Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS RISIKO OPERASIONAL DI PERGURUAN TINGGI

ANALISIS RISIKO OPERASIONAL


DI PERGURUAN TINGGI
Oleh:
Jener David Syamsia: Pascasrjana UKI
Dr. Ir. Ktut Silvanita Mangani, MA: Dosen UKI
Dr. M.L. Denny Tewu, SE.MM: Dosen UKI
Email:pps-mih@uki.ac.id: Dosen
ABSTRAK terintegrasi; dan (10) budaya masyarakat yang tidak
Penelitian ini dilakukan di Perguruan Tinggi tentang mendukung. Risiko yang ditimbulkan dari kejadian yang
risiko operasional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk tidak diinginkan dengan bobot risiko sedang sampai sangat
menganalisis risiko operasional yang diakibatkan dari tinggi. Kejadian yang tidak dikehendaki telah dimitigasi
hubungan kelembagaan Yayasan XY dan Universitas sesuai dengan peluang dan dampak.
X. Secara spesifik tujuan penelitian ini adalah (1) Kata Kunci: perguruan tinggi, risiko operasional
mengidentifikasi kejadian-kejadian yang tidak dikehendaki
(KTD) yang diakibatkan dari hubungan kelembagaan
antara Yayasan XYdanUniversitas X;(2) menganalisis I. PENDAHULUAN
seberapa besar risiko operasional dari kejadian-kejadian
yang tidak dikehendaki; dan (3) memitigasi risiko sesuai 1.1 Latar Belakang Masalah
dengan peluang dan dampak.Untuk menemukan data yang
valid dan reliable maka metode penelitian yang digunakan Manajemen risiko merupakan aspek penting dari
dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik kehidupan institusi moderen yang telah diterapkan oleh
pengumpulan data observasi partisipatif, wawancara,studi banyak institusi seperti perbankkan, dunia usaha dan bisnis,
dokumen, dan angket. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemerintahan dan universitas. Penelitian inimengeksplorasi
ada sepuluh kejadian yang tidak dikehendaki yaitu (1) topik manajemen risiko di Universitas, dengan menjadikan
pengangkatan dosen dan pegawai tidak sesuai SOP; (2) Universitas X di Kabupaten Halmahera Utara, Maluku
aktivitas perkuliahan terhambat; (3) peran YPKH yang pasif; Utara sebagai kasus yang dianalisis. Secara spesifik
(4) pemberhentian rektor tidak sesuai amanat statuta; (5) penelitian ini memotret risiko operasional (operational
intervensi dewan Pembina; risk) dalam hubungan kelembagaan Yayasan dan Universitas.
(6) kurangnya kompetensi direktur human resources Mengapa risiko operasional di Universitas penting?
development; (7) penunjukan rektor tidak sesuai kebutuhan Mengapa fokus pada risiko operasional? dan mengapa
kampus pasca konflik; (8) pembayaran biaya kuliah hubungan kelembagaan di Universitas?
secaracicil; (9) sistem akademik dan keuangan belum Argumentasi pertama yang dibangun dalam studi ini

Jener David Syamsia n Dr. Ir. Ktut Silvanita Mangani, MA n Dr. M.L. Denny Tewu, SE.MM 51
ANALISIS RISIKO OPERASIONAL DI PERGURUAN TINGGI

adalah bahwa manajemen risiko sangat penting diterapkan di keputusan institusional, dalam rangka mencapai tujuan
Universitas (Halim, 2007; Brewer dan Walker, 2010; Lundquist, kelembagaan dan memenuhi misi mereka.
2015; Md. Sum dan Md. Saad, 2017; Muhlis dan Supriyadi, 2018; Di Asia seperti Malaysia sebagaimana dijelaskan Ariff et
Mendoza, et.al, 2019) sebagai alat manajemen yang efektif al (2014), bahwa sejak tahun 2011 diperkenalkan University
untuk membantu Universitas mencapai tujuan strategis. Good Governance Index (UGGI) mengharuskan universitas
Karena Universitas seperti institusi lain yang mengelolah negeri di Malaysia untuk menerapkan manajemen risiko
banyak layanan (Mitroff et al, 2006) termasuk mengelolah yang terorganisir karena Universitas akan bersaing di
bisnis Universitas yang rumit (Lundquist, 2015). pasar pendidikan tinggi, mengejar peringkat tinggi di
Studi ini fokus memotret dimensi manajemen risiko peringkat universitas dunia, meningkatnya persaingan
operasional. Mananjemen risiko operasional adalah sebuah dalam mendapatkan kualitas siswa internasional, dan
kerangka pengelolaan risiko yang muncul dalam kegiatan/ bersaing secara global dalam hal penelitian, pengajaran
aktivitas sehari-hari untuk benar-benar melaksanakan dan pembelajaran. Hal tersebut lebih ditegaskan Ahmad et
strategi organisasi dalam mencapai tujuan (Belluz, 2010) al (2016) menyatakan perguruan tinggi negeri di Malaysia
dengan didasarkan pada empat dimensi yaitu orang tidak dapat menghindari manajemen risiko dalam mengelola
yang melaksanakan kegiatan, proses yang mendukung, berbagai risiko. Mereka mengidentifikasi meningkatnya
sistem yang memfasilitasi dan peristiwa eksternal yang permintaan untuk pemerintahan otonom terutama dalam
mempengaruhi (Basel II, 2004; Girling, 2013). pengambilan keputusan keuangan dan sumber daya telah
Batasan atau ruang lingkup kajian pada hubungan jelas membuat perguruan tinggi harus bertanggung jawab
kelembagaan Yayasan- Universits di Universitas X atas kebebasan yang diberikan kepada mereka.
ditentukan berdasarkan pada personal reflections sebagai Di Indonesia, studi tentang manajemen risiko di Perguruan
pengelola atas kondisi Universitas X dan hasil bacaan Tinggi (Mukhlis dan Supriyadi, 2018) yang menyoal desain
riset-riset terdahulu yang menunjukan ada cela yang sistem manajemen risiko pada PerguruanTinggi Negeri Badan
perlu dilengkapi. Studi manajemen risiko di Universitas Hukum (PTN-BH) dengan studikasus di Universitas Gadja
lebih sepi, dibandingkan studi manajemen risiko di sektor Mada (UGM) Yogyakarta. Dengan pendekatan kualitatif, studi
perbankan, dunia usaha dan bisnis maupun di bidang ini menemukan bahwa manajemen risiko di UGM masih
pemerintahan. Meski lebih sepi, fokus ini dapat ditelusuri bersifat parsial dan belum terintegrasi. Meski manajemen
dan terus berkembang. Dalam penelitian yang dilakukan mutu perguruan tinggi telah diterapkan dengan cukup
Halim(2007) University of Nottingham ia menemukan bahwa kuat, namun penting untuk mengatur sistem manajemen
Universitas Nottingham semakin berupaya meningkatkan risiko di UGM dengan lebih terstruktur dan sistematis
kemampuan dan sumber daya internal mereka untuk dengan tawaran model rekomendasi pembentukan struktur
mengelola risiko-risiko dengan lebih baik, namun dalam organisasi sekaligus mengadopsi standart proses manajemen
penerapannya membutuhkan beberapa penyesuaian resiko AS/NZS31000:2009.
karena perbedaan konteks dengan institusi bisnis. Dalam Meskipun manajemen risiko di perguruan tinggi telah
perjalanannya, pemanfaatan manajemen risiko di Inggris dieksplorasi, ada beberapa celah yang perlu dilengkapi.
semakin melembaga. Brewer dan Walker (2010) dalam Pertama; dari aspek fokus studi riset-riset diatas
risetnya di Universitas-Universitas Australia menyatakan (pengecualian di Amerika) seluruhnya memfokuskan pada
bahwa manajemen risiko yang ditempatkan dalam struktur bagaimana Universitas Negeri dikelola dengan manajemen
tata kelolah kelembagaan akan memfasilitasi ‘penanaman’ risiko yang tersistematis (Halim, 2007; Brewer dan Walker,
budaya manajemen berbasis risiko di dalam organisasi. 2010; Ariff et al. 2014; Lundquist, 2015; Ahmad et al.
Lebih spesifik Lundquist (2015) yang dalam risetnya 2016; Muhlis dan Supriyadi, 2018; Mendoza, et.al, 2019)
mempertanyakan bagaimana adopsi implementasi dan dan tidak menyentuh model manajemen risiko pada
integrasi Enterprise Risk Management (ERM) pada Colleges universitas swasta. Kasus Amerika Serikat merupakan
and Universities di Amerika Serikat ia menjelaskan ketika pengecualiaan yang khusus karena konteks negara
ERM semakin matang dalam pendidikan tinggi, para yang sudah sangat maju dan pengelolaan universitasnya
pengambil keputusan, menemukan cara untuk mengadopsi mengadopsi model privatisasi meskipun universitas
dasar ERM ke budaya pendidikan tinggi, dengan tujuan tersebut merupakan milik negara. Kedua, riset-riset di
menanamkan manajemen risiko dengan praktik bisnis, atas tidak menyentu isu dan mengeksplorasi bagaimana
tata kelola kelembagaan, dan perencanaan strategis, dan universitas yang baru berkembang menghadapi risiko-
termasuk secara eksplisit diskusi risiko dalam pengambilan risiko dan mitigasi yang dilakukan. Ketiga, riset-riset di

52 Jener David Syamsia n Dr. Ir. Ktut Silvanita Mangani, MA n Dr. M.L. Denny Tewu, SE.MM
ANALISIS RISIKO OPERASIONAL DI PERGURUAN TINGGI

atas juga tidak mengelaborasi bagaimana perguruan tinggi yang telah terbangun, dirubah dengan kebijakan mahasiswa
di lingkungan masyarakat komunal (masyarakat adat, dapat mencicil setiap minggu. Kebijakan ini dibuat dengan
gereja, kekeluargaan yang kuat dan kelompok- kelompok harapan meringankan mahasiswa dalam pembayaran, tetapi
sosial masyarakat), dan berpengaruh secara eksternal justru kebijakan itu membuat mahasiswa menjadi tidak
dan internal.Dengan memperhatikan celah riset tersebut, tertib dalam membayar. Salah satu perilaku tidak tertib
studi ini mengkontekskan manajemen risiko operasional dalam membayar biaya kuliah adalah mahasiswa tidak
dalam hubungan kelembagaan Yayasan XY- UniversitasX membayar mengikuti aturan cicil melainkan menunggu
yang merupakan sebuah Universitas swasta, berusia relatif diakhir semester baru mahasiwa melakukan pembayaran.
baru (11 tahun), terletak di bagian Timur Indonesia. Secara Dalam kondisi pembayaran mahasiswa seperti itu sudah
empiris Universitas X memiliki sejarah yang cukup panjang, dapat dibayangkan bagaiman kondisi keuangan pada saat
yang dimulai dari Akademi Theologia Gereja Masehi itu. Disaat kondisi keuangan yang sangat memperihatinkan
Injili di Halmahera didirikan tahun 1967 yang kemudian penambahan dosen terus dilakukan sehingga menyebabkan
dikembangkan menjadi Sekolah Tinggi Theologia 1980- beban keuangan kampus semakin meningkat. Disisi lain,
an, dan pada tahun 2008 menjadi Universitas. Universitas Yayasan tetap konsisten bukan sebagai lembaga profit,
X berada dibawah Yayasan XY. Dalam pengembangan itu, sehingga dalam hal keuangan satu-satunya sumber adalah
Sekolah Tinggi Teologi melebur menjadi Fakultas Teologi. biaya pendidikan yang dibayar mahasiswa.
Universitas X berkembang cukup baik dengan jumlah Pada titik ini jelas terlihat masalah empiris dalam
mahasiswa yang terus meningkat, namun pada tahun 2013 melaksanakan kegiatan operasional di Uniersitas X yang
akhir Universitas X menghadapi tantangan oleh karena dipengaruhi oleh hubungan kelembagaan Yayasan dan
konflik dualisme kepemimpinan. Konflik di Universitas X Universitas. Secara ideal Statuta harus menjadi pegangan
bukan merupakan satu-satunya konflik di Perguruan Tinggi utama yang memfasilitasi perbedaan tafsir dalam UU
Swasta (PTS). Dalam catatan kompas edisi 5 Juli 2016, terdapat yang berlaku, sehingga baik Yayasan maupun Universitas
205 PTS- Yayasan yang mengalami konflik. Berdasarkan dapat bersama-sama mewujudkan tujuan yang diharapkan.
faktar empiris dan refleksi penulis, konflik di Universitas X Risiko operasional yang efektif meningkatkan kemampuan
disebabkan oleh persoalan tata kelola kelembagaan meliputi lembaga untuk mencapai sasaran bisnisnya. Menfokuskan
hubungan kelembagaan Yayasan dan Universitas. Klaim upayanya pada aktifitas yang menghasilkan pendapatan,
kewenangan (agency theory) yang menyandarkan argumentasi bukannya mengelola krisis demi krisis.
pada peraturan perundangan terjadi diantara Yayasan dan Tujuan utama yang hendak dicapai dari penulisan
Universitas. Yayasan mengklaim kewenangan sebagai badan dan penelitian ini adalah untuk mengetahui kontruksi
hukum penyelenggara pendidikan tinggi melalui Undang- manajemen risiko operasional di Universitas Halmahera,
Undang Nomor 28 Tahun 2004 (UU-28/2004). Sementara sehingga dapat menganalisis dan:
disisilain, Universitas juga mengklaim sebagai pimpinan 1. Mengidentifikasi risiko operasional yang terjadi dalam
Perguruan Tinggi (PT) yang menyelenggarakan program hubungan kelembagaan antara Yayasan danUniversitas
pendidikan akademik sehingga bertanggungjawab dengan 2. Mengukur besaran peluang dan dampak dari kejadian
seluruh bagian terkait, termasuk sumber daya dan keuangan. yang tidak dikehendaki dalam hubungan kelembagaan
Pengurus yayasan maupun Universitas memiliki tafsiran antara Yayasan dan Universitas
yang berbeda soal hubungan kelembagaan dengan segala 3. Memitigasi peluang dan dampak yang tidak dikehendaki
kewenangan yang ada pada masing-masing pihak. Oleh karena antara Yayasan dan Universitas
masing-masing mengklaim kewenangannya sehingga kedua
pihak mengabaikan aspek-aspek formal yang ditetapkan II. LANDASAN TEORI DAN
bersama yaitu Statuta Universitas. KERANGKA BERPIKIR
Konflik tersebut berimplikasi nyata pada tata kelolah
kelembagaan di Universitas X. Pergantian rektor periode 2.1 Landasan Teori
2014-2018 yang dianggap sebagai jalan tengah justru
menimbulkan masalah-masalah lain. Gaya kepemimpinan 2.1.1 Konsepsi tentang Pendidikan Tinggi
populis sebagai jalan tengah berakibat pada perekrutan
dosen, karyawan, dan pengangkatan pejabat yang sebagaian a. Tata Kelolah Kelembagaan
besar tidak memenuhi syarat minimal yang tertulis dalam Pendirian PTS diatur oleh Undang-Undang No. 12
statuta Universitas. Di bidang keuangan sistem pembayaran Tahun 2012 pada Pasal 60 ayat (2) tentang Pendidikan

Jener David Syamsia n Dr. Ir. Ktut Silvanita Mangani, MA n Dr. M.L. Denny Tewu, SE.MM 53
ANALISIS RISIKO OPERASIONAL DI PERGURUAN TINGGI

Tinggi adalah PTS didirikan oleh Masyarakat dengan digunakan sebagai landasan penyusunan peraturan dan
membentuk badan penyelenggara berbadan hukum yang prosedur operasional di masing-masing PTS.
berprinsip nirlaba dan wajib memperoleh izin Menteri. Statuta PTS ditetapkan oleh Badan Penyelenggara
Pada Pasal 60 ayat (6) Perubahan atau pencabutan izin (antara lain berbentuk yayasan, perkumpulan, persyarikatan,
PTS dilakukan oleh menteri sesuai dengan ketentuan dan badan hukum nirlaba lain) yang telah berstatus badan
peraturan perundang-undangan. Pada Pasal 60 ayat (3) hukum. Statuta PTS tersebut disusun sesuai dengan tata
Badan penyelenggara sebagaimana dimaksud pada ayat nilai, perkembangan, dan kebutuhan masing-masing PTS,
(2) dapat berbentuk yayasan, perkumpulan, dan bentuk selaras dengan Rencana Strategis Kementerian Riset,
lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, dan sesuai dengan
undangan. Persyaratan selanjutnya Perguruan Tinggi ketentuan peraturan perundang-undangan.
yang didirikan harus memenuhi standar minimum Pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun
akreditasi, dan Perguruan Tinggi wajib memiliki Statuta. 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan
Sebagaimana yang dijelaskan di atas bahwa pendirian PTS Pengelolaan Perguruan Tinggi mengatur bahwa pengaturan
oleh masyarakat harus berbentuk badan hukum yang pengelolaan perguruan tinggi (termasuk PTS) memuat
berprinsip nirlaba, sehingga pendirian PTS dapat berbentuk antara lain pengaturan mengenai: (a) otonomi Perguruan
Yayasan, perkumpulan, dan bentuk lain yang berprinsip Tinggi; (b) pola Pengelolaan Perguruan Tinggi; (c) tata kelola
nirlaba. Bahwa badan penyelenggara pendidikan tinggi Perguruan Tinggi; dan (d) akuntabilitas publik.
swasta harus nirlaba, sehingga menjadi syarat utama dalam Pengaturan Otonomi Perguruan Tinggi di PTS
menyelenggara pendidikan tinggi dengan tidak mengambil berdasarkan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 12 Tahun
keuntungan dari kegiatan penyelenggaraan pendidikan 2012 dilaksanakan berdasarkan prinsip: (a) akuntabilitas;
tinggi. Keuntungan yang diperoleh digunakan untuk jaminan (b) transparansi; (c) nirlaba; (d) penjaminan mutu; dan (e)
dan pengembangan pendidikan tinggi melalui perbaikan efektivitas dan efisiensi.
Sumber Daya Manusia (SDM), tata kelola, infrastruktur dan Otonomi pendidikan bagi perguruan tinggi merupakan
kegiatan dalam melaksanakan penyelenggaraan pendidikan kewenangan dan kemampuan perguruan tinggi untuk
tinggi. menjalankan kegiatan mandiri di bidang akademik maupun
Permenristekdikti Nomor 16 Tahun 2018 menjelaskan non-akademik agar mutu pendidikan melalui perguruan
bahwa perguruan tinggi pada umumnya, termasuk tinggi di Indonesia semakin meningkat sehingga dapat
perguruan tinggi swasta (PTS), pada hakikatnya merupakan bersaing secara global. Peningkatan kualitas ini terkait
satuan pendidikan tinggi yang mengemban misi untuk dengan empat tantangan yang dihadapi perguruan
mencari, menemukan, menyebarluaskan, dan menjunjung tinggi. Upaya tersebut dilakukan melalui pemberdayaan
tinggi kebenaran. Selain itu, PTS memiliki tugas untuk kelembagaan melalui otonomi perguruan tinggi. Hasil
menyelenggarakan Tridharma Perguruan Tinggi, yaitu analisis data menunjukkan bahwa otonomi perguruan
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. tinggi yang dijalankan meliputi otonomi keilmuan, otonomi
Melalui penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi tata kelola pendidikan, dan otonomi tata kelola lembaga,
tersebut, PTS harus mampu berperan dalam menghasilkan sebagai dimensi otonomi perguruan tinggi.
sumber daya manusia yang bermutu, inovasi ilmu Dari penjelasan di atas bahwa 5 (lima) prinsip Perguruan
pengetahuan dan teknologi, dan mampu berperan aktif, Tinggi harus dilaksanakan meliputi bidang akademik dan
baik dalam kegiatan pembangunan nasional, maupun dalam non akademik. Otonomi pengelolaan di bidang akademik
meningkatkan daya saing bangsa (nation competitiveness). meliputi penetapan norma dan kebijakan operasional serta
Agar PTS mampu menjalankan peran di atas, maka pelaksanaan Tridharma. Otonomi pengelolaan di bidang
PTS harus dikelola dengan baik (good university governance). nonakademik meliputi penetapan norma dan kebijakan
Tata kelola PTS yang baik merupakan serangkaian operasional serta pelaksanaan: a. organisasi; b. keuangan;
mekanisme untuk mengarahkan dan mengendalikan suatu c. kemahasiswaan; d. ketenagaan; dan f. sarana prasarana.
Perguruan Tinggi agar berjalan sesuai dengan harapan Sistem otonomi pengelolaan Perguruan Tinggi dengan
semua pihak yang berkepentingan, dengan menerapkan tetap memperhatikan dasar dan tujuan serta kemampuan
prinsip transparansi, akuntabilitas, bertanggungjawab, adil, Perguruan Tinggi. Pelaksanaan otonomi kampus bukan
kemandirian, kesetaraan, dan kewajaran. Tata kelola PTS berarti melepaskan tanggung jawab negara dalam
yang baik dituangkan dalam statuta PTS yang merupakan memberikan pendidikan bagi warga negara. Negara tetap
peraturan dasar pengelolaan perguruan tinggi yang akan mengawasi proses pengelolaan otonomi kampus sesuai

54 Jener David Syamsia n Dr. Ir. Ktut Silvanita Mangani, MA n Dr. M.L. Denny Tewu, SE.MM
ANALISIS RISIKO OPERASIONAL DI PERGURUAN TINGGI

dengan ketentuan hukum yang berlaku. Negara dalam penerimaan yang diperoleh PTS; (2) pendanaan
hal ini menjamin setiap pengelola badan penyelenggara penyelenggaraan pendidikan tinggi oleh PTS; (3) jenis
pendidikan agar sesuai dengan tujuan mencerdaskan kekayaan yang dikelola oleh PTS; (4) pemanfaatan
kehidupan bangsa sebagaimana yang di amanatkan dalam kekayaan yang dikelola oleh PTS; dan (5) hal lain tentang
UUD 1945. pendanaan dan kekayaan.
Menurut Pasal 22 Peraturan Pemerintah Nomor 4 5. Bentuk dan tata cara penetapan peraturan; (1) bentuk
Tahun 2014: (a) Perguruan Tinggi memiliki otonomi peraturan di PTS; (2) tata urutan peraturan di PTS; (3)
untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai pusat tata cara/mekanisme penyusunan peraturan di PTS; dan
penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi. (b) Perguruan (4) hal lain tentang bentuk dan tata cara penetapan
tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: (1) peraturan diPTS.
PTN; (2) PTN Badan Hukum; dan (3) PTS. (c) Otonomi
Pengelolaan Perguruan Tinggi sebagaimana dimaksud pada b. Hubungan Kelembagaan antara Yayasan
ayat (1) terdiri atas: (1) otonomi di bidang akademik, yang sebagai Badan Penyelenggara dan Rektor
meliputi penetapan norma dan kebijakan operasional sebagai Pelaksana
serta pelaksanaan: pendidikan; penelitian; dan pengabdian Yayasan sebagai salah satu Badan Penyelenggara
kepada masyarakat, sesuai dengan ketentuan peraturan Perguruan Tinggi di Indonesia diciptakan oleh Pemerintah
perundang- undangan. (2) otonomi di bidang nonakademik sebagai badan hukum bertujuan melaksanakan fungsinya
yang meliputi penetapan norma dan kebijakan operasional menyelenggarakan pendidikan formal sebagaimana yang
serta pelaksanaan: organisasi; keuangan; kemahasiswaan; diatur di dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 tentang
ketenagaan; dan sarana prasarana; sesuai dengan ketentuan Pendidikan Tinggi.Yayasan sebagai Penyelenggara Perguruan
peraturan perundang- undangan. Tinggi bertujuan untuk memajukan pendidikan termasuk
Berdasarkan Pasal 26 Peraturan Pemerintah Nomor di dalam tujuan sosial kemanusiaan, tanpa mempersoalkan
4 Tahun 2014 otonomi pengelolaan pada PTS diatur oleh penerimaan sumbangan pendidikan, atau dengan kata
Badan Penyelenggara sesuai dengan ketentuan peraturan lain sumber penghasilannya, tetapi yang terpenting adalah
perundang-undangan. Pengaturan pola pengelolaan PTS tujuannya. Mencerdaskan bangsa, memajukan pendidikan
ditetapkan oleh Badan Penyelenggara mengacu pada Pera- dan atau meningkatkan mutu pendidikan sebagai tujuan
turan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014, dapat memuat dari dibentuknya yayasan dalam bidang pendidikan.Yayasan
antara lain: yang menyelenggarakan Perguruan Tinggi berfungsi
1. Pola Pengelolaan sarana dan prasarana; (1) status sebagai Penyelenggara Perguruan Tinggi memiliki anggaran
kepemilikan sarana dan prasarana PTS; (2) pengelolaan dasar dan anggaran rumah tangga. Yayasan yang memiliki
sarana dan prasarana PTS (perencanaan, pengadaan, Perguruan Tinggi wajib membuat statuta Perguruan Tinggi.
pendistribusian, pemeliharaan, inventarisasi, dan Dasar hukum pembentukan Statuta Perguruan Tinggi
penghapusan); (3) pendayagunaan sarana dan prasarana Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan
PTS; (4) tata cara/SOP pengelolaan sarana dan prasarana Tinggi Pasal 60 ayat (5) Perguruan Tinggi wajib memiliki
PTS; dan (5) hal lain tentang pengelolaan sarana dan Statuta.
prasarana PTS. Yayasan sebagai salah satu Badan penyelenggara
2. Pola Pengelolaan Anggaran; (1) asas dan prinsip Perguruan Tinggi dalam melaksanakan fungsi dan tujuannya
pengelolaan anggaran PTS; (2) sistem dan mekanisme mempekerjakan dosen sebagai pekerja untuk memberikan
perencanaan anggaran PTS; (3) sistem dan mekanisme pelayanan pendidikan formal kepada peserta didik. Para
penggunaan anggaran PTS; (4) sistem akuntansi dan pihak dalam hubungan kerja di Perguruan Tinggi Swasta
pelaporan anggaran PTS; (5) audit pengelolaan anggaran adalah yayasan dengan dosen. Rektor atau dekan sebagai
PTS; dan (6) hal lain tentang pengelolaan anggaran. pengelola perguruan tinggi yang bertindak untuk dan atas
3. Pola Pengelolaan Kerja Sama; (1) tujuan, asas, dan prinsip nama yayasan juga merupakan pihak dalam perjanjian
kerja sama bidang akademik dan non-akademik dalam kerja dengan dosen. Hubungan hukum antara pekerja
rangka pengembangan PTS; (2) bentuk dan mekanisme dengan pemberi kerja atau pengusaha adalah hubungan
kerja sama bidang akademik dan non-akademik sesuai kerja. Yayasan mengeluarkan Surat Keputusan untuk
dengan peraturan perundang-undangan; dan (3) hal lain pengangkatan dosen yang memberi pekerjaan dan yang
tentang kerja sama. memerintah untuk melakukan pekerjaan kategori memberi
4. Pola Pengelolaan Pendanaan dan Kekayaan; (1) sumber pekerjaan dan yang memerintah sebagaimana yang diatur

Jener David Syamsia n Dr. Ir. Ktut Silvanita Mangani, MA n Dr. M.L. Denny Tewu, SE.MM 55
ANALISIS RISIKO OPERASIONAL DI PERGURUAN TINGGI

di dalam Pasal 50 Undang-Undang Ketenagakerjaan c. Kebijakan Pengendalian Mutu


hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja
antara pengusaha dan pekerja. Pengangkatan dan Untuk menjadi good university governance maka per-
penempatan dosen oleh badan penyelenggara dilakukan guruan tinggi perlu pengaturan Sistem Penjaminan Mutu
berdasarkan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja sesuai Internal. Permeristedikti Nomor 16 Tahun 2018 menjelas-
dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Setiap kan bahwa pengaturan Sistem Penjaminan Mutu Internal
orang yang memiliki keahlian dan/atau prestasi luar biasa (SPMI) memuat antara lain: (a) kebijakan SPMI sesuai den-
dapat diangkat menjadi dosen sesuai dengan ketentuan gan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan (b)
peraturan perundang-undangan. kedudukan SPMI dalam Sistem Penjaminan Mutu Pendi-
Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan dikan Tinggi (SPM Dikti) sesuai dengan ketentuan peratur-
dosen diatur di dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 an perundang- undangan.
tentang Guru dan Dosen, Undang-Undang No. 12 Tahun Mutu pendidikan tinggi adalah tingkat kesesuaian an-
2012 tentang Pendidikan Tinggi, Undang-Undang Ketenaga- tara penyelenggaraan pendidikan tinggi dengan Standar
kerjaan dilakukan pengolahan isu hukum kedudukan dosen Pendidikan Tinggi yang terdiri atas Standar Nasional Pen-
pada PTS dan Undang- Undang No. 28 Tahun 2004 ten- didikan Tinggi dan Standar Pendidikan Tinggi yang ditetap-
tang Perubahan atas Undang-Undang No. 16Tahun 2001 kan oleh Perguruan Tinggi. Penjaminan mutu bertujuan
tentangYayasan. untuk memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pen-
Salah satu isu penting pendidikan tinggi adalah persoalan didikan sebagaimana yang dituangkan dalam Peraturan
tata kelola perguruan tinggi yang kerap dikaitkan dengan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005 dan
isu komersialisasi, privatisasi, dan sebagainya. Sementara Standar Nasional Pendidikan Tinggi yang dituangkan da-
pengaturan yang menjamin serta memagari pemenuhan hak, lam Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan
serta pengaturan sistem tata kelola dengan prinsip tata kelola Tinggi No. 44 Tahun 2015, Permendikbud No. 50 tahun
yang baik ini masih lemah. Berbagai pro-kontra mengenai 2014 yang kemudian dicabut dan diganti dengan Peratur-
otonomi dan tata kelola perguruan tinggi seringkali dikaitkan an Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Repub-
dengan anggapan bahwa pengaturan yang ada dalam UU lik Indonesia No: 62 Tahun 2016 tentang Sistem Penja-
Dikti ini merupakan upaya pelepasan tanggung jawab minan Mutu Pendidikan Tinggi. Buku Sistem Penjaminan
pemerintah dalam menyelenggarakan pendidikan tinggi, Mutu Internal ini terdiri dari 4 (empat) dokumen, yaitu:
etatisme, komersialisasi, pendidikan tinggi menjadi mahal, 1) dokumen kebijakan SPMI, 2) dokumen manual SPMI,
serta persoalan lainnya. Pengaturan mengenai tata kelola 3) dokumen standar SPMI, dan 4) dokumen formulir yang
perguruan tinggi yang diatur dalam UU Dikti ini dianggap digunakan diSPMI.
telah mengebiri kebebasan akademik serta hak otonomi
yang dimiliki oleh perguruan tinggi menjadi pengaturan 2.1.2 Good Corporate Governance (GCG)
yang terlalu berlebihan oleh pemerintah pusat. Dalam hal Sebagian besar dari perusahaan atau organisasi kurang
pengelolaan Perguruan Tinggi Swasta (PTS), pemerintah tertarik atau bisa dikatakan bosan kalau diminta memba-
memberikan keleluasaan kepada badan hukum nirlaba has soal Good Corporate Governance (GCG) karena diang-
atau yayasan untuk mengatur sendiri pengelolaan bidang gap bukan topik yang menarik dan banyak perusahaan yang
non-akademik seperti pengelolaan keuangan, pengelolaan enggan terbuka ketika membahas kasus-kasusnya (Kasali,
kepegawaian, serta pengelolaan aset dan sarana. Karenanya, 2017). Selanjutnya juga mereka lebih suka bicara mengenai
pengelolaan PTS diserahkan sepenuhnya kepada badan regulasinya dan hal-hal yang dilakukan perusahaan untuk
hukum nirlaba yang mendirikannya.Akan tetapi untuk bidang memenuhi tuntutan regulasi tersebut. Kita lebih tertarik
akademik tetap mengacu pada standar nasional pendidikan pada profit oriented, dan ini tidak salah karena tujuan pe-
tinggi yang ditetapkan pemerintah. rusahaan atau organisasi bisnis adalah peningkatan laba.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bah- Namun mengejar profit semata tanpa tata kelola yang baik
wa hubungan kewenangan antara yayasan sebagai badan dan benar bisa berakibat fatal.
penyelenggara pendidikan dan pelaksana pendidikan ter- Tata kelola perusahaan yang baik merupakan unsur
letak pada dua hal yaitu akademik dan non akademik. penting dari citra organisasi, kelangsungan hidup organisasi
Yayasan memiliki kewenangan yang dalam hal non akade- baik publik, swasta, atau organisasi nirlaba. “GCG bukan
mik sedangkan pelaksana pendidikan memliki kewenangan alat pemadam kebakaran” (Kasali, 2017). Maksudnya
dalam penyelenggaraan aktivitas akademik. setelah api menyala dan membakara datang petugas yang

56 Jener David Syamsia n Dr. Ir. Ktut Silvanita Mangani, MA n Dr. M.L. Denny Tewu, SE.MM
ANALISIS RISIKO OPERASIONAL DI PERGURUAN TINGGI

secara heroik memadamkan api tersebut. GCG persis memelihara lingkungan hidup yang kondusif bersama
seperti kalau tindakan mengedukasi masyarakat tentang masyarakat, dan sebagainya.
pentingnya mencegah kebakaran. Kalau hasilnya adalah 4. Independency atau Kemandirian
tingkat kebakaran di masyarakat menurun, unsur heroiknya Perusahan mesti mengelola secara professional tanpa
tetap tidak akan kelihatan. Jadi orang yang mengurusi GCG ada benturan kepentingan dan tekanan atau intervensi
di perusahaan atau organisasi seperti orang-orang yang dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peratur-
bekerja dalam sepi. Tata kelola perusahaan atau organisasi an-peraturan yang berlaku.
yang baik membantu mencegah skandal perusahaan, 5. Fairness atau Kesetaraan dan Kewajiban
penipuan, dan pertanggungjawaban sipil dan pidana yang Prinsip ini menuntut adanya perlakuan yang adil dalam
potensial dari organisasi. Citra tata kelola perusahaan yang memenuhi hak stakeholder sesuai dengan peraturan
baik meningkatkan reputasi organisasi dan membuatnya yang berlaku. Fairness bisa menjadi faktor pendorong
lebih menarik bagi pelanggan, investor, dan pemasok. yang dapat memonitor dan menjamin perlakuan yang
Ada beberapa bukti bahwa tata kelola perusahaan yang adil di antara beragam kepentingan dalam perusahaan.
baik menghasilkan manfaat. Dalam hal ini, Lipman dan Lip-
man (2006) menjelaskan perusahaan swasta yang berniat 2.1.4 Risiko, Persepsi Risiko dan Manajemen
mencari modal dari lembaga keuangan dan investor insti- Risiko
tusi juga harus peka terhadap citra tata kelola perusahaan, 1) Risiko
karena ini merupakan faktor penting dalam keputusan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) risiko
akhir untuk memberikan modal kepada organisasi. Peru- adalah akibat yang kurang menyenangkan (merugikan,
sahaan swasta milik keluarga mendapat manfaat dari tata membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan.
kelola perusahaan yang baik dengan menghindari dampak Tinjauan literatur tentang risiko menunjukan konsep
buruk dari persaingan saudara kandung dan litigasi yang risiko didefinisikan secara beragam. Definisi risiko
mahal antara anggota keluarga yang memiliki pandangan yang diterima secara umum mencakup “perubahan
berbeda terkaitbisnis. yang tidak diketahui dalam nilai sistem di masa depan”
(Koenig, 2008) dan ukuran kemungkinan-kemungkinan,
2.1.3 Prinsip-Prinsip Good Corporate Gover- konsekuensi, dan waktu dari suatu peristiwa. Dengan lebih
nance sederhana T Sunaryo (2007) membahasakan risiko adalah
Ada lima prinsip yang menjadi pedoman dalam men- kerugian akibat adanya kejadian yang tidak diharapkan
jalankan tata kelola perusahaan yang baik dan benar. terjadi. Definisi risiko berdasarkan ISO 31000: 2009
1. Transparency atau Keterbukaan Informasi Risk Management, Principles and Guidelines: risk. Risiko
Perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi didefinisikan sebagai “efek ketidakpastian pada tujuan.”
yang cukup, akurat, tepat waktu kepada segenap Efeknya adalah penyimpangan positif atau negatif dari
stakeholder. Informasi tidak hanya berisikan laporan yang diharapkan. Ketidakpastian selalu ada setiap kali
perusahaan dalam memenuhi regulasi, tetapi juga pengetahuan atau pemahaman tentang suatu peristiwa,
informasi – informasipenting lain yang diperlukan untuk konsekuensi, atau kemungkinan tidak memadai atau tidak
pengambilan keputusan oleh pemegang saham dan lengkap.
pemangku kepentingan lainnya. Selanjutnya publikasi National Association of College and
2. Accountability atau Akuntabilitas University Business Officers (NACUBO) tahun 2001 tentang
Kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan pertanggung- pengembangan strategi dan pengelola risiko kewirausahaan
jawaban setiap elemen yang ada didalam perusahaan. dalam Pendidikan Tinggi mendefinisikan risiko sebagai “ma-
Apabila prinsip ini diterapkan secara benar, fungsi, hak, salah apa pun yang memengaruhi kemampuan organisa-
kewajiban, dan wewenang serta tanggung jawab antara si untuk memenuhi tujuannya. Lima jenis risiko meliputi:
pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi strategis, finansial, operasional, kepatuhan dan reputasi.
akan terlihat jelas.
3. Responsibility atau Pertanggungjawaban 2) Pandangan Terhadap Risiko
Pertanggungjawaban disini tercermin dari kepatuhan Sikap tentang risiko di seluruh organisasi dapat
perusahaan terhadap regulasi yang berlaku. Di antaranya sangat bervariasi (Power, 2009). Beberapa penulis
soal perpajakan, hubungan industry, kesehatan dan telah mengeksplorasi bagaimana penilaian manusia dan
keselamatan kerja, perlindungan lingkungan hidup, perilaku berdampak pada pengambilan keputusan yang

Jener David Syamsia n Dr. Ir. Ktut Silvanita Mangani, MA n Dr. M.L. Denny Tewu, SE.MM 57
ANALISIS RISIKO OPERASIONAL DI PERGURUAN TINGGI

terkait dengan risiko, terutama bagaimana emosi terkait potensial dan dampak buruk yang menantang atau
dengan pengambilan keputusan (Blasovich & Taylor, 2011; berisiko bagi aset, reputasi, dan tujuan organisasi. Strategi
Koenig, 2008). Perasaan yang orang kaitkan dengan manajemen risiko memungkinkan untuk secara efektif
risiko dapat memiliki pengaruh pada bagaimana mereka mengelola pengambilan keputusan strategis, perencanaan
memandang risiko (Barnett & Breakwell, 2001). Penelitian dan penyampaian layanan, untuk menjaga kepuasaan
yang dilakukan menemukan bahwa semakin tinggi skor pelanggan dan pemangku kepentingan lain.
risiko tertentu pada faktor ketakutan (risiko-risiko yang Strategi manajemen risiko terdiri dari tiga komponen
mempercepat detak jantung dan membuat orang cemas), yang saling terkait yaitu identifikasi risiko, Analisis risiko,
lebih tinggi risiko yang dirasakannya (Slovik & Weber, dan mitigasi risiko T Sunaryo (2007) Identifikasi risiko
2002). Baik ketakutan dan kurangnya keakraban pada berkaitan dengan upaya untuk melihat potensi risiko yang
sesuatu kemungkinan akan memperkuat respon manusia dapat terjadi. Tanpa identifikasi risiko yang tepat, analisis
terhadap peristiwa berisiko tersebut (Koenig, 2008). risiko akan sangat sulit menemukan implikasinya yang
Gagasan seperti itulah yang menunjukkan cara-cara di potensial. Ketika mengidentifikasi risiko, seorang tidak
mana manusia mendefinisikan risiko dengan cara berbeda hanya harus menguraikan risiko ini sendiri, ia juga harus
karena individu yang berbeda akan melihat situasi risiko berbicara dengan para ahli lain di bidang tersebut untuk
yang sama dengan cara yang sangat berbeda. Keputusan mendengar pendapat mereka tentang risiko potensial.
risiko tunduk pada pembingkaian dan bias pribadi, serta Komponen kedua yang dibuat analis adalah evaluasi
budaya unit organisasi (Blasovich & Taylor, 2011). Karena risiko. Setelah membuat daftar yang menyebutkan risiko
itu studi empiris pengambilan risiko sebagaimana sejak potensial dari berbagai masalah, analis harus menyebutkan
lama diidentifikasi oleh March & Shapira, (1987) juga konsekuensi yang terkait dengan masing-masing risiko ini.
menunjukkan bahwa preferensi risiko bervariasi sesuai Bagaimana pendapatan akan dipengaruhi oleh risiko-risiko
konteks. Sementara penelitian tentang respons risiko ini? Bagaimana pengguna atau pelanggan akan terkena
menunjukkan bahwa respons afektif (atau emosional) dampak? Bagaimana dengan pemimpin? Para karyawan?
manusia cenderung lebih unggul daripada respons berbasis Semua pemangku kepentingan secara umum? Daftar
logika, sebagian besar kerangka kerja manajemen risiko konsekuensi ini dapat berfungsi sebagai dasar untuk analisis
mencakup beberapa bentuk kuantifikasi risiko (Koenig, paparan karena potensi risiko.
2008). Langkah berikutnya dari komponen evaluasi risiko
adalah tindakan membandingkan tingkat risiko dengan daya
3) Manajemen Risiko tahan organisasi. Risiko akan ada di organisasi mana pun,
Berdasarkan dinamika perkembangan manajemen risiko tidak peduli seberapa baik organisasi itu berjalan. Risiko
yang telah dipraktikan di semua lini organisasi dan institusi, bukan hanya fungsi dari peristiwa yang dapat dikontrol,
maka dari begitu banyaknya definisi konsep manajemen risiko, tetapi juga tergantung pada peristiwa yang tidak dapat kita
konsep yang dapat diterima dan digunakan dalam penelitian kendalikan misalnya, bencana alam. Masalah penting dalam
ini merujuk pada Comittee of Sponsoring Organization of the kerangka evaluasi risiko adalah bahwa risiko potensial,
Treadway Commission (COSO) (2004) manajemen risiko setelah dirinci dan dianalisis, diterima sebagai sesuatu yang
sebuah proses yang dilakukan oleh dewan direksi, manajemen dapat dikontrol oleh organisasi.
dan personil lainnya diterapkan dalam penetapan strategi dan Komponen ketiga yang dibuat oleh analis adalah mitigasi
di seluruh perusahaan yang dirancang untuk mengindentifikasi risiko. Setelah risiko diidentifikasi dan konsekuensi serta
kejadian potensial yang dapat mempengaruhi entitas dan dapat kontrolnya dijelaskan, strategi mitigasi risiko harus diterapkan.
mengelolah risiko untuk memberikan keyakinan memadai Strategi ini harus fokus pada risiko dan paparan yang dianggap
tentang pencapaian tujuan entitas. tidak dapat ditoleransi oleh organisasi. Mitigasi risiko dilakukan
dengan melibatkan merevisi langkah-langkah pengendalian
4) Strategi Manajemen Risiko saat ini, menerapkan yang baru, atau menghilangkan faktor-
Manajemen risiko adalah bagian sentral dari faktor penyebab yang dapat menyebabkan risiko. Dalam
manajemen strategis pengambil keputusan untuk tetap menerapkan strategi mitigasi risiko, seorang analis harus fokus
mewujudkan kinerja terbaik organisasi dalam layanan yang pada penurunan baik probabilitas bahwa peristiwa itu terjadi
dilakukan. Karena itu strategi manajemen risiko diperlukan maupun paparan yang terkait dengan peristiwa itu, seandainya
dalam proses siklus organisasi untuk mengidentifikasi, hal itu terjadi. Melakukannya akan memungkinkan efek risiko
mengevaluasi, memantau dan mengendalikan peluang diminimalkan.

58 Jener David Syamsia n Dr. Ir. Ktut Silvanita Mangani, MA n Dr. M.L. Denny Tewu, SE.MM
ANALISIS RISIKO OPERASIONAL DI PERGURUAN TINGGI

2.1.5 Risiko dan Manajemen Risiko di Univer- keamanan dan kenyamanan di sisi lain, adalah persoalan
sitas penting (Helsloot & Jong, p. 155). Organisasi pendidikan
Banyak orang menganggap dan menempatkan tinggi “adalah kelas organisasi pengetahuan yang basis aset-
perguruan tinggi atau Universitas sangat berbeda dan nya sebagian besar tidak berwujud”.
terpisah dari entitas profit. Hari ini, di samping peningkatan
fokus pada akuntabilitas publik, perguruan tinggi dan 2.1.6 Definisi, Cakupan, dan Dimensi Risiko
universitas menghadapi banyak tekanan dan paparan yang Operasional
sama terhadap risiko seperti yang ada di dunia korporat, Dalam dunia bisnis, risiko operasional bukanlah barang
yaitu lingkungan bisnis yang dinamis, menghadapi tantangan baru dan telah menjadi bagian yang sangat penting. Survey
tata kelola kelembagaan dan perubahan peraturan yang dilakukan di Inggris dan Australia oleh Pricewaterhouse
dan akuntansi keuangan institusi (Lam, 2003). Banyak Cooper dan British Banker’s Association tahun 1997-1998
penulis telah mengartikulasikan berbagai jenis risiko menyajikan temuannya bahwa 75% bank berpikir bahwa
yang mempengaruhi pendidikan tinggi (Campo, 2009; risiko operasional adalah penting atau lebih penting dari
Culcluseare, 2003; Dolan, 2009; Helsloot & Jong, 2006; risiko pasar atau kredit. James Lam (2007) menegaskan
URMIA, 2007, Halim, 2007; Brewer dan Walker, 2010; bahwa risiko operasional adalah bagian yang inheren
Lundquist, 2015; Md.Sum dan Md. Saad, 2017; Muhlis dan dari bisnis apapun dan risiko operasional dapat membuat
Supriyadi, 2018; Mendoza, et.al, 2019). Beberapa risiko perusahan terlihat kurang siap untuk mencegah atau
tersebut berasal dari dalam institusi, seperti bunuh diri menghadapi kecurangan, kesalahan atau kurangnya
mahasiswa, beban utang, prosedur kontrak dan pembelian, pengendalian yang pada akhirnya dapat membuat kerusakan
integritas perguruan tinggi, jaringan teknologi informasi yang besar pada reputasi perusahaan.
(TI), keselamatan laboratorium, kekerasan di kampus, Oleh karena itu, risiko operasional perlu dikelola dengan
catatan retensi dan pembuangan, penggunaan alkohol dan baik sebab meskipun kejadian risiko operasional rendah
narkoba, dan pemutusan pekerjaan, beban sumber daya kemungkinannya terjadi, ia menimbulkan akibat yang sangat
manusia. Risiko lain lebih eksternal, seperti kompetisi besar. Manajemen risiko operasional yang efektif memiliki
universitas, peningkatan pengawasan dari regulator dan potensi dan manfaat (Lam, 2007) yaitu (1) meminimalkan
lembaga pemerintah, persaingan di pasar, dan persyaratan kerugian sekaligus mengurangi potensi terjadinya
akreditasi. peristiwa yang lebih besar akibatnya; (2) meningkatkan
Pendidikan tinggi memiliki beberapa tantangan khusus kemampuan untuk mencapai sasaran bisnisnya, dengan
yang tidak dihadapi organisasi lain, seperti persepsi kualitas demikian manajemen tidak terus-menerus tenggelam
program pendidikan, daya tarik dan jumlah mahasiswa, dalam mengelolah krisis demi krisis namun fokus pada
kualitas dan pemeliharaan akademik, infrastruktur, modal menghasilkan pendapatan; dan (3) perusahaan yang
penyelenggaraan pendidikan dan sosialisasi perguruan memiliki pemahaman yang baik atas risiko operasionalnya
tinggi, berkolaborasi dengan lembaga lain, menawarkan akan memberikan gambaran yang lebih lengkap atas risiko
beasiswa kompetitif dan distribusi keuangan atau bantuan dan hasil potensial dari berbagai bisnisnya.
negara, program desentralisasi dan pembelajaran online,
dan masalah sumber daya manusia (Willson, et al., 2010). a) Definisi Risiko Operasional
Administrator akademik berurusan dengan tanggung jawab Risiko operasional memiliki sejumlah definisi yang
dan risiko khusus untuk peran mereka seperti standar berbeda terutama dalam detail dan penekanan. Meskipun
mutu akademik, factor kecelakaan dilokasi pembelajaran definisi risiko operasional menjadi perdebatan di masa lalu
diluar kampus seperti studi di luar daerah atau negari, (International Association of Financial Engineers, 2010). Risiko
magang atau lokasi penelitian lain dan terkena bencana operasional telah didefinisikan di masa lalu sebagai semua
alam yang mengganggu pembelajaran di ruang kelas atau risiko yang tidak ditangkap dalam program manajemen
serangan teroris terhadap peneliti akademis (Dolan, 2006; risiko pasar dan kredit. Oleh karena itu Program risiko
Franke, 2003). operasional awal berpandangan bahwa jika bukan risiko
Pendidikan tinggi memiliki risiko unik karena berkaitan pasar, dan bukan risiko kredit, maka itu harus risiko
dengan generasi masa depan untuk mencari, mengembang- operasional. Namun ada kesepakatan konkrit di antara
kan dan menyebarluaskan pengetahuan dan kecerdasan para profesional risiko bahwa definisi tersebut harus
(Helsloot & Jong, 2006). Keseimbangan antara transferpen- dan setidaknya mencakup kerusakan atau kegagalan yang
getahuan yang tidak terbatas di satu sisi, dan pelayanan, berkaitan dengan orang, proses internal, teknologi atau

Jener David Syamsia n Dr. Ir. Ktut Silvanita Mangani, MA n Dr. M.L. Denny Tewu, SE.MM 59
ANALISIS RISIKO OPERASIONAL DI PERGURUAN TINGGI

konsekuensi dari peristiwa eksternal. Maka kesepahaman Terkadang terdapat konflik alami antara keduanya. Sebagai
risiko operasional dalam Basel II didefinisikan sebagai contoh, upaya rekayasa ulang dan penghematan biaya
berikut; Operational risk is defined as the risk of loss resulting yang berfokus pada peningkatan efisiensi bisa secara
from inadequate or failed internal processes, people and tidak sengaja akhirnya mengurangi efektivitas proses
systems or from external events. This definition includes legal pengendalian karena proses pemeriksaan tertentu (yang
risk, but excludes strategic and reputational risk. Legal risk cenderung berlebihan) dihilangkan. Karenanya harus
includes, but is not limited to, exposure to fines, penalties, or dicapai keseimbangan antara proses efektif dan efisien.
punitive damages resulting from supervisory actions, as well as Risiko proses umum yang umum bagi bisnis apapun
private settlements (Basel II,2006). berhubungan dengan pemrosesan transaksi. Ini meliputi potensi
Definisi inilah yang akan digunakan dalam studi ini. kesalahan dalam suatu tahapan transaksi bisnis, termasuk
Dalam istilah awam, risiko operasional mencakup hasil penjualan, penentuan harga, dokumentasi, konfirmasi dan
yang tidak diinginkan yang dihasilkan oleh orang-orang pemenuhan kewajiban. Dalam tahapan pemrosesan transaksi,
yang tidak mengikuti prosedur operasional standar, perusahaan dihadapkan dengan risiko yang dapat menyebabkan
sistem, termasuk sistem berbasis komputer, atau oleh kerugian keuangan, pelanggan dan reputasi. Sebagai contoh,
peristiwa eksternal. Dalam mengadaptasi definisi Basel II, kesalahan penentuan harga dapat mengakibatkan profitabilitas
proses internal yang tidak memadai atau gagal tidak hanya yang rendah, sedangkan masalah pemenuhan dapat
mencakup proses yang tidak sesuai dengan tujuannya, menyebabkan pelanggan berhenti melakukan bisnisnya dengan
tetapi juga proses yang gagal memberikan hasil yang perusahaan. Selanjutnya, perusahaan harus memastikan bahwa
diinginkan. Proses dapat menjadi tidak sesuai untuk tujuan operasinya tetap berada di dalam batas ketetapan hukum dan
tertentu karena peristiwa eksternal, seperti perubahan perundang-undangan.
dalam lingkungan dunia kerja maupun “pasar pendidikan”
di mana Universitas tidak memiliki kendali. Proses yang 2). Risiko Manusia
gagal, di sisi lain juga berarti bahwa Universitas telah gagal Risiko manusia biasanya diakibatkan dari keterbatasan
dalam desainnya, implementasi atau kontrol. staf, inkompetensi, ketidak-jujuran, atau budaya perusahaan
Untuk mengelola dan mengendalikan risiko secara yang tidak menumbuhkan kesadaran risiko. Keterbatasan
efektif, manajemen memerlukan gambaran yang jelas dan staf terjadi saat perusahaan tidak dapat mengisi posisi
terperinci tentang risiko dan lingkungan pengendalian kritikal yang kosong karena kekurangan pekerja atau
tempat mereka beroperasi.Tanpa pengetahuan ini, tindakan kompensasi dan insentif lainnya tidak menarik bagi
yang tepat tidak dapat diambil untuk mengatasi masalah kandidat baru. Inkompetensi menjadi masalah saat
yang meningkat. Untuk tujuan ini, risiko harus diidentifikasi. karyawan kekurangan keterampilan dan pengetahuan
Definisi di atas memberikan empat penyebab yang dapat yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan mereka
menimbulkan kerugian risiko operasional. Keempat dengan benar. Kurangnya pelatihan dan pengembangan
penyebab ini adalah (1) proses yang tidak memadai atau professional akan terus meningkatkan kekeliruan manusia.
gagal, (2) orang yang tidak memadai atau gagal (regulator Ketidakjujuran di dalam perusahaan dapat mengarah pada
tidak mendapatkan nilai tertinggi untuk tata bahasa mereka, aktivitas kecurangan seperti pencurian oleh karyawan
tetapi kita tahu apa yang mereka dapatkan), (3) sistem yang (yang menarik, studi University of Florida menunjukkan
tidak memadai atau gagal, atau (4) peristiwa eksternal. bahwa manajer inventaris ritel menyebutkan bahwa 31
persen kehilangan inventaris akibat penguntil dan 46
b) Cakupan Risiko Operasional persen akibat pencurian oleh karyawan). Dan budaya
Ada beberapa komponen utama yang terkait dengan perusahaan yang tidak secara aktif melibatkan kesadaran
risiko operasional dalam mengoperasikan sebuah industri risiko, atau mendorong keuntungan tanpa memperhatikan
(yang dapat diadopsi dan masih relevan bagi perguruan metode yang digunakan untuk menghasilkannya, juga dapat
tinggi) yaitu: mengakibatkan perilaku karyawan yang merugikan. Setiap
1). Risiko Proses karyawan dalam sebuah organisasi harus dianggap sebagai
Risiko operasional terjadi melalui proses yang tidak risiko, itulah sebabnya pemeriksaan latar belakang amatlah
efektif atau tidak efisien. Ketidak-efektifan proses dapat penting dalam mengurangi risiko ini.
didefinisikan sebagai kegagalan dalam mencapai sasaran,
sedangkan ketidak-efisien proses merupakan pencapaian 3). Risiko Sistem
sasaran tetapi dengan menghabiskan biaya yang berlebihan. Saat teknologi menjadi semakin dibutuhkan pada

60 Jener David Syamsia n Dr. Ir. Ktut Silvanita Mangani, MA n Dr. M.L. Denny Tewu, SE.MM
ANALISIS RISIKO OPERASIONAL DI PERGURUAN TINGGI

banyak bidang bisnis, peristiwa risiko akibat kegagalan beroperasi (Remenyi dan Heafield, 1996). Kemampuan
sistem telah menjadi masalah yang semakin diperhatikan. untuk menghilangkan atau mengurangi beberapa risiko
Perusahaan saat ini sering menggunakan sistem terpadu yang disebutkan di atas akan cenderung meningkatkan
pada seluruh perusahaan dan mengembangkan sistem keunggulan kompetitif, dan dengan demikian meningkatkan
yang secara khusus dibuat sesuai kebutuhan bisnis mereka peluang keberhasilan.
sendiri. Namun jika pengembangan infrastruktur teknologi
perusahaan tidak mengikuti langkah perkembangan 6). Risiko Organisasi
bisnisnya, maka aka nada potensi risiko baru. Risiko system Risiko organisasi, dapat dianggap sebagai pandangan
meliputi ketersediaan system, integritas data, kapasitas risiko yang lebih komprehensif. Namun, risiko organisasi
system, akses dan penggunaan yang tidak sah dan pemulihan adalah komponen multi-dimensi dan mencakup berbagai
bisnis dari berbagai kemungkinan. elemen bisnis dan organisasi yang berbeda seperti budaya
Contoh risiko system lainnya adalah risiko kerugian perusahaan, struktur perusahaan, penerapan teknologi, dan
akibat model keuangan yang salah. Institusi dapat komponen manusia.
menggunakan metodologi, asumsi atau parameter yang
tidak tepat dalam mengevaluasi peluang bisnis atau investasi, 7). Risiko Budaya
sehingga memandang rendah risiko yang diambilnya. Risiko yang terkait dengan budaya perusahaan. Guru
Manajemen Peter Drucker melihat kurangnya fokus pada
4). Risiko Peristiwa budaya perusahaan sebagai “mungkin yang paling penting”
Risiko peristiwa adalah risiko kerugian akibat satu penyebab kegagalan bisnis. Jika budaya perusahaan lemah
peristiwa yang kecil kemungkinannya terjadi, tetapi dapat atau jika itu negatif risiko kegagalan bisnis meningkat.
memiliki konsekuensi serius jika terjadi misalnya, kecurangan Budaya perusahaan yang positif adalah budaya di mana
internal atau eksternal, kegagalan system, dislokasi pasar setiap orang berada berkomitmen penuh untuk serangkaian
dan bencana alam atau bencana yang disebabkan manusia. tujuan perusahaan bersama, dan berbagi nilai bisnis yang
Ini juga merupakan risiko yang dapat dikendalikan melalui terdefinisi dengan baik. Nilai-nilai ini harus konsisten dan
perencanaan dan pengelolaan yang efektif. diketahui oleh semua level manajemen.
Kejadian risiko peristiwa seringkali acak, sehingga Agar budaya perusahaan memainkan peran penting
sulit diprediksikan. Walaupun peristiwa seperti itu kecil dalam organisasi, staf perlu menyadari visi perusahaan.
kemungkinannya, bisnis harus “memperkirakan apa yang Perusahaan yang sukses adalah perusahaan di mana
tidak diperkirakan.” Penting diperhatikan bahwa peristiwa ada visi bersama (De Vincentiis, 2019). Risiko kegagalan
besar seringkali mengakibatkan implikasi bagi semua jenis perusahaan bisa meningkat ketika tidak ada visi bersama
risiko – pasar, kredit, likuiditas dan operasional. Selain itu, yang jelas tentang bagaimana organisasi akan memenuhi
peristiwa yang kemungkinan kejadiannya kecil, terjadi dalam tujuan strategis. Dimensi risiko dari budaya mengacu pada
frekuensi yang jauh lebih banyak daripada yang mungkin masalah yang muncul dari budaya yang tidak pantas yang
diperkirakan orang. ditanamkan dalam organisasi. Untuk mengurangi risiko
ini, organisasi harus menciptakan suasana kepercayaan
5). Risiko Bisnis dan kerja sama dan bersiap untuk memodifikasi budaya
Risiko bisnis, adalah risiko yang muncul dari sifat usaha perusahaan. Poppel dan Goldstein menyarankan bahwa
yang dijalankan, termasuk semua ketidakpastian yang budaya perusahaan harus mendukung sikap sehat terhadap
meliputi produk dan industri di mana bisnis beroperasi risiko. Perusahaan-perusahaan terkemuka mendorong
(Solojentsev, 2005). Misalnya, risiko bisnis mengoperasikan dan mendukung pengambilan risiko ketika keputusan
toko roti sangat berbeda dengan universitas. Selain itu ada didasarkan pada informasi dan analisis yang baik. Dengan
sejumlah faktor yang diidentifikasi oleh Porter yang dapat demikian dikemukakan bahwa pantas untuk melihat budaya
memengaruhi struktur industri, yang pada gilirannya dapat perusahaan sebagai salah satu dimensi risiko.
memengaruhi risiko bisnis. Dengan demikian meningkatkan
daya tawar pemasok dan pembeli, kemungkinan pendatang 8). Risiko Struktur
baru, ancaman pengganti dan persaingan di antara Risiko yang terkait dengan struktur perusahaan.
perusahaan juga berkontribusi terhadap risiko bisnis. Struktur perusahaan, yang merupakan kerangka kerja di
Untuk mengatasi risiko-risiko ini, sangat penting mana manajer dan pekerja berharap untuk beroperasi, telah
bahwa organisasi memahami struktur industri di mana ia berubah secara radikal sejak 1960-an. Organisasi birokrasi

Jener David Syamsia n Dr. Ir. Ktut Silvanita Mangani, MA n Dr. M.L. Denny Tewu, SE.MM 61
ANALISIS RISIKO OPERASIONAL DI PERGURUAN TINGGI

yang terstruktur dan akrab dengan hierarki yang kaku dan (1) orang yang tidak memadai atau gagal (2) proses yang
jalur pelaporan memberi jalan bagi organisasi yang lebih tidak memadai atau gagal (3) sistem yang tidak memadai
datar dan lebih partisipatif, sedangkan organisasi- organisasi atau gagal, dan (4) peristiwa eksternal yang mempengaruhi.
yang lebih ramping memiliki lebih sedikit staf pendukung Girling (2013) mengartikulasikannya dengan jelas bahwa
dan karenanya lebih fokus pada nilai tambah bagi klien dan ada empat penyebab utama peristiwa risiko operasional:
mengeksploitasi kompetensiintinya. orang yang melakukan aktivitas membuat kesalahan, proses
Struktur perusahaan yang salah, atau tidak tepat, dapat yang mendukung aktivitas tersebut cacat/kurang sempurna,
menyebabkan kegagalan bisnis (Andersen, 2014). Ada dua sistem yang memfasilitasi aktivitas rusak, atau peristiwa
risiko yang terkait dengan struktur organisasi. eksternal terjadi yang mengganggu aktivitas.
Pertama, struktur perusahaan yang tidak tepat dapat Keempat dimensi risiko operasional inilah yang akan
mengarah pada organisasi yang sangat tidak responsif dijadikan indikator untuk menganalisis risiko operasional
yang gagal memenuhi kebutuhan pelanggan, serta gagal dalam hubungan kelembagaan Yayasan dan Universitas
menanggapi perubahan di pasar. Kedua, struktur perusahaan dalam studi ini. Berikut adalah penjelasan keempat dimensi
yang tidak tepat bisa sangat boros dan jauh lebih mahal tersebut:
daripada yang diperlukan. 1. People Risk
Budaya dan struktur organisasi adalah prinsip yang saling Risiko ini mencakup orang-orang yang terkait dengan
terkait. Struktur adalah perwujudan budaya sedangkan organ Yayasan XY (Dewan Pembina, Pengawas, Pengurus)
budaya mempengaruhi struktur. Oleh karena itu dua aspek dan Universitas X (meliputi Rektor, wakil-wakil Rektor,
ini perlu ditangani secara terpisah dan bersama-sama. Dekan, Ketua Program Studi, Kepala LPPM, Kepala
Risiko yang terkait dengan struktur organisasi. Pertama, Penjaminan Mutu, dan Direktur-direktur teknis).
struktur perusahaan yang tidak tepat dapat mengarah pada 2. Process Risk
organisasi yang sangat tidak responsif yang gagal memenuhi Risiko ini menggabungkan semua proses yang
kebutuhan pelanggan, serta gagal menanggapi perubahan berinteraksi dengan proses keuangan, kepegawaian dan
di pasar. Kedua, struktur perusahaan yang tidak tepat bisa Sumber daya manusia, kemahasiswaan dan kerja sama.
sangat boros dan jauh lebih mahal daripada yang diperlukan. 3. System Risk
Drucker menekankan bahwa struktur organisasi yang tepat Risiko ini menggabungkan semua teknologi informasi
sangat diperlukan untuk keberhasilan. Dia menunjukkan dan sistem komunikasi, termasuk perangkat keras dan
bahwa struktur yang salah secara serius merusak kinerja perangkat lunak sistem dalam setiap proses hubungan yang
bisnis dan bahkan mungkin dapat menyebabkan kegagalan dilakukan antar Yayasan XY dan Universitas X.
bisnis. Budaya dan struktur organisasi adalah prinsip yang 4. External Event Risk
saling terkait. Struktur adalah perwujudan budaya sedangkan Seperti yang dijelaskan sebelumnya, peristiwa eksternal
budaya mempengaruhi struktur. Oleh karena itu dua aspek bagian dari risiko operasional, biasanya bencana alam,
ini perlu ditangani secara terpisah danbersama-sama. konflik, kebijakan pemerintah dan risiko politik.

9). Risiko Teknologi Kerangka Pikir


Risiko yang terkait dengan teknologi. Teknologi baru
seringkali memiliki implikasi kompleksitas dan ketidak-
pastian. Semakin baru teknologinya, semakin besar risiko
hal itu mungkin tidak berkinerja seperti yang diharapkan.
Sudah dikenal dalam profesi teknologi informasi bahwa
sistem baru sering membutuhkan modifikasi agar mereka
dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan. Namun aspek
lain yang perlu dipertimbangkan adalah keterampilan baru
yang dibutuhkan untuk teknologi.

c) Dimensi Analisis Risiko Operasional


Dalam memilih dimensi risiko operasional apa saja
yang akan dianalisis, penelitian ini mendasarkan pada empat
dimensi atau kategori Basel II. Keempat dimensi ini adalah

62 Jener David Syamsia n Dr. Ir. Ktut Silvanita Mangani, MA n Dr. M.L. Denny Tewu, SE.MM
ANALISIS RISIKO OPERASIONAL DI PERGURUAN TINGGI

Dalam model kerangka berpikir yang disajikan di atas ini merupakan sebuah kesatuan kompleks yang beroperasi
dapat dijelaskan bahwa manajemen risiko merupakan di dalam sejumlah konteks, mencakup fisik, psikis, dan
dimensi penting dari kehidupan institusi modern termasuk proses manajemen risiko di Universitas X. Menggunakan
Universitas Halmahera dalam praktik hubungan kelembagaan desain studi kasus supaya peneliti dapat memahami secara
Yayasan dan Universitas. Untuk melakukan analisis dan komprehensif tentang sistem dan lingkungan dimana
indentifikasi risiko, studi ini fokus pada risiko operasional. manajemen risiko operasional dipraktikan.
Selanjutnya untuk mengeksplorasi risiko operasional, studi
ini mengadaptasi Basael II dan Girling (2013) sehingga 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
dikembangkan 4 dimensi risiko operasional yaitu orang yang Data yang valid dan reliabel dalam penelitian kualitatif
melakukan aktivitas membuat kesalahan (people risk), proses adalah data yang ditemukan pada latar dan konteks pene-
yang mendukung aktivitas tersebut cacat/kurang sempurna litian yang alamiah. Untuk menemukan data manajemen
(procces risk), sistem yang memfasilitasi aktivitas rusak (system risiko operasional secara alamiah maka perlu ditentukan
risk), atauperistiwa eksternal terjadi yang mengganggu tempat dan waktu penelitian.
aktivitas (external event risk). Setelah melakukan identifikasi 1. Tempat penelitian
dan analisis, studi ini melakukan mitigasi (mitigation risk) Penelitian ini akan dilakukan di Universitas X, di
sebagai rekomendasi konkrit bagi lembaga yang selanjutnya kota Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara, Propinsi Ma-
dapat dimonitoring dalam pelaksanaan hasil rekomendasi luku Utara.
yang disampaikan melalui studi ini. 2. Waktu penelitian
Dalam penelitian kualitatif proses penelitian
membutuhkan waktu yang relatif lama. Karena untuk
III. METODOLOGI PENELITIAN menemukan sebuah data yang valid dan reliabel dalam
penelitian kualitatif ada yang disebut dengan triangulasi
3.1Metode dan Desain Penelitian waktu. Walaupun demikian perlu penentuan batasan
waktu penelitian. Secara formal dalam tuntutan studi
Memperhatikan karakteristik masalah dan data yang maka waktu yang digunakan dalam penelitian ini
akan dianalisis maka metode penelitian yang akan digunakan mulai Januari 2020 sampai dengan April 2020. Tetapi
dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Alasan mendasar sesungguhnya secara partisipatif penelitian ini sudah
menggunakan metode kualitatif karena dalam penelitian ini mulai dilakukan sejak tahun 2019 ketika peneliti
hendak dieksplorasi tentang sebuah situasi, konteks, interaksi menekuni bidang studi manajemen risiko. Penelitian
dan proses manajemen risiko operasional di Universitas ini sudah dilakukan secara partisipatif karena peneliti
X. Dalam proses eksplorasi tersebut, maka fokus masalah adalah bagian dari Universitas X yang sungguh-sungguh
penelitian ini berkaitan dengan manusia dalam interaksi dengan mengenal dan mengatahui secara mendalam proses
manusia lainnya. Oleh karena itu proses pengumpulan data manajemen di UniversitasX.
dilakukan secara triangulasi, analisis data induktif dan lebih
menekankan kepada makna hasil penelitian secara alamiah. 3.3 Teknik Pengumpulan Data
Argumentasi di atas senada dengan apa yang dijelaskan oleh Seperti yang telah dijelaskan di awal bab ini bahwa metode
Creswal (2007; 2015) dan Sugiyono (2009; 2010) bahwa salah penelitian yang digunakan ialah metode penelitian kualitaif.
satu ciri penelitian kualitatif adalah penelitian yang latar alamiah, Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif sangat
manusia sebagai instrumennya, serta proses analisis datanya beragaram yaitu observasi, wawancara, studi dokumen
bersifat induktif. (Creswal, 2007; 2015; Sugiyono, 2009; 2010); Bungin 2008;
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian Hardiasyah, 2015). Teknik pengumpulan data yang dianggap
kualitatif sangat beragam. Namun, tidak semua desain membantu dan mempermudah proses pengumpulan data
penelitian dapat digunakan pada semua karakteristik manajemen risiko operasional di Universitas X adalah dengan
masalah penelitian, karena itu desain studi kasus dipandang menggunakan teknik: observasi partisipatif, wawancara, studi
tepat dalam mengekplorasi masalah penelitian ini. Studi dokumentasi, dan angket.
kasus yang dimaksudkan dalam penelitian ini ialah untuk
mendeskripsi dan menganalisis sebuah permasalahan 1. Observasi Partisipatif
yang berkaitan dengan proses manajemen risiko di Observasi partisipatoris adalah cara peneliti
Universitas X. Kasus ini unik untuk diteliti karena kasus mendapatkan data dan informasi secara langsung

Jener David Syamsia n Dr. Ir. Ktut Silvanita Mangani, MA n Dr. M.L. Denny Tewu, SE.MM 63
ANALISIS RISIKO OPERASIONAL DI PERGURUAN TINGGI

implementasi manajemen risiko operasional di Universitas 4. Angket


X. Dalam observasi partisipasif, peneliti mengamati apa Angket dalam penelitian ini untuk mengukur seberapa
yang dikerjakan subjek penelitian, mendengarkan apa yang besar risiko operasional yang terjadi di Universitas X.
mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka
dalam proses manajemen risiko di UniversitasX.
Obeservasi yang akan dilakukan untuk mendapatkan IV. HASIL PENELITIAN DAN
data yang terkait dengan bagaimana manajemen risiko PEMBAHASAN
yang terdapat di Universitas X, risiko operasional apa saja
yang terjadi di Universitas X, dan bagaimana mitigasi risiko 4.1 Temuan Penelitian
operasional yang idel dan/atau sesuai dengan peluang dan
dampak di Uniersitas X. 4.1.1 Gambaran Umum Permasalahan hubun-
gan kelembagaan
2. Wawancara Pada tahun 2020, Universitas X memasuki usia yang
Wawancara dapat dilakukan dengan beberapa bentuk. ke-12, namun Universitas X memiliki sejarah yang cukup
Namun untuk penelitian ini bersifat formal maka proses panjang. Universitas X berada dibawah Yayasan XY milik
wawancara didesain secara formal dan terstrukrur. Gereja Masehi Injili di Halmahera (GMIH). Universitas X
Karena wawancara adalah salah satu cara dimana peneliti ketika didirikan pada tahun 2008 memiliki 4 fakultas dengan
mendapatkan informasi dan data manajemen risiko jumlah program studi sebanyak 14 program studi yaitu;
operasional di Universitas X secara langsung dengan jalan Fakultas Teologi dengan 2 program studi yaitu program
melakukan interaksi dan percakapan yang telah terorganisir studi S-1 Ilmu Teologi yang mendapat ijin operasional dari
secara baik maka dibutuhkan panduan wawancara. Dikti dan Program Studi S-1 Pendidikan Agama Kristen
Data yang akan dieksplorasi dalam proses wawancara mendapat ijin operasional dari Depag. Fakultas Ilmu Alam
adalah terkait dengan bagaimana manajemen risiko yang danTeknologi Rekayasa dengan 6 program studi yaitu
terdapat di Universitas X, risiko operasional apa saja yang program studi S-1 Fisika, Matematika, Agroteknologi,
terjadi di Universitas X, dan bagaimana mitigasi risiko Peternakan, Kehutanan, dan Manajemen Sumber Daya
operasional yang ideal dan/atau sesuai dengan peluang Perairan. Semua program studi yang berada di Fakultas Ilmu
dan dampak di Uniersitas X. Untuk mendapatkan data Alam dan Teknologi Rekayasa mendapat ijin operasional
yang akurat dan komprehensif informan yang dipilih dari Dikti. Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora dengan
adalah informan yang memiliki kompetensi dan menjadi jumlah program studi 5 yaitu program studi S-1 Akuntansi,
fungsionaris dalam proses manajemen di UniversitasX. Manajemen, Ilmu Hukum, Ilmu Administrasi Negara, dan
Ilmu Pemerintahan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
3. Studi dokumen dengan jumlah program studi 1 yaitu program studi S-1
Data kualitatif selain ditemukan dengan cara observasi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Seluruh program studi
dan wawancara, studi dokumen juga dapat dilakukan untuk yang disebutkan di atas telah terakreditas di BAN-PT sejak
melengkapi data dan proses analisis data. Analisis dokumen tahun 2012 dan2013.
dalam penelitian ini adalah cara dimana peneliti menemukan Sejak semua program studi sudah terakreditasi
data dengan jalan mempelajari data-data yang sifatnya Universitas X berkembang cukup baik dengan jumlah
tertulis baik itu dokumen, arsip, maupun foto dan rekaman- mahasiswa yang terus meningkat. Hal ini dapat dibuktikan
rekaman video dan lain-lain yang berkaitan dengan proses dengan meningkatnya jumlah penerimaan mahasiswa
manajemen Universitas X. Dokumen-dokumen yang setiap tahun dan tercatat pada PD-Dikti.
dapat dianalisis antara lain; peraturan perudang-undangan Namun pada akhir tahun 2013 Universitas X mulai
yang berkaitan dengan badan penyelenggara (yayasan); mengalami guncangan oleh karena dualisme kepemimpinan
peraturan dan perundang-undangan yang berkaitan dengan yang diakibatkan dari hubungan kelembagaan antara yayasan
pendidikan tinggi; statuta universitas X; renstra universitas dan rektor yang sudah tidak sesuai lagi dengan statuta
X; peraturan akademik; peraturan dan kode etik mahasiswa; Universitas X dan peraturan perundangan-undangan yang
peraturan keuangan; standar mutu universitas X; standar mengatur tentang kewenangan masing-masing pihak.
operasional prosedur (SOP) yang digunakan dalam proses Menurut analisis penyebab konflik adalah persoalan
manajemen di Universitas X. tata kelola kelembagaan oleh karena Pengurus yayasan
maupun rektorat memiliki tafsiran yang berbeda soal

64 Jener David Syamsia n Dr. Ir. Ktut Silvanita Mangani, MA n Dr. M.L. Denny Tewu, SE.MM
ANALISIS RISIKO OPERASIONAL DI PERGURUAN TINGGI

hubungan kelembagaan dengan segala kewenangan yang 4.1.2 Identifikasi Risiko, Analisis Besar Risiko,
ada pada masing-masing pihak. Oleh karena masing- dan Mitigasi risiko operasional dalam
masing mengklaim kewenangannya sehingga kedua pihak hubungan kelembagaan Yayasan dengan
mengabaikan aspek-aspek formal yang ditetapkan bersama Universitas
yaitu Statuta Universitas.
Konflik tersebut menyebabkan pergantian rektor periode Berdasarkan gambaran singkat di atas maka dapat di-
2008-2013 oleh yayasan dengan mengabaikan Statuta identifikasi risiko operasional yang ditimbulkan dari hubun-
Universitas. Oleh karena pemberhentian tersebut dianggap gan kelembagaan antara Yayasan XY dengan Universitas X,
menyalahi aturan maka rektor periode 2008-2013 bertahan sebagai berikut:
dan melaksanakan aktivitas akademik seperti biasa. Namun
pada saat yang bersamaan yayasan telah mengangkat rektor Tabel Analisis Kejadian yang Tidak Dike-
baru. Dua pimpinan dalam satu universitas menyebabkan hendaki
proses pengelolaan kampus menjadi kacau karena setiap
pihak memiliki pendukungnya masing-masing baik dosen No KTD Pelu- Dampak Score Bobot
dan karyawan maupun mahasiswa yang berakibat pada ang Risiko
ketidakpercayaan masyarakat Halmahera dan pulau-pulau A Proses Risk
sekitarnya pada Universitas X.
Pada tahun 2014 situasi dualisme masih tetap bertahan. 1 Pengangkatan dosen 4 4 16 Sering
dan pegawai tidak
Yayasan dengan segala kewenangannya memberhentikan sesuai SOP
sementara beberapa dosen yang dianggap menentang
2 Aktivitas perkuliahan 4 4 16 Sering
yayasan. Dalam situasi yang semakin tidak terkendali terhambat
maka Gereja Masehi Injili di Halmahera sebagai pemilik B People Risk
mengambil alih dan melakukan pergantian pengurus
yayasan. Pengurus yayasan yang baru menunjuk dan 3 Intervensi Berlebihan 4 4 16 Sering
mengangkat rektor periode 2014-2018 dengan harapan Dewan Pembina
Universitas X dapat dipulihkan dan menjadi lebih baik. 4 Pemberhentian Rektor 4 5 20 Sering
Diawal kepemimpinan rektor periode 2014-2018 yang inkonstitusional
perubahan tatakelola secara mendasar yang dimulai dari
5 Peran Yayasan XY yang 5 4 20 Sering
perekrutan dosen, karyawan, dan pengangkatan pejabat pasif
yang sebagaian besar tidak memenuhi syarat minimal
6 Penempatan Pejabat 1 4 4 Sangat
yang tertulis dalam statuta Universitas. Oleh karena gaya HRD yang tidak Jarang
kepemimpinan yang populis dan terkesan ingin meraut tepat
hati mahasiswa maka dibuatlah kebijakan keuangan dengan 7 Penunjukan rector tidak 3 5 15 Sedang
cara mencicil setiap minggu. Kebijakan ini dibuat dengan sesuai konflik dengan
kebutuhan pasca
harapan meringankan mahasiswa dalam pembayaran, tetapi internal
justru kebijakan itu membuat mahasiswa menjadi tidak
C Sistem Risk
tertib dalam membayar. Salah satu perilaku tidak tertib
dalam membayar biaya kuliah adalah mahasiswa tidak 8 Pembayaran biaya 5 5 25 Sangat
membayar mengikuti aturan cicil melainkan menunggu kuliah dicicil setiapming- Sering
guyangmengakibatkan
diakhir semester baru mahasiwa melakukan pembayaran. gagal bayar dan ket-
Sejak tahun 2014-2018 data keuangan menunjukan erlambatanpembaya-
bahwa disetiap akhir semester 500-650 mahasiswa masih rangaji
menunggak biaya kuliah. Dalam kondisi pembayaran 9 Sistem Akademik yang 5 3 15 Sedang
belum terintegrasi de-
mahasiswa seperti itu sudah dapat dibayangkan bagaiman ngan systemkeuangan
kondisi keuangan pada saat itu. Disaat kondisi keuangan
D Eksternal Event
yang sangat memperihatinkan penambahan pegawai dan
dosen terus dilakukan sehingga menyebabkan beban 10 Budaya Masyarakat 5 5 20 Tinggi
keuangan kampus semakin meningkat.

Jener David Syamsia n Dr. Ir. Ktut Silvanita Mangani, MA n Dr. M.L. Denny Tewu, SE.MM 65
ANALISIS RISIKO OPERASIONAL DI PERGURUAN TINGGI

Process Risk seimbang. Begitu halnya dengan studi lanjut yang tidak ses-
1. Pengembangan human resources uai dengan kebutuhan kampus, yang pada akhirnya berkon-
sekuensi pada beban keuangan yang besar.
Kejadian yang tidak dikehendaki
Pengakatan dosen dan pegawai tidak sesuai kebutuhan
2. Aktivitas Perkuliahan
Score Status
Penyebab
Intervensi kewenangan yang berlebihan Pembina dan Kejadian yang tidak dikehendaki
Pengurus Yayasan Aktivitas Perkuliahan Terhambat Score Status

Peluang Dampak Penyebab


Hak dosen dan pegawai tidak tepat waktu
4 orang (sejak (Level4)
• Rasio dosen dan mahasiswa Peluang Sering Dampak
tahun 2015-2017) 16 Sering Terjadi (Level: 4) (Level: 4)
tidak seimbang
• Dosen studi lanjut tidak sesuai • Kualitas pembelajaran tidak se-
suai dengan tuntutan kurikulum 16 Sering
kebutuhan kampus • Reputasi kampus menurun
• Beban keuangan semakin besar
Mitigasi Peluang Mitigasi Dampak Evaluasi dosen
Mitigasi Peluang Mitigasi Dampak Adanya dana danpegawai (Level: 3)
Direktur PSDM Analisis sesuai dengan kebutuhan 4 Jarang cadangan (Level: 6 Jarang
yang mumpuni (level :2) 2)
(level: 2)
Probability
Probabilit y
Skala 1 2 3 4 5
Skala 1 2 3 4 5 Sanga t Jaran g Sedan g Sering Sanga t
Sangat Jarang Sedang Sering Sangat jarang sering
jarang sering Impact
Impact 5
5 Sangat 5 10 15 20 25
Sangat 5 10 15 20 25 besar
besar
4 4
Besar 4 8 12 16 20 Besar 4 8 12 16 20

3 3
Sedang 3 6 9 12 15 Sedang 3 6 9 12 15
2
2
Kecil 2 4 6 8 10
Kecil 2 4 6 8 10
1
Sangat 1 2 3 4 5 1
Kecil Sangat 1 2 3 4 5
Heat Map sebelum dan sesudah mitigasi untuk human Kecil
resources development Heat Map sebelum dan sesudah mitigasi untuk aktivitas
perkuliahan terhambat
Kampus mestinya diberi ruang untuk mengelola oto-
nomisasinya baik secara akademik maupun manajemen.
Dengan demikian pengangkatan dosen dan pegawai menja- Pengambilan kebijakan keuangan yang tidak tepat se-
di tanggungjawab kampus karena kampus lebih memahami suai dengan konteks dan karakteristik mahasiswa maka
kebutuhannya. Namun dalam praktiknya ada intervensi pembayaran hak-hak dosen dan pegawai tidak tepat waktu.
dewan Pembina dan yayasan yang Hal ini berdampak pada motivasi dan produktivitas kerja
berlebihan sehingga terjadi penumpukan dosen dan dosen dan pegawai. Selain itu, banyak aktivitas baik akade-
pegawai pada unit tertentu. Dengan demikian pada pro- mik maupun non akademik juga menjadi terhambat karena
gram studi tertentu rasio dosen dan mahsiswa tidak lagi pembiayaan lebih difokuskan pada aspek rutinitas.

66 Jener David Syamsia n Dr. Ir. Ktut Silvanita Mangani, MA n Dr. M.L. Denny Tewu, SE.MM
ANALISIS RISIKO OPERASIONAL DI PERGURUAN TINGGI

People Risk 2. Pemberhentian Rektor


1. Dewan Pembina Kejadian yang tidak dikehendaki
Kejadian yang tidak dikehendaki Pemberhentian tidak sesuai amanat
Intervensi Dewan Pembina yang berlebi- Statuta Universitas Score Status
han Score Status Penyebab
Penyebab • Kurangnya pemahaman tentang tata
Kurangnya pemahaman tentang pengelo- kelola yayasan dibidang pendidikan
laan perguruan tinggi swasta dan perilaku otoriter-birokratif
Peluang Sering Dampak
Peluang Sering Dampak (Level: 4) 2013-2014 Budaya organisasi
Terjadi (Level: 4) Struktur organisa- ada 3 kali pergantian menjadi kacau 20 Sering
si menjadi lemah 16 Sering rektor dan pengelolaan
(Level 4) kampus tidak pro-
fesional (Level: 5)
Mitigasi Peluang Mitigasi
Panduan tertulis Dampak Mitigasi Pelu- Mitigasi
tentang peran, fungsi, • Pimpinan yang 6 Jarang ang Dampak
dan kewenangan disiplin • Proses pember- Memperbaiki 2 Sangat
masing- masing pihak • Tindakan yang hentian harus budaya organisasi jarang
(Level: 2) disiplin (Level: sesuai statuta (Level:1)
3) universitas
• Memberi efekjer-
ah (Level: 2)
Probability
Skala 1 2 3 4 5 Probability
Sangat Jarang Sedang Sering Sangat
jarang sering Skala 1 2 3 4 5
Sanga t Jaran g Sedan g Sering Sanga t
Impact 5 jarang sering
Sangat 5 10 15 20 25
besar Impact
4 5
Besar 4 8 12 16 20 Sangat 5 10 15 20 25
besar
3
Sedang 3 6 9 12 15
4
2 Besar 4 8 12 16 20
Kecil 2 4 6 8 10
3
1 Sedang 3 6 9 12 15
Sangat 1 2 3 4 5
Kecil
Heat Map sebelum dan sesudah mitigasi untuk dewan pem- 2
bina. Kecil 2 4 6 8 10

1
Sinergisitas antara dewan pembina, pengurus yayasan, Sangat 1 2 3 4 5
dan rektor dalam pengelolaan sebuah lembaga pendidikan Kecil
adalah sebuah keharusan. Sinergisitas membutuhkan
Heat Map sebelum dan sesudah mitigasi pemberhentian dan
pengetahuan dan pemahaman yang sama dalam
pengangkatan rektor.
pengelolaan. Namun, oleh karena pada pihak tertentu
Acuan pengelolaan perguruan tinggi selain peraturan
memiliki pengetahuan yang tidak mumpuni tentang
dan perundang-undangan yang dikeluarkan pemerintah
pengelolaan kampus akhir yang terjadi hanyalah proses-
yaitu statuta universitas. Statuta adalah dasar pengelolaan
proses intervensi yang berlebihan tanpa diikuti dengan
dan budaya organisasi yang harus dipatuhi oleh semual
dokumen-dokumen yang bersifat legal formal.

Jener David Syamsia n Dr. Ir. Ktut Silvanita Mangani, MA n Dr. M.L. Denny Tewu, SE.MM 67
ANALISIS RISIKO OPERASIONAL DI PERGURUAN TINGGI

elemen kampus. Oleh karena kurangnya pemahaman ten- kap formal untuk pendirian sebuah kampus. Yayasan jarang
tang tata kelola yayasan dibidang pendidikan dan perilaku mengambil peran strategis dalam pengembangan kampus.
otoriter-birokratif maka terjadi pemberhentian rektor Yayasan lebih banyak pasif dan membiarkan universitas
yang tidak sesuai dengan budaya organisasi yang tercantum mencari pendanaannya secara mandiri selain menghara-
dalam ststutas universitas. Hal ini sangat berdampak pada pkan student body. Namun tidak semua pengurus yayasan
kondusifitas kampus. yang pasif dalam membantu pengelolaan kampus.

1. PeranYPKH 2. Penempatan pejabat HRD


Kejadian yang tidak dikehendaki Kejadian yang tidak dikehendaki
Peran YPKH yang pasif dalam hal pem- Score Status Penempatan Pejabat HRD yang tidak Score Status
biayaan tepat
Penyebab Penyebab
BP. Tidak bekerja sebagai sebuah tim Keterbatasan sumberdaya manusia
dengan visi bersama
Peluang Dampak
Peluang Sangat Dampak 1 kali (2014-2018) Kinerja dan Sangat
Sering Tidak efektif (Level: 1) produktivitas kerja 4 jarang
(Level: 5) proses bisnis 20 Sering yang menurun
kampus (Level:4)
(Level: 4)
Mitigasi Pelu- Mitigasi
Mitigasi Peluang Mitigasi ang Pejabat Dampak Pening- 2 kecil
Membentuk unit Dampak 6 Kecil yang tepat katan
bisnis (level: 3) Efisiensi(Level: ) dan kompeten SDM (Level: 2)
(Level:1)
Probabilit y
Probability
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Skala Sangat Jarang Sedang Sering Sangat Skala Sangat Jarang Sedang Sering Sangat
jarang sering jarang sering
Impact
5 Impact 5
Sangat 5 10 15 20 25 Sangat 5 10 15 20 25
besar besar
4 4
Besar 4 8 12 16 20 Besar 4 8 12 16 20

3 3
Sedang 3 6 9 12 15 Sedang 3 6 9 12 15

2 2
Kecil 2 4 6 8 10 Kecil 2 4 6 8 10

1 1
Sangat 1 2 3 4 5 Sangat 1 2 3 4 5
Kecil Kecil
Heat Map sebelum dan sesudah mitigasi peran YPKH yang Heat Map sebelum dan sesudah mitigasi untuk human
pasif resources development.

Secara umum diketahui bahwa idealnya dalam pengelo- Universitas Halmahera yang baru memasuki usia yang
laan kampus yayasan adalah wadah yang memberi dukun- ke 12 tahun sesungguhnya masih memiliki kekurangan
gan finansial untuk keberlangsungan Universitas. Namun sumberdaya dalam berbagai hal dan sangat terlihat pada
dalam praktiknya yayasan hanya menjadi lembaga peleng- penempatan posisi secara structural. Harus diakui bahwa

68 Jener David Syamsia n Dr. Ir. Ktut Silvanita Mangani, MA n Dr. M.L. Denny Tewu, SE.MM
ANALISIS RISIKO OPERASIONAL DI PERGURUAN TINGGI

dalam proses penempatan pejabat struktural hal dimulai universitas Halmahera tetapi diambil dari kampus lain yang
dari pengkajian dibidang human resources development sesungguhnya tidak mengerti secara persis tentang kondisi
secara ketat. Namun oleh karena kekurangan sumber dan keberadaan kampus. Oleh karena ketidaktahuan itulah
daya dalam bidang human resources development maka melahirkan berbagai kebijakan yang merugikan kampus.
penempatan pejabat sering kali tidak tepat. Yang juga Salah satunya adalah kebijakan keuangan yang di cicil yang
berdampak pada tingkat produktivitas setiap dosen dan mengakibatkan universitas mengalami masalah keuangan
pegawai menjadi menurun. Oleh karena itu sangatlah selama 4 tahun.
dibutuhkan sumber daya.
Sistem Risk
3. Penunjukan Rektor Pasca Konflik (Periode2013-2018)
Kejadian yang tidak dikehendaki 1. Pembayaran Biaya Kuliah
Penunjukan rektor yang tidak tepat Score Status Kejadian yang tidak dikehendaki
Pembayaran biaya kuliah secara cicil
Penyebab setiap minggu Score Status
Intervensi dewan Pembina
Penyebab
Peluang 3 kali Dampak Sering memberikan kebijakan yang
(Level:5) Kampus mengala- 20 Sering tidak mengedukasi mahasiswa
mi krisis berkelan-
jutan (Level:4) Peluang Dampak
Sepanjang semester Operasional 25 Sangat
Mitigasi Pelu- Mitigasi berjalan (Level:5) kampus sering
ang Pejabat yang Dampak terganggu
memiliki kemam- Penataan kelem- 2 Kecil (Level:5)
puan dan pengala- bagaan dan budaya
man manejerial organisasi Mitigasi Peluang Mitigasi
(Level: 1) (Level: 2) • Pembayaran 2 tahap Dampak
(70% di awal semester Memerlukan
dan 30% di tengahse- strategi yang 12 Sedang
Probabilit y mester) tepat dan
• Memberi efek jerah efisien
Skala 1 2 3 4 5 dengan mendisiplinkan Level: 4
Sangat Jarang Sedang Sering Sangat Mahasiswa: Level: 3
jarang sering
Impact
Probability
5
Sangat 5 10 15 20 25 1 2 3 4 5
besar Skala Sangat Jarang Sedang Sering Sangat
jarang sering
4
Besar 4 8 12 16 20 Impact 5
Sangat 5 10 15 20 25
3 besar
Sedang 3 6 9 12 15
4
2 Besar 4 8 12 16 20
Kecil 2 4 6 8 10
3
1 Sedang 3 6 9 12 15
Sangat 1 2 3 4 5
Kecil 2
Heat Map sebelum dan sesudah mitigasi untuk penunjukan Kecil 2 4 6 8 10
rektor
1
Sangat 1 2 3 4 5
Sehubungan dengan pemberhentian rektor dan
Kecil
keterbatasan sumberdaya manusia di universitas akhirnya
Heat Map sebelum dan sesudah mitigasi untuk pembayaran
dilakukan pengangkatan rektor yang tidak lahir dari
biaya kuliah.

Jener David Syamsia n Dr. Ir. Ktut Silvanita Mangani, MA n Dr. M.L. Denny Tewu, SE.MM 69
ANALISIS RISIKO OPERASIONAL DI PERGURUAN TINGGI

Sistem keuangan yang diberlakukan pada saat itu den- kesalahan data antara akademik dan keuangan. Perbedaan
gan memberi kesempatan pada mahasiswa membayar biaya data semacam ini berpengaruh pada laporan keuangan dan
secara cicil membuat mahasiswa menjadi tidak disiplin da- juga pada penyusunan anggaran pendapatan dan belan-
lam pembayaran biaya kuliah. Kebijakan ini sesungguhnya ja kampus APBK. Dengan demikian bukan tidak mungkin
tidak mengedukasi mahasiswa. terjadi kesalahan dalam perencanaan keuangan kampus.
Dampak yang ditimbulkan adalah kecurangan atau pungli
2. Sistem Akademik dan Keuangan dalam pembayaran biaya kuliah.
Kejadian yang tidak dikehen-
daki Score Status Eksternal Event
Perbedaan data akademik dan keuangan
Penyebab 1. Budaya Masyarakat
Sistem belum terintegrasi Kejadian yang tidak dikehendaki
Peluang Dampak Sangat sering meminta kebijakan untuk
4 kali dalam 1 Terjadi kecurangan Sedang keringanan atau kompensasi biaya kuliah Score Status
tahun (Level:5) atau pungli dalam 15 Penyebab
pembayaran biay- Cara pikir telogis yang salah
akuliah (Level:3)
Peluang Dampak
Mitigasi Pelu- Mitigasi
Setiap semester Mengganggu cash 20 Tinggi
ang Dampak 4 Jarang
(Level: 5) flow
Integrasi sistem Koordinasi dan
(Level: 4)
akademik dan komunikasi (Level:
keuangan (Level:2) 2) Mitigasi Mitigasi
Peluang Dampak
Mendisplinkan Memberi penyada- 9 Sedang
Probability mahasiswa (Level: ran akan pentingnya
1 2 3 4 5 3) kerjasama dalam
Skala Sangat Jarang Sedang Sering Sangat membangun kampus
jarang sering (Level: 3)
Impact
5 Probabilit y
Sangat 5 10 15 20 25
besar Skala 1 2 3 4 5
Sangat Jarang Sedang Sering Sangat
4 jarang sering
Besar 4 8 12 16 20
5
3 Sangat 5 10 15 20 25
Sedang 3 6 9 12 15 besar
Impact
4
2 Besar 4 8 12 16 20
Kecil 2 4 6 8 10

1 3
Sangat 1 2 3 4 5 Se- 3 6 9 12 15
Kecil dang
Heat Map sebelum dan sesudah mitigasi untuk sistem akade- 2
mik dan keuangan Kecil 2 4 6 8 10

1
Sistem akademik dan keuangan yang belum terintegra- Sangat 1 2 3 4 5
si sehingga terjadi perbedaan data antara akademik dan Kecil
keuangan. Dampak dari sistem keuangan yang manual dan Heat Map sebelum dan sesudah mitigasi untuk budaya
sistem akademik yang sudah online maka seringkali terjadi masyarakat.

70 Jener David Syamsia n Dr. Ir. Ktut Silvanita Mangani, MA n Dr. M.L. Denny Tewu, SE.MM
ANALISIS RISIKO OPERASIONAL DI PERGURUAN TINGGI

Budaya masyarakat yang didasari pada cara pikir teol- HRD memiliki skor 4 dengan bobot risiko sangat
ogis yang salah sehingga sering meminta kebijakan untuk jarang; (7) penunjukan rektor mimiliki skor 15 dengan
keringanan atau kompensasi biaya kuliah. Budaya ini sangat bobot risiko sedang; (8) pembayaran biaya kuliah
berpengaruh pada proses pengembangan kampus. Budaya dicicil setiap minggu sesuai dengan besaran UKT
masyarakat yang tidak mendukung inilah yang membuat masing-masing mahasiswa memiliki skor 25 dengan
perkembangan kampus menjadi lambat. bobot risiko sangat sering; (9) sistem akademik dan
sistem keuangan belum terintegrasi memiliki skor 15
V. KESIMPULAN DAN SARAN dengan bobot risiko sedang; (10) budaya dan perilaku
masyarakat yang tidak mendukung memiliki skor 20
5.1 Kesimpulan dengan bobot risikotinggi.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka 3. Mitigasi yang dilakukan sesuai dengan peluang dan
pada bagian ini disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: dampak terkaitdengan (1) pengangkatan dosen
1. Hasil penelitian risiko operasional hubungan dan pegawai yang tidak sesuai dengan SOP adalah
kelembagaan Yayasan XY dan UniversitasX mengangkat direktur yang mumpuni; (2) mitigasi
teridentifikasi sepuluh kejadian yang tidak dikehendaki aktivitas perkuliahan terhambat adanya dana cadangan;
(KTD) yang diklasifikasikan dalam empat dimensi (3) mitigasi intervensi dewan pembina yang berlebihan
risiko operasional yaitu; (1) process risk; (2) people adanya panduan tertulis tentang peran, fungsi,
risk; (3) system risk; dan eksternal event. Dalam process dan kewenangan masing-masing pihak; (4) mitigasi
risk ada dua kejadian yang tidak dikendaki yaitu (1) pemberhentian rektorperiode 2009-2013 tidak sesuai
pengangkatan dosen dan pegawai yang tidak sesuai dengan statute Unversitas X adalah proses sesuai
dengan SOP; dan (2) aktivitas perkuliahan terhambat. statuta; (5) mitigasi Yayasan XY yang pasif membentuk
Sedangkan untuk people risk ada lima kejadian yang unit bisnis; (6) mitigasi penempatan pejabat HRD adalah
tidak dikehendaki yaitu (1) peran Yayasan XY yang pengangkatan pejabat yang tepat dan kompeten; (7)
pasif; (2) pemberhentian rektor periode 2009-2013 mitigasi penunjukan rektor adalah pengangkaan rektor
tidak sesuai dengan statuta Unversitas X; (3) intervensi yang memiliki kemampuan dan pengalaman manajerial;
dewan pembina yang berlebihan; (4) penempatan (8) mitigasi pembayaran biaya kuliah dicicil setiap
pejabat HRD; dan (5) pengangkatan rektor tidak minggu adalah pembayaran biaya kuliah dilakukan dua
sesuai dengan kebutuhan pasca konflik. Untuk system tahap yaitu 70% di awal semester dan 30% di tengah
risk ada dua kejadian yang tidak dikehendaki yaitu (1) semetser; (9) mitigasi sistem akademik dan sistem
pembayaran biaya kuliah dicicil setiap minggu sesuai keuangan belum terintegrasi adalah mengintergrasikan
dengan besaran UKT masing-masing mahasiswa; dan system akademik dan system keuangan; (10) mitigasi
(2) sistem akademik dan sistem keuangan belum budaya dan perilaku masyarakat yang tidak mendukung
terintegrasi. Dalam eksternal event ada satu kejadian adalah mendisiplinkan mahasiswa.
yang tidak dikehendaki yaitu (1) budaya dan perilaku
mahasiswa, orang tua, dan masyarakat yang tidak 5.2 Saran
mendukung.
2. Besaran risiko operasional yang diakibatkan dari Hasil temuan dan analisis dari penelitian ini dapat
setiap kejadian yang tidak dikehendaki yaitu (1) disebutkan beberapa saran untuk membangun hubungan
pengangkatan dosen dan pegawai yang tidak sesuai kelembagaan Yayasan XY dan UniversitasX yaitu sebagai
dengan SOP memiliki skor 16 dengan bobot risiko berikut ini:
sering; (2) aktivitas perkuliahan terhambat memiliki 1. Dewan Pembina, Yayasan XY, dan Universitas X harus
skor 16 dengan bobot risiko sering; (3) intervensi mematuhi setiap kesepakatan yang tertulis terkait
dewan pembina yang berlebihan memiliki skor 16 dengan peran, fungsi, tanggung jawab, dan kewenangan
dengan bobot risiko sering; (4) pemberhentian rektor masing-masing pihak.
periode 2009-2013 tidak sesuai dengan statuta 2. Pentingnya pelatihan dan penerapan manajemen risiko
Unversitas X memiliki skor 20 dengan bobot risiko operasional di Universitas X
sering; (5) Yayasan XY yang pasif memiliki skor 20 3. Perlu membangun budaya sadar risiko pada civitas
dengan bobot risiko sering; (6) penempatan pejabat akademika Universitas X.

Jener David Syamsia n Dr. Ir. Ktut Silvanita Mangani, MA n Dr. M.L. Denny Tewu, SE.MM 71
ANALISIS RISIKO OPERASIONAL DI PERGURUAN TINGGI

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, S. N., Isa, M. Y., and Tapa, A. (2016). Web disclosure of risk man- Hoboken, New Jersey: John Wiley and Sons, Inc
agement practices in Malaysian public universities. International Journal Lam, J. 2007. Enterprise Risk Management; Panduan Konprehensif Bagai Direk-
of Academic Research in Business and Social Sciences, 6(11):404-410. si, Komisaris dan Profesional Risiko. Jakarta: Rasy Indonesia
Andersen, Juul Torben. 2014. Contemporary Challenges in Risk Manage- Lipman Frederick and Lipman L. Keith. 2006. Corporate Governance Best Prac-
ment; Dealing with Risk, Uncertainty and the Unknown. Italy: Palgrave tices. Strategies for Public, Private, and Not-for-Profit Organizations. John Willey.
Macmillan Lundquist E Anne. 2015. Enterprise Risk Management (ERM) at U.S. Colleges
Ariff, M. S. M., Zakuan, N.,Tajudin, M. N. M., Ahmad, A., Ishak, N., and Ismail, and Universities: Administration Processes Regarding the Adoption, Imple-
K. 2014. A framework for risk management practices and organizational mentation, and Integration of ERM. Western Michigan University
performance in higher education. Review of Integrative Business and March, J. G dan Shapira, Z. 1987. Managerial perspectives on risk and risk taking.
Economic Research, Society of Interdisciplinary Business Research, Management Science, 33-11, 1404-1418. doi: 10.1287/mnsc.33.11.1404
3(3):422-432. Md.Sum Rabihah & Md. Saad Zurina. 2017. Risk Management In Universities.
Blaskovich, J. dan Taylor, E. Z. 2011. By the numbers: Individual bias and en- 3rd International Conference on Qalb-Guided Leadership in Higher
terprise risk management. Journal of Behavioral and Applied Manage- Education Institutions 2017 (iQALB2017)
ment,13(1), 5 – 23. Mendozaa Manuel F Joan, Gallego-Schmida Alejandro dan Azapagica Adisa.
Brewer Ann dan Walker Ian. 2010. Risk Management in a University Environ- 2019. A methodological framework for implementation of circular economy
ment. Proceedings of the Australian Quality Forum 2010 thinking in higher education institutions: Towards sustainable campus man-
Bungin, B. 2008. Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan Met- agement. journal of Cleaner Production. doi: https://doi.org/10.1016/j.
odologid ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: RajaGrafindo Persada. jclepro.2019.04.060.
Cendrowski Harry dan William C. Mair. 2009. Enterprise risk management Mukhlis dan Supriyadi. 2018. Desain Sistem Manajemen Risiko pada Pergu-
and COSO: a guide for directors, executives, and practitioners. New Jersy: ruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH) Studi Kasus pada Uniersitas
John Wiley & Sons, Inc. Gadja Mada. Jurnal of Applilied Accounting and Taxation. Vol.3, No. 2,
Chapelle, Ariane. 2019. Operational Risk Management; Best Practices in the Oktober 2018, 158-167.
Financial Services Industry. New Jersy: John wiley & Sons, Inc. Remenyi, Dan dan Heafield, Alison. 1996. Business process re-engineering:
Creswell, J. 2007. Qualitative Inquiry: Choosing Among Five Traditions. some aspects of how to evaluate and manage the risk exposure. Interna-
California: Sage Publication. tional Journal of Project Management Vol. 14, No. 6,349-357
Creswell, J. 2015. Penelitian Kualitatif dan Desain Riset. Terjemahan. Slovic, P. & Weber, E. 2002. Perception of risk posed by extreme events, pre-
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. pared for discussion at Risk Management Strategies in an UncertainWorld,
Dolan,T. G. 2006. Few schools are ready to manage a crisis. Education Digest: April 12 – 13. Retrieved from https://www.researchgate.net/publica-
Essential Readings Condensed for Quick Review, 72(2), 4-8. tion/209805350_Perception_of_Ri sk_Posed_by_Extreme_Events
Girling, Philippa. 2013. A Complete Guide to a Successful Operational Risk Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Framework. New Jersy: John Wiley & Sons Sugiyono. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Gurevitz, S. (2009). Manageable risk. University Business, 39-42. Diambil Bandung: Alfabeta. Cetakan 10.
dari https://www.thefreelibrary.com/Manageable+risk%3a+some+col- Sunaryo, T. 2007. Manajemen Resiko Finanial. Jakarta: Salemba Empat Vin-
leges+ and+universities+have+been+reluctant...-a0199600514 centiis, De Paola. Culasso, Francesca dan Cerrato, A Stefano. 2019. The
Halim Abdul Kameel. 2007. Developing A Formal And IntegratedRisk Man- Future of Risk Management,Volume II Perspectives on Financial and Corporate
agement Framework In The Higher Education Sector: A Case Study On The Strategies. Turin, Italy: Palgrave Macmillan
University Of Nottingham. Thesis Management of Risk, The University Willson, C. Negoi, R. dan Bhatnagar,A. 2010. University Risk Management.The
OfNottingham Internal Auditor, diambil dari https://go.gale.com/ps/anonymous?id=-
Helsloot, I dan Jong, W. 2006. Risk management in higher education and research in GALE%7CA235200845&sid=googleScholar&v=2.1&it=r&linkac-
the Netherlands. Journal of Contingencies and Crisis Management, 14(3),142-159. cess=abs&issn=00205745&p=AONE &sw=w
Herdiansya, H. 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Psikologi.
Jakarta: Salemba Humanika. Undang-Undang dan Peraturan lain:
International Standard. (ISO 31000). Risk management – Principles anda Guide- Undang-Undang No. 28 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Un-
lines. dang No. 16 Tahun 2001 tentangYayasan
Jogiyanto. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kapra dan Pengalaman- Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
pengalaman. Yogyakarta: BPFE Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
Kasali, Rhenald. 2017. Tomorrow Is Today. Jakarta; mizan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pen-
KNKG. 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia didikanTinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi
Koenig, D. R. 2008. The human reaction to risk and opportunity. Dalam D. L. Permenristekdikti Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Penyusunan Statuta
Olson, New Frontiers in Enterprise Risk Management (Hlm. 7-21). Berlin Permenristekdikti Nomor 16 Tahun 2018 menjelaskan bahwa pengaturan
Heidelberg: Springer-Verlag. Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI)
Lam, J. 2003. Enterprise risk management: From incentives to controls. Statuta Universitas Halmaher

72 Jener David Syamsia n Dr. Ir. Ktut Silvanita Mangani, MA n Dr. M.L. Denny Tewu, SE.MM

Anda mungkin juga menyukai