di bawah ini.
BAB II
METODE PEMROGRAMAN
Pada mesin frais TU-3A, sistem absolute dinyatakan dengan kode G90 atau
G92, sedang sistem incremental dinyatakan dengan kode G91. Untuk G90 dan G91,
titik referensinya (titik nol) adalah posisi awal pahat saat program mulai dijalankan,
sedang G92 titik referensinya diberikan oleh programmer, dimana posisi awal pahat
sudah berada dalam harga koordinat tertentu yang akan dijelaskan kemudian.
Dalam membuat program, kadang dijumpai sebuah program yang menggunakan
kedua sistem tersebut, sehingga sebagian langkah permesinan menggunakan sistem
absolute, sedang sebagian langkah yang lain menggunakan sistem incremental.
Dari sini terlihat bahwa harga titik nol (X=0. Y=0, dan Z=0) adalah pada tepi
ujung benda kerja, dan ini adalah titik nol untuk benda kerja, seperti terlihat pada
gambar 2.7.
Setelah titik nol terdefinisi, pahat sebaiknya digeser agak menjauh dari titik
nol tersebut yang dianggap cukup aman untuk melakukan awal proses permesinan.
Gambar 2.8 adalah sebuah contoh penempatan pahat sebelum proses
permesinan. Pahat mempunyai diameter 6 mm diberi jarak tepi benda kerja dengan
cara menggeser-geser pahat sampai dilayar monitor tertera harga X=-400, Y=-400,
Z=200. Hal ini karena ketelitian mesin 0,01 mm, sehingga nilai 400 dilayar monitor
G X Y Z F
N
(M) (I)(D) (J)(S) (K)(H) (L)(T)
00
01
02
dst.
5) Kolom 5: harga Z dari posisi yang akan dituju pahat (satuan 1mm)
6) Kolom 6: besar kecepatan makan dari pahat (satuan mm/menit)
Kode-kode yang (yang tertera dalam kurung), akan muncul secara otomatis
jika kita memberikan kode G atau M tertentu, yang akan dijelaskan kemudian.
BAB III
PEMROGRAMAN
lingkaran (G02 atau G03), posisi yang dituju (X, Y, dan Z) dan kecepatan
pahat (F). baris kedua menyatakan bahwa lingkaran yang terbentuk tidak
sampai seperempat lingkaran /parameter radius (M99), dan menyatakan
jarak antara awal gerak pahat dengan pusat lingkaran (I, J, dan K), dimana:
Harga I adalah jarak arah X dari pusat lingkaran ke titik awal, J adalah jarak
awah Y dari pusat lingkaran ke titik awal sedang K adalah jarak arah Z dari
pusat lingkaran ke titik awal. Harga I,J maupun K selalu positif.
N G X Y Z F
0 90 -10 -10 4
1 03
2 00 8 -10 4
3 00 8 8 4
4 01 8 8 -0.5 50
5 01 42 8 -0.5 50
6 01 42 11 -0.5 50
7 01 8 11 -0.5 50
8 01 8 14 -0.5 50
9 01 42 14 -0.5 50
10 01 42 17 -0.5 50
11 01 8 17 -0.5 50
12 01 8 20 -0.5 50
13 01 42 20 -0.5 50
14 01 42 23 -0.5 50
15 01 8 23 -0.5 50
16 01 8 26 -0.5 50
17 01 42 26 -0.5 50
18 01 42 29 -0.5 50
19 01 8 29 -0.5 50
20 01 8 32 -0.5 50
21 01 42 32 -0.5 50
22 01 42 35 -0.5 50
23 01 8 35 -0.5 50
24 01 8 38 -0.5 50
25 01 42 38 -0.5 50
26 01 42 41 -0.5 50
27 01 8 41 -0.5 50
28 01 8 44 -0.5 50
29 01 42 44 -0.5 50
30 01 42 45 -0.5 50
31 01 8 45 -0.5 50
32 01 8 45 -1 50
33 01 42 45 -1 50
34 01 42 44 -1 50
35 01 8 44 -1 50
36 01 8 41 -1 50
37 01 42 41 -1 50
38 01 42 38 -1 50
39 01 8 38 -1 50
40 01 8 35 -1 50
41 01 42 35 -1 50
42 01 42 32 -1 50
43 01 8 32 -1 50
44 01 8 29 -1 50
45 01 42 29 -1 50
46 01 42 26 -1 50
47 01 8 26 -1 50
48 01 8 23 -1 50
49 01 42 23 -1 50
50 01 42 20 -1 50
51 01 8 20 -1 50
52 01 8 17 -1 50
53 01 42 17 -1 50
54 01 42 14 -1 50
55 01 8 14 -1 50
56 01 8 11 -1 50
57 01 42 11 -1 50
58 01 42 8 -1 50
59 01 8 8 -1 50
60 00 8 8 4
61 00 15 15 4
62 01 15 15 -1.5 50
63 01 35 15 -1.5 50
64 00 35 15 4
65 00 35 41 4
66 01 35 41 -1.5 50
3. Pilih define machine untuk melakukan setting pada mesin dan alat yang
digunakan pilih mill metric, pada tab toolcrib hapus semua tool kecuali pahat
flat end 3mm dan flat end 6mm (sesuai dengan spesifikasi pahat yang
dimiliki) pada post processor pilih Mach III (sesuai dengan software yang
digunakan mesin).
5. Pilih stock manager untuk menentukan dimensi stock (spesimen awal) serta
material yang digunakan.
6. Pilih setup untuk menentukan posisi pahat (arah pemakanan pahat secara
vertikal).
8. Pilih 2.5 Axis mill operation untuk menentukan proses yang dilakukan untuk
proses yang digunakan adalah rough mill.
9. Pada menu feature, centang semua feature yang terdeteksi kemudian pada
menu operation parameter pilih tab roughing kemudian ganti nilai
allowance-nya menjadi 0.
11. Pada bagian huruf C dan dua titik di sebelahnya masih belum diproses,
sehingga harus menambahkan operation plan baru. Pilih 2.5 axis mill
operation kemudian ganti pengerjaannya menjadi contour mill dan pilih
feature yang menandakan bagian huruf C.
12. Kemudian untuk bagian titik di samping, pilih hole machining operation,
pilih operation plan drill dan pada tab feature pilih hole group.
15. Pilih post process untuk membuat G-Code dari operation plan yang sudah
dibuat.
16. Tentukan penyimpanan dan buka filenya untuk memeriksa apakah G-Code
sudah ada.