“MENJADI GEREJA YANG BERAKAR, BERTUMBUH DAN BERBUAH DALAM KRISTUS YESUS”
Edisi 3/2023 15 Januari 2023
DIA MENGANGKATKU, LALU?
Bacaan I: Yesaya 49: 1-7; Tanggapan: Mazmur 40: 2-12
Bacaan II: I Korintus 1: 1-9; Bacaan Injil: Yohanes 1: 29-42
Yesaya 49: 1-7
Syair dalam perikop ini merupakan "Nyanyian Hamba
Tuhan" yang kedua. Nyanyian yang pertama dapat dilihat
dalam pasal 42:1-6. Syair ini dialamatkan kepada bangsa-
bangsa yang hendak diberitahukan bahwa hamba Tuhan
dipanggil demi keselamatan mereka. Hamba itu dilukiskan
sebagai nabi dan nyanyian ini berdekatan dengan cerita-cerita
pemanggilan nabi- nabi. Syair dalam ayat dua, sangat mirip
dengan ucapan Yeremia pada saat pemanggilannya, dalam
Yeremia 1:5, 9b-10.
Hamba Tuhan dalam Yesaya 49 juga digambarkan
sebagai sosok yang hidupnya dibentuk dan ditentukan sejak
awal, sejak dari kandungan. Tuhan membentuk dan
menyiapkan hamba Tuhan itu agar dapat melaksanakan tugas
panggilannya. Tuhan memberikan kemampuan dalam
berbicara. Hal itu diungkapkan dengan perkataan, "membuat
mulutku sebagai pedang yang tajam", namun memberikan
perlindungan kepadanya. Bukan hanya itu, Tuhan
menjadikannya sebagai "alat" yang manjur untuk tujuan
keselamatan-Nya. Ia akan digunakan tepat pada waktunya.
Melalui itu semua, hidup hamba Tuhan dapat menyatakan
keagungan Tuhan (Maria-Claire Barth, Kitab Yesaya: Pasal 40-
55, BPK Gunung Mulia, Jakarta, hlm. 47-48).
Warta Gereja GKJ Maguwoharjo | 1
Mazmur 40: 2-12
Berdasarkan keterangan pada ayat 1, Mazmur ini merupakan mazmur pujian
yang diperdengarkan dalam sebuah ibadah oleh pemimpin pujian. Dengan penuh
ketegangan dan harapan, pemazmur menanti-nantikan Tuhan. Pemazmur mengajak
pendengar atau pembaca untuk turut menaruh harapannya kepada Tuhan.
Kata “lobang” dan “lumpur” mengiaskan bahaya maut. Pada ayat yang ke-2,
Pemazmur merasakan pertolongan Tuhan yang telah mengangkatnya dan
menyelamatkannya dari bahaya maut. Bagian ini mengingatkan kita pada Yeremia
yang ditahan dalam suatu perigi dan terperosok dalam lumpur di situ - Yeremia 38
(Maria-Claire Barth, Kitab Mazmur 1-72: Pembimbing dan Tafsirannya, BPK
Gunung Mulia, Jakarta, hlm. 421). Penyelamatan Allah seperti yang dialami oleh
Pemazmur juga berlaku bagi setiap orang yang menaruh kepercayaannya kepada
Tuhan. Begitu besarnya kebaikan Allah, sehingga sesungguhnya manusia tidak dapat
membalaskan kebaikan-Nya. Apa pun yang dilakukan oleh manusia tidak dapat
mengimbangi perbuatan baik Allah pada kita. Oleh karena itu dikatakan, “Engkau
tidak berkenan kepada korban sembelihan dan korban sajian”. Dibandingkan dengan
itu semua, Allah menghendaki umat-Nya “mendengarkan-Nya”, sebagaimana
dituliskan dalam ayat 7, “tetapi Engkau telah membuka telingaku”. Mendengarkan di
sini bukan sekadar mendengarkan suara-suara melalui telinga tanpa mengolahnya.
Cara mendengar seperti ini disebut mendengar pasif. “Mendengar” yang
dimaksudkan adalah mendengar secara aktif. Tindakan mendengar seperti ini
mengisyaratkan kerendahan hati, kesediaan menerima koreksi, sehingga
dimungkinkan terjadi transformasi.
I Korintus 1: 1-9
Bagian ini merupakan pengantar surat Paulus kepada jemaat di Korintus.
Sejak awal suratnya, Paulus menegaskan kepada jemaat akan penugasan dan
otoritasnya sebagai rasul Yesus. Ia adalah seorang rasul Kristus Yesus. Kata “rasul”
berarti “orang yang diutus” dan kata ini digunakan untuk mereka yang dipanggil,
diberikan wewenang dan ditugaskan oleh Tuhan yang bangkit untuk menjadi saksi-
saksi-Nya yang khusus. Merujuk pada Kisah Para Rasul 1:21, 22 dapat diketahui dasar
menjadi rasul, yaitu seorang yang senantiasa datang berkumpul dengan para murid
selama Tuhan Yesus bersama-sama dengan mereka, yaitu mulai dari baptisan
Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga meninggalkan mereka. Tugas
panggilan rasul adalah untuk menjadi saksi tentang kebangkitan Yesus. Paulus
memang tidak memenuhi syarat itu, namun Paulus yakin bahwa ia dipanggil secara
khusus, yaitu dipanggil menurut kehendak Allah (Galatia 1:1).
Warta Gereja GKJ Maguwoharjo | 2
Yohanes 1: 29-42
Cerita pemanggilan para murid yang dituturkan oleh penulis Injil Yohanes
pada bacaaan leksionari minggu ini agak berbeda dengan tiga injil yang lain.
Tampaknya, injil Yohanes memberikan penekanan kepada fungsi dari sebuah
kesaksian. Diawali dengan kesaksian Yohanes Pembaptis bahwa “Ia inilah Anak
Allah” (Yoh.1:34). Kesaksian ini diteguhkan oleh apa yang ia lihat pada saat ia
membaptiskan Yesus, yaitu Roh turun dari langit seperti merpati di atas Yesus. Hal
ini berbeda dengan apa yang disampaikan dalam injil yang lain. Sedangkan Matius,
Markus, dan Lukas menyebut bahwa suara dari sorga/langit-lah yang memberi
kesaksian tentang Yesus. Perbedaannya dapat kita lihat seperti di bawah ini:
✓ Matius 3:17 Lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: ”Inilah
Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.”
✓ Markus 1:11 Lalu terdengarlah suara dari sorga: "Engkaulah Anak-Ku yang
Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan." Lukas 3:22 Dan turunlah Roh Kudus
dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari langit:
”Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.”
✓ Yohanes 1:34 “Dan aku (Yohanes) telah melihat-Nya dan memberi kesaksian:
Ia inilah Anak Allah."
Matius, Markus, dan Lukas menggambarkan proses pemanggilan dua belas
murid terjadi karena inisiatif Tuhan Yesus yang mencari/ memanggil (Mat.4:18-22,
Mrk.1:16-20, Luk. 5:1-11). Namun, dalam bacaan injil hari ini, para muridlah yang
berinisiatif bertanya dan meminta kepada Yesus untuk mengikuti-Nya. Semua terjadi,
karena ada yang bersaksi tentang Yesus.
Dalam narasi selanjutnya, fungsi kesaksian itu menjadi penting. Kesaksian
seseorang membawa orang lain untuk datang pada Yesus. Yohanes Pembaptis
bersaksi di hadapan dua muridnya tentang Yesus, lalu dua murid itu memiliki
keingintahuan yang besar tentang Yesus. Mereka mengikuti Yesus dengan diam-diam
(ay. 37), hingga Yesus merasakannya dan bertanya tentang “apa yang mereka cari”.
Lalu mereka pun tinggal menginap di rumah Yesus. Andreas bersaksi kepada Simon
Petrus tentang Yesus, lalu membawa Simon kepada Yesus untuk menjadi murid-Nya.
Dari narasi itu, agaknya penulis Injil Yohanes hendak menekankan
kesungguhan para murid dalam mengikuti Yesus. Menjadi pengikut Yesus
memerlukan inisiatif dari dalam diri, sikap proaktif, dan kesediaan untuk dibentuk.
Hal itu tampak dari kesediaan dua murid untuk tinggal bersama di rumah Yesus dan
kesediaan Simon Petrus yang diajak oleh Andreas untuk bertemu Yesus.
A. PEMASUKAN
B. PENGELUARAN
WARGA SAKIT
NO NAMA WIL NO NAMA WIL
1 Sdr. Agri (putra Ibu Ermi Artati) I 8 Bp. Suripto Siswa Prayitna IV
2 Ibu Larasati Sumaryono II 9 Ibu Suhadi IV
3 Bp. Purwito Hadi P. II 10 Ibu Flora Nuraini V
Sdr. Ariq Wardhana (cucu Ibu Ibu Siti Sumiartini Agus
4 11 VI
Soebandijah Soeprapto) Dwiyono
Bp. Agus Budi Santosa (ayah
5 Bp. Fajar Yuswanto III 12
dari Pdt. Rena Sesaria Yudhita)
Pdt. Em. Purwadi PH (ayah dari
6 Bp. Santoso Widodo III 13
Ibu Evi Sukendrio Sigid, wil 4)
7 Ibu Andri Dwi Indyarini IV
Kepada Majelis Wilayah dan Pengurus Wilayah, apabila mengetahui ada warga wilayah yang sakit,
mohon memberitahukan ke Kantor Gereja. Terima kasih.