Anda di halaman 1dari 24

No.

1
2
3
4

5
6
7
8

9
10

11

12

13

14

15

16

17
18
19
20
21
22
23
24

25
26
27

28

29

30

31

32

33

34

35
36

37
38
39

40

41
42
43
44

45
46
47

48

49
50
51
52

53
54
55
56

57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70

71

72

73

74

75

76
77
78

79

80
81

82
83

84
85
86
87
88

89
90
91
92

93

94
95

96
97
98

99
100

101

102
103
104
105

106
107

108

109
110

111

112

113

114

115

116
117
118

119

120

121

122

123

124

125
126
127
128

129
130
131
132
133

134

135
Draf
WALIKOTA BANDUNG
RANCANGAN PERATURAN WALI KOTA BANDUNG
NOMOR: ...........................
TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TENTANG TATA CARA PENERAPAN SANKSI ADMINISTRATIF DALAM


PELINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA BANDUNG
Menimbang :
a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Pelindungan dan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas
di Kota Bandung
b.bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 11 ayat 3

c.bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Peraturan Walikota Bandung tentang Tata Cara Penerapan Sanksi Administrasi
dalam pelindungan dan pemenuhan hak penyandang disabilitas

Mengingat: 1.Daerah-daerah Kota Besar Dalam Lingkungan Propinsi Djawa Timur, Djawa
Tengah, Djawa Barat dan Dalam Daerah Istimewa Jogjakarta (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1955 Nomor 53,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 859);

2.Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5679);

3.Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas (Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5871);

4.Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahab (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5601);

5. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 15 Tahun 2019 tentang Pelindungan dan
Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas (Lembaran Daerah Kota Bandung Tahun 2019 Nomor
15 Tambahan Lembaran Daerah Kota Bandung Nomor 15).
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2O2O tentang Layanan Habilitasi
dan Rehabilitasi Bagi Penyandang Disabilitas
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN WALI KOTA BANDUNG TENTANG
TATA CARA PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI DALAM PELINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK
PENYANDANG DISABILITAS
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah Kota adalah Daerah Kota Bandung

2. Pemerintah Daerah Kota adalah Wali Kota sebagai unsur


penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah otonom
3. Wali Kota adalah Wali Kota Bandung
4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Bandung

5. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Wali Kota dan DPRD dalam penyelenggaraan
urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah

6. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat


DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat Daerah yang berkedudukan sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah Kota.

7. Penyandang Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual,
mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan
lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan
efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.

8. Kesamaan Kesempatan adalah keadaan yang memberikan peluang dan/atau menyediakan


akses kepada Penyandang Disabilitas untuk menyalurkan potensi dalam segala aspek
penyelenggaraan negara dan masyarakat.

9. Penghormatan adalah sikap menghargai atau menerima keberadaan Penyandang Disabilitas


dengan segala hak yang melekat tanpa berkurang.
10. Pelindungan adalah upaya yang dilakukan secara sadar untuk melindungi, mengayomi, dan
memperkuat hak Penyandang Disabilitas.
11.Pemenuhan adalah upaya yang dilakukan untuk memenuhi, melaksanakan, dan
mewujudkan hak Penyandang Disabilitas.

12. Aksesibilitas adalah kemudahan yang disediakan bagi penyandang disabilitas guna
mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan,
termasuk pemanfaatan dan penggunaan bangunan umum, lingkungan dan transportasi umum.
13. Satuan Polisi Pamong Praja, yang selanjutnya disingkat Satpol PP adalah Satuan Polisi
Pamong Praja Kota Bandung
14. Kepala Satuan Polisi Pamong Praja, yang selanjutnya disingkat Kepala Satpol PP adalah
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandung
15. Kecamatan adalah Kecamatan di wilayah Kota Bandung
16. Kelurahan adalaah Kelurahan di wilayah Kota Bandung
17. Setiap orang adalah orang perseorangan atau korporasi, baik
yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum.

18. Lembaga Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya disingkat LKS adalah organisasi sosial atau
perkumpulan sosial yang melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang dibentuk
oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun
yang tidak berbadan hukum.
BAB II
TUJUAN
Pasal 2
Penerapan sanksi administratif di bidang perlindungan dan pemeuhuan hak penyandang
disabilitas bertujuan untuk :
a. melindungi penyandang disabilitas terkait dengan pelindungan dan pemenuhan haknya
b. menanggulangi permasalahan penyandang disabilitas

c. memulihkan kualitas pelayanan bagi penyandang disabilitas

d.memberi efek jera bagi penyelenggara pelindungan dan pemenuhan hak penyandang
disabilitas dan tanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melanggar pelindungan dan
pemenuhan hak penyandang disabilitas
BAB III
WEWENANG DAN RUANG LINGKUP
Pasal 3

(1) Walikota berwenang menerapkan sanksi administratif kepada penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan jika dalam penyelenggaraan pelindungan dan pemenuhan hak penyandang
disabilitas ditemukan pelanggaran terhadap :
a. Dokumen kegiatan ;
b. Izin melaksanakan kegiatan pelindungan dan pemenuhan hak penyandang disabilitas
c. Izin pengumpulan dana dalam pelindungan dan pemenuhan hak penyandang disabilitas
(2) Ruang lingkup Dokumen yang dapat dikenakan sanksi administratif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a meliputi :
a. Pelanggaran hak penyandang disabilitas
b. Membatasi aksesibilitas penyandang disabilitas; dan
c. Mempersulit penyandang disabilitas dalam memenuhi haknya
(3) Walikota Melimpahkan Kewenangan Penerapan Sanksi Administratif Sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kepada Kepala Dinas Sosial.
BAB IV
JENIS SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 4
(1) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 terdiri atas :
a. teguran tertulis;
b. paksaan pemerintah;
c. pemhentian Izin; dan
d. pencabutan Izin.

(2) Pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dan huruf d
dikecualikan bagi pelanggaran terhadap kegiatan pelindungan dan pemenuhan hak
penyandang disabilitas
(3) Teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diterapkan kepada
penanggung jawab kegiatan:

a. yang melaksanakan kegiatan tetapi tidak memiliki izin untuk


menyelenggarakan keiatan pelindungan dan pemenuhan hak
penyandang disabilitas ;
b. yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana tercantum
dalam izin; atau

c. yang tidak melaksanakan rekomendasi sebagaimana


tercantum dalam dokumen kewenangan penyelenggaraan kegiatan pelindungan dan
pemenuhan hak penyandang disabilitas.
(4) Paksaan pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diterapkan apabila
penanggung jawab kegiatan tidak melaksanakan teguran tertulis dengan berupa :
a. penghentian sementara kegiatan;
b. penghentian sementara seluruh kegiatan;atau
c. tindakan lain yang bertujuan untuk menghentikan pelanggaran dan tindakan melanggar hak
penyandang disabilitas
(5) Pengenaan paksaan pemerintah dapat dijatuhkan tanpa
didahului teguran tertulis apabila pelanggaran yang dilakukan menimbulkan :
a. ancaman yang sangat serius bagi penyandang disabilitas
b. dampak yang lebih besar dan lebih luas jika tidak segera
dihentikan.
Pasal 5
Penerapan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dilakukan dengan
ketentuan:
a. bertahap;
b. bebas; dan/atau
c. kumulatif.
Pasal 6

(1) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dilaksanakan oleh Dinas Sosial
berdasarkan:
a. laporan pelaksanaan izin;
b. laporan pelaksanaan rekomendasi dokumen; dan/atau
c. pengaduan masyarakat.

(2) Masyarakat dapat menyampaikan pengaduan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf c kepada Kepala Dinas Sosial atau melalui kelurahan dan/atau
kecamatan.

(3) Kelurahan dan/atau kecamatan yang menerima pengaduan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) meneruskan pengaduan masyarakat dimaksud kepada Kepala Dinas Sosial.
Pasal 7

(1) Dalam menerapkan sanksi administratif, Kepala Dinas Sosial selain mendasarkan pada
peraturan perundang-undangan juga harus memperhatikan :
a. prosedur yang tepat;
b. ketepatan penerapan sanksi;
c. kepastian tiadanya cacat yuridis dalam penerapan sanksi;
dan
d. asas kelestarian dan keberlanjutan.
(2) Pelaksanaan penerapan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dalam bentuk suatu keputusan.

(3) Keputusan penerapan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disampaikan kepada penanggung jawab kegiatan dan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja
sebagai tembusan.
BAB V
TATA CARA PENERAPAN SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 8

(1) Kepala Dinas Sosial dalam menerapkan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (1) dilaksanakan dengan mekanisme sebagai berikut :
a. berdasarkan berita acara pemeriksaan ditempat atau alat bukti lain yang dapat
dipertanggungjawabkan sebagai tindak lanjut dari pengawasan dan/atau pengaduan, Kepala
Dinas Sosial :

1. menerbitkan surat teguran tertulis kepada penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan untuk
segera menghentikan pelanggaran dan/atau memulihkan kondisi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku; atau
2. mengenakan paksaan pemerintah kepada penanggung jawab kegiatan apabila pelanggaran
yang dilakukan menimbulkan :
a. ancaman yang sangat serius bagi penyandang disabilitas
b. dampak yang lebih besar dan lebih luas jika tidak segera
dihentikan kegiatan ; dan/atau
c. kerugian yang lebih besar bagi penyandang disabilitas dan
masyarakat jika tidak segera dihentikan kegiatan.

b. apabila penanggung jawab atau kegiatan tidak mematuhi surat teguran tertulis sesuai
dengan jangka waktu yang ditetapkan dalam surat teguran tertulis sebagaimana dimaksud
pada huruf a angka 1, maka Kepala Dinas Sosial dapat menerapkan salah satu atau lebih sanksi
administratif sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b, huruf c dan/atau huruf d.

c. apabila penanggung jawab kegiatan tidak melaksanakan paksaan pemerintah sebagaimana


dimaksud pada huruf a angka 2, maka Kepala Dinas Sosial dapat menerapkan salah satu atau
lebih sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(1) huruf c dan/atau huruf d.

(2) Dalam melaksanakan pengenaan sanksi administratif berupa


paksaan pemerintah, Kepala Dinas Sosial dapat mengajukan
permohonan bantuan penertiban kepada Kepala Satpol PP.

(3) Berdasarkan surat permohonan bantuan penertiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Kepala Satpol PP melakukan paksaan pemerintah.
(4) Pelaksanaan paksaan pemerintah dituangkan ke dalam Berita
Acara, yang ditandatangani oleh : a. unsur Dinas Sosial dan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang
saksi yang berasal dari unsur kecamatan dan/atau unsur kelurahan; atau b. unsur Dinas Sosial,
unsur Satpol PP dan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang saksi yang berasal dari unsur kecamatan
dan/atau unsur kelurahan apabila pelaksanaan paksaan pemerintah dilakukan oleh Kepala
Satpol PP berdasarkan permohonan bantuan penertiban oleh Kepala BLH kepada Kepala Satpol
PP.
Pasal 9
(1) Penanggung jawab kegiatan dapat mengoperasikan kembali obyek kegiatan yang dikenakan
sanksi apabila:
a. telah memulihkan kondisi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku; dan/atau
b. memenuhi kewajiban sebagaimana tercantum dalam
keputusan sanksi administrasi.

(2) Pengoperasian kembali obyek kegiatan yang dikenakan sanksi


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui
penetapan keputusan oleh Kepala Dinas Sosial.

(3) Penerbitan keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus didahului dengan
peninjauan dan/atau pemantauan
Dinas Sosial.
BAB VI
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 10

Contoh jenis pelanggaran dan penerapan sanksi administratif, serta bentuk keputusan
pengenaan sanksi administratif adalah sebagaimana tercantum dalam lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 11
Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Kota Bandung.

Ditetapkan di Bandung pada tanggal Oktober 2021


WALIKOTA BANDUNG, ttd.
ODED MUHAMMAD DANIAL

Diundangkan di Bandung pada tanggal Oktober 2021


SEKRETARIS DAERAH KOTA BANDUNG, ttd.
EMA SUMARNA
BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN 2021 NOMOR
Usulan perubahan Perubahan
tidak ada perubahan
tidak ada perubahan
tidak ada perubahan
tidak ada perubahan

tidak ada perubahan


tidak ada perubahan
tidak ada perubahan
tidak ada perubahan

tidak ada perubahan


tidak ada perubahan

tidak ada perubahan

tidak ada perubahan

tidak ada perubahan

tidak ada perubahan

tidak ada perubahan

tidak ada perubahan

tidak ada perubahan


tidak ada perubahan
tidak ada perubahan
tidak ada perubahan
tidak ada perubahan
tidak ada perubahan
tidak ada perubahan
tidak ada perubahan

tidak ada perubahan


tidak ada perubahan
tidak ada perubahan

tidak ada perubahan

tidak ada perubahan

7. Penyandang Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami


keistimewaan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam
jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan
dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi
secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan
kesamaan hak.

tidak ada perubahan

9. Penghormatan adalah sikap menghargai atau menerima


keberadaan Penyandang Disabilitas dengan segala hak yang
melekat tanpa berkurang dan diskriminasi.

tidak ada perubahan

tidak ada perubahan

tidak ada perubahan


tidak ada perubahan

tidak ada perubahan


tidak ada perubahan
tidak ada perubahan

tidak ada perubahan

tidak ada perubahan


tidak ada perubahan
tidak ada perubahan
tidak ada perubahan

tidak ada perubahan


tidak ada perubahan
tidak ada perubahan
c. memulihkan dan menjaga kualitas pelayanan bagi penyandang
disabilitas

tidak ada perubahan


tidak ada perubahan
tidak ada perubahan
tidak ada perubahan

tidak ada perubahan


tidak ada perubahan
tidak ada perubahan
tidak ada perubahan

tidak ada perubahan


tidak ada perubahan
tidak ada perubahan
tidak ada perubahan
d. Sikap diskriminatif terhadap penyandang disabilitas
(3) Walikota Melimpahkan Kewenangan Penerapan Sanksi
Administratif Sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada tim
koordinasi yang terdiri dari Seluruh Kepala Dinas dan Perwakilan
Organisasi Penyandang Disabilitas.
tidak ada perubahan
tidak ada perubahan
tidak ada perubahan
tidak ada perubahan
tidak ada perubahan
tidak ada perubahan
tidak ada perubahan
tidak ada perubahan

tidak ada perubahan

tidak ada perubahan

tidak ada perubahan

tidak ada perubahan

tidak ada perubahan

tidak ada perubahan


tidak ada perubahan
tidak ada perubahan

tidak ada perubahan

tidak ada perubahan


tidak ada perubahan

tidak ada perubahan


tidak ada perubahan

tidak ada perubahan


tidak ada perubahan
tidak ada perubahan
tidak ada perubahan
tidak ada perubahan

(1) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dilaksanakan


oleh tim koordinasi yang terdiri dari Seluruh Kepala Dinas dan
Perwakilan Organisasi Penyandang Disabilitas. berdasarkan:
tidak ada perubahan
tidak ada perubahan
tidak ada perubahan

(2) Masyarakat dapat menyampaikan pengaduan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf c kepada tim koordinasi yang terdiri
dari Seluruh Kepala Dinas, Perwakilan Organisasi Penyandang
Disabilitas dan Lembaga Advokasi di Kota Bandung atau melalui
kelurahan dan/atau kecamatan.

(3) Kelurahan dan/atau kecamatan yang menerima pengaduan


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meneruskan pengaduan
masyarakat dimaksud kepada Seluruh Kepala Dinas.
tidak ada perubahan

(1) Dalam menerapkan sanksi administratif, seluruh Kepala Dinas


selain mendasarkan pada peraturan perundang-undangan juga
harus memperhatikan :
tidak ada perubahan
b. ketepatan dan ketegasan penerapan sanksi;

tidak ada perubahan


tidak ada perubahan

tidak ada perubahan

tidak ada perubahan


tidak ada perubahan
tidak ada perubahan
tidak ada perubahan

(1) Seruruh Kepala Dinas dalam menerapkan sanksi administratif


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dilaksanakan dengan
mekanisme sebagai berikut :
a. berdasarkan berita acara pemeriksaan ditempat atau alat bukti
lain yang dapat dipertanggungjawabkan sebagai tindak lanjut dari
pengawasan dan/atau pengaduan, Seluruh Kepala Dinas :

tidak ada perubahan

tidak ada perubahan


tidak ada perubahan

tidak ada perubahan

tidak ada perubahan

b. apabila penanggung jawab atau kegiatan tidak mematuhi surat


teguran tertulis sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan dalam
surat teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 1,
maka Seluruh Kepala Dinas dapat menerapkan salah satu atau
lebih sanksi administratif sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b, huruf c dan/atau huruf d.

c. apabila penanggung jawab kegiatan tidak melaksanakan paksaan


pemerintah sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 2, maka
Seluruh Kepala Dinas dapat menerapkan salah satu atau lebih
sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
huruf c dan/atau huruf d.

(2) Dalam melaksanakan pengenaan sanksi administratif berupa


paksaan pemerintah, Seluruh Kepala Dinas dapat mengajukan
permohonan bantuan penertiban kepada Kepala Satpol PP.

(3) Berdasarkan surat permohonan bantuan penertiban


sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Seluruh Kepala Satpol PP
melakukan paksaan pemerintah.
(4) Pelaksanaan paksaan pemerintah dituangkan ke dalam Berita
Acara, yang ditandatangani oleh : a. unsur Kedinasan dan sekurang-
kurangnya 2 (dua) orang saksi yang berasal dari unsur kecamatan
dan/atau unsur kelurahan; atau b. unsur Seluruh Dinas, unsur
Satpol PP dan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang saksi yang berasal
dari unsur kecamatan dan/atau unsur kelurahan apabila
pelaksanaan paksaan pemerintah dilakukan oleh Kepala Satpol PP
berdasarkan permohonan bantuan penertiban oleh Kepala BLH
kepada Kepala Satpol PP.
tidak ada perubahan

tidak ada perubahan


a. telah memulihkan dan mejaga kondisi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku; dan/atau

tidak ada perubahan

c. masyarakat dapat mengakses bentuk-bentuk sanksi administratif


yang meliputi denda, pencubtan izin dan lainnya yang diumumkan
di sosial media setiap kedinasan dan media cetak maupun
electronik.
d. Dana dari denda administratif digunakan untuk kepentingan
kebutuhan untuk disabilitas itu sendiri.

(2) Pengoperasian kembali obyek kegiatan yang dikenakan sanksi


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui
penetapan keputusan oleh Seluruh Kepala Dinas.

(3) Penerbitan keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


harus didahului dengan peninjauan dan/atau pemantauan
Seluruh Dinas Kota Bandung.
tidak ada perubahan
tidak ada perubahan
tidak ada perubahan

tidak ada perubahan


tidak ada perubahan
tidak ada perubahan
tidak ada perubahan
tidak ada perubahan

Ditetapkan di Bandung pada tanggal Febuari 2023


WALIKOTA BANDUNG, ttd.
Yana Mulyana

Diundangkan di Bandung pada tanggal Febuari 2023


SEKRETARIS DAERAH KOTA BANDUNG, ttd.
EMA SUMARNA
BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN 2021 NOMOR

Anda mungkin juga menyukai