Anda di halaman 1dari 9

Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.5 No. 2 Th.

2017

PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGERINGAN TERHADAP MUTU BUBUK


BUMBU SATE PADANG

(The Effect of Temperature and Drying Time of Satay Padang Seasoning Powder Quality)

Bunga Yohana Tambunan1,2), Sentosa Ginting1), Linda Masniary Lubis1)


1)Program Studi Ilmu danTeknologi Pangan Fakultas Pertanian USU Medan
Jl. Prof. A. Sofyan No. 3 Kampus USU Medan
2)e-mail : yohana.bunga@yahoo.com

Diterima tanggal : 10 Oktober 2016 / Disetujui tanggal 29 Januari 2017

ABSTRACT
This study was conducted to determine the effect of temperature and drying time of satay padang seasoning powde
qualiity. This research was conducted at the Laboratory of Food Technology, Faculty of Agriculture, University of
Sumatera Utara, Medan, using completely randomized design (CRD) with two factors, i. e :drying temperature (S) :
(40 0C, 50 0C, 600C, and 700C) and drying time (16 hour, 18 hour, 20 hour, and 22 hour). The paramteres analyzed were
yield, water content, ash content, VRS (Volatile Reduce Substance), fiber content, the score value of seasoning powder
and seasoning liquid colour, the score value of taste, the hedonic value taste of seasoning powder and seasoning liquid
flavor.The result showed that drying temperature had highly significant effect on all parameters. Drying time had highly
significant effect on yield, water content, ash content, VRS (Volatile Reduce Substance), fiber content, the score value of
seasoning powder and seasoning liquid colour,and the score value of taste. The interaction between the two factors had
highly significant on yield, water content, and ash content,. The interaction between the two factors had significant effect
on VRS (Volatile Reduce Substance), fiber content, the score value of seasoning powder and taste. Drying temperature
of 60 0C and drying time 20 hours produced the best quality of satay padang seasoning powder.

Keywords : drying temperature, drying time, satay padang seasoning powder

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu dan lama pengeringan terhadap bubuk bumbu sate padang.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
menggunakan rancangan acak lengkap faktorial 2 faktor yaitu suhu pengeringan (S): (40 ºC, 50 ºC, 60 ºC, dan 70 ºC)
dan lama pengeringan (16 jam, 18 jam, 20 jam, dan 22 jam). Parameter yang dianalisa adalah rendemen, kadar air,
kadar abu, VRS (Volatile Reduce Substance), kadar serat, skor warna bubuk bumbu, skor warna bumbu cair, dan skor
rasa, uji organoleptik hedonik rasa, aroma bubuk bumbu, dan aroma bumbu cair.Hasil penelitian menunjukkan bahwa
suhu pengeringan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap semua parameter. Lama pengeringan
memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap rendemen, kadar air, kadar abu, VRS (Volatile Reduce
Substance), kadar serat, skor warna bubuk bumbu dan rasa. Interaksi antara kedua faktor memberikan pengaruh
berbeda sangat nyata terhadap rendemen, kadar air, dan kadar abu. Interaksi antara kedua faktor memberikan pengaruh
berbeda nyata terhadap VRS, kadar serat, skor warna bubuk bumbu dan skor rasa. Suhu pengeringan 60 ºC dan lama
pengeringan 20 jam menghasilkan bubuk bumbu sate padang terbaik.

Kata Kunci : bubuk bumbu sate padang, lama pengeringan, suhu pengeringan

PENDAHULUAN merupakan salah satu makanan yang cukup


diminati masyarakat. Sate padang merupakan
Indonesia terdiri atas berbagai macam suku sebutan untuk tiga jenis varian sate di Sumatera
dan budaya. Kekayaan jenis masakannya Barat yaitu sate padang, sate padang panjang,
merupakan cerminan dari beragamnya budaya dan sate pariaman.
dan tradisi nusantara. Masing-masing daerah Saat ini bumbu sate padang masih dijual
memiliki ciri khas tersendiri termasuk dalam hal dalam bentuk basah di pasar. Akan tetapi,
makanan. Indonesia memiliki berbagai jenis bumbu basah memiliki masa simpan yang tidak
makanan dari berbagai daerah seperti rendang, lama. Maka dari itu dilakukan pengolahan bumbu
soto medan, sate madura, ketoprak, dan sate padang instan dengan metode pengeringan
termasuk juga sate padang. Sate padang untuk memperpanjang masa simpan bumbu,

258
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.5 No. 2 Th. 2017

meminimalisir proses, dan lebih praktis dengan kecepatan gerakan air di bagian dalam
penyajiannya. Menurut Hambali, dkk (2005), bahan menuju permukaan Lebihlanjut,
bumbu instan merupakan campuran dari pengeringan cepat menyebabkan pengerasan
beberapa rempah-rempah dengan komposisi pada permukaan bahan sehingga air dalam
yang telah ditentukan dan dapat langsung bahan tidak dapat lagi menguap karena
digunakan sebagai bumbu masak untuk terhambat. Kondisi pengeringan dengan suhu
masakan pada makanan tertentu. Bumbu instan yang terlalu tinggi dapat merusak bahan.
terdapat dalam dua bentuk yaitu bumbu instan
berbentuk pasta dan bumbu instan berbentuk
kering atau bubuk (powder). Pengolahan bumbu
BAHAN DAN METODA
instan selain untuk tujuan pengawetan juga lebih
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
praktis dalam penggunaannya.
adalah cabai merah, bawang merah, bawang
Tingkat kesibukan masyarakat semakin
putih, jintan, ketumbar, adas, lengkuas, kunyit,
hari semakin meningkat dan menginginkan
jahe, serai, gula, garam, merica, air, tepung
segala sesuatu dalam bentuk instan, termasuk
beras, dan tepung sagu. Reagensia yang
juga dengan kebutuhan bumbu. Bentuk produk
digunakan dalam analisis sifat fisik kimia pada
bumbu di pasaran ada dalam berbagai bentuk
bumbu sate padang instan adalah H2SO4
yaitu bumbu basah dan bumbu bubuk. Bumbu
(asam sulfat) 0,325 N, NaOH (natrium
basah merupakan bumbu yang masih segar
hidroksida) 1,25 N, NaOH 1 N, etanol 95 %,
sedangkan bumbu bubuk merupakan bumbu
KMnO4 (kalium permanganat) 0,02 N, KI (kalium
basah yang dikeringkan. Pengolahan bubuk
iodide) 20 %, Na2S2O3 (natrium tiosulfat),
bumbu instan yang diolah dengan proses
kanji 1 % dan akuades.
pengeringan dilakukan dengan tujuan untuk
memperpanjang masa simpan bumbu, Pembuatan bubuk bumbu sate padang
meminimalisir proses dengan mempercepat Cabai merah, bawang merah, bawang
proses penyajian dan juga mempermudah putih, kunyit, dan jahe disortasi dan dibersihkan
proses transportasi. dari kotoran dan dikupas kulitnya. Jjintan, adas,
Pengeringan merupakan suatu metode ketumbar dihaluskan dengan menggunakan
yang dilakukan untuk menghilangkan sebagian blender. Bahan-bahan tersebut ditimbang
air dari bahan dengan menggunakan energi dengan komposisi cabai merah 14 %, bawang
panas (Winarno,dkk., 1980). Metode putih 10,5 %, bawang merah 17,5 %, jintan 1,5
pengeringan cukup efektif untuk bahan pangan, %, adas 1 %, merica 0,5 %, ketumbar 1,5 %,
karena selain berfungsi untuk memperpanjang gula 6 %, garam 7 %, kunyit 1 %, lengkuas 1 %,
masa simpan, proses pengeringan juga dapat jahe 1 %, dan serai 7,5 %. Kemudian cabai
memudahkan proses pengangkutan, karena merah, bawang putih, bawang merah, lengkuas,
volume bahan sudah berkurang selama proses serai, jahe, dan kunyit diblansing selama 3 menit
pengeringan. Tujuan dari proses pengeringan pada suhu 80 0C. Cabai merah, bawang putih,
yaitu untuk mengurangi kadar air pada bahan bawang merah, lengkuas, jahe, dan kunyit yang
sampai batas dimana mikroorganisme dan telah diblansing dihaluskan dengan blender.
kegiatan enzim yang dapat menyebabkan Setelah itu bahan yang telah dihaluskan dengan
pembusukan dapat terhenti sehingga produk blender dicampur dengan jintan, adas, merica,
dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. ketumbar, gula, garam, serai dan dipanaskan
Suhu merupakan salah satu faktor yang penting sambil diaduk merata selama 1 menit.
dalam proses pengeringan bahan. Perbedaan Didinginkan bahan yang telah dimasak.
suhu pengeringan akan memberikan pengaruh Bumbu sate yang sudah dimasak kemudian
yang berbeda pula terhadap mutu produk olahan dicampur dengan tepung beras 25 % dan tepung
bahan pangan. Suhu yang terlalu tinggi akan sagu 5 %. Seluruh campuran bahan dituang di
dapat menyebabkan kerusakan pada produk atas loyang. Selanjutnya bumbu dikeringkan
pangan, baik dari segi nilai gizi juga berdasarkan suhu pengeringan (40 0C,
penampakan. 50 0C, 60 0C, dan70 0C) dan lama pengeringan
Lama proses pengeringan juga merupakan (16 jam, 18 jam, 20 jam, dan 22 jam).
salah satu faktor yang penting dalam proses Setelah dikeringkan bumbu instan kemudian
pengeringan. Menurut Setyoko dkk. (2008), dihaluskan dengan blenderdan diayak dengan
proses pengeringan juga dipengaruhi energi ayakan stainless komersil. Setelah itu bumbu
pengeringan dan kapasitas pengeringan. dikemas dengan plastik LDPE dan dilapisi
Pengeringan yang terlampau cepat dapat alluminium foil dan disimpan selama 3 hari
merusak bahan karena permukaan bahan terlalu kemudian dilakukan analisa terhadap bubuk
cepat kering sehingga kurang bisa diimbangi bumbu sate padang instan.

259
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.5 No. 2 Th. 2017

Analisa proksimat yang dilakukan terhadap 4 taraf, yaitu:T1= 16 jam,T2 = 18 jam, T3= 20
bubuk bumbu sate padang meliputi kadar air jam,T4= 22 jam. Banyaknya kombinasi perlakuan
(AOAC, 1984), kadar abu (Sudrmadji, atau Treatment Combination (Tc) adalah 4 x 4 =
dkk., 1997), Volatile Substance Reduce (Dirjen 16. Setiap perlakuan dibuat dalam 2 kali.ulangan
perikanan, 1981), kadar serat kasar sehingga jumlah keseluruhan adalah 32 sampel.
(Apriyantono, dkk., 1989), uji organoleptik Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata atau
terhadap warna, aroma, dan rasa (Soekarto, sangat nyata maka dilanjutkan dengan uji Least
1985). Significant Range (LSR).

Analisis data
Penelitian ini dilakukan dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan rancangan acak lengkap (RAL),
yang terdiri dari dua faktor, yaitu:Faktor S : Suhu Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu
pengeringan (S) yang terdiri dari 4 taraf, dan lama pengeringan memberi pengaruh
yaitu:S1= 40 ᵒC, S2= 50 ᵒC, S3= 60 ᵒC, S4= 70 ᵒC terhadap parameter yang diamati seperti yang
Faktor II: Lama pengeringan (T) yang terdiri dari terlihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Pengaruh suhu pengeringan terhadap mutu bubuk bumbu sate padang
Suhu Pengeringan (S)
Parameter
S1=40 oC S2=50 oC S3=60 oC S4=70 oC
Rendemen (%) 52,0385Aa 49,9627Bb 48,3215Cc 46,6561Dd
Kadar Air (%) 8,7342Aa 6,9036Bb 6,0022Cc 4,0315Dd
Kadar Abu (%) 2,3087Aa 2,6380Bb 3,2254Cc 3,6702Dd
VRS (mgrek/g) 32,80 Aa 28,35 Bb 25,50Cc 20,10Dd
Kadar Serat (%) 3,4311 Aa 3,6696 Bb 3,8645Cc 4,1299Dd
Nilai Skor Warna Bubuk Bumbu 3,9417 Aa 3,6833 Bb 3,1833Cc 2,7500Dd
(Numerik)
Nilai Skor Warna Bumbu Cair 3,4333Aa 3,3583Aa 3,0250Bb 2,7000Cc
(Numerik)
Nilai Skor Rasa (Numerik) 4,7500Aa 4,2750Bb 4,0667Cc 3,7083Dd
Nilai Organoleptik Rasa (Hedonik) 4,0750 Aa 3,9083 Bb 3,8250Bb 3,6500Cc
Nilai Organoleptik Aroma Bubuk 4,0500 Aa 3,8833 Aa 3,6333Bb 3,1500Cc
Bumbu (Hedonik)
Nilai Organoleptik Aroma Bumbu 4,0833Aa 3,7833Bb 3,6750Bb 3,5083Cc
Cair (Hedonik)
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf kecil yang berbeda dalam satu baris menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)
(hurufkecil) dan berbeda sangat nyata (P<0,01) (hurufbesar) dengan uji LSR.

Tabel 2. Pengaruh lama pengeringan terhadap mutu bubuk bumbu sate padang
Lama pengeringan (T)
Parameter
T1=16 jam T2=18 jam T3=20 jam T4=22 jam
Rendemen (%) 51,4374Aa 49,7865Bb 48,5092Cc 47,2458Dd
Kadar Air (%) 7,5139Aa 6,7698Bb 6,0167Cc 5,3710Dd
Kadar Abu (%) 2,6966 Aa 2,8809 Bb 3,0375Cc 3,2273Dd
VRS (mgrek/g) 30,40 Aa 27,85 Bb 25,65Cc 22,85Dd
Kadar Serat (%) 3,5921 Aa 3,7255 Bb 3,8384Cc 3,9422Dd
Skor Warna Bubuk Bumbu 3,7333 Aa 3,5583 Ab 3,3750Bc 2,8917Cd
Skor Warna Bumbu Cair 3,2250 3,1250 3,1167 3,0500
Skor Rasa 4,4750Aa 4,2667Bb 4,1583Bc 3,9000Cd
Organoleptik Rasa 3,9250 3,8583 3,8417 3,8333
Organoleptik Aroma Bubuk Bumbu 3,7250 3,7167 3,6917 3,5833
Organoleptik Aroma Bumbu Cair 3,8167 3,7500 3,7917 3,6917
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf kecil yang berbeda dalam satu baris menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)
(hurufkecil) dan berbeda sangat nyata (P<0,01) (huruf besar) dengan uji LSR.

260
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.5 No. 2 Th. 2017

Rendemen Gambar 1 menunjukkan semakin tinggi


Suhu pengeringan memberikan pengaruh suhu dan lama pengeringan maka rendemen
berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap bubuk bumbu yang dihasilkan semakin rendah.
rendemen (Tabel 1).Lama pengeringan Hal ini disebabkan karena air yang diuapkan
memberikan pengaruh berbeda sangat nyata semakin banyak. Hal ini sesuai dengan
(P<0,01) terhadap rendemen (Tabel 2). Interaksi pernyataan Wijana, dkk (2012), menyatakan
antara suhu dan lama pengeringan memberikan bahwa penurunan rendemen disebabkan
pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) semakin tinggi suhu dan semakin lama
terhadap rendemen bubuk bumbu sate padang. pengeringan, sehingga kandungan air yang
Hubungan interaksi suhu dan lama pengeringan teruapkan akan lebih banyak sehingga
bubuk bumbu terhadap rendemen dapat dilihat mengakibatkan rendemen yang dihasilkan
pada gambar 1. menurun.

54 T1;ŷ = -0,08894S + 56,929


r = -0,9349
52
50 T2;ŷ = -0,1254S + 56,859
r = -0,979
48
Rendemen (%)

46 T3;ŷ = -0,1771S + 58,062


44 r = -0,9953
42
40 T4; ŷ = -0,1627S + 55,603
r = -0,9553
38
36
30 40 50 60 70
Suhu pengeringan (ºC)
T1 (16 Jam) T2 (18 Jam)
T3 (20 Jam) T4 (22 Jam)

Gambar 1. Hubungan interaksi antara suhu dan lama pengeringan dengan rendemen bubuk bumbu sate
padang

Kadar Air diuapkan sehingga bahan menjadi semakin


Suhu pengeringan memberikan pengaruh kering dan ringan.
berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar
air (Tabel 1). Lama pengeringan memberikan Kadar Abu
pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) Suhu pengeringan memberikan pengaruh
terhadap kadar air (Tabel 2). Interaksi antara berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar
suhu dan lama pengeringan memberikan abu (Tabel 1). Lama pengeringan memberikan
pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01)
terhadap kadar air bubuk bumbu sate padang. terhadap kadar abu (Tabel 2). Interaksi antara
Hubungan interaksi suhu dan lama pengeringan suhu dan lama pengeringan memberikan
bubuk bumbu terhadap kadar air dapat dilihat pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01)
pada Gambar 2. terhadap kadar abu bubuk bumbu sate padang.
Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa Hubungan interaksi suhu dan lama pengeringan
semakin tinggi suhu dan lama pengeringan, bubuk bumbu terhadap kadar abu dapat dilihat
maka kadar air bubuk bumbu yang dihasilkan pada Gambar 3.
semakin rendah. Hal ini disebabkan semakin Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa
tinggi suhu dan lama pengeringan maka air yang semakin tinggi suhu dan lama pengeringan,
diuapkan semakin banyak. Hal ini sesuai dengan maka persentase kadar abu semakin meningkat.
pernyataan Hal ini sesuai dengan Diza, dkk Hal ini sesuai dengan Sudarmadji, dkk(1989),
(2014), yang menyatakan bahwa proses yang menyatakan bahwa kadar abu tergantung
pengeringan yang semakin lama dan suhu yang pada jenis bahan, cara pengabuan, waktu dan
semakin tinggi menyebabkan banyak air yang suhu yang digunakan saat proses pengeringan.
Semakin tinggi suhu dan waktu yang digunakan

261
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.5 No. 2 Th. 2017

dalam pengeringan maka persentase kadar abu dari dalam bahan semakin besar.
akan semakin meningkat, karena air yang keluar
T1;ŷ = -0,0716S + 12,674 T3;ŷ = -0,0585S + 9,2181
r = -0,9794 r = -0,9952
12 T2;ŷ = -0,0897S + 11,839 T4;ŷ = -0,0674S+ 7,7411
r = -0,9695 r = -0,9758
10
Kadar air (%)

8
6
4
2
0
30 40 50 60 70
Suhu pengeringan (ºC)

T1 (16 Jam) T2 (18 Jam) T3 (20 Jam) T4 (22 Jam)

Gambar 2. Hubungan interaksi antara suhu dan lama pengeringan dengan kadar air bubuk bumbu sate
padang

T1;ŷ = 0,0166S+ 2,3097 T3;ŷ = 0,0189S + 1,5972


5 r = 0,9617 r = 0,9177
T2;ŷ = 0,0124S + 1,626 T4;ŷ = 0,0222S+ 2,4625
4 r = 0,9992 r = 0,9863
Kadar abu (%)

0
30 40 50 60 70
Suhu pengeringan (ºC)
T1 (16 Jam) T2 (18 Jam) T3 (20 jam) T4 (22 Jam)

Gambar 3. Hubungan interaksi antara suhu dan lama pengeringan dengan kadar abu bubuk bumbu sate
padang

VRS (Volatile Substance Reduce) bumbu terhadap VRS dapat dilihat pada
Suhu pengeringan memberikan pengaruh Gambar 4.
berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap VRS Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa
(Tabel 1). Lama pengeringan memberikan semakin tinggi suhu pengeringan dan semakin
pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) lama pengeringan maka VRS di dalam bubuk
terhadap VRS (Tabel 2). Interaksi antara suhu bumbu semakin rendah. Hal ini dikarenakan
dan lama pengeringan memberikan pengaruh semakin tinggi suhu pengeringan dan semakin
berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap lama pengeringan maka senyawa-senyawa yang
VRSbubuk bumbu sate padang. Hubungan bersifat volatil pada bubuk bumbu akan semakin
interaksi suhu dan lama pengeringan bubuk banyak menghilang. Astuti (2009), menyatakan
bahwa pengeringan yang lama memacu

262
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.5 No. 2 Th. 2017

penguapan senyawa mudah menguap sehingga juga VRS mudah menguap pada suhu tinggi dan
kadarnya pada bahan kering menjadi rendah dan sensitif terhadap panas.
40
T1; ŷ = -0,184S + 42,92
35 r = -0,9934
30 T2;ŷ = -0,286S + 44,08
VRS (mgrek/g)

r = -0,9657
25
T3;ŷ = -0,292S + 41,56
20 r = -0,9914
15 T4;ŷ = -0,232S + 32,86
r= -0,9543
10
5
30 40 50 60 70
Suhu pengeringan (ºC)
T1 (16 Jam) T2 (18 Jam) T3 (20 Jam) T4 (22 Jam)

Gambar 4. Hubungan interaksi antara suhu dan lama pengeringan dengan VRS bubuk bumbu sate padang

Kadar serat Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa


Suhu pengeringan memberikan pengaruh semakin tinggi suhu dan lama pengeringan maka
berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar persentase kadar serat semakin tinggi. Hal ini
serat (Tabel 1). Lama pengeringan memberikan dikarenakan semakin tinggi suhu dan lama
pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) pengeringan maka akan semakin banyak air dari
terhadap kadar serat (Tabel 2). Interaksi antara bahan yang hilang sehingga persentase kadar
suhu dan lama pengeringan memberikan serat bahan semakin tinggi. Serat merupakan
pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) bagian dari karbohidrat. Hal ini sesuai dengan
terhadap kadar serat bubuk bumbu sate padang. Muchtadi dan Ayustaningwarno (2010), dengan
Hubungan interaksi suhu dan lama pengeringan mengurangi kadar airnya, bahan pangan akan
bubuk bumbu terhadap kadar serat dapat dilihat mengandung senyawa seperti karbohidrat,
pada Gambar 5. protein, dan mineral yang lebih tinggi.

4
Kadar serat (%)

3
T1;ŷ = 0,011S + 3,9532 T3;ŷ = 0,0094S + 4,3871
2 r = 0,9589 r = 0,9869
T2;ŷ = 0,0104S + 4,2118
T4;ŷ = 0,0149S + 4,4322
1 r= 0,9683
r = 0,9393

0
30 40 50 60 70
Suhu pengeringan (ºC)

T1 (16 Jam) T2 (18 Jam) T3 (20 Jam) T4 (22 Jam)

Gambar 5. Hubungan interaksi antara suhu dan lama pengeringan dengan kadar serat bubuk bumbu sate
padang

263
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.5 No. 2 Th. 2017

Skor warna bubuk bumbu bahwa semakin tinggi suhu pengeringan dan
Suhu pengeringan memberikan pengaruh semakin lama pengeringan maka nilai skor warna
berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap skor semakin turun. Hal ini dikarenakan proses
warna bubuk bumbu (Tabel 1). Lama pemanasan saat pengeringan dapat
pengeringan memberikan pengaruh berbeda menyebabkan terjadinya perubahan warna
sangat nyata (P<0,01) terhadap skor warna terhadap bahan dan memicu terjadinya
bubuk bumbu (Tabel 2). Interaksi antara suhu penurunan mutu. Susanto dan Saneto (1994),
dan lama pengeringan memberikan pengaruh menyatakan bahwa pengaruh pengeringan
berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap skor terhadap kualitas bahan tergantung pada jenis
warna bubuk bumbu sate padang. Hubungan bahan yang dikeringkan, perlakuan pendahuluan,
interaksi suhu dan lama pengeringan bubuk lama pengeringan, jenis proses pengeringan, dan
bumbu terhadap skor warna bubuk dapat dilihat lain-lain.
pada Gambar 6. Pada Gambar 6 dapat dilihat

5
Skor warna bubuk bumbu (numerik)

2 T1;ŷ = -0,0403S + 6,16 T3;ŷ = -0,022S + 4,3933


r = -0,9449 r = -0,9037
1 T2; ŷ = -0,0293S + 5,2967 T4;ŷ = -0,0167S + 3,6667
r = -0,8624 r = -0,9542
0
30 40 50 60 70

Suhu pengeringan (oC)


T1 (16 Jam) T2 (18 Jam) T3 (20 Jam) T4 (22 Jam)
Gambar 6. Hubungan interaksi antara suhu dan lama pengeringan dengan skor warna bubuk bumbu sate
padang

Skor warna bumbu cair (P<0,01) terhadap skor rasa bubuk bumbu (Tabel
Suhu pengeringan memberikan pengaruh 2). Hubungan interaksi antara suhu dan lama
berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap bumbu pengeringan memberikan pengaruh berbeda
cair (Tabel 1). Lama pengeringan memberikan sangat nyata (P<0,01) terhadap skor rasa bubuk
pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap bumbu sate padang. Hubungan interaksi suhu
bumbu cair (Tabel 2). Hubungan interaksi antara dan lama pengeringan bubuk bumbu terhadap
suhu dan lama pengeringan memberikan skor rasa bubuk dapat dilihat pada Gambar 7.
pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap Pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa
warna bumbu cair sate padang.Semakin tinggi semakin tinggi suhu pengeringan dan semakin
suhu pengeringan pada bubuk bumbu, maka lama pengeringan maka nilai skor rasa semakin
warna bumbu yang dicairkan semakin cokelat.
menurun. Hal ini dapat terjadi karena di dalam
Buckle, dkk.(1987), menyatakan bahwa
pengeringan mempunyai beberapa kelemahan bubuk bumbu sate padang instan terdapat cabai
seperti dapat terjadinya perubahan warna, merah, dimana cabai merah mengandung
tekstur, rasa, dan aroma. Sehingga suhu yang capsaicin. Hal ini sesuai dengan Hasrayanti
terlalu tinggi dapat menyebabkanpigmen-pigmen (2013) yang menyatakan bahwa, capsaicin
pada bahan mengalami oksidasi serta dapat sangat rentan terhadap kondisi panas sehingga
menyebabkan bahan gosong (cokelat). suhu dan lama pengeringan untuk mengurangi
Skor rasa kadar air sangat berpengaruh terhadap
Suhu pengeringan memberikan pengaruh kehilangan capsaisin pada cabai. Buckle,
berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap skor dkk.(1987), menyatakan bahwa pengeringan
rasa bubuk bumbu (Tabel 1). Lama pengeringan mempunyai beberapa kelemahan seperti dapat
memberikan pengaruh berbeda sangat nyata

264
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.5 No. 2 Th. 2017

erjadinya perubahan warna, tekstur, rasa, dan aroma.

6
5
Skor rasa (numerik)
4
3 T1;ŷ = -0,0087S + 5,2267 T3;ŷ = -0,02S + 5,1667
2 r = -0,9657 r = -0,9184
T2;ŷ = -0,0263S + 5,7233 T4;ŷ = -0,0183S + 4,7167
1 r = -0,8655
r = -0,9668
0
30 40 50 60 70
Suhu pengeringan (oC)
T1 (16 Jam) T2 (18 Jam) T3 (20 Jam) T4 (22 Jam)

Gambar 7. Hubungan interaksi antara suhu dan lama pengeringan dengan skor rasa bubuk bumbu sate
padang
Hedonik rasa Hedonik aroma bumbu cair
Suhu pengeringan memberikan pengaruh Suhu pengeringan memberikan pengaruh
berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap bumbu berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap bumbu
cair (Tabel 1). Lama pengeringan memberikan cair (Tabel 1). Lama pengeringan memberikan
pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap
bumbu cair (Tabel 2). Hubungan interaksi antara bumbu cair (Tabel 2). Hubungan interaksi antara
suhu dan lama pengeringan memberikan suhu dan lama pengeringan memberikan
pengaruh berbeda tidak nyata(P>0,05) terhadap pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap
warna bumbu cair sate padang.Semakin tinggi warna bumbu cair sate padang.Aroma pada
suhu pengeringan semakin banyak komponen di bumbu menurun sejalan dengan semakin
dalam bahan yang hilang, sehingga tingginya suhu pengeringan, karena zat mudah
mengakibatkan perubahan terhadap rasa pada menguap akan semakin banyak hilang. Buckle
bahan. Buckle, dkk. (1987), menyatakan bahwa ,dkk., (1987), menyatakan bahwa pengeringan
pengeringan mempunyai beberapa kelemahan mempunyai beberapa kelemahan seperti
seperti terjadinya perubahan tekstur, rasa, dan terjadinya perubahan tekstur, rasa, dan aroma.
aroma.
KESIMPULAN
Hedonik aroma bubuk bumbu
Suhu pengeringan memberikan pengaruh 1. Suhu pengeringan memberi pengaruh
berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap bumbu berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap
cair (Tabel 1). Lama pengeringan memberikan rendemen, kadar air, kadar abu, VRS, kadar
pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap serat, skor warna bubuk bumbu, skor warna
bumbu cair (Tabel 2). Hubungan interaksi antara bumbu cair, skor rasa, nilai hedonik rasa,
skor aroma bubuk, dan skor aroma bumbu
suhu dan lama pengeringan memberikan
cair. Semakin tinggi suhu pengeringan
pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap rendemen, kadar air, VRS, skor warna bubuk
warna bumbu cair sate padang. Aroma pada bumbu, skor warna bumbu cair, skor rasa,
bumbu menurun sejalan dengan semakin nilai hedonik rasa, skor aroma bubuk, dan
tingginya suhu pengeringan, karena zat mudah skor aroma bumbu cair semakin menurun.
menguap akan semakin banyak hilang.Buckle Semakin tinggi suhu pengeringan persentase
,dkk., (1987), menyatakan bahwa pengeringan kadar abu dan kadar serat semakin
meningkat.
mempunyai beberapa kelemahan seperti 2. Lama pengeringan memberi pengaruh
terjadinya perubahan tekstur, rasa, dan aroma. berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap
rendemen, kadar air, kadar abu, VRS, kadar

265
Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.5 No. 2 Th. 2017

serat, skor warna bubuk bumbu, dan skor H. Purnomo dan Adiono. UI- Press,
rasa. Semakin lama pengeringan bubuk Jakarta.
bumbu rendemen, kadar air, VRS, skor
warna bubuk bumbu, dan skor rasa semakin Dirjen Perikanan. 1981. Kumpulan Petunjuk
menurun. Semakin lama pengeringan Praktis Pengujian Kimia Hasil Perikanan.
persentase kadar abu dan kadar serat Departemen Perikanan, Medan
semakin meningkat.
3. Hubungan interaksi suhu pengeringan dan Diza, Y. H., T. Wahyuningsih, dan Silfia. 2014.
lama pengeringan memberi pengaruh Penentuan waktu dan suhu pengeringan
berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap optimal terhadap sifat fisik bahan pengisi
bubur kampium instan menggunakan
rendemen, kadar air, kadar abu, serta
berbeda nyata (P<0,05) terhadap VRS, pengering vakum. Jurnal Litbang Industri.
kadar serat, skor warna bubuk bumbu, dan 4(2) : 106-114.
skor rasa. Semakin tinggi suhu Hambali, E., Fatmawati, dan R. Permanik. 2005.
pengeringandan semakin lama waktu Membuat Bumbu Instan Kering. Penebar
pengeringan rendemen, kadar air, VRS, skor Swadaya, Jakarta.
warna bubuk bumbu, dan skor rasa semakin
menurun. Semakin tinggi suhu pengeringan Hasrayanti. 2013. Studi Pembuatan Bumbu Inti
dan semakin lama waktu pengeringan Cabai (Capsicum sp.) dalam Bentuk Bubuk.
persentase kadar abu dan kadar serat Skripsi. Universitas Hasanuddin, Makassar.
semakin meningkat.
4. Dari hasil penelitian yang dilakukan, bubuk Muchtadi, T. R. dan F. Ayustaningwarno. 2010.
bumbu sate padang dengan mutu terbaik Teknologi Proses Pengolahan Pangan.
adalah dengan suhu pengeringan 60 0C Alfabeta, Bandung.
(S3). Pemilihan perlakuan tersebut
berdasarkan parameter nilai kadar air, VRS, Soekarto, S. T. 1985. Penilaian Organoleptik
skor warna bubuk bumbu, dan skor rasa, untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian
serta lama pengeringan 20 jam (T3), Pusat Pengembangan Teknologi Pangan,
pemilihan perlakuan tersebut berdasarkan Bogor.
parameter kadar air, skor warna bubuk
Susanto, T. dan B. Saneto. 1994. Teknologi
bumbu, dan skor rasa.
Pengolahan Hasil Pertananian. Bina Ilmu,
Surabaya.
DAFTAR PUSTAKA
Sudarmadji, S., B. Haryono, dan Suhardi. 1997.
AOAC. 1984. Official methods of Analysis of The Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan
dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta.
Association of Official Analytical
Chemistry.Washington: AOAC. Wijana, S., Sucipto, dan L. M. Sari. 2012.
Pengaruh suhu dan waktu pengeringan
Apriyantono, A., D. Fardiaz, N. L. Puspitasari, terhadap aktivitas antioksidan pada bubuk
Sedamawati, dan S. Budiyanto. 1989. kulit manggis (Garcinia mangostana L.).
Analisa Pangan. PAU Pangan dan Gizi. Jurnal Teknologi Pertanian. 7(5): 1-10.
IPB-Press, Bogor.
Winarno, F. G., S. Fardiazdan D. Fardiaz. 1980.
Astuti, S. M. 2009. Teknik Pengaturan Suhu dan PengantarTeknologiPangan. Gramedia,
Waktu Pengeringan Beku Bawang Daun Jakarta.
(Allium fistulosum L.). Buletin Teknik
Pertanian. 14(1):17-22. Setyoko, B., Senen, dan Darmanto, S. 2008.
Pengeringan ikan teri dengan system
Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet, dan M. vakum dan paksa. Majalah INFO.
Wootton. 1987. Ilmu Pangan. Terjemahan, 10 (1):1-2.

266

Anda mungkin juga menyukai